Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EKOLOGI
“Hubungan Ekologi dengan Hubungan Alam”

Dosen Pembimbing:
Sri Mulyati, Skm.M,kes

Disusun Oleh Kelompok:


1.Rizki Fathurchman
2.Ika septi Sukmita
3.Asih Apriyani
4.Asep Parta Wijaya
5.Yunus Kurniawan

Tingkat : I A

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PROGRAM STUDI D-III KESEHATAN


LINGKUNGAN

TAHUN2017/2018

i
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan
makalah Hubungan Ekologi Dengan Ilmu Alam Makalah ini sudah selesai kami susun
dengan maksimal.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang Hubungan Ekologi ini bisa
memberi manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.

.                                           

Bengkulu, 1 Febuari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

 Latar belakang.........................................................................1
 Rumusan masalah....................................................................2
 Tujuan .....................................................................................2

BAB II ISI

 Ekosistem laut.........................................................................3
 Ekologi laut.............................................................................8
 Ekologi hutan..........................................................................9
 Ekologi perairan..................................................................... 21
 Ekologi air tawar....................................................................21

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan.............................................................................22
 Saran.......................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................23

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” yang berarti rumah atau
tempat hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiyah Ekologi adalah
pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap
lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara
organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor
lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mngatakan bahwa ekologi adalah
suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan
manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana kehidupannya,
dan mengapa berada di tempat tersebut.

Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa
yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Tetapi
biasanya ekologi didevinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-organisme
atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan
timbal-balik antara organisme-organisme hidup dan lingkungannya. Sebab
ekologi memperhatikan terutama biologi “golongan-golongan” organisme dan
dengan proses-proses fungsional di daratan dan air adalah lebih tetap berhubungan
dengan upaya mutakhir untuk mendefinisikan ekologi sebagai pengkajian struktur
dan fungsi alam, telah dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari pada
alam. Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang
mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah
bagian dari alam. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi
pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas,
penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan
kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya
menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama
ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.

1
Rumusan masalah

1. Apa pengertian Ekologi?

2. Bagaimana hubungan Ekologi dengan alam?

3. Apa saja ruang lingkup Ekologi?

4. Apa saja jenis-jenis ekologi yang berhubungan dengan alam?

Tujuan

1. Menjelaskan dan mengetahui pengertian ekologi

2. Menjelaskan dan mengetahui hubungan ekologi dengan alam

3. Mengetahui jenis-jenis hubungan ekologi tentang alam

2
BAB II

ISI

A. EKOSISTEM LAUT

Ekosistem berasal dari kata bahasa asing Geobiocoenosis, Geobiocoenosis


mempunya dua kata dan masing-masing artinya yakni Biocoenosis yang  berarti
komponen Biotik dan Geocoenosis yang berarti  komponen abiotik.  Jadi
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi  yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga
suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Ekosistem terdiri dari komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu
kesatuan sehingga ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di
suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Menurut
sifatnya ekosistem mempunyai dua komponen yang saling berketergantungan
yaitu:

1. Komponen Biotik misalnya Bakteri, Plankton, Benthos, Ikan dll,


2. Komponen Abiotik misalnya Air, Gas, Tanah dll.

Komponen ekosistem berdasarkan Tropic Level atau tingkat makan- memakan


pada suatu ekosistem yaitu:

1. Autotrophic : organisme yang mampu mensistesis makanannya sendiri


yang berupa bahan organik dari bahan-bahan anorganik sederhana dengan
bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil).
2. Heterotropic : menyusun kembali dan menguraikan bahan-bahan organik
kompleks yang telah mati ke dalam senyawa anorganik sederhana.

Pada suatu ekosistem terdapat perbedaan-perbedaan antara ekosistem yang satu


dengan yang lainnya, karena pada suatu ekosistem mempunyai ciri khas

3
tersendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi iklim (hutan hujan, hutan
musim, hutan savana), perbedaan letak dari permukaan laut, topografi, dan
formasi geologik (zonasi pada pegunungan, lereng pegunungan yang curam,
lembah sungai), erbedaan kondisi tanah dan air tanah (pasir, lempung, basah,
kering).

