Anda di halaman 1dari 16

BAB II

MANAJEMEN BUDIDAYA PERKEBUNAN

2.1 Manajemen Tanaman


Manajemen perkebunan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
dengan beraneka ragam permasalahan dan kondisi, sehingga seorang
manajee yang baik adalah orang yang pandai memadukan ilmu dengan seni.
Sebagai ilmuwan dia dapat mempelajari ilmu, memahami dan melakukan
mitivasi, serta hasilnya dapat di buktikan kebenarannya. Seorang manajer
harus mampu memanfaatkan dan mengarahkan potensi yang ada di
perusahannya, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
dana yang tersedia. Sumber daya alam harus dikelola sebaik-baiknya
sehingga memberikan hasil yang optimal secara berkelanjutan, dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan. Sumber daya manusia harus dikelola
agar produktivitasnya optimal dalam kondisi yang serasi, sedangkan sumber
dana yang umumnya terasa terbatas harus dikelola dengan baik sehingga
semua rencana manajemen berjalan sesuai dengan jadwal dan sasaran
perusahaan dapat dicapai.
A. Persyaratan Tumbuh Tanaman
(1) Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu udara,
kelembaban udara dan radiasi matahari. Faktor-faktor ini sepintas lalu
tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan
erat dan saling mempengaruhi. Curah hujan yang tinggi menurunkan radiasi
matahari karena cuaca banyak berawan. Disamping itu faktor-faktor lain
seperti tinggi tempat dari permukaan laut (elevasi) dan jarak dari khatulistiwa
(latitude, dinyatkan dalam derajat LU atau derajat LS) berpengaruh pada
faktor-faktor iklim.

1
Hartley menyusun syarat-syarat iklim yang optimal sebagai berikut :
(a) Curah hujan sekitar 2.000 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang
tahun.
(b) Rata-rata suhu maksimum antara 29-32°C dan rata-rata suhu
minimum antara 22-24°C.
(c) Penyinaran yang konstan dengan masa penyinaran (fotoperiodisitas)
sekurang-kurangnya 5 jam/hari untuk seluruh bulan dalam setahun,
dan beberapa bulan diantaranya dengan fotoperiodisitas sampai 7
jam/hari
Tersusunnya syarat-syarat optimal tersebut tidak berarti bahwa di
wilayah-wilayah yang kondisi iklimnya sesuai dengan syarat-syarat itu pasti
dapat dilakukan usaha tani. Di wilayah yang iklimnya kurang ideal pun, bila di
dukung oleh pengelolaan yang tepat guna, usaha tani dapat diselenggarakan
dengan hasil yang memuaskan, dengan perolehan keuntungan yang
memadai. Dengan demikian kondisi iklim hanya mencakup sebagian dari
faktor-faktor pendukung keberhasilan usaha tani.
(a). Curah Hujan dan Evapotranspirasi
Curah hujan merupakan sumber penyediaan air tanah sehingga
merupakan komponen penting dari aspek iklim di samping suhu matahari,
kelembapan udara dan radiasi matahari. Pangudijatno dan Purba
mengemukakan bahwa curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan
pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan,
karena sebagian serbuk sari (pollen) hilang terbawa aliran air. Sedangkan
curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang pada
gilirannya menghambat pembentukan bunga (karena bunga dibentuk pada
ketiak daun).
Di wilayah-wilayah tertentu evapotranspirasi merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap produksi. Evapotranspirasi adalah besarnya
penguapan air dari dalam tanah ke udara, baik secara langsung maupun
melalui tubuh tanaman. Ini dipengaruhi oleh suhu setempat. Bila curah hujan

2
lebih besar dari pada evapotranspirasi, produksi tidak mengalami gangguan.
Tetapi produktivitas akan menurun bila evapotranspirasi lebih besar dari
curah hujan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang penting
adalah ketersediaan air bagi tanaman. IRHO menyusun klasifikasi defisit air
tahunan pada budidaya perkebunan menjadi beberapa kelas sebagai berikut:
0-150 mm (optimal)
150-250 mm (masih sesuai)
250-350 mm (intermedier)
350-400 mm (batas, limit)
400-500 mm (kritis)
>500 mm (tidak sesuai)
(b). Intensitas Penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena
merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Di
samping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah
intensitasnya. Di daerah-daerah yang intensitas penyinarannya rendah,
misalnya karena jarak tanam terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga
akan gugur (aborsi), sehingga produktivitas kebun menurun. Pemikiran yang
lebih mutakhir dari para pakar adalah mengkombinasikan aspek-aspek lama
penyinaran dan intensitas penyinaran tersebut di atas, sehingga yang lebih
diperhatikan adalah besarnya energi cahaya total yang diterima oleh setiap
tanaman perkebunan. Munculnya konsep “penyinaran efektif” (effective
sunshine) merupakan penjabaran dari pemikiran tersebut di atas.
(c). Suhu
Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju
rekasi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas
tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan lebih cepatnya reaksi, yang
pada akhirnya menyebabkan meningktanya produksi buah. Disamping batas-
batas suhu maksimum dan minimum yang ideal seperti diuraikan di atas,
batas-batas lainnya juga dikemukakan oleh para ahli perkebunan. Suhu 20°C

3
disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif, dan suhu rata-
rata tahunan sebesar 22-23°C diperlukan untuk berlangsungnya produksi
buah (73).
B. Tanah
Berbeda dengan faktor-faktor iklim yang polanya dapat berfluktuasi
dari tahun ke tahun, sifat-sifat tanah dapat dikatakan konstan, walaupun
untuk suatu jangka waktu yang panjang, karena proses pelapukan, sifat-sifat
tersebut dapat mengalami perubahan. Demikian pila derajat kesuburan tanah
dapat meningkat atau menurun, tergantung dari tindakan manusia dalam
memanfaatkan tanah. Tanah mempunyai banyak jenis. Tiap jenis tanah
memiliki sifat yang berbeda, baik kimia maupun fisiknya. Jenis tanah turut
mempengaruhi berbagai aspek penting bagi pertumbuhan tanaman, seperti
sebarapa besar kandungan unsur-unsur hara, mudah tidaknya unsur-unsur
hara tersebut diserap oleh akar tanaman dan besarnya kemampuan
manahan air.
Pada tanah-tanah yang kurang subur, petani dapat memperoleh
produktivitas tinggi dengan menerapkan pemupukan yang tepat. Tanah-tanah
yang terlalu padat dapat diolah agar menjadi gembur, sehingga ketersediaan
oksigen (O2) bagi akar tanaman menjadi lebih terjamin. Tanah-tanah yang
kandungan bahan organiknya rendah dapat diperbaiki dengan pemberian
pupuk organik.
Pada tanah-tanah yang kurang sesuai, produktivitas tinggi dapat
dicapai dengan upaya tambahan. Hartley juga menekankan pentingnya jenis-
jenis tanah yang lebih menjamin ketersediaan air dengan catatan tidak
termasuk tanah-tanah yang selalu kelebihan air, karena pada tanah-tanah
seperti ini akar tidak mendapat cukup oksigen.
2.2. Botani
1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang
lalu (abad ke-16) dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya. Seperti halnya

4
dengan upaya pengklasifikasian jenis-jenis tumbuhan lainnya ataupun
hewan, para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Denga
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperoleh data dan
informasi baru yang memungkinkan para ahli untuk mengadakan perubahan,
penyesuaian, dan pembetulan.
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah
sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Anak divisi (Subdivisi) : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Anak kelas (Subkelas) : Monocotyledoneae
Bangsa (Ordo) : Spadiciflorae (Arecales)
Suku (Familia) : Palmae (Arecaceae)
Anak suku (Subfamilia) : Cocoideae
Marga (Genus) : Elaeis
Jenis (Spesies) : Elaeis guineensis Jacq

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip membentuk satu


pelepah yang panjangnya antara 7,0--9,0 m, dimana jumlah anak daun setiap
pelepah berkisar antara 250--400 helai. Pada pohon kelapa sawit yang
dipelihara, dalam satu batangnya terdapat 40--50 pelepah daun, sedangkan
untuk kelapa sawit liar jumlahnya bisa mencapai 60 pelepah. Daun muda
yang masih kuncup berwarna kuning pucat, sedangkan daun tua berwarna
hijau tua dan segar. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2--3 pelepah
daun setiap bulannya, sedangkan tanaman muda menghasilkan 4--5 daun
setiap bulannya. Produksi daun per-bulan dipengaruhi oleh faktor umur,
lingkungan genetik, dan iklim.
Luas permukaan daun sangat berpengaruh terhadap produktivitas
hasil tanaman. Semakin luas permukaan daun maka produktivitas hasil
tanaman akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis akan

5
berjalan dengan baik pada jumlah daun yang banyak, namun luas
permukaan daun yang melebihi titik optimal justru dapat menyebabkan laju
transpirasi tanaman tinggi, pemborosan fotosintat untuk pertumbuhan
vegetatif daun, dan penurunan produktivitas hasil tanaman.
Kelapa sawit tergolong tanaman yang memiliki biji keping satu
(monokotil) oleh karenanya batang kelapa sawit tidak berkambium dan pada
umumnya tidak tumbuh bercabang, kecuali pada tanaman yang tumbuh
abnormal. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan
dibungkus oleh pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar
dibanding bagian atasnya. Hingga umur tanaman tiga tahun, batang kelapa
sawit masih belum dapat terlihat karena masih terbungkus oleh pelepah
daun. Setiap tahun, tinggi batang kelapa sawit bertambah pada kisaran 45
cm tergantung umur tanaman, ketersediaan hara, keadaan tanah, iklim, dan
genetik tanaman. Tinggi tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan
maksimum mencapai 15--18 m, sedangkan kelapa sawit liar tingginya dapat
mencapai 30 m. 
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang,
tetapi akar ini akan mati pada umur 2 minggu setelah penanaman di pre-
nursery dan akan segera digantikan oleh akar serabut. Akar serabut memiliki
sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar
serabut tumbuh urus ke bawah dan sebagian tumbuh mendatar ke arah
samping. Jika aerasi dan drainase cukup baik akar tanaman kelapa sawit
dapat menembus hingga kedalaman 8 meter didalam tanah, sedangkan yang
tumbuh ke samping biasanya mencapai radius 16 m. Kedalaman ini
tergantung umur tanaman, genetik, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah.
2. Klasifikasi Tanaman Kopi
Tanaman kopi merupakan kelompok tumbuhan berbentuk pohon
dalam marga Coffea. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies tanaman tetapi
hanya 3 jenis yang memiliki nilai ekonomis bagi manusia, yaitu Robusta,
Arabica dan Liberica. Kalsifikasi jenis tanaman kopi adalah sebagai berikut :

6
Kingdom : Plantea
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianacea
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica; Coffea Robusta;

Kopi termasuk keluarga (suku rubiaceae ),keluarga coffea,bijinya


berkeping dua (dikotil). Susunan akarnya sebgai berikut: Akar tunggal: akar
yang lupus masuk kedalam tanah, berbunga untuk tegaknya tanaman dan
penolong bila terjadi kekeringan. Pada akar tunggal sering timbal akar yang
di camping di sebut akar lebar. Pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar
rambut dan bulu-bulu akar, yang berguna untuk mengisap tanaman.
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap
tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit
pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang tegak lurus, yang direbut
cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang
itu bisa disebut ( wiwilan) tunas air atau cabang air.
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai
bulat tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun
berdampingan pada ketiak.
Tumbuhnya bunga kopi pada ketiak-ketiak cabang primer tersusun
berkelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang
bertangkai pendek. Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok
bunga maka pada tiap buku dapat tumbuh ± 30 kuntum bunga atau lebih dan
pada musim berbunga satu (1) pohon dapat keluar sampai ribuan kuncup.
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang
masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji
tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung

7
(punggun), tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat
panjang sering disebut biji atau kopi (lanang).
Tanaman kopi beredar di hampir seluruh dunia ada 3 jenis utama, kopi
arabika dan robusta dan jenis lainnya yaitu liberika.Untuk sampai menjadi
minuman, buah kopi melalu perjalanan panjang dalam pengolahannya.Di
mulai dari pemetikan buah, sortasi, fermentasi, pemisahan kulit buah,
pengeringan, sampai menjadi kopi siap pakai. Setiap proses harus dilakukan
dengan baik agar kualitas kopi terjaga.
Tanaman kopi sendiri tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi,
tergantung jenisnya.Untuk kopi robusta dan liberika, tumbuh dengan baik di
dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl.Kopi arabika tumbuh baik pada
dataran tinggi sampai 1700 m dpl dengan suhu sekitar 10º-16ºC.Tanaman
kopi menyukai curah hujan 2000-3000 mm/tahun dengan musim kering
minimal selama 1-2 bulan.Musim kering yang paling ideal untuk tanaman kopi
terjadi pada masa pembungaan sampai pemetikan buah.
Perkebunan kopi yang ada di Indonesia umumnya berusia tua.
Sehingga, tingkat produksinya sudah berkurang karena produktivitas terbaik
tanaman tersebut terjadi pada usia 8 tahun ke atas selama 15-18 tahun.
Sementara tanaman kopi Indonesia sebagian besar berusia lebih dari 30
tahun.
3. Klasifikasi Tanaman Cengkeh
Cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan
tinggi 10-20 m. Mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada
pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna
merah jika bunga sudah mekar, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan
cabang-cabangnya cukup lebat. Umur cengkeh pertama kali berbuah pada
umur 4-7 tahun. Kalsifikasi jenis tanaman kopi adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae

8
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry

Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai


daun (petiolus), helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah
daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian
ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih
dari satu daun.
Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m.
Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya
memiliki cabang-cabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan
lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara
percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih
dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Lalu arah tumbuh
cabangnya adalah condong ke atas (patens). Selain itu pohon cengkeh dapat
bertahan hidup hingga puluhan tahun. Tangkainya kira-kira1-2,5 cm (Steenis
1975).
Sistem akarnya tunggang, akar ini merupakan akar pokok (berasal dari
akar lembaga) yang kemudian bercabang-cabang. Bentuk akar tunggangnya
termasuk berbentuk tombak (fusiformis) pada akar tumbuh cabang yang
kecil-kecil. Akar kuat sehingga bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan
tahun. Akarnya biasanya mampu masuk cukup dalam ke tanah.
Perakaran pohon cengkeh relatif kurang berkembang,tetapi bagian yang
dekat permukaan tanah banyak tumbuh bulu akar.Bulu akar tersebut berguna
untuk menghisap makanan
Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5
tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spedodermis), tali pusar (funiculus), dan inti biji
(nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat

9
menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Hal ini
dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk
industri, seperti industri rokok.
Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis)
dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada
ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas
karena ujung ibu tangkainya  selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai
(pedicellus), ibu tangkai (pedunculus), dan dasar bunga (repectaculum).
Bunga cengkeh adalah  bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat
dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus).
Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik
(andoginofor).
Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau
dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu
karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah.
Buah cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau
dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya secara umum tersusun
atas bagian-bagian secara umum pada kulit buah antara lain epikarpium,
mesokarpium, dan endokarpium. Selain itu ada septum dan ovarium.
4. Klasifikasi Tanaman Pala
Pala adalah tumbuhan berbentuk pohon. Tumbuhan pala memiliki dua
rumah atau sering disebut dioecious dan dikenal dengan sebutan pohon
jantan dan pohon betina. Pala dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan
rata-rata sekitar 167 hari sepanjang tahun. Buah pala dapat tumbuh dengan
baik pada daerah dengan ketinggian antara 0 hingga 700 m diatas
permukaan laut. Kalsifikasi jenis tanaman kopi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta

10
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt

Bentuk Pohon
Bentuk pohon, berpenampilan indah tinggi 10 – 20 m, menjulang tinggi
ke atas dan ke pinggir, mahkota pohonnya meruncing, berbentuk piramidal
(kerucut), lonjong (silindris) dan bulat dengan percabangan relatif teratur.
Daun
Dedaunan yang rapat dengan letak daun yang berselang seling secara
teratur. Daunnya berwarna hijau mengkilap dan gelap, panjang 5 – 14 cm
dengan lebar 3 – 7 cm, tangkai daun 0,4 – 1,5 cm panjangnya.. Daun pala
berbentuk bulat telur, pangkal dan pucuknya meruncing. Warna bagian
bawah hijau kebiru - biruan muda. Bagian atsanya hijau tua. Jangka waktu
pertumbuhan buah dari mulai persarian hingga masa petik tidak boleh lebih
dari 9 bulan
Buah Pala berbentuk bulat sampai lonjong, berwarna hijau kekuning-
kuningan, apabila masak akan berbelah dua, diameter 3-9 cm. Daging
buahnya/pericarp tebal dan rasanya asam. Kulitnya licin, berwarna kuning,
berdaging, dan cukup banyak mengandung air.
Biji Pala berbentuk bulat sampai lonjong, panjangnya 1,5-4,5 cm
dengan lebar 1-2,5 cm. Warnanya coklat dan mengkilap pada bagian luarnya.
Kernel bijinya berwarna keputih-putihan. Fulinya merah gelap dan ada pula
yang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala.

11
5. Klasifikasi Tanaman Kelapa Dalam
Kelapa adalah salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam suku
pinang-pinangan (arecaceae). Semua bagian pohon kelapa dapat
dimanfaatkan, mulai dari bunga, batang, pelepah, daun, buah, bahkan
akarnya pun dapat dimanfaatkan. Batang pohon kelapa merupakan batang
tunggal, tetapi terkadang dapat bercabang. Tinggi pohon kelapa dapat
mencapai lebih dari 30 cm. Daun kelapa tersusun secara majemuk, menyirip
sejajar tunggal, berwarna kekuningan jika masih muda dan berwarna hijau
tua jika sudah tua
Klasifikasi Tanaman Kelapa 
 Kingdom: Plantae 
 Subkingdom: Tracheobionta 
 Super divisi : Spermatophyta 
 Divisi: Magnoliophyta 
 Kelas : Liliopsida 
 Subkelas: Arecidae 
 Ordo: Arecales 
 Famili : Arecaceae 
 Genus: Cocos 
 Spesies : Cocos nucifera L. 
Akar kelapa merupakan akar serabut, tebal dan berkayu yang
berkerumun membentuk bonggol. Bunganya merupakan bunga majemuk dan
buahnya berukuran besar dengan diameter kira-kira 10-20 cm. Buah kelapa
berwarna hijau, kuning, dan ada yang berwarna orange. Air Kelapa Muda
sangat baik untuk dikonsumsi.
2.3. Nutrisi atau Unsur Hara
(1) Kebutuhan Unsur Hara
Unsur-unsur hara dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman karena
merupakan bagian dari sel-sel dalam tubuh tanaman taupun berfungsi

12
melancarkan berlangsungnya proses metabolisme. Sel-sel baru selalu di
bentuk selama tanaman itu hidup, baik untuk perkembangan organ-organ
tubuh tanaman maupun untuk mengganti sel-sel yang tua dan mati. Oleh
karena itu kebutuhan akan unsur hara berlangsung sepanjang kehidupan
tanaman.
Mengingat tanah mengandung unsur hara teredia dalam jumlah
terbatas, sebagian besar kebutuhan hara harus dicukupi melalui pemupukan.
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemupukan setinggi mungkin dalam
rangka mengoptimalkan efisiensi biaya tanpa menggangu kelestarian
kesuburan tanah, pemupukan seharusnya dilaksanakan berdasrkan hasil-
hasil penelitian pemupukan yang tersedia.
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman biasanya dibagi atas dua
kelompok yaitu unsur-unsur makro dan unsur-unsur mikro. Alasan
pembagian ini sederhana, yaitu : unsur makro adalah yang dibutuhkan dalam
jumlah besar, dan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Tetapi dalam
praktek dilapangan alasan pembagian tersebut menjadi lebih logis; unsur-
unsur makro, dalam pertanian modern ditambahkan dalam bentuk pupuk,
sedangkan unsur-unsur mikro umumnya dapat dicukupi oleh tanah sendiri.
Unsur-unsur yang tergolong unsur makro adalah Nitrogen (N), Fosfor
(P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang atau Sulfur (S), dan
Natrium (Na), sedangkan unsur-unsur mikro adalah Klor (CI), Mangan (Mn),
Besi (Fe), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), dan Boron (B).
(2) Jenis-Jenis Pupuk
Di muka telah dikemukakan bahwa tanah terbatas kemampuannya
untuk mentediakan unsur hara, baik dalam jenis maupun dalam jumlah yang
diperlukan tumbuhan. Oleh karena itu tanaman perlu dipupuk. Hal ini berlaku
untuk pengusahaan semua jenis tanaman. Gagasan untuk menambahkan
berbagai jenis bahan pupuk ke dalam tanah untuk meningkatkam
produktivitas tanah bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah
dipraktekkan manusia sejak beberapa abad sebelum Masehi.

13
Dengan berkembangnya ilmu pertanian, semakin banyak jenis bahan
yang di pergunakansebagai pupuk. Bahan-bahan seperti deposit kotoran
burung yang berakumulasi selama ratusan tahun seperti “guano”
berkembang menjadi komoditas ekspor. Pada waktu itu pada dasarnya
bahan pupuk yang diperdagangkan merupakan bahan alami. Baru kemudian
berkembang industri pupuk sintesis. Dengan demikian terjadi penggolongan
jenis-jenis pupuk atas pupuk alami dan pupuk sintesis. Tetapi penggolongan
atas kedua jenis pupuk tersebut dapat menjadi kabur atau kurang jelas. Di
antara jenis-jenis pupuk sintesis dibedakan antara pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Secara sederhana, pupuk tunggal adalah pupuk yang
mengandung satu jenis unsur hara utama (N, P atau K), sedangkan pupuk
majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara utama.
Selanjutnya terdapat pembagian antara pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pembagian ini sangat teknis karena berkaitan dengan difinisi dari
senyawa organik dan senyawa anorganik dalam ilmu Kimia. Pupuk pada
umumnya tersedia dalam bentuk padat. Selain itu terdapat pupuk cair. Pupuk
vair dapat mengandung satu atau lebih unsur hara yang diperlukan tanaman,
semuanya sudah dalam bentuk larutan. Keunggulan dari pupuk cair
dibandingkan dengan pupuk padat adalah : (1) Dapat di aplikasikan melalui
air irigasi bila menggunakan irigasi curah, irigasi tetes, dan lain-lain; (2)
Dapat disemprotkan melalui dan; dan (3) Dapat diaplikasikan sekaligus
dengan pestisida, bila diperlukan.
(a). Pupuk Organik
Pupuk organik ada yang alami dan ada yang sintesis. Di sini yang
akan diuraikan adalah pupuk organik alami, yang turut mempengaruhi
kandungan bahan organik dalam tanah, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi pengaturan ketersediaan unsur-unsur hara.
Fungsi pupuk organik antara lain adalah : konservasi air, perbaikan
struktur tanah, dan penyediaan beberapa unsur hara. Dalam hal konservasi

14
air pupuk organik turut menjamin agar air teteap tersedia bagi tanaman dan
tidak segera turun ke lapisan bawah tanah.
Unsur-unsur haraa yang berasal dari pupuk organik adalah N, P, K
dan beberapa unsur mikro. Kandungan unsur-unsur tersebut dalam pupuk
organik dapat dikatakan sangat kecil, yaotu sekitar 0,25-0,5% untuk N,P dan
K. Pupuk organik dihasilkan dari proses pembusukan (dekomposisi) bahan-
bahan yang berupa bagian-bagian dari tubuh tanaman (daun, batang, dan
lain-lain), ataupun makhluk-makhluk hidup lainnya.
Di antar jenis-jenis pupuk organik adalah kotoran ternak (pupuk
kandang), daun, ranting, dan bagian lainnya dari tanaman yang jatuh
membusuk di permukaan tanah., sisa panen yang di tinggalkan membusuk di
lapangan, dan lain-lain.
(a). Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk sintesis dibedakan dalam pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Kedua jenis pupuk tersebut diproduksi oleh pabrik.
(c). Pupuk Tunggal
(i) Pupuk Nitrogen. Jenis-jenis pupuk Nitrogen yang di produksi oleh
pabrik jumlahnya cukup banyak, beberapa diantaranya adalah : Amonium
Sulfat (ZA), Kalsium Amonium Nitrat (CaN), Nitrat Soda, dan Urea.
(ii) Pupuk Fosfor. Semua jenis pupuk fosfor berubah sifatnya menjadi
sulit terlarutkan begitu diaplikasikan ke dalam tanah. Tetapi di kemudian hari
dapat larut perlahan-lahan atau secra bertahap. Hal ini penting untuk
dipertimbangan dalam memilih jenis pupuk fosfor yang akan dipakai, karena
mempengaruhi penentuan saat aplikasi (pemberian yang tepat).
(iii) Pupuk Kalium. Beberapa contoh jenis pupuk kalium misalnya
Kalium Klorida (MOP), Kalium Sulfat (ZK), dan Kalium Nitrat.
(iv) Pupuk Magnesium. Jenis-jenis pupuk Magnesium antara lain
Kieserit, Dolomit, Patent Kali, Magnesit, dan Epsom Salt.

15
(d). Pupuk Majemuk
Berdasarkan definisi pupuk majemuk yang telah disebut di muka,
beberapa di antara jenis pupuk majemuk mengandung 2 dan 3 unsur utama
N, P, dan K. Pupuk amonium fosfat misalnya, mengandung N dan P,
sedangkan pupuk kalium nitrat mengandung N dan K. Kebanyakan pupuk
majemuk yang di produksi oleh industri pupuk sudah mengandung ketiga
unsur N, P dan K, dan beberapa diantaranya ditambah dengan Mg.
2.4. Hama, Penyakit, dan Gulma
Perkebunan yang baru dibuka di suatu daerah baru dan merupakan
perkebunan dalam skala besar hingga ribuan ha, dapat menyebabkan
terjadinya perubahan vegetasi dan ekologi yang cukup drastis. Satwa dan
mikroorganisme pada vegetasi sekelilingnya tidak merupakan hama dan
penyakit, dapat berkembang menjadi hama dan penyakit di perkebunan
tanaman.
Jenis-jenis hama dan penyakit di perkebunan, walaupun pada
umumnya tidak menimbulkan kerugianberskala besar, karena secara alami
populasinya dikendalikan oleh musuh-musuh biologisnya secara alamiah,
baik berupa penyakit yang menjangkit hama-hama tersebut atau berupa
parasit dan predator (pemangsa).Tetapi hama dapat berkembang tak
terkendali dan menimbilkan kerugian besar bila keseimbangan tersebut
terganggu,atau timbulnya kondisi lingkungan (misalnya iklim mikro di
perkebunan) yang mendorong perkembangbiakan hama dan penyakit yang
cepat. Jenis-jenis hama, penyakit dan gulma di perkebunan banyak sekali.
Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman di pembibitan antara
lain : kumbang malam yang memakan epidermis daun, kutu daun dan tungau
yang mengisap cairan tanaman, dan ulat pemakan daun yaitu ulat api dan
ulat siput dan ulat kantung, dan belalang. Sedangkan penyakit yang sering
menyerang tanaman di pembibitan antara lain : jamur, dan penyakit daun.
Gulma yang paling banyak mendominasi antara lain : alang-alang, mikania,
keriyuh, harendong/melastoma, dan teki.

16

Anda mungkin juga menyukai