Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Biologi air tawar


“sifat-sifat ekosistem estuari”

OLEH
KELOMPOK: III

Mutmainnah
Nurul Izzah Auliyah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran sang khalik ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
mencitakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa
syukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kekuatan dan
kesempatan menyelesaikan makalah “ciri-ciri ekosistem eusturi” yang terlaksana dengan
baik. Salawat dan salam tercurah kepada baginda Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
sallam, yang telah diutus kepermukaan bumi ini untuk menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju kepuncak peradaban.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
tantangan dan hambatan. Namun berkat izin ALLAH Subhanahu Wa ta’ala melalui kerja
keras dan motivasi dari pihak langsung maupun tidak langsung yang memperlancar
jalannya penyusunan makalah ini. Olehnya itu, secara mendalam kami menyampaikan
terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehinnga penyusunan dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya kepada
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala jualah kami menyerahkan segalanya. Semoga kita semua
mendapat curahan rahmat dan ridha-Nya, Aamiin.

Makassar, 20 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang........................................................................................ 1-2
B. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 6


A. Definisi ekosisten eustuari ...................................................................... 6
B. Tipe-tipe eustuari .................................................................................... 7
C. Sifat fisik estuary…………………………………………………………
D. Tingkah laku dan adaptasi nekton di estuari .......................................... 10
E. Rantai makanan di estuary……………………………..……………..12
F. Jejaring makanan dan rantai makanan………………………………….
G. Prokduktifitas estuaru…………………………………………………..
H. Siklus estuary…………………………………………………………..
I.Ancaman wilayah estuary…………………………………………………
J. Upaya pengelolaan wilayah estuary………………………………………..
BAB III PENUTUP ................................................................................. 14
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor
fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu
interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem
sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam
skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang
panjang karena adanya pergantian musim.
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas
tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa
Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin.
Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas
ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi keberadaannya di suatu
organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat
tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu
bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana
pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari,
tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman
komponen biotik dan abiotik yang terdapat di dalamnya menyebabkan terjadinya interaksi
yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti. Namun ekosistem estuari ini ternyata
tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau
disosialisasikan, padahal ekosistem estuari ini memiliki keanekaragaman yang cukup
tinggi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Ekosistem Estuari ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami komposisi organisme laut di daerah estuari
2. Untuk mengetahui komponen – komponen biotik dan abiotik dalam daerah muara (
estuari) beserta interaksi/ hubungan timbal balik yang terbentuk didalamnya.

3. Untuk mengetahui keanekaragaman organisme dan adaptasi organisme ( makhluk


hidup ) yang terdapat dalam daerah estuary terhadap lingkungannya.

4. Memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai ekosistem estuary.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ekosistem Estuari
Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki
badan air dengan hubungan terbuka antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh
sungai. Percampuran ini terjadi paling tidak setengah waktu dari setahun. Pada wilayah
tersebut terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan,
sehingga air menjadi payau (brackish).Ekosistem estuari merupakan bagian dari
ekosistem air laut yang terdapat dalam zona litoral ( kelompok ekosistem pantai ). Estuari
berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air
di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas.
Lingkungan estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi
oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh
gelombang laut. Lingkungan estuari umumnya merupakan pantai tertutup atau semi
terbuka ataupun terlindung oleh pulaupulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan
pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat hamparan daratan yang luas pada daerah
dekat muara sungai saat surut. Itu adalah salah satu dari sekian banyak tipe estuari yang
ada . Tidak terlalu sulit untuk memilah atau menetukan batas lingkungan estuari dalam
suatu kawasan tertentu. Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai
dan juga dengan mengukur salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuari mempunyai
salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5
– 25 ppm.
Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai
dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran
antara air tawar dan air laut (Dahuri, 2004; Efrieldi, 1999). Atau merupakan daerah
pertemuan massa air asin dan air tawar, yang secara periodik berubah-ubah karena adanya
percampuran. Percampuran ini menyebabkan zona lingkungan dikawasan muara sungai
sangat labil. Walaupun demikian kawasan ini merupakan daerah yang sangat produktif
karena input nutrient dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai (Thoha, 2007).
Estuari mempunyai kelebihan nilai alami berupa beberapa karakteristik fisik yang
secara sendiri-sendiri ataupun berkombinasi satu sama lain menghasilkan suatu fungsi khas.
Karakteristik tersebut adalah: lingkungan yang relatif terlindung dari ombak, kedangkalan
dalam hubungannya dengan tumbuhan litoral dan biota dasar, salinitas yang khas
sehubungan dengan masukan air tawar, sirkulasi air yang dinamis dan pasang-surut dalam
kaitannya dengan transport nutrien dan pembilasan limbah, peranannya dalam tingkah laku
makan dan reproduksi biota, serta adanya mekanisme perangkap yang menjadikan estuari
sebagai gudang nutrien (nutrien storage) (Clark, 1974; Clark, 1996).
Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai
sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria
sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai
tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi
sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia
untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur
transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).
B. Tipe Estuaria
Secara umum estuari dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:

