OLEH
KELOMPOK: III
Mutmainnah
Nurul Izzah Auliyah
Segala puji atas kebesaran sang khalik ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
mencitakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa
syukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kekuatan dan
kesempatan menyelesaikan makalah “ciri-ciri ekosistem eusturi” yang terlaksana dengan
baik. Salawat dan salam tercurah kepada baginda Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
sallam, yang telah diutus kepermukaan bumi ini untuk menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju kepuncak peradaban.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
tantangan dan hambatan. Namun berkat izin ALLAH Subhanahu Wa ta’ala melalui kerja
keras dan motivasi dari pihak langsung maupun tidak langsung yang memperlancar
jalannya penyusunan makalah ini. Olehnya itu, secara mendalam kami menyampaikan
terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehinnga penyusunan dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya kepada
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala jualah kami menyerahkan segalanya. Semoga kita semua
mendapat curahan rahmat dan ridha-Nya, Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Estuari positif adalah suatu estuari dimana air tawar yang masuk dari sangai dan
hujan lebih banyak dibandingkan dengan penguapan, sehingga salinitas permukaan
lebih rendah daripada laut terbuka. Kebanyakan estuari yang ada adalah estuari
positif.
2. Estuari negatif yaitu penguapan lebih besar daripada aliran sungai dan hujan, karena
itu akan terjadi keadaan “asin berlebih” atau hypersaline.
• Estuaria positif adalah perairan di mana jumlah air tawar yang masuk lebih besar
daripada penguapan air laut maka air tawar berada di atas air laut sehingga
menimbulkan pergerakan air laut ke atas mengikuti pola percampuran air tawar dan air
laut. Hal ini terjadi pada bulan Oktober sampai Februari.
• Estuaria negatif adalah perairan yang memiliki penguapan air laut lebih besar daripada
pemasukan air tawar, sehingga menimbulkan peregerakan air laut dari atas ke bawah.
Hal ini terjadi pada bulan April- Agustus
• Estuaria netral adalah perairan yang mengalami percampuran air karena adanya
penghadangan air laut terhadap air tawar yang datang. Hal ini terjadi pada bulan Maret
dan bulan September.
• Drowned river valleys, yaitu tipe estuaria yang berbentuk lembah, banyak dijumpai di
daerah temperate. Kedalaman estuaria umumnya raetip dalam, bias mencapai sekitar
30 m. Masukan air tawar dari sungai relatip kecil dibandingkan dengan volume air laut
ketika pasang.
• Estuaria yang berbentuk fjord, yaitu profile lembahnya berbentuk huruf U. Seperti
halnya Drowned river valley, estuaria fjord ini juga banyak dijumpai di daerah
temperate dan terbentuk akibat pelelehan gunung es (glaciers) ketika jaman Pleistocene.
Di mulut esturia biasanya terdapat sill (dataran lembah yang mencuat), sehingga
perairan di bagian tersebut cukup dangkal. Sedangkan kedalaman lembah (water basin)
di bawah sill sangat dalam, bias mencapai sekitar 300-400 m, bahkan ada yang
mencapai 800 m. masukan air tawar dari sungai relative besar dibandingkan dengan
volume air laut ketika pasang, sedangkan yang keluar dari sungai dibandingkan dengan
total volume fjord relative kecil.
• Bar-built estuaries, yaitu estuaria yang hubungannya dengan laut lepas dibatasi dengan
timbunan atau palung pasir, yang biasanya berbentuk lonjong sejajar pantai. Kedalaman
estuaria ini biasanya dangkal, hanya beberapa meter saja dan sering mempunyai goba
atau laguna yang ekstensif, serta jalan keluar air di mulut estuaria yang sangat dangkal.
Tipe ini banyak dijumpai di daerah tropis atau daerah-daerah yang pantainya aktif
menerima endapan sedimen. Estuaria yang dihasilkan oleh proses tektonik, seperti
patahan atau tenggelamnya permukaan tanah, yang memungkinkan terjadinya aliran air
tawar ( Abdurahim, 2009 ).
• The highly stratifies estuary (fjord type), estuaria ini pada prinsipnya sama dengan tipe
estuaria sebelumnya (salt wedge estuary), kecuali adanya sill di mulut fjord sehingga
arus pasang lebih ketat. Air tawar secara terus-menerus keluar melalui permukaan,
tetapi penggantian arus pasang mungkin hanya terjadi tahunan dan tidak menentu,
sehingga kondisi oksigen terlarut di dekat dasar fjord biasanya.
• Partially mixed estuary, estuaria ini dicirikan dengan efisiensi pertukaran air asin dan
air tawar. Permukaan air tidak begitu asin dibandingkan bagian dasar perairan.
Pencampuran air masuk dari dasar perairan dan keluar melalui permukaan terjadi di
sepanjang estuaria.
• The vertically homogeneous estuary, pada estuaria ini arus pasang sangat kuat
dibandingkan dengan aliran sungai yang masuk ke estuaria, sehingga pencampuran
vertical menjadi intensif dan membuat salinitas di estuaria secara vertical dari dasar ke
permukaan homogeny.
Berdasarkan pada sirkulasi air dan stratifikasi airnya estuaria terbagi atas 3 tipe
yaitu:
Sifat fisik estuari yang mempunyai variasi besar dalam banyak parameter yang
sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin
inilah yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup di daerah estuari lebih sedikit
dibanding dengan di habitat laut lainnya. Sifat fisik tersebut antara lain :
1. Salinitas
Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi, terutama tergantung pada
permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini
menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota
yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai
perairan dengan salinitas yang rendah.
2. Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen
yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur
estuaria bersifat organik, bahkan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting
bagi organisme estuaria (Efrieldi, 1999).
3. Suhu
Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan pantai didekatnya. Hal ini terjadi
karena di estuaria volume air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih besar. Dengan
demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat
dingin. Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya air tawar dari sungai. Air
tawar di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air laut. Suhu
estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada
perairan pantai sekitarnya (Dianthani, 2003; Thoha, 2003).
4. Pasang surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus pasang-surut juga berperan untuk mengencerkan dan
menggelontorkan limbah yang sampai ke estuaria.
5. Sirkulasi air
Selang waktu mengalirnya air dari sungai kedalam estuaria dan masuknya air laut melalui
arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan bermanfaat bagi biota estuaria,
khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
6. Kekeruhan air
Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria, air menjadi sangat
keruh, kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Kekeruhan minimum
di dekat mulut estuaria dan makin meningkat ke arah pedalaman atau hulu. Pengaruh
ekologi dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Selanjutnya
hal ini akan menurunkan fotosintesis dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunnya
produktivitas. 7. Oksigen (O )
2
Masuknya air tawar dan air laut secara teratur kedalam estuaria bersama dengan
pendangkalan, pengadukan, dan pencampuran air dingin biasanya akan mencukupi
persediaan oksigen di dalam estuaria. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang
dengan naiknya suhu dan salinitas, maka jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai
dengan variasi parameter tersebut di atas.
Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun
serta ganggang lainya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan
organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang
hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut
dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan
osmoregulasi yang tinggi. Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuary
merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting bagi
pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari.
Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuari dikenal dengan
sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean,
Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna). Tidak jarang
ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti siganus, baronang, sunu dan masih
banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerah pemijahan dan pembesaran. Udang
niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan
memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
1. Adaptasi morfologis
2. Adaptasi fisiologis
3. Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata
a. Komposisi Fauna
Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawar
dan fauna payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan
stenohaline yang terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas
0
(umumnya ≥ 30 / ) dan hewan euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk
mentolerir
00 0 berbagai perubahan atau penurunan salinitas di bawah 30 / . Fauna
lautan yang tidak
00
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam
antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair
tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,
Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.
Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di
estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya,
menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika
dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal
sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau
sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil,
burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken,
1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria adalah
sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-
ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan bakau
atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria. Para ahli
menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya
keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung
jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies organisme
yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang
hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar
mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air
laut mentolerir penurunan salinitas estuaria. Akibatnya hanya spesies yang memiliki
kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari.
b. Komponen Flora
Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak
cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena substrat, pengaruh sinar cahaya yang
minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan bawah tanpa tumbuhan hidup
dan lapisan atas mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuari terdapat
padang rumput laut (Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun
didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu
beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup
terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga
mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air
laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.
Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora. Keruhnya
perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia, Cymodocea)
selain di tumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva, Entheromorpha dan Chadophora.
Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua
unsur-unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus
atau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang
tinggi.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya debit sungai partikel baru garam
laut. Estuari dipegaruhi oleh pasang. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas udara berubah secara bertahap mulai dari daerah udara
tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya.
Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara
lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton dan komunitas hewan antara lain
berbagai Jumlah Cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut
dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. (Harvey et al 1983.)