Laut tropis mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan dengan laut subtropis


maupun laut kutub, karakteristik yakni di laut Tropis sinar matahari terus menerus
sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau), hal tersebut
merupakan kondisi optimal bag produksi fitoplankton dan konstant sepanjang
tahun, untuk kawasan Laut Subtropis intensitas sinar matahari bervariasi menurut
musim (dingin, semi, panas dan gugur), otomatis tingkat produktifitas akan
berbeda pada setiap musim. Musim semi (tinggi), dingin (sangat rendah)
sedangkan laut Kutub masa produktifitas sangat pendek (Juli atau Agustus),
musim panas (fitoplankton tumbuh).

Pada suatu ekosistem makhluk hidup tidak hanya menempati, berkembang biak,
makan dan yang lainnya akan tetapi peranannya dalam komunitas dan posisisnya
pada gradient lingkungan tidak hanya tergantung dimana organisme tadi hidup,
tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah energi,
bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan
bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain disebut niche (Relung). Niche
juga menjelaskan tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif,
pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu
terhadap yang lainnya dan sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu
komunitas dan ekosistem dalam habitat utama.

Ekosistem di kawasan pesisir terdapat tiga habitat utama yaitu Ekosistem


mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang.

Secara bahasa mangrove berasal dari kata mangue/manggal (portugis) dan grove
(inggris), jadi ekosistem mangrove yaitu suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh

4
di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pada
saat pasang dan bebas pada saat surut. Karena memiliki hutan mangrove yang
sangat luas di dunia, maka di Indonesia terdapat beberapa jenis mangrove yang
ditemukan yaitu :

1. Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)


2. Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)
3. Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)
4. Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)
5. Lythraceae (sonneratia, dll)

Hutan mangrove mempunya beberapa fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
di pesisir , yakni hutan mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan
angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan intrusi
air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen, sebagai penghasil
sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama
biota laut, juga sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia
(biawak, ular), dan mamalia (monyet),Sebagai daerah asuhan (nursery grounds),
tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning
grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya, juga dapat
dimanfaatkan sebagai tempat ekowisata.

Dalam sebuah ekosistem yang terdapat beberapa populasi di dalamnya, maka akan
terjadi interaksi antara individu dan populasi tersebut. Hubungan tersebut disebut
hukum interaksi. Hukum interaksi tersebut meliputi :

1. Interaksi netral yaitu hubungan yang saling tidak berpengaruh satu sama
lain. Misalnya hubungan antara kambing dan tikus.
2. Interaksi kompetisi yaitu hubungan antara komponen ekosistem yang
saling bersaing satu sama lain untuk tujuan yang sama. Misalnya kerbau
dan kambing yang sama-sama bersaing mengkonsumsi rumput. Atau
harimau dan singa yang sama-sama berburu mangsa.

5
3. Interaksi predasi yaitu hubungan dimana terjadi peristiwa memangsa dan
dimangsa antara komponen ekosistem. Misalnya harimau memangsa
kijang.
4. Interaksi simbiosis mutualisme yaitu hubungan antar komponen ekosistem
yang saling menguntungkan satu sama lain. Misalnya hubungan antara
kerbau dengan burung yang memakan kutu di tubuh kerbau, kerbau
diuntungkan dengan tidak adanya kutu dan burung diuntungkan karena
mendapat makanan.
5. Interaksi simbiosis komensalisme yaitu hubungan antar komponen
ekosistem dimana salah satu pihak diuntungkan, sedangkan pihak lain
tidak diuntungkan dan tidak pula dirugikan. Misalnya hubungan antara
anggrek yang menempel pada tumbuhan.
6. Interaksi simbiosis parasitisme yaitu hubungan antar kompoen ekosistem
dimana salah satu pihak diuntungkan, sedangkan pihak lain dirugikan.
Misalnya hubungan antara benalu dan tumbuhan.
7. Hubungan antibiosa atau amensalisme yaitu hubungan antar komponen
ekosisem dimana salah satu pihak dapat mengahmbat kehidupan yang lain.
Misalnya hubungan antara alelopaty dari gulma.

Dalam niche sendiri terdapat faktor pembatas diantaranya yaitu proses kehidupan
dan kegiatan makhluk hidup pada dasarnya akan dipengaruhi dan mempengaruhi
faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah
minimum dan maksimum.

Dalam hubungannya dengan ekosistem, mungkin kita bertanya-tanya bagaimana


nutrien tersebut masuk ke suatu ekosistem, caranya yaitu melalui proses
Weathering, Atmospheric Input, Biological Nitrogen Fixation, Immigration

Nutrien pada ekosistem ada yang masu otomatis ada juga yang keluar karna untuk
menyeimbangkan kadar nutrien di dalam ekosistem tersebut, beberapa cara
keluarnya nutrien dari suatu ekosistem yaitu Erosion,  Leaching, intrusi,  Gaseous
Losses, pembuangan berupa gas,  Emigration and Harvesting.

6
Semua mahluk hidup pasti mengalami berbagai siklus kehidupan , diantaranya
siklus biogeokimia. Siklus Biogeokimia yaitu dinamakan siklus karena terjadi
terus menerus dan Biogeokimia yaitu adanya perubahan dari biosfer yang hidup
dan tak hidup yang menyangkut materi, sehingga siklus biogeokimia adalah siklus
unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan
kembali lagi ke komponen abiotik.

Dalam siklus Biogeokimia terdapat beberapa siklus yang mempengaruhi siklus


Biogeokimia, yaitu :

1. Siklus Nitrogen

Sebenarnya udara di dunia ini kandungan yang paling banyak adalah Nitrogen
hampir 75% lebih Nitrogen yang terkandung di udara ini, Nitrogen di atmosfer
buakan hanya berbentuk N (nitrogen) saja, nitrogen yang terdapat di atmosfer
melainkan berbentuk NH3 (nitrit) dan yang lainnya, Nitrogen juga bisa mengikat
Hidrogen (H) hanya saja dibantu oleh kilat atau petir. Tumbuhan mendapatkan
nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (No2-), dan ion nitrat
(No3-).

2.   Siklus Fosfor

Fosfor dialam terdapat dua bentuk yaitu fosfat organik yang terdapat pada hewan
dan tumbuhan dan fosfat anorganik terdapat pada air dan tanah. Di alamhewan
atau tumbuhan yang sudah mati akan diuraikan bersamaan dengan penhguraian
tersebut fosfor juga mengurai yang tadinya fosfor tersebut adalah fosfat organik di
uraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Setelah diuraikan
menjadi fosfat anorganik, fosfat anorganik ini sebagian akan terlarut pada air
tanah attaupun air laut. Fosfat yang terkandung pada air tanah dan air laut akan
terkikis dan akan mengendap pada sedimen laut. Sementara itu fosfat dari batu
atau fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik yang terlarut di air tanah dan
air laut, kemudian fosfat yang terkandung pada air tanah itu akan diserap kembali
oleh tumbuhan lagi.

7
3. Siklus Karbon dan Oksigen

Siklus ini adalah siklus biogeokimia yang terbesar karena terdapat beberapa hal
yang terjadi pada siklus ini, yaitu karbon atau oksigen tinggal dalam tubuh,
Respirasi oleh hewan, Sampah/sisa.

Kita tahu bahwa makhluk hidup hewan dan manusia membutuhkan oksigen,
ketika kita menghisap oksigen oksigen akan masuk ke paru2, setelah oksigen
masuk tubuh akan menyeimbangkan kondisinya dengan mengeluarkan
karbondioksida, ketika karbon tersebut dikeluarkan oleh tumbuhan karbon ini
dipergunakan untuk melakukan fotosintesis dan hasil dari fotosintesis tersebut
oksigen dan energi. Karbon dan Oksigen 45%nya akan digunakan untuk
pertumbuhan, kemudian 45%nya lagi untuk respirasi pada hewan dan 10% untuk
DOC.Untuk kebutuhan di air laut, karbon dan oksigen masuk ke air laut secara
difusi.

Makhluk hidup baik yang masih hidup atau yang sudah mati itu tersusun oleh
materi-materi yang menyusunnya, dalam kehidupan makhluk hidup akan saling
membutuhkan satu sama lainnya seperti makhluk hidup yang memanfaatkan
materi-materi dari makhluk hidup yang mati maupun yang masih hidup untuk
melangsungkan kehidupannya. Makhluk hidup agar supaya tetap melangsungkan
kehidupannya terjadi kegiatan makan memakan yang disebut rantai makanan.
Apabila salah satu makhluk hidup mati tidak akan mempengaruhi rantai makanan,
karena masih ada makhluk hidup yang lainnya.

B.   EKOLOGI LAUT

Ekologi laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen


abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain
dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen
ini secara fungsionaltidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi

8
perubahan pada salah satu darikomponen-komponen tersebut (misalnya perubahan
nilai parameter fisika-kimia perairan),maka akan menyebabkan perubahan pada
komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dankuantitatif organismenya).

C.EKOLOGI HUTAN

Ekologi Hutan adalah Ilmu yang mempelajari hubungan antara mahluk hidup
dengan lingkungan. hubungan ini sangat erat dan komplek sehingga menyatakan
bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (Eviromental biology) Hutan adalah
masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai
keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan. Hubungan antara
masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu
erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu system ekologi atau ekosistem.
Ekosistem adalah suatu system didalam alam yang menganung mahluk hidup
(organisme)dan lingkungan yang terdiri dari zat-zat tak hidup yang saling
mempengaruhi dan diantara keduanya terjadi pertukaran zat yang perlu untuk di
pertahankan kehidupannya. Ekologi hutan adalah cabang ekologi yang khusus
mempelajari masyarakat atau ekosistem hutan. Hutan dapat dipelajaridari segi
autekologi dan synekologi. Autekologi mempelajari ekologi suatu jenis pohon
atau pengaruh sesuatu faktor lingkungan terhadap hidup atau tumuhnya satu atau
lebih jenis-jenis pohon. Sifat penyelidikanya mendekati fisiologi tumbuh-
tumbuhan. Synekologi mempelajari hutan sebagai masyarakat atau ekositem
misalnya penelitian tentang pengaruh keadaan tempat tmbuh terhadap komposisi
dan produksi hutan. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani
oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup
sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak
lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya,
dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari

9
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi
mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan
rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Ekowilayah bumi dan riset perubahan
iklim ialah dua wilayah di mana ekolog (orang yang mempelajari ekologi) kini
berfokus. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari
ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani,
yaiyu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya
ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada
tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk
hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut: 1. Perpindahan energi dan materi dari
makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya
dan faktor-faktor yang menyebabkannya. 2. Perubahan populasi atau spesies pada
waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya 3. Terjadi
hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Komponen-komponen pembentuk
ekosistem adalah: • Komponen hidup (biotik) • Komponen tak hidup (abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem
ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai
komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir,

10
batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Populasi Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono). Populasi mencakup segala hal, termasuk
benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada
pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu.
Untuk sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif
(mewakili). Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti
ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat
kesimpulan yang salah. Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran
sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah
anggota populasi itu sendiri. Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan
diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel
yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin
besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka
makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Dalam penetapan besar
kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu
ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu
diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika
keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi
persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan
pengambil sampel sampel harus memperhatikan hal ini : 1. harus diselidiki
kategori-kategori heterogenitas 2. besarnya populasi Bidang biogeokimia
mencakup penelitian keilmuan mengenai proses dan reaksi kimia, fisika, geologi,
dan biologi yang membentuk komposisi lingkungan alam (termasuk biosfer,
hidrosfer, pedosfer, atmosfer, dan lithosfer), serta siklus zat dan energi yang

11
membawa komponen kimiawi bumi dalam ruang dan waktu. Biogeokimia adalah
ilmu sistem Definisi Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus
menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu
ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-
unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk
ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi
tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut Daur
Biogeokimia. Fungsi Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang
mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang
ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga
kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga. Daur Biogeokimia meliputi siklus
unsur-unsur dalam ekosistem. Yaitu meliputi siklus air, siklus karbon, sisklus
pospor, siklus Nitrogen, siklius oksigen Habitat Habitat: Morrison (2002)
mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu
kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan
organism-specific: ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau
idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik
biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi;
merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu
organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan
hidup, itulah yang disebut dengan habitat. Tipe Habitat: Habitat tidak sama
dengan tipe habitat. Tipe habitat merupakan sebuah istilah yang dikemukakan
oleh Doubenmire (1968:27-32) yang hanya berkenaan dengan tipe asosiasi
vegetasi dalam suatu kawasan atau potensi vegetasi yang mencapai suatu tingkat
klimaks. Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan pinus).
Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan hubungan antara
satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin menunjukkan vegetasi yang digunakan
oleh satwa liar, kita dapat mengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi
didalamnya. Penggunaan Habitat: Penggunaan habitat merupakan cara satwa
menggunakan (atau ”mengkonsumsi” dalam suatu pandangan umum) suatu
kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat. Hutto

12
(1985:458) menyatakan bahwa penggunaan habitat merupakan sebuah proses
yang secara hierarkhi melibatkan suatu rangkaian perilaku alami dan belajar suatu
satwa dalam membuat keputusan habitat seperti apa yang akan digunakan dalam
skala lingkungan yang berbeda. Kesukaan Habitat: Johnson (1980) menyatakan
bahwa seleksi merupakan proses satwa memilih komponen habitat yang
digunakan. Kesukaan habitat merupakan konsekuensi proses yang menghasilkan
adanya penggunaan yang tidak proporsional terhadap beberapa sumberdaya, yang
mana beberapa sumberdaya digunakan melebihi yang lain. Ketersediaan Habitat:
Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang
dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya
menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat
tersebut (Wiens 1984:402). Secara teori kita dapat menghitung jumlah dan jenis
sumberdaya yang tersedia untuk satwa; secara praktek, merupakan hal yang
hampir tidak mungkin untuk menghitung ketersediaan sumberdaya dari sudut
pandang satwa (Litvaitis et al., 1994). Kita dapat menghitung kelimpahan species
prey untuk suatu predator tertentu, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa semua
prey yang ada di dalam habitat dapat dimangsa karena adanya beberapa batasan,
seperti ketersediaan cover yang banyak yang membatasi aksesibilitas predator
untuk memangsa prey. Hal yang sama juga terjadi pada vegetasi yang berada di
luar jangkauan suatu satwa sehingga susah untuk dikonsumsi, walaupun vegetasi
itu merupakan kesukaan satwa tersebut. Meskipun menghitung ketersediaan
sumber daya aktual merupakan hal yang penting untuk memahami hubungan
antara satwa liar dan habitatnya, dalam praktek jarang dilakukan karena sulitnya
dalam menentukan apa yang sebenarnya tersedia dan apa yang tidak tersedia
(Wiens 1984:406). Sebagai konsekuensinya, mengkuantifikasi ketersediaan
sumberdaya biasanya lebih ditekankan pada penghitungan kelimpahan
sumberdaya sebelum dan sesudah digunakan oleh satwa dalam suatu kawasan,
daripada ketersediaan aktual. Ketika aksesibilitas sumber daya dapat ditentukan
terhadap suatu satwa, analisis untuk menaksir kesukaan habitat dengan
membandingkan penggunan dan ketersediaan merupakan hal yang penting.
Kualitas Habitat: Istilah kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan

13
untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus
menerus. Kualitas merupakan sebuah variabel kontinyu yang berkisar dari rendah,
menengah, hingga tinggi. Kualitas habitat berdasarkan kemampuan untuk
memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan kelangsungan
hidup populasi secara terus menerus. Para peneliti umumnya menyamakan
kualitas habitat yang tinggi dengan menonjolkan vegetasi yang memiliki
kontribusi terhadap kehadiran (atau ketidak hadiran) suatu spesies (seperti dalam
Habitat Suitability Index Models dalam Laymon dan Barrett 1986 dan Morrison et
al. 1991). Kualitas secara eksplisit harus dihubungkan dengan ciri-ciri demografi
jika diperlukan. Leopold (1933) dan Dasman et al. (1973) menyatakan bahwa
suatu habitat diaktakan memiliki kualitas yang tinggi apabila kepadatan satwa
seimbang dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan pada umumnya habitat
yang memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan satwa (Laymon
dan Barrett 1986). Van Horne (1983) mengatakan bahwa kepadatan merupakan
indikator yang keliru untuk kulitas habitat. Oleh sebab itu daya dukung dapat
disamakan dengan level kualitas habitat tertentu, kualitasnya dapat berdasarkan
tidak pada jumlah organisme tetapi pada demografi populasi secara individual.
Kualitas habitat merupakan kata kunci bagi para ahli restorasi. Beberapa istilah
seperti makrohabitat dan mikrohabitat penggunaannya tergantung dan merujuk
pada skala apa studi yang akan dilakukan terhadap satwa menjadi pertanyaan.
(Johnson, 1980). Dengan demikian makrohabitat dan mikrohabitat harus
ditentukan untuk masing-masing studi yang berkenaan dengan spesies spesifik.
Secara umum, macrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala yang luas seperti
zona asosiasi vegetasi (Block and Brennan, 1993) yang biasanya disamakan
dengan level pertama seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat biasanya
menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting pada
level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk
menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan
relatif, dan pada skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit. Niche: Habitat
suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat ke mana
seseorang harus pergi untuk menemukannya. Sedangkan niche (relung) ekologi

14
merupakan istilah yang lebih luas lagi artinya tidak hanya ruang fisik yang
diduduki organisme itu, tetapi juga peranan fungsionalnya di dalam
masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi lingkungan
tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung
ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan
relung multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu
organisme tidak hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia
perbuat (bagaimana dia merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap
terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis
lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957) telah membedakan antara niche
pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized niche).
Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memunkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya
didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh
organisme-organisme tertenu secara bersamaan. Dimensi-dimensi pada niche
pokok pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang menyababkan
organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk, kekuatan
tau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam
populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya.
Empat tipe pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu:
kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis. Agar terjadi interaksi antar
organisme yang meliputi kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis harusnya
ada tumpang tidih dalam niche. Pada kasus simbion, satu atau semua partisipan
mengubah lingkungan dengan cara membuat kondisi dalam kisaran kritis dari
kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan
mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter niche agar terjadi
interaksi antar organisme, sedikitnya selama waktu interaksi. Landskap: Landskap
dapat didefinisikan sebagai suatu kawasan yang heterogen secara spasial yang
digunakan untuk mendiskripsikan ciri khas daya tarik (tipe tegakan, tapak, tanah).
Masalah serius yang terkait dengan penggunaan istilah landscape adalah
landscape biasanya digunakan untuk mengartikan suatu kawasan yang luas (1-100

15
km2)(Forman dan Gordon, 1986; Davis dan Stoms, 1996). Persepsi landscape
untuk satwa kecil berbeda dengan satwa besar. Pengaruh keheterogenan spasial
terhadap proses biotik dan abiotik dapat dinyatakan secara virtual dalam beberapa
skala spasial, dengan demikian kita tidak menempatkan batasan kawasan dalam
pengertian landscape. Meskipun menggambarkan landscape dalam istilah
kilometer persegi adalah tepat untuk kegiatan tertententu (seperti menempatkan
proyek restorasi dalam konteks suatu kawasan yang luas), menggambarkan
landscape dalam istilah meter persegi yang sedikit juga tepat untuk penerapan
yang lain (untuk satwa dengan daerah jalajah yang sempit/kecil atau untuk
menggambarkan hubungan niche). Sumberdaya: Semua faktor lingkungan yang
memiliki korelasi terhadap distribusi, kelimpahan, kinerja reproduksi suatu
species disebut dengan sumber daya (Wiens, 1989a:321). Sumberdaya merupakan
faktor abiotik dan abiotik yang digunakan langsung oleh suatu organisme
(Morrison, 2002). Perbedaan antara kelimpahan, ketersediaan, dan penggunaan
sumber daya harus dibedakan dengan pasti, yang manakah yang secara aktual
akan dihitung. Kelimpahan sumber daya merupakan jumlah absolut item (atau
ukuran atau volume) dalam suatu area yang ditentukan secara eksplisit, contohnya
jumlah satuan pakan dalam 1 ha. Ketersediaan sumber daya merupakan jumlah
sumber daya yang secara aktual tersedia untuk satwa (jumlah yang bisa
dieksploitasi), contohnya jumlah satuan pakan dalam 1 ha yang mampu dijangkau
oleh ungulata. Penggunaan sumber daya merupakan suatu penghitungan jumlah
sumber daya yang digunakan secara langsung (dikonsumsi, dipindah) dari suatu
kawasan yang ditentukan secara eksplisit, contohnya jumlah satuan pakan dalam 1
ha yang dikonsumsi oleh suatu satwa dalam enam jam periode sampling.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain
suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Faktor Biotik Faktor biotik

16
adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan
maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,
populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme
makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih
terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing,
sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam
mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang
kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan
diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi
masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap,
kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti
membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan.
Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi Ada bermacam-macam
adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi,
adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi morfologi Adaptasi
morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya.
Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut. Gigi-gigi khusus Gigi
hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring
besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung
pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya Trenggiling besar adalah
hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan.
Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap.
Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi
dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya.
Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh
keluar mulut untuk menangkap serangga. Paruh Elang memiliki paruh yang kuat
dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk

17
mencengkeram korbannya Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga),
misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan
dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan
enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan,
sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan. Akar Akar tumbuhan
gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam
tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas. Adaptasi
fsiologi Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk
mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut. Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan
melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri
dari musuhnya. Kantong tinta Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang
berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya
sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita. Mimikri
pada kadal Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya.
Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar
berupa suhu serta keadaan sekitarnya. Adaptasi tingkah laku Adaptasi tingkah
laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai
berikut : Pura-pura tidur atau mati Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati,
misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata
tertutup bila didekati seekor anjing. Migrasi Ikan salem raja di Amerika Utara
melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini
hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh
tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju
ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-
telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah
menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka
bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut. Perhatikan Gambar 6.12. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu
disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada
tahun 1989 berjumlah 2552 batang. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu.

18
Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu.
Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980
populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990
dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa
selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon.
Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon
yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi : 700 - 500 = 200batang
1990-1980 10 tahun = 20 batang/tahun Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan
kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi
ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran,
serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun,
pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya
yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik
iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian
(mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas
danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi. Dinamika
populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk
organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi
adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi
sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih
organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan
natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi
akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah,
namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi
dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya
penyakit, bencana alam, dan wabah hama. Komunitas Komunitas ialah kumpulan
dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang

19
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas
dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Ekosistem Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi
ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun
ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora,
dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme). Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor
fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut. Suhu Suhu
berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada
kisaran suhu tertentu. Sinar matahari Sinar matahari mempengaruhi ekosistem
secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan
unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk
berfotosintesis. Air Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan
untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air
diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi
manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan
batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk. Tanah Tanah merupakan
tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme
yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Ketinggian Ketinggian
tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena
ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang
berbeda. Angin Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga
berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. Garis lintang Garis lintang
yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang
secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan
bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja

20
C. EKOLOGI PERAIRAN

Ekologi perairan merupakan cabang ilmu mengenai lingkungan yang fokus


mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di perairan
dengan lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh sebab ia memegang
peranan dalam menciptakan kenyamana hidup organisme di perairan. Faktor-
faktor yang ada di lingkungan adalah faktor fisika mencakup kecerahan, suhu,
arus dan lain-lain. Faktor kimia antara lain pH, Do, sementara itu faktor biologi
antara lain sifat plankton, substrat dan masih banyak lagi lainnya.

Ekologi perairan ini mencakup banyak lingkup antara lain ekologi perairan tawar,
ekologi perairan laut, ekologi perairan kolam, ekologi perairan tambak dan semua
ekosistem yang melibatkan air sebagai komponen abiotik. Di dalam ekosistem
perairan baik itu tawar, pesisir maupun lautan, ada beragam jasad hidup atau
biotik juga abiotik yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Mereka saling
terkait dan memungkinkan terjadinya pertukaran zat atau energi di antara kedua
komponen tersebut. Hampir 70% bumi ini merupakan wilayah perairan, dengan
demikian, mempelajari ekologi perairan adalah hal yang sangat penting sebab
dengan mengidentifikasi komponen abiotik dan biotik tersebut manusia bisa
memperoleh manfaat yang optimal dari perairan tersebut.

D. EKOLOGI PERAIRAN AIR TAWAR

Salah satu bagian dari ekologi perairan adalah air tawar. Hanya sekitar 3%
permukaan wilayah bumi yang merupakan air tawar. Sebagian besar terdapat pada
area yang beku di dalam glesier juga es yang tenggelam di dalam akuafer.
Sementara Perairan tawar didominasi oleh perairan pedalaman. Sementara itu
sisanya, terdapat pada wilayah dabau, sungai, kolam dan lain-lain. Salah satu ciri
ekologi perairan tawar adalah kadar garam yang sangat rendah. Dalam konteks
ekosistem, perairan ini dibagi ke dalam dua bagian yakni air tawar mengalir atau
lotik dan air tawar diam atau lentik.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan


lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi “golongan-
golongan” organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air
adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendefinisikan
ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa
manusia merupakan bagian dari pada alam. Ekologi hubungan alam kemudian
bisa di bagi menjadi beberapa jenis yaitu, ekologi laut, ekologi hutan, ekologi
perairan.

B. Saran

Sebagai warga masyarakat yang baik kita harus menjaga alam ini terutama
menjaga ekosistem-ekosistem yang ada di sekitar tempat tinggal kita, karena
dalam suatu kehidupan, suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk
kelangsungan hidup suatu organisme aka sangat bergantung pada organisme lain
dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas, Febrian Gilang. Program Studi Ilmu Kelautan

Karmidi. 2009 “ ekologi hutan” (online) http://karmidi.blogspot.co.id/2009/07/ekologi-


hutan.html

Kristanto,philip. Ekologi industri

Mitchel,campbell reece. Biologi (edisi kelima-jilid 3)

23

Anda mungkin juga menyukai