Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Sekolah Dasar
Dosen pengampu : Asrizal Wahdan Wilsa, M.pd.

Disusun oleh :
1. Ela Nurlaela (1986206010)
2. Wahyuning (1985201090)
3. Wulandari (1986206102)
4. Yazid Al Bustomi (1986206036)

PGSD 4C

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP NU INDRAMAYU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan nikmat Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan” dengan
lancar.

Dalam penulisan makalah, kami menyadari masih banyak kesalahan baik segi bahasa
penulisan atau ejaan kata. Kami menerima kritik dan saran dari pembaca untuk penulisan
makalah yang lebih baik kedepannya.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Asrizal Wahdan Wilsa, M.Pd. sebagai dosen
pendidikan lingkungan Sekolah Dasar. Semoga penulisan makalah ini bermanfaat dan dapat
diterapkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan menerapkan ilmu ekologi
dan prinsip berkelanjutan.

Indramayu, 22 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian Ekologi..........................................................................................................2
B. Lingkungan.....................................................................................................................3
C. Ekosistem........................................................................................................................3
D. Interkasi Organisme........................................................................................................4
E. Suksesi.............................................................................................................................4
 Menurut jenis lingkungan........................................................................................11
 Menurut lingkup interaksi organisme......................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi biasanya didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara satu
organisme dengan yang lainnya, dan antara organisme tersebut dengan lingkungannya.
Secara etimologi kata ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu) yang
diperkenankan pertama kali dalam biologi oleh seorang biolog Jerman Ernst Hackel.
Definisi ekologi menurut Otto Soemarwoto adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. 1 Dalam kajian ekologi manusia dikenal
dengan hubungan manusia dengan alam yakni teori anthroposentris. Semua yang ada di
alam ini adalah untuk manusia. 2 Namun tidak sedikit dari manusia yang sadar akan
pentingnya menjaga alam. Sebagaimana telah dipahami bahwa alam merupakan tempat
manusia untuk hidup dan berkembang biak. Hubungan manusia dengan alam saling
keterkaitan, dari alamlah manusia mendapat penghidupan dan tanpa dukungan dari alam
manusia dan makhluk lainnya akan terancam. Ketidakramahan manusia terhadap alam
akan berdampak pada diri manusia dan mahluk lainnyapun akan terancam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Ekologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Lingkungan?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekosistem?
4. Apa yang dimaksud dengan Interaksi organisme?
5. Apa yang dimaksud dengan Suksesi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ekologi
2. Untuk mengetahui apa itu lingkungan
3. Untuk memahami tentang ekosistem
4. Untuk mengetahui tentang interaksi organisme
5. Untuk mengetahui suksesi

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara makhluk dengan


makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya. Dalam ilmu lingkungan,
ekologi dijadikan sebagai ilmu dasar untuk memahami interaksi di dalam lingkungan.
Komponen yang terlibat dalam interaksi ini dapat dibagi menjadi komponen
abiotik (hidup) dan abiotik (tak hidup). sistem ekologi terbentuk dari kesatuan dan
interaksi antarkomponen penyusun ekosistem yang saling berhubungan satu sama lain.
Analisis ekologi digunakan oleh manusia untuk menciptakan lingkungan hidup
berkelanjutan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan
kelestarian, dan kesejahteraan. Asas-asas ekologi digunakan dalam menganalisis
lingkungan hidup manusia, pertambahan penduduk, peningkatan produksi makanan,
penghijauan, erosi, banjir, pelestarian plasma nutfah, dan hewan-hewan langka, koleksi
buah-buahan langka, dan pencemaran lingkungan.

Ekologi

2
 

Ekologi membahas seluruh skala kehidupan, dari bakteri mikroskopik hingga proses


yang menjangkau seluruh planet.

Ekologi merupakan ilmu dengan topik yang luas dan kompleks, yang
mencakup hierarki dan keanekaragaman hayati, jumlah dan persebaran organisme, peran
dan interaksi antarorganisme, habitat dan relung, jaring-jaring makanan, daur dan daur
biogeokimia, see berbagai proses lainnya. Berbagai pendekatan dapat digunakan untuk
mengelompokkan ekologi menjadi sejumlah subdisiplin ilmu, baik menurut pola spasial
(tempat) dan temporal (waktu), subjek yang dipelajari, maupun keterkaitan dengan bidang
ilmu lainnya.

B. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu di sekitar organisme yang mempengaruh hidup
organisme tersebut. Suatu organisme selalu hidup dalam ingkungan yang merupakan
suatu ekosistem. Lingkungan merujuk ke suatu organisme, sedangkan ekosistem tidak
dapat merujuk ke suatu jenis organisme. Lingkungan dapat dinyatakan secara kualitatif,
sedangkan ekosistem hanya dapat dinyatakan secara kuantitatif.

C. Ekosistem
Suatu sistem ekologi disebut sebagai ekosistem. Susunan dai ekosistem ialah seluruh
organisme yang berfungsi bersama dalam suatu wilayah yang berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya. Interaksi ini membentuk aliran energi yang menghasilkan struktur
biota yang jelas dan siklus materi antara bagian hidup dan tak hidup. Struktur yang sama

3
terbentuk dalam berbagai ekosistem yang berbeda. Semua ekosistem memiliki komponen
biotik dan abiotik. Komponen biotiknya dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat
trofiknya. Semua ekosistem juga memiliki fungsi utama yang sama, yaitu mengalirkan
energi dan membentuk siklus materi.

D. Interkasi Organisme
Ekologi mempelajari tentang interaksi antar-organisme dan interkasi organisme dengan
komponen abiotik. Bentuk interaksi ini berupa cara-cara organisme beradaptasi untuk
memanfaatkan lingkungannya. Mahluk hidup membutuhkan energi dan materi yang
konstan untuk mempertahankan kehidupanya sehingga interaksi selalu melibatkan materi
dan energi. Interaksi organisme terjadi di dalam ekosistem yang mencakup kegiatan
pemangsaan, persaingan, dan hubungan simbiosis.

E. Suksesi
Suksesi merupakan proses perubahan komposisi spesies di dalam suatu bentang alam atau
ekosistem. Perubahan komposisi terjadi karena adanya gangguan pada ekosistem atau
bentang alam yang merupakan habitat satwa. Setelah gangguan menghilang atau lenyap,
para satwa mencoba mengembalikan kondisi habitat seperti semula. Proses suksesi dapat
terjadi secara cepat atau perlahan. Suksesi yang berlangsung selama ratusan tahun akan
mencapai tahapan akhir yang membuat suatu komunitas, ekosistem, atau bentang alam
tidak dapat berubah lagi. Suksesi dapat dibedakan berdasarkan proses terjadinya yaitu
menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer adalah suksesi yang terjadi
pada ekosistem atau bentang alam yang tidak menyisakan habitat sedikit pun. Lokasi
suksesi primer dapat ditemukan pada wilayah geografis yang luas. Suksesi primer
umumnya terjadi di daerah yang terkena letusan gunung api, seperti pada letusan gunung
Krakatau dan letusan gunung Merapi. Proses pemulihan pada suksesi primer sangat sulit
dilakukan karena kondisi abiotik telah banyak berubah. Pada suksesi sekunder, pemulihan
dapat terjadi dengan cepat. Lokasi yang mengalami suksesi sekunder berada pada areal
tebang pilih, lokasi pohon tumbang, atau peladangan berpindah. Suksesi sekunder tidak
memperbaiki secara menyeluruh karena gangguan yang timbul tidak merusak seluruh
lingkungan.

4
Ada dua komponen yang terlibat dalam interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, yaitu komponen hidup (disebut komponen biotik atau faktor biotik) dan
komponen tak hidup (disebut komponen abiotik atau faktor abiotik). Semua jenis
makhluk hidup dengan berbagai perannya merupakan komponen biotik,
termasuk patogen dan parasit penyebab penyakit.
Komponen abiotik merupakan penyusun ekosistem yang berupa benda-benda tak hidup,
misalnya air, udara, cahaya, suhu, kelembapan, atmosfer, tanah, dan keasaman. Di
lingkungan laut, keasinan, kadar oksigen, kejernihan air, dan energi matahari juga
termasuk komponen abiotik yang memengaruhi organisme di dalamnya.
Dunia biologis dapat dikelompokkan secara hierarkis menurut subjek yang dipelajari.
Secara berurutan, unit terkecil hingga terbesar
yaitu sel, jaringan, organ, organisme, spesies, populasi, komunitas, ekosistem, bioma,
dan biosfer. Ekologi juga dapat dibagi menjadi beberapa cabang berdasarkan
pengelompokan ini (di atas tingkat organisme individual), misalnya ekologi
populasi, ekologi komunitas, dan ekologi ekosistem. Populasi diartikan sebagai semua
organisme dari spesies yang sama yang hidup di tempat dan waktu yang
sama. Komunitas adalah semua populasi dari dua spesies organisme atau lebih yang hidup
di tempat dan waktu yang sama. Ekosistem yaitu semua makhluk hidup (biotik) dan benda
mati (tak hidup atau abiotik) yang berada di tempat yang sama. Bioma yakni sekelompok
ekosistem serupa yang memiliki sifat lingkungan fisik yang sama di seluruh dunia.
Terakhir, biosfer  adalah sistem ekologi global yang menyatukan seluruh makhluk hidup
dan hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan),
hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) bumi.

5
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas menggambarkan keanekaragaman kehidupan
mulai dari gen hingga ekosistem. Keanekaragaman hayati mencakup setiap tingkat
organisasi biologis, misalnya keanekaragaman spesies, keanekaragaman ekosistem,
dan keanekaragaman genetik. Para ilmuwan tertarik pada cara keanekaragaman ini
memengaruhi proses ekologi yang kompleks yang beroperasi di tingkat dan di antara
tingkat masing-masing. Keanekaragaman hayati memainkan peran penting dalam layanan
ekosistem yang menjaga dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Keanekaragaman
hayati (khususnya keanekaragaman spesies) dan ekosistem saling memengaruhi.
Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati sehingga
kestabilannya perlu dijaga.
Habitat adalah jenis lingkungan alami yang ditempati oleh suatu spesies tertentu untuk
hidup. Habitat dari suatu spesies merupakan tempat yang digunakan oleh spesies tersebut
untuk menemukan makanan, tempat tinggal, perlindungan, dan bereproduksi. Beberapa
jenis habitat misalnya habitat terestrial yang meliputi hutan, padang rumput, dan gurun;
habitat air tawar meliputi sungai, danau, dan kolam; habitat laut meliputi teluk, laut lepas,
terumbu karang, dan dasar laut. Organisme yang mengalami pergeseran habitat
merupakan bukti akan adanya persaingan di alam. Sebagai contoh, salah satu populasi
kadal tropis (Tropidurus hispidus) memiliki tubuh yang lebih rata dibandingkan dengan
populasi utama mereka yang hidup di sabana terbuka. Populasi kadal tropis yang tinggal
di singkapan batuan yang terisolasi dapat bersembunyi di celah-celah bebatuan sehingga
tubuh mereka yang rata memberikan keuntungan selektif. Pergeseran habitat juga terjadi
dalam sejarah perkembangan kehidupan amfibi, dan pada serangga yang bertransisi dari
habitat akuatik ke darat. Istilah biotop dan habitat kadang-kadang digunakan secara
bergantian, tetapi biotop berlaku untuk lingkungan komunitas, sedangkan habitat berlaku
untuk lingkungan suatu spesies.
sekumpulan kondisi biotik dan abiotik yang menjadikan suatu spesies dapat bertahan
hidup dan mempertahankan jumlah populasi yang stabil. Definisi ini diajukan
oleh George Evelyn Hutchinson pada tahun 1957 meskipun konsep relung ekologis telah
mulai diperkenalkan sejak tahun 1917 oleh Joseph Grinnell.[36] Jika habitat adalah lokasi
spesifik tempat suatu organisme hidup, relung adalah peran yang dimainkan oleh spesies
di dalam suatu ekosistem. Relung menggambarkan posisi suatu spesies dalam jaring-
jaring makanan dan hubungannya dengan spesies lainnya dalam suatu ekosistem Seiring
dengan perubahan ekosistem, misalnya oleh rekayasa, relung juga dapat berubah melalui

6
proses yang disebut konstruksi relung. Konstruksi ini berperan sebagai jembatan yang
menghubungkan ekologi, evolusi, dan ekosistem.

Jaring-jaring makanan merupakan jejaring ekologis dasar. Tumbuhan menangkap energi


matahari dan menggunakannya untuk menyintesis gula sederhana melalui fotosintesis.
Mereka mengumpulkan nutrien lalu dimakan oleh herbivora sehingga energi ditransfer ke
organisme pemakannya melalui konsumsi. Jalur makan-memakan linier sederhana dari
spesies trofik basal ke konsumen teratas disebut rantai makanan. Pola rantai makanan
yang saling terkait dalam komunitas ekologis menciptakan jaring-jaring makanan yang
kompleks. Jaring makanan merupakan peta konsep atau perangkat heuristik yang
digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari jalur aliran energi dan material
Gambaran jaring makanan sering kali memiliki keterbatasan dibandingkan dengan dunia
nyata. Pengukuran empiris jaring makanan secara lengkap umumnya terbatas pada habitat
tertentu, seperti gua atau kolam, dan prinsip-prinsip yang diperoleh dari studi jaring
makanan diekstrapolasi ke sistem yang lebih besar. Hubungan makan-memakan
membutuhkan penyelidikan ekstensif ke dalam isi usus organisme yang mungkin sulit
untuk dijelaskan. Sebagai alternatif, isotop stabil dapat digunakan untuk melacak aliran
diet nutrien dan energi dalam jaring makanan. Terlepas dari keterbatasan ini, jaring
makanan tetap menjadi alat yang berharga dalam memahami ekosistem komunitas.

7
Sebuah piramida trofik (a) dan jaring-jaring makanan (b) yang menggambarkan hubungan
ekologis di antara organisme di ekosistem darat boreal utara pada umumnya. Piramida
trofik secara kasar mewakili biomassa (biasanya diukur sebagai berat kering total) di
setiap tingkatan. Tumbuhan umumnya memiliki biomassa terbesar. Nama kategori trofik
ditampilkan di sebelah kanan piramida. Beberapa ekosistem, seperti berbagai lahan basah,
tidak diatur sebagai piramida yang ketat karena tumbuhan air tidak seproduktif tumbuhan
darat berumur panjang seperti pohon. Piramida trofik ekologi biasanya digambarkan
sebagai salah satu dari tiga jenis: 1) piramida angka, 2) piramida biomassa, atau 3)
piramida energi.

Tingkatan trofik (dari bahasa Yunani troph, τροφή, trophē, yang berarti "makanan" atau
"makan") adalah "sekelompok organisme yang memperoleh sebagian besar energinya
dari tingkatan yang lebih rendah (menurut piramida ekologi) yang lebih dekat dengan
sumber abiotik". Tautan dalam jaring-jaring makanan menghubungkan relasi konsumsi
atau trofisme antarspesies. Keanekaragaman hayati dalam ekosistem dapat diatur ke
dalam piramida trofik, dengan dimensi vertikal yang mewakili hubungan makan-
memakan dari dasar rantai makanan hingga predator puncak, dan dimensi horizontal yang
mewakili kelimpahan atau biomassa di setiap tingkatan.
Berdasarkan peranannya dalam jaring-jaring makanan, suatu spesies dikategorikan
sebagai autotrof (atau produsen utama), heterotrof (atau konsumen), dan dekomposer
atau pengurai (juga meliputi detritivor). Autotrof adalah organisme yang menciptakan
makanannya sendiri. Mereka menghasilkan senyawa organik kompleks
(seperti karbohidrat, lemak, dan protein) dengan memanfaatkan energi dari cahaya
(fotosintesis) atau reaksi kimia anorganik (kemosintesis). Heterotrof adalah organisme
yang harus memakan organisme lain untuk mendapatkan energi. Heterotrof dapat dibagi
lebih lanjut menjadi beberapa kelompok fungsional yang meliputi konsumen primer
(herbivor ketat), konsumen sekunder (pemangsa bersifat karnivor yang secara eksklusif