1. Estuari positif adalah suatu estuari dimana air tawar yang masuk dari sangai dan
hujan lebih banyak dibandingkan dengan penguapan, sehingga salinitas permukaan
lebih rendah daripada laut terbuka. Kebanyakan estuari yang ada adalah estuari
positif.

2. Estuari negatif yaitu penguapan lebih besar daripada aliran sungai dan hujan, karena
itu akan terjadi keadaan “asin berlebih” atau hypersaline.

Penggolongan Estuaria Berdasarkan Pencampuran Air

• Estuaria positif adalah perairan di mana jumlah air tawar yang masuk lebih besar
daripada penguapan air laut maka air tawar berada di atas air laut sehingga
menimbulkan pergerakan air laut ke atas mengikuti pola percampuran air tawar dan air
laut. Hal ini terjadi pada bulan Oktober sampai Februari.

• Estuaria negatif adalah perairan yang memiliki penguapan air laut lebih besar daripada
pemasukan air tawar, sehingga menimbulkan peregerakan air laut dari atas ke bawah.
Hal ini terjadi pada bulan April- Agustus
• Estuaria netral adalah perairan yang mengalami percampuran air karena adanya
penghadangan air laut terhadap air tawar yang datang. Hal ini terjadi pada bulan Maret
dan bulan September.

Penggolongan Estuaria Berdasarkan Topografi

• Drowned river valleys, yaitu tipe estuaria yang berbentuk lembah, banyak dijumpai di
daerah temperate. Kedalaman estuaria umumnya raetip dalam, bias mencapai sekitar
30 m. Masukan air tawar dari sungai relatip kecil dibandingkan dengan volume air laut
ketika pasang.

• Estuaria yang berbentuk fjord, yaitu profile lembahnya berbentuk huruf U. Seperti
halnya Drowned river valley, estuaria fjord ini juga banyak dijumpai di daerah
temperate dan terbentuk akibat pelelehan gunung es (glaciers) ketika jaman Pleistocene.
Di mulut esturia biasanya terdapat sill (dataran lembah yang mencuat), sehingga
perairan di bagian tersebut cukup dangkal. Sedangkan kedalaman lembah (water basin)
di bawah sill sangat dalam, bias mencapai sekitar 300-400 m, bahkan ada yang
mencapai 800 m. masukan air tawar dari sungai relative besar dibandingkan dengan
volume air laut ketika pasang, sedangkan yang keluar dari sungai dibandingkan dengan
total volume fjord relative kecil.

• Bar-built estuaries, yaitu estuaria yang hubungannya dengan laut lepas dibatasi dengan
timbunan atau palung pasir, yang biasanya berbentuk lonjong sejajar pantai. Kedalaman
estuaria ini biasanya dangkal, hanya beberapa meter saja dan sering mempunyai goba
atau laguna yang ekstensif, serta jalan keluar air di mulut estuaria yang sangat dangkal.
Tipe ini banyak dijumpai di daerah tropis atau daerah-daerah yang pantainya aktif
menerima endapan sedimen. Estuaria yang dihasilkan oleh proses tektonik, seperti
patahan atau tenggelamnya permukaan tanah, yang memungkinkan terjadinya aliran air
tawar ( Abdurahim, 2009 ).

Penggolongan Estuaria Berdasarkan Distribusi Salinitas : ( Supriharyono. 2009 )


• The highly stratifies estuary (salt wedge estuary), air laut masuk ke sungai seperti taji
(menukik ke dasar), sedangkan air tawar menuju ke laut melalui permukaan air laut
yang masuk. Ketika pencampuran selesai, maka terbentuklah strata atau lapisan air,
yang mana bagian bawah adalah air laut.

• The highly stratifies estuary (fjord type), estuaria ini pada prinsipnya sama dengan tipe
estuaria sebelumnya (salt wedge estuary), kecuali adanya sill di mulut fjord sehingga
arus pasang lebih ketat. Air tawar secara terus-menerus keluar melalui permukaan,
tetapi penggantian arus pasang mungkin hanya terjadi tahunan dan tidak menentu,
sehingga kondisi oksigen terlarut di dekat dasar fjord biasanya.
• Partially mixed estuary, estuaria ini dicirikan dengan efisiensi pertukaran air asin dan
air tawar. Permukaan air tidak begitu asin dibandingkan bagian dasar perairan.
Pencampuran air masuk dari dasar perairan dan keluar melalui permukaan terjadi di
sepanjang estuaria.

• The vertically homogeneous estuary, pada estuaria ini arus pasang sangat kuat
dibandingkan dengan aliran sungai yang masuk ke estuaria, sehingga pencampuran
vertical menjadi intensif dan membuat salinitas di estuaria secara vertical dari dasar ke
permukaan homogeny.

Berdasarkan pada sirkulasi air dan stratifikasi airnya estuaria terbagi atas 3 tipe
yaitu:

1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, cirinya


adanya batasan yang jelas antara air tawar dan air laut/asin. Air tawar dari
sungai merupakan lapisan atas dan air laut menjadi lapisan bawah. Terjadinya
perubahan salinitas dengan cepat dari arah permukaan ke dasar. Estuaria
ditemukan didaerah-daerah dimana aliran air tawar dan sebagian besar lebih
dominan daripada intrusi air laut yang dipengaruhi oleh pasang surut, contoh:
muara Missisipi, Amerika.

2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial (paling umum di jumpai). Aliran air


tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui air pasang.
Percampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung
secara berkala oleh pasang surut, contoh: Teluk Chesapeaks, Amerika.
3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Dijumpai di
lokasi-lokasi dimana arus pasang surut sangat dominan dan kuat, sehingga air
estuaria tercampur dan tidak terdapat stratifikasi.

C. Sifat Fisik Estuaria

Sifat fisik estuari yang mempunyai variasi besar dalam banyak parameter yang

sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin
inilah yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup di daerah estuari lebih sedikit
dibanding dengan di habitat laut lainnya. Sifat fisik tersebut antara lain :

1. Salinitas

Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi, terutama tergantung pada
permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini
menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota
yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai
perairan dengan salinitas yang rendah.

2. Substrat

Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen
yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur
estuaria bersifat organik, bahkan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting
bagi organisme estuaria (Efrieldi, 1999).

3. Suhu

Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan pantai didekatnya. Hal ini terjadi
karena di estuaria volume air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih besar. Dengan
demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat
dingin. Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya air tawar dari sungai. Air
tawar di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air laut. Suhu
estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada
perairan pantai sekitarnya (Dianthani, 2003; Thoha, 2003).

4. Pasang surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus pasang-surut juga berperan untuk mengencerkan dan
menggelontorkan limbah yang sampai ke estuaria.

5. Sirkulasi air

Selang waktu mengalirnya air dari sungai kedalam estuaria dan masuknya air laut melalui
arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan bermanfaat bagi biota estuaria,
khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.

6. Kekeruhan air

Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria, air menjadi sangat
keruh, kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Kekeruhan minimum
di dekat mulut estuaria dan makin meningkat ke arah pedalaman atau hulu. Pengaruh
ekologi dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Selanjutnya
hal ini akan menurunkan fotosintesis dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunnya
produktivitas. 7. Oksigen (O )
2

Masuknya air tawar dan air laut secara teratur kedalam estuaria bersama dengan
pendangkalan, pengadukan, dan pencampuran air dingin biasanya akan mencukupi
persediaan oksigen di dalam estuaria. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang
dengan naiknya suhu dan salinitas, maka jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai
dengan variasi parameter tersebut di atas.

8. Penyimpanan Zat Hara

Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun
serta ganggang lainya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan
organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.

D. Biota Ekosistem Estuari

Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang
hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut
dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan
osmoregulasi yang tinggi. Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuary
merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting bagi
pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari.
Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuari dikenal dengan
sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean,
Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna). Tidak jarang
ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti siganus, baronang, sunu dan masih
banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerah pemijahan dan pembesaran. Udang
niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan
memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga )


tipe adaptasi untuk mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990). yaitu :

1. Adaptasi morfologis

organisme yang hidup di Lumpur memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk


menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh partikel
lumpur.

2. Adaptasi fisiologis

berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam menghadapi


fluktuasi salinitas eksternal.

3. Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata

a. Komposisi Fauna

Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawar
dan fauna payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan
stenohaline yang terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas

0
(umumnya ≥ 30 / ) dan hewan euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk
mentolerir
00 0 berbagai perubahan atau penurunan salinitas di bawah 30 / . Fauna
lautan yang tidak
00

mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya


dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya
masih berkisar di atas 30‰. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu
masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau
kurang. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di
atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam
antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair
tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,
Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.
Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di
estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya,
menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika
dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal
sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau
sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil,
burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken,
1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria adalah
sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-
ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan bakau
atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria. Para ahli
menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya
keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung
jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies organisme
yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang
hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar
mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air
laut mentolerir penurunan salinitas estuaria. Akibatnya hanya spesies yang memiliki
kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari.
b. Komponen Flora

Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak
cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena substrat, pengaruh sinar cahaya yang
minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan bawah tanpa tumbuhan hidup
dan lapisan atas mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuari terdapat
padang rumput laut (Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun
didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu
beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup
terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga
mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air
laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.

Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora. Keruhnya
perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia, Cymodocea)
selain di tumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva, Entheromorpha dan Chadophora.
Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua
unsur-unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus
atau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang
tinggi.

Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian,yang


ditemukan hanya jenis diatom dan diflagellata. Jenis diatom yang dominan adalah
Skeletonema, Asterionella dan Melosira. Sedangkan diflagellata yang melimpah adalah
Gymnodinium,Gonyaulax dan Ceratium. Banyaknya zooplankton yang berkembang
membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas fitoplankton.

E. Tingkah Laku dan Adaptasi Nekton di Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya debit sungai partikel baru garam

laut. Estuari dipegaruhi oleh pasang. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas udara berubah secara bertahap mulai dari daerah udara
tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya.
Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara
lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton dan komunitas hewan antara lain
berbagai Jumlah Cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut
dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. (Harvey et al 1983.)

Jenis interaksi pada spesies seperti persaingan, predasi, saling eksklusi, gangguan
dan perilaku kelompok dapat mempengaruhi struktur komunitas, Karena nekton yang tidak
merata di antara habitat perairan. Ekologi muara merupakan suatu habitat yang memiliki
daya tarik yang tinggi dalam menentukan kehadiran mereka, ekologi Komunitas
merupakan pola struktur komunitas ditentukan oleh interaksi antara spesies dalam suatu
lokasi tertentu. Pola dalam kelompok sering menyiratkan keteraturan dalam kelimpahan
relatif spesies atau jumlah jenis yang ada di lingkunga, terjadinya berulang atau kelangkaan
spesies tertentu atau perbedaan perilaku atau morfologi suatu spesies yang tergantung pada
kehadiran pesaing (Rozas dan Odum, 1987). Pada organisme laut yang masuk ke daerah
estuari, konsentrsi garam internalnya lebih tinggi dari pada konsentrasi garam air estuaria,
sehingga air cenderung melewati selaput, masuk ke dalam tubuh untuk menyamakan
konsentrasi. Pengaturan dilakukan melalui pengeluaran kelbihan air tanpa kehilangan
garam atau pengantian garam yang hilang dengan penyerapan iondari lingkungan secra
aktif. Untuk binatang air tawar, terjadi proses sebaliknya, Pada binatang bertubuh lunak
tertentu, seperti cacing polichaeta, respon pengaturan osmosisnya relatif lambat.
Organisme ini dapat mentolerir kisaran konsentrasi internal yang lebar, untk jangka waktu
tertentu. Sedangkan pada molluska bivalvi biasanya merupakan osmoregulator yang buruk
dan tanggap terhadap penurunan salinitas yang drastis dengan menutup diri di dalam
cangkangnya untuk menghindrai pengenceran cairan tubuhnya yang berlebihan dengan air
(Weinstein et al. 1980).

F. Rantai makanan di estuari

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivoracarnivora). Pada
setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena
itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan
lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia
(Anonim,2010). Ada dua tipe dasar rantai makanan, yaitu:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalanya tumbuhan-
herbivoracarnivra.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati imkroorganisme (detrivora =
organisme pemakan sisa) predator.

Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan


terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada
ekosistem estuaria merupakan rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat
untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting
bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan
yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini.
Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi
dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks (Bengen, 2002).

Rantai makanan di estuari tergantung pada pasokan energi dari sinar matahari dan
transportasi senyawa organik ke dalam estuari dari sungai dan dari arus pasang surut air
laut. Di dalam estuari, tumbuhan atau produsen primer mengubah pasokan itu menjadi
senyawa organik tumbuhan. Tumbuhan itu kemudian dimakan oleh hewan pemakan
tumbuhan (herbivor) atau konsumen pertama, lalu konsumen pertama dimakan oleh
karnivor atau konsumen kedua, dan seterusnya sampai ke konsumen tingkat akhir.
Setiap tingkat dalam rantai makanan disebut dengan tingkat trofik, produsen adalah
trofik tingkat pertama.

a. Produsen Primer

Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada
paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan
tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen seperti
Enteromorpha sp., dan Padina sp. Di dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton,
seperti diatom atau dinoflagellata.

Produktivitas primer jenis-jenis tumbuhan tersebut sudah tentu tergantung pada


sinar matahari dan suhu, serta juga dipengaruhi oleh adanya nutrisi, terutama nitrogen
dan fosfat. Begitu tingginya tingkat produktivitas primer di estuari dibanding dengan di
laut ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat nutrisi di estuari. Nutrisi ini sangat
banyak terdapat di perairan estuari, baik yang datang dari laut, sungai, atau daratan di
sekitar estuari. Di dalam estuari, nutrisi itu digunakan oleh tumbuhan.
Tumbuhan yang mati kemudian didaur ulang oleh bakteri pembusuk atau dekomposer
menjadi nutrisi kembali untuk dimanfaatkan lagi oleh tumbuhan. Detritus juga
memegang peranan penting. Detritus yang terdiri dari sisa–sisa pembusukan tumbuhan
produsen primer dan mikroba, mempunyai peran penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem estuari. Keberadaan detritus menjamin suplai makanan sepanjang tahun dan
diabsorbsinya kembali nutrisi yang telah larut.

b. Konsumen primer (herbivor dan detritivor)

Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan.
Sumber makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di
dalam kolom air dan di dasar estuari. Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat
di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan
Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang
hidup di dalam lumpur, seperti cacing. Zooplankton biasanya berada di kolom air. Akan
tetapi, adanya arus pasang surut dan aliran sungai yang masuk ke estuari ditambah lagi
dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kekeruhan, membuat zooplankton
mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari dibanding dengan perannya di
laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada dalam bentuk partikel
organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macam-macam fragmen hasil
pembusukan yang menjadi detritus. Konsumen primer yang ada di ekosistem estuari
antara lain:

• Bentos

Bentos dalam estuari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a.


Yang hidup di permukaan lumpur

Contoh: Perna viridis (kerang hijau) dan siput Strombus sp


Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan
paparan lumpur estuari, hidupnya merayap,sedangkan kerang hijau, Perna viridis,
hidup menempel di permukaan dan mendapatkan makanannya dengan jalan
menyaring partikel-partikel organik yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh arus.

b. Yang hidup di dalam lumpur

Contoh: cacing Marphysa sp. dan Branchimaldane sp.

Cacing ini memakan benda-benda organik (detritus), diatom yang terdapat di


dasar, atau benda organik yang tersuspensi pada waktu air pasang dan surut
Cacing Marphysa terutama terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak lebih
kecil dari 80 ųm. Biomassa cacing ini tergantung dari banyak sedikitnya senyawa
organik di dalam lumpur.
• Crustacea

Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang
besar sampai yang kecil. Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari
adalah amfipod (Amphipoda) yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan.
Amfipod membuat liang yang khas berbentuk U. Binatang ini memakan berbagai
detritus organik dan keluar dari liang untuk mencari fragmen detritus di sekitarnya.
Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa ditemukan adalah kelompok kepiting
(Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan (Macrura)

• Meiofauna

Meiofauna adalah hewan bentik bersel banyak (multiseluler) yang mempunyai


ukuran tubuh antara 32ųm-1000ųm. Mereka hidup di antara rongga-rongga butiran
pasir sehingga tidak pernah membuat liang. Seluruh siklus hidupnya tidak pernah
mengalami fase planktonik sehingga fase larva juga hanya terjadi di lingkungan
bentik. Keberadaan meiofauna dapat dijumpai di perairan pasang surut sampai
dengan dasar perairan laut dalam. Termasuk meiofauna adalah hewan yang dapat
melewati lubang saringan berukuran 0.5 mm. Sebagai contoh adalah Copepoda
Harpacticoida yang hidup di dasar perairan.

c. Konsumer sekunder

• Ikan

Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang menetap,
ada yang datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau untuk bertelur.
Ikan-ikan ini memakan biota yang lebih kecil (pemangsa), memakan tumbuhan
(herbivor), atau menyaring busukan organik (detritus) dengan cara memasukkan
lumpur ke dalam mulutnya lalu memuntahkannya kembali setelah menyaring
fragmen-fragmen organiknya seperti yang dilakukan oleh ikan-ikan Belanak
(Mugilidae).

• Avertebrata

Berbagai jenis hewan avertebrata ditemukan menghuni perairan estuari.


Sebagaimana halnya dengan ikan, avertebrata yang ditemukan di perairan estuari
sebagian merupakan penghuni tetap, sebagian lagi datang untuk mencari makan,
membesar, atau bertelur. Salah satu contoh adalah udang satang (Macrobrachium
sp.) yang datang ke perairan estuari dari hulu untuk bertelur. Avertebrata lainnya
adalah larva udang penaeid yang bergerak dari laut menuju perairan estuaria untuk
membesar.

• Burung
Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian adalah
burung bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari tropik
selama musim dingin di tempat mereka tinggal untuk bertelur.

Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di
laut atau di air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang terjadi
ditunjukkan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis, tetapi jumlah individu tiap
jenis itu dapat sangat banyak.
G. Jejaring makanan dan rantai makanan

Estuari adalah suatu ekosistem yang memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini
karena estuari merupakan suatu ekosistem yang menjadi penjebak nutrient sehingga di
estuari banyak ikan yang mencari makan di ekosistem estuari. Berdasarkan de Sylva
(1975), kunci penting dalam ekosistem estuari yang berhubungan dengan ikan adalah
kemampuan estuari untuk menjebak nutrient baik dari produksi primer maupun produksi
sekunder. Sehingga estuari menjadi ekosistem yang kaya dan berlimpah akan sumber
makanan untuk organisme yang cara makannya dengan filter dan deposit yang menjadi
makanan invertebrate, spesies ikan detrivor dan semua kejadian ini dapat di lihat di estuari
(McLusky, 1989).

Produksi alami nutrient berasal dari mangrove, Reed beds, lamun (Zostera,
Thallasia), Phytoplankton dan makroalgae. Sedangkan nutrient buatan berasal dari aliran
sungai, dari limbah rumah tangga. De Sylva (1975) dalam (Elliot, Hemmingway, 2002)
mengklasifikasikan jaring-jaring makanan berdasarkan Nekton di estuari sebagai berikut:

a. Jejaring makanan yang berasal dari phytoplankton


Jejaring makanan yang dimulai dari phytoplankton sebagai berikut : phytoplankton
zooplankton ikan pelagis planktivorous dan ikan pelagis dasar phytoplankton
zooplankton ikan pemakan plankton ikan predator

b. Jejaring makanan yang berasal dari detritus

Jejaring makanan yang berasal dari detritus sebagai berikut :

detritus benthos ikan benthopagous detritus


benthos ikan predator besar

detritus zooplankton ikan-ikan kecil dan invertebrate ikan besar

H. Peranan Ekologis Estuari

Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting sebagai berikut:

1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasangsurut
(tidal circulation).

2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang...) yang bergantung pada
estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground).

3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground)
terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.

Sedangkan oleh manusia dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

• Sebagai tempat pemukiman.


• Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.

• Sebagai jalur transportasi.

• Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

I. Produktifitas Estuaria

Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi
adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setara
dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumber
zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan air
akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya
sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas
merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi
produktifftas primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat
di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas fotosintesis
dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentukbentuk substansi
organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini dilakukan oleh
organisme ‘outotroph’ seperti juga semua tumbuhan hijau mengkonversi energi cahaya ke
dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida, memisahkan molekuler air dan
memproduksi karbohidrat dan oksigen ( Anonim, 2011 ).

a. Sirkulasi Estuaria

Perbedaan salinitas di wilayah estuaria mengakibatkan terjadinya proses pergerakan


masa air. Air asin yang memiliki masa jenis lebih besar dari pada air tawar, menyebabkan
air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar menuju laut. Sistem
sirkulasi dalam estuaria yang demikian inilah, yang mengilhami proses terjadinya up-
welling. Proses pergerakan antara masa air laut dan air tawar ini menyebabkan terjadinya
stratifikasi yang kemudian mendasarnya tipe-tipe estuaria, yaitu: a). Estuaria
berstratifikasi sempurna atau estuaria baji garam (salt wedge estuary), jika aliran sungai
lebih besar dari pada pasang surut sehingga mendominasi sirkulasi estuaria; b). Estuaria
berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified estuary), jika aliran sungai
berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan maka akan terjadi percampuran antara
sebagian lapisan masa air; c). Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen
vertikal (well-mixed estuaries), jika aliran sungai kecil atau tidak ada sama sekali, dan arus
serta pasang surut besar, maka perairan menjadi tercampur hampir keseluruhan dari atas
sampai dasar.

b. Ancaman Wilayah Estuaria

Estuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan terhadap
perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem) dari
dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumberdaya perairan laut
secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber
kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain (Zalfa. 2011 ):

1. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di darat,


dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Laju sedimentasi di wilayah
pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu indikator
kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat
menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas. Sedimen yang tersuspensi masuk
perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi tubuh biota
laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut, terumbu
karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan menghalangi
penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk pemapasan atau
berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau terendapkan di
muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara keseluruhan, seperti
terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya
delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di muara
sungai.

2. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung
produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan, sehingga
kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan
menurunnyaproduktifitasnya.

3. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri,


pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan aliran
sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan 80% bahan pencemar
yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari kegiatan manusia di darat
UNEP(1990).

4. Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti


pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola
aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan debit
air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah salinitas dan
pola sirkulasi air di daerah estuaria danmenyebabkan jangkauan intrusi garam
semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian
ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan
tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah ( Anonim.

2011).

J. Upaya Pengelolaan Wilayah Estuaria

Fungsi wilayah estuaria sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai tempat


pemukiman, penangkapan ikan dan budidaya, jalur transportasi, pelabuhan dan
kawasan industri. Wilayah estuaria juga merupakan ekosistem produktif karena dapat
berperan sebagai sumber zat hara. Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat tersebut,
maka potensi wilayah estuaria menjadi sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya suatu
tindakan pengelolaan di wilayah tersebut. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan di
antaranya adalah ( Zalfa, 2011 ) :

1. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem
perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah
atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai.
Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak ekosistem
yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus
memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah
pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap,
budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif.
Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya yang
memerlukan kualitas perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak
diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat menimbulkan
pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui
pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal

Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk
berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya
di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria
diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan secara
optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan daya dukung
lingkungan (carrying capacity).

3. Konsenvasi Hutan Mangrove

Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain
mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove
adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery
ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning
ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen yang
berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu meredam terpaan angin
badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi hutan mangrove juga akan diperoleh
nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total rata-rata sekitar Rp 37,4
juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung (kayu mangrove), manfaat tidak
langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener bandeng ikan tangkap dan ikan
umpan), option value dan existence value. Upaya konservasi tersebut juga
mempunyai nilai dampak positip terhadap sosial-ekonomi bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu mampu memberikan beberapa alternatif
jenis mata pencaharian dan pendapatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Estuari adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih
berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air
tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
2. Ekosistem estuari memiliki karakteristik fisik diantaranya : keterlindungan yang semi tertutup,
kedalaman yang relatif dangkal, salinitas air yang bervariasi, pasang air sebagai transportasi,
penyimpanan zat hara pada dasar tanah yang berlumpur menyimpan banyak bahan organik,
dan substrat yang berlumpur.
3. Organisme didalam ekosistem estuari memiliki adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah laku
yang sesuai dengan substrat lumpur.
4. Organisme yang terdapat pada ekosistem estuari adalah siput kecil hydrobia, beberapa jenis
tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), udang Palaemonetes, dan cacing nereis (Polikaeta).
5. Estuari dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan tipe salinitas nya yaitu estuari positif, estuari
negatif, dan estuari sempurna.
6. Estuari mempunyai peranan ekologis penting diantaranya: Sebagai sumber zat hara dan bahan
organik, penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan, dan sebagai tempat untuk bereproduksi
B. Saran
Dalam pembahasan di makalah ini, masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan
pembaca mampu mencari refrensi yang lebih lengkap lagi. Mengingat perkembangan
teknologi yang kian pesat tiap tahunnya, bukan tidak mungkin kemudian makalah ini
menjadi tidak relevan lagi karena perubahan teknologi yang semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym ,2010. http://id.wikipedia.org/wiki/rantai_makanan.

Begen, D. G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

serta PrinsipPengelolaannya. PK-SPL. IPB, Bogor.

Kasim, Ma’Ruf. 2005. PolaPercampuran Estuary. http://maruf.wordpress.com/ 2005 / 12 /22 /


polapercampuran-estuary/.

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai