Anda di halaman 1dari 10

STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME AKUATIK PERAIRAN MENGGENANG,

MENGALIR DAN PAYAU


ABSTRAK
PENDAHULUAN

Struktur Komunitas Ekosistem Perairan Menggenang


Ekosistem perairan tergenang adalah suatu ekosistem yang pada
umumnya terdiri dari air tawar, dengan arus yang hanya sedikit atau
bahkan tidak ada. Ekosistem ini memiliki residence time lebih besar
daripada air mengalir. Air tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata
lenir yang tenang) yang terdiri dari danau, kolam, rawa atau pasir
terapung.
Pada ekosistem ini, karena memiliki residence time besar maka
lumpur dan materi yang lepas cenderung mengendap didasar, sehingga
dasarnya lunak (Odum, 1971). Semakin menjauhi pinggir, bagian
dasarnya
semakin
lunak/lembut.
Sehingga
perairan
tergenang
mempunyai batasan yang jelas yaitu batas perairan, pinggir perairan,
permukaan air, dan endapan bawah ataupun sifat dasar perairan yang
dapat berupa batuan, kerikil, ataupun lumpur.
Ciri-ciri ekosistem perairan tergenang ialah memiliki arus yang
tenang atau kecil, residence time panjang atau lebih lama dari ekosistem
air mengalir, stratifikasi suhu dan tekanan oksigennya lebih merata, serta
tidak ada adaptasi yang khusus dari organismenya.
Dari ciri diatas, suhu merupakan controlling faktor yang
mempengaruhi pada aktivitas molekular pada mata rantai metabolisme,
dimana adanya peningkatan suhu perairan mengakibatkan menurunnya
jumlah oksigen terlarut dalam air sehingga mempercepat reaksi kimia.
Cahaya merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan laju
produktivitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan factor
pembatas yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd,
1982 in Hardiat Riswanda. 1997).
Nilai kecerahan 30-60 cm cukup baik untuk produksi perikanan,
kurang dari 30 cm akan mengurangi kandungan oksigen terlarut,
sedangkan lebihnya dari 60 cm akan mengakibatkan sinar matahari akan
menembus ke bagian yang lebih dalam dan mendorong pertumbuhan
tanaman air (Boyd and Lichkopper, 1979). Menurut Suryasa (1997), untuk
menjaga kelangsungan hidup organisme selain suhu juga perlu
memperhatikan kadar DO dan BOD dalam perairan.
Menurut Odum (1971), pola daptasi organisme perairan
tergenang diantaranya cenderung mengendap di dasar terutama untuk
bentos, mudah mengapung untuk mendapat makanan, dan biasanya
hidup soliter karena adanya arus yang lambat.
Menurut Odum (1971) mengacu dalam Suryasa (1997), komposisi
jenis-jenis organisme perairan tergenang yaitu domonansi plankton,
perifiton, benthos yang sangat sedikit, neuston dan nekton yang hidup
berpindah-pindah.
Struktur Komunitas Ekosistem Perairan Mengalir

Ekosistem perairan mengalir adalah ekosistem perairan air tawar


yang sifat perairannya mengalir atau bergerak. Pada ekosistem ini
terdapat aliran air atau arus yang mempengaruhi interaksi antar
komponen didalamnya. Selain itu, juga terjadi interaksi antara faktorfaktor fisika, kimia dan biologi sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem
ini merupakan ekosistem perairan yang dinamis dan harmonis (Odum,
1971).
Ekosistem perairan mengalir mempunyai dua bagian penzonasian
(Odum, 1971) yaitu :
a. Rapid zone (zona air deras)
Daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang
lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang
beradaptasi khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau
berpegang dengan kuat pada dasar yang padat, dan oleh nekton yang
kuat berenang. Pada zona ini, karena arus cukup kuat maka dapat
mencegah terjadinya akumulasi lumpur dan partikel lainnya. Zona ini
mempunyai dasar yang keras untuk menmpelnya benthos (Lumban
Batu, 1983).
b. Pools zone (zona air tenang)
Daerah yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka
lumpur dan materi lepas cenderung mengendap didasar, sehingga
dasarnya lunak, tidak sesuai untuk benthos permukaan tapi cocok
untuk penggali nekton pada beberapa kasus, plankton.
Ekosistem sungai merupakan ekosistem yang dinamis. Sungai
mentransportasikan bahan-bahan yang tererosi (terlarut maupun
tersuspensi) dalam jumlah yang sangat besar.
Pada air sungai terdapat dua jenis aliran, yaitu aliran air deras dan
aliran tenang (Odum, 1971). Perbedaan aliran ini menimbulkan
perbedaan tipe organisme didalamnya. Selain itu tipe seperti kerikil,
tanah liat ataupun pecahan batuan utama juga menjadi penyebab
perbedaan jenis organisme, sifat komunitas serta kerapatan populasi
dan komunitas yang dominan.
Menurut Odum (1971), ekosistem sungai berbeda dengan
ekosistem perairan tergenang. Pada umumnya berputar disekitar 3 kondisi
:
1. Arus
Arus yang tertentu dan berkesinambungan merupakan ciri
utama dari habitat lotik. Selain itu, menjadi faktor yang paling
mengendalikan dan faktor pembatas di aliran air. Walaupun arus
adalah faktor pembatas di perairan mengalir tetapi ada organisme
yang menyenangi arus yang cukup kuat tersebut. Organisme ini
disebut organisme rheofilik. Organisme tersebut biasanya berenang
ke hulu sungai untuk melakukan reproduksi.
2. Pertukaran air dan tanah
Pertukaran yang relatif terjadi lebih ekstensif pada aliran air,
yang menghasilkan ekosistem lebih terbuka dan suatu metabolisme

komunitas tipe heterofilik. Sedangkan pada ekosistem lentik relatif


tertutup (Yulianda, 1994).
3. Tekanan oksigen
Pada perairan mengalir aliran air biasanya dangkal, luas
permukaannya berhubungan dengan udara dan gerakan yang
tetap, sehingga aliran air biasanya mengandung oksigen dalam
jumlah cukup, bahkan dalam keadaan tanpa tanaman hijau. Oleh
karena itu binatang aliran air biasanya mempunyai toleransi yang
sempit dan terutama peka terhadap kekurangan oksigen.
Pola adaptasi khusus sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup
di ekosistem perairan mengalir. Hal ini disebabkan oleh adanya arus
sehingga adaptasinya akan mengarah kepada bagaimana caranya untuk
mempertahankan posisi pada perairan mengalir (Odum, 1971).
Menurut Odum (1971), untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi
pada arus sungai yang cepat, maka organisme komunitas air deras akan :
a. Melekat permanen pada substrat yang kokoh dan baerserabut
panjang
b. Memiliki badan yang pipih atau stream line
c. Mencari tempat berlindung dibawah batu.
d. Memiliki kait dan penghisap untuk berpegangan pada permukaan.
Selain itu, kait dan penghisap juga berfungsi sebagai pelindung dan
penangkap makanan.
e. Memiliki bagian bawah dari badan yang lengket sehingga dapat
melekatkan diri pada permukaan.
f. Memiliki bentuk tubuh yang stream line sehingga air yang mengalir
melalui tubuhnya hanya akan menyebabkan tekanan yang
minimum.
g. Thigmotaksis positif.
Struktur Komunitas Ekosistem Perairan Payau
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat
dan laut. Oleh karena itu kawasan hutan mangrove merupakan suatu
ekosistem yang kompleks dan mempunyai kaitan yang baik dengan
ekosistem darat maupun dengan ekosistem lepas pantai yang berada di
luarnya (Odum,1971). Selain itu, pada ekosistem mangrove terjadi
hubungan timbal balik antara makhluk hidup di dalamnya dengan
lingkungan abiotik disekitarnya dan merupakan mata rantai perputaran
hara yang penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi
perairan. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau
pantai-pantai yang datar, biasanya ditempat yang tidak ada muara
sungainya, hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang
mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak
mengandung lumpur dan pasir mangrove tumbuh meluas (Nontji, 2002 in
Chairunnisa, 2004).

Berbagai macam biota hidup berdampingan di mangrove seperti


ikan, moluska, udang, kepiting dan cacing. Mangrove merupakan habitat
bagi biota-biota akuatik. Fungsi ekologis mangrove adalah sebagai daerah
asuhan (nursery ground), daerah tempat mencari makan (feeding ground)
dan daerah pemijahan (spawning ground), (Bengen, 2000 in Sari, 2004).
Areal hutan mangrove juga merupakan penghasil bahan produksi, seperti
kayu yang berguna bagi pembuatan chip (kayu olahan) dan bahan bakar.
Mangrove termasuk pohon dan semak-semak (dikotil dan monokotil)
yang berada didaerah yang dipengaruhi oleh pasang surut dan berfungsi
melindungi pantai dari aksi gelombang dan sedimentasi yang tinggi (Arief,
2003 in Sari, 2004).
Mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika
dibandingkan dengan ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi
yang agak beragam, serta mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai
lapisan tajuk dengan bentukan yang khas dan selalu hijau. Berdasarkan
pendekatan ekologis, ekosistem mangrove dengan mudah dapat dilihat
dan dibedakan dengan ekosistem lainnya karena membentuk suatu
pemandangan yang khas pada garis pantai. Di dalamnya terdapat
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan seperti jenis Rhizophora sp,
Avicenia sp, Bruguiera sp dan lain-lain. Peranan ekologis sebagai sumber
energi dalam rantai makanan binatang perairan pemakan detritus sangat
penting.
Tumbuhan
mangrove
sebagaimana
tumbuhan
lainnya
mengkonversi cahaya matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan
tumbuhan (bahan organik) melalui proses fotosintesis (Bengen, 2000 in
Chairunnisa, 2004).
Pohon mangrove memiliki struktur anatomi yang unik untuk
beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Menurut Bengen ada beberapa
adaptasi yang dilakukan pohon mangrove yaitu: adaptasi terhadap kadar
O2 yang rendah terdapat pada bentuk perakaran tipe cakar ayam yang
mempunyai pneumatophora (misalnya pada Avicenia sp, Xylocarpus sp,
dan Sonnetaria sp ) untuk mengambil O2 dari udara dan tipe penyangga
atau tongkat yang mempunyai lentisel (Rhizophora sp), adaptasi terhadap
kadar garam tinggi ditunjukkan dengan adanya sel-sel khusus dalam daun
untuk menyimpan garam, struktur daun yang tebal dan kuat banyak
mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam, dan adanya
stomata khusus untuk mengurangi penguapan, serta adaptasi terhadap
tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut dilakukan dengan
mengembangkan struktur akar yang ekstensif dan membentuk jaringan
horizontal yang lebar.
Adaptasi tumbuhan mangrove terhadap keadaan tanah dan
kekurangan oksigen dalam tanah adalah melalui morfologi sistem
perakaran yang khas dan berfungsi sebagai akar nafas (pneumatofora)
serta penunjang tegaknya akar (Istomo, 1992 in Harianka, 2002).
Mangrove memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi karena
karakteristik yang khas (Ashton et al, 2003 in Sari 2004). Vegetasi
mangrove memberikan kontribusi yang besar terhadap kompleksitas
habitat dan keanekaragaman fauna yang hidup di dalamnya (Hutchings et
al, 2000 in Sari 2004). Makrofauna yang mendominasi dalam hal

keanekaragaman spesies dan jumlah adalah krustasea dan moluska


(Sasekumar, 1974, in Sari 2004).
Menurut Odum (1971) mekanisme zonasi terhadap tegakan
mangrove merupakan salah satu yang penting. Zonasi ini terbentuk
karena adanya pengaruh interaksi beberapa faktor seperti frekuensi dan
lamanya penggenangan, salinitas, tanah, tersedianya sinar matahari,
aliran pasang-surut dan aliran air tawar. Menurut Bengen (2000) salah
satu tipe zonasi hutan mangrove Indonesia adalah daerah yang paling
dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh
Avicennia sp dan biasanya berasosiasi dengan Sonneratia sp; Lebih ke
arah darat umumnya didominasi oleh Rhizopora sp, Bruguiera sp dan
Xylocarpus sp; zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera sp; zona
transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa
ditumbuhi oleh Nypa fruticans dan beberapa spesies palem lainnya.
Hutan mangrove dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
tetapi harus dilakukan dengan asas kelestarian. Pemanfaatan kawasan
pantai memang harus ditertibkan sehingga kerusakan dan dampaknya
dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan adanya mangrove maka
kerusakan pantai, usaha tambak udang atau kegiatan lainnya yang
disebabkan abrasi gelombang laut dapat dicegah (Karden, 2003). Selain
itu hutan mangrove mempunyai peranan yang sangat penting baik
sebagai persediaan sumberdaya hayati yaitu kayunya dapat digunakan
sebagai bahan bangunan, energi dan menghasilkan pulp bagi pabrik
kertas.
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk lebih mengetahui, mempeajari,
menganalisis, menganalisis, serta mengkaji komponen penyusun ekosistem perairan
tergenang (khususnya situ) serta interaksi yang terjadi di antara komponen penyusunnya.
Hal ini akan menjadi acuan untuk memudahkan menganalisis sampel biologi dan analisis
data pada saat praktikim.

METODOLOGI
A. Indeks Keanekaragaman Shannon (H)

1. Plankton (Fitoplankton dan Zooplankton)


s

H =

pi ln pi

ni
Pi = N

i 1

2,303 pi log pi
i 1

2. Perifiton
s

H =

pi log pi
i 1

ni
Pi = N
3. Bentos
s

H =

pi log 2 pi
i 1

3,32 pi log pi
i 1

ni
Pi = N
Keterangan : ( Untuk Plankton, Perifiton, dan Bentos)
H
= Indeks keanekaragaman Shannon
Pi : ni/N = Komposisi organisme jenis ke-i
ni
= Jumlah organisme
N
= Jumlah total organisme
S
= jumlah spesies atau genus

B. Indeks Keseragaman / Eveness (E)


1. Plankton
E = H/ln S = H/ 2,302 log S
2. Perifiton
E= H/log S
3. Bentos
E = H/log2S = H/3,32log S
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H = Indeks Keseragaman Shannon
S = Jumlah spesies atau genus
C. Indeks Dominansi (C) untuk Plankton, Perifiton dan Bentos
s

C=

pi

i 1

Keterangan :
C: Indeks dominansi Simpson
Pi : ni/N = Komposisi organisme jenis ke-i
Ni
= Jumlah organisme
N
= Jumlah total organisme
S
= Jumlah spesies atau genus organism

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Struktur Komunitas Plankton
Tabel 1. Data Plankton
Ekosistem Perairan Menggenang
Spesies
Jml Organisme
Chaetophora
3
Cladophora
2
Closterium
5
Cosmarium
4
Nitzschia
9
Oscillatoria
2
Synedra
5

Ekosistem Perairan Mengalir


Spesies
Jml Organisme
Ankistroderma
1
Closterium
12
Cyclotella
2
Protococcus
1
Nitzehla
3
Richterella
1
Stephanodiscus
1
Synedra
2

Chilodonella
Codonella
Coleps
Dileptus
Euglypha
Synura
TOTAL

Astasia
Euglypha

3
4
4
3
5
1
50

Ekosistem Perairan Payau


Spesies
Jml Organisme
Closterium
37
Campylodiscus
4
Docidium
3
Nitzschia
22
Anabaena
14
Tetmemorus
1
Microspora
1
Phormidium
1
Penium
3
Synedra
4
Nostoc
7

2
1

26

97

Tabel 2. Data Plankton (Kelompok Lain)


Spesies

Acroperus

Jml Organisme

11

Spesies

Gonatozygon

Jml Organisme

Spesies
Astasia
Euglena
Nitzschia
Paramena
Synedra
Nematoda worm

Jml Organisme
19
21
11
18
16
1

Brachianus
Cyclop
Daphnia

3
2
8

TOTAL

24

Jenis Komunitas

Testudinella
Synedra
Mesothaenium
Nitzschia
Closterium
Melosirane
Pediastrum

1
6
6
1
1
1
1
18

86

Tabel 3. Indeks H, E, C
Indeks Keragaman Indeks
Keseragaman
2.44822
0.9547

Indeks Dominasi

Perairan
Menggenang
Perairan Mengalir 1.627486

0.7

0.251479

Perairan Payau

0.5494

0.228611

Jenis Komunitas

1.317058

0.096

Tabel 4. Indeks H, E, C (Kelompok Lain)


Indeks Keragaman Indeks
Indeks Dominasi
Keseragaman
1.190997
1.6506
0.34375

Perairan
Menggenang
Perairan Mengalir 1.696171

0.8155

0.240741

Perairan Payau

0.9406

0.203353

1.685001

B. Struktur Komunitas Perifiton


Tabel 5. Data Perifiton
Spesies
Ankistrodesmus
Closterium
Euglena
Malmonas
Volvox

Jml Organisme
15
14
18
20
13

Spesies
Closterium
Navicula
Netrium
Perium
Rotaria

Jml Organisme
33
15
25
10
33

Spesies
Closterium
Nitzschia
Penrum
Synedra

Jml Organisme
33
3
1
8

TOTAL

80

116

45

Tabel 6. Data Perifiton (Kelompok Lain)


Spesies
Ankistrodesmus
Crusigenia
Coleosphaerium
Dreparnaldia
Micropora
Mougeotia
TOTAL

Jenis Komunitas

Jml Organisme
Spesies
Nematoda
20
Physarum
6
2
7
1
2
38

Jml Organisme
Spesies
3
Cladophora
8
1
10
1

Spirostomum
Synedra
Gonatozygot

Closterium
Chaetophora
Gonatozigon
Phormidium

Indeks Dominasi

Perairan
Menggenang
Perairan Mengalir 1.522071

2.1776

0.232461

Perairan Payau

1.3284

0.574321

Jenis Komunitas

Tabel 8. Indeks H, E, C
Indeks Keragaman Indeks
Keseragaman
1.346798
1.7308

0.205313

Indeks Dominasi

Perairan
Menggenang
Perairan Mengalir 1.268017

1.814122

0.330813

Perairan Payau

2.3707

0.283951

1.427318

1
2
1
1

23

Tabel 7. Indeks H, E, C
Indeks Keragaman Indeks
Keseragaman
1.596649
2.2842

0.799782

Jml Organisme
4

0.342105

C. Struktur Komunitas Benthos


Tabel 9. Struktur Komunitas Benthos
Spesies
Bythinia
Goniobasis
Gyraulus
Margantifera
Pleurocera

Jml Organisme
4
38
1
5
32

Spesies
Byhinia
Campeloma
Goniobasis
Hydroba
Phylopotamus

Jml Organisme
Spesies
Goniobasis
2
Ancylus
3
Planaria
2
1
3

Jml Organisme
1
1
6

Valuata
Viviparus
TOTAL

7
8
95

Pleurocea

1
12

Tabel 10. Struktur Komunitas Benthos (Kelompok Lain)


Spesies
Campeloma
Goniobasis
TOTAL

Jenis Komunitas

Jml Organisme
Spesies
Glossoma
6
Eubranchipus
2
8

Jml Organisme
3
14
17

Tabel 11. Indeks H, E, C


Indeks Keragaman Indeks
Keseragaman
1.47013
0.52397

Spesies

Indeks Dominasi

Perairan
Menggenang
Perairan Mengalir 1.704859

0.6599

0.194444

Perairan Payau

0.4645

0.59375

Jenis Komunitas

0.735754

Tabel 12. Indeks H, E, C


Indeks Keragaman Indeks
Keseragaman
0.810807
0.81127

Perairan
Menggenang
Perairan Mengalir 0.671905

0.67229

Perairan Payau

Jml Organisme

0.290637

Indeks Dominasi
0.625
0.709343

Anda mungkin juga menyukai