Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN

EKOSISTEM PERAIRAN TAWAR

Oleh :
Ariqoh Ansori
Sri Julianti
Sri Marlyna
Sumarli Simamora
Susilawati
Tama Chandra H
Tiara Sari

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
A. Ekosistem Perairan Air Tawar
Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekositem
air tawar, ekosistem estuarin, dan ekosistem laut. Habitat air tawar dibedakan
menjadi dua kategori umum, yaitu sistem lentik (kolam, danau, situ,
rawa,telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalah suatu
perairan yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air,
sedangkan sistem lotik adalah suatu perairan yang dicirikan oleh adanya aliran
air yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir.
Seperti yang sudah dikatakan bahwa habitat air tawar itu dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir (lotik) dan air tawar diam (lentik).
a. Perairan Mengalir (lotik)
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas
membedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat
air tawar. Semua perbedaan itu tentu saja mempengaruhi bentuk serta
kehidupan tumbuhan dan hewan yang menghuninya. Satu perbedaan
mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena
cekungannya sudah ada dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap
saat dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya,
sungai terjadi karena airnya sudah ada sehingga air itulah yang membentuk
dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdapat air yang
mengisinya (Ewusie, 1990:186)
b. Perairan Menggenang (Lentik)
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan.
Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi perairan
yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa contoh
perairan lentik yang alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga,
sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk.
B. Zona Perairan Air Tawar
Menurut Odum (1996:11), zonasi pada perairan air tawar berbeda
dengan zonasi perairan air laut. Zonasi perairan air tawar dapat dibedakan
berdasarkan letak dan intensitas cahaya sebagai berikut:
a. Zona Litoral
Merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan daratan.
Pada daerah ini terjadi pencampuran sempurna antara berbagai faktor fisika
kimiawi perairan. Organisme yang biasanya ditemukan antara lain adalah
tumbuhan aquatik berakar atau mengapung, siput, kerang, crustacea, serangga,
ampfibi, ikan, perifiton dan lain-lain.
b. Zona Limnetik
Merupakan daerah kolam air yang terbentang antara zona litoral di satu sisi dan
zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik, kimiawi
maupun kehidupan di dalamnya. Organisme yang hidup dan banyak ditemukan di
daerah ini antara lain ikan, udang dan plankton.
c. Zona Profundal
Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima sedikit cahaya
matahari dibandingkan daerah litoral dan limnetik. Bagian ini dihuni oleh sedikit
organisme terutama organisme bentik karnivor dan detrifor.

d. Zona Sublitoral
Merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan zona profundal. Sebagai
daerah peralihan zona ini banyak dihuni oleh banyak jenis organisme bentik dan
juga organisme temporal yang datang untuk mencari makan.
3. Karakteristik Perairan Telaga
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368
juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan
salju. Komposisi air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, dan
gunung es. Semua bentuk air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer
melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara terus menerus (Effendi,
2003:36). Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water)
dan air tanah (ground water). Air permukaan merupakan air yang berada di
waduk, sungai, danau, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami
peresapan ke dalam tanah. Telaga merupakan genangan air tawar dangkal yang
terbentuk secara alami dan masih dapat ditembus sinar matahari hingga bagian
dasarnya. Telaga banyak sekali terdapat di Indonesia. Telaga mendapat debit
airnya secara periodik di musim hujan, Pada musim kemarau kadang debit airnya
menyusut drastis. Menurut Masyamsir (2000:25), ciri - ciri telaga dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Banyak- terdapat tumbuh-tumbuhan litoral.
b. Biasanya danau terletak pada tempat yang datar, kadang-kadang terdapat di
pegunungan.
c. Air berwarna hijau sampai hijau kuning disebabkan oleh warna tumbuh -
tumbuhan yang terkandung dalam air danau sehingga kecerahan air rendah.
d. Kadar nitrat dan phospat tinggi.
e. Pada musim panas terjadi pengurangan oksigen karena kegiatan plankton
hewani.
f. Lumpur dasar danau, kaya akan bahan organik dan proses dekomposisi pada
lumpur danau biasanya kuat.
g. Banyak terdapat fitoplankton sehingga sering terjadi blooming.
Telaga dapat difungsikan sebagai daerah konservasi dan tempat
wisata alam yang memiliki sumber keanekaragaman hayati yang cukup besar.
Ekosistem telaga terdiri atas unsur organisme dan lingkungan yang saling
berinteraksi antar keduanya. Menurut Tansley (1978:32), semua organisme dan
lingkungannya yang terdapat dilokasi tertentu merupakan unsur-unsur yang oleh
para ahli ekologi disebut ekosistem. Ekosistem mesti terdiri dari satu atau
beberapa komunitas dan masing-masing komunitas terdiri produsen, konsumen
dan pengurai. Hubungan antara produsen, konsumen dan pengurai membentuk
mata rantai dan pada masing-masing rantai ini terjadi arus energi. Kegunaan
telaga, rawa dan danau sangat vital untuk penampung sementara akan limpahan
air hujan dan mempertahankarmya di musim kemarau. Kegunaan utama tersebut
merupakan hal yang wajar, namun masalah yang sangat dikhawatirkan adalah
kecepatan berubahnya fungsi sistem tersebut menjadi penampung berbagai
macam polutan dan limbah baik pabrik maupun rumah tangga (Bapedalda,
2002:17).
C. Faktor faktor yang mempengaruhi perairan
Beberapa nilai penting yaitu faktor abiotik yang sangat mempengaruhi

kehidupan organisme air meliputi:


a. Faktor Fisik

1) Suhu atau temperatur

Air mempunyai sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-
sama mengurangi perubahan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan terjadi
lebih lambat daripada udara. Variasi suhu dalam air tidak sebesar jika
dibandingkan di udara hal ini merupakan faktor pembatas utama karena
organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang sempit. Perubahan suhu
menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi yang amat mempengaruhi
kehidupan akuatik (Odum, 1993: 369-370). Kenaikan temperatur akan
menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut:

a) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.

b) Kecepatan reaksi kimia meningkat.

c) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.

d) Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati. ( Fardiaz,1992:22-23)

Temperatur mempunyai akibat yang bertolak belakang dalam proses


hidup, yaitu panas menaikkan energi kineti;molekul, karena itu mempercepat
reaksi kimia (proses biologis naik dua sampai empat kali lipat tiap temperatur naik
100C), dan senyawa biologis tertentu (enzim) menjadi tidak stabil dan tidak
berfungsi pada temperatur tinggi. Gabungan dari dua faktor ini akan
menghasilkan rentang temperatur optimum untuk proses biologi. Enzim biasanya
beradaptasi pada fungsi terbaik di dalam rentangan temperatur tertentu dalam
tubuh organisme (Hadisubroto, 1989: 25).

2) Kecepatan arus

Kecepatan arus dapat berpengaruh pada beberapa hal, antara lain oksigen terlarut
(DO), pH, dan juga kadar bahan yang terlarut pada air. Kecepatan arus dapat
bervariasi sangat besar di tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama
(membujur ataupun melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu. Di
dalam aliran yang besar atau sungai, arus dapat berkurang sedemikian rupa
sehingga menyerupai kondisi air yang tergenang (Odum, 1993: 393).

3) Kekeruhan atau turbiditas

Penetrasi cahaya seringkali terhalang oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi
zona fotosintesis yang merupakan habitat akuatik yang dibatasi oleh kedalaman.
Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas.Sebaliknya bila kekeruhan disebabkan
oleh mikroorganisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi prokdutivitas.
Kejernihan dapat diukur dengan alat yang sangat sederhana yang disebut akram
secchi. Fotosintesis masih dapat terjadi pada intensitas rendah, tingkatan 5%
menandai batas bawah kebanyakan zona fotosintesis (Odum, 1993: 370-71).

4) Substrat dasar

Tipe dasar yang dapat berupa kerikil, tanah liat, batuan utama atau pecahan batu
menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi dari komunitas dominan.
Dasar yang keras terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan tempat yang
cocok untuk organisme (binatang atau tumbuh-tumbuhan) untuk menempel atau
melekat. Dasar di air tenang yang lunak dan terus menerus berubah umumnya
membatasi organisme bentik yang lebih kecil sampai bentuk penggali, tetapi bila
kedalaman lebih besar lagi, yang gerakan airnya lebih lambat, lebih sesuai untuk

nekton, neuston dan plankton. Pasir atau lumpur halus biasanya merupakan tipe
dasar yang paling tidak sesuai dan mendukung jenis dan individu tanaman dan
binatang bentik. Dasar tanah liat umumnya lebih sesuai daripada pasir. Bidang
batu yang datar atau pecahan batu bisanya menghasilkan variasi organisme dasar
yang paling besar dan paling padat (Odum, 1993: 395).

b. Faktor Kimiawi

1) Derajat keasaman (pH)

Air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai pH berkisar


antara 6,5-7,5. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang
ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 1995:75). Bakteri, ikan, dan
plankton dipengaruhi oleh perubahan pH. Bakteri hidup subur di air yang sedikit
asam. Umumnya air yang tidak tercemar memiliki pH antara 6-7. Air dari pabrik
kertas, pabrik baja mungkin memiliki pH 3. Bila air melewati batu kapur
ataubatu berkarbonat, pH mungkin mencapai 10-11 (Hadisubroto, 1989:208-209).
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke
arah asam (pH turun) akan sangat menggangu kehidupan ikan dan hewan air di
sekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat
korosif terhadap baja dan menyebabkan pengkaratan pipa-pipa besi
(Fardiaz,1992:22).

2) Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)

Hampir semua organisme, termasuk tumbuh-tumbuhan hijau, memerlukan


oksigen untuk respirasi. Meskipun oksigen banyak dijumpai di atmosfer (kurang
lebuh 20%), namun oksigen tidak terlalu siap terlarut dalam air. Keterlarutan
oksigen dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas. Air tawar pada
temperatur 0 C mengandung konsentrasi oksigen kira kira 10 milimeter per liter
atau kira kira 1% dari volumenya atau 1/20 dari udara. Konsentrasi yang demikian
tidak pernah dicapai secara alami oleh air secara alami di alam, konsentrasi
biasanya bergerak dari maksimum 6 ml sampai nol (kondisi anaerobik)
(Hadisubroto, 1989:31). Oksigen merupakan salah satu faktor kritis dari
lingkungan air, karena temperatur turun, tingkat kejenuhan oksigen meningkat,
keterlarutan oksigen di air tawar juga lebih tinggi daripada air asin. Oksigen
tersedia bagi fotosintesis tumbuh tumbuhan dan pertukaran dengan atmosfer.
Karena sumber oksigen terlarut adalah dekat dengan permukaan, konsentrasi
oksigen akan menurun dengan makin dalamnya air. Pada temperatur kamar
jumlah oksigen terlarut dalam air adalah 8 milimeter per liter. Kebanyakan ikan
hidup pada konsentrasi 4mg/l (Hadisubroto, 1989:209). Aliran air biasanya
dangkal, luas permukaan yang berhubungan dengan udara, dan gerakan yang
tetap, aliran air biasanya mengandung oksigen dalam jumlah yang cukup, bahkan
dalam keadaan tanpa tumbuhan hijau. Organisme di aliran air biasanya
mempunyai toleransi yang sempit dan terutama peka terhadap kekurangan
oksigen (Odum, 1993: 394). Semakin rendah nilai DO suatu perairan, maka
semakin tinggi pencemaran dalam suatu ekosistem perairan tersebut.

4) Nitrat

Nitrogen selalu ada dalam ekosistem perairan dan kebanyakan melimpah dalam
bentuk gas. Secara reaktif jumlah yang sedikit ada dalam kombinasi bentuk
amonia (NH4-), nitrat (NO2-), urea (CO[NH2]2) dan terlarut dalam senyawa
organik. Nitrat secara normal paling umum adalah dalam bentuk kombinasi
nitrogen anorganik dalam danau dan aliran. Konsentrasi dan jumlah persediaan
nitrat sangat berhubungan dengan praktek penggunaan lahan di sekitar perairan.
Ion-ion nitrat bergerak dengan mudah melewati tanah dan dengan mudah hilang
dari tanah pada sistem drainase alami. Ini berbeda dengan ion-ion fosfat dan
amonium yang tertahan oleh partikel tanah (Goldman, 1983:131).

5) Fosfat

Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, fosfor adalah salah satu elemen
pembatas pertumbuhan fitoplankton, karena fosfor geokimia pada kebanyakan
kolam drainase bersama dengan kekurangan fosfor yang sama untuk fiksasi
nitrogen. Fosfat berbeda dengan nirat, diserap oleh partikel tanah dan tidak
bergerak dengan mudah oleh air tanah. Fosfor tidak dibutuhkan untuk
pertumbuhan dalam jumlah besar seperti karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen,
tetapi fosfor salah satu elemen pembatas di tanah dan air tawar. Alasan utama
untuk hal ini ada 3 hal yaitu: (1) fosfor mengandung mineral yang secara
geokimia langka dan jadi persediaan nutrisi normal yang berasal dari batuan yang
akan kekurangan fosfor, (2) tidak ada fase gas dalam siklus fosfor jadi tidak ada
persamaan dengan fiksasi nitrogen, dan (3) fosfor cukup reaktif untuk mengikat
dengan rapat pada variasi tanah (Goldman, 1983:132).

D. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Perairan dengan


Keanekaragaman Jenis Fitoplankton

Kandungan oksigen terlarut dalam perairan mempengaruhi kehidupan


organisme di dalamnya, sehingga dapat menimbulkan kompetisi untuk
memperoleh oksigen yang berguna untuk memenuhi kebutuhan proses
respirasi (Hammer, 1996). Kompetisi umumnya terjadi antara makhluk hidup
atau biota yang berada dalam sistem interaksi, bagi organisme yang lemah
akan punah, sebaliknya yang menang akan berkembang. Kompetisi akan
menimbulkan toleransi yang merupakan interaksi antara biota dengan faktor
lingkungan (Odum,1993). Selanjutnya toleransi akan terjadi proses untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Turbiditas atau kekeruhan dapat
mempengaruhi penentrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga
akan membatasi kelangsungan fotosintesis. Jika turbiditas suatu perairan
memiliki angka yang tinggi maka perairan itu sangat keruh sekali. Kekeruhan
bisa terjadi karena kandungan sedimen yang tinggi pada air yang akan
mempercepat pendangkalan sumber mata air. Kekeruhan didalam air terdiri
dari lempung, bahan organik dan mikroorganisme. Alga dalam jumlah besar
juga dapat mempengaruhi kekeruhan dan warna air. (Suripin,2002:113)

Anda mungkin juga menyukai