EKOSISTEM
DISUSUN OLEH:
Nama:
Kelas: MSP A
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul EKOSISTEM
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..II
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3 KLASIFIKASI......................................................
3.1 KESIMPULAN………………………………………………
3.2 SARAN…………………………………………………...........
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi ekosistem
Untuk mengetahui klasifikasi ekosistem
Mengetahui sifat-sifat ekosistem
Mengetahui contoh ekosistem yang ada di NTT
Untuk mengetahui aplikasi ekologi pada ekosistem
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 KLASIFIKASI
Ekosistem di kelompokkan berdasarkan proses terjadinya, yaitu ekosistem
alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami dibagi lagi menjadi dua,
yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Pembahasan akan berfokus
pada klasifikasi alami pada ekosistem perairan.
Pengelompokkan ekosistem perairan, antara lain :
Selain berdasarkan jarak dan kedalaman, danau juga dapat dibedakan berdasarkan
produksi materi organiknya, yaitu:
1) Danau Oligotropik
Danau oligotropik merupakan danau yang dalam dan memiliki fitoplankton yang
tidak produktif, sehingga kekurangan makanan. Airnya yang jernih sekali, dihuni
oleh sedikit organisma, dan terdapat oksigen sepanjang tahun di dasar danau
merupakan ciri danau ini.
2) Danau Eutropik
Lain halnya dengan oligotropik, danau eutropik merupakan danau yang dangkal
memiliki fitoplankton yang produktif, sehingga kaya akan kandungan makanan.
Airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisma, dan oksigen terdapat di
daerah profundal merupakan ciri dari danau eutropik.
b. Sungai
a. Laut
Sebagian besar permukaan bumi merupakan lautan. Air laut memiliki kadar
garam yang tinggi dengan suhu air laut bervariasi. Di daerah tropik, suhu air laut
dapat mencapai 250 C dan antara suhu bagian permukaan dengan bagian bawah
laut berbeda cukup besar. Batas antara lapisan air yang hangat di bagian atas dan
yang dingin di bagian bawah dinamakan termoklin.
Wilayah pasang berupakan bagian dari laut yang dasarnya kering ketika terjadi
surut. Ikan tidak bisa hidup pada wilayah ini, tetapi beberapa jenis binatang
dapat dijumpai pada wilayah ini.
Wilayah ini berada pada kedalaman antara 150 – 800 meter. Sinar matahari tidak
mampu menembus sampai ke dasar laut seperti pada wilayah laut dangkal. Dengan
demikian, jumlah dan jenis binatang yang hidup pada wilayah ini lebih sedikit
dibanding wilayah laut dangkal.
Wilayah ini berada pada kedalaman di atas 1800 meter. Dengan kedalaman
tersebut, tumbuhan tidak mampu lagi bertahan karena tidak ada sinar matahari.
Karena itu jumlah dan jenis hewan pun terbatas, kecuali hewan yang telah
beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Gambar 3.9: Pembagian wilayah laut berdasarkan kedalamannya
b. Pant
ai
ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Karena letaknya pula ekosistem
pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut..
Estuari atau lebih dikenal dengan istilah muara merupakan tempat pertemuan
antara sungai dengan laut. Karena itu, nutrien sungai yang dibawa melalui
proses erosi oleh sungai dari daratan dapat memperkaya estuari.
Salinitas di estuari dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya.
Pada saat pasang, air laut masuk ke badan sungai dan meningkatkan
salinitasnya. Sebaliknya, pada saat surut atau pada saat air sungai mengalir
dengan volume yang besar, salinitasnya berubah menjadi rendah sampai
menjorok ke arah laut.
Estuari menjadi habitat bagi sejumlah organisme seperti rumput rawa garam,
ganggang, fitoplankton, cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Estuari juga menjadi
tempat kawin bagi sejumlah invertebrata laut dan ikan laut serta menjadi tempat
makan bagi unggas air.
Terumbu karang adalah sebuah tipe ekosistem yang khas tropis. Ekosistem ini
dapat dijumpai pada laut di daerah tropis yang airnya jernih, sehingga cahaya
matahari dapat menembus air dan memungkinkan terjadinya fotosintesis.
Komunitas ini didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok
Cnidaria. Terumbu karang juga sangat dikenal akan keragaman jenisnya,
termasuk ikan hias yang bernilai ekonomi tinggi. Karena itulah, terumbu karang
sangat rawan akan kerusakan.
Karang atau koral mensekresikan kalsioum karbonat dan rangka dari kalsium
karbonat memiliki bentuk yang unik dan bermacam-macam.Karang juga
menjadi organisma lainnya, termasuk ganggang. Berbagai jenis invertebrata,
mikroorganisma, ikan, siput, landak laut, gurita, bintang laut dan lain-lain
banyak dijumpai di terumbu karang.
