Anda di halaman 1dari 13

Selamat datang

Dalam kuliah

KLIMATOLOGI PERTANIAN
Kuliah 4
Hubungan Iklim dan Komponen Pertanian
Klimatologi pertanian melibatkan interaksi setiap hari secara terus-menerus dalam
kurun waktu yang lama antara cuaca dan air sebagai komponen fisika
lingkungan /iklim di suatu sisi, dengan komponen-komponen pertanian di sisi lain.

Pentingnya pengaruh iklim dan cuaca pada tanaman dari waktu ke waktu haruslah
lebih disadari dan dipaharni.

Jika diperhatikan produkrivitas sebuah lahan pertanian dari waktu ke waktu, maka
dapat dilihat bahwa hasil yang dicapai senantiasa tidak sama.

Hal ini juga terjadi walaupun varietas dan jenis serta dosis pupuk yang dipergu-
nakan sama, baik lahan basah beririgasi maupun lahan kering.

Keadaan ini disebabkan curah hujan maupun radiasi matahari pada suatu areal
tidak pernah sama untuk setiap tahap pertumbuhan tanaman maupun setiap
musim atau tahun yang berlainan.
Mekanisme Pengendalian Produksi Pertanian oleh Cuaca dan Iklim

Cuaca dan Iklim

Tanah Manusia Hama dan Penyakit

Tanaman Ternak

Kualitas dan kuantitas


PRODUKSI PERTANIAN
Dari diagram tersebut terlihat adanya hubungan saling terkait dan rumit antara
komponen iklim, tanah, tanaman, ternak, hama dan penyakit, dan manusia
sebagai pengelola untuk menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan
kuantitas yang tinggi.
Selanjutnya cuaca dan iklim juga berpengaruh terhadap hasil yang telah dipanen
terutama dalam penanganan pasca panen.
Pada diagram terlihat pengaruh iklim/cuaca sangat luas karena mempengaruhi
secara langsung terhadap tanah, tanaman, ternak, hama dan penyakit, hasil
panen dan manusia.
Manusia sebagai pengelola pertanian juga berpengaruh kuat dengan cara
mengatur tanah, tanaman, ternak, proses pasca panen dan mengendalikan
penyebaran hama dan penyakit.

4 Komponen Pertanian yang dipengaruhi Iklim

Tanah Tanaman

Produksi Pertanian Pasca Panen Hama dan Penyebab penyakit


Pengaruh Iklim terhadap Tanah
Proses Weathering (kerusakan karena cuaca/iklim) atau pengaruh
jangka panjang terhadap tanah sangat menentukan kondisi alamiah
tanah terutama sifat fisika dan kimianya.
Melalui pelapukan oleh iklim dan cuaca akan mempengaruhi kandungan
hara tanah, struktur dan tekstur tanah, kandungan jasad renik, serta
kapasitas menahan dan melepas kandungan panas serta air.
Proses pelapukan dapat terjadi karena fluktuasi suhu di luar yang sangat
besar atau oleh pemecahan tetesan butir hujan yang intensif, diikuti
proses erosi oleh angin kencang atau hujan ekstrim dalam jangka
panjang.
Pengaruh Iklim terhadap Tanaman
Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca terutama
pengaruh radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi dan proses-proses
metabolisme di dalam sel organ tanaman.
Fotosintesis dan respirasi adalah proses biokimia, sehingga memerlukan katalisator.
Kecepatan proses tergantung pada aktifitas katalisator yang diatur oleh suhu.
Pada kisaran suhu toleransi semakin tinggi suhu akan mempercepat proses dan
meningkatkan produksi.
Perlu diingat bahwa toleransi setiap tumbuhan terhadap radiasi dan suhu dapat berbeda
untuk tiap varietas dan spesies. Hal tersebut ditentukan oleh daya toleransi enzim terhadap
suhu.
Tanaman yang berasal dari plasma nutfah di daerah dengan penerimaan radiasi dan suhu
tertentu akan memiliki toleransi yang baik bila dipindahkan ke tempat lain yang kisaran
suhunya hampir sama dengan daerah asalnya.
Selanjutnya kondisi iklim di suatu daerah terutama penerimaan radiasi surya, kondisi suhu
udara dan tanah akan menentukan pertumbuhan, perkembangan serta kandungan kimiawi
organ tanman.
Berdasarkan konsep hubungan antara penerimaan air yang diwakili oleh data curah hujan,
beberapa ahli telah menyusun metode klasifikasi iklim berdasarkan kesesuaian bagi
vegetasi. Diantaranya adalah dengan metode klasifikasi menurut Koppen dan Thornthwaite.
Pengaruh Iklim terhadap Produksi Pertanian Pasca Panen
Pengelolaan terhadap produksi tanaman pasca panen di daerah pertanian
seringkali dilakukan secara sederhana melalui proses alamiah, di antaranya
proses penjemuran, penganginan dan pemeraman pada atmosfer terbuka.
Hal ini menyebabkan proses tersebut akan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur
iklim terutama intensitas, lama penyinaran matahari, suhu udara, kelembapan
udara, kecepatan angin dan curah hujan.
Unsur-unsur iklim tersebut dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas hasil
panen.

Pengaruh Iklim terhadap Hama dan Penyebab penyakit


Serangan hama, seperti ulat api pemakan daun seperti Darna trima, biasanya
terjadi pada kelembapan rendah pada waktu bulan kering. Sebaliknya serangan
penyebab penyakit, seperti Marasmius sp., Ganoderma sp., terjadi pada
kelembapan tinggi yaitu pada waktu bulan basah. Dengan demikian, perlu
dilakukan antisipasi, seperti menjaga kelembapan optimal dengan penunasan,
pengendalian gulma.
PENGARUH UNSUR IKLIM  KELAPA SAWIT

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tergantung pada faktor


genetik, kondisi lingkungan, tanah dan ikIim.

Selain itu, untuk produktivitas yang tinggi juga tergantung pada


tindakan kultur teknis dan pengelolaan pertanaman. Dalam kaitan
ini, iklim tidak hanya sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan secara esensial, tetapi juga saling berinteraksi dengan
faktor lain dalam suatu sistem pertanaman (Genetik - Tanah -
Pengelolaan).

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan kelapa sawit meliputi curah hujan, radiasi
matahari, temperatur udara dan kelembapan udara.
ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN  OMBROMETER

Cara menghitung Jumlah curah hujan


Luas permukaan lubang ombrometer adalah = 100 cm² (standart)
Apabila yang untuk menampung air yang keluar dari kran adalah
gelas khusus untuk pengukuran curah hujan maka jumlah curah
hujan akan langsung ditunjukkan skala yang ada di gelas
pengukur.
Namun apabila tidak ada gelas pengukur maka ditampung dengan
gelas ukur biasa dan dilakukan perhitungan lebih lanjut.
Misalnya :
Air yang tertampung dalam gelas ukur sebanyak 100 cc,  ch?
Berapa jumlah air hujan dalam 1 ha?

Curah Hujan
Unsur iklim yang berpengaruh dominan pada pertanaman kepala sawit di Indonesia
adalah curah hujan dan radiasi matahari.

Dalam keadaan curah hujan telah mencukupi, maka radiasi matahari akan
menunjukkan peranan yang lebih dominan.

Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik pada areal dengan curah hujan tahunan
antara 1750 -2500 mm dan menyebar merata sepanjang tahun.
Penyebaran curah hujan merata yang dimaksud adalah tidak terdapatnya perbedaan
mencolok dari satu bulan ke bulan berikutnya dan tidak terdapat curah hujan bulanan di
bawah 60 mm, sehingga tanaman tidak mengalami cekaman.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pertanaman-pertanaman kelapa sawit di


Indonesia, telah diketahui curah hujan tahunan minimal untuk tanaman kelapa sawit
adalah 1.250 mm tanpa bulan kering (curah hujan bulanan kurang dari 60mm).

Penyebaran curah hujan merupakan faktor penting untuk perkembangan bunga. Pada
umumnya sewaktu musim hujan terbentuk lebih banyak bunga betina, sedang pada
musim kemarau terbentuk lebih banyak bunga jantan.

Selanjutnya telah diketahui bahwa sebagian besar dari produksi tandan pada tahun
sedang berjalan sebenarnya sangat ditentukan oleh keadaan 24-42 bulan sebelumnya.

Keadaan ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara curah hujan maupun
radiasi matahari dengan seks-rasio.
Radiasi Matahari

Pertanaman kelapa sawit di lapang membutuhkan penyinaran yang penuh.


Penyinaran matahari dibutuhkan sedikitnya 5 jam/hari sepanjang bulan. Lama
penyinaran sangat mempengaruhi aktivitas fotosintesis.
Lama penyinaran matahari yang kurang akan mengurangi proses asimilasi untuk
produksi karbohidrat dan jumlah bunga betina. Pengaruh radiasi matahari akan
semakin besar bila curah hujan dalam keadaan optimal.
Hubungan antara radiasi sinar matahari dan hasil kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
 Pertumbuhan, asimilasi bersih, dan produksi bunga betina berkurang pada
tanaman yang kurang mendapat sinar matahari.
 Hasil selama 28 bulan mempunyai korelasi positif dan radiasi sinar selama 12
bulan sebelumnya.
 Ekstraksi minyak meningkat sekitar 18-20 bulan setelah periode penyinaran yang
panjang.
 Asap menyebabkan penurunan hasil TBS sebesar 1,3-4,6 ton per hektar.
Temperatur Udara

Temperatur udara pada batas-batas tertentu berpengaruh terhadap


metabolisme sel-sel pada organ tanaman yang akhirnya mempengaruhi
pertumbuban dan produksi.
Pertanaman kelapa sawit dengan hasil yang tinggi terdapat pada kawasan-
kawasan yang mempunyai variasi suhu udara bulanan yang kecil.

Tanaman kelapa sawit tumbuh dan berkembang baik pada kawasan yang
mempunyai suhu udara rata-rata tahunan 24-28°C.
Untuk produksi yang tinggi dibutuhkan suhu udara maksimum rata-rata
pada kisaran 29-32°C dan suhu udara minimum rata-rata pada kisaran 22 -
24°C.

Batas temperatur udara minimum rata-rata untuk syarat pertumbuhan dan


perkembangan kelapa sawit adalah 18°C, bila kurang akan menghambat
pertumbuhan dan mengurangi hasil.

Temperatur udara yang rendah pada bulan-bulan tertentu akan menghambat


penyerbukan bunga yang akan menjadi buah.

Temperatur udara rendah akan meningkatkan aborsi bunga betina sebelum


antesis dan memperlambat pematangan buah.
Kelembapan Udara

Kelembapan udara lebih merupakan pengaruh dari proses-proses


dinamika unsur-unsur iklim/cuaca lainnya, seperti radiasi surya, curah
hujan, suhu udara, penguapan, dan angin.
Fluktuasi dan distribusinya menurut waktu serta tempat mengikuti
fluktuasi unsur-unsur tersebut di atas.
Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan
kelembapan relative 75 -80% , dimana kelembapan optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit adalah sekitar 75%.
Tanaman kelapa sawit tidak tahan terhadap angin yang kecang dan
kelembapan yang rendah. Angin yang kencang dapat membuat pohon
tumbang dan juga berpengaruh terhadap aktivitas serangga
penyerbuk. Tanaman ini menghendaki angin yang tidak kencang dan
sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan dan produksinya.

Anda mungkin juga menyukai