Jenis interaksi pada spesies seperti persaingan, predasi, saling eksklusi, gangguan
dan perilaku kelompok dapat mempengaruhi struktur komunitas, Karena nekton yang tidak
merata di antara habitat perairan. Ekologi muara merupakan suatu habitat yang memiliki
daya tarik yang tinggi dalam menentukan kehadiran mereka, ekologi Komunitas
merupakan pola struktur komunitas ditentukan oleh interaksi antara spesies dalam suatu
lokasi tertentu. Pola dalam kelompok sering menyiratkan keteraturan dalam kelimpahan
relatif spesies atau jumlah jenis yang ada di lingkunga, terjadinya berulang atau kelangkaan
spesies tertentu atau perbedaan perilaku atau morfologi suatu spesies yang tergantung pada
kehadiran pesaing (Rozas dan Odum, 1987). Pada organisme laut yang masuk ke daerah
estuari, konsentrsi garam internalnya lebih tinggi dari pada konsentrasi garam air estuaria,
sehingga air cenderung melewati selaput, masuk ke dalam tubuh untuk menyamakan
konsentrasi. Pengaturan dilakukan melalui pengeluaran kelbihan air tanpa kehilangan
garam atau pengantian garam yang hilang dengan penyerapan iondari lingkungan secra
aktif. Untuk binatang air tawar, terjadi proses sebaliknya, Pada binatang bertubuh lunak
tertentu, seperti cacing polichaeta, respon pengaturan osmosisnya relatif lambat.
Organisme ini dapat mentolerir kisaran konsentrasi internal yang lebar, untk jangka waktu
tertentu. Sedangkan pada molluska bivalvi biasanya merupakan osmoregulator yang buruk
dan tanggap terhadap penurunan salinitas yang drastis dengan menutup diri di dalam
cangkangnya untuk menghindrai pengenceran cairan tubuhnya yang berlebihan dengan air
(Weinstein et al. 1980).
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivoracarnivora). Pada
setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena
itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan
lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia
(Anonim,2010). Ada dua tipe dasar rantai makanan, yaitu:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalanya tumbuhan-
herbivoracarnivra.
2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati imkroorganisme (detrivora =
organisme pemakan sisa) predator.
Rantai makanan di estuari tergantung pada pasokan energi dari sinar matahari dan
transportasi senyawa organik ke dalam estuari dari sungai dan dari arus pasang surut air
laut. Di dalam estuari, tumbuhan atau produsen primer mengubah pasokan itu menjadi
senyawa organik tumbuhan. Tumbuhan itu kemudian dimakan oleh hewan pemakan
tumbuhan (herbivor) atau konsumen pertama, lalu konsumen pertama dimakan oleh
karnivor atau konsumen kedua, dan seterusnya sampai ke konsumen tingkat akhir.
Setiap tingkat dalam rantai makanan disebut dengan tingkat trofik, produsen adalah
trofik tingkat pertama.
a. Produsen Primer
Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada
paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan
tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen seperti
Enteromorpha sp., dan Padina sp. Di dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton,
seperti diatom atau dinoflagellata.
Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan.
Sumber makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di
dalam kolom air dan di dasar estuari. Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat
di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan
Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang
hidup di dalam lumpur, seperti cacing. Zooplankton biasanya berada di kolom air. Akan
tetapi, adanya arus pasang surut dan aliran sungai yang masuk ke estuari ditambah lagi
dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kekeruhan, membuat zooplankton
mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari dibanding dengan perannya di
laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada dalam bentuk partikel
organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macam-macam fragmen hasil
pembusukan yang menjadi detritus. Konsumen primer yang ada di ekosistem estuari
antara lain:
• Bentos
Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang
besar sampai yang kecil. Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari
adalah amfipod (Amphipoda) yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan.
Amfipod membuat liang yang khas berbentuk U. Binatang ini memakan berbagai
detritus organik dan keluar dari liang untuk mencari fragmen detritus di sekitarnya.
Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa ditemukan adalah kelompok kepiting
(Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan (Macrura)
• Meiofauna
c. Konsumer sekunder
• Ikan
Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang menetap,
ada yang datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau untuk bertelur.
Ikan-ikan ini memakan biota yang lebih kecil (pemangsa), memakan tumbuhan
(herbivor), atau menyaring busukan organik (detritus) dengan cara memasukkan
lumpur ke dalam mulutnya lalu memuntahkannya kembali setelah menyaring
fragmen-fragmen organiknya seperti yang dilakukan oleh ikan-ikan Belanak
(Mugilidae).
• Avertebrata
• Burung
Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian adalah
burung bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari tropik
selama musim dingin di tempat mereka tinggal untuk bertelur.
Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di
laut atau di air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang terjadi
ditunjukkan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis, tetapi jumlah individu tiap
jenis itu dapat sangat banyak.
G. Jejaring makanan dan rantai makanan
Estuari adalah suatu ekosistem yang memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini
karena estuari merupakan suatu ekosistem yang menjadi penjebak nutrient sehingga di
estuari banyak ikan yang mencari makan di ekosistem estuari. Berdasarkan de Sylva
(1975), kunci penting dalam ekosistem estuari yang berhubungan dengan ikan adalah
kemampuan estuari untuk menjebak nutrient baik dari produksi primer maupun produksi
sekunder. Sehingga estuari menjadi ekosistem yang kaya dan berlimpah akan sumber
makanan untuk organisme yang cara makannya dengan filter dan deposit yang menjadi
makanan invertebrate, spesies ikan detrivor dan semua kejadian ini dapat di lihat di estuari
(McLusky, 1989).
Produksi alami nutrient berasal dari mangrove, Reed beds, lamun (Zostera,
Thallasia), Phytoplankton dan makroalgae. Sedangkan nutrient buatan berasal dari aliran
sungai, dari limbah rumah tangga. De Sylva (1975) dalam (Elliot, Hemmingway, 2002)
mengklasifikasikan jaring-jaring makanan berdasarkan Nekton di estuari sebagai berikut:
1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasangsurut
(tidal circulation).
2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang...) yang bergantung pada
estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground).
3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground)
terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
I. Produktifitas Estuaria
Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi
adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setara
dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumber
zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan air
akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya
sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas
merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi
produktifftas primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat
di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas fotosintesis
dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentukbentuk substansi
organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini dilakukan oleh
organisme ‘outotroph’ seperti juga semua tumbuhan hijau mengkonversi energi cahaya ke
dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida, memisahkan molekuler air dan
memproduksi karbohidrat dan oksigen ( Anonim, 2011 ).
a. Sirkulasi Estuaria
Estuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan terhadap
perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem) dari
dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumberdaya perairan laut
secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber
kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain (Zalfa. 2011 ):
2. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung
produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan, sehingga
kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan
menurunnyaproduktifitasnya.
2011).
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem
perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah
atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai.
Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak ekosistem
yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus
memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah
pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap,
budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif.
Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya yang
memerlukan kualitas perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak
diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat menimbulkan
pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui
pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk
berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya
di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria
diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan secara
optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan daya dukung
lingkungan (carrying capacity).
Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain
mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove
adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery
ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning
ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen yang
berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu meredam terpaan angin
badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi hutan mangrove juga akan diperoleh
nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total rata-rata sekitar Rp 37,4
juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung (kayu mangrove), manfaat tidak
langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener bandeng ikan tangkap dan ikan
umpan), option value dan existence value. Upaya konservasi tersebut juga
mempunyai nilai dampak positip terhadap sosial-ekonomi bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu mampu memberikan beberapa alternatif
jenis mata pencaharian dan pendapatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Estuari adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih
berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air
tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
2. Ekosistem estuari memiliki karakteristik fisik diantaranya : keterlindungan yang semi tertutup,
kedalaman yang relatif dangkal, salinitas air yang bervariasi, pasang air sebagai transportasi,
penyimpanan zat hara pada dasar tanah yang berlumpur menyimpan banyak bahan organik,
dan substrat yang berlumpur.
3. Organisme didalam ekosistem estuari memiliki adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku
yang sesuai dengan substrat lumpur.
4. Organisme yang terdapat pada ekosistem estuari adalah siput kecil hydrobia, beberapa jenis
tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), udang Palaemonetes, dan cacing nereis (Polikaeta).
5. Estuari dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan tipe salinitas nya yaitu estuari positif, estuari
negatif, dan estuari sempurna.
6. Estuari mempunyai peranan ekologis penting diantaranya: Sebagai sumber zat hara dan bahan
organik, penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan, dan sebagai tempat untuk bereproduksi
B. Saran
Dalam pembahasan di makalah ini, masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan
pembaca mampu mencari refrensi yang lebih lengkap lagi. Mengingat perkembangan
teknologi yang kian pesat tiap tahunnya, bukan tidak mungkin kemudian makalah ini
menjadi tidak relevan lagi karena perubahan teknologi yang semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.