Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bioma


B. Macam dan Karakteristik Bioma
Bioma bumi merupakan daerah kehidupan perairan dan darat utama, yang
dicirikan oleh jenis vegetasi pada bioma darat atau lingkungan fisik pada
bioma perairan. Para ahli ekologi membedakan antara bioma perairan
tawar dan bioma laut berdasarkan perbedaan kimiawi dan fisik. Misalnya,
bioma laut memiliki kadar garam rata – rata sebesar 3%, sementara bioma
perairan tawar memiliki kadar garam yang kurang dari 0,1%. Berikut
macam – macam bioma dan karakteristiknya, yaitu:
1. Bioma Perairan
Merupakan sistem yang beraneka ragam dan dinamis yang
melingkupi sebagian besar bumi. Banyak bioma perairan terstratifikasi
secara fisik dan kmiawi. Sinar diserap oleh air itu sendiri maupun
organisme –organisme fotosintetik di alam air, sehingga intensitas
sinar menurun dengan cepat seturut kedalaman. Para ahli ekologi
membedakan antara zona fotik atas, dimana ada cukup sinar untuk
fotosintesis, dan zona afotik di sebalah bawah, yang hanya ditembus
sedikit sinar. Di dasar semua bioma perairan, terdapat substrat yang
disebut zona bentik. Zona bentik tersusun atas pasir dan sedimen
organic serta anorganik, zona bentik juga ditempati oleh komunitas
organisme secara kolektif disebut dengan bentos. Sumber makanan
utama banyak spesies bentik adalah materi organic mati yang disebut
dengan istilah detritus yang tenggelam dari perairan permukaan
produktif di zina fotik. Zona abisal adalah bagian zona bentik yang
terletak antara 2.000 dan 6.000 di bawah permukaan laut.
Energi termal dari sinar matahari menghangatkan perairan
permukaan sampai ke kedalaman yang bisa ditembus sinar, namun
perairan yang lebih dalam tetap dingin. Termoklin adalah selapis tipis
tempat terjadi perubahan suhu mendadak (Campbell, N.A., dkk, 2008).
Berikut gambar dari lingkungan laut dan danau:

a.
Gambar Zonasi danau

b. Gambar Zonasi Laut


Bioma perairan dibagi menjedai beberapa macam, diantaranya yaitu:

a. Danau
1) Lingkungan Fisik
Badan air diam berkisar dari kolam yang berukuran beberapa meter
persegi sampai danau yang melingkupi ribuan kilometer persegi.
Semakin dalam danau, semakin sedikit cahaya, sehingga terbentuk
stratifikasi. Danau yang memiliki suhu sedang kemungkinan memiliki
termoklin musiman, sedangkan danau dataran rendah tropis memiliki
termoklin sepanjang tahun.
2) Lingkungan Kimiawi
Kadar garam, kadar oksigen, dan kandungan nutrient sangat berbeda
dari satu danau ke danau lain, serta dapat bervariasi seturut musim.
Danau oligotrofik rendah nutrient dan banyak oksigen; danau eutrofik
banyak nutrient dan sering kehabisan oksigen di zona terdalam saat
musim panas dan jika tertutupi es pada musim dingin.
3) Ciri Geologi
Danau oligotrofik mungkin lama – kelamaan menjadi lebih eutrofik
sebab gelontoran menambahkan sedimen dan nutrient ke dalam danau.
Danau oligotrofik cenderung memiliki luas permukaan yang lebih
kecil relative terhadap kedalaman daripada danau eutrofik.
4) Organisme Fotosintetik
Tumbuhan air yang berakar dan mengambang hidup di zona litoral,
perairan dangkal yang memperoleh banyak cahaya dekat pesisir. Lebih
jauh dari pesisir, di mana air terlalu dalam untuk menyokong
kehidupan tumbuhan air berakar, zona limnetic dihuni oleh berbagai
macam fitolpankton dan sianobakteri.
5) Heterotrof
Di zona limnetic, heterotrof kecil yang terbawa arus, atau zooplankton,
memakan fitoplankton. Zona bentik dihuni oleh beraneka ragam
invertebrata dengan komposisi spesies yang bergantung sebagian pada
tingkat oksigen. Ikan hidup di semua zona dengan cukup oksigen.
6) Dampak Manusia
Gelontoran dari lahan yang dipupuk dan pembuangan limbah
menyebabkan nutrient menjadi lebih banyak, dan menyebabkan
ledakan alga, deplesi oksigen, dan kematian ikan.
b. Lahan Basah
1) Lingkungan Fisik
Habitat yang terendam air setidaknya selama beberapa waktu dalam
setahun dan yang menyokong kehidupan tumbuhan yang teradaptasi
terhadap tanah yang jenuh air. Sejumlah lahan basah selalu terendam
air, sementara yang lain terkadang banjir.
2) Lingkungan Kimiawi
Karena produksi organic yang tinggi oleh tumbuhan dan dekomposisi
oleh mikroba serta organisme lain, air dan tanah secara berkala hanya
mengandung sedikit oksigen terlarut. Lahan basah memiliki
kemampuan tinggi untuk menyaring nutrien terlarut dan polutan kimia.
3) Ciri Geologi
Lahan basah cekungan (basin wetland) adalah cekungan dangkal,
mulai dari pelekukan di dataran tinggi sampai danau dan kolam yang
terisi air hujan. Lahan basah tepi sungai (riverine wetland) berkembang
di sepanjang tepian sungai dan anak sungai yang dangkal dan banjir
secara berkala. Lahan basah tepian (fringe wetland) terjadi di
sepanjang pesisir danau besar dan lautan, tempat air mengalir maju-
mundur akibat kenaikan muka danau atau kerja pasang. Dengan
demikian, lahan basah tepian mencakup bioma perairan tawar maupun
laut.
4) Organisme Fotosintetik
Lahan basah adalah salah satu bioma terproduktif di bumi. Tanah yang
jenuh air mendukung pertumbuhan tumbuhan seperti pond yang
mengapung dan buluh yang muncul dari air. Ada pula banyak jenis
sedge, tamarack, dan black spruce, yang memiliki adaptasi yang
memungkinkan pertmbuhan di air atau tanah vang secara berkala
anaerobik akibat keberadaan air tidak teraerasi. Tumbuhan berkayu
mendominasi vegetasi rawa-rawa, sementara lumut sphagnum
mendominasi lahan gambut.
5) Heterotrof
Lahan basah merupakan rumah bagi komunitas invertebrate yang
beraneka ragam, yang menyokong pertumbuhan berbagai macam
burung. Herbivor, mulai dari krustasea dan larva air hingga tikus
kesturi (muskrat), mengonsumsi alga, detritus, dan tumbuhan.
Karnivora juga bervariasi, dan bisa mencakup capung, linsang, buaya,
dan burung hantu.
6) Dampak Manusia
Pengeringan dan penimbunan telah menghancurkan sampai 90% lahan
basah, padahal lahan semacam itu membantu memurnikan air dan
mengurangi banjir tinggi.
c. Anak Sungai dan Sungai
1) Lingkungan Fisik
Ciri fisik paling menonjol pada sungai dan anak sungai adalah arus.
Arus hulu umumnya dingin, jernih, berputar-putar, dan kencang. Ke
arah hilir, di mana banyak anak sungai bergabung membentuk sungai,
air umumnya lebih hangat dan lebih keruh karena sedimen yang
tersuspensi. Anak sungai dan sungai terstratifikasi menjadi sejumlah
zona vertical.
2) Lingkungan Kimiawi
Kandungan garam dan nutrien anak sungai dan sungai meningkat dari
hulu ke hilir. Hulu biasanya kaya oksigen. Air di hilir juga mungkin
mengandung cukup banyak oksigen, kecuali jika ada pengayaan
organik. Sebagian besar zat organik dalam sungai terdiri dari material
terlarut atau sangat terfragmentasi yang terbawa oleh arus dari anak
sungai yang berhutan.
3) Ciri Geologi
Saluran anak sungai di hulu seringkali sempit, berdasar batu, dan
bersilih-berganti antara bagian dangkal dan kolam yang lebih dalam.
Bentangan hilir sungai umumnya lebar dan berkelok-kelok. Dasar
sungai seringkali berlempung akibat sedimen yang tertumpuk dalam
waktu lama.
4) Organisme Fotosintetik
Aliran hulu yang mengalir melalui padang rumput atau gurun mungkin
kaya fitoplankton atau tumbuhan air berakar.
5) Heterotrof
Ikan dan invertebrata yang amat beraneka ragam menghuni sungai dan
anak sungai yang tidak tercemar, serta tersebar berdasarkan, dan di
seluruh, zona vertikal. Dalam anak sungai yang mengalir melalui hutan
beriklim sedang atau tropis, zat organik dari vegetasi darat merupakan
sumber utama makanan untuk konsumen akuatik.
6) Dampak Manusia
Polusi dari kota, pertanian, dan industry menurunkan kualitas air dan
membunuh organisme akuatik. Pembendungan dan control banjir
merusak fungsi alami ekosistem anak sungai dan sungai serta
mengancam spesies – spesies pemigrasi seperti salem.
d. Estuari (Muara)
1) Lingkungan Fisik Estuari (estuary)
Adalah daerah transisi antara sungai dan lautan. Air lautt mengalir
dalam saluran estuari selama pasang naik dan kembali ke laut selama
surut. Seringkali, air laut berdensitas lebih tinggi menempati dasar
saluran dan bercampur sedikit dengan air sungai yang berdensitas lebih
rendah di permukaan.
2) Lingkungan Kimiawi
Kadar garam bervariasi di tempat-tempat berbeda di estuari, dari nyaris
sama dengan air tawar sampai dengan air laut. Kadar garam juga
bervariasi seturut pasang naik dan pasang surut. Nutrien dari sungai
menjadikan estuari, seperti lahan basah, salah satu bioma paling
produktif.
3) Ciri Geologi
Pola aliran estuari, dikombinasikan dengan sedimen yang dibawa oleh
sungai dan air pasang, menciptakan jejaring kompleks saluran pasang-
surut, pulau, parit alami, dan daratan lumpur.
4) Organisme Fotosintetik
Rumput dan alga paya-paya, termasuk fitoplankton, adalah produsen
utama di estuari.
5) Heterotrof
Estuari menyokong banyak cacing, tiram, kepiting, dan spesies ikan
yang dikonsumsi manusia. Banyak invertebrata dan ikan laut
menggunakan estuari sebagai daerah berbiak atau bermigrasi melalui
estuari menuju habitat perairan tawar di hulu. Estuari juga menjadi
wilayah mencari makan yang amat penting bagi unggas air dan
beberapa mamalia laut.
6) Dampak Manusia
Polusi dari hulu, juga penimbunan dan pengerukan, telah mengacaukan
estuari di seluruh dunia.
e. Zona Intertidal
1) Lingkungan Fisik Zona intertidal (intertidal zone)
Secara berkala terendam oleh pasang naik dan kering lagi saat pasang
surut, dua kali sehari pada kebanyakan pesisir laut. Zona atas
mengalami pemaparan yang lebih lama ke udara dan variasi suhu serta
kadar garam yang lebih besar. Perubahan pada kondisi fisik dari zona
intertidal atas ke zona intertidal bawah membatasi distribusi banyak
organisme ke lapisan tertentu.
2) Lingkungan Kimiawi
Kandungan oksigen dan nutrien umumnya tinggi dan diperbarui setiap
kali pasang berganti.
3) Ciri Geologi
Substrat zona intertidal, yang umumnya berbatu atau berpasir,
menyeleksi perilaku dan anatomi organisme intertidal. Konfigurasi
teluk atau garis pesisir memengaruhi magnitudo pasang kepada
pengaruh gelombang.
4) Organisme Fotosintetik
Alga laut yang hidup melekat dan beraneka ragam serta berbiomassa
tinggi menghuni zona. intertidal berbatu, terutama di zona bawah.
Zona intertidal berpasir yang terpapar kepada pengaruh gelombang
yang kencang umumnya tidak memiliki tumbuhan atau alga yang
melekat, sementara zona intertidal berpasir pada teluk atau laguna
yang terlindung seringkali menyokong kehidupan rumput laut dan alga
yang melimpah.
5) Heterotrof
Banyak hewan di lingkungan intertidal berbatu memiliki adaptasi
struktural yang memampukan pelekatan ke substrat keras. Komposisi,
densitas, dan keanekaragaman hewan sangat berubah dari zona
intertidal atas ke zona bawah. Banyak hewan di zona intertidal berpasir
atau berlumpur, misalnya cacing, kima, dan krustasea pemangsa,
mengubur diri dan makan saat pasang membawa sumber makanan.
Hewan-hewan lain yang umum ditemukan adalah spons, anemon laut,
ekinodermata, dan ikan-ikan kecil.
6) Dampak Manusia
Polusi minyak telah merusak banyak daerah intertidal.
f. Zona Pelagik Samudera
1) Lingkungan Fisik
Zona pelagik samudera (oceanic pelagic rone) adalah laut biru lepas
yang amat luas, terus-menerus diaduk oleh arus samudera yang
terdorong angin. Oleh karena tingkat kejernihan air yang tinggi, zona
fotik membentang hingga jauh lebih dalam daripada di perairan pesisir
laut.
2) Lingkungan Kimiawi
Kandungan oksigen umumnya tinggi. Kadar nutrien umumnya lebih
rendah daripada di perairan pesisir. Karena terstratifikasi secara termal
sepanjang tahun, beberapa wilayah tropis zona pelagik samudera
memiliki kadar nutrien yang lebih rendah daripada samudera beriklim
sedang. Pergantian arus antara musim gugur dan musim semi
memperbarui nutrien di zona fotik laut terbuka yang beriklim sedang
dan berlintang tinggi.
3) Ciri Geologi
Bioma ini menutupi kira-kira 70% permukaan bumi dan berkedalaman
rata- rata hampir 4.000 m. Titik terdalam di samudera terletak lebih
dari 10.000 m di bawah permukaan.
4) Organisme Fotosintetik
Organisme fotosintetik dominan adalah fitoplankton, termasuk bakteri
lotosintetik, yang hanyut terbawa arus samudera. Pergantian musim
semi dan pembaruan nutrien di samudera beriklim sedang
menyebabkan pesat fitoplankton. Karena bioma samudera ini
sedemikian luas, planton fotosintetik melaksanakan sekitar separuh
aktivitas fotosintetik di bumi.
5) Heterotrof
Heterotrof paling melimpah di bioma ini adalah zooplankton. Protista
ini, cacing, kopepoda, krill serupa-udang, ubur-ubur, dan larva kecil
invertebrata dan ikan memakan plankton fotosintetik. Zona pelagik
samudera juga mencakup hewan perenang-bebas, misalnya cumi-cumi
besar, ikan, penyu, dan mamalia laut.
6) Dampak Manusia
Penangkapan ikan berlebihan telah menghabiskan kumpulan ikan di
semua samudera bumi, yang juga telah dicemari oleh pembuangan
limbah.
g. Terumbu Karang
1) Lingkungan Fisik
Sebagian besar penyusun terumbu karang (coral reef) adalah rangka
kalsium karbonat koral. Koral pembangun terumbu dangkal hidup di
zona fotik pada lingkungan laut tropis yang relatif stabil dengan
tingkat kejernihan air tinggi, terutama di pulau-pulau dan sepanjang
tepian beberapa benua. Koral tersebut sensitif terhadap suhu di bawah
sekitar 18-20°C dan di atas 30°C. Terumbu karang laut-dalam,
ditemukan di kedalaman antara 200 dan 1.500 m, tidak diketahui
sebaik terumbu dangkal, namun menampung keanekaragaman yang
sama banyak dengan terumbu dangkal.
2) Lingkungan Kimiawi
Koral membutuhkan kandungan oksigen yang tinggi dan terhambat
oleh masukan air tawar dan nutrien yang tinggi.
3) Ciri Geologi
Koral membutuhkan substrat padat untuk melekat. Terumbu karang
tipikal bermula sebagai terumbu tepi (fringing reef) di pulau yang
masih muda di atas air, kemudian membentuk terumbu penghalang
(barrier reef) seiring pertambahan usia pulau, dan menjadi atol karang
(coral atoll) sewaktu pulau yang telah tua tenggelam.
4) Organisme Fotosintetik
Alga uniseluler hidup di dalam jaringan koral, membentuk hubungan
mutualistik yang memberikan molekul organik pada koral. Beraneka
ragam alga merah dan hijau multiseluler yang tumbuh di terumbu juga
melaksanakan cukup banyak fotosintesis.
5) Heterotrof
Koral, sekelompok kindaria beraneka ragam), merupakan hewan
dominan di terumbu karang.
6) Dampak Manusia
Pengambilan rangka koral dan penangkapan ikan berlebihan telah
mengurangi populasi koral dan ikan terumbu. Pemanasan global dan
polusi juga turut berperan dalam kematian koral berskala besar.
Pembangunan di mangrove pesisir untuk akuakultur juga telah
mengurangi daerah pemilihan banyak spesies ikan terumbu.
h. Zona Bentik Laut
1) Lingkungan Fisik
Zona bentik laut (marine benthic zone) terdiri atas dasar laut di bawah
zona perairan permukaan pesisir, atau neritik (neritic), dan zona
pelagik lepas pesisir. Kecuali daerah dekat pesisir yang dangkal, zona
bentik laut tidak menerima cahaya matahari. Suhu air berkurang
seiring kedalaman, sementara tekanan meningkat. Sebagai akibatnya,
organisme dalam zona bentik yang amat dalam atau abisal (abyssal)
teradaptasi terhadap suhu dingin terus-menerus (sekitar 3 °C) dan
tekanan air yang amat tinggi.
2) Lingkungan Kimiawi
Kecuali di beberapa wilayah pengayaan organik, oksigen terdapat
dalam kadar yang cukup untuk menyokong beraneka ragam hewan.
3) Ciri Geologi
Sedimen lunak menutupi sebagian besar zona bentik. Akan tetapi,
terdapat daerah substrat berbatu di terumbu, pegunungan dasar laut,
dan kerak samudera baru.
4) Autotrof
Organisme fotosintetik, terutama rumput laut dan bentik. Akan tetapi,
terdapat daerah subtrat berbatu di terumbu, zona pegunungan dasar
laut, dan kerak samudera baru cahaya untuk menyokong kehidupan.
Kumpulan unik organisme, sembur hidrotermal laut dalam (deep-sea
hydrothermal vent) di igir tengah samudera. Dalam lingkungan panas
dan gelap ini, produsen makanan adalah prokariota kemoautotrof yang
memperoleh energi dengan cara mengoksidasi H,S yang terbentuk dari
reaksi antara air panas dengan sulfat terlarut (SO).
5) Heterotrof
Komunitas bentik neritik mencakup berbagai jenis invertebrata dan
ikan. Di bawah zona fotik, kebanyakan konsumen bergantung
sepenuhnya pada materi organik yang tenggelam dari atas. Contoh
hewan dalam komunitas lubang- sembur hidrotermal laut dalam adalah
cacing tabung raksasa (foto kiri), sebagian di antaranya berpanjang
lebih dari 1 m. Cacing tabung raksasa hidup dari prokariota
kemoautotrofik yang hidup sebagai simbion dalam tubuhnya. Banyak
invertebrata lain, termasuk artropoda dan ekinodermata, juga
melimpan da sekeliling lubang-sembur hidrotermal.
6) Dampak Manusia
Penangkapan ikan berlebihan telah mempersempit populasi ikan bentik
penting, misalnya ikan kod di Grand Branks, lepas pantai
Newfoundland. Pembuangan limbah organic telah menciptakan daerah
bentik yang kehabisan oksigen (Campbell, N.A., dkk, 2008).

Anda mungkin juga menyukai