8
memakan herbivor), dan konsumen tersier (pemangsa yang memakan campuran herbivor
dan pemangsa lain). Omnivor tidak cocok dengan kategori fungsional ini karena mereka
memakan jaringan tumbuhan dan hewan. Meskipun demikian, omnivor memiliki
pengaruh fungsional yang lebih besar sebagai pemangsa. Di sisi lain, dekomposer atau
pengurai adalah organisme yang memecah organisme yang telah mati melalui
proses pembusukan, contohnya bakteri dan jamur. Pengurai juga tergolong sebagai
heterotrof yang menyerap nutrien secara langsung melalui proses kimiawi dan biologis
secara eksternal. Ada pula organisme pengurai yang disebut detritivor seperti cacing
tanah dan kutu kayu. Mereka mencerna dan menguraikan bagian tubuh tumbuhan dan
hewan, termasuk tinja.

 Menurut jenisnya
Ekologi hewan adalah cabang ekologi yang memusatkan kajian tentang hubungan
antara hewan dan lingkungan hidupnya. Kajian tentang persebaran hewan dimulai
pada abad ke-19 Masehi, sedangkan kajian tentang ekologi hewan secara resmi
dimulai pada tahun 1920-an. Pekerjaan yang berkaitan dengan ekologi hewan pertama
kali dilakukan oleh ahli zoologi berkebangsaan Inggris, yaitu Charles Elton.
Kajiannya tentang ekologi hewan masih terbatas pada populasi di alam liar. Elton
melakukan penelitian dengan hewan yang dapat diperdagangkan dan mulai menyusun
sejumlah konsep terminologi ahli alam, yang meliputi relung ekologi, rantai makanan,
dan piramida jumlah. Piramida jumlah membahas tentang pengurangan jumlah
individu organisme, atau berat keseluruhan dari organisme pada setiap tahap rantai
makanan. Aliran ekologi hewan bermunculan pada awal pertengahan abad ke-20 M di
Eropa dan Amerika Serikat.
 Ekologi Hewan Tanah

Ekologi hewan tanah dapat dipandang dari dua jenis keilmuan dan objek
kajiannya. Pertama, ekologi hewan tanah dengan ekologi sebagai ilmu dan hewan
tanah sebagai objek. Sebagai ilmu, ekologi mempelajari keberadaan organisme
dan jumlahnya dalam suatu habitat. Selain itu, ekologi sebagai ilmu juga
memperhatikan faktor lingkungan. Dalam konteks ekologi hewan, ekologi hewan
tanah merupakan ilmu yang mengkaji tentang keberagaman hubungan timbal
balik yang terdapat antara hewan tanah dengan lingkungannya serta antara
kelompok-kelompok hewan tanah. Tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem

9
daratan yang dihuni oleh banyak organisme yang disebut
sebagai biodiversitas tanah. Peran biodiversitas tanah yaitu mempertahankan
sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang kehidupan di dalam dan di
atasnya. Sistem kehidupan di dalam tanah sangat rumit karena keberadaan
berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai
proses penting bagi kehidupan daratan. Bersama dengan mikroba, hewan tanah
melaksanakan berbagai metabolisme atau kegiatan biologi tanah. Hewan tanah
berperan dalam memelihara dan memperbaiki kualitas bahan organik dan
siklus hara di dalam tanah.
 Ekologi Tumbuhan

Ekologi tumbuhan merupakan cabang ilmu ekologi yang


mempelajari tumbuhan sebagai objek kajiannya. Kajian utama dalam ekologi
tumbuhan adalah hubungan timbal-balik antara tumbuhan dan lingkungannya.
Ekologi tumbuhan mengkaji seluruh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
keberadaan satu spesies tumbuhan, atau satu komunitas tumbuhan di suatu daerah
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan yaitu tumbuhan,
hewan, mikroorganisme, dan manusia Komunitas tumbuhan merupakan suatu
kesatuan kelompok tumbuhan yang saling mempengaruhi dan saling bergantung
satu sama lain. Perbedaan dari tiap komunitas tumbuhan diamati melalui
jenis vegetasi yang memberikan perubahan secara nyata dari segi ruang.
Perubahan ruang dapat berbentuk perubahan komposisi jenis tanaman, perubahan
jarak antartanaman, dan perubahan ukuran tanaman serta perubahan tanggapan
tanaman terhadap lingkungan Suatu komunitas tumbuhan dapat terdiri atas
tanaman berukuran besar, mikroorganisme, jamur dan ganggang. Komunitas
tumbuhan dapat berada di bawah atau di atas permukaan tanah.
 Ekologi Manusia

