Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limnologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat dan
struktur dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau, kolam dan rawa-rawa
baik yang berupa air tawar maupun air payau.

Pada sungai, danau, rawa berair payau (estuari) mempunyai keragaman organime
yang hidup di dalam nya, tingkatan nya pun berbeda-beda ada yang dari tingkat rendah
hingga tingkat tinggi. Organisme yang hidup mempunyai daya ketahanan yang berbeda-beda
dan keragaman jenis yang berbeda pula.

Dengan demikian organisme sungai, danau, dan estuari akan di bahas pada makalah
ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ekosistem air tawar?

2. Organisme apakah yang hidup di sungai?

3. Organisme apakah yang hidup di danau?

4. Organisme apakah yang hidup di estuari?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui ekosistem air tawar

2. Dapat mengetahui organisme yang hidup di sungai

3. dapat mengetahui organisme hidup di danau

4. dapat mengetahui organisme hidup di estuari

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.

Tumbuhan bersel satu yang hidup di air tawar mempunyai dinding sel kuat misalnya
beberapa alga biru dan alga hijau. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea
gigantea), mempunyai akar jangkar.

Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama
dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. Hewan tingkat tinggi yang hidup di
ekosistem air tawar, misalnya ikan, mengatasi perbedaan tekanan osmosis dengan melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi,
insang, clan pencernaan.

Organisme dalam air dapat digolongkan berdasarkan aliran energi clan cara hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan) dan


fagotrof, yaitu karnivor predator, parasit, dan saproba atau organisme yang memakan sisa-
sisa organisme.

2. Berdasarkan cara hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.

a) Plankton; terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; melayang-layang (bergerak pasif)


mengikuti gerak aliran air.
b) Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c) Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau berada
pada permukaan air, misalnya serangga air.
d) Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda
lain, misalnya keong.
e) Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

2
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk
ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai,
estuari.

2.2 Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luas. Di danau terdapat
pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus
cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak
tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
suhu yang drastis, disebut terrnoklirt. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas
dengan daerah dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan
jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a. Daerah litoral

Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal.
Air yang hangat berdekatan dengan tepi danau. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang
berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat
beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan
remis, serangga, crustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular,
itik, angsa, dan mamalia yang sering mencari makan di danau.

b. Daerah limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus
sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
cyanobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil


pemangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh
ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kurakura, dan burung pemakan
ikan.

3
c. Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan
organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus
yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d. Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa
organisme mati.

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organiknya, yaitu


sebagai berikut.

a. Danau oligotrofik

Oligotrofik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,
karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali,
dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

b. Danau eutrofik

Eutrofik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan
makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat
bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-
materi organik dan endapan yang masuk. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas
manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang
memperkaya danau dengan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan popu-
lasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang
akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Peristiwa seperti ini disebut
"eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai
keindahan danau.

4
2.3 Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis
lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir
deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan ter-
bawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tumbuhan
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di
anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame.
Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah
tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi
evolusioner. Misalnya bertubuh pipih dorsoventral dan dapat melekat pada batu.Beberapa
jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.

2.4 Estuari

Estuari sebagai suatu daerah perairan tempat bertemunya air tawar dari sungai dan air
laut. Dalam hal ini pembentukan daerah estuari diawali dari suatu aliran sungai yang menuju
laut, daerah ini dapat berupa muara sungai yang sangat lebar, rawa-rawa pantai atau daerah
lain yang tidak terlepas dari pengaruh air laut. Pengaruh campuran massa air tawar dan air
laut tersebut menghasilkan suatu kondisi lingkungan dan komunitas biota yang khas,
komplek dan dinamis yang tidaksama dengan air tawar atau air laut. ada ekosistem estuari ini
terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme
penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari
sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut
harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku
organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan
memiliki ciri khas tersendiri.

5
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota,
yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air
payau.Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang
ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana
salinitas airnya masih berkisar di atas 30%.Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin)
mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15%
atau kurang.Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di
atas 5%, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.

a. Komponen Fauna

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garamantara 5-
30%, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berairtawar atau berair
laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,Scrobicularia), siput kecil
Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.Di samping itu terdapat pula
fauna-fauna yang tergolong peralihan, yangberada di estuaria untuk sementara waktu saja.
Beberapa jenis udang Penaeus,misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria,
untuk kemudian pergi kelaut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem
(Salmo,Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari
hulusungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain,
darigolongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk
mencarimakanan . Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies,fauna khas estuaria
adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-
ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan faunakhas sungai, hutan bakau atau
padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknyadengan estuaria. Para ahli menduga
bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutamasalinitas, dan sedikitnya keragaman topografi
yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung jawab terhadap
terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah spesies organisme yang mendiami estuari
jauh lebih sedikit jika dibandingkandengan organisme yang hidup di perairan tawar dan
laut.Hal ini karena ketidak mampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan
organisme air laut mentolerir penurunan salinitas estuaria.Akibatnya hanya spesies yang
memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari.

Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga)tipe


adaptasi untuk mempertahankan hidupnya, yaitu :

6
a. Adaptasi morfologis yaitu : organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut
halus (setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang
pernapasan oleh partikel lumpur.
b. Adaptasi fisiologis yaitu : berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion
cairan tubuh dalam menghadapifluktuasi salinitas eksternal.
c. Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata.

Berikut gambar berapa spesies yang mendiami daerah estuari :

Anemones Worms

Snails

Iliyanassa obselata

7
Clams, mussel, etc

Barnacles, Crabs, Etc.

Moss Animals

b. Komponen Flora

Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak cocok
untuk melekatnya makroalga.Selain karena substrat, pengaruh sinar cahayayang minim
menyebabkan terbentuknya dua lapisan.Lapisan bawah tanpa tumbuhanhidup dan lapisan atas
mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuary terdapat padang rumput laut
(Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai
satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di
perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki

8
rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai
tumbuhan airberbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar,
sertaberbiak dengan biji dan tunas.

Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora.
Keruhnyaperairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia, Cymodocea) selain
ditumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva, Entheromorphadan Chadophora.Estuaria
berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua unsur-unsur
esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus atau bekteri
secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yangt inggi.Plankton
estuaria miskin dalam jumlah spesies.Dengan demikian,yangditemukan hanya jenis diatom
dan dinoflagellata .Jenis diatom yang dominan adalahSkeletonema, Asterionella dan
Melosira.

Sedangkan dinoflagellata yang melimpah adalah Gymnodinium, Gonyaulax dan


Ceratium. Banyaknya zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi
keterbatasan produktivitas fitoplankton.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Organisme yang hidup di air tawar memiliki keragaman bentuk nya, mulai dari bersel
satu misalnya ganggang biru hingga bersel banyak misalnya teraitai. Hidup di air tawar
(danau, sungai, estuari) memiliki tingkat keragaman yang berbeda tergantung pada variasi
suhu, penetrasi cahaya, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.

Pada danau pembagian daerah sebagai tempat hidup organisme tergantung pada
berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Pada sungai tergantung pada aliran dan gelombang
air. Pada estuari memiliki habitat seperti rawa asin sehingga organisme nya harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan nya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suyasa, N.I, M. Nurhudah & S. Rahardjo. 2010. Ekologi perairan. Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta.Penerbit STP Press. Jakarta.

Supriharyono, M. S. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan di Wilayah


Pesisir Tropis. Gramedia. Jakarta.

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia

11

Anda mungkin juga menyukai