Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

EKOLOGI MANUSIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : FITRI MALINI

NIM : 64722401S171124

KELAS : 5A

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA HUSADA SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia pada hakikatnya adalah murid-murid alam atau lingkungan, karena
alam dan lingkungan mengajari mereka banyak hal. Kehidupan sebagai dinamika
yang mengandung pergeseran dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu
setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya,
serta sesama makhluk hidup yang merupakan bagian dari alam. Dalam hal ini alam
bagi manusia adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup,
berkembang, maupun mati. Akan tetapi juga mempunyai makna filosofis tersendiri.
Alam adalah guru bagi makhluk yang hidup di dalamnya. Dia dapat mempelajari apa
saja yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu lingkungan merupakan laboratorium
alam yang sangat baik dan lengkap, namun belum banyak yang menyadari dan
memanfaatkannya.

Semakin hari, semakin dirasakan oleh manusia untuk harus mengenal


lingkungannya, apalagi perkembangan IPTEK yang begitu pesat, pola penduduk
dunia yang berubah, begitu pula berkembangnya kekuatan manusia yang mengubah
lingkungan. Dengan merenungkan munculnya masalah-masalah pembangunan yang
mengabaikan prinsip-prinsip ekologi yang mendapatkan keuntungan jangka pendek
guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang semakin hari semakin banyak,
telah menyebabkan peranan ekologi semakin menonjol.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan Ekologi?


2. Apa yang dimaksud dengan Ekosistem?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekologi Manusia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini antara lain :

1. Memahami apa yang dimaksud dengan ekologi.


2. Memahami apa yang dimaksud dengan ekosistem.
3. Memahami apa yang dimaksud dengan ekologi manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekologi


Secara etimologi, ekologi berasa dari bahasa Latin yaitu oikos dan
logos. Oikos artinya rumah atau tempat hidup, sedangkan logos artinya ilmu.
Soemarwoto mengatakan bahwa oikos berasal dari bahasa Yunani yang artinya rumah
dan logos berarti ilmu. Karena itu secara harfiah ekologi diartikan ilmu tentang
makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
Soerjani menegaskan lagi bahwa ekologi dalam tinjauan bahasa diartikan
sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, maksudnya ialah ilmu tentang
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-
benda mati disekitarnya.
Istilah ekologi dikenalkan pertama kali oleh seorang ahli biologi Jerman yang
bernama Ernest Haeckel pada tahun 1969. Dia memulai perhatiannya dalam setiap
bidang sosiologi. Dia mengemukakan adanya hubungan antara makhluk hidup di
suatu tempat dengan lingkungannya.
Sebenarnya ekonomi juga berasal dari kata dasar yang sama yaitu oikos, tapi
tekanannya pada mempelajari rumah tangga manusia saja yang sebenarnya manusia
itu merupakan bagian dari makhluk hidup yang kehidupannya tergantung dengan
makhluk hidup lainnya.
Soemarwoto menjelaskan, ekologi dan ekonomi memiliki banyak persamaan.
Hanya saja transaksi yang dipakai dalam ekologi bukanlah mata uang rupiah atau
dolar, akan tetapi materi, energi, dan informasi. Dalam ekologi, ketiganya berputar
dalam suatu komunitas atau antara beberapa komunitas seperti halnya arus mata uang
yang beredar dalam ekonomi. Oleh karena itu dalam ekologi dapat juga dikatakan
ekonomi alam yang melakukan transaksi dalam bentuk materi, energi dan informasi.
Namun demikian manusia juga tidak dapat terlepas dari kebutuhan materi, energi dan
informasi yang terus beredar selain dari mata uang.

2.1.1. Tingkatan Makhluk Hidup


Tingkatan makhluk hidup atau organisme memiliki struktur dari yang paling
sederhana kepada yang paling kompleks.
1. Protoplasma, yaitu zat hidup dalam sel yang terdiri atas senyawa organik yang
kompleks seperti lemak, protein.
2. Sel, satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang
terkandung dalam membran.
3. Jaringan, kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya
jaringan otot.
4. Organ, atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang memiliki
fungsi tertentu, misalnya kaki, tangan, atau daun pada tumbuhan.
5. Sistem organ, yaitu kerja sama antara struktur dan fungsional secara harmonis,
misalnya antara mata dengan telinga, mata dengan tangan.
6. Organisme, yaitu benda hidup, jasad hidup atau makhluk hidup.
7. Populasi, kelompok organisme sejenis yang hidup dan berkembangbiak pada
suatu daerah tertentu, misalnya populasi manusia di bandung.
8. Komunitas, yaitu semua populasi dan berbagai jenis yang menempati suatu
daerah tertentu dan di tempat tersebut antara satu jenis populasi dengan populasi
lainnya saling berinteraksi.
9. Ekosistem, tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan yang
amat kompleks antara organisme dengan lingkungannya, baik biotik maupun abiotik
yang secara bersama-sama membentuk sistem ekologi, sehingga disebut ekosistem.
10. Biosfer, merupakan organisasi hayati yang paling kompleks, yaitu kawasan
lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi.
2.1.2. Cabang-Cabang Ekologi
Ekologi terbagi kepada dua bagian yaitu:
1. Autekologi, mempelajari individu dari suatu jenis organisme atau ekologi dari
satu jenis makhluk hidup (termasuk ekologi manusia), tentang bagaimana cara hidup
dan beradaptasi diri dengan lingkungannya.
2. Sinekologi, mempelajari suatu komunitas organisme yang hidup sebagai suatu
kesatuan. Misalnya penelitian tentang pengaruh iklim atau tanah terhadap produksi
hutan.

2.2. Pengertian Ekosistem


Ekosistem ialah suatu sistem dimana terdapat keseimbangan ekologis. Dalam UURI
Nomor 32 (1997, pasal: 1 ayat 4) disebutkan bahwa ekosistem ialah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup.

2.2.1. Kaidah-Kaidah Ekosistem


Riyadi menjelaskan beberapa kaidah-kaidah ekosistem, diantaranya yaitu:
1. Ekosistem dikendalikan secara alamiah.
2. Mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang.
3. Antara unsur-unsur dalam lingkungan seluruhnya, terdapat suatu interaksi, saling
mempengaruhi yang bersifat timbal balik.
4. Interaksi dilakukan antar unsur-unsur (komponen-komponen) lingkungan yang
dapat terjadi antara:
a. Komponen biotis dengan komponen abiotis,
b. Antar komponen biotis sendiri,
c. Atau sesama komponen abiotis.
5. Interaksi itu senantiasa terkendali.
6. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas di samping yang fundamental
(umum).
7. Ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu dan tempat.
8. Antara satu dengan lain, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk
memilih interaksi pula secara tertentu.
2.2.2. Tipe-Tipe Ekosistem
Adapun lingkungan alam di permukaan bumi ditinjau dari aspek habitat, dapat
dipisahkan kepada empat tipe, yaitu:
1. Ekosistem daratan,
2. Ekosistem lautan,
3. Ekosistem air tawar,
4. Ekosistem estaurin (tubuh perairan setengah tertutup di pinggiran daratan,
sehingga terpengaruh pasang surut air laut yang rasanya payau karena campur air laut
dengan air dari daratan) biasanya terbentuk rawa pasang surut atau teluk.

2.3. Unsur-Unsur dalam Ekosistem


Unsur-unsur dalam ekosistem terbagi menjadi tiga bagian, yaitu materi, energi,
dan Informasi.
2.3.1. Materi
Materi ialah sesuatu yang ada di suatu tempat pada suatu waktu, baik berupa
benda mati (nonhayati) seperti tanah, air, udara, batu, mapun benda hidup (hayati)
seperti hewan laut, hewan darat, dan hewan terbang di udara, tumbuhan di laut dan
tumbuhan di darat. Menurut pemahaman kuno, materi itu terdiri atas empat macam,
yaitu air, tanah, api dan udara. Dikatakan bahwa empat unsur tersebut tidak dapat
dipecah lagi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Unsur tersebut
diciptakan secara filfasat, bukan atas pendekatan konklusi pertimbangan ilmiah
secara kimiawi atau fisika.
2.3.2. Energi
Power atau energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja, atau daya,
kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Pada
manusia atau makhluk bio lainnya, energi diperoleh melalui proses oksidasi
(pembakaran) zat makanan yang masuk ke dalam tubuh atau batang (tumbuhan)
berupa makanan.
Manusia dan energi tidak dapat dipisahkan dalam ekosistemnya karena energi
merupakan bagian dari komponen utama dalam ekosistem. Energi untuk
melaksanakan berbagai macam kerja. Kerja merupakan bagian dari ikhtiar manusia
untuk memenuhi segala kebutuhan hidup.

2.3.3. Informasi
Informasi merupakan bagian dari konsep ekosistem. Dalam ekosistem terjadi
keteraturan karena adanya arus materi dan energi yang dikendalikan oleh informasi
antara komponen dalam ekosistem itu. Informasi itu bisa berupa fisik atau benda,
sifat, warna, kelakuan, suhu, keadaan, bentuk, isyarat. Menerima informasi berarti
seseorang itu mendapat pengetahuan baru yang intensitasnya tergantung dari besar
kecilnya bobot informasi yang diterima seseorang.
Dalam konteks ekologi manusia, informasi itu datang dari sesama manusia
dalam bentuk-bentuk yang kompleks. Di antaranya dalam bentuk ilmu, budaya,
politik, ekonomi, sosial, dan kepentingan kehidupan lain. Peristiwa musibah tsunami
di Aceh telah menebarkan informasi ke segenap penjuru dunia bahwa di Aceh ada
musibah dan banyak menelan korban jiwa, materi dan trauma masyarakat. Kemudian
masyarakat dunia merespon dengan rasa empati dan simpati berupa ucapan, bantuan
materi, infrastruktur, pengobatan, psikoterapi, dan sebagainya. Hubungan timbal balik
antar manusia seperti ini bisa terjadi dengan baik karena adanya informasi melalui
berbagai media secara langsung dan tidak langsung.
2.4. Ekologi Manusia
Dari pengertian ekologi manusia seperti yang telah dikemukakan sebelumnya
di atas yang patut kita perhatikan adalah ketika manusia dipengaruhi oleh ekosistem
diperlukan adanya kemampuan beradaptasi, sebaliknya ketika manusia harus
mempengaruhi ekosistemnya diperlukan mengembangkan program sebagai media
kontrol ekosistem itu sehingga apa yang akan dilakukan tidak terjadi distorsi dan
destruksi. Oleh karena itu dalam sistem pengelolaan lingkungan, ekologi yang
dibutuhkan ialah ekologi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Adapun keterlibatan manusia
dalam ekosistemnya ialah:
Pertama, manusia terlibat langsung sebagai bagian dari unsur-unsur dalam
sebuah bentuk ekosistem secara imanen dengan komponen lainnya. Misalnya
manusia, tumbuhan, hewan dan benda mati, yang saling berinteraksi dalam sebuah
sistem atau ekosistem melalui proses rantai makanan.
Kedua, manusia secara transendental tidak terlibat langsung sebagai bagian
dari unsur-unsur dalam sebuah proses ekosistem bersama komponen lainnya.
Misalnya ekosistem dari sebuah kawasan seperti ekosistem rawa, ekosistem hutan,
dan ekosistem biota laut.
Ketiga, namun demikian baik manusia terlibat langsung ataupun tidak terlibat
langsung dalam proses ekosistem itu, ia tetap dituntut untuk berperan memberikan
komitmen dan integritasnya terhadap ekosistem itu. Pola komitmen itu harus
berdasarkan moral agama, moral manusia, etika lingkungan dan norma-norma
lainnya, agar ekosistem-ekosistem yang berlangsung di planet bumi ini tetap dalam
tatanan keseimbangan ekologis.

