Anda di halaman 1dari 22

BROL

BALAI RISET DAN OBSERVASI LAUT


2018

BIOREEFTEK
Panduan Teknis

1
BIOREEFTEK
Panduan Teknis

● ● ●
Penyusun:
Eghbert Elvan Ampou
Nuryani Widagti

Desain Sampul:
Made Handy Oka Praditya

Layout dan Distribusi:


Seksi Pelayanan Teknis
Balai Riset dan Observasi Laut
● ● ●

Diterbitkan oleh:
Balai Riset dan Observasi Laut
Tahun 2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,


karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Buku
Panduan Teknis Bioreeftek telah diselesaikan.

Terumbu karang merupakan salah satu


ekosistem pesisir yang memiliki tingkat
kerentanan yang sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan lokal maupun regional,
termasuk perubahan iklim. Langkah-langkah
strategis perlu dilakukan guna tetap menjamin
keutuhan terumbu karang yang ada sehingga
biodiversitas kawasan pesisir dapat
dipertahankan.
Bioreeftek merupakan suatu teknologi hijau
yang memanfaatkan bahan alami (tempurung
kelapa) sebagai media untuk penempelan larva planula karang sampai
menjadi koloni individu baru atau terumbu. Bioreeftek menjadi satu alternatif
teknik untuk mendukung konservasi dan rehabilitasi terumbu karang di
Indonesia. Teknologi Bioreeftek sudah memperoleh paten, penghargaan dan
tanda jasa dari beberapa kementerian: Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi, serta Satya Lencana Wira Karya.
Penyusunan buku panduan teknis Bioreeftek ini merupakan langkah strategis
BROL untuk mendukung program Satu Data KKP dan penguatan lembaga
riset sebagai pusat unggulan IPTEK Sistem Prediksi Kelautan (SIDIK).
Harapan kami buku ini dapat digunakan sebagai data dukung untuk
memenuhi kebutuhan pengguna data dan informasi sumberdaya kelautan
dan perikanan yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan aktivitas
konservasi dan rehabilitasi terumbu karang.
Kami menyadari meskipun telah berupaya secara maksimal, buku ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan kedepannya. Akhir kata kami mengucapkan selamat
membaca, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jembrana, April 2018


Kepala BROL

Dr. I Nyoman Radiarta, M.Sc

i
PRAKATA INVENTOR

Di beberapa daerah terumbu karang di


Indonesia tidak sedikit yang mengalami
degradasi akibat ulah manusia. Pencurian
ikan dengan cara di bom serta sektor
pariwisata juga menyumbang terjadinya
kerusakan terumbu karang yang
merupakan lumbung pangan bagi biota
perairan. Pada ekosistem terumbu karang
inilah mempunyai produktivitas organik
yang sangat tinggi, dimana memiliki fungsi
ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan,
tempat bermain dan tempat asuhan bagi seluruh biota didalamnya.

Rusaknya terumbu karang inilah sehingga muncul gagasan untuk membuat


terumbu buatan dengan bahan utama alami tempurung kelapa yang banyak
tersebar di wilayah pesisir Indonesia yang dikenal dengan sebutan Bioreeftek.
Bioreeftek adalah metode rehabilitasi dan konservasi terumbu karang yang
tidak destruktif, sangat mudah diaplikasikan atau diadopsi oleh masyarakat
lokal dan biayanyapun relatif murah.

Diharapkan nantinya dengan diterbitkannya buku panduan teknis Bioreeftek


ini dapat memberikan wacana baru kepada pemerhati lingkungan khususnya
terumbu karang dalam mendukung pengelolaan yang berkelanjutan dan
menjadi salah satu referensi penting untuk rehabilitasi terumbu karang di
Indonesia yang merupakan asli hasil karya anak bangsa.

Jembrana, April 2018

Inventor Bioreeftek - Peneliti Balai Riset & Observasi Laut,

Dr. Eghbert Elvan Ampou

ii
DAFTAR ISI

EKOSISTEM TERUMBU KARANG .............................................................. 1

TEKNOLOGI BIOREEFTEK ........................................................................ 2


Deskripsi Teknologi............................................................................... 2
Mengapa disebut Bioreeftek? .................................................................. 2
Tujuan Penerapan Bioreeftek ................................................................. 4
Dimensi Bioreeftek ................................................................................. 4
Keunggulan Bioreeftek ........................................................................... 5
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Bioreeftek ............................................. 6
Persiapan dan Pembuatan ...................................................................... 7
Aplikasi Teknis...................................................................................... 7
Penanaman atau Peletakan (Deployment) ............................................. 10
Monitoring ........................................................................................... 10
Relokasi ............................................................................................... 11
Diseminasi: Aplikasi dan Adopsi Bioreeftek ........................................ 13
Penghargaan ........................................................................................ 15

PENUTUP ................................................................................................ 16

DAFTAR ACUAN ...................................................................................... 17

iii
EKOSISTEM
TERUMBU KARANG

Salah satu kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia adalah


ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu bagian
dari ekosistem pesisir yang mempunyai manfaat sangat banyak, antara
lain sebagai tempat untuk memijah, mencari makan dan berlindung ikan
karang. Keindahan terumbu karang juga dapat menghasilkan nilai
ekonomi bagi masyarakat.

Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya


pesisir dan laut, selain hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu
karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu
membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium
dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme
yang hidup melayang di kolom perairan laut. Terumbu karang dan segala
kehidupan yang ada di dalamnya merupakan kekayaan alam Indonesia
yang tak ternilai harganya.

Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman bagi kelangsungan hidup


terumbu karang. Peningkatan suhu permukaan laut dapat menyebabkan
coral bleaching. Berbagai cara pemulihan terumbu karang dari kerusakan
telah banyak dilakukan, seperti transplantasi dan terumbu karang buatan.
Namun pemulihan ini membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak
murah walaupun pada kenyataannya usaha ini cukup berhasil.

Salah satu upaya Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) untuk ikut serta
menangani kondisi tersebut adalah dengan mengembangkan salah satu
jenis terumbu buatan yaitu Bioreeftek. Teknologi ini mulai dikembangkan
oleh Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) sejak tahun 2008.
1
TEKNOLOGI
BIOREEFTEK

Deskripsi Teknologi

Bioreeftek dikembangkan dengan memanfaatkan banyaknya pohon kelapa


yang tumbuh di kawasan pesisir Indonesia. Bahan utama yang digunakan
adalah tempurung kelapa, yang akan menjadi media perekrutan hewan
karang individu baru. Karena bahan utama yang digunakan berasal dari
alam, maka teknologi ini dinamakan Bioreeftek.

Secara etimologi, Bioreeftek terdiri dari 3 kata, yaitu Bio, Reef, dan Tek. Bio
berarti hayat atau hidup; Reef berarti batu atau terumbu; sementara Tek
diambil dari kata teknologi. Secara terminologi, Bioreeftek berarti suatu
teknologi hijau dan sederhana yang memanfaatkan bahan alami
tempurung kelapa sebagai media penempelan larva planula karang hingga
menjadi koloni individu baru atau terumbu.

Fungsi Bioreeftek ini adalah untuk merekrut larva planula karang secara
alami atau dengan reproduksi seksual, sehingga less-destructive. Setelah
larva planula karang menempel pada subtrat Bioreeftek, dapat dilakukan
pemindahan ke lokasi lain yang memiliki prosentase penutupan terumbu
karangnya relatife rendah untuk direhabilitasi.

2
Siklus Reproduksi Karang

Gambar di atas menjelaskan tentang siklus reproduksi karang menurut


English et al. (1994), yang meliputi:

a. Telur dan sperma dilepaskan ke kolom air;


b. Fertilisasi menjadi zygot terjadi di permukaan air; zygot berkembang
menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air;
c. Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di
dasar;
d. Planula akan tumbuh menjadi polip;
e. Terjadi kalsifikasi;
f. Membentuk koloni karang, namun karang soliter tidak akan
membentuk koloni.

3
Penerapan Bioreeftek bertujuan untuk menciptakan dan memberikan
alternatif teknologi konservasi dan rehabilitasi terumbu karang yang
terbuat dari bahan alami dengan biaya pembuatan yang relatif murah dan
mudah diaplikasikan oleh masyarakat lokal di pesisir Indonesia

25 cm

l = 35 cm
t = 3 cm
p = 40 cm

Sketsa Kerangka dan


Dimensi Bioreeftek

Dimensi Bioreeftek bersifat fleksibel atau dapat diperluas, disesuaikan


dengan ukuran tempurung kelapa yang tersedia.

4
Bioreeftek merupakan metode rehabilitasi dan konservasi terumbu karang
yang tidak destruktif, terbuat dari bahan alami dan mudah diperoleh,
mudah diaplikasikan atau diadopsi oleh masyarakat lokal sekalipun, serta
biaya pembuatannya yang relatif murah (efisien). Hasil monitoring
Bioreeftek di beberapa lokasi menunjukan bahwa individu karang baru
sudah dapat tumbuh dalam waktu ± 4 – 6 bulan.

Karang dari jenis Seriatopora yang Acropora sp. yang tumbuh pada
tumbuh pada substrat Bioreeftek di substrat Bioreeftek di perairan
perairan Kabupaten Alas, Sumbawa Pemuteran, Bali, setelah 1.5 bulan
setelah 8 bulan penanaman atau penanaman atau peletakan
peletakan

Jika dibandingkan dengan terumbu karang buatan lain yang telah dikembangkan
selama ini, proses peletakan atau penanaman Bioreeftek ini sangat mudah dan
efisien karena tidak membutuhkan wahana dan peralatan yang mahal dan rumit.

Persentase kandungan material yang digunakan untuk membuat Bioreeftek 100%


berasal dari dalam negeri, seperti tempurung kelapa, pipa alumunium, rangka
besi, kawat, kayu dan tripleks, pasir, dan batu. Biaya yang diperlukan untuk
membuat satu unit Bioreeftek berkisar antara 100 – 200 ribu rupiah.

5
Paten Bioreeftek telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asazi
Manusia Republik Indonesia oleh Sentra Haki Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia, dengan nomor ID S0001231, yang
diberikan pada tanggal 21 Desember 2012, dengan judul invensi Suatu
Struktur untuk Pembudidayaan Terumbu Karang.

Sertifikat Paten Sederhana Bioreeftek

6
Aplikasi Teknis

Aplikasi teknis Bioreeftek terdiri dari 4 tahapan, yaitu (1) Persiapan dan
pembuatan; (2) Penanaman (deployment); (3) Monitoring penempelan
larva planula karang; (4) relokasi dan monitroing hasil relokasi

Hal yang pertama dilakukan untuk membuat Bioreeftek adalah


mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan, yaitu tempurung kelapa,
pipa aluminium, rangka besi, kawat, kayu, tripleks, pasir, batu, serta tali
pengikat. Alat yang digunakan adalah gerinda, gergaji, ampelas, dan juga
sekop. Langkah-langkah pembuatan Bioreeftek, sebagai berikut:
1) Potong tempurung kelapa menjadi dua bagian yang sama rata,
kemudian buat lubang di bagian tengahnya dengan menggunakan
gerinda.

Pemotongan dan pembuatan lubang pada tempurung kelapa dengan menggunakan


gerinda

7
2) Siapkan cetakan media dan rangka dasar media atau rangka besi
yang telah dimasukan tiang almunium

Cetakan media dan rangka dasar media (rangka besi) Bioreeftek

3) Letakan rangka besi pada cetakan media dan tuangkan campuran


semen, pasir, dan batu ke dalam cetakan tersebut, kemudian pasang
tiang alumunium untuk penyangga media tempurung kelapa, dan
keringkan. Setelah kering, lapisi permukaan media dengan cairan
semen menggunakan kuas.

Pembuatan media Bioreeftek, pemasangan tiang alumuniun, serta pelapisan


seluruh permukaan media dengan cairan semen

8
4) Posisikan tempurung kelapa secara terbalik, bubuhkan semen
kedalam tempurung tersebut dan letakkan di bawah paparan sinar
matahari, biarkan sampai mengering). Jika sudah kering, susun
substrat tersebut satu per satu pada tiang aluminium, kemudian
sematkan pengikat pada ujung tiang untuk mencegah substrat
terlepas.

Pembuatan substrat tempurung kelapa dan penyusunannya pada tiang


alumunium

Bioreeftek yang sudah siap untuk ditanam di lokasi yang sudah ditentukan

9
Langkah-langkah penanaman atau peletakan (deployment) Bioreeftek,
sebagai berikut:
1) Letakan di atas perahun beberapa Bioreeftek yang akan ditanam dan
bawa ke lokasi penanaman yang telah ditentukan sebelumnya;
2) Ikatkan salah satu ujung tali pada Bioreeftek dan ujung lainnya pada
perahu. Tali tersebut sebagai alat bantu untuk mempermudah
penyelam dalam menurunkan Bioreeftek. Jumlah penyelam yang
diperlukan pada saat penanaman ini adalah 2 orang. Satu penyelam
sebagai peletak Bioreeftek dan lainnya bertugas untuk
mendokumentasikan proses penanaman;
3) Turunkan Bioreeftek dan letakan di dasar perairan yang memiliki
kondisi ekosistem terumbu karang relatif baik. Sebaiknya letakan di
lokasi yang datar atau rata agar Bioreeftek dapat berdiri dengan tegak
dan kokoh;
4) Lepaskan tali yang diikatkan pada Bioreeftek dan gulung. Bioreeftek
sudah selesai ditanam dan lakukan monitoring pertumbuhan dan
perkembangan individu baru karang secara periodik.

Monitoring Bioreeftek dilakukan dengan melakukan pengamatan secara


periodik, setiap 4 bulan atau 6 bulan sekali. Metode yang diaplikasikan
adalah dengan kamera dan video untuk mendokumentasikan
pertumbuhan dan perkembangan larva planula yang menempel pada
substrat Bioreeftek dari waktu ke waktu.

10
Monitoring Bioreeftek dengan mengambil foto atau video

Relokasi Bioreeftek adalah pemindahan Bioreeftek yang sudah ditumbuhi


karang (±75%) ke lokasi lain yang memiliki kondisi terumbu karang kurang
baik atau memiliki biodiversitas yang rendah. Tahapan teknis relokasi
tersebut digambarkan berikut:

11
1
3

1 Menyelam ke lokasi Bioreeftek yang akan dipindahkan (relokasi) dengan


membawa pelampung atau tanda dan tali yang akan digunakan untuk
mengikat Bioreeftek. Tali dan pelampung tersebut digunakan sebagai alat
bantu untuk mengangkat Bioreeftek ke atas perahu. Salah satu ujung tali
dipegang oleh salah seorang yang ada di atas perahu, yang membantu
menggulung tali tersebut;
2 Bioreeftek perlahan diangkat ke permukaan air, ke atas perahu;
3 Bioreeftek yang sudah berhasil diangkat, kemudian diletakan di dalam sebuat
tempat penampungan yang rata dan cukup untuk menampung Bioreeftek
secara utuh, dalam posisi seperti pada saat masih di dalam air;
4 Membawa Bioreeftek ke lokasi yang telah ditentukan sebelumnya, yang
memiliki kriteria kondisi karang kurang baik, dengan menggunakan perahu;
5 Menurunkan Bioreeftek ke dasar perairan dengan bantuan tali, seperti pada
saat pengangkatan Bioreeftek ke permukaan air. Letakan Bioreeftek di lokasi
yang datar atau rata. Lakukan monitoring secara periodik, setiap 4 bulan atau
6 bulan.

12
Diseminasi:
Aplikasi dan Adopsi Bioreeftek

Bioreeftek telah diaplikasikan dan diadopsi oleh berbagai pihak untuk


kegiatan rehabilitasi dan konservasi terumbu karang di Indonesia,
diantaranya:
1) Di Perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali
(2008- sekarang);
2) Di Perairan Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali (2008 - sekarang);
3) Di Perairan Gili Lawang dan Gili Sulat, Kabupaten Lombok Timur
(2008);
4) Di perairan Kabupaten Alas, Sumbawa (diadopsi oleh SMK Negeri 1
ALAS)(2011);
5) Di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan kerjasama DKP-
Tanah Bumbu dan BPSPL serta BPOL (2010);
6) Di Tablolong Nusa Tenggara Timur dan Waingapu, Sumba Timur –
Pantai Londa Lima pada kegiatan IPTEKMAS (2009);
7) Telah dibuat secara swakelola oleh Balai Taman Nasional Bunaken
dan Dinas Provinsi Sulawesi Utara (2010)
8) Diaplikasika pada saat bi,bingan teknis di Pulau Mandangin, Madura
(Marine Care), diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu
Kelautan (HIMIKA) Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo &
Direktorat Jenderal Teknis KP3K, KKP pada bulan Desember 2012;
9) IPTEKMAS Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan
dan Perikanan di Taman Nasional Bali Barat dan di Perairan Lovina,
Kabupaten Buleleng (2014);
10) Di perairan Pulau Tikus, Bengkulu oleh Kelompok Pencinta Alam
(KAMPALA) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu (2014 dan 2018);

13
11) Di perairan Desa Dikesare, Kabupaten Lembata, atas kerjasama
antara PLAN Internasional, CIS Timor, serta PPB Kab. Lembata (2018).

Lokasi Diseminasi Bioreeftek di Indonesia ( 2008 – sekarang)

14
Penghargaan

Bioreeftek mendapatkan penghargaan dari Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan


Tinggi (Prof. H. Muhamad Nasir, Ph. D) sebagai salah satu dari 20 Karya Unggulan
Anak Bangsa pada tanggal 10 Agustus 2015

15
PENUTUP

Bioreeftek bertujuan untuk menciptakan dan memberikan alternatif


teknologi konservasi dan rehabilitasi terumbu karang yang terbuat dari
bahan alami dengan biaya pembuatan yang relatif murah dan mudah
diaplikasikan oleh masyarakat lokal di pesisir Indonesia. Buku panduan
teknis ini dapat menjadi referensi masyarakat lokal dan juga pihak lainnya
yang berkeinginan untuk mengaplikasikan Bioreeftek di wilayah Indonesia.

Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) mengembangkan jejaring dengan


mitra-mitra yang mengaplikasikan Bioreeftek dan dapat berbagi informasi
hasil monitoring kepada BROL sebagai upaya pengembangan Bioreeftek
dan perluasan upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem terumbu
karang di Indonesia.

16
DAFTAR ACUAN

English, et al,. 1994. Manual for Tropical Marine Resources. Australian


Institute of Marine Science. Townsville

Balitbang KKP,. 2009. Terumbu Karang dan Perubahan Iklim, Panduan


Pendidikan dan Pembangunan Kesadartahuan. Kerjasama Australian
Government, Kementerian Kelautan dan Perikanan, The Univ. of
Queensland dan Coral Watch, ISBN: 978-0-646-55619-2 Hal. 135

Majalah Divemag Indonesia. 2010. Indonesia Festive Issue. Vol 1 No. 007
ISSN: 2087-2674, Hal. 37-38

Hakteknas. 2015. Sumber Inspirasi Indonesia, 20 Karya Unggulan


Teknologi Anak Bangsa. Diterbitkan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, ISBN: 978-979-630-095-2. Hal: 170-179

17

Anda mungkin juga menyukai