Kita mengetahui bahwa perairan yang berada di bawah kedaulatan dan yurisdiksi Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta laut lepas berdasarkan ketentuan
Internasional, mengandung sumberdaya ikan dan lahan pembudidayaan ikan yang potensial. Perikanan
sangat memegang peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional,
terutama dalam meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan peningkatan taraf hidup
bangsa pada umumnya, nelayan, pembudidaya ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang
perikanan. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan adalah sangat besar dan menjanjikan untuk
digali seoptimal mungkin.
Dilihat dari potensi yang dimiliki memang tidak akan ada yang menyangkal bahwa Indonesia adalah
tergolong negara yang memiliki sumberdaya alam perikanan yang melimpah ruah. Tapi sayang sejak
Indonesia berdiri, sumberdaya perikanan yang dimiliki itu belum dapat digarap dengan optimal.
Permasalahan umum yang menjadi kendala utama dalam mewujudkan kegiatan perikanan
berkelanjutan di Indonesia adalah: 1) pengelolaan perikanan (fisheries management); 2) penegakan
hukum (law enforcement); dan 3) pelaku usaha perikanan. Masih lemahnya sistem pengelolaan
perikanan merupakan isu strategis dan permasalahan umum yang pokok dalam mewujudkan sektor
perikanan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini telah diindikasikan dengan tidak meratanya tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah Indonesia. Sebagai contoh untuk perikanan tangkap, banyak
perairan laut di kawasan barat dan tengah Indonesia sudah menunjukkan gejala padat tangkap
(overfishing), seperti Selat Malaka, perairan timur Sumatera, Laut Jawa, dan Selat Bali. Sementara, di
perairan laut kawasan timur Indonesia, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya belum optimal atau
masih underfishing.
Peluangnya, bidang kelautan dan perikanan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
penting karena: (a) kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus meningkat; (b) pada
umumnya ouput dapat diekspor, sedangkan input berasal dari sumber daya lokal; (c) dapat
membangkitkan industri hulu hilir yang besar, sehingga menyerap tenaga kerja cukup banyak; (d)
umumnya berlangsung di daerah dan (e) industri perikanan bioteknologi dan pariwisata bahari bersifat
dapat diperbaharui (renewable resources), sehingga mendukung pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan.
Arah kebijakan pengelolaan pembangunan perikanan dan kelautan yang diperlukan harus diarahkan
kepada kesejahteraan rakyat, penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dikutip dari RPJPN
2005-2025 (Pembangunan kelautan dan perikanan) mengarah pada:
-Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya
dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari.
-Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam untuk mewujudkan nilai
tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional.
-Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam
dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
-Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia.
-Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
-Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.