Anda di halaman 1dari 19

LINGKUNGAN MARITIM

OLEH :

Anisah Zainuddin (G2D121039)


Pratiwi Nur Aisyah (G2D121019)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudulkan “Lingkungan
Maritim”. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami konsep tentang lingkungan maritim serta menyadari perlunya
memanfaatkan serta mempertahankan lingkungan maritim.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun
penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Kendari, 19 September 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara maritim terbesar di dunia, Indonesia memiliki luas wilayah
laut dan Zona Ekonomi Eksklusif berturut-turut 3,1 dan 2,7 juta km, dikarunia
sumber daya pesisir dan lautan yang sangat beragam dengan jumlah besar. Kondisi
ekologis wilayah laut Indonesia merupakan wilayah yang penuh daya tarik dan
menantang dari sudut pengkajian berbagai ilmu pengetahuan. Ekosistem laut
Indonesia mengandung sejumlah fenomena yang menarik untuk dikaji dari berbagai
dimensi dan sudut pandang, baik dimensi fisik ekologis, maupun dimensi yang
berkaitan dengan masalah sosial budaya, termasuk didalamnya penggunaan
teknologi dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan laut.
Sumber daya potensil bagi ekosistem laut Indonesia, baik sumber daya yang
dapat pulih (renewble resources), seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya
pantai (tambak) dan marikultur, mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan
rumput laut pada umumnya belum dimanfaatkan secara optimal. Demikian pula
dengan sumber daya yang tidak dapat pulih (urenewble resources), seperti minyak
dan gas bumi, dan mineral lainnya serta jasa-jasa lingkungan (environmental
service), yang meliputi energi, kawasan rekreasi dan pariwisata, masih banyak yang
belum terjamah dan dimanfaatkan secara optimal (Dahuri, 1999 : 2). Belum
termanfaatkannya secara optimal dari segenap potensi sumber daya laut tersebut
terkait erat dengan masalah perkembangan teknologi yang dikuasai, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat maritim sendiri. Pemanfaatan lingkungan alam laut
sesungguhnya merupakan serangkaian upaya yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok masyarakat dengan mendayagunakan sejumlah potensi yang terkandung
di dalam lingkungan laut tersebut untuk memenuhi sejumlah kebutuhan manusia.
Dalam upaya pemanfaatan lingkungan laut itu, teknologi sebagai wujud dan fungsi
kebudayaan memegang peranan yang sangat penting.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
2) Bagaimanakah pembagian ekosistem laut ?
3) Apa-apa saja yang menyebabkan ekosistem laut menjadi tercemar?
4) Bagaimana cara pemanfaatan lingkungan maritim?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1) Dapat mengetahui pengertian dari ekosistem
2) Dapat mengetahui pembagian dari ekosistem dilaut
3) Dapat mengetahui penyebab dari pencemaran laut
4) Dapat mengetahui cara memanfaatkan lingkungan maritim
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekosistem di Laut
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Pengertian ekosistem pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekologi
berkebangsaan Inggris bernama A.G. Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep
itu bukan merupakan konsep yang baru. Sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-
pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai
terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia
(Odum, 1993).
Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut :
Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara
struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut
adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem
yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang
tinggi. Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem menurut A.G. Tansley
berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen
ekosistem.
Ekosistem atau sistem ekologi adalah merupakan pertukaran bahan- bahan
antara bagian-bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam suatu sistem.
Ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya pertukaran materi dan transformasi
energi yang sepenuhnya berlangsung diantara berbagai komponen dalam sistem itu
sendiri atau dengan sistem lain di luarnya. Ekosistem adalah tatanan dari satuan
unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh
dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan
yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas
dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan
dalam alam (Dephut, 1997).
Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat
habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara
utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran
energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983). Ekosistem, yaitu unit fungsional
dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya
(lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi (Odum,
1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi
karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap,
memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara
lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai
dengan kondisi ekosistemnya.
Pembagian daerah ekosistem air laut, berdasarkan kedalamannya:
Litoral/Daerah Pasang Surut, adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat.
Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih
berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup
di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang
laut, udang, kepiting, cacing laut.
Daerah Neritik, merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat
ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m.
Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
Daerah Batial atau Daerah Remang-remang: Kedalamannya antara 200 -
2000 m, sudah tidak ada produsen.Hewannya berupa nekton.
Daerah Abisal: adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000m.
Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
Masih ada pembagian eksosistem laut lainnya yang didasarkan pada
intensitas cahaya, yakni: Wilayah fotik, yakni bagian laut yang bisa ditembus
cahaya. Kedalamannya sampai 200 meter. Wilayah Twilight, adalah titik remang-
remang yang minim cahaya sehingga produsen kurang sebab tidak bisa melakukan
aktifitas fotosintesis. Kedalamannya antara 200 sampai 200 meter. Wilayah afotik,
adalah titik dimana tak ada sama sekali cahaya matahari yang mampu menembusi
lautan.
B. Komunitas di dalam ekosistem air laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan
menjadi 4, yaitu: Produsen, terdiri dari fitoplankton dan ganggang laut lainnya.
Konsumen, terdiri dari berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan
ditemukan di dalam ekosistem laut. Zooplankton, terdiri atas bakteri dan hewan
hewan pemakan bangkai atau sampah. Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah
batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa. Di daerah tersebut tidak
berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang
ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan
suatu ekosistem yang tidak lengkap.
C. Pemanfaatan Lingkungan Maritim
Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir
dan pemanfaatan lingkungan alam tersebut, memiliki makna yang sangat strategis
karena dengan itu, masyarakat nelayan memenuhi kebutuhan ekonominya, di
samping kebutuhan sosial, budaya dan biologis lainnya. Hal tersebut memang sesuai
dengan prinsip alamai yang dimiliki oleh manusia, yakni di samping rangsangan
dan dorongan untuk memanfaatkan lingkungan alam sebesar-besarnya guna
memenuhi sejumlah kebutuhan, baik kebutuhan dasar (biologis) maupun kebutuhan
psikologis dan kebutuhan sosial. Akan tetapi, lebih dari itu, disamping
memanfaatkan lingkungan alam laut untuk memenuhi sejumlah kebutuhannya,
masyarakat nelayan bagang rambo di Barru juga memiliki seperangkat tatanan
(norma dan nilai) yang mengarahkan mereka untuk tetap menjadi bagian dari
lingkungan yang lestari.
Fenomena empirik yang dapat dijadikan acuan atas pembenaran dari fakta
ini adalah dilakukannya sejumlah kegiatan ritual yang bermakna mewujudkan
hubungan harmonis antara mereka dengan lingkungannya. Juga telah disepakatinya
sejumlah nilai yang menganggap perbuatan negatif dan pemberian sanksi sosial
segala hal yang merupakan tindakan destruktif bagi tindakan yang merusak
lingkungan seperti penggunaan bom dan sejenisnya untuk kegiatan penangkapan.
Dengan demikian, nelayan yang memainkan posisi sebagai antroposentris
bagi lingkungan telah memainkan peran ganda, yakni di samping sebagai pengambil
manfaat dari lingkungan, juga telah memposisikan diri sebagai pemelihara
lingkungan, sehingga tercipta keserasian yang harmonis antara lingkungan di satu
pihak dengan masyarakat nelayan itu sendiri pada pihak lain. Dalam rangka
memanfaatkan lingkungan laut, masyarakat nelayan mengembangkan seperangkat
kebudayaan dalam bentuk idea, gagasan, aktivitas atau tindakan, serta teknologi
yang berupa materi dan cara-cara atau strategi tertentu sebagai wujud dari
penerapan ilmu pengetahuan yang mereka miliki (Abu Hamid, 1996).
Elaborasi konsep teknologi dalam konteks ini mengacu pada pemahaman
operasional bahwa teknologi, khususnya teknologi penangkapan dan teknologi
transfortasi laut harus dipahami dengan penekanan pada bagaimana anggota
masyarakat memberi tanggapan dan harapan serta bagaimana mekanisme
pemanfaatannya (Abu Hamid, 1986 : 8).
Secara empirik, kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat nelayan adalah
bagian dari kelompok masyarakat yang memanfaatkan lingkungan alam laut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sejak beberapa dasawarsa yang lalu hingga saat ini
mengalami dinamikanya sendiri sebagai suatu proses menuju terciptanya sebuah
perubahan, baik perubahan yang bersifat microsopic maupun perubahan yang
bersifat macrosopic.
Beberapa masalah pencemaran di laut yaitu:
1) Pencemaran Minyak, Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat,
sehingga kecelakaan- kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak
dilautan hampir tidak bisa dielakkan. Kapal tanker mengangkut minyak mentah
dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran minyak dilautan, ini
akan mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya
terbawa arus dan terbawa ke pantai. Pencemaran minyak mempunyai pengaruh