Selain menjadi habitat bagi banyak organisma, terumbu karang memiliki banyak
fungsi lainnya. Kekuatan ombak menjadi berkurang dengan adanya terumbu
karang, sehingga pantai relatif aman dari kerusakan.
Saat ini kerusakan terumbu karang terus terjadi, baik sebagai bahan bangunan
maupun sebagai barang-barang hiasan. Pengambilan ikan hias juga cenderung
berlebihan (overfishing) dan menggunakan bahan peledak, sehingga
menghancurkan terumbu karang secara keseluruhan.
Gambar 3.11: Terumbu Karang
Sumber:
http://www.reefnutrition.com
e. Mangrove
Ekosistem Mangrove/hutan mangrove merupakan
komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis,
yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Formasi mangrove merupakan perpaduan antara
daratan dan lautan. Mangrove tergantung pada air
laut(pasang) dan air tawar sebagai sumber
makanannya serta endapan debu(silt) dari erosi
daerah hulu sebagai bahan pendukung
substratnya.Mangrove pada umumnya tumbuh di
daerah intertidal yang memiliki jenis tanah
berlumpur, berlempung atau berpasir. Tergenang
oleh air laut secara berkala, dapat setiap hari
maupun hanya tergenang pada saat surut
purnama, frekuensi genangan ini menentukan
komposisi vegetasi hutan mangrove. Selain itu,
mangrove juga membutuhkan suplai air tawar
dari daratan, dan biasanya hidup baik pada daerah
yang cukup terlindung dari gelombang besar dan
pasang surut yang kuat. Salinitas yang baik untuk
mangrove tumbuh adalah pada salinitas 2-22 per-
mil atau sampai asin pada salinitas 38 per-mil.
Fungsi Mangrove antara lain: sebagai peredam
gelombang dan badai, pelindung abrasi, penahan
lumpur serta penangkap sedimen; penghasil
sejumlah besar detritus dari daun dan dahannya;
daerah asuhan(nursery ground), daerah pencari
makan(feeding ground), daerah
pemijahan(spawning ground) berbagai jenis ikan,
udang dan biota laut lain; penghasil kayu untuk
berbagai macam tujuan; pemasok larva ikan,
udang dll.; serta sebagai daerah tujuan wisata
alam.
f. Padang Lamun
Lamun merupakan istilah untuk rumput laut(sea
grass), harus dibedakan dengan rumput laut(sea
weed) yang merupakan anggota dari kelompok
vegetasi yang dikenal sebagai alga(ganggang).
Sea weed ini biasanya dapat ditemui di perairan
yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem
terumbu karang. Sedangkan lamun merupakan
tumbuhan berbunga(angiospermae) yang hidup di
perairan pesisir/pantai laut, membentuk ekosistem
penting sebagai produsen primer di perairan laut
tropis selain fitoplankton. Tumbuhan ini terdiri
dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma merupakan
batang yang merayap di substrat dan berbuku-
buku, yang biasanya pada buku yang tumbuh ke
atas akan berdaun dan berbunga. Pada buku
tersebut tumbuh akar/rhizoma, yang dengan akar
ini lamun dapat menancapkan diri dengan kokoh
di dasar laut sehingga tahan terhadap hempasan
gelombang laut.
Fungsi padang lamun: sebagai produsen makanan
berlimpah bahan organik, daunnya yang tinggi
dan banyak sebagai tempat hidup organisme
efifit, peredam arus, pengurang erosi dan
pengumpul substrat serta sedimen oleh akarnya
serta tempat mencari makan dugong serta
sejumlah kecil ikan.
2.4 CONTOH- CONTOH EKOSISTEM
Berdasarkan klasifikasi ekosistem perairan maka di temukan beberapa contoh ekosistem
yang ada di NTT beserta ciri khasnya. Diantaranya :
Terumbu karang di Taman Nasional Perairan Laut Sawu,NTT
Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu merupakan kawasan konservasi
perairan yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, meliputi perairan Pulau
Flores, Kabupaten Manggarai Barat ke arah timur sejauh 600 kilometer hingga
pulau Batek di utara Kabupaten Kupang dan perairan ke arah selatan sepanjang
250 kilometer hingga pulau Ndana Kabupaten Rote Ndao. Habitat terumbu
karang di wilayah pesisir ini sejak lama mengalami ancaman dari praktek
perikanan yang destruktif, tangkapan berlebih, polusi serta dampak perubahan
iklim seperti kenaikan suhu permukaan air laut.
Sebaran terumbu karang di Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu cukup
besar hampir di seluruh wilayah pesisir. Dari hasil survey BKKPN Kupang dari
tahun 2011 – 2015 didapatkan sebaran terumbu karang seluas 71.046,27 ha.
Dimana Lokasi sebaran terumbu karang terbanyak di Kabupaten Rote Ndao
seluas 29.490,41 ha.
GAMBAR
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA