Anda di halaman 1dari 18

Makalah Ekologi

Pendekatan Ekologi dalam Pembangunan

Disusun Oleh :
Kelompok 6/A1

1. Zahra Camila Abdullah (P1334733117025)


2. Lu’lu’ul Maulidatul Abbasiyah (P1337433117026)
3. Jasmine Shofi Afifah Ulhaq (P1337433117027)
4. Dwi Setiowati (P1337433117028)

DIII KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017/2018
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, telah terjadi peningkatan suhu di berbagai belahan dunia.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Pemanasan global di Indonesia semakin diperparah dengan kebijakan
pemerintah yang kurang berbasis pada ekologi. Pemerintah lebih fokus pada
investasi dalam bidang industri yang mengorbankan banyak sumber daya
alam di Indonesia. Kebijakan di bidang kehutanan juga telah berimbas besar
pada kondisi lingkungan di Indonesia. Pemerintah lebih tertarik untuk
memanfaatkan sistem hidrologi dan menjadikannya objek wisata daripada
menanam pohon.
Dengan permasalahan-permasalahan alam yang terjadi seharusnya
pemerintah sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan
pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di
Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting
untuk dibahas dan juga diwujudkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas kami merusmuskan masalah,
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ekologi?
2. Apa peran manusia dalam pembangunan berbasis ekologi?
3. Bagaimana pengaplikasian pembangunan berbasis ekologi?

1.3 Tujuan
Dari makalah ini kami memiliki tujuan, antara lain:
1. Menelaah lebih dalam mengenai ekologi
2. Memahami peran manusia dala pembangunan berbasis ekologi
3. Memahami pembangunan berbasis ekologi
BAB II
Pembahasan

2.1 Ekologi
Sejak dalam kandungan induk, suatu organisme sudah mulai
berhubungan dengan alam lingkungan. Proses hidup yang mengantarnya
pada kehidupan lebih lanjut, dimulai dari perkembangannya dalam rahim
induk. Selanjutnya, ketika organisme tersebut lahir tidak berhenti
berhubungan dengan lingkungannya. Organisme tersebut mulai berkembang
dan berinteraksi lebih lanjut dengan lingkungan.
Perkembangan makhluk hidup sangat membutuhkan lingkungannya,
dimulai dari hirupan oksigen dalam lingkungan menuju alat pernafasannya,
asupan makanan alam menuju alat pencernaannya. Namun bukan hanya
hubungan fisiologis saja yang terjalin, ada hubungan menyeluruh yang
terjadi, seperti hubungan psikologis. Hubungan tersebut mengharuskan
makhluk hidup mengadakan pembangunan dan perkembangan lingkungan
untuk tetap bertahan hidup. Sebelum membahas mengenai ekologi, harus
ditelaah terlebih dahulu mengenai konsep ekologi.

2.1.1 Pengertian Ekologi

Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan


menarik untuk ditelaah lebih dalam. Hal tersebut karena telah terjadi proses,
hubungan, perkembangan dan jalinan unik di dalamnya. Suatu makhluk
hidup memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang saling berkaitan
dengan lingkungannya. Jalinan dan jaringan itu dikembangkan dalam
bidang penelaahan yang dikonsepkan sebagai “ekologi”.
Kata “ekologi” berasal dari dua suku kata dari bahasa Yunani, yaitu
oikos yang berarti rumah (house) dan logos yang artinya penelaahan atau
ilmu. Oleh karena itu, Laurence Pringle mendefinisikan ekologi sebagai
berikut : “Ecology is the study of the ‘houses’, or environments of living
organisms – all of their surroundings, including other animals and plants,
climate, and soil ”. (Pringle, 1971).

Ada juga tokoh yang memberikan definisi ekologi sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan mereka
(Dasman, Milton, Freeman, 1973). Jadi, fokus ekologi adalah hubungan
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Erlich dan kawan-kawan
memberi batasan pada hubungan tersebut dalam mengartikan ekologi
sebagai subdisiplin dari biologi yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungan mereka pada populasi, komunitas dan level
ekosistem (Erlich dkk, 1973).

2.1.2 Unsur-unsur Ekologi

Ekologi sebagai suatu penelaahan mempunyai dua unsur yaitu makhluk


hidup dan lingkungan. Makhluk hidup sebagai unsur pertama merupakan
suatu subyek yang mengelola interaksinya dengan alam. Di lingkungan,
makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang saling
berkaitan.

Unsur kedua setelah makhluk hidup yang tidak terlepas dari konsep
ekologi adalah “lingkungan”. Menurut Prof. Dr. Otto Soemarwoto ,
Lingkungan adalah segala sesuatu di sekeliling organisme yang berpengaruh
pada kehidupannya (Otto Soemarwoto, 1985). Dalam Undang-Undang RI,
Nomor 4 tentang Ketentun-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
tahun 1982 dijelaskan “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”. Dari konsep
lingkungan tersebut maka lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lingkungan alam
b. Lingkungan sosial 
c. Lingkungan budaya

2.1.3 Asas Ekologi

Berlangsungnya suatu sistem ekologi yang membentuk jalinan


kehidupan antara makhluk hidup sesamanya dan dengan alam
lingkungannya, mengikuti asas-asas tertentu. Asas-asas ekologi, antara lain:
a. Asas keanekaragaman
Makhluk hidup di alam ini memiliki jenis yang beraneka ragam. Tiap
makhluk hidup mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan dalam
lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan hidup secara alamiah mengalami
keseimbangan yang stabil dan dinamis.
b. Asas Kerja Sama
Terciptanya keseimbangan alamiah dalam suatu ekosistem adalah hasil dari
adaptasi makhluk hidup dengan lingkungan, yang menyediakan sumber
daya, antara lain karena ada asas kerja sama di antara mereka.
Berlangsungnya asas kerja sama juga berkat adanya keanekaragaman unsur-
unsur ekologi dalam ekosistem yang bersangkutan. Bentuk kerja sama yang
saling menguntungkan itu biasa disebut “simbiosis mutualisme”.
c. Asas Persaingan
Bentuk hubungan di antara unsur-unsur ekologi selain dalam bentuk kerja
sama juga dalam bentuk persaingan. Asas persaingan ini berfungsi
mengontrol pertumbuhan suatu unsur yang terlalu pesat yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem.

2.2 Peran Manusia dalam Pembangunan Berbasis Ekologi


Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup.
Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem
ekologi yang disebut ekosistem. Manusia, baik sebagai subjek maupun
objek pembangunan, merupakan bagian dari ekosistem. 

Pembangunan bertujuan menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan


rakyat.
Dapat pula dikatakan sebagai pembangunan bertujuan untuk menaikkan
mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan
dasar merupakan kebutuhan esensial bagi hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga
bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup hayati, kebutuhan
dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan
untuk memilih. 

Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar untuk


benyak anggota masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan baik.
Misalnya pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal masih
belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan masih belumnya terpenuhi
kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup masyarakat masih belum
baik. Karena itu pembangunan masih harus diteruskan. Dalam usaha
memperbaiki lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan
untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi
rusak. 

2.2.1 Manusia sebagai Subyek dalam Lingkungan

Manusia dilahirkan ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmani dan


rohani yang berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai akar
dan pikiran yang membuatnya berbeda dengan makhluk lain, sehingga
diberi kelebihan memiliki akal-pikiran. Kelengkapan akal-pikiran ini,
manusia mampu menghadapi tantangan berat dan mampu menyelesaikan
masalah dan mampu memanfaatkan lingkunagn dengan sebaik-baiknya.

Sebagai makhluk biologi, manusia lahir menyendiri sebagai seorang


individu. Selaku individu, manusia memiliki potensi-potensi psikologis
yang dapat dikembangkan. Untuk perkembangan itu secara wajar
dibutuhkan pertumbuhan jasmani yang baik, untuk perkembangan dan
pertumbuhan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan budaya.

Manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tetapi sebagai makhluk


sosial bagi kehidupan masyarakatnya. Ditinjau dari kondisi lingkungan,
manusia di satu pihak menjadi penjaga dan pelindung lingkungan. Dari
keunikan sikap manusia bisa saja manusia menjadi perusak lingkungan,
perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kondisi lingkungan
tidak menjadi bumerang bagi dirinya dan bagi kondisi masyarakat lain. 

Diantara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi ekologis. Interaksi


dapat berlaku positif dalam arti mengembangkan daya dukung lingkungan
dengan dalam menjamin hidupnya, dapat pula berlangsung negatif dengan
pengertian merusak lingkungan tersebut. Hal ini dapat kita hayati dan dapat
kita saksikan secara langsung. 

Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, khususnya lingkungan


fisis-biologis, mengadakan interaksi demham lingkungannya. Dari hasil
interaksi tadi, diperoleh pengalaman yang mengembangkan nilai hubungan
antar manusia, nilai hubungan antar manusia dengan lingkungannya, dan
bahkan nilai hubungan dengan Tuhan. Nilai tadi menjaga kelestarian
hubungan diantara sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan
sebagai Khaliknya. 
Dari pengalaman yang berkesinambungan dan bermakna bagi kehidupan,
khususnya pengalaman tentang lingkungan, mengembangkan pengetahuan
manusia tentang alam lingkungan. Pengetahuan tadi mengembangkan nilai
yang menjaga kelestarian lingkungan yang menjamin kehidupannya. Nilai
yang membentuk keyakinan pada manusia tentang kelestarian tersebut
antara lain pada tabu dan pantangan. 

Bentuk tabu dan pantangan itu antara lain mengangkerkan hutan, pohon-
pohon tertentu dan bagian lingkungan perairan tertentu. Tabu yang kita
bahas tadi merupakan bentuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini juga
menunjukkan keunikan manusia yang hidup didalam lingkungannya.
Menjaga dan melestarikan hewan dan tumbuhan juga memiliki suatu nilai
ekologi. Karena merupakan bentuk menjaga kelestarian alam dan menjaga
rantai makanan yang ada di alam agar selalu seimbang.

Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian


masyarakat akan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan ini
dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat
menyebabkan berbagai bencana yang menimpa masyarakat sebagai akibat
tindakannya sendiri. Hal ini terutama benar bila manusia dilihat dari segi
makhluk yang berbudaya. Dalam konteks ini manusia akan merasakan
kebutuhan akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, kepuasan yang
berkembang secara indefinitif. 

Lain halnya, apabila manusia dilihat sebagai makhluk biologis, perasaan


lapar atau dahaga mudah dipenuhi dengan makan dan minum. Dengan
sendirinya budaya akan terus berkembang, lalu pemanfaatan sumber daya
alam dan laju peningkatan jumlah dan kualitas limbah juga bertambah.
Apabila dampak intensitas kegiatan ini terhadap kualitas lingkungan tidak
diperhatikan akan terjadi peningkatan taraf pencemaran lingkungan yang
akan mengakibatkan turunnya kesehatan masyarakat. Oleh karenanya,
usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan perlu didasarkan atas
pengetahuan ekologi manusia.

Adapun yang dimaksud dengan ekologi manusia adalah ilmu yang


mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fiaik, mental,
sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara
keseluruhan dan bersifat sintetis. Pengetahuan ekologi manusia ini
merupakan dasar esensiil untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam
pengelolaan lingkungan. 

Hubungan ekologi manusia dengan usaha kesehatan lingkungan dapat


dianalogkan dengan hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan,
dan sebagainya. Sebagai contoh, ekologi manusia dapat diterapkan dalam
berbagai bidang kesehatan sebagai berikut:
a. Dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia
terhadap faktor disgenik.
b. Dalam ilmu kesehatan lingkungan meningkatkan daya guna faktor
eugenik (menguntungkan) dan mengurangi pengaruh faktor disgenik
(merugikan).
c. Dalam ilmu kedokteran pengobatan membantu meningkatkan kekuatan
manusia dalam melawan faktor disgenik.

2.2.2 Manusia sebagai Pelaksana Pembangunan

Manusia memiliki banyak akal sehingga manusia bisa mengeluarkan ide


sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan keseimbangan lingkungan.
Dengan hal yang dimiliki manusia, manusia melakukan tugasnya untuk
menggunakan alam dengan sebaik-baiknya dan menggunakan akal
pikirannya, menjadikan alam ini lebih layak yaitu menggunakan alam
dengan sesuai aturan sehingga manusia memiliki kehidupan yang
bersahabat dengan alam. 
Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan
Tuhan untuk manusia. Manusia sebagai pelaksana pembangunan sama saja
dengan tugas manusia sebagai khilafah.

Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas


lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat
yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk
memberi perlindungan pada masyarakat tersebut. Sebaliknya, masyarakat
yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai ke taraf yang irreversibel. Gunung-gunung dapat dibelah sesuai
dengan keperluannya, hutan dapat diubah menjadi kota dalam waktu
singkat.

Contoh lain, manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan


unsur-unsur dari alam, ia juga membuang lagi segala sesuatu yang tidak
dipergunakan kembali ke alam. Tindakan ini akan berakibat buruk bagi
manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau banyak sehingga alam
tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self purification
terlampaui)

2.3 Peran Ekologi dalam Pembangunan

2.3.1 Manfaat dan Resiko Pembangunan dalam Lingkungan

Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga


membawa risiko. Kita dapat melihatnya di sekitar kita. Sungai kita bendung.
Dengan bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik, bertambahnya air
pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah tergenangnya kampung
dan sawah, tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan
hewan. Contoh lainnya adalah batubara, batubara kita manfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik. 
Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga,
dan SO2. Di dalam pembangunan selalu didapatkan manfaat pada satu pihak
dan risiko pada lain pihak. Pasangan manfaat dan risiko tidak terpisahkan.
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilema. Pandangan
kita terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana
proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan
risikonya.

Bagaimanapun baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan


secara berimbang. Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil.
Hanya memperhatikan manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan.
Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau terlalu membesar-besarkan
risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik
memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja
akan menimbulkan pertentangan. 

Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan
tidak setuju. Dan apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan
pembangunan, kita akan terlanda oleh risiko lingkungan, sehingga mutu
hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan untuk membangun
harus diambil. Masalahnya bukanlah membangun atau tidak membangun,
melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan-dan
dengan demikian mutu hidup-dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu
berwawasan lingkungan Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL)
merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2.3.2 Tantangan Pembangunan dalam Kaitannya dengan Lingkungan

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasinya


dalam pembangunan negara, pemanfaatan sumber daya alam akan
meningkat. Demikian pula dengan buangan berbahayanya, sehingga kualitas
lingkungan hidup akan terus berubah secara dinamis. Beban lingkungan
dalam menunjang pembangunan akan semakin berat. 

Pertumbuhan industri di berbagai bidang serta tekanan terhadap sumber


daya alam menyebabkan timbulnya permintaan, inovasi, dan produksi
sumber bahan sintesis, yang sering tergolong dalam bahan berbahaya,
demikian pula buangannya. Industrialisasi akan membawa serta kebutuhan
akan pemukiman tenaga kerja yang terkonsentrasi di daerah
urban/periurban. Kota-kota akan bertambah, baik jumlah maupun besarnya.
Dengan demikian permintaan akan pelayanan kesehatan lingkungan akan
bertambah dan semakin komplex.

Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan bagi


manusia untuk dapat menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal
sehingga daya dukung kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap lestari,
dan kesehatan masyarakat tetap terjamin. 

Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat


meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat, yakni : setiap
aktivitas harus (i) didasarkan atas kebutuhan manusia, (ii) ditujukan pada
kehendak masyarakat, (iii) direncanakan oleh semua pihak yang
berkepentingan, (iv) didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah, dan (v)
dilaksanakan secara manusiawi.

2.3.3 Pembangunan yang Terlanjutkan

Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan


yang berlanjutan ialah i) terpeliharanya proses kologi yang esensial, ii)
tersedianya sumberdaya yang cukup, dan iii) lingkungan siosial-budaya dan
ekonomi yang sesuai. Ketiga faktor itu tidak saja mengalami dampak dari
pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan.
Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan tidak cukup untuk
melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk
perencanaan proyek pembangunan. Pengelolaan lingkungan untuk
pembangunan harus didasarkan pada konsepsi yang lebih luas. Konsepsi itu
harus mencakup dampak lingkungan terhadap proyek, pengelolaan
lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan dini
pengelolaan lingkungan untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk
pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan.

2.3.4 Pengelolaan Proyek Pembangunan yang Memperhatikan


Lingkungan

Pengelolaan proyek pembangunan yang biasa kita lakukan ialah secara


sektoral. Misalnya, proyek bendungan untuk PLTA dikelola oleh PLN dan
proyek jalan raya oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Proyek yang besar
mempunyai aspek yang banyak. Ambil sebagai contoh proyek bendungan.
Umur bendungan tergantung oleh laju erosi di daerah hulu dan penyuburan
air oleh limbah kota dan desa. 

Waduk yang terbentuk akan menggenangi desa, sawah, ladang, dan jalan.
Mungkin pula hutan dan candi akan tergenang. Perkembangan dan sistem
pasar rusak. Lapangan pekerjaan banyak yang hilang. Sementara itu banyak
orang tidak mau ditransmigrasikan dan ingin tinggal di daerah itu. Karena
itu tekanan penduduk terhadap lahan meningkat. Bahaya erosi dan
kerusakan tata air bertambah.

Kesulitan pokok ialah siapa yang bertanggung jawab dan harus


melakukan penanggulangan masalah itu? Misalnya, siapa yang harus
melakukan pengendalian erosi di daerah hulu? Siapa yang harus
mengusahakan pemukiman kembali penduduk yang tidak mau
bertransmigrasi? Jelas PLN tidak dapat melakukan semuanya sendiri, karena
keterbatasan biaya dan keterbatasan tenaga ahli. 
Kecuali itu juga akan bertentangan dengan pembagian tanggung jawab
dan tugas aparatur pemerinahan. Karena itu seharusnya masing-masing
masalah itu menjadi tanggung jawab dinas yang membawahi bidang
masalah tersebut. Misalnya pengembangan perikanan untuk pemukiman
kembali dilakukan oleh Dinas Perikanan. Kesulitannya ialah masing-masing
dinas mempunyai program sendiri-sendiri.

Pengelolaan proyek menunjukkan perlunya pendekatan yang holistis


terhadap pengelolaan proyek pembangunan. Proyek itu haruslah dianggap
sebagai komponen dalam ekosistem lingkungan tempat proyek itu
dilaksanakan. Komponen lingkungan lainnya yang terkait pada proyek itu
harus dimasukkan dalam perencanaan proyek. Hal ini mengharuskan keikut-
sertaan Bappeda dalam perencanaan proyek pusat, terutama proyek besar
seperti bendungan. Sebagai imbalan terhadap jerih payah Bappeda dan
Pemerintahan Daerah setempat, proyek harus berusaha untuk menyalurkan
sebagian manfaat untuk pembangunan daerah yang ditempati proyek itu.

Dengan demikian proyek tidak saja mempunyai arti penting secara


nasional dan regional, melainkan juga secara lokal. Proyek menjadi
kekuatan pendorong pembangunan daerah. Pemerataan manfaat
pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Baik pihak proyek, maupun
Pemerintah Daerah saling beruntung. Misalnya, dalam hal bendungan
sebagian listrik disalurkan ke daerah tampung waduk dan daerah hulu
sungai yang dibendung untuk pengembangan industri yang menciptakan
lapangan pekerjaan baru untuk penduduk. Tingkat kehidupan penduduk
meningkat. Tekanan penduduk terhadap lahan turun. Erosi berkurang.
Keselamatan waduk lebih terjamin.

2.3.5 Pendekatan Ekologi pada Pembangunan Masa Mendatang


Akibat pertumbuhan, pertambahan, dan perkembangan manusia, masalah
sosial yang terjadi di masyarakat tidak ada kunjung reda. Usaha manusia
mengatasi masalah tadi juga tidak akan pernah berhenti. Tindakan manusia
yang lebih positif dan terarah dalam mengatasi masalah serta meningkatkan
kesejahteraannya adalah dalam bentuk pembangunan. Pembangunan yang
dilaksanakan di Indonesia dikenal sebagai pembangunan yang berwawasan
lingkungan.

Mengingat masalah sosial yang tidak akan pernah lenyap, dan mengingat
pula bahwa pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat tidak
akan pernah berhenti, maka pendekatan ekologi baik bagi kepentingan
preventif, refresif, dan rehabilitatif maupun untuk pembangunan, tetap akan
berperan. Apalagi jika diingat bahwa populasi manusia akan terus
berkembang, sedangkan sumber daya lingkungan cepat atau lambat akan
sampai kepada batas kemampuan daya dukungnya. 

Dengan demikian, pendekatan ekologi baik sebagai ANDAL maupun


sebagai AMRIL, akan tetap menempati kedudukan yang penting. Makin
tinggi kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya lingkungan mampu
menjamin kehidupan, makin penting pula kedudukan pendekatan ekologi
dalam kehidupan ini. Hanya barangkali pada masa yang akan datang
pendekatan ekologi ini akan lebih memanfaatka hasil kemajuan teknologi
canggih, sehingga hasilnya menjadi lebih meyakinkan.
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Ekologi memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena ekologi


itu sendiri adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan
merupakan bahasan menarik untuk ditelaah lebih dalam. Di dalam
pembangunan itu sendiri, manusia memegang peranan yang sangat penting
untuk melakukan pembangunan berbasis ekologi, karena kodrat manusia
sebagai subyek dalam lingkunan dan pelaksana dalam pembangunan. 

Banyak manfaat dan risiko yang akan dialami lingkungan dalam


pembangunan, tantangan pun harus dihadapi untuk terus melakukan
pembangunan yang berkelanjutan, sehingga pendekatan ekologi harus
dilakukan dalam setiap melakukan pembangunan, terutama yang
berhubungan dengan lingkungan. Sehingga pembangunan terus berlanjut
agar mutu dan kualitas hidup terjamin, serta lingkungan pun tidak akan
rusak dengan pembangunan yang terus berjalan mengikuti arus waktu.

3.2 Saran

Pemerintah seharusnya sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada


kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan
pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan
berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan.

Daftar Pustaka

Soemarwoto, Otto, 1991, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : PT.
Penerbit Djambatan.
Soeriaatmadja,R.E, 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung : ITB.
Slamet, Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada
University Press.
Sumaatmadja, Nursid DR., 1989, Studi Lingkungan Hidup, Bandung : PT.Alumni.
http://anindika202.blogspot.co.id/2012/01/pembangunan-berbasis-ekologi.html#!/
2012/01/pembangunan-berbasis-ekologi.html

Anda mungkin juga menyukai