Ekologi manusia merupakan cabang ilmu ekologi yang memperhatikan latar


belakang fisik dan latar belakang budaya manusia. Aspek yang dipelajari pada
ekologi manusia mencakup aspek ekonomi, sosiologi, politik, dan budaya.
Beragam aspek manusia tersebut dipahami melalui latar belakang lingkungan
alam dan lingkungan masyarakat. Ekologi manusia terbentuk dari keterkaitan
antara unsur alam yang berdampingan dengan kehidupan manusia. Kajian ekologi
manusia berkaitan dengan hubungan manusia dengan iklim, cuaca, batuan, tanah,

10
bentuk muka bumi, air, danau, laut, samudra, air tanah, sungai, tumbuhan, dan
hewan.
 Ekologi Administrasi
Ekologi administrasi merupakan lingkungan yang dipengaruhi dan
memengaruhi administrasi.
Unsur pembentuknyayaitu politik, ekonomi, budaya, teknologi, keamanan, dan
sumber daya alam. Ekologi administrasi berkaitan dengan keberlangsungan
pemerintahan melalui peran suatu masyarakat dalam bidang politik, ekonomi,
sosial budaya dan keamanan. Dalam pemerintahan, administrasi negara
memengaruhi faktor-faktor lingkungannya melalui pembinaan, penataan, dan
proses pemerintahan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dalam ekologi administrasi, objek yang dianggap sebagai
organisme ialah administrasi yang dipengaruhi dan memengaruhi keadaan
lingkungan. Dalam hubungan timbal balik antara administrasi dan lingkungan,
terjadi proses perubahan ke arah pencapaian tujuan. Selama proses berlangsung,
faktor ekologi menampakkan pengaruhnya secara positif maupun negatif.
Sebaliknya, dalam administrasi yang tidak mudah mengikuti perubahan ini harus
mampu memanfaatkan hal-hal yang negatif menjadi bernilai positif, sehingga tidak
menghambat proses administrasi.

 Menurut jenis lingkungan


 Ekologi Hutan Pantai

Hutan pantai tidak terpengaruh oleh iklim lingkungan di sekitarnya dan memiliki


tanah kering yang mengandung pasir, batu karang, atau lempung. Tanaman hanya
tumbuh di bagian tanah pantai yang rendah pantai dan pepohonannya terkadang
penuh dengan epifit. Jenis epifit pada hutan pantai yaitu tumbuhan
paku dan anggrek. Jenis hutan pantai ini banyak ditemukan di Indonesia,
khususnya di pantai bagian selatan di Pulau Jawa, pantai bagian barat
daya di Pulau Sumatra, dan pantai di Pulau Sulawesi. Keanekaragaman
hayati pada hutan pantai termasuk dalam kategori yang rendah. Jenis tanaman
hutan pantai meliputi tumbuhan runjung, liana serta pepohonan berbunga. Selain
itu, hutan pantai juga ditumbuhi pandan wangi dan butun dengan jumlah yang
melimpah. Sarang semut banyak ditemukan pada batang butun. Vertebrata yang
hidup di hutan pantai sangat beragam. Hewan langka yang ditemukan di hutan

11
pantai yaitu kakatua, betet-kelapa buru, dan burung gosong. Hutan pantai
melakukan suksesi melalui tumbuhan katang-katang dengn formasi pescaprae dan
melalui baringtonia dengan formasi barringtonia. Kedua jenis formasi ini
ditemukan pada pantai berpasir dan pantai berbatu. Pertumbuhan dan penyebaran
benih tanaman di hutan pantai dibantu oleh air laut, angin atau burung yang
menyerupai kelelawar. Penyebaran benih melalui air laut terjadi pada tanaman
butun, ketapang, dan nyamplung. Penyebaran benih melalui burung terjadi pada
ketapang, nyamplung, dan kubis pantai. Sedangkan penyebaran benih yang
dibantu oleh angin terjadi pada jenis heritiera.
 Menurut lingkup interaksi organisme
Ekologi yang ditinjau dari segi lingkungan dapat dibedakan menjadi ekologi
tumbuhan dan ekologi hewan. Kajian kedua jenis ekologi ini berkaitan tentang spesies
dan komunitas. Kajian ekologi terhadap spesies disebut dengan autekologi, sedangkan
kajian tentang komunitas disebut sinekologi. Autekologi hanya membahas interaksi
antara satu jenis organisme dengan lingkungan fisiknya tanpa memperhitungkan
kehadiran organisme lain di dalam habitat yang sama. Sedangkan sinekologi
membahas tentang interaksi antara suatu organisme dengan organisme lain.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana makhluk hidup
berinteraksi dengan lingkungan biologis dan fisik dalam menjalankan kehidupannya, dan
bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi distribusi dan kelimpahan suatu jenis
makhluk hidup.Dalam ekologi ada tingkatan yang berlapis mulai dari ekologi organisme,
ekologi populasi, ekologi komunitas, dan ekologi ekosistem. Ekologi organisme
mempelajari tentang perilaku jenis mahluk hidup tertentu. Ekologi populasi mempelajari
tentang dinamika populasi yang dipengaruhi oleh laju kelahiran, laju kematian, dan
komposisi penduduk berdasarkan usia. Ekologi komunitas menggambarkan bagaimana
suatu jenis mahluk hidup yang hidup di lingkungan tertentu berinteraksi dengan jenis
mahluk hidup lain di lingkungan yang sama. Ekologi ekosistem merupakan tingkatan
yang paling kompleks dalam hal organisasi biologis karena mencakup semua aspek mulai
dari perilaku organisme, dinamika populasi, interaksi dalam komunitas yang terjadi di
suatu ekosistem. Pergantian beberapa spesies oleh spesies lainnya dalam kurun waktu
tertentu dikenal dengan istilah suksesi ekologi. Komunitas terakhir dan stabil (tidak
berubah) yang mencapai keseimbangan ekosistem disebut komunitas klimaks.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggara, Sahya (2018). Ekologi Administrasi: Holistik, Kontemporer, dan
Kontekstual (PDF). Bandung: CV. Pustaka Setia. ISBN 978-979-076-710-2.
2. Fadli, dkk. (2016). Hukum dan Kebijakan Lingkungan (PDF). Malang: UB Press. ISBN 978-
602-203-911-2.
3. Hunaepi dan Firdaus, L. (2017). Ekologi Berbasis Kearifan Lokal (PDF). Mataram: Duta
Pustaka Ilmu. ISBN 978-602-73458-9-8.
4. Husamah, dkk. (2017). Ekologi Hewan Tanah: Teori dan Praktik (PDF). Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang. ISBN 978-979-796-325-5.
5. Mardiastuti, Ani (2018). Ekologi Satwa pada Lanskap yang Didominasi Manusia (PDF).
Bogor: PT Penerbit IPB Press. ISBN 978-602-440-029-3.
6. Mueller-Dombois, D., dan Ellenberg, H. (2016). Ekologi Vegetasi: Tujuan dan
Metode (PDF). Jakarta: LIPI Press. ISBN 978-979-799-852-3.
7. Nurdiana (2016). Ilmu Alamiah Dasar. Lombok: Pustaka Lombok. ISBN 978-602-70165-5-2.
8. Tuheteru, F. D., dan Mahfudz (2012). Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi Hutan Pantai
Indonesia (PDF). Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado. ISBN 978-602-96800-2-7.
9. Utina, Ramli (2008). Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya Alam
Pesisir (PDF). Gorontalo: UNG Press. ISBN 978-979-26-8720-0.
10. Wiryono (2013). Pengantar Ilmu Lingkungan (PDF). Bengkulu: Pertelon Media. ISBN 978-
602-9071-05-4.

14

Anda mungkin juga menyukai