Anda di halaman 1dari 4

Perikanan tangkap

• Halaman
• Pembicaraan

• Baca
• Sunting
• Sunting sumber
• Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perahu penjaring kepiting bekerja di Laut Utara

Total tangkapan organisme akuatik dunia, dalam juta ton tahun 1950–2011[1]

Perikanan tangkap, berbeda dengan perikanan budi daya, adalah usaha penangkapan
ikan dan organisme air lainnya di alam liar (laut, sungai, danau, dan badan air lainnya).
Kehidupan organisme air di alam liar dan faktor-faktornya (biotik dan abiotik) tidak
dikendalikan secara sengaja oleh manusia. Perikanan tangkap sebagian besar
dilakukan di laut, terutama di sekitar pantai dan landasan kontinen. Perikanan tangkap
juga ada di danau dan sungai. Masalah yang mengemuka di dalam perikanan tangkap
adalah penangkapan ikan berlebih dan polusi laut. Sejumlah spesies mengalami
penurunan populasi dalam jumlah yang signifikan dan berada dalam ancaman punah.
Hal ini mengakibatkan jumlah tangkapan ikan di alam liar dapat mengalami penurunan
secara umum.
Berlawanan dengan perikanan tangkap, perikanan budi daya dioperasikan di daratan
menggunakan kolam air atau tangki, dan di badan air yang terpagari sehingga
organisme air yang dipelihara tidak lepas ke alam liar. Budi daya perikanan meniru
sistem yang terdapat di alam untuk membiakan dan membesarkan ikan. Meski
perikanan budi daya terus berkembang, tetapi sumber ikan utama yang dikonsumsi
manusia masih didapatkan dari perikanan tangkap, bahkan sumber protein utama yang
didapatkan dari alam liar.

Tangkapan laut dan perairan darat[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Produksi ikan dunia
Berdasarkan data FAO, hasil tangkapan dunia oleh perikanan komersial pada tahun
2010 mencapai 88.6 juta ton dan 0.9 juta ton berupa tanaman air (rumput laut, dan
sebagainya). Jumlah ini bisa dibedakan dengan 59.9 juta ton 19.0 juta ton tanaman air
yang dihasilkan budi daya perairan.[1]

[1]
Tangkapan ikan dunia dalam juta ton pada tahun 2010

[1]
Tangkapan ikan dunia dalam juta ton tahun 1950–2010

Faktor yang mempengaruhi[sunting | sunting sumber]


Faktor yang mempengaruhi perikanan tangkap antara lain:
Topografi laut
Produktivitas perikanan tangkap sebagian besar masih ditentukan oleh topografi laut,
termasuk interaksinya dengan arus laut dan tingkat pencahayaan sinar matahari pada
kedalaman tertentu. Topografi laut dibentuk dengan berbagai jenis pantai, delta
sungai, landasan benua, terumbu karang, dan ciri khas laut dalam seperti palung dan
punggung laut.
Arus laut
Arus laut adalah pergerakan air laut yang terarah dan kontinu. Arus laut adalah aliran
air yang bergerak karena gaya yang bekerja pada air seperti rotasi bumi, angin,
perbedaan temperatur dan kadar garam, dan gravitasi bulan. Kontur dasar laut dan
garis pantai juga mempengaruhi arah dan kekuatan arus laut.
Biomassa
Di lautan, rantai makanan umumnya mengikuti pola:
Fitoplankton → zooplankton → zooplankton predator → hewan penyaring → ikan
predator
Fitoplankton adalah produsen utama dalam rantai makanan, yang mengubah
karbon menjadi biomassa dengan bantuan sinar matahari. Fitoplankton dikonsumsi
zooplankton yang merupakan tingkat kedua dari rantai makanan, termasuk krill,
larva ikan, cumi, lobster, dan kepiting juga crustacea kecil lainnya seperti copepod.
Zooplankton dikonsumsi oleh zooplankton lain dan hewan penyaring (ikan
kecil, porifera, timun laut, dan sebagainya). Setelah itu, mereka dikonsumsi oleh
tingkatan yang lebih tinggi, seperti ikan predator (salmon dan sebagainya) maupun
mamalian air lain seperti singa laut. Namun hewan besar seperti paus memangsa
plankton secara langsung.
Perairan dekat pantai

•Estuari adalah badan air dekat pantai di mana satu atau lebih sungai
terhubung dengan laut melalui estuari. [2] Estuari sering kali dikaitkan
dengan laju produktivitas biologis yang tinggi. Estuari hampir tidak
merasakan efek polusi yang berasal dari lautan namun menerima
dampak terbesar dari polusi yang terjadi di sungai.[3][4]
• Laguna adalah badan air asin atau air payau yang relatif dangkal,
terpisah dari laut yang dalam oleh karakteristik geologi seperti gosong
pasir, terumbu karang, dan sebagainya. Laguna dihidupi oleh nutrisi dari
laut. Laguna yang dihidupi oleh nutrisi dari sungai disebut estuari.
• Zona pasang surut adalah bagian dari laut yang terpapar udara ketika air
surut dan tenggelam ketika pasang tinggi. Area ini bisa beruba habitat
dengan berbagai jenis, dari bebatuan terjal, pantai berpasir, hingga
lapisan lumpur. Bentuk dan luas zona ini bervariasi.
• Zona litoral adalah bagian dari laut yang terdekat dengan garis pantai.
Istilah litoral berasal dari bahasa latin, litoralis yang berarti "pantai
laut"[5] Definisi dari zona litoral menurut Encyclopædia Britannica adalah
"bentang alam ekologi laut yang mengalami efek ombak pasang surut
dengan kedalaman antara lima higga sepuluh meter di bawah titik
terendah permukaan laut ketika surut."[6]
• Zona neritik adalah bagian dari laut yang melebar dari zona litoral sampai
ke landasan benua.[7] Zona neritik atau zona sublitoral relatif dangkal,
dengan kedalaman mencapai 200 meter dan umumnya merupakan
perairan yang memiliki kandungan oksigen yang cukup, tekanan yang
rendah, dan temperatur dan kadar garam yang relatif stabil. Pada zona
neritik cahaya dapat menembus dengan baik sehingga terdapat
kehidupan fotosintetik seperti fitoplankton dan sargassum yang
mengapung,[8] menjadikan zona neritik lokasi di mana mayoritas
kehidupan laut berada.
Terumbu karang
Terumbu karang adakah struktur aragonite yang diproduksi oleh organisme hidup,
berada di perairan tropis dangkal dengan sedikit nutrisi di dalam air. Aliran dari
sungai yang mengandung sisa pupuk pertanian mengangung nutrisi tinggi dan
dapat merusak terumbu karang karena mempercepat pertumbuhan alga yang
menempel di terumbu karang.[9] Terumbu karang dapat ditemukan di perairan
beriklim sedang dan tropis, tetapi terumbu karang umumnya diterbentuk di zona
antara 30°N hingga 30°S dari ekuator. Terumbu karang merupakan tempat
pembiakan alami bagi organisme laut

Anda mungkin juga menyukai