Anda di halaman 1dari 25

EKOLOGI

“ Konsep dasar interaksi manusia dengan lingkungan“

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Idil Alfitri Yuliamsal (P21345119040)

Muhammad Egi Kurniawan (P21345119050)

Putri Widiawati Zalfaa (P21345119060)

Rani Aulia Putri (P21345119066)

Revita Sabilla (P21345119069)

Sania Maulida (P21345119078)

Suci Triyas Ramadani (P21345119084)

Zahrah Nanda Elvira (P21345119089)

Kelas : 1D3B

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya. Sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan maksimal.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi. Adapun topik yang dibahas didalam
makalah ini adalah “Hubungan Ekologi dengan Ilmu lainnya”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Khususnya teruntuk Dosen yang telah
membimbing kami. Orang Tua yang mendukung tersajinya makalah ini, teman-teman yang telah
berkontribusi dan mendukung secara moral untuk tersajinya makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan yang ada bagi penulis.
Sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Jakarta, Januari 2020

Kelompok 3
Daftar Isi

KATA PENGANTAR 2

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

2.1 Ekosistem air tawar laut dan estuaria 6

2.2 keanekaragaman spesies air tawar laut dan estuaria 8

2.3 keanekaragaman populasi air tawar laut dan estuaria 10

BAB III PENUTUP 15

3.1 Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekosistem air tawar laut dan estuaria

Ekosistem Air Tawar

Air Tawar

Ekosistem air tawar adalah ekosistem air yang airnya memiliki kadar garam yang rendah. Eksistem air
tawar biasanyaberada di daratan. Eksistem air tawar memiliki banyak manfaat kepada masyarakat,
antara lain sebagai sumber irigasi bagi pertanian. Ekosistem air tawar, dibedakan menjadi dua yaitu
berdasarkan keadaan air dan berdasarkan daerahnya.

1. Berdasarkan keadaan air, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 2 yaitu perairan tenang dan
mengalir.

Perairan tenang adalah danau dan rawa. Ekosistem danau adalah sebuah cekungan besar yang terisi
oleh air. Danau dapat terbentuk akibat dari aktivitas gunung api. Selain itu danau juga dapat terbentuk
akibat sedimentasi yang memotong jalur sungai. Danau biasanya berukuran sangat luas. Sehingga
memiliki banyak makhluk hidup di dalamnya. Rawa- rawa adalah salah satu ekosistem perairan yang
tenang. Rawa adalah genangan air yang terjadi di dataran yang cekung. Genangan air ini dapat bersifat
musiman, akibat hujan dan luapan air sungai, atau permanen akibat lokasinya yang dekat dengan
sumber air. Rawa- rawa biasanya berada di dataran rendah.

Sedangkan yang mengalir adalah sungai. Ekosistem sungai adalah aliran air yang ada di permukaan
bumi. Sungai mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Aliran sungai mengalir dan
berhenti di laut. Sungai adalah salah satu sumber air terbsar di bumi. air sungai termasuk air tawar,
sehingga ikan yang dapat hidup di sungai adalah ikan air tawar seperti ikan nila, ikan gurami, atau ikan
lele.

2. Berdasarkan daerahnya di menjadi 3 yaitu litoral, limnetik, dan profundal.

Litoral adalah sungai dangkal yang mendapatkan banyak sinar matahari. Sungai ini lebih banyak memiliki
ekosistem di dalamnya. hal ini karena sinar matahari yang masuk, sehingga tumbuhan dapat subur
disini. Selain itu, akibat banyaknya tumbuhan yang hidup, makan akan banyak ikan yang dapat hidup
disini. Ikan air tawar bisanya memakan serangga atau hewan laut kecil yang hidup disekitar akar- akar
pohon. Sehingga menjadi tempat yang bagus bagi ikan dalam mencari mangsa.

Limnetik adalah sungai yang berada jauh di dalam hutan, tetapi masih mendapatkan cahaya matahari.
Sungai ini biasanya berada di dalam hutan yang lebat. Akan tetapi sungai ini masih mendapatkan cahaya
matahari, sehingga masih banyak tumbuhan yang hidup di sekitar sungai ini. Sungai ini juga memiliki
banyak ikan, akibat banyaknya tumbuhan yang hidup disekitar sungai ini.

Profundal adalah sungai yang berada jauh di dalam hutan, dan tidak mendapatkan cahaya matahari.
Sungai ini berada di dalam hutan lebat, yang tertutup oleh rimbunnya daundaunan. Sungai ini memiliki
jumlah vegetasi yang cenderung sedikit, karena tidak memdapatkan cahaya matahari. Selain itu, hewan
seperti ikan, jarang muncul di sungai ini. Sungai ini biasanya memiliki kedalaman yang cukup dangkal,
dan akan menjadi dalam, saat terjadi hujan.