2.4.1. Fungsi Manusia


Sebagaimana kita maklumi bahwa manusia dalam pengertian ekologi
manusia merupakan sosok yang memegang fungsi dan peranan penting dalam
konteks lingkungan hidupnya. Namun perlu diingat pula bahwa manusia secara fisik
merupakan makhluk yang lemah. Perikehidupan dan kesejahteraannya sangat
tergantung kepada komponen lain. Artinya keberhasilan manusia dalam mengelola
rumah tangganya dengan baik, ditentukan oleh berhasilnya manusia dalam mengelola
makhluk hidup lainnya secara keseluruhan dengan baik pula.
Untuk memperkuat kelemahan manusia, ia diberi kelebihan akal atau alam
pikiran (noosfer). Dengan akal pikirannya manusia memiliki budaya serta dengan
budayanya (yang disebut extra somatic tool) manusia mampu menguasai dan
mengalahkan makhluk yang lebih besar dan menaklukan alam yang dahsyat.
Masalahnya apabila noosfer dengan prilakunya digunakan untuk kepentingan
kesejahteraan diri dan makhluk hidup lainnya dan didukung oleh rasa tanggung jawab
terhadap kelestarian kemampuan daya dukung lingkungannya, maka sejahteralah
manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya, dengan noosfer (extra somatic
tool) yang dikembangkan manusia dalam mempermudah hidup dan memenuhi
kebutuhan pokok (primery biological needs) manusia dapat bersifat tamat, egois,
serakah mengeksploitasi sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa
pertimbangan dampak yang akan terjadi kelak. Bahkan merasa dirinyalah yang paling
memerlukan, dengan memanfaatkan sumber daya alam itu yang pada gilirannya
mereka terancam hidupnya dan makhluk hidup lain, kini dan generasi mendatang.

2.4.2. Ilmu Lingkungan


Ilmu yang mengkaji tentang tempat dan peranan manusia di antara makhluk
hidup dan komponen kehidupan lainnya, dapat juga disebut ekologi terapan. Atau
mempelajari bagaimana manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau
dalam lingkungan hidupnya.
Ilmu lingkungan diartikan pula sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu yang ikut menyusun sintesa terhadap ilmu lingkungan seperti
sosiologi, fisika, kimia, geografi, meteorologi, hidrologi, pertanian, kehutanan,
kesehatan, masyarakat, dan lain-lain.
Menurut Riyadi, ilmu lingkungan ialah ilmu yang mampu menerapkan
berbagai disiplin (fragmen berbagai ilmu dasar) melalui berbagai pendekatan
ekologis terhadap masalah lingkungan hidup yang diakibatkan karena aktivitas
manusia sendiri. Ilmu lingkungan lebih kepada penerapannya.

2.5 Model Ekologi Manusia


2.5.1 Manusia Seutuhnya
Sosok manusia menjadi tema sentral dalam pemikiran ekologi manusia
karena dialah sebagai makhluk yang terdominan dalam konteks memanfaatkan
komponen alam dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan cenderung
merusak lingkungan dan ekosistem alam ketika manusia tidak menyadari atau tidak
mengerti tentang siapa dirinya dan kontribusi alam terhadap dirinya.
Mempertanyakan siapakah sebenarnya sosok manusia itu, sama halnya
dengan mempertanyakan siapakah sebenarnya hakikat diri kita sendiri. Terlepas dari
apakah seseorang itu menganut suatu agama atau tidak, ia dapat memahami
pengertian yang sangat umum, bahwa manusia terdiri atas unsur jasmaniah dan
rohaniah (disana ada kekuatan spiritualnya), dan dilengkapi dengan panca indra.
Terbukti, selama unsur-unsur itu masih menyatu, maka ia dikatakan hidup, atau
sebaliknya apabila antara kedua unsur itu telah berpisah, maka ia disebut mati.
Ulama syari’at berpendapat bahwa tubuh manusia terdiri atas roh dan jasad
kasat. Jasad sebagai tempat roh selama ia masih hidup, jasad bertugas mengabdi
kepada roh serta menerima segala perintah roh. Secara anatomi, fisik manusia
tersusun dari materi, yaitu terdiri atas kulit, daging, tulang, darah putih, darah merah,
otot saraf, air, bulu atau rambut, organ tubuh bagian luar dan organ tubuh bagian
dalam yang kesemuanya merupakan kumpulan dari miliaran sel tubuh. Kemudian
menjadi satu kesatuan entiti dengan roh yang didukung oleh akal, sehingga manusia
dapat hidup, berpikir, merasa, berbuat tumbuh, dan berkembang biak.
2.5.2 Akal
Akal atau noosfer, salah satu organ manusia yang teristimewa dan sekaligus
membedakan antara dirinya dengan makhluk hidup lainnya ialah manusia dianugerahi
akal. Kelebihan lainnya, manusia dianugerahi pancaindra yang berfungsi lebih
sempurna. Kelima indra tersebut ialah alat untuk merasa atau mencicip dengan lidah,
alat untuk melihat, alat untuk mendengar suara, alat untuk meraba, dan alat untuk
mencium bau yaitu hidung.
Potensi akal yang dimiliki oleh manusia memiliki kemampuan beripikir,
mengembangkan ilmu dan teknologi sehingga ia mampu mengolah alam semesta
beserta isinya untuk kepentingan hidup.