luas terhadap hewan dan tumbuh- tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak
yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang
diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak sehingga untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum
minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau
juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera
menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang
terkena ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1
atau 2 tahun.
2) Pencemaran Logam Berat, Logam-logam berat yang masuk kedalam tubuh
hewan umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Karena itu logam-
logam cenderung untuk menumpuk di dalam tubuhnya. Sebagai akibatnya
logam-logam tersebut akan terus berada di sepanjang rantai makan. Hal ini
disebabkan oleh karena predator pada satu trofik level makan mangsa mereka
dari trofik yang lebih rendah yang telah tercemar (ikan dimakan oleh manusia).
Disini terlihat bahwa kandungan konsentrasi logam berat terdapat lebih tinggi
pada tubuh hewan yang letaknya lebih tinggi didalam tropik level. Jadi predator
tingkat tinggi (dengan umur lebih panjang) lebih banyak menumpuk logam berat.
Contoh pencemaran logam berat :“Minamata Disease” (di Jepang) yang
disebabkan oleh Hg (merkuri). Menyebabkan kelemahan otot, kehilangan
penglihatan, ketidakseimbangan fungsi otot dan kelumpuhan. Selain itu juga
meracuni janin dan merusak sistem syaraf pusat. “Itai-itai Disease” yang
disebabkan oleh logam Cd. Menyebabkan nyeri/ngilu pada tulang,
mempengaruhi kehamilan, lactasi, ketidakseimbangan internal sekresi, penuaan,
dan kekurangan kalsium. Perkembangan dan reproduksi; menyebabkan
terjadinya perubahan morfologi; merubah tingkah laku organisme.
3) Sampah, Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui
sistem daerah aliran sungai (DAS).Sampah-sampah ini kemungkinan
mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya
mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya kandungan
zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi
lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aktifitas
pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen
khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup disitu. Pada keadaan yang
paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara
drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen.
Sehingga mikrofauna yang dapat hidup hanya dari golongan cacing.Jenis-jenis
sampah kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat,
sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar
diperairan terbuka.
4) Pestisida, Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif.
Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk
mengontrol hama tanaman atau organisme-organisme lain yang tidak diingini.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia
yang disebut Organochloride, misalnya DDT. Pestisida jenis ini termasuk
golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-
molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak
mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan
digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka
menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak
dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organisme hidup didaerah tersebut.
Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan
kimia didalam jaringan tubuhnya.
5) Limbah Industri Dan Domestik, Limbah adalah limbah cair yang berasal dari
masyarakat urban, termasuk di dalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas
industri, yang masuk ke sistem saluran pembuangan kota. Pada umumnya limbah
domestik mengandung sampah padat (berupa tinja, dan cair yang berasal dari
rumah tangga).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Pembagian daerah ekosistem
air laut, berdasarkan kedalamannya: Litoral/Daerah Pasang Surut, Daerah Neritik,
Daerah Batial atau Daerah Remang-remang, Daerah Abisal. Beberapa masalah
pencemaran di laut yaitu: Pencemaran Minyak, Pencemaran logam berat, Sampah,
Pestisida, Limbah Industri Dan Domestik.
Cara memanfaatkan Lingkungan Maritim yaitu dengan memanfaatkan biota
bawah laut dengan baik, dan juga sebagai jalur perdagangan internasional serta
sebagai wisata bahari Indonesia.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kali ini bahwa wilayah maritim
Indonesia sangatlah luas untuk itu marilah kita manfaatkan dengan sebaik mungkin
dan menjaganya jangan sampai wilayah maritim Indonesia menjadi tercemar untuk
itu perlu adanya kesadaran dari segenap warga Indonesia untuk bekerja sama
menjaga kelestarian biota dalam laut kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://sahabatnadzhttp://ncupphe30jan.blogspot.com/ri.blogspot.com/2008/08/teknologi-
dan-pemanfaatan-lingkungan.html
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/mengenal-ekosistem-laut.html
http://ciahh.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://lautmaritim.blogspot.com/2013/03/hukum-maritim.html
http://indomaritimeinstitute.org/2011/07/pencemaran-laut-%E2%80%9Cmengancam
potensi-sumberdaya-dan-lingkungan-maritim%E2%80%9D/

Anda mungkin juga menyukai