1.2 Ekosistem Air Laut

Air Laut

Ekosistem air laut adalah ekosistem air yang memiliki kadar garam yang tinggi (baca: Ekosistem Air Laut :
Pengertian, Ciri-ciri dan Jenisnya). Ekosistem ini berada di laut. Ekosistem ini memiliki pergerakan air
yang di pengaruhi oleh arah angin. Selain itu suhu dalam ekosistem ini bervariasi, tergantung dari
kedalamannnya. Ekosistem air laut dibedakan menjadi 4 yaitu ekosistem laut dalam, ekosistem terumbu
karang, ekosistem estuari, dan ekosistem pantai pasir.

Ekosistem laut dalam adalah ekosistem yang berada pada kedalaman lebih dari 2000 m dari permukaan
laut (Baca: Lapisan Kedalaman Laut dan Penjelasannya). Suhu pada daerah ini diperkirakan sangat dingin
akibat dari tidak masuknya sinar matahari. Makhluk hidup yang tinggal di daerah ini hanyalah hewan
predator serta hewan pemakan bangkai. Ikan yang hidup di daerah ini, memiliki kemampuan bertahan
hidup yang berbeda dari ikan yang hidup diatas. Hal ini karena daerah ini sangat gelap, sehingga ikan di
daerah ini cenderung buta. Salah satu hewan prasejarah yang dipercaya masih hidup di kedalaman ini
adalah hiu megoladon dan gurita raksasa.

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem laut dangkal, dimana sinar matahari masih dapat masuk.
Dalam ekosistem ini terumbu karang dan rumput laut dapat untuk melakukan fotosintesis. Selain itu
hewan laut di daerah ini lebih banyak dan bervariasi. Ikan lebih banyak tinggal di dekat terumbu karang,
sehingga tercipta simbiosis mutualisme.

Ekosistem estuari adalah ekosistem tempat bertemunya air tawar dan air laut. Dalam ekosistem ini,
tanaman yang bisa ditemukan adalah jenis tanaman mangrove. Sedangkan hewan yang bisa ditemukan
adalah beberapa jenis kepiting. Di beberapa daerah, monyet juga ada yang tinggal di daerah ini.

Ekosistem pantai adalah daerah pantai yang berada di tepi laut. Daerah ini adalah salah satu daerah
hasil proses sedimentasi oleh air laut. Hewan jenis kepiting dan beberapa jenis kerang dapat ditemukan
di daerah ini. Pantai adalah ekosistem yang terdekat dengan laut. Hal ini menyebabkan pantai menjadi
bagian dari lautan. Hewan- hewan yang hidup di sekitar pantai, juga mampu hidup laut. Sehingga pantai
menjadi ekosistem laut, bukan eksistem darat.
Setiap ekosistem, entah darat maupun air, memiliki peranan yang penting dalam keseimbangan alam.
Hal ini, karena setiap ekosistem memiliki peranan dalam menjaga alam. Akan tetapi akibat ulah
manusia, banyak ekosistem air yang mulai tercemar

1.3 Pengertian Estuaria dan Klasifikasinya

Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka
dan menerima masukan air tawar dari daratan.Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat
pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988).Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat
berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut.

Ekosistem Estuari

Model Perairan Estuari

Estuaria merupakan perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga laut
dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002). Kombinasi pengaruh air laut
dan air tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi
(Supriharyono, 2000), antara lain:

o Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu
pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa
pengaruh besar pada biotanya.

o Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak
sama dengan sifat air sungai maupun air laut.

o Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan


penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.

o Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air
tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik, diantaranya:

o Geomorfologis: lembah sungai tergenang, estuaria jenis fyord, estuaria bentukan tanggul dan estuaria
bentukan tektonik.

o Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan
permukaan air laut yang menggenangi sungai bagian pantai yang landai

o Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar
dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.

o Fyords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester yang mengakibatkan
tergenangnya lembah es oleh air laut

o Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi), yang
mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.

Sedangkanberdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

o Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar
dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.

o Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical, pengaruh pasang surut sangat
dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.

o Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat), aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut
bersama arus pasang.
Kemudian, berdasarkan salinitas (kadar garamnya), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

o Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % ).

o Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %).

o Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %.

Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai,kisaran pasang surut,
dan bentuk garis pantai.Kebanyakan estuaria didominasi subtrat lumpur yang berasal dari endapan yang
dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik,
subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan
utama bagi organisme estuaria.

Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat dan laut,
estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri. Menurut (Kasim, 2005),
pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman dan pola pasang surut
karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai.
Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:

o Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut pada
lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari
estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan
bawah yang lebih tinggi.

o Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini ditandai dengan
pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara
vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada
daerah dekat laut.
o Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata (Partially
mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut.
Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi
salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal.

o Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri yang
lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan
bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang
mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas
secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung
tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

Sifat-Sifat Ekologis Estuari

Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.Baik menurut
lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian
luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-
tempat di mana air tawar masuk ke estuaria.Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom
air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung
‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’
atau ‘estuaria baji garam’ (salt wedge estuary) (Nybakken, 1988).Akan tetapi ada pula estuaria yang
memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria negatif’.Misalnya pada estuaria-estuaria
yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju penguapan
air di permukaan, yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air
permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam
dan mengalir ke arah laut di bawah permukaan.Dengan demikian gradien salinitas airnya berbentuk
kebalikan daripada ‘estuaria positif’.Oleh karena itu, dinamika pasang surut air laut sangat
mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria.Pola ini juga
ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.

Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati ataubiodiversity, adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan,
hean, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materigenetik yang dikandungnya dan
keanekaragaman sistem ekologi di mana merekahidup. #ermasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dariorganisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada
di darat, lautmaupun sistem-sistem perairan lainnya.
1. Keanekaragaman Hayati Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahayakurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca.Mempunyai ciri-ciri salinitas atau kadar garam rendah, variasi suhu
rendah, penetrasi atau paparan cahaya matahari kurang, adanya aliran air (ekosistem sungai), dan
dipengaruhi oleh iklim serta cuaca. Berdasarkan intensitas cahaya yang diterima maka habitat ekosistem
air tawar dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu sebagai berikut.

1) Litoral adalah daerah dengan intensitas cahaya matahari yang mencapai dasar.

2) Limnetik adalah daerah terbuka yang intensitas cahaya mataharinya dapat mencapai dasar.

3) Profundal adalah daerah dasar yang dalam sehingga cahaya matahari tidak dapat mencapainya.

Organisme yang hidup di daerah ekosistem air tawar memiliki karakteristik tertentu, seperti tumbuhan
rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar
sulur untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang biru dan
ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri mengeluarkan air berlebih, garam
diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit minum, air masuk dalam tubuh secara
osmosis.

Keanekaragaman hayati dan konservasi ikan air tawar ini adalah untuk mendalami keanekaragaman
hayati ikan di perairan tawar dan masalah eksistensi sebagian spesiesnya yang mulai terancam punah,
serta faktor kesalahan pengelolaaan yang terjadi. Strategi global yang ditawarkan dalam ulasan studi
literatur ini didasarkan atas pemilihan langkah konservasi sebagai jawaban untuk mengatasi ancaman
kepunahan tersebut. Konservasi adalah perlindungan dan pelestarian kehidupan akuatik yang penting
dalam menata keseimbangan alam dan mendukung ketersediaan sumberdaya bagi generasi yang akan
datang. Tercatat spesies ikan yang ada di Indonesia berjumlah 1193 spesies dan keanekaragaman
spesies ikan air tawar Indonesia nomor tiga terkaya di dunia. Ikan endemik adalah ikan yang
keberadaannya hanya ada pada satu tempat tertentu, dan tidak ada di tempat lain. Ikan endemik di
Indonesia berjumlah sekitar 120 spesies.Ditinjau dari sudut iktiogeografis, ikan air tawar di Indonesia
mendiami tiga daerah sebaran geografis (Paparan Sunda, Daerah Wallace, dan Paparan Sahul) yang
dibatasi oleh dua garis maya: Garis Wallace dan Garis Weber. Menetapkan tujuan dan sasaran
konservasi; Merancang langkah-langkah pelaksanaan; Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung
yang diperlukan; Menentukan kriteria atau tolok ukur keberhasilan konservasi; dan Memantau serta
mengevaluasi hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Keanekaragaman hayati air tawar menghadapi ancaman yang sangat besar. Penyebab utamanya antara
lain:

- Pengambilan air yang terlalu banyak dari sumber air, seperti sungai atau danau

- Penambahan air tercemar ke dalam habitat air

- Perubahan habitat air tawar, misalnya membangun bendungan atau penyaluran air
- Pengambilan ikan yang berlebihan

- Pengenalan spesies asing, yaitu spesies yang tidak muncul secara alami di dalam sebuah habitat.
Spesies asing mungkin dibawa secara tidak sengaja atau dengan sengaja dan dapat mengakibatkan
penolakan serius dari spesies asli

2. Ekosistem Air Laut

Adanya hempasan gelombang air laut maka di daerah pasang surut yang merupakan perbatasan darat
dan laut terbentuk gundukan pasir, dan jika menuju ke darat terdapat hutan pantai yang terbagi
menjadi beberapa wilayah, yaitu sebagai berikut.

1) Formasi pescaprae, didominasi tumbuhan Vigna, Spinifex litorus,Ipomoea pescaprae, Pandanus


tectorius.

2) Formasi baringtonia, tumbuhan yang khas, misalkan Hibiscus tilliaceus, Terminalia catapa, Erythrina
sp.

3) Hutan bakau, tumbuhan yang khas adalah Rhizopora (bakau), dan Acanthus.

Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut adalah sebagai berikut.

1) Salinitas tinggi terutama di daerah tropis, sedangkan di daerah dingin cukup rendah.

2) Ekosistem laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

3) Arus laut yang selalu berputar timbul karena perbedaan temperatur dan perputaran bumi.

4) Di daerah tropis, seperti di Indonesia, air permukaan laut mempunyai suhu lebih tinggi dengan suhu
air di bagian bawahnya sehingga air permukaan tidak dapat bercampur dengan air di lapisan bawah.

Batas antara lapisan tersebut dinamakan batas termoklin. Secara fisik habitat air laut terbagi atas 4
zona, sebagai berikut.

1) Litoral, yaitu yang berbatasan dengan darat.

2) Netrik, yaitu kedalaman sampai 200 meter.

3) Batial, yaitu kedalaman 200 meter hingga 2000 meter.

4) Abisal, yaitu kedalaman 2000 meter lebih.

Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki karakteristik tertentu, seperti hewan dan
tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel kira-kira sama dengan tekanan osmosis air laut
maka itu adaptasinya tidak terlalu sulit. Sedangkan, hewan bersel banyak, misalnya ikan, cara adaptasi
yang dilakukan dengan cara melakukan banyak minum, sedikit mengeluarkan urin, pengeluaran air
dilakukan secara osmosis, sedangkan garam mineral dikeluarkan secara aktif melalui insang.

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Didaerah tropik, suhu laut
sekitar 25 °C.3)

Laut ialah suatu ekosistem, bahkan ekosistem akuatik (perairan) terbesar di dunia. Ekosistem laut bisa
dibedakan ke dalam komponen yang lebih kecil dan terbatas. Namun masing-masing bagian tersebut
juga disebut ekosistem – mempunyai interaksi antar individu dalam populasi, komunitas dan bersama
lingkungan abiotik sebagai suatu kesatuan. Ekosistem tersebut termasuk, namun tidak terbatas pada:
rawa (salt marsh), pasang surut, estuari, laguna, terumbu karang, bakau (mangroves), padang lamun,
dasar laut (lunak, k eras, datar atau bergelombang), laut dalam, oseanik atau sebaliknya, neritik.

1. Terumbu Karang

Berenang di pantai, menggunakan masker dan snorkel, ialah metode y ang paling prak tis untuk
mengetahui keberadaan terumbu karang. Setiap orang yang bisa sedikit berenang, mengikuti latihan
singkat untuk membiasakan diri menggunakan masker dan snorkel serta dipandu oleh seseorang yang
sudah berpengalaman, dia mempuny ai peluang besar untuk bisa melihat terumbu k arang. Tidak semua
wilayah pantai mempunyai terumbu k arang, apalagi kalau pinggir pantai sangat k eruh oleh sedimentasi
dari muara sungai. Namun jik a bertemu, kita akan segera mengagumi keanekaragaman isi terumbu
karang yang berwarna warni. Rasa kagum bisa segera diik uti dengan kekhawatiran atau ketak utan
kalau mengganggu terumbu k arang, tersengat atau bahk an diserang binatang atau tumbuhan beracun.

2. Bakau atau mangroves

Selama perjalanannya ke daerah equator, Alfred Russel Wallace membuat catatan tersendiri tentang
hutan bakau, dikatak an sebagai penghuni wilay ah perbatasan antara darat dan laut sepanjang garis
pantai tropis dan sub-tropis. Hutan bakau, bukan saja merupakan transisi alam, mempuny ai elemen
ekosistem darat dan ek osistem laut, tetapi juga memiliki karak teristik ekologi tersendiri. S elanjutnya
dikatak an bahwa secara arsitek tur, hutan bakau sangat sederhana dibandingkan dengan hutan tropis,
terdiri dari beberapa spesies pohon yang diik uti oleh perdu, palem dan/atau pakis di bagian bawah.
Namun dibalik kesederhanaan v egetasinya, biomas terpasang, standing biomass, dari hutan bakau bisa
sangat tinggi, terutama di daerah equator, melampaui biomas dari kebanyakan hutan hujan tropis. Sejak
berabad-abad yang lalu hutan bakau sebenarnya telah menarik perhatian para naturalis, ahli botani,
zoologi dan ek ologi. Publikasi Theophrastus yang ditulis sekitar tahun 370 – 285 SM banyak dianggap
sebagai tulisan pertama yang menjelaskan mengapa akar pohon ini tumbuh di atas tanah, bagaimana
pohon bak au bisa tumbuh di daerah air payau dan laut, dan menghasilkan benih vivipar semasih berada
dalam bentuk buah yang menempel pada cabang. Definisi tentang bak au (mangrove) kemudian
berkembang dan sangat beragam, tergantung dari masalah atau objek yang ingin dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai oleh masing-masing peneliti maupun praktisi dalam mempelajari bakau. Bak au
sebagai k omunitas pantai yang sangat beragam terletak pada habitat dengan tumbuhan yang torelan
terhadap perbedaan salinitas di sepanjang pantai tropis. Bak au juga dinyatak an sebagai bagian hijau
dari estuari yang menerima nutrient, air tawar dan sedimen dari lingk ungan terrestrial atau daratan.
Batasan ini dibuat oleh peneliti untuk mempelajari diversitas biologi dan produktifitas ekosistem bakau
sebagai bagian dari lahan basah (wetland).