2.5.3. Budaya
Budaya adalah produk dari akal manusia dan merupakan anugerah Tuhan.
Dengan budaya manusia mampu mengembangkan aktifitas dan kreativitasnya hingga
pada tingkat yang luar biasa.
Ada pemikiran bahwa korelasi antara akal dengan agama merupakan satu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Karena akallah, maka agama diturunkan. Dengan
akalnya manusia dapat bermanipulasi, berpura-pura, munafik, berbohong, menipu
dan seterusnya sehingga dapat merusak tata kehidupan manusia itu sendiri dan
ekosistemnya. Oleh karena itu perlunya diturunkan agama merupakan alat kontrol
bagi kelakuan manusia yang diperbuat berdasarkan budayanya.

2.5.4. Agama
Agama inilah yang menjembatani antara akal dengan pancaindra plus
intuitifnya. Tanpa spiritual maka hubungan antara akal dengan pancaindra itu akan
terputus. Dalam konteks manusia memerlukan aturan dan norma untuk membatasi
mana tugas, mana kewajiban, mana tanggung jawab, mana hak-hak seseorang
terhadap diri, terhadap orang lain, terhadap alam dan terhadap Tuhannya yang
menciptakan seluruh alam termasuk dirinya.
2.5.5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Teknologi atau ilmu teknik yaitu kemampuan teknik yang berdasarkan
pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan pula pada proses teknis. Teknologi ini
juga diartikan sebagai pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam
usaha meningkatkan kesejahteraannya.
Jadi teknologi itu merupakan wujud dari rekayasa akal manusia sehingga
antara teknologi dengan akal merupakan kesatuan fungsional yang tidak dapat
dipisahkan.

2.6. Ekologi Manusia dalam Perspektif Sektor Kehidupan


2.6.1. Pendidikan
Pendidikan itu proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Atau sosialisasi nilai-nilai dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Studi ekologi manusia dalam konteks pendidikan tidak terlepas dari peranan
manusia dalam ekosistemnya yang melibatkan unsur, subjek, audien, materi, proses,
media, tujuan, dan efek. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang terbesar dan
teristimewa di antara makhluk lainnya, sehingga ia mampu mewujudkan perbuatan
yang paling tinggi pula.

2.6.2. Kesempatan Kerja


Manusia dan pekerjaannya merupakan kesatuan sistem yang terus berproses
untuk menghasilkan keuntungan atau hasil kerjanya. Bekerja dalam Islam merupakan
ikhtiar yang wajib dilakukan oleh setiap insan yang mempunyai kemampuan dan
kesempatan.
2.6.3. Papan
Setiap orang mengidamkan permukiman yang akrab lingkungan dan
berkekotaan yaitu sifat kekotaan yang makin kaya, bermutu dan masyarakat yang
madani.
Kebutuhan akan rumah semakin banyak jumlahnya sesuai dengan
bertambahnya penduduk. Untuk mendapatkan rumah jika bukan dalam bentuk
warisan dari orang tua sangat sulit karena harus memiliki lahan untuk mendirikan
bangunan.

2.6.4. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu dari sekian problem kependudukan.
Kesehatan itu amat mahal karena bagian dari anugerah dan kenikmatan Allah yang
tidak ternilai harganya. Derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan alam, faktor sosial budaya atau kultur, dan
faktor prilaku.

2.6.5. Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok biologis, artinya manusia
tanpa makan akan mati. Kekuatan menahan makan dapat diukur dengan hari,
kemampuan menahan minum hanya dapat bertahan dalam beberapa jam, dan
kekuatan menahan nafas atau oksigen hanya hitungan menit.
Jadi makan, minum, dan oksigen merupakan kebutuhan pokok biologis
makhluk hidup, termasuk manusia. Apa artinya seseorang memiliki rumah mewah
dan kendaraan mewah jika bahan makanan dikehendaki oleh Allah tidak tersedia
sama sekali. Apapun nafkah dicari, makan merupakan kebutuhan instan yang wajib
dipenuhi setiap saat. Minimal manusia harus makan dua kali dalam sehari.
2.6.6. Hukum
Manusia mengadakan kontak-kontak sosial di bidang peradilan, pembuatan
undang-undang, pembuatan peraturan, pembuatan instruksi dan keputusan, tata tertib,
hak asasi manusia. Masih banyak lagi sektor kehidupan sosial lainnya yang termasuk
dalam konteks manusia dalam tinjauan hukum.

2.7. Tiga Dimensi Lingkungan Hidup


Manusia di tengah tiga dimensi lingkungan hidup, yaitu lingkungan hidup
alami (LHA) yang belum dijamah dan/atau sengaja dilindungi kesatuan dan keutuhan
ekosistemnya. Lingkungan hidup buatan (LHB) yang sengaja di sentuh oleh tangan
manusia. Sedangkah lingkungan hidup sosial (LHS), suatu lingkungan yang sarat
dengan komunitas dan aktivitas manusia.

2.7.1. Lingkungan Hidup Alami (LHA)


Lingkungan hidup alami merupakan wilayah atau lingkungan yang tidak
didominasi oleh manusia atau ekosistem manusia. Di dalamnya masih berlaku hukum
tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
seperti udara, tanah, air, mikro-organisme, ikan, hama, ternak, rumput liar atau
perumputan, tanaman, kayu-kayuan, dan lain-lain.
Sebagian ilmuwan ada yang mengatakan bahwa pada lingkungan hidup alami
kondisinya masih benar-benar belum disentuh oleh tangan manusia, sedangkan
sebagian lain mengatakan sudah dijamah oleh tangan manusia meskipun sedikit
dengan mengemukakan contoh seperti pembangunan waduk, lingkungan wisata
alami, wisata bahari atau taman laut.

2.7.2. Lingkungan Hidup Buatan (LHB)


Suatu wilayah dimana manusia mengembangkan teknologi, seperti
pertambangan, pertanian, industri, perhubungan, perkebunan, dan berbagai bentuk
sarana-prasarana. Dalam lingkungan hidup buatan, pada hakikatnya merupakan
sebuah lingkungan hidup artifisial dengan ciri ekosistemnya sudah lebih dominan
ekosistem buatan manusia meskipun di dalamnya masih ada ekosistem secara alami
pada beberapa bagian yang kecil dan terbatas.

2.7.3. Lingkungan Hidup Sosial (LHS)


Suatu wilayah yang di dalamnya berlangsung hubungan manusia dengan
sesamanya dengan ciri dan sistem dimana berkembang hubungan struktural dan
fungsional antara mereka atau disebut sosiosistem. Jadi yang menjadi konsentrasi
pada lingkungan hidup sosial adalah manusia yang berada dalam wilayah kajian itu.
Misalnya wilayah permukiman, baik di perkotaan maupun pedesaan atau daerah
transmigrasi, suatu wilayah yang telah dihuni oleh manusia dan berlangsung secara
struktural dan fungsional dalam kehidupannya.
Lebih jelas lagi seperti yang dikemukakan oleh Andrey Armour. Lingkungan
hidup sosial meliputi:
1. Bagaimana manusia hidup, bekerja, bermain, dan berkativitas keseharian.
2. Sikap mental masyarakat.
3. Bagaimana kelakuan tindak-tanduk masyarakat.
4. Gaya hidup masyarakat.
5. Bagaimana kesehatan masyarakat.
6. Bagaimana kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
7. Bagaimana pendidikan masyarakat.
8. Ritual dan kehidupan beragama masyarakat.
9. Sistem nilai, norma, prilaku, sanksi, budaya, adat-istiadat, kebiasaan masyarakat,
keyakinan.
10. Community, dilihat dari aspek-aspek struktur penduduk, kohesi (hubungan erat
atau kebersamaan), stabilitas sosial, estetika, dan infrastruktur yang digunakan atau
diakui sebagai fasilitas umat.
11. Kepindahan penduduk misalnya transmigrasi, pindah biasa dari satu tempat ke
tempat lainnya atau misah rumah dari orang tua atau mertua ke kontrakan atau
menempati rumah baru dan sebagainya.

2.7.4. Manusia sebagai Tema Sentral


Manusia sebagai tema sentral dalam ekologi manusia. Dalam konteks ekologi,
posisi manusia adalah imanen (menyatu dengan alam), dimana manusia masih
merupakan bagian dari alam dalam proses ekosistemnya. Dalam konteks ini manusia
berperan secara fungsional menjadi eksklusif dengan alam karena beberapa alasan:
1. Dengan akal pikirannya, manusia menjadi berbudaya. Dengan budayanya
manusia bisa merubah tatanan alam dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.
2. Dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya, manusia
sangat dominan di bandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya.
3. Dalam konteks hubungan transendental, manusia sudah membuat nilai-nilai baik
dan buruk, merasakan adanya dampak negatif dan positif, dan membuat etika boleh
dan tidak boleh.
4. Manusia bukan hanya dominan dalam memanfaatkan sumber daya alam, akan
tetapi juga dominan dalam merusak sumber daya alam.
5. Manusia membuat aturan dalam berbagai macam bentuk norma seperti undang-
undang, tata tertib, peraturan, baik bersifat internasional, nasional, regional, daerah,
maupun bersifat lokal.
6. Manusia juga paling dominan membuat pencemaran di darat, laut, dan udara
sehingga menimbulkan berbagai macam dampak hayati, dampak fisik dan dampak
sosial yang merugikan banyak komponen alam termasuk dirinya.
7. Manusia mempunyai ilmu pengetahuan sebagai media untuk meneliti,
mempelajari, memanfaatkan, dan mengolah sumber daya alam.
8. Manusia menciptakan teknologi sebagai alat perpanjangan tangan ilmu
pengetahuan dan sebagai alat untuk mengeksploitasi sumber daya alam.
2.8. Tiga Perangkat Moral Penyelamat Lingkungan
Secara etika lingkungan, manusia terhadap lingkungan mempunyai kewajiban
moral dan tanggung jawab yang terbesar di antara makhluk hidup lainnya. Untuk itu
manusia dapat bersikap transendental terhadap lingkungan hidupnya. Hakikat
masalah lingkungan hidup adalah memelihara hubungan serasi antara manusia
dengan lingkungannya. Untuk keserasian salah satu acuannya digunakan etika
lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Nugroho, yaitu:
1. Egoisme, yang bedasarkan keakuan, tetapi selama ia sadat akan
ketergantungannya kepada pengada lain, maka sifat egoismenya dapat berperan serta
dalam pengelolaan lingkungan;
2. Humanisme, solidaritas kepada sesama manusia;
3. Vitalisme, kesetiakawanan terhadap sesama makhluk hidup, baik berperasaan,
seperti hewan (sentimentisme) maupun kepada yang tidak berperasaan seperti
tumbuhan.
Altruisme, tingkatan terakhir yakni solidaritas kepada sesama pengada ciptaan
Tuhan Maha Pencipta di bumi ini karena ketergantungannya (manusia) kepada
sesama yang ada, baik yang hidup maupun yang mati.

