Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Dengan lingkungan yang dimaksud bisa berupa
lingkungan biotik maupun abiotik. Dalam ekosistem setiap makhluk hidup
memiliki peranan masing-masing hingga membentuk suatu interaksi. Interaksi
yang terjadi bisa berupa interaksi yang saling menguntungkan, membuat salah
satu pihak rugi ataupun tidak berpengaruh apapun.
Sistem sosial meruapakan salah satu aspek penting yang memiliki
pengaruh besar terhadap ekosistem. Ekosistem banyak mengalami perubahan
akibat interaksi berlebihan yang terjadi antara sistem sosial dan ekosistem.
Interaksi antara ekosistem dengan sistem sosial memicu terjadinya eksploitasi
dalam ekosistem.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan
potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, dan kematian, serta selalu terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu
positif maupun negatif. Manusia diberi otak untuk selalu berpikir selain itu
manusia juga diberi hati (qolbu), yang membedakannya dengan mahluk lain,
sehingga manusia menyandang predikat mahluk yang paling sempurna.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Setiap mahluk, hanya dapat hidup dalam suatu
lingkungan dengan kondisi yang baik, atau paling tidak masih dalam rentang
kisaran toleransinya. Selain faktor kondisi lingkungan yang baik, mahluk hidup
juga harus berada dalam lingkungan yang dapat menyediakan segala sumber daya
yang dibutuhkannya.

Lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai


lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan
yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kehidupan
manusia tak lepas dari lingkungan sosialnya, sehingga manusia disebut sebagai
makhluk sosial. Dalam lingkungan sosial tersebut manusia selalu dihadapkan
kepada permasalahan sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
Masalah sosial tersebut timbul dari hubungannya dengan sesama manusia lain,
maupun dari tingkah laku manusia itu sendiri, yang sifatnya berbeda antara
manusia satu dengan lainnya. Hal itu akibat adanya perbedaan tingkat
perkembangan budaya, sifat dari penduduk, dan keadaan kondisi lingkungan alam
yang juga sangat mempengaruhi kehidupan sosial budaya manusia. Permasalahan
sosial berbeda dengan permasalahan lain, karena kaitannya dengan nilai-nilai
moral dan pranata-pranata sosial dalam masyarakat, serta berkaitan juga dengan
hubungan antar sesama manusia.
Kehidupan manusia yang selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial tentunya saling
mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik, baik itu positif maupun
negatif.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan antara
Ekosistem dan system Sosial dengan kebutuhan manusia
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian mengenai latar belakang tersebut, maka didapat permasalahan
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa itu ekosistem?


Apa itu sistem sosial?
Apa saja interaksi yang terjadi antara ekosistem dengan sitem sosial?
Bagaimana dampak interaksi ekosistem dengan sistem sosial?
Apa saja peranan manusia sebagai subjek dan objek lingkungan?
Apa pengertian lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya?
Bagaimana hubungan antara manusia, lingkungan alam, dan lingkungan

8.
9.

sosial budaya?
Apa pengaruh timbal balik antara lingkungan alam dan sosial budaya?
Bagaimana permasalahan sosial budaya di Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
2.
3.

Mengetahui dan memahami pengertian dari ekosistem


Mengetahui dan memahami apa itu sistem sosial
Mengetahui dan memahami apa saja interaksi yang terjadi antara

4.

ekosistem dengan sitem sosial.


Mampu menganalisa seperti apa dan bagaimana dampak interaksi

5.
6.
7.

ekosistem dengan system sosial yang terjadi.


Mengetahui peranan manusia sebagai subjek dan objek dalam lingkungan.
Mengetahui pengertian lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.
Mengetahui hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan

8.

lingkungan sosial budaya.


Mengetahui pengaruh timbal balik antara lingkungan alam dan sosial

9.

budaya.
Mengetahui permasalahan sosial budaya di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekosistem
Secara sederhana, pengertian ekosistem adalah suatu tatanan dan kesatuan
yang secara utuh dan menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup.
Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang
teratur dan dinamis. Jika kita memperhatikan di sekeliling kita, ada beragam

interaksi mahluk hidup yang menghasilkan harmoni dan keseimbangan hidup.


Pola hubungan ini menciptakan keterikatan antara komponen yang satu dan
lainnya. Hal ini merujuk pada apa yang disebut dengan ekosistem. Menurut, UU
No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem tersusun
atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas.
Secara garis besar ada dua jenis komponen ekosistem yang diambil,
yakni:
a. Komponen abiotik atau fisik. Komponen ini mencakup semua unsur yang
bukan mahluk hidup seperti udara, suhu, air, tanah, curah hujan, bebatuan,
gurun, karang, salju dan masih banyak lagi lainnya.
b. Komponen hayati atau biotik yang mencakup semua mahluk hidup yang dilihat
dari susunan trofiknya dibagi ke dalam beberapa tingkatan yakni komponen
produsen, komponen konsumen, dan juga komponen pengurai. Dan apabila
dilihat dari fungsi komponen itu sendiri maka ia dibagi ke dalam dua
komponen dasar yakni komponen autotrof dan juga komponen heterotrof.
Autotrof sendiri merupakan mahluk hidup yang bisa membentuk sendiri
makanannya sementara itu heterotrof adalah organisme konsumen yang
mengambil makanan dari luar dirinya.
Ekosistem di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponenkomponen dalam ekosistem dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang,
keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara.
Komponen-komponen ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersebut
adalah:
a. Komponen autotrof
Kata autotrof berasal dari kata auto yang berarti sendiri,dan trophikos yang
berarti menyediakan makan. Pengertian dari autotrof adalah organisme yang
mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik
dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan
hijau.

b. Komponen heterotrof
Heterotrof

berasal

dari

kata

Heteros

yang

berarti berbeda,

dan trophikos yang berarti makanan). Pengertian dari heterotrof merupakan


organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan
bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah,
air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat
tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan
bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.
Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan
ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan
manusia. Perubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya gangguan
alam. Misalnya gunung meletus, kebakaran hutan, dan perubahan musim.
Bencana alam dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Manusia mempunyai
peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ekosistem. Akan tetapi,
manusia juga dapat merusak ekosistem.
Ekosistem dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan
karakteristik tertentu. Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan
menjadi dua macam, yakni :

Ekosistem alami
Ekosistem alami merupakan suatu ekosistem yang terjadi secara alami

tanpa adanya campur tangan dari manusia. Contoh ekosistem alami antara lain
ekosistem sungai, danau, laut, gurun, padang rumput dan dan sebagainya.

Ekosistem buatan

Ekosistem buatan adalah suatu ekosistem yang dengan sengaja dibuat oleh
manusia untuk tujuan tertentu. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem
sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan produksi dan lain sebagainya.
Jenis ekosistem yang tercipta tanpa bantuan tangan manusia ini dibagi lagi
ke dalam dua pembagian umum yakni:
1. Ekosistem akuatik atau air
A. Ekosistem air tawar
Secara umum, ekosistem air tawar dibagi ke dalam dua bagian yakni:
1) Ekosistem lentik atau air tenang.
Ekosistem air tenang ini mencakup beberapa ekosistem antara lain danau
dan juga rawa. Untuk danau sendiri, kembali dibagi ke dalam 4 wilayah yakni:
a.

Wilayah Litoral. Titik ini adalah wilayah danau yang dangkal dimana
cahaya menembus kedalaman air secara optimal. Suhu airnya lumayan
hangat sebab berdekatan dengan tepi danau. Pada wilayah ini diketemukan
tumbuhan air dengan akar dimana bagian daunnya mencuat ke permukaan

b.

air.
Wilayah Limnetik. Adalah wilayah danau yang agak jauh dari tepi danau
namun airnya masih bisa ditembus oleh cahaya matahari. Wilayah danau
yang satu ini banyak dihuni oleh fitoplankton juga ganggang dan

c.

cynobakteri.
Wilayah Profundal. Merupakan wilayah danau dengan tingkat kedalaman
yang tinggi dan biasa disebut wilayah afotik. Wilayah ini banyak dihuni

d.

cacing juga beragam jenis mikroba.


Wilayah bentik. Daerah ini berada di titik paling dasar dari danau dan di
tempat ini terdapat beragam bentos juga sisaorganisme-organisme yang
telah mati.

2) Ekosistem lotik atau air mengalir


Ekosistem lotik atau air mengalir yakni ekosistem air tawar yang airnya
mengalir. Salah satu contoh ekosistem ini adalah sungai. Sungai sendiri diartikan
sebagai suatu badan air dimana air tersebut mengalir ke suatu titik yang lebih
rendah. Air pada sungai mengandung sedikit makanan dan sedimen. Aliran air
pada sungai membuat komposisi oksigen di dalam airnya lebih tinggi. Organisme

yang mendiami sungai sedikit terbatas jika dibandingkan dengan danau. Hal ini
disebabkan oleh airnya yang mengalir sehingga menyulitkan organisme semacam
plankton untuk berdiam diri di dalamnya. Sungai sendiri dibagi ke dalam 3
wilayah yakni sungai, anak sungai dan wilayah hilir. Masing-masing area ini
dihuni oleh jenis ikan yang berbeda. Misalnya saja pada anak sungai dijumpai
ikan air tawar, sedangkan pada hilir sering dijumpai ikan lele juga ikan gurame.
Untuk sungai dengan ukuran yang besar bisa juga ditemukan adanya buaya, ular
juga kura-kura.
B. Ekosistem air laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
terutama di daerah laut tropis, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas
di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur,
akibatnya daerah permukaan laut tetap subur sehingga banyak plankton dan ikan.
Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah
dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung baik.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu
sebagai berikut.
1.
2.

Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.


Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari

3.
4.

sampai bagian dasar yang dalamnya 300 meter.


Basial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 2.500 m.
Abisal merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 10.000
m.

Menurut wilayah permukaan secara horizontal, berturut turut dari tepi laut
semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
1. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air
sekitar 200 m.
2. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman
200 1.000 m. Hewan yang hidup misalnya ikan hiu.

3. Basiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200


2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4. Abisopelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m,
tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada hewan yang hidup. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar), dengan kedalaman
lebih dari 6.000 m. Ikan laut yang hidup di bagian ini umumnya dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri
kemosintesis.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang
hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi
dengancara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air
dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan
melalui insang secara aktif.
Ekosistem laut terdiri dari :

Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan

daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Daerah bagian paling atas dihuni oleh beberapa
jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan
burung pantai. Daerah pantai bagian tengah dihuni oleh ganggang, porifera,
anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikanikan kecil. Daerah pantai terdalam dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan
rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat
dibedakan menjadi formasi pescaprae dan formasi baringtonia. Pada formasi
pescaprae paling banyak ditemukan tumbuhan Ipomoea pescaprae yang tahan
terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun
tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp,
Euphorbia atoto, dan Canaualia martina.

Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus


tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan). Pada formasi baringtonia
didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini akan dihuni hutan bakau yang memiliki akar napas.
Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang
kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari hempasan gelombang. Yang termasuk tumbuhan
di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah
pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

Ekosistem Estuari
Estuari (muara sungai) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.

Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa
garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.
Salinitas ini juga dipengaruhi oleh daur harian pasang surut.
Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di
estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas
hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.Bahkan ada
beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan
tempat mencari makan bagi Vertebrata semiair, misalnya berbagai unggas air.

Ekosistem Terumbu Karang


Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga

fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral)


yang mensekresikan kalsium karbonat.
Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun
substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di
terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik.
Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan

ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

Ekosistem Lamun
Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang

terletak di daerah pesisir. Lamun (seagrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak
berpasir. Sering pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji
tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini telah menyesuaikan
diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Terdiri atas rhizome, daun dan akar.
Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan
berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas
berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut
dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap
hempasan gelombang dan arus. Sistem pembiakan lamun melalui penyerbukan di
dalam air (hydrophilous pollination).
Lamun adalah satu satunya kelompok tumbuh tumbuhan berbunga yang
terdapat dilingkungan laut. Tumbuh tumbuhan ini hidup di habitat perairan
pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas
berdaun yang tegak dan tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang
biak. Berbedadengan tumbuh-tumbuhan lainnya (alga dan rumput laut), lamun
berbunga, berbuah danmenghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan
system internal untuk mengangkutgas dan zat zat hara.
2. Ekositem daratan
Ekosistem Hujan Tropis
Ekosistem ini terdapat di wilayah khatulistiwa dengan temperatur yang
tinggi sekitar 25-29C. Curah hujan bioma hutan hujan tropis (tropical rain forest)
cukup tinggi, yatu sekitar 200-225 cm per tahun. Sedangkan di hutan kering
tropis (tropical dry forest) curah hujan sangat tergantung musim, sekitar 150-200
cm per tahun, dengan musim kering selama enam sampai tujuh bulan. Hutan
hujan tropis memiliki beragam spesies. Tumbuhan yang khas dari ekosistem ini
adalah lilia dan epifit.
Ekosistem Sabana

10

Bioma sabana hangat sepanjang tahun, berkisar 24-29C, namun dengan


variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis. Rumput dan pohon yang
terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan.

Pepohonan yang

ditemukan seringkali berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk adaptasi
dari kondisi yang relatif kering. Ekosistem sabana ini terdapat di Amerika Selatan,
Afrika Timur dan sebagian wilayah Indonesia.
Ekosistem Padang Rumput
Ekosistem padang rumput mempunyai curah hujan 30 - 100 cm per tahun
dan hujan turun tidak teratur. Musim dingin relatif kering dan musim hujan relatif
basah. Suhu musim dingin bisa turun sampai -10C, sedangkan pada musim
panas seringkali mendekati 30C dan menyengat. Vegetasi yang dominan di
ekosistem ini adalah rumput.
Ekosistem Gurun
Bioma gurun terletak dibelahan bumi sekitar 20-30 Lintang Utara dan
Lintang Selatan atau di daerah tropika yang berbatasan dengan bioma padang
rumput. Bioma gurun memiliki curah hujan rendah dan sangat bervariasi,
umumnya kurang dari 30 cm per tahun. Suhu bervariasi musiman maupun harian.
Perbedaan suhu siang dan malam hari sangat besar. Pancaran matahari sangat
terik, penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 40C pada musim
panas, bahkan beberapa gurun bisa mencapai 60C pada siang hari. Gurun di
sebelah barat Rocky Mountain dan Asia Tengah, relatif dingin. Di gurun dingin,
suhu udara bisa turun sampai -30C.
Bentang alam gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang terserak luas, proporsi
lahan guldulnya lebih tinggi dibandingkan dengan bioma darat lain. Vegetasi di
daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar
akasia yang berduri. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya adalah
serangga, hewan pengerat, ulat dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun
Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
Ekosistem Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah
kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Perbedaan
antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi. Flora khasnya adalah

11

pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus


merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya
nyaris seragam. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak,
srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin
tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun
berhibernasi pada saat musim dingin.
Ekosistem Tundra
Bioma ini terdapat di belahan bumi utara di dalam lingkaran kutub utara
yang disebut Tundra arktik dan di puncak gunung disebut Tundra alpin. Bioma
tundra arktik memiliki curah hujan sekitar 20 - 60 cm per tahun, namun untuk
tundra alpin bisa melebihi 100 cm per tahun. Iklimnya iklim kutub dengan musim
dingin yang panjang dan gelap serta musim panas dan terang yang pendek. Suhu
rata-rata di musim dingi di bawah -30C, sedangkan di musim panas hanya
mencapai 10C.
Vegetasinya Spaghnum, lumut kerak, dan perdu. Permafrost (tanah bagian
bawah yang membeku secara permanen), suhu yang sangat dingin, dan angin yang
sangat kencang merupakan penyebab utama tidak adanya pohon dan tumbuhan
tinggi lainnya di tundra arktik di alaska Tengah. Meskipun tundra arktik menerima
sangat sedikit curah hujan tahunan, air tidak dapat menembus fermafrost di
bawahnya dan akan menumpuk di dalam kolam di atas bunga tanah yang dangkal
selama musim panas yang pendek. Tundra menutupi luas yang sangat besar di
arktik, mencapai 20% permukaan tanah bumi. Hewan yang hidup di bioma tundra
adalah muskox, rusa kutub, kelinci, serigala, rusa dan domba. Banyak spesies
burung bermigrasi ke tundra untuk bersarang di musim dingin.
Ekosistem Hutan gugur
Pada umumnya terdapat di sekitar wilayah subtropik yang mengalami
pergantian musim panas dan dingin. Hutan gugur juga terdapat diberbagai
pegunungan di daerah tropis. Suhu dimusim dingin berkisar kira-kira 0C. Musim
panas dengan suhu maksimum sekitar 35C, menyengat dan lembab. Bioma
hutan gugur mempunyai curah hujan sedang, yaitu 70 sampai lebih dari 200 cm

12

per tahun. Mengalami 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin
dan musim semi.
Vegetasi yang tumbuh pada hutan gugur adalah adalah pohon Maple, Oak, Beech,
dan Elm. Hutan gugur memiliki lepisan vertikal yang jelas, yang memiliki satu
atau dua strata pohon, di bawahnya terdapat semak, dan di bagian dasar terdapat
tumbuhan herba. Pohon-pohon hutan gugur menggugurkan daunnya sebelum
musim dingin, dimana terjadinya fotosintesis tidak efektif karena suhunya terlalu
rendah. Hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa, Beruang, Raccon,
Rubah, Bajing, dan Burung Pelatuk. Banyak hewan mamalia hutan gugur juga
memasuki keadaan dorman musim dingin yang disebut hibernasi, dan beberapa
spesies burung melakukan migrasi ke wilayah dengan iklim yang lebih hangat.
Bioma hutan gugur terdapat di Kanada, Amerika, Eropa dan Asia.

Ekosistem Karst
Ekosistem Karst berkembang pada batuan yang mudah larut terutama batu

gamping sebagai proses kartifikasi. Pada ekosistem ini tanahnya kurang subur
dengan tingginya kandungan kalsium karbonat dalam tanah, selain itu tanahnya
agak keras dengan air tanah yang cukup dalam, sensitif terhadap erosi, mudah
longsor dan rentan dengan pori-pori aerasi rendah. Rendahnya kesuburan pada
ekosistem ini sangat mempengaruhi jenis vegetasi yang dapat hidup pada
ekosistem ini karena harus tahan terhadap kandungan kalsium yang tinggi dan
tahan kekeringan. Dibadingkan dengan ekosistem vulkan, keragaman sesies
ekosistem karst lebih rendah yaitu hanya 149 jenis, terbagi dalam 40 ordo, 58
famili dan 122 genus.
2.1 Sistem Sosial dan Interaksi Sosial
1. Sistem Sosial
Sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu sistem dan sosial. Sistem
adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk sebuah jaringan
sedangkan sosial berarti masyarakat. Suatu kelompok dikatakan sebagai suatu
sistem sosial jika memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat suatu kelompok
dapat dikatakan sebagai suatu sistem sosial jika:

13

o
o
o
o

Terdapat interaksi antar anggota


Mempunyai pola perilaku; sistematis dan teratur.
Bisa diidentifikasi bagian-bagiannya.
Bisa dilihat sebagai suatu sistem sosial.
Sistem sosial memiliki unsur-unsur pokok yang dapat menjadi ciri dari

sistem sosial ini. Unsur-unsur pokok dalam sistem sosial adalah:


a.
b.

Tujuan (goal)
Setiap sistem sosial memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Keyakinan (beliefs)
Keyakinan merupakan sesuatu yang dianggap benar oleh anggota dalam
sistem sosial tertentu. Keyakinan terbentuk melalui pengetahuan setiap

c.

individu.
Sentimen/perasaan
Sentimen merupakan perasaan-perasaan yang ada dalam setiap kelompok

d.

sistem sosial.
Norma
Norma merupakan peraturan-peraturan tidak tertulis yang dapat diterima
oleh anggota kelompok tersebut. Norma antara satu kelompok bisa
berbeda bahkan bertentangan dengan kelompok lain tergantung pada

e.

keyakinan masing-masing kelompok.


Sanksi
Setiap norma yang ada selalu terdapat sanksi di setiap pelanggaran yang
dilakukan. Dengan kata lain, sanksi merupakan hukuman dari pelanggaran

f.

norma yang dilakukan.


Peranan kedudukan
Setiap kedudukan memiliki peran dan kwajiban yang berbeda-beda.
Peranan

kedudukan

tersebut

harus

dilakukan

oleh

orang

yang

bersangkutan serta telah menjadi norma tidak tertulis dalam suatu sistem
g.

sosial.
Kewenangan/kekuasaan
Kewenangan atau kekuasaan harus dimiliki setiap kelompok sosial.
Kewenangan tertinggi diberikan kepada setiap pemimpin yang ada dalam
kelompok tersebut untuk memimpin, mengambil keputusan ataupun

h.

memerintahkan.
Jenjang sosial

14

Setiap anggota dalam kelompok sistem sosial memiliki status sosial yang
berbeda-beda. Perbedaan status tersebut timbul karena adanya kedudukan
i.

ataupun karena gengsi.


Fasilitas
Dalam sistem sosial fasilitas yang ada merupakan alat atau sarana untuk

j.

mencapai tujuan.
Tekanan dan tegangan
Tegangan dan tekanan yang terjadi dalam kelompok sistem sosial terjadi
karena keinginan untuk meraih tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
dengan cepat dan baik.
Masing-masing unsur merupakan peubah, yang mempunyai pengaruh pada

interaksi anggota dalam kelompok dan akan berpengaruh pada perilaku individu
serta perilaku kelompok. Beberapa perilaku individu ataupun kelompok sangat
berkaitan erat dengan keseimbangan ekologi. Hal ini dikarenakan aktifitas yang
mereka lakukan terkadang merubah habitat suatu ekosistem sehingga memicu
terjadinya berbagai masalah. Untuk menjamin kelangsungan sebuah ekologi,
suatu kelompok sistem sosial perlu menerapkan tujuan yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Unsur-unsur pokok lainnya juga harus mendukung
tujuan tersebut agar selama interaksi antara sistem sosial dengan ekosistem
berlangsung tidak mengakibatkan eksploitasi yang berlebihan.
2. Interaksi Sosial
Interaksi merupakan tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih
objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Interaksi di sini lebih
kepada hubungan timbal balik dan merupakan lawan dari hubungan satu arah pada
hubungan sebab akibat. Menurut Bonner, interaksi sosial merupakan suatu
hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu
mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Menurut Homans (dalam Ali, 2004:87) , interaksi sebagai suatu kejadian ketika
suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain
yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini
mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang

15

dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi individu lain yang menjadi
pasangannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi
merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masingmasing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara
individu dengan lingkungan sosialnya. Suatu fondasi dari hubungan timbal balik
atau interaksi adalah nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Nilai dan
norma tersebut memberikan arahan dalam melakukan hubungan antar manusia
agar berada pada jalur yang tepat. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto dalam
pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.
Jika tidak ada komunikasi dan interaksi antara manusia dengan lingkungan
fisiknya atau hanya lingkungan fisiknya saja yang berhadapan, maka tidak dapat
membentuk suatu bentuk kelompok sosial yang saling berinteraksi. Dalam
interaksi pasti terjadi kontak dan komunikasi yang merupakan syarat terjadinya
interaksi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
interaksi

merupakan

hubungan

timbal

balik

antara

individu

dengan

lingkungannya. Interaksi terjadi jika ada kontak dan komunikasi, keduanya


merupakan syarat terjadinya interaksi. Manusia hidup di dunia ini pasti
berinteraksi, entah itu dengan manusia lain atau terhadap lingkungan. Interaksi
manusia dengan lingkungan, bukan berarti manusia berbicara dengan pohon, atau
sungai, atau gunung sekalipun. Namun, yang dimaksud inteaksi di sini adalah
interaksi manusia dalam perilakunya terhadap alam atau keadaan sekitar.
Bagaimana manusia memperlakukan alam tempat mereka hidup dan bagaimana
manusia memanfaatkan apa yang sudah disediakan alam untuk mereka. Interaksi
yang baik antara manusia dengan alam juga merupakan salah satu bentuk sikap
menghargai dan menhormati alam.
Interaksi yang terjadi antara manusia bisa dilihat dan dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain :
1. Interaksi antara individu dan individu
Interaksi anttara individu dengan individu ini bisa bersifat positif dan
negatif. Interaksi antara individu dikatakan positif jika keduanya saling

16

diuntungkan, sedangkan dikatakan negatif jika hubungan timbal balik merugikan


salah satu pihak atau keduanya. Interaksi antara individu satu dengan individu
yang lain dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh intensitas
komunikasi antar individu.
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi yang berlangsung antara individu dan kelompok ini dapat
berlangsung secara positif dan negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan
kelompok bermacam-macam tergantung situasi dan kondisinya. Interaksi antara
individu dengan kelompok dapat meliputi interaksi saat terjadi seminar antara
pembicara (individu) dengan audiens (peserta seminar). Contoh interaksi tersebut
merupakan interaksi anatar individu dengan kelompok yang bersifat positif. Lain
halnya

dengan

interaksi

yang

bersifat

negatif,

misalnya

adalah

pertengkaran/perkelahian dimana salah satu orang dikeroyok oleh beberapa orang.


Kesemuanya itu bergantung kondisi/keadaannya.
3. Interaksi antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu
kesatuan dan bukan kehendak dari masing-masing individu. Umumnya interaksi
antar kelompok ini tercipta karena adanya kesamaan keinginan yang akan dicapai.
Sebagai contoh adalah perkelahian antar supporter fanatik sepak bola, umumnya
mereka berkelompok dan akan melakukan apa saja untuk mendukung klub sepak
bola kesayangan mereka. Interaksi antar kelompok ini umumnya didominasi oleh
perasaan in group atau out

group yakni perasaan memiliki ke dalam suatu

kelompok tertentu. Sifat yang dimiliki pun sama dengan kedua interaksi di atas,
yakni positif dan negatif. Pada dasarnya memang semua interaksi itu ada yang
positif dan negatif, semuanya itu bergantung dalam konteks apa kita
menggunakannya.
Dalam kehidupan manusia senantiasa terjadi interaksi timbal balik sistem
sosial yang dipengaruhi oleh latar belakang dan sistem biofisik/ekosistem.
Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem itu dapat berjalan dengan
baik dan teratur karena adanya arus energi, materi, dan informasi. Pada

17

prinsipnya, interaksi merupakan bahasan pokok pada pembelajaran sosiologi dan


antropologi, namun tidak menutup kemungkinan akan ada pembahasan terkait
contoh interaksi dalam bahasan ekologi dan ilmu lingkungan. Seperti diketahu
bahwa interaksi merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, atau kelompok dan lingkungannya. Jika dalam ilmu sosiologi hanya
menekankan pada pembahasan terkait interaksi antar individu dan kelompok
dalam konteks kemsyarakatan, maka ilmu ekologi menjabarkannya dalam hal
hubungan dengan lingkungan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan zaman yang begitu pesat,
membawa dampak yang cukup mengkhawatirkan terkait interaksi manusia dengan
lingkungan. Terjadinya krisis global/global warming merupakan suatu bentuk
nyata interaksi manusia dengan alam yang kurang baik. Lingkungan/alam tempat
kita hidup ini tentu saja memiliki batasan-batasan dalam penyediaan berbagai
bahan kebutuhan. Manusia tidak bisa memanfaatkan dengan semena-mena atau
dengan kata lain menggunakan secara besar-besaran.
Manusia dan lingkungan harus bersinergi, misalnya jika manusia ingin
mengambil kayu di hutan juga harus memikirkan dampak kedepannya. Manusia
boleh memanfaatkan kayu-kayu yang ada di hutan, tapi juga harus memotong
kayu yang sudah tua dan menanam lagi dengan tumbuhan baru yang masih muda.
Jika tindakan semacam ini dilestarikan, maka keseimbangan ekosistem juga akan
terjaga dan kebutuhan manusia juga akan tercukupi. Contoh tersebut merupakan
contoh nyata interaksi yang dipelajari di ekologi, yakni bagaimana suatu sistem
sosial berinteraksi dengan lingkungannya.
2.3 Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial
Interaksi merupakan dua atau lebih komponen dalam ekosistem yang
saling berhubungan. Semua makhluk hidup di dunia saling berinteraksi, bahkan
terkadang terdapat makhluk hidup juga berinteraksi dengan benda abiotik.
Macam-macam interaksi yang ada adalah:
a. Netral
Interaksi netral artinya dua makhluk hidup saling berinteraksi namun tidak
saling memberi dampak apapun. Contohnya: kupu-kupu dengan lebah. Kedua

18

makhluk tersebut saling berinteraksi dengan sama-sama memperebutkan


madu/nektar dalam bunga tetapi kompetisi yang mereka lakukan sama sekali tidak
mempengaruhi kehidupan satu sama lain.
b. Mutualisme
Mutualisme adalah interaksi yang dilakukan dua atau lebih makhluk hidup
yang saling memberi keuntungan satu sama lain. Contoh makhluk hidup yang
saling memberikan keuntungan satu sama lain saat berinteraksi adalah kupu-kupu
dengan bunga. Kupu-kupu mendapat nektar, sedangkan bungan dapat terbantu
dalam proses penyerbukan.
c. Komensalisme
Komensalisme merupakan interaksi yang terjadi di mana salah satu pihak
mendapat keuntungan dari makhluk lain yang berinteraksi dengannya tanpa
membuat makhluk lain tadi mendapat kerugian. Contohnya interaksi antara
bungan anggrek dengan inangnya.
d. Parasitisme
Parasitisme merupakan interaksi antara makhluk hidup di mana salah satu
mendapat keuntungan namun yang lain justru merugi. Contohnya adalah interaksi
antara tali putri dengan inangnya.
Dalam kesehariannya setiap kelompok sistem sosial selalu berinteraksi
dengan ekosistem yang ada di sekitarnya. Interkasi tersebut akhirnya
menimbulkan sebuah aliran energi. Aliran energi merupakan rangkaian urutan
pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar
matahari lalu ke produsen, konsumen primer, konsumen tingkat tinggi, sampai ke
saproba di dalam tanah. Energi di alam mengikuti hukum yang terkenal dengan
Hukum Termodinamika, yaitu :
a.

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya
dapat mengalami transformasi atau hanya dapat diubah. Hukum ini disebut

b.

juga hukum kekekalan energi.


Setiap perubahan bentuk energi pasti terjadi degradasi energi dari bentuk
energi terpusat menjadi bentuk yang terpencar. Proses transformasi energi
tidak ada yang terjadi secara spontan dari suatu bentuk energi. Dapat

1.

diuraikan sebagai berikut :


Proses transformasi energi tidak pernah spontan kecuali perombakan dari
keadaan pekat menjadi encer.

19

2.

Proses transformasi energi tidak ada yang terjadi dengan 100% efisien.
Hukum Termodinamika erat hubungannya dengan hukum entropi, yakni

bahwa semua perubahan yang menghasilkan energi adalah perombakan menjadi


bentuk yang lebih sederhana. Hal ini selalu berlangsung dengan efisiensi yang
tidak pernah mencapai seratus persen. Oleh karena itu selalu akan terjadi suatu
kelebihan dalam transformasi ini dalam bentuk limbah.
Dalam proses rantai makanan, perpindahan energi yang terjadi berasal dari
makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau jenjang
pendidikan. Namun dalam tahap perpindahan energi ini hanya 10-20% yang dapat
disimpan dalam tubuh organisme sedangkan yang lainnya berubah menjadi energi
gerak dan panas.
Aliran energi dan zat-zat kimia merupakan suatu proses integrasi
fungsional, yang keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan
dalam ikatan kimia. Aliran ini terjadi di antara tingkat trofik serta di antara
komponen-komponen biotik dan abiotik menggabungkan ekosistem ke dalam
suatu unit fungsional. Ketika energi dilepaskan melalui proses pernafasan, maka
senyawa-senyawa

yang

terlibat

mengalami

degradasi,

dan

unsur-unsur

kimiawinya dilepaskan ke habitat, yang dapat digunakan kembali. Aliran kimiawi


ini disebut juga siklus.
Menurut Hutchinson ( 1944, 1950 ) siklus biogeokimia merupakan suatu
pertukaran atau perubahan yang terus-menerus dari bahan-bahan antara komponen
biotik dan abiotik.
a. Siklus Nitrogen
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik.
Bentuk-bentuk organik meliputi NH4+, NO3-, NO2-, NO2, NO dan unsur N. Juga
terdapat bentuk lain yaitu hidroksi amin (NH2OH), tetapi bentuk ini merupakan
bentuk antara, yaitu bentuk peralihan dari NH4+, menjadi NO2- dan bentuk ini
tidak stabil (Hakim, dkk,1991).
Penyediaan ion dalam tanah dapat dipandang dari sudut mineral dengan masukan
dan kehilangan dari ekosistem dan laju transfer diantara komponen sistem.
Pendekatan ini berharga bagi nitrogen, dimana masukan karena curah hujan dan
fiksasi serta kehilangan akibat pencucian dan denitrifikasi merupakan sebagian

20

besar dari jumlah seluruhnya yang ada dengan siklus sistem tersebut. Untuk ion
yang di absorbsi, masukan ini tidak berarti dibandingkan dengan dengan jumlah
seluruhnya yang ada, termasuk kehilangana karena pencucian dalam tanah-tanah
subur.
Siklus nitrogen adalah kompleks dan kompertemen organik merupakan bagian
yang dominan, beberapa macam bakteri terlihat dalam pengubahan NH4+ menjadi
NO3+ (Nitrobacter, Nitrosomonas, Nitrosococcus adalah yang paling penting),
tetapi kedua bentuk itu dapat diambil oleh banyak tanaman dengan fasilitas yang
sama. Secara singkatnya siklus nitrogen dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
2.

Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia.


Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh

3.

bakteri.
Amonia ini selanjutnya akan mengalami nitrifikasi oleh suatu bakteri
nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan
nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.
Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia

4.

kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke


udara.
Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
b. Siklus Sulfur
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfur anorganik, sulfur direduksi oleh
bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida
atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk
diperairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang
mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat
terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan
diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat
dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan
mereduksi sulfat menjadi sulfide dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S) kemudian
H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan
sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrop
seperti Thiobacillus.

21

Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan


mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian
tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu
hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi sulfat lagi.
Secara alami, belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada
juga yang gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.
Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah
diganggu oleh gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam
tempat dan relatif tidak aktif dan tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya,
beberapa bagian dari bahan yang dapat dipertukarkan cenderung " hilang" untuk
waktu yang lama apabila gerakan menurunnya jauh lebih cepat dari pada gerakan
"naik" kembali. Dalam daur belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab
dalam setiap trasformasi adalah sebagai berikut :
o
o
o
o

H2S S SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.


SO4 H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
H2S SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
S organik SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme
heterotrofik.

Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk membantu menguraikan senyawasenyawa menjadi unsur-unsur.
c. Siklus Fosfor
Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input
atau sumber fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali
menghasilkan fosfor lagi. Daur fosfor dinilai paling sederhana daripada daur
lainnya, karena tidak melalui atmosfer. fosfor di alam didapatkan dari: batuan,
bahan organik, tanah, tanaman, PO4- dalam tanah. kemudian inputnya adalah
hasil pelapukan batuan. dan outputnya: fiksasi mineral dan pelindikan. Fosfor
berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus dan
partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu:
o Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh
decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik.

22

o Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan
terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
1.

banyak terdapat di batu karang dan fosil.


Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut

2.
3.

di air tanah dan laut.


Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
Siklus ini berulang terus menerus.
Fosfor yang ada di alam terdapat di dalam bentuk yang terikat sebagai Ca-

fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat ataupun juga protein. Bakeri-bakteri yang banyak
berperan dalam siklus fosfor ini antara lain adalah : Pesudomonas, Aerobacter
aerogenes,

Xanthomonas,

Basillus

dll.

Mikroorganisme seperti

Bacillus,

Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter aerogenes dapat melarutkan P menjadi


tersedia bagi tanaman. Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan
melarutkan bagian permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai
sedimentasi ke dasar laut dan akan dikembalikan ke daratan.
d. Siklus Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan
antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya
bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum
diketahui). Karbon sendiri dapat ditemukan di atmosfer, biosfer dan laut.
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon
dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil
dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar,
meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting
dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer
adalah metan dan kloroflourokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial
atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di
atmosfer

telah

bertambah

dalam

dekade

terakhir

ini,

dan

berperan

dalam pemanasan global.


Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian
yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam

23

struktur,biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan
memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
1.

Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa


organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang
berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup.
Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka
membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar
autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut
sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan
sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang
terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan
dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki

2.

reaksi 6CO2+ 6H2O C6H12O6 + 6O2


Karbon
dipindahkan
di
dalam
makanan heterotrop pada

organisme

lain

biosfer
atau

sebagai
bagiannya

(seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan


material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri
3.

untuk fermentasi atau penguraian.


Sebagian besar karbon meninggalkan

biosfer

melalui

pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi


aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau
air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 6CO2+
6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah
yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya
4.

yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.


Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang
digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.)
dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah

5.

yang banyak.
Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik
yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang

24

binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping


6.

melalui proses sedimentasi.


Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari.
Sebagai

contoh,

penemuan

terbaru

bahwa

rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat


dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak
karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap
sedimen. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang
terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar
analisis
7.

biokimia

melakukan

kesalahan

dengan

mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah
proses

dalam

skala

waktu

yang

berbeda:

sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian


dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus
tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah.
Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya
melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan
temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan
secara langsung mempengaruhi pemanasan global.
e. Siklus Hidrologi
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi evaporasi dan transpirasi. Pemanasan pada air laut yang diakibatkan
oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat
berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan
gerimis atau kabut.
Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda:
1)

Evaporasi / transpirasi -air yang ada di laut, di daratan, di sungai,


di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer)

25

dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air
(awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan
2)

turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.


Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah
melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka

3)

air tanah.
Air Permukaan-air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air
permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul
dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses
perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS).

2.4 Dampak Interaksi Ekosistem dengan Sistem Sosial


Ekosistem dan sistem sosial yang saling berinteraksi menimbulkan
terjadinya aliran energi, materi dan juga informasi. Makin tinggi interaksi antara
ekosistem dengan sistem sosial, makin tinggi pula efisiensi dalam eksploitasi
ekosistem.
Contoh sistem sosial yang mempengaruhi sistem ekologi adalah teknologi.
Kebutuhan manusia yang selalu meningkat seiring dengan kemajuan teknologi
yang membutuhkan kemajuan manusia dalam berfikir. Dengan semakin majunya
teknologi terkadang manusia melupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
teknologi tersebut terhadap lingkungan. Kerusakan yang ditimbulkan seringkali
merusak kelangsungan dari ekosistem dan makhluk didalamnya yang dikarenakan
seperti pencemaran lingkungan serta pemanfaatan dan pengerukan Sumber Daya
Alam yang berlebihan sehingga merusak keseimbangan ekosistem. Walaupun
sebenarnya kemajuan teknologi sangat diperlukan manusia di era kemajuan
sekarang, namun hendaknya tetap memperhatikan kelangsungan ekosistem dari
lingkungan sekitar. Karena ketika terjadi kerusakan pada sebuah ekosistem, maka

26

dapat menyebabkan suatu organisme yang ada dilingkungan tersebut tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, akan dapat meusak kelangsungan
rantai makanan dan dapat berakibat dalam jangka panjang terhadap kepunahan
suatu kelangsungan ekosistem. Sebagai contoh pembangunan kawasan industri
yang semakin banyak akan dapat mengakibatkan pencemaran pada udara, air, dan
tanah.
Selain teknologi masih ada lagi contoh kerusakan ekosistem akibat sistem
sosial, seperti kelembagaan dalam pemerintah juga sangat mempengaruhi
terjadinya kerusakan lingkungan. Perizinan yang sangat mudah diberikan oleh
lembaga pemerintah kepada perusahaan-perusahaan akan berdampak pada
kerusakan lingkungan, sebagai contoh perizinan terhadap perusahaan yang
bergerak dibidang pengolahan hasil hutan, izin penebangan hutan diberikan
kepada perusahaan tanpa melakukan kontrol yang ketat (misalnya, mana yang
boleh ditebang dan mana yang tidak boleh, serta batas wilayah yang diizinkan).
Selain itu perusahaan tidak melakukan penanaman kembali terhadap kawasan
yang sudah ditebang. Dapat diperkirakan akibat yang timbul dari izin tersebut
menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, atau berkurangnya populasi
binatang yang dilindungi. Kejadian ini terjadi di beberapa daerah dan banyak
menelan korban jiwa, rumah dan peralatan hancur serta tanaman dan hewan yang
mati.
Kedua sistem diatas sangat mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu
perubahan yang terjadi dalam suatu sistem juga akan berdampak terhadap sistem
itu sendiri. Seperti kita lihat diatas bahwa kerusakan yang ditimbulkan akibat
penebangan hutan bukan saja berdampak terhadap lingkungan alam tetapi juga
berdampak pada sosial masyarakat itu sendiri.
Selain 2 contoh diatas, masih ada lagi contoh interaksi sistem sosial dan
Ekosistem Petani Lahan Rawa Pasang Surut. Lahan rawa pasang surut merupakan
wilayah yang tergenang dan berhubungan dengan adanya pengaruh pasang surut
tinggi muka air laut. Lahan rawa pasang surut umumnya berada pada daerah
dataran, dimana air pasang surut masih cukup mempunyai pengaruh terhadap
tinggi

rendahnya

permukaan

air

di

27

daerah

tersebut.

Widjaja

Adhi

mengelompokkan lahan pasang surut menjadi empat tipologi utama menurut


macam dan tingkat masalah fisiko-kimia tanahnya, yaitu :
1.
2.

lahan potensial,
lahan sulfat masam (bisa berupa sulfat masam potensial dan sulfat masam

3.

actual.
lahan gambut (bisa berupa lahan bergambut, gambut dangkal, gambut

4.

sedang, gambut dalam dan gambut sangat dalam), dan


lahan salin. Selain pembagian menurut tipologi di atas, lahan rawa pasang
surut juga dibedakan menurut tipe luapan airnya.
Berdasarkan tipe luapan atau jangkauan air pasang, lahan rawa pasang

surut dibedakan menjadi empat tipe, yakni :


a.

Tipe A , yakni lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pasang besar

b.
c.

(spring tide) maupun pasang kecil (neap tide).


Tipe B, yakni lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar.
Tipe C, yakni lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang besar. Air
pasang mempengaruhi secara tidak langsung, air tanah berada dekat

d.

permukaan tanah kurang dari 50 cm.


Tipe D, yakni lahan yang tidak terluapi air pasang dan air tanah lebih
dalam dari 50 cm dari permukaan tanah.
Hampir semua lahan rawa pasang surut yang terdapat di Kalimantan,

Sumatera, dan Irian Jaya mempunyai faktor pembatas berupa kendala tata air yang
sukar dikendalikan dan tingkat kesuburan lahan yang rendah. Sifat kimia tanah
berupa kemasaman tanah yang tinggi, adanya ion atau senyawa yang meracuni
dan bahan organik atau gambut yang mentah merupakan faktor yang menghambat
bagi pertumbuhan tanaman. Kendala dan faktor pembatas ini berupa tata air yang
sukar dikendalikan dan tingkat kesuburan lahan yang rendah akibat adanya tanah
sulfat masam dan gambut. Karena itulah, memanfaatkan lahan rawa pasang surut
untuk kegiatan pertanian membutuhkan ketekunan dan usaha yang sungguhsungguh.
Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk kegiatan pertanian merupakan
salah satu bentuk adaptasi masyarakat petani terhadap kondisi biofisik lahan rawa
pasang surut yang spesifik. Proses ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan
telah melembaga dalam kehidupan sosial masyarakat petani di lahan rawa pasang

28

surut. Melalui pengalaman dan berbagai uji coba dalam menangani kendala dan
keterbatasan lahan rawa pasang surut, para petani mampu memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya dan hidup selaras dengan alam. Petani setempat juga
mengembangkan kelembagaan sosial spesifik sebagai bentuk adaptasi sistem
sosial dengan ekosistem terutama dalam upaya mengatasi kendala pengaturan tata
air. Kondisi seperti ini merupakan bentuk koadaptasi (fitting together) antara
sistem sosial dengan ekosistem. Pada tahapan lebih lanjut penyesuaianpenyesuaian kedua subsistem ini akan menciptakan mekanisme koevolusi, yakni
suatu bentuk perubahan bersama (changing together).
Koadaptasi antara sisitem sosial dengan ekosisitem lahan rawa pasang
surut juga terlihat dalam model pengelolaan lahan yang berbeda pada masingmasing tipe luapan lahan. Pengembangan pola usahatani yang mengarah pada
sistem tanaman campuran antara padi dengan tanaman tahunan dengan sistem
surjan (tembokan) merupakan suatu bentuk pengetahuan mereka dalam upaya
mengurangi resiko kegagalan dalam usahatani. Sistem tanaman campuran antara
padi dengan tanaman kelapa merupakan model dominan di lahan rawa pasang
surut tipe A, sedang di tipe B dan C tanaman tahunannya seperti jeruk, rambutan
dan mangga.
Faktor lainnya menyangkut penanganan gambut, yang memiliki,
kandungan bahan organik tinggi dan selalu dijenuhi air. Gambut memiliki sifat
khas yakni kering tak balik dan penyimpan air yang besar. Artinya apabila
terjadinya drainase berlebihan akan menyebabkan hilangnya kemampuan daya
dukung gambut bagi pertanian dan sebagai penyuplai air yang besar bagi
pertanian sekitarnya. Berdasarkan hal ini, petani setempat sangat berhat-hati
dalam menangani lahan yang mengandung gambut dan tidak melakukan
pembakaran habis lapisan gambut tersebut. Pengelolaan lahan sawah dilakukan
dengan menanam padi lokal yang toleran dan telah beradaptasi dengan kondisi
ekosistem setempat. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana adaptasi sistem sosial
yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dalam
mengatasi berbagai kendala dan faktor pembatas di lahan rawa pasang surut.

29

Contoh lain, sistem ekologi yang mempengaruhi sistem sosial adalah


perubahan iklim. Kenaikan suhu merupakan bentuk dari perubahan iklim yang
dapat mengganggu sistem sosial. Kenaikan suhu permukaa bumi sebesar satu
derajat akan menaikka permukaan air laut setinggi 15 centimeter, yang akan
menenggelamkan jutaan rumah dan pesisir. Penguapan akan meningkat sehingga
menimbulkan

kekeringan.

Kekeringan

menyebabkan

gagal

panen

yang

mengakibatkan kelaparan dimana mana. Selain dampak tersebut masih ada


dampak- dampak lainnya seperti perubahan kehidupan sosial-budaya dalam suatu
masyarakat antara lain :
1. Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian akan menyebabkan alih fungsi
lahan dan bergantinya cara produksi.
2. Bagi nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring meningkatnya
intensitas badai.
3. Budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam akan tercabut,
seperti contoh masyaarakat tuvalu yang tercabut dari peradabannya akibat
daerah merekaa tenggelam.
4. Daerah-daerah tertentu akan enjadi padat dan sesak karena terjadi arus
pengungsian.
2.5 Manusia sebagai Subjek dan Objek Lingkungan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya
dibanding makhluk-makhluk hidup lainnya, karena manusia secara kodrati diberi
akal budi yang memungkinkan adanya kebudayaan. Manusia dapat digolongkan
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai mahkluk individu
memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai
dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia juga berlaku sebagai
makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan
dan tempat tinggalnya.
Lingkungan didefinisikan sebagai kondisi di sekitar yang mempengaruhi
kehidupan suatu makhuk. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan

30

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan


makhluk hidup lainya (Undang-Undang No.4 tahun 1982).
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (1997) dinyatakan bahwa pendidikan Lingkungan hidup
menyandang karakteristik sebagai pendidikan seumur hidup (long life education),
baik melalui jalur formal (sekolah) maupun informasi luar sekolah). Lingkungan
sosial merupakan hubungan interaksi antar manusia dengan manusia lain yang
terjalin harmonis. Studi lingkungan adalah suatu studi tentang gejala dan masalah
kehidupan manusia yang ditinjau antar hubungannya dengan lingkungannya.
Dalam studi lingkungan dilakukan pengkajian praktis tentang masalah kehidupan
dan masalah lingkungan yang menerapkan konsep dan prinsip ekologi serta
prinsip dan konsep ilmu sosial.
Lingkungan dapat dibagi 3 yaitu lingkungan biotik, abiotik dan lingkungan
buatan. Manusia menjadi objek dan sekaligus subjek dan lingkungan karena
manusia hidup dan berkembang di lingkungan masing-masing, mengolah sumbersumber alam dan sosial yang ada di lingkungan tersebut serta memanfaatkannya
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan makhluk hidup lainnya,
bukan dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan perilaku manusia
dalam memanfaatkan kebutuhan hidup itulah yang membedakannya dengan
makhluk hidup lainnya, misalnya hewan.
Selain membutuhkan makan dan minum, manusia juga membutuhkan
tempat tinggal yang layak, bila tidak berarti tidak manusiawi, manusia juga
membutuhkan pendidikan, dan membutuhkan pakaian, yang itu semua kebutuhan
primer atau pokok manusia. Manusia juga berfilsafat tentang hakekat dirinya
sebagai pribadi dalam hubungannya dengan manusia lain, dengan alam dan
hubungannya dengan Tuhan, Sang Pencipta, yang termuat dalam ajaran agama.
Dari filsafat pula manusia dapat menciptakan ilmu seni dan budaya. Kehidupan
yang manusiawi tentunya dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku.
Perilaku manusia satu dengan yang lain tidak dapat disamakan. Hal yang cukup
mempengaruhi perilaku manusia tersebut karena faktor lingkungan dimana dia

31

tinggal. Sehingga manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi


lingkungannya. Dengan demikian manusia berperan sebagai objek sekaligus
subjek dari lingkungan.

2.6 Pengertian Lingkungan Alam dan Lingkungan Sosial Budaya


Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
yang berada di sekitar manusia. Komponen lingkungan alam terdiri dari faktor
abiotik (tanah, air, udara, cuaca, dan suhu), serta faktor biotik (hewan, tumbuhan,
dan manusia). Lingkungan alam berisi sumber daya alam, yaitu segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup
manusia, agar manusia dapat hidup lebih sejahtera.
Lingkungan sosial budaya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu
lingkungan spasial (ruang), yang ruang lingkupnya ditentukan oleh pola-pola
hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya), dan oleh
tingkat rasa intergrasi manusia di dalamnya.lingkungan sosial budaya terdiri dari
pola interaksi antara budaya, teknologi, dan organisasi sosial termasuk sejumlah
penduduk dan perilakunya dalam suau lingkungan ruang (spasial) tersebut.
Lingkungan sosial budaya dalam suatu masyarakat, misalnya lingkungan
pertemanan, jaringan sosial, pola perilaku masyarakat di sekitarnya, serta adat
istiadat.
Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti perkembangan manusia.
Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya menekankan konsep manusia dalam
lingkup sosial dan budayanya. Lingkungan sosial budaya selalu mengalami
perubahan seiring dengan kemampuan peningkatan adaptasi kultural manusia
terhadap lingkungannya.
2.7 Hubungan antara Manusia dengan Lingkungan Alam dan Lingkungan
Sosial Budaya
Manusia sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri pada alam
lingkungan hidupnya maupun komunitas biologis (lingkungan sosial) di tempat
mereka hidup. Perubahan alam lingkungan hidup manusia tampak jelas di kota-

32

kota, dibanding dengan pelosok dimana penduduknya masih sedikit dan primitif.
Hubungan antara manusia dan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosialnya tentu akan menimbulkan dampak yaitu dampak positif dan
negatif.

Pengaruh positif bagi manusia adalah dengan adanya manfaat atau

keuntungan dari lingkungan. Pengaruh negatif bagi manusia, karena lingkungan


dirasakan mengalami perubahan yang dapat merugikan kehidupan manusia.
Dampak yang makin terlihat nyata saat ini adalah perubahan alam
lingkungan hidup manusia. Hal itu karena ulah perbuatan manusia sendiri.
Lingkungan alam mengalami kerusakan dan tentunya mengganggu keseimbangan
ekosistem lingkungan yang juga akan berpengaruh pada kehidupan sosial
manusia.
Manusia

merupakan

komponen

biotik

lingkungan

yang

memiliki

kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi. Disamping itu manusia memiliki
budaya, pranata sosial dan pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang.
Peranan manusia dalam lingkungan ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat
negatif. Peranan manusia yang bersifat negatif adalah peranan yang merugikan
lingkungan. Kerugian ini secara langsung atau pun tidak langsung timbul akibat
kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan manusia yang
bersifat positif adalah peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan karena
dapat menjaga dan melestarikan daya dukung lingkungan.
Peranan manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antara lain
sebagai berikut:
1. Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan Sumber Daya Alam
makin menciut (depletion);
2. Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota;
3. Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem
binaan yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi;
4. Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan
tanah hingga menimbulkan longsor;
5. Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang
menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat

33

menurunnya kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan


dampak negatif pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri;
Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain:
1. Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan bijaksana
terutama SDA yang tidak dapat diperbaharui;
2. Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka
jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir;
3. Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar bahan
pencemar yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai
ambang batasnya;
4. Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk
menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat
sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah
yang mengandung humus;
5. Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi
lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.
2.8 Pengaruh Timbal Balik antara Lingkungan Alam dan Lingkungan
Sosial Budaya
Manusia memandang alam lingkungannya dengan bermacam-macam
kebutuhan dan keinginan. Manusia bersaing dengan spesies lainnya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini manusia memiliki kemampuan
lebih besar dibandingkan organisme lainnya, terutama dalam penggunaan sumbersumber alamnya.
Berbagai cara telah dilakukan manusia dalam menggunakan sumber-sumber
alam berupa tanah, air, fauna, flora, bahan-bahan galian, dan sebagainya. Namun
sesuai dengan kondisi lingkungan saat ini manusia sudah seharusnya melakukan
perubahan. Perubahan yang dimaksud disini bukanlah transformasi yang diartikan
sebagai perubahan seluruhnya (dari teknologi, sosial budaya dan ekonomi).
Perubahan disini lebih kepada perubahan hidup berperilaku, kebiasaan dalam
hidup yang menunjang pada penyelamatan lingkungan, perilaku hidup manusia.

34

Masih banyak masyarakat yang memiliki kebiasaan yang tidak ramah


lingkungan, seperti pengrusakan lingkungan demi keuntungan semata. Seharusnya
manusia berhati-hati dalam mengolah tanah, air, udara mahluk mahluk yang ada
di dunia ini. Khususnya pada lingkungan, manusia telah begitu banyak
menimbulkan kerusakan pada bumi ini. Limbah, kotoran, sampah dibuang begitu
saja tanpa mengindahkan lingkungan dan mahluk lain. Respon dari lingkungan
dapat lihat seperti dengan adanya bermacam jenis

penyakit, bahkan terjadi

bencana alam karena eksploitasi alam besar-besaran oleh manusia.


Hubungan antara lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya saling
timbal balik. Untuk mengetahui pengaruh antara lingkungan alam dengan kondisi
sosial budaya dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara dua wilayah
yang memiliki kondisi lingkungan alam yang berbeda. Misalnya, pada wilayah
pemukiman penduduk yang tingkat kepadatannya berbeda. Kondisi tersebut tentu
tidak sama pada tiap wilayah di Indonesia, namun secara umum kondisi
lingkungan alam di wilayah yang padat penduduk biasanya lebih buruk
dibandingkan dengan wilayah yang tidak padat penduduk. Kondisi tersebut akan
memicu terjadinya permasalahan di lingkungan sosial masyarakat. Hal itu terlihat
jelas di daerah perkotaan dengan lingkungan yang padat penduduk, maka memicu
terjadinya berbagai permasalahan sosial di masyarakat yang lebih kompleks
dibandingkan dengan di daerah pedesaan dengan kondisi lingkungan yang tidak
terlalu padat penduduk. Permasalahan sosial yang terjadi di daerah perkotaan,
seperti tingkat kemiskinan yang meningkat, maraknya tindak kriminalitas,
pengangguran yang semakin banyak, kesenjangan ekonomi dan juga kesenjangan
sosial di masyarakat.
Sebaliknya, kondisi lingkungan sosial budaya juga berpengaruh terhadap
lingkungan alam. Hal ini dapat dikaitkan dengan etika lingkungan yang ada pada
suatu masyarakat. Etika lingkungan telah dianut oleh nenek moyang manusia
secara tradisional dan turun temurun, bersumber pada agama, mitologi, legenda,
dan cerita rakyat. Hal-hal tersebut masih dipegang teguh oleh masyarakat tertentu
sebagai bentuk kearifan tradisional, seperti pada suku-suku pedalaman di
Indonesia yang masih memegang kuat etika lingkungan kuno.

35

Di sisi lainnya, kondisi sosial budaya masyarakat saat ini telah banyak
mengalami perubahan. Kebutuhan manusia akan teknologi dan informasi sudah
menjadi suatu trend dan gaya hidup di kalangan masyarakat, sehingga barang
elektronik sudah menjadi suatu kebutuhan hidup sehari-hari manusia. Gaya hidup
manusia saat ini terkesan semakin menunjukkan peradaban yang tinggi, canggih
dan penuh dengan teknologi. Seperti pemakaian kendaraan bermesin yang
semakin banyak, seperti pengguna kendaraan mobil dan motor pribadi yang terus
meningkat tiap tahunnya, sementara akses jalan raya yang tidak mengalami
perluasan, mengakibatkan terjadinya kemacetan di jalan raya, khususnya di daerah
perkotaan. Hal ini dapat memicu terjadinya global warming, karena suhu bumi
semakin meningkat dan panas. Belum lagi permasalahan lain, seperti akibat
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, tentunya membutuhkan ruang
lingkungan hidup yang luas, sehingga lahan pertanian, perkebunan, bahkan hutan
yang seharusnya menjadi zona hijau saat ini semakin sulit ditemui. Pemukimanpemukiman penduduk mulai banyak dibangun, dan jika dalam pembangunannya
tidak memperhatikan kondisi keseimbangan alam sekitarnya, maka akan
mengakibatkan berbagai permasalahan seperti bencana tanah longsor dan banjir,
serta ancaman bencana alam lainnya, yang juga akan menimbulkan berbagai
penyakit di masyarakat.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perubahan sosial budaya
manusia, yang meliputi perkembangan modernisasi dan teknologi saat ini, tidak
hanya membawa manusia pada tingkat peradaban yang semakin tinggi dan maju,
akan tetapi juga akan berdampak pada bahaya ancaman lingkungan yang semakin
berat, jika manusia tidak melakukan upaya pemecahan masalah, yaitu dengan cara
memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, tetapi juga dengan tetap
memperhatikan keseimbangan ekosistem alam sehingga kerusakan alam dapat
diminimalisir. Misalnya dengan cara terus mengembangkan teknologi ramah
lingkungan.
2.9 Permasalahan Sosial Budaya di Indonesia

36

Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian


antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada, maka hal
tersebut dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial, seperti kegoyahan dalam
kehidupan kelompok atau masyarakat.
Permasalahaan sosial budaya dalam masyarakat muncul akibat adanya
perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai yang dianut masyarakat dengan realita
atau kenyataan yang ada atau terjadi.
Sumber dari berbagai permasalahan sosial budaya yaitu proses sosial dan
bencana alam. Permasalahan sosial yanag terjadi di masyarakat ditetapkan dan
ditangani oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh
masyarakat, lembaga pemerintah, organisasi sosial masyarakat, dan sebagainya.
Faktor yang memicu terjadinya permasalahan sosial, diantaranya:
1.

Faktor ekonomi, seperti tingkat kemiskinan, pengangguran.

2.

Faktor budaya, seperti perceraian, kenakalan remaja.

3.

Faktor biologis, seperti penyakit menular, penyakit degeneratif.

4.

Faktor psikologis, seperti tingkat stress, penyimpangan perilaku

manusia.
Permasalahan sosial budaya di Indonesia sangat kompleks dan beragam.
Faktor-faktor permasalahan sosial tersebut juga memicu terjadinya perubahan
sosial budaya di Indonesia. Terdapat kekuatan-kekuatan lain yang dapat
mempengaruhi adanya perubahan sosial di kalangan masyarakat. Seperti pada
masyarakat di Indonesia yang sudah terkena dampak perubahan sosial. Saat ini
masyarakat di Indonesia sangat tergantung dan terpengaruh pada kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Yang paling tampak yaitu pada
kemajuan teknologi informasi yang sudah merambah tidak hanya di kota-kota
besar di Indonesia, tetapi sudah sampai pada wilayah pelosok di Indonesia.
Kemajuan IPTEK tersebut membawa bangsa Indonesia ke dalam masa transisi
yang sulit. Perubahan ini harus dihadapi dengan sangat cepat dan tepat, sehingga
masyarakat tidak menjadi sasaran negatif dari teknologi, tetapi diarahkan pada

37

manfaatnya yang dapat membangun masyarakat Indonesia ke arah yang lebih


baik.
Selain permasalahan perubahan sosial budaya di Indonesia, masalah sosial
saat ini sangat beragam, seperti kemiskinan, pengangguran, kasus tindak
kriminalitas, seperti pembunuhan, pemerkosaan, kekerasan, permasalahan
pendidikan yang belum merata, serta adanya kesenjangan sosial yang cukup
signifikan dalam masyarakat.
Hal tersebut seharusnya menjadi wacana dan perhatian bagi semua pihak,
khususnya

pemerintah

Indonesia,

dengan

membuat

berbagai

program

pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat, serta dengan meningkatkan


dan mengelola mutu kualitas sumber daya yang ada, baik sumber daya alam
maupun sumberdaya manusia, namun juga harus tetap diikuti dengan upaya
menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ekosistem merupakan suatu tatanan dan kesatuan yang secara utuh dan
menyeluruh di antara segenap komponen lingkungan hidup. Komponen ini saling
berinteraksi dan pada akhirnya membentuk kesatuan yang teratur dan dinamis.
Menurut, UU No. 23 Tahun 1997, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan
hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi
dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

38

Berbicara mengenai intaraksi ekosistem dengan sistem sisoal, maka yang


dimaksud sistem sosial adalah sistem sosial terdiri dari dua kata yaitu sistem dan
sosial. Sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa unsur yang membentuk
sebuah jaringan sedangkan sosial berarti masyarakat. Manusia hidup di dunia
pasti berinteraksi, ada interaksi yang bersifat positif dan ada yang bersifak negatif.
Namun dalam kaitannya dengan interaksi antar ekosistem dan sistem sosial ini
lebih menekankan pada perilaku manusia terhadap ekosistem di sekitarnya. Dalam
memanfatkan harus tepat, dan tidak boleh mengeksploitasi sehingga perlu adanya
pembangunan berwawasan lingkungan.
Manusia melakukan upaya memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidup demi kelangsungan
hidupnya. Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem
serta habitat manusia, melalui tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakankebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi
lingkungan dan manusia.
Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Kemampuan manusia untuk
menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan manusia dengan
lingkungannya. Hal ini memerlukan pembiasaan diri sehingga tercipta hubungan
yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Manusia memiliki tugas
untuk menjaga lingkungan karena dengan menjaga lingkungan secara tidak
langsung manusia melakukan upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya di masa yang akan datang.
3.2 SARAN
Saran yang bisa penulis berikan terkait interaksi antara ekosistem dan
sistem sosial adalah sebagai berikut :
1. Dalam memanfaatkan ekosistem harus tepat dan tidak mengeksploitasi.
2. Pemanfaatan ekosistem harus secara arif dan bijaksana
3. Pemanfaatan lingkungan harus memperhatikan kelestarian tumbuhan.

39

4. Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan


sebagai usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan
lingkungan.
5. Manusia harus menyadari hakikatnya sebagai makhluk individu sosial, dan
makhluk Tuhan yang saling terkait dengan lingkungan.
6. Manusia sebaiknya lebih memikirkan dampak perubahan sosial budaya,
khususnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terhadap
lingkungan alam, serta melakukan upaya menjaga bumi dari kerusakan
ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah, Luthfi, 2012. Hubungan Timbal Balik Manusia dengan Lingkungan.
www.gunadarma.ac.id, diakses pada tanggal 15 Juni 2013, Yogyakarta.
Idris, Ridwan, 2011. Perubahan Sosial Budaya. Lentera Pendidikan, Vol 14 No. 2.
219-231.
Maulida, Riska, 2012. Manusia dan Lingkungan. www.scrib.com, diakses pada
tanggal 15 Juni 2013, Yogyakarta.

40

Pasaribu, Raendra Musa, 2012. Masalah Sosial Budaya di Indonesia.


www.wartawarga.gunadarma.ac.id, diakses pada tanggal 15 Juni 2013,
Yogyakarta.
Biodiversitas Volume 9, Nomor 3, Halaman: 227-231, Juli 2008, ISSN 1412033X Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.
Iskandar, Johan.2001.Manusia Budaya dan Lingkungannya.Bandung:Humaniora
Utama Press
Soegiarto, Apriliani.dkk. 1990. Pengantar Ekologi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suparman. 2006. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Manusia. Enviro 7 (1) : 32-37, Maret 2006, ISSN : 1411-4402
PPLH-LPPM UNS Surakarta

41

Anda mungkin juga menyukai