HUKUM LINGKUNGAN
MERESUME MATERI
DISUSUN OLEH :
ILMU HUKUM
DOSEN PENGAMPU :
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan adalah suatu tempat dimana terdapat mahluk hidup beserta ekosistem
di dalamnya yang saling berhubungan satu sama lainnya. Di dalam lingkungan itu sendiri
terdapat berbagai macam mahluk hidup, diantaranya mahluk herbivora, omnivora,
karnivora, dan insektivora. Tidak hanya itu di dalam suatu lingkungan juga terdapat biota-
biota didalamnya seperti batu, tanah, air dll.
Tetapi di balik mahluk dan benda yang ada didalamnya selalu ada campur tangan
manusia yang berdampak pada lingkungan tersebut. Terkadang campur tangan manusia
itu ada yang berdampak positif dan ada juga yang berdampak negatif pada lingkungan
tersebut.
Tingkat pemahaman terhadap bumi saat ini telah meningkat melalui sains
terutama aplikasi dari metode sains. Sains lingkungan saat ini adalah studi akademik
multidisipliner yang diajarkan dan menjadi bahan penelitian di berbagai universitas di
seluruh dunia. Hal ini berguna sebagai basis mengenai masalah lingkungan. Sejumlah
besar data telah dikumpulkan dan dilaporkan dalam publikasi pernyataan lingkungan.
PEMBAHASAN
Lingkungan hidup adalah kesatuan antara seluruh makhluk hidup dan non-hidup,
meliputi berbagai unsur lingkungan serta manfaatnya, termasuk interaksi seluruh spesies
dan sumber daya alam. Demikian definisi istilah lingkungan hidup secara lengkap.
Menurut Bintarto, lingkungan hidup adalah segalah hal yang berada di sekitar
kita, baik itu benda ataupun makhluk hidup yang terpengaruh oleh kegiatan yang
dilakukan manusia.
Menurut Soemarwoto adalah seluruh benda dan juga kondisi yang berada di
dalam ruangan yang sedang kita tempati dan mempengaruhi kehidupan kita.
Menurut Emil Salim, istilah lingkungan hidup yaitu mengacu kepada semua
benda, keadaan, kondisi, dan juga pengaruh yang berada dalam ruangan yang
sedang kita tinggali dan hal tersebut mempengaruhi kehidupan di sekitarnya baik
itu hewan, tumbuhan, dan juga manusia.
Sedangkan menurut Kamus Ekologi, istilah lingkungan hidup atau environment
mengacu kepada keseluruhan yang saling berkaitan antara mahkluk hidup dan non
hidup yang berada secara alamiah di bumi atau di sebagian daerahnya.
2. Unsur Lingkungan Hidup
Komponen atau unsur lingkungan hidup terdiri atas beberapa unsur, yaitu:
Unsur lingkungan biotik atau hayati. Komponen lingkungan ini terdiri dari
makhluk hidup seperti manusia, hewan atau satwa atau fauna, tumbuhan atau
flora.Unsur lingkungan abiotik. Merupakan komponen lingkungan yang terdiri dari
berbagai benda-benda tidak hidup, misalnya tanah, air, udara, iklim, dan sebagainya.
Keberadaan suatu lingkungan fisik sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan
hidup berbagai bentuk kehidupan di bumi. Dapatkah anda bayangkan jika air tak ada
lagi oksigen di muka bumi?. Dapatkah manusia bernafas?. Tentu saja kehidupan di
muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan,
banyak hewan, tumbuhan mati. Selain itu, akan terjadi pula perubahan musim,
munculnya berbagai penyakit.Unsur sosial budaya,. Unsur ini adalah lingkungan
sosial, budaya yang ada di sekitar manusia. Merupakan sistem nilai, gagasan,
keyakinan dalam menentukan perilaku manusia sebagai makhluk sosial.
3. Manfaat Lingkungan
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.
C. Asas yang menjadi dasar lingkungan hidup dan pengelolaan lingkungan hidup.
Penerapannya
1
Hadin Muhjad, 2015,Hukum Lingkungan,Yogyakarta, cetakan 1, GENTA
Publishing,Hal 5
Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun1997 dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan yang terdapat dalam Undang-
A. Ultimum Remidium
Azas ultimum remedium pada Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
UUPPLH terdapat pada Penjelasan Umum angka 6 yang menyatakan: “Penegakkan
hukum pidana lingkungan hidup tetap memperhatikan azas ultimum remedium yang
mewajibkan penerapan penegakkan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah
penerapan penegakkan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan azas
ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu
pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi dan gangguan.3
2
HadinMuhjad, 2015,Op., cit,Hal 4-5
3
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009, 2010, Citra Umbara, Bandung.
Dalam UUPPLH semakin dipertegas bahwa penegakkan hukum pidana lingkungan
hidup tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang mewajibkan penerapan
penegakkan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakkan hukum
administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini hanya
berlaku bagi tindak pidana fomil tertentu, yaitun pemidanaan terhadap pelanggaran baku
mutu air limbah, emisi, dang gangguan. Dengan demikian dalam kerangka
operasionalisasi hukum pidana dikaitkan dengan asas ultimum remedium jauh lebih tegas
dibandingkan operasionalisasi asas subsidairitas pada UUPPLH. Hanya saja UUPPLH
sangat membatasi dengan delik formil (yang berkaitan dengan hkum administrasi)
tertentu saja, padahal masih banyak delik formil lain namun justru hukum pidana
didayagunakan secara primum remedium.4
B. Delik Formil
Delik formil adalah delik yang rumusannya memberikan ancaman pidanaterhadap
perbuatan yang dilarang, tanpa memandang akibat dari perbuatan.
Delik formil terdapat pada Pasal 100 s/d Pasal 111 dan Pasal 113 s/d Pasal 115
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
100 ayat (1) melakukan perbuatan yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu
emisi, atau baku mutu gangguan. Berdasarkan Pasal 100 ayat (2) tindak pidana ini baru
dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau
pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali. Penjara maksimal 3 tahun. Dan denda
maksimal 3 Milyar.
C. Delik Materil
Delik materiil adalah delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap
perbuatan yang menimbulkan akibat dari perbuatan (adanya kausalitas antara perbuatan
dan akibat dari perbuatan).
Delik materiil terdapat pada Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 112
4
Syahrul Mahmud, 2011, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Penegakan
Hukum Administrasi, Hukum Perdata, dan Hukum Pidana Menurut Undang Undang
No. 32 Tahun 2009, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 236.
Pasal Perbuatan Sanksi 98 ayat (1) sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya : baku mutu udara ambien, bakumutu air, baku mutu air laut, atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup. Penjara minimal 3 tahun, maksimal 10 tahun, dan
denda minimal 3 Milyar, maksimal 10 Milyar.
Adapun model pertanggungjawaban pidana dalam Undang-Undang ini terdiri dari dua
model. Model pertama adalah Korporasi sebagai pembuat dan bertanggungjawab. Hal ini
diatur dalam Pasal 116 ayat (1) bahwa tuntutan pidana dan sanksi pidana dapat dijatuhkan
salah satunya kepada “Badan Usaha”.
Model kedua adalah korporasi sebagai pembuat dan pengurus bertanggungjawab. Hal
ini diatur dalam Pasal 116 ayat (1), yang mengatur bahwa pertanggungjawaban pidana
dapat dibebankan pula kepada pengurus yakni “orang yang memberi perintah untuk
5
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009, LN. No. 140 Tahun 2009, TLN Nomor 5059, Pasal 1 angka 32
6
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009, LN. No. 140 Tahun 2009, TLN Nomor 5059, Pasal 116 ayat (1)
melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin dalam
kegiatan tersebut”.7
Dengan diaturnya dua model pertanggungjawaban pidana korporasi, maka hal ini
menimbulkan tiga kemungkinan pertanggungjawaban pidana. Pertama adalah korporasi
sebagai pembuat dan pengurus bertanggungjawab. Kedua adalah korporasi sebagai
pembuat dan korporasi bertanggungjawab. Dan ketiga adalah korporasi sebagai pembuat
dan pengurus dan korporasi bertanggungjawab.
Hal yang menarik lain dari Undang-Undang ini adalah dalam ketentuan Pasal 118
Undang-Undang PPLH disebutkan mengenai “badan usaha” sebagai “pelaku
fungsional”. Secara lengkap Pasal 118 Undang-Undang PPLH mengatur:“Terhadap
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana
dijatuhkan kepada badan usahayang diwakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di
dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku
fungsional.”8
E. Contoh Kasus
Penyelesaian Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Oleh Dinas
Lingkungan Hidup di Kota Semarang
7
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009, LN. No. 140 Tahun 2009, TLN Nomor 5059, Pasal 116 ayat (1)
8
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009, LN. No. 140 Tahun 2009, TLN Nomor 5059, Pasal 118
9
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor
32 Tahun 2009, LN. No. 140 Tahun 2009, TLN Nomor 5059, Penjelasan Pasal 118
10
J.M. van Bemmelen, Op.cit., hlm. 235
Dari sekian banyak kasus maka di dalam penelitian ini hanya mengambil sampel satu
kasus yang terjadi di Semarang, yaitu di CV.Slamet Widodo, pabrik terasi yang dalam
produksinya menimbulkan bau yang menyengat yang timbul dari adanya proses produksi
dan penjemuran terasi yang dilakukan di luar ruanganmengakibatkan pencemaran
lingkungan yang berupa bau di Kawasan Industri Terboyo. Fokuspenelitian ini adalah
penyelesaian kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup melalui penerapan
sanksi administrasi.Upaya penyelesaianyang sudah dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup Kota Semarang dalam menangani kasus pencemaran lingkungan hidup oleh CV.
Slamet Widodo adalah dengan melakukan cek/verifikasi lapangandilanjutkan dengan
pembuktiandan jika terbukti melakukan pelanggaran maka dijatuhkan sanksisanksi
administrasi
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2), Dinas Lingkungan Hidup Kota
Semarang adalah perangkat pemerintah yang berwenang dalam menangani sengketa
lingkungan hidup terhadap CV. Slamet Widodo mengenai tindakan pencemaran yang
ditimbulkan yaitu berupa bau terasi yang menyengat, sehingga mengganggu lingkungan
sekitarnya. Hasil cek/verifikasi lapangan oleh DLH ditemukan adanya pencemaran
kebauan maka dilanjtkan dengan pembuktian melalui tes kebauan dengan sistem
Odorisasi yaitu penciuman untuk mengetahui sumber bau atau zat odoran. Zat odoran
dapat berupa zat tunggal ataupun zat campuran berbagai macam senyawa. Sesuai
ketentuan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 50 Tahun 1996,
”Tingkat kebauan yang dihasilkan dari odoran campuran dinyatakan sebagai ambang bau
yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah
minimal 8 (delapan) orang”.
Tes kebauan ini yang dilakukan oleh Dinaslingkungan Hidup Kota Semarang
berjumlah 10 orang. Selain itu, DinasLingkungan Hidup Kota Semarang juga
menganalisa cerobong asap pabrik.Lebih lanjut Noramaning Istini, menjelaskan Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang dalam hal ini sudah memberikan sanksi administrasi
sampai dengan Paksaan Pemerintah.11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan hidup sebagai bagian yang mutlak dari kehidupan manusia memiliki
tiga unsur penting yaitu Unsur hayati (biotik), Unsur Sosial budaya, dan Unsur Fisik
(abiotik). Urgensi lingkungan hidup bagi kehidupan manusia dapat sebagai tempat
tinggal, tempat mencari makan, tempat beraktivitas dan sebagai tempat hiburan. Tetapi
semuanya itu tidak dapat di lakukan jika lingkungan itu rusak, baik faktor dari alam
maupun faktor dari manusia sendiri. Untuk itu kita harus melakukan berbagai upaya agar
lingkungan kita bersih dan layak di tempati.
Azas ultimum remedium pada Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
UUPPLH terdapat pada Penjelasan Umum angka 6 yang menyatakan: “Penegakkan
hukum pidana lingkungan hidup tetap memperhatikan azas ultimum remedium yang
mewajibkan penerapan penegakkan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah
penerapan penegakkan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan azas
ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu
pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi dan gangguan.
Delik materiil adalah delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap
perbuatan yang menimbulkan akibat dari perbuatan (adanya kausalitas antara perbuatan
dan akibat dari perbuatan).
B. Saran
Diharapkan peran serta berbagai pihak untuk melestarikan lingkungan sekitar, agar
kita dapat memiliki lingkungan yang bersih dan layak untuk di tempati.