2.9. Ekologi Manusia dalam Perspektif Ajaran Islam


Begitu indah dan lengkap serangkaian ayat-ayat al-Qur’an yang
mengungkapkan tema-tema ekologi manusia, ekosistem, unsur-unsur lingkungan
hidup, aneka sumber daya alam, peranan manusia, energi, flora dan fauna, lingkungna
fisik, dan lain-lain seperti yang di-Firmankan oleh Allah SWT di dalam QS. Al-
An’am ayat 95-99:
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-
buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka mengapa
kamu masih berpaling?”
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang
Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui.”
“Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, Maka (bagimu) ada
tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda
kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.”
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan
delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman.”
Ekologi manusia diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
ekosistem mempengaruhi dan dipengaruhi kehidupan manusia. Atau ilmu yang
mengkaji interaksi manusia dengan lingkungannya. Batasan ini masih objektif dan
bersifat netral, sedangkan yang bersifat subjektif dan bertujuan ialah ilmu yang
mempelajari tempat dan peranan manusia dalam ekosistemnya, atau yang lebih
bertujuan lagi ialah ilmu yang mempelajari hakikat dan pengaturan tingkah laku
manusia dalam lingkungan hidupnya.
Dari aspek ini Allah telah menganugerahi akal kepada manusia. Maka dengan
akal itulah Allah menurunkan agama. Logikanya, apabila manusia diberikan akal
pasti budayanya akan berkembang seperti yang kita rasakan selama ini, maka
manusia akan terseret jauh kepada penyimpangan dan kebebasan serta kebablasan.
Agama merupakan dasar untuk penuntun dan petunjuk juga merupakan dasar untuk
mengatur bagaimana berhubungan dengan Sang Pencipta, dan hubungan dengan
sesama manusia atau berhubungan dengan alam semesta sebagai tempat tinggal dan
ruang rumah tangga manusia.
Dalam aplikasinya, Islam memitigasi asas madharat dengan menjaga agar
lingkungan tidak terjadi kerusakan. Rusaknya ekosistem alam dilihat sebagai
penyebab terancamnya kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Islam telah mengajarkan kebersihan secara komprehensif.
Dasar pemikiran Islam tentang kebersihan, ketertiban, keindahan,
keteraturan, berasa dari al-Qur’an diantaranya di dalam surat al-Qashash ayat 77
Allah SWT berfirman: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
Merusak sumber daya alam dan mencemari lingkungan merupakan salah satu
perbuatan yang tercela di dalam Islam. Sebaliknya dengan menjaga kelestarian daya
dukung lingkungan, memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan merupakan
hal yang sangat terpuji.
Sebagai contoh, Islam memerangi sampah karena sampah dapat menimbulkan
berbagai macam dampak negatif jika tidak dikelola secara benar dan baik. Sampah
dapat menjadi media berbagai macam penyakit, merusak keindahan pemandangan,
jika dilihat dari aspek negatifnya.
Namun Islam juga menghargai sampah ketika sampah itu dikelola dengan
baik dan mendatangkan manfaat kepada manusia, makhluk hidup lainnya dan
lingkungan fisik. Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos, dan
sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi barang baru seperti plastik, dan besi.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Manusia seharusnya menyadari kedudukan dan tanggung jawab dirinya, serta
bagaimana idealnya beretika dengan ekosistemnya, dimana di dalam ekosistem
berlaku hukum timbal balik yang saling menguntungkan. Suatu ekosistem akan
berlangsung dalam batas-batas hukum alam antara satu komponen dengan komponen
lainnya.
Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-komponen lain
dalam ekosistem itu sehingga secara moral alam manusia dituntunt untuk
bertanggung jawab kepada keutuhan, kelangsungan, keseimbangan, dan kelestarian
alam yang menghidupi dirinya sebagai wujud dari komitmen dan integritasnya
terhadap ekosistem.
Oleh karena itu manusia harus menjadikan alam sebagai tema sentral dalam
hal:
1. Memanfaatkan sumber-sumber daya alam tetap dalam batas-batas toleransi tidak
melampaui daya dukung lingkungan.
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam arti melestarikan fungsi sumber daya alam
melalui:
a. Kebijaksanaan penataan lingkungan hidup.
b. Pemanfaatan sumber daya alam.
c. Pengembangan sumber daya alam.
d. Pemeliharaan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
e. Pemulihan keutuhan sumber daya alam dalam ekosistemnya terutama sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
f. Pengawasan berbagai bentuk aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber
daya.
g. Pengendalian terhadap dampak lingkungan hidup.
h. Menciptakan, menerapkan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.
3. Pembangunan berkelanjutan. Setiap pembangunan harus distandarisasikan
kepada pembangunan berwawasan lingkungan hidup. Bukan saja layak teknis dengan
menerapkan teknologi canggihnya dan layak ekonomis, akan tetapi juga harus layak
lingkungan hidup.
4. Membangun keserasian dan keseimbangan ekosistem. Memanfaatkan sumber
daya alam harus tetap dalam pertimbangan masa depan.
5. Melestarikan fungsi lingkungan hidup dimana daya dukung dan daya tampung
lingkungan masih dalam batas toleransi.
6. Menjaga baku mutu lingkungan, dimana setiap kegiatan harus diukur dengan
standar baku mutu lingkungan untuk mendukung kelestarian fungsi-fungsi komponen
ekosistem.
7. Konservasi sumber daya alam, yaitu pengelolaan, perlindungan, pemeliharaan
fungsi-fungsi lingkungan tetap dalam keserasian, keseimbangan, ketersediaan, dan
dalam berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai