Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN

EKOSISTEM ESTUARI

Disusun Oleh:
Adi Harpansyah/ 21030013 / SEP

Dosen Pengampuh:
Herman Sarumaha S.Pi., M.Si.

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI


PANDAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta alam, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karunianya serta limpahan ilmu pengetahuan kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Ekosistem Estuari”. Makalah ini berisi tentang tipe-tipe
estuaria dan lingkungan abiotik estuari.
Ekosistem estuari merupakan salah satu jenis ekosistem akuatik. Ekosistem
ini terletak di muara sungai yaitu pertemuan antara air tawar dan air laut. Begitu
banyak keistimewaan dan kekhasan dari ekosistem ini yang dapat membedakan
dengan ekosistem yang lain. Penjelasan yang lebih detail tentang ekosistem estuari
akan dijabarkan dalam makalah ini.
Keberadaan makalah ini diharapkan mampu menambah informasi mengenai
ekosistem estuari. Materi yang ditulis dalam makalah ini berasal dari berbagai
literatur yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang praktis. Semoga bermanfaat.

Pandan, 14 Juni 2022

Adi Harpansyah

ii
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

2.1 Konsep dan Penyusun Ekosistem ........................................................... 2

2.2 Pengertian Estuaria ................................................................................ 3

2.3 Tipe-Tipe Estuaria ................................................................................. 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 9

3.2 Saran ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, permukaan bumi lebih
banyak terdapat perariran dari pada daratan. Ekosistem perairan umumnya terbagi
menjadi ekosistem air tawar, air laut dan air payau. Dalam makalah ini kami akan
membahas lebih khusus tentang ekosistem estuaria. Ekosistem merupakan suatu
unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi.
Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan
dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Estuari dapat disebut sebagai
daerah peralihan (ekoton) antara habitat laut dan habitat air tawar. Banyak karakter
fisik, kimiawi, dan biologis yang khas, didominasi oleh substrat berlumpur.
Endapan kebanyakan berasal dari bahan organik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu ekosistem, dan apa saja penyusunnya?
2. Apa itu ekosistem estuaria, apa saja tipe-tipenya, dan bagaimana lingkungan
abiotiknya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ekosistem, dan apa saja penyusunnya?
2. Untuk mengetahui Apa itu ekosistem estuaria, apa saja tipe-tipenya, dan
bagaimana lingkungan abiotiknya?

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Penyusun Ekosistem


Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk dari proses
interaksi timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut Odum
(1996), ekosistem atau sistem ekologi merupakan pertukaran bahan bahan antara
bagian-bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam sistem. UU No. 27 Tahun
2007 menyebutkan ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan,
hewan, organisme, dan non-organisme lain serta proses yang menghubungkannya
dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas. Ekosistem mampu
bertahan dari gangguan yang berasal dari lingkungan luar dan dengan sendirinya
dapat kembali pada kondisi awal (resilience).

Ada dua komponen ekosistem yang saling berinteraksi satu sama lain.
Komponen tersebut adalah komponen biotik yang terdiri dari makhluk hidup dan
komponen abiotik yang terdiri dari komponen tak hidup. Komponen tak hidup
seperti lingkungan fisik-kimia, termasuk substrat dan air itu sendiri. Jadi, ekosistem
perairan merupakan kesatuan menyeluruh antara unsur biotik dan abiotik perairan
yang saling memengaruhi. Ada berbagai ekosistem yang dapat ditemukan di
permukaan bumi, salah satu contohnya adalah ekosistem perairan.

Menurut Odum (1996), komponen penyusun ekosistem perairan yaitu sebagai


berikut.

1. Biotik
 Substansi organik, seperti: karbohidrat, protein, dan lemak.
 Substansi anorganik, seperti: nitrogen, fosfor, sulfur, dan kalsium.
 Iklim, seperti suhu dan faktor fisik lainnya.
2. Abiotok
 Produsen, yaitu makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendi ri
(autotrof) termasuk tanaman hijau dan bakteri kemosintetik.
 Konsumen makro, seperti hewan (fagotrof).
 Konsumen mikro, seperti dekomposer/osmotrof (safrotrof).

2
2.2 Pengertian Estuaria
Dahuri (1972), mendefinisikan estuaria sebagai suatu perairan pesisir semi
tertutup yang memiliki hubungan bebas dengan laut lepas, sangat dipengaruhi oleh
gaya pasang surut dan didalamnya air laut dengan air tawar yang berasal dari
drainase daratan. Menurut Knight (1965), estuaria adalah saluran dimana air
pasang-surut yang datang dengan arus sungai, daerah tersebut merupakan bagian
dari laut yang terletak pada ujung dari muara sungai. Sedangkan menurut Odum
(1972), estuaria adalah muara sungai dimana terjadi arus pasang-surut yang
mengakibatkan adanya percampuran antara air laut dengan air tawar.

Estuaria (aestus, air pasang) merupakan perairan semi tertutup tempat


terjadinya pertemuan antara air yang bersalinitas rendah dari sungai atau daratan
dengan air yang bersalinitas relatif tinggi yang berasal dari laut (Salviana;1990).
Hal ini akan mengakibatkan perairan mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah
dari laut terbuka dan lebih tinggi dari air sungai. Ciri-ciri ekosistem perairan estuari
adalah arus yang tenang, residence time yang lama, adanya stratifikasi suhu,
oksigen terlarut lebih rendah dari perairan mengalir, dan tidak ada adaptasi khusus
dari organisme penghuninya. Dari hal tersebut terlihat kita simpulkan bahwa suhu
adalah faktor pengontrol yang mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam rantai
makanan. Cahaya merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan laju
produktifitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan faktor pembatas
yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd 1982).

2.3 Tipe-Tipe Estuaria


1. Penggolongan Estuaria Berdasarkan Pencampuran Air
A. Eustuaria positif adalah perairan di mana jumlah air tawar yang masuk lebih
besar daripada penguapan air laut maka air tawar berada di atas air laut
sehingga menimbulkan pergerakan air laut ke atas mengikuti pola percampuran
air tawar dan air laut. Hal ini terjadi pada bulan oktober sampai februari.

3
B. Estuaria negatif adalah perairan yang memiliki penguapan air laut lebih besar
daripada pemasukan air tawar, sehingga menimbulkan peregerakan air laut dari
atas ke bawah. Hal ini terjadi pada bulan April sampai agustus.
C. Estuaria netral adalah perairan yang mengalami percampuran air karena adanya
penghadangan air laut terhadap air tawar yang datang. Hal ini terjadi pada
bulan Maret dan bulan September.

Berdasarkan dari pola percampuran airnya, kita dapat mengenal secara umum
3 model estuari yang terbentuk, dengan catatan ini pun sangat di pengaruhi oleh
sirkulasi air, topografi, kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan
volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. pola
dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary). Pola tersebut adalah:

A. Pola percampuran yang pertama adalah pola dengan dominasi air laut (Salt
wedge estuary) atau disebut dengan estuaria berstratifikasi sempurna/ nyata
atau estuaria baji garam, yang di cirikan oleh adanya batasan yang jelas antara
air tawar dan air laut/asin. Pola ini di tandai dengan desakan dari air laut pada
lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air
laut. Kita akan mudah membedakan salinitas air dari estuari ini yang sangat
berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah di banding
lapisan bawah yang lebih tinggi.
B. Pola kedua adalah Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well
mixed estuary) dikenal juga sebagai estuaria campuran sempurna atau estuaria
homogen vertikal. Pola ini di tandai dengan bercampur secara merata antara air
laut dan air tawar hingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, yang dapat
terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi
pasang surut. namun stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat
salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut.
C. Pola yang ketiga adalah pola percampuran tidak merata (Partially mixed
estuary) dan dikenal sebagai estuaria berstratifikasi sebagian/parsial . Pola ini
akan sangat labil atau sangat tergantung desakan air sungai dan air laut. Pada
pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata hingga hampir tidak
terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertical.

4
Diantara ketiga pola di atas, pada beberapa daerah estuary kadang terjadi pola
tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai
tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk
semacam lekukan pada dasar estuari. Adanya semacam tonjolan permukaan yang
mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan hingga, terjadi
stratifikasi salinitas secara vertical. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang
hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

2. Penggolongan Estuaria Berdasarkan Topografi


A. Drowned river valleys yaitu tipe estuaria yang berbentuk lembah, banyak
dijumpai di daerah temperate. Kedalaman estuaria umumnya relatif dalam,
biasa mencapai sekitar 30 m. Masukan air tawar dari sungai relatip kecil
dibandingkan dengan volume air laut ketika pasang.
B. Estuaria yang berbentuk fjord yaitu profile lembahnya berbentuk huruf U.
Seperti halnya Drowned river valley, estuaria fjord ini juga banyak dijumpai di
daerah temperate dan terbentuk akibat pelelehan gunung es (glaciers) ketika
jaman Pleistocene. Di mulut esturia biasanya terdapat sill (dataran lembah yang
mencuat), sehingga perairan di bagian tersebut cukup dangkal. Sedangkan
kedalaman lembah (water basin) di bawah sill sangat dalam, bisa mencapai
sekitar 300-400 m, bahkan ada yang mencapai 800 m. masukan air tawar dari
sungai relative besar dibandingkan dengan volume air laut ketika pasang,
sedangkan yang keluar dari sungai dibandingkan dengan total volume fjord
relative kecil.
C. Bar-built estuaries yaitu estuaria yang hubungannya dengan laut lepas dibatasi
dengan timbunan atau palung pasir, yang biasanya berbentuk lonjong sejajar
pantai. Kedalaman estuaria ini biasanya dangkal, hanya beberapa meter saja
dan sering mempunyai goba atau laguna yang ekstensif, serta jalan keluar air
di mulut estuaria yang sangat dangkal. Tipe ini banyak dijumpai di daerah
tropis atau daerah-daerah yang pantainya aktif menerima endapan sedimen.
D. Estuaria yang dihasilkan oleh proses tektonik, seperti patahan atau
tenggelamnya permukaan tanah, yang memungkinkan terjadinya aliran air
tawar.

5
3. Penggolongan Estuaria Berdasarkan Distribusi Salinitas
A. The highly stratifies estuary (salt wedge estuary), air laut masuk ke sungai
seperti taji (menukik ke dasar), sedangkan air tawar menuju ke laut melalui
permukaan air laut yang masuk. Ketika pencampuran selesai, maka
terbentuklah strata atau lapisan air, yang mana bagian bawah adalah air laut.
B. The highly stratifies estuary (fjord type), estuaria ini pada prinsipnya sama
dengan tipe estuaria sebelumnya (salt wedge estuary), kecuali adanya sill di
mulut fjord sehingga arus pasang lebih ketat. Air tawar secara terus-menerus
keluar melalui permukaan, tetapi penggantian arus pasang mungkin hanya
terjadi tahunan dan tidak menentu, sehingga kondisi oksigen terlarut di dekat
dasar fjord biasanya.
C. Partially mixed estuary, estuaria ini dicirikan dengan efisiensi pertukaran air
asin dan air tawar. Permukaan air tidak begitu asin dibandingkan bagian dasar
perairan. Pencampuran air masuk dari dasar perairan dan keluar melalui
permukaan terjadi di sepanjang estuaria.
D. The vertically homogeneous estuary, pada estuaria ini arus pasang sangat kuat
dibandingkan dengan aliran sungai yang masuk ke estuaria, sehingga
pencampuran vertical menjadi intensif dan membuat salinitas di estuaria secara
vertical dari dasar ke permukaan homogeny.

2.4 Lingkungan Abiotik Estuaria


1. Gelombang

Gelombang di estuaria relatif lebih tenang (pengaruh ombak minimal) disebabkan:

 Luas permukaan lebih kecil (estuaria dikelilingi oleh daratan pada tiga sisi)
sehingga luas perairan yang di atasnya angin dapat bertiup untuk menciptakan
ombak adalah minimal (dibandingkan lautan).
 Mulut estuaria yang sempit dengan dasar yang dangkal menghilangkan
pengaruh ombak dari laut secara cepat.

6
2. Arus

Pengaruh utama pada arus di estuaria adalah pasang surut dan aliran sungai,
hal ini menyebabkan keterbatasan pada saluran masuk di hilir (mulut estuaria) dan
di hulu (saluran air tawar).

3. Kekeruhan

Di daerah estuaria kekeruhan minimum terjadi di dekat mulut estuaria, karena


sepenuhnya air laut, kekeruhan akan semakin meningkat bila menjauh ke arah hulu.
Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum.

4. Susbstrat

Estuaria didominasi substrat lumpur, substrat ini dibawa ke dalam estuaria oleh air
tawar maupun air laut. Berikut penjelasannya:

 Lumpur dari sungai bercampur dengan ion-ion air laut, kemudian menjadi
partikel lumpur menggumpal, selanjutnya berubah lagi menjadi partikel yang
lebih besar dan berat, lalu mengendap membentuk dasar lumpur.
 Material tersuspensi dari laut masuk ke estuari yang gerakan airnya lebih
tenang kemudian mengendap membentuk dasar lumpur atau pasir.
 Proses pengendapan (sedimentasi) bergantung pada arus (arus kuat, substrat
kasar; arus lemah, substrat halus) dan ukuran partikel (partikel besar lebih cepat
mengendap daripada partikel kecil).

5. Suhu

Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada perairan pantai di dekatnya


disebabkan:

 Volume air lebih kecil dengan luas permukaan yang lebih besar (lebih cepat
panas dan dingin).
 Adanya masukan air tawar (suhu air tawar dipengaruhi perubahan suhu
musiman).

7
6. Oksigen

Persediaan oksigen di kolom air cukup karena adanya masukan air tawar dan
air laut yang teratur, dengan kedangkalannya terjadi pengadukan, dan percampuran
oleh angin. Sedangkan persediaan oksigen di dalam substrat sangat berkurang
karena tingginya kandungan bahan organik dan populasi bakteri di sedimen.

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk dari proses
interaksi timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Terdapat dua
komponen ekosistem yang saling berinteraksi satu sama lain yaitu biotik dan
abiotik. Estuaria adalah saluran dimana air pasang-surut yang datang dengan arus
sungai, daerah tersebut merupakan bagian dari laut yang terletak pada ujung dari
muara sungai. Estuaria memiliki tipe-tipe yang digolongkan berdasarkan beberapa
aspek, yaitu pencampuran air, topografi, dan distribusi salinitas.

3.2 Saran
Kita sebagai manusia mari menjaga ekosistem di sekitar kita, dengan tidak
merusaknya, Mari kita manfaatkan apa yang sudah disediakan tuhan di sekitar kita
dengan bik dan tidaqk berlebihan demi kelangsungan semua makhluk hidup.

9
DAFTAR PUSTAKA

Boyd. C.E. 1982. Water Quality Management For Pond Fis Culture. Department
Of Fisheries and Allied Aquaculture. Aurburn University Alabama,
Agricultural Experiment Station. 318 page.
Odum, Eugene P. 1996. Dasar-dasar Ekologi; Edisi Ketiga. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press, Penerjemah Samingan. Tjahjono.
Odum, Eugene P. 1996. Dasar-dasar Ekologi; Edisi Ketiga. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press, Penerjemah Samingan. Tjahjono.
Odum. E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Philadelphia: Ed. W.B. Saunders, Co.
564 h.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Boyd. C.E. 1982. Water
Quality Management For Pond Fis Culture. Department Of Fisheries
and Allied Aquaculture. Aurburn University Alabama, Agricultural
Experiment Station. 318 page.

10

Anda mungkin juga menyukai