3. Padang Lamun/Seagrasses

Lamun ialah tumbuhan halophyte, submersible atau seluruh bagiannya tenggelam, dan menempati
substrat dasar yang lunak (seperti pasir dengan kadar lumpur relatif rendah). Daun dan batangnya sering
digunakan sebagai tempat menempel alga, av ertebrata yang bersifat sesil, dan sebagai tempat asuhan
serta perlindungan bagi anak-anak ikan, kepiting dan mollusca. Padang lamun dipercaya sebagai habitat
dengan produk tifitas yang sangat tinggi, berfungsi sebagai jebak an detritus, berperanan dalam sik lus
nutrient di laut, dan mempertahankan stabilitas pantai serta substrat dasar. Lamun ialah satu-satunya
kelompok Angiospermae yang berhasil tumbuh dan berk embang di wilayah pasang surut, termasuk
dalam family Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae y ang mempunyai kedekatan hubungan dengan
family Poaceae, jenis rerumputan di darat. Kelompok lamun tersusun atas 13 genera dan 58 spesies
yang ditemukan di dunia. Genera yang distribusinya terbatas di wilayah dingin, temperate, terdiri dari:
Amphibolis, Heterozostera, Phyllospadix, Posidonia, Pseudalthenia dan Zostera. Sedangkan tujuh genera
lagi hanya terdapat di wilayah tropis, ialah: Cymodocea, Enhalus, Halodule, Halophila, Syringodium,
Thalassia dan Thalasodendron. Di Indonesia, diduga terdapat 15 jenis spesies lamun, ialah: (1) Halophila
capricornii; (2) Halophila decipiens; (3) Halophila minor; (4) Halophila tricostata; (5) Halophila ovalis; (6)
Halophila spinulosa; (7) Enhalus acoroides; (8) Thalassia hemprichi; (9) Cymodocea rotundata; (10)
Cymodocea serrulata; (11) Halodule pinifolia; (12) Halodule uninervis; (13) Syringobium isoetifolium;
(14) Thalasodendron ciliatum; dan (15) Zostera capricornii (Coles & McKenzie, 2005). Lamun ialah
tumbuhan berbunga yang tenggelam di dalam air, biasa hidup di dalam teluk, Laguna dan perairan
pantai dangkal. Sama seperti umumnya vegetasi di darat, lamun mempunyai daun, batang, bunga, biji
dan ak ar serta menghasilkan bahan organik dan ok sigen melalui proses fotosintesis. Terkait dengan
kebutuhan fotosintesis, lamun memerlukan kualitas air yang tidak keruh (karena pengaruh sedimentasi)
serta menghuni daerah perairan dangkal. Seagrass bed diterjemahkan sebagai padang lamun (pada
beberapa teks juga disebut hamparan lamun), ialah suatu ek osistem atau bisa juga disebut sebagai
habitat. Berbagai komunitas tumbuhan dan hewan tinggal pada padang lamun, baik secara permanen
atau temporal (sementara). Diatom (epiphyte), cianobakteria, dan chlorophyta hidup menempel pada
daun tumbuhan lamun; Penyu hijau, Chelonia mydas (Linnaeus, 1758) tinggal dan memakan tumbuhan
lamun; Ikan beronang, Siganus spp., memakan epiphyte yang menempel pada daun lamun; Ikan belanak
ialah omnivora mencari makan pada lamun; Ikan lencam ialah predator yang sering mencari makan pada
habitat lamun; Pemakan seresah, detritus feeder, seperti teripang, bryozoa dan hydroid hidup
menempel pada tumbuhan lamun; Cianobakteria yang menempel pada daun lamun mampu memfiksasi
nitrogen. Dia mampu meny erap nitrogen dari lingk ungan sek itarny a, merubah menjadi bentuk yang
bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan lamun dan tumbuhan lainnya sebagai sumber makanan. Kombinasi
interak si beberapa faktor ini menyebabkan hamparan lamun mempunyai produktifitas yang sangat
tinggi, bisa mencapai 4 kg C m-2 th-1, terutama di wilayah tropis.
3. Keanekaragaman Hayati Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang
tinggi dan kaya akan nutrisi.

Estuaria merupakan ekosistem khas yang pada umumnya terdiri atas hutan mangrove, gambut, rawa
payau dan daratan Lumpur. Ekosistem ini mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mendukung
berbagai kehidupan. Wilayah estuaria merupakan habitat yang penting bagi sejumlah besar ikan dan
udang untuk memijah dan membesarkan anak-anaknya. Beberapa larva ikan yang dipijahkan di laut
lepas juga bermigrasi ke wilayah estuaria pada fase larvanya. Wilayah ini dapat dianggap sebagai wilayah
perairan peralihan (ekoton) antara habitat air tawar dengan habitat laut yang sangat dipengaruhi oleh
pasang surut dan karakter lokasinya serta morfologisnya yang landai. Wilayah estuaria sangat rentang
terhadap kerusakan dan perubahan alami atau buatan. Pembuangan limbah, penggunaan perairan
sebagai sarana pengangkutan, serta berubahnya sistem daerah aliran sungai, merupakan sebagian dari
penyebab degradasi kualitas ekosistem estuaria.

Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut
dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air
tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh
pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. Estuaria juga merupakan perairan yang
semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar.

Di estuaria terdapat tiga komonen fauna, yaitu fauna lautan, air tawar dan payau. Komponen fauna yang
terbesar didominasi oleh fauna lautan, yaitu hewan stenoalin yang terbatas kemampuannya dalam
mentolerir perubahan salinitas (umumnya > 30 o/oo) dan hewan eurihalin yang mempunyai
kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30 o/oo. Komponen air payau terdiri dari
soesies organisme yang hidup di pertengahan daerah estuaria pada salinitas antara 5 – 30 o/oo . Spesies
ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar biasanya biasanya
terdiri dari hewan yang tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5 o/oo dan hanya terbatas pada bagian
hulu estuaria . Jumlah organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini terutama disebabkan
oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang
mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin akan
flora. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi. Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan
hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena :

1. Estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang. Jebakan ini bersifat fisik dan
biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri sendiri melalui :

- Dipertahankanya dan cepat di daur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup di
dasar esutaria seperti bermacam kerang dan cacing
- Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro (makrofiton
akuatik) seperti lamun yang kemudian di makan oleh bermacam ikan dan udang pemakan detritus.

- Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba (organisme
renik seperti bakteri ), lewat akar tumbuhan yang masuk jauh kedalam dasar estuary, atau lewat
aktivitas hewan penggali liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.

2. Beragamnya komposisi tumbuhan di estuaria baik tumbuhan makro (makrofiton)maupun


tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses fotosintesis dapatberlangsung sepanjang tahun.

3. Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut, sehingga


antaramemungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat hara yang diperlukanberbagai organisme
estuaria.

Jaring Makanan di Estuaria

Dasar dari jaring makanan di estuaria adalah konversi energi matahari menjadi energi dalam bentuk
makanan yang dilakukan oleh tumbuhan rawa. Saat tumbuhan mati, protozoa dan mikroorganisme lain
mengkonsumsi material tumbuhan yang mati tersebut. Invertebrata kecil merupakan makanan bagi
detritus. Detritus kemudian di makan oleh ikan, burung, serta predator lainnya (Hinterland Who’s Who,
1993). Melimpahnya sumber makanan di estuaria dan sedikitnya predator menjadikan estuaria sebagai
tempat hidup anak berbagai binatang yang fase dewasanya tidak berada di estuaria. Estuaria juga
merupakan tempat mencari makan bagi binatang dewasa seperti ikan dan burung yang bermigrasi
(Nybakken, 1988). Pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan
berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus dan
osmotik. Fauna diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis cacing berproduksi
dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks.
2.2 keanekaragaman spesies air tawar laut dan estuaria

Keanekaragaman ekosistem dapat terjadi karena perbedaan letak geografis. Perbedaan letak geografis
antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.

Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim.Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya


perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini
akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu
daerah. Di daerah dingin terdapat bioma Tundra.Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya
jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim
sedang terdapat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan
conifer, dan fauna/hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan
hujan tropis.Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan
beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan
membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.

AIR TAWAR

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji.Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.Organisme yang hidup di air
tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.

1) Adaptasi tumbuhan

Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga
biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan
tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan
tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis
lingkungan atau isotonis.

2) Adaptasi hewan

Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton.Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat.Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan,
dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara
keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.Habitat air tawar
merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.

Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof
(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.

2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.

a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton, biasanya melayang-layang (bergerak pasif)
mengikuti gerak aliran air.

b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.

c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada
permukaan air, misalnya serangga air.

d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda
lain, misalnya keong.

e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil
(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir.Termasuk ekosistem air tenang
adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

1. Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi
hingga ratusan meter persegi
Gambar 12. Berbagai organisme air tawar berdasarkan cara hidupnya.

Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari.Daerah yang dapat
ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak
tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur
yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di
dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi.Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a) Daerah litoral

Daerah ini merupakan daerah dangkal.Cahaya matahari menembus dengan optimal.Air yang hangat
berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang
mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang
yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia
air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari
makan di danau.

b) Daerah limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar
matahari.Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri.Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa
fitoplankton.Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil.Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar,
kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c) Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain
menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d) Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos

dan sisa-sisa organisme mati.

Gambar 13. Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :

a. Danau Oligotropik

Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton
di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,dan di
dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

b. Danau Eutropik

Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena
fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme,
dan oksigen terdapat di daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang
masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa
pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga
terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhir0nya menghabiskan suplai oksigen di danau
tersebut.

Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi
dan mengurangi nilai keindahan danau.

2. Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah.Air sungai dingin dan jernih serta mengandung
sedikit sedimen dan makanan.Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada
air.Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komunitas yang berada di sungai
berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas
plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari
ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

AIR LAUT

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

1. Laut

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut
sekitar 25°C.Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.Batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap
subur dan banyak plankton serta ikan.Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas
turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung balk.Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya
secara horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.

b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar
dalamnya ± 300 meter.

c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).

2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah,
laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.

b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m. Hewannya


misalnya ikan hiu.

c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup
di daerah ini misalnya gurita.

d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan
tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.

e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini
biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat
ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan
tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran
urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.

ESTUARI

estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki badan air dengan hubungan terbuka
antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai. Percampuran ini terjadi paling tidak
setengah waktu dari setahun.Pada wilayah tersebut terjadi percampuran antara masa air laut dengan air
tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau (brackish).

Jenis Flora dan Fauna (komponen biotik) yang hidup di ekosistem perairan Estuari

Lingkungan estuari merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta hewan dan tumbuhan. Pada
daerah-daerah tropis seperti di lingkungan estuari umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang
disebut Mangrove. Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran
salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove ini lah kita akan menemukan berjuta hewan yang
hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini.

Komponen biotik merupakan komponen-komponen yang terdiri atas makhluk hidup. Komponen biotik
yang terdapat pada Ekosistem Estuari dapat dikelompokan menjadi:

a. Organisme autotrop, merupakan organisme yang dapat mengubah bahan organik menjadi
anorganik (dapat membuat makanan sendiri). Organisme autotrop dibedakan menjadi dua tipe:

- Fotoautotrop adalah organisme yang dapat menggunakan sumber energi cahaya untuk mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik. Contohnya adalah tumbuhan hijau pada ekosistem estuari.

- Kemoautotrop adalah organisme yang dapat memanfaatkan energi dari reaksi kimia untuk
membuat makanan sendiri dari bahan organik (Welch, 1953).
Berbagai organisme autotrof ini bertindak sebagai produsen, karena kemampuannya untuk mengubah
zat anorganik menjadi organik yang dibutuhkan oleh organisme lain yang dapat pula disebut sebagai
produsen. Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer.Pada paparan
pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan tumbuhan berbunga, dan
beberapa jenis alga, antara lain alga berfilamen seperti Enteromorpha sp. dan Padina sp. Di dalam kolam
air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.

b. Organisme heterotrop, adalah organisme yang memperoleh bahan organik dari organisme lain.
Contohnya hewan, jamur, dan bakteri non autotrop dapat disebut sebagai konsumen.

Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan. Sumber makanan
utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di dalam kolam air dan di dasar
estuari.Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea,
Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari,
ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti cacing. Juga tak kalah dengan predator
besar, seperti: Baronang, Kerapu, Kepiting, Cucut, dan Salmon (Nontji, 1993).

c. Organisme Pengurai atau dekomposer

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati.Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan
berukuran lebih besar.Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.Termasuk
pengurai di daerah estuari adalah kepiting, kerang-kerangan, bakteri, cacing laut, dan jamur.

Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar (eurihaline), estuari
menyimpan berjuta keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan perairan ini adalah
organisme yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut. Dan yang paling penting adalah
lingkungan perairan estuari merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur
terpenting bagi pertumbuhan fitoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari.

Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuari di kenal dengan sebutan daerah
pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean, Bivalve, Echinodermata,
annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna). Dibandingkan dengan tempat lain, spesies estuaria
sangat sedikit.

2.3 keanekaragaman populasi air tawar laut dan estuaria

Keanekaragaman Populasi Air Tawar

Populasi di air tawar merupakan kelompok individual dari satu species. Misal: Populasiikan, rumput,
katak, plankton, zooplankton, bebek dan lain-lain. Populasiikan air tawar raksasa atau megafish dengan
beratlebih dari 30 kilogram yang dapat hidup selama beberapa dekade, menurun lebih dari 94 persen
antara tahun 1970 dan 2012. Penurunan jumlah spesies besar ini adalah bagian dari tren penurunan luas
mega fauna air tawar.

Temuan itu diterbitkan pada 8 Agustus 2019 di jurnal Global Change Biology, yang merupakan bagian
dari analisis yang mengamati populasi hewan air tawar yang sangat besar di sungai dan danau dunia.
Hasil penelitian mencerminkan tren penurunan yang lebih luas dalam populasi mega fauna air tawar,
seperti caiman dan salamander raksasa di seluruh dunia.

Para penelitimemperkirakan bahwa populasi hewan air tawar besar telah menurun hingga 88 persen.
“Ini adalah hasil yang sangat mengejutkan,” kata Fengzhi He, ahliekologiikan di Leibniz-InstitutEkologi Air
Tawar dan Perikanan Darat di Berlin, yang menjadi peneliti utama.

Timnya memperkirakan bahwa populasi megafauna yang mulaimenurun pada 1980-an di seluruh Asia,
termasuk Kamboja, Cinaselatan, India, dan Afghanistan, telah anjlok hingga 99 persen. Tim
mengumpulkan data tentang populasi 126 spesies air tawarbesardari 72 negara.

Mereka menganalisis data menggunakan Living Planet Index, ukuran statistik yang menyesuaikan
ketidak seimbangan dalam jumlah informasi dari berbagai bidang. Mereka memperkirakan keberadaan
megafish paling terancam oleh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang berlebihan dan
hilangnya habitat.

Selain itu, karena banyaknya spesies ikan raksasa yang terlambat dewasa, memiliki keturunan yang
relatif sedikit dan membutuhkan habitat besar dan utuh untuk migrasi. Gerakan mereka semakin
terhambat oleh bendungan listrik tenaga air di wilayah sungai terbesar di dunia, seperti Mekong, Kongo,
Amazon, dan Gangga.

Penelitian itu melaporkan terdapat lebihdari 200 spesies hewan air tawar di dunia yang lebih besar dari
30 kilogram, dengan 34 dikategorikan sebagai sangat terancam punah di Daftar Merah Spesies
Terancam Punah bagi Konservasi Alam. Namun, peneliti tidak memiliki cukup informasi tentang banyak
spesies air tawar besar untuk menentukan status konservasi mereka.

Keanekaragaman Populasi Air Laut

Populasi di air laut merupakan kelompok individual dari satu species. Misal: populasi kepiting laut,
populasi kerang laut, populasi siput/keong, populasi fitoplankton, populasi zooplankton, populasi
gangang, populasi udang, populasi ikan kecil, populasi ikan besar, populasi Hiu, populasi terumbu
karang, populasi anemon, populasi Paus, populasi bintang laut, populasi bintang ular, populasi ubur-
ubur, populasi tripang dan lain-lain.

Keanekaragaman Populasi Air Estuaria

Populasi di air estuaria merupakan kelompok individual dari satu species. Misal: Populasiikan, rumput,
plankton, zooplankton, dan lain-lain.
Estuari merupakan pencampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai. Lingkungan
estuary merupakan pantai tertutup dan semi terbuka atapan yang terlindung oleh pulau- pulaukecil,
terumbu karang, dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Sebagian besar estuary didominasi oleh
subtract berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa aleh air tawar dan air laut. Contoh dari
estuary adalah muara sungai,teluk pantai, rawa pasang surut.

Daerah ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah dari lautan terbuka, pada waktu air pasang,
salinitas naik, pada waktu air surut, salinitas rendah. Fauna yang hidup harus dapat beradaptasi
terhadap perubahan salinitas. Biota yang hidup di ekosistem ini umumnya adalah pencampuran antara
hidup endemik, artinya yang haya hidup di estuaria yang mareka berasal dari laut dan beberapa berasal
dari perairan tawar khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan
banyak biota akuatik komersial, akosistem estuary merupakan daerah pemijahan dan asuhan.

Anda mungkin juga menyukai