PENDAHULUAN
1
Atmosfer juga berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di
bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya
panas ke ruang angkasa pada malam hari.
Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang
bergerakmelaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan
menjadi panas dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.
Atmosfer sangat penting bagi kehidupan di bumi. Hal ini disebabkan
karena segala peristiwa cuaca terjadi pada ketinggian antara 0 sampai 10 km dari
permukaan bumi. Seperti terjadinya badai, angin topan, dan banjir yang sangat
berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan manusia. Dengan adanya atmosfer
juga dapat menyelamatkan kehidupan mahkluk hidup dari bahaya sinar ultra
violet yang dipancarkan bersama radiasi matahari. Atmosfer juga terdiri dari gas-
gas yang dibutuhkan tumbuhan, hewan, dan manusia. Oleh karena itu,
pemahaman tentang fenomena atmosfer terutama di lapisan sampai 10 km sangat
diperlukan, sehingga kita dapat mengetahui atau memanfaatkannya untuk
kesejahteraan manusia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah agar setelah praktikum
agroklimatologi, mahasiswa diharapkan :
Mengerti dan memahami hubungan antara unsur iklim dengan pertanian.
Mampu dan memahami cara penggunaan alat pengukur unsur cuaca.
Memahami cara pengambilan data unsur cuaca dan iklim.
Mampu menghimpun dan mengevaluasi data dengan baik dan benar.
Mampu membuat kompos.
Mengetahui dan mengerti dengan baik cara budidaya kangkung.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah agar setelah praktikum
agroklimatologi, mahasiswa diharapkan :
Dapat memahami hubungan antara unsur iklim dengan pertanian.
Dapat menguasai penggunaan alat pengukur unsur cuaca.
2
Dapat mengambil data unsur cuaca dan iklim.
Dapat menghimpun dan mengevaluasi data dengan baik dan benar.
Dapat menguasai pembuatan kompos.
Dapat memahami dan menguasai budidaya kangkung.
3
BAB II
TEORI DASAR
4
terjadi karena sudut pemanasan matahari yang berbeda-beda disetiap tempat
karena perbedaan lintang bumi (Manan dkk, 1986).
5
dalam pengklasifikasian iklim. Beberapa sistem klasifikasi iklim Sistem
Klasifikasi Koppen, Sistem Klasifikasi Oldeman, Sistem Klasifikasi Mohr.
Stasiun iklim yaitu suatu tempat dimana tersusunnya alat ukur cuaca yang
digunakan untuk menyelenggarakan pengamatan unsur cuaca dan biologi dalam
jangka waktu yang panjang dan teratur. Penempatan stasiun agroklimatologi harus
tetap (permanen), minimal dalam jangka waktu 10 tahun tidak boleh dipindahkan.
Oleh karena itu dalam penentuan lokasinya harus tepat, yaitu lokasi yang
mewakili lingkungan alam yang tidak mudah berubah, sehingga data yang
diperoleh dapat terjamin. Stasiun agroklimatologi hendaknya didirikan ditempat
tempat yang benar benar mewakili daerah pertanian yang luas, diutamakan pada
lokasi sentra produksi pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan), percobaan atau penelitian dibidang
pertanian yang dilakukan baik oleh perguruan tinggi, instansi terkait dengan
penelitian pertanian maupun pihak swasta. Stasiun yang didirikan diharapkan
dapat mengukur atau menaksir hubungan alamiah antara iklim, tanah, air dan
tanaman. lokasi stasiun Klimatologi harus memenuhi standard yaitu: dibangun
diareal lahan yang jauh dari bangunan fisik. Sebab, untuk melakukan pengamatan
cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh
dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperatur, curah hujan, dan
kelembaban.
6
Berdirinya Stasiun Klimatologi pada suatu daerah didasari pada kebutuhan
masyarakat akan perlunya pengamatan iklim untuk diinformasikan pada
masyarak luas agar dalam melakukan kegiatan bercocok tanam mereka
mengetahui masa tanam dan masa panen yang baik.
Stasiun klimatologi kelas I maros didirikan pada tahun 1972, di daerah
antang. Panakukang Makassar. Tetapi pada tahun 1988 dipindahkan di daerah
Maros dengan alasan karena lokasi tersebut digunakan oleh departemen lain
dan klimatologi karena sudah banyak bangunan fisik. sehingga stasiun tersebut
dipindahkan kekabupaten maros, dan terminal penelitian pertanian berpusat di
daerah Maros. Dan diresmikan sendiri oleh bapak kepala balai. Yang sekarang di
bawah kendali bapak Pesoth Daniel.
Lokasi stasiun Klimatologi Kelas 1 Maros sudah memenuhi standar karena
dibangun diareal lahan yang jauh dari bangunan fisik. Sebab, untuk melakukan
pengamatan cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan
berpengaruh dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperatur, curah
hujan, dan kelembapan
Kebutuhan pokok stasiun klimatologi agar mendapatkan data yang benar
diperlukan yaitu:
1. Letak stasiun klimatologi harus memiliki hubungan tanah, air dan iklim
dimana data tersebut diperoleh.
2. Masing-masing instrument harus menghasilkan data-data meteorology
yang benar dan alat-alat tesebut tidak mudah rusak dan mudah dipelihara.
3. Pembacaan alat mudah dilaksanakan dan mudah dicatat
4. Pengamat cukup tersedia dan terlatih dengan baik serta bertempat tinggal
tidak jauh dari stasiun klimatologi demi kelancaran pengamatan.
Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan meliputi
periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun klimatologi
pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah
dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal,
durasi penyinaran matahari dan suhu tanah . oleh karena itu persyaratan stsiun
klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak
7
mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi
persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili. Macam-
macam alat klimatologi adalah sebagai berikut (Prawiroardoyo, S. 1996):
a. Thermometer Bola Basah dan Bola Kering
8
b. Thermometer Maximum dan Minimum
9
c. Biram Anemometer
10
d. pH Meter
e. Higrometer
11
secara otomatis copypaste membentuk grafik yang menggambar besar atau
kecilnya kelembaban udara selama pengukuran. Dalam pengkuran kelembaban
udara menggunakan higrometer akan terukur pula temperatur udaranya secara
otomatis.
12
g. Psikrometer Tipe Assman
13
h. Termometer Biasa
Bagian-bagian :
a. Reservoir
b. Pipa kapiler berisi raksa atau alkohol
· Fungsi : Mengukur suhu udara.
· Satuan Alat : ºC
· Satuan Pengukuran : ºC
· Ketelitian Alat : 0,5ºC
· Prinsip kerja : Berdasarkan kepekaan zat cair terhadap perubahan suhu.
· Cara kerja : Jika suhu naik air raksa mengembang dan panjang kolom
air raksa dalam tabung bertambah, sebaliknya jika
penurunan suhu air raksa mengerut dan kolom dalam air
raksa memendek
· Penjelasan : Alat ini diisi oleh air raksa sebagai bahan pengukur suhu,
air raksa ini jika suhu tinggi maka air raksa ini akan
memuai dan menunjukan angka tertentu dan jika suhu
turun (rendah) maka air raksa itu akan mengkerut dan
suhu akan mengecil, biasnya alat ini untuk mengukur suhu
udara terbuka.
14
i. Termohigrometer
15
j. Hand Anemometer
16
Gambar 12: Panci Evaporasi kelas A.
Bagian-bagian :
a. Panci evaporasi (d:120,7cm, t:25cm, tbl: 0,8cm)
b. Rangka kayu / besi
c. Tabung peredam riak atau gelombang (d : 10cm)
d. Hook (batang kall) dan skala ukur (nonius)
e. Sekrup pemutar batang pengukur
· Fungsi : Mengukur penguapan
· Satuan Alat : mm
· Satuan Pengukuran : mm
· Ketelitian Alat : 0,02 mm
· Prinsip kerja : Perbedaan ketinggian antara awal pengukuran dan akhir
pengukuran akibat penguapan air.
· Cara kerja : Setiap pemutar batang pengukur disetel sehingga hook
menempel pada awal air, tunggu beberapa menit dan
disetel kembali sehingga hook menempel pada air dan
diukur antar selisih awal dan akhir akibat evaporasi
tersebut.
· Penjelasan : Alat ini berprinsip sama dengan pitche evaporimeter,
bedanya yaitu menggunakan Hook dan skala nonius
dengan prinsip pelampung untuk pengamatannya.
· Kelebihan : Ketelitian dapat mencapai 0.02 m dan merupakan dasar
17
berbagai teknik untuk memperkirakan penguapan danau
atau evapotranspirasi.
· Kekurangan : Kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi terletak
pada tinggi air dalam panci, muka air selamanya
dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5cm di bawah bibir
panci.
l. Psychrometer Standar
18
m. Campbel stokes
19
2.4 Iklim Terhadap Proses Pengomposan.
20
teratur, biaya pengangkutan yang tinggi, membutuhkan ruangan yang lebih luas
untuk penyimpanan, daya simpannya relatif lebih singkat karena adanya
pelepasan unsur-unsur hara, kurang praktis dan kurang cocok bila diaplikasikan
pada tanaman yang ditanam di pot. Untuk mengatasi hal tersebut, kompos perlu
diberi perlakuan tambahan,khususnya dalam bentuknya. Perlakuan yang diberikan
pada kompos agar menjadi kompos bentuk yang bervariasi tidak sulit, hanya
dengan mengubah bentuk kompos serbuk menjadi kompos yang bervariasi bentuk
sesuai cetakan yang disediakan.
Faktor Iklim yang berpengaruh pembuatan kompos ialah :
1. Curah Hujan.
Curah hujan menyebabkan pori pori bahan kompos menjadi tertutup
sehingga proses pengomposan terganggu. Rongga-rongga ini akan diisi oleh
air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan
proses pengomposan juga akan terganggu.
2. Kelembaban Udara.
Bila suhu pada kompos tinggi sama dengan kelembaban rendah. Jika suhu
terlalu panas mikroba akan mati sehingga mikroba itu tidak akan dapat
melakukan kegiatannya dalam pembuatan kompos.karna mikroba
memerlukan suhu yang optimum untuk dapat hidup.
Kedua faktor tersebut menjadi sangat penting dalam proses pengomposan
karena mikroorganisme yang merombak nahan organik di dalam kompos sangat
bergantung pada curah hujan dan kelembaban udara unruk tetap dapat didup dam
menjalankan proses metabolismenya.
Menurut Wisnubroto, Soekardi, dkk. Tahun 1981. Cirri Kompos yang telah
matang diantaranya adalah :
1. Tidak berbau, apabila bau tidak hilang padahal sudah waktu panen, bisa
dipastikan pengomposan gagal, karena bau busuk bisa ditimbulkan karena
mikroorganisme yang telah mati.
2. Warnanya berubah (gelap), tandanya bahan bahan organic telah teruarai.
21
3. Suhu, apabila suhu panas menandakan mikroorganisme sedang bekerja,
dan kompos matang ditandai dengan penurunan suhu.
4. Kadar air, kompos matang apabila digenggam dan air sudah berkurang.
5. Berkurangnya bahan organik, apabila kompos matang ditandai dengan
terurainya bahan-bahan organik tersebut.
22
1. Warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan
kangkung darat bunga putih bersih.
2. Bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar
dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang
hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan.
3. Kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada
kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji,
sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.
Syarat Tumbuh Kangkung:
A. Iklim
1. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat
dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin
2. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara
500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya
sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar.
Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar,
sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak
rimbun.
3. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman
kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung
sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila
ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas
sehingga disukai konsumen.
4. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi
tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam
di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras,
sehingga tidak disukai konsumen.
23
B. Media Tanam
1. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung
bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
2. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena
akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah
yang selalu tergenang air.
3. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab
tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan
kandungan air secara baik.
C. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung
darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja,
baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal
jangan dicampur aduk.
24
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Agroklimatologi terbagi menjadi 3
pengamatan yaitu Stasiun iklim, pembuatan kompos, dan iklim kangkung.
3.1.1 Pengamatan Stasiun Iklim
Pada praktikum pengamatan Stasiun Iklim alat yang digunakan adalah:
1. Obrometer (Lapangan)
2. Termometer Min dan Max (Lapangan)
3. Psychrometer (Lapangan)
4. Panci Evaporasi (Lapangan)
5. Higrometer (Ruangan)
6. Psychrometer (Ruangan
3.1.2 Pembuatan Kompos
Pada praktikum pembuatan kompos alat yang digunakan adalah:
1. Ember
2. Terpal
3. Gelas Ukur
4. Pengaduk
5. Timbangan
3.1.3 Pengamatan Iklim Kangkung
Pada pengamatan iklim kangkung alat yang digunakan adalah:
1. Termometer tanah
2. Lux Anemometer (se alat)
3. Psychrometer Assman
4. Soil Mosteure Tester
25
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum agroklimatologi terbagi menjadi 3
pengamatan yaitu Stasiun iklim, pembuatan kompos, dan iklim kangkung.
3.2.1 Pengamatan Stasiun Iklim
Bahan yang digunakan pada pengamatan stasiun iklim adalah:
1. Pena
2. Roll
3. Kertas Sele-sele
3.2.2 Pembuatan Kompos
Bahan yang digunakan pada pembuatan kompos adalah:
1. Air biasa
2. Sampah sayur kering telah dicacah
3. EM4
4. Air cucian beras
5. Air gula merah
6. Abu sisa bakaran
3.2.3 Pengamatan Iklim Kangkung
1. Kertas sele-sele
2. Pena
3. Air
26
BAB IV
PROSEDUR KERJA
27
4. Pengamatan Evaporasi dilakukan sekali sehari pada pukul 18 wib.
Diukur pada bagian tengan panci dengan menggunakan penggaris.
Penggaris dimasukkan dengan posisi tegak hingga ke dasar panci. Ukur
ketinggian air pada panci. Patokan awal ketinggian air adalah 20 cm,
setelah ketinggian air diukur lalu hitung ketinggian air – patokan awal
ketinggian air. Seletah dihitung, kembalikan posisi air pada patokan
ketinggian air awal.
5. Pengamatan ThermoHigrometer
Alat ini adalah alat pengukur kelembapan dan suhu nisbih.
Pengamatan pada alat ini cukup melihat pada LED indikator suhu dan
kelembapan yang tertera dan catat berapa suhu dan kelembapan yang
tertera tersebut.
28
4. Perawatan Kompos
Lakukan perawatan kompos minimal sekali sehari dengan
ketentuan bila suhu kompos di atas 35oC kering anginkan, bila
suhu kompos dibawah 35oC tambahkan air cucian beras. Pada
minggu kedua bila kelembapan kompos melebihi 60% tamburi
flow, aduk dan kering anginkan beberapa waktu.
5. Penilaian Kompos
Kompos yang dibungkus terpal selama 20 hari di keluarkan
dari tempat penyimpanan. Terpal kompos dibuka lalu dionggokkan
menyerupai gundukan dan ditekan. Tancapkan termometer tanah
dan soil mousteur tester pada gundukan kompos. Termometer
didiamkan selama ±10 menit, lalu catat dan amati suhunya. Soil
mousteur testers yang telah ditancapkan di amati indikator pHnya
hingga jarum tersebut berhenti dan catat pHnya, lalu tekan tombol
pada badan soil mousteur tester mengukur tingkat kelembapan dan
catat kelembapannya.
2. Pengamatan Iklim Kangkung
Pengamatan iklim kangkung menggunakan 4 alat iklim yaitu
Termometer Tanah, Lux Anemometer, Psychrometer Assman, dan Soil
Mousteur Tester. Pengamatan pada bedengan kangkung diberlakukan
menjadi 3 hotspot pengukuran, kecuali pada Psychrometer hanya
diberlakukan 2 hotspot.
1. Termometer Tanah
Cuci terlebih dahulu ujung sensor termometer dengan
dengan air bersih sebelum digunakan. Tancapkan termometer tanah
pada setiap hotspot. Diamkan termometer ±10 menit. Amati dan
catat suhu pada termometer tanah.
2. Lux Anemometer
Genggam dan angkat Lux Anemometer diatas setiap
hotspot. Tekan tombol ON/OFF pada badan alat lalu tekan tombol
HOLD ±3 menit hingga kincir berhenti. Amati dan catat kecepatan
29
angin pada LED indikator alat. Setelah itu tekan tombol ON/OFF
kembali. Tekan tombol Record pada badan alat. Diamkan alat ±3
menit. Amati dan catat Radiasi Matahari pada LED indikator alat.
3. Psychrometer Assman
Basahi kain muslin pada ujung Psychrometer Assman
dengan air bersih sebelum digunakan. Putar kunci 10x searah
jarum jam pada kepala Psychrometer Assman. Jinjing
Psychrometer Assman di atas permukaan bedengan selama 20
menit pada setiap Hotspot yang telah ditentukan. Amati dan catat
suhu pada bola basah dan bola kering Psychrometer Assman.
4. Soil Mousteur Tester
Pengukuran pada Soil Mousteur Tester terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Kelembapan tanah
Sebelum di tancapkan pada tanah cuci terlebih
dahulu ujung sensor alat menggunakan air bersih.
Tancapkan Soil Mousteur Tester pada setiap hotspot. Tekan
tombol pada badan alat. Amati dan catat kelembapan pada
jarum indikator alat.
b) pH tanah
Sebelum di tancapkan pada tanah cuci terlebih
dahulu ujung sensor alat menggunakan air bersih. Tuang air
sedikit demi sedikit pada setiap hotspot yang telah
ditentukan hingga kapasitas air jenuh pada tanah.
Tancapkan alat dan diamkan hingga jarum penunjuk pH
pada indikator alat berhenti. Amati dan catat pH pada alat.
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
1. Stasiun Iklim
Tabel 01: Pengamatan Stasiun Iklim Minggu keempat tanggal 11-17 November
2016
Suhu (oC) Kelembapan (%) Curah
Evaporasi
Hari Luar Luar Hujan
Ruangan Tanah Ruangan (mm)
Ruangan Ruangan (mm)
2. Pengamatan Kompos
Tabel 02: Pengamatan Kompos Minggu Pertama
Pengamatan
Hari Tekstur Suhu ͦC Aroma Warna
Senin Lembab 33 Sedikit Berbau Hitam
Selasa Lembab 31 Menyengat Hitam
Rabu Gembur 31 Menyengat Hitam
Kamis Gembur 30 Menyengat Hitam
Jumat Gembur 30 Menyengat Hitam
Sabtu Gembur 29 Menyangat Hitam
31
Tabel 03: Pengamatan Kompos minggu kedua
Pengamatan
Hari Tekstur Suhu ͦC Aroma Warna
Senin Lembab 33 Sedikit Berbau Hitam
Selasa Gembur 31 Menyengat Hitam
Rabu Gembur 31 Menyengat Hitam
Kamis Gembur 33 Menyengat Hitam
Jumat Gembur 32 Menyengat Hitam
Sabtu Gembur 31 Menyengat Hitam
32
3. Pengamatan Iklim Kangkung
Tabel 06: Pengamatan Iklim Bedengan Tanaman Kangkung
Posisi Hotspot
Alat
Utara Tengah Selatan
Termometer
28 oC 28 oC 28 oC
Tanah
Lux Kec. Angin: 1,4 m/s
Anemometer Radiasi Matahari: 111,4 x 10 = 1114 W/m2
Psychrometer Bola Basah: 24 oC Bola Basah: 24 oC
Assman Bola Kering: 25 oC Bola Kering: 25 oC
Soil
Kelembapan: 68% Kelembapan: 72% Kelembapan: 70%
mousteour
pH: 6,2 pH: 6,4 pH: 6,2
Tester
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengamatan Stasiun Iklim
Berdasarkan Tabel 04. Suhu di atas dapat dibandingkan untuk Evaporasi
Dari pengamatan di atas dipeorleh data penguapan yang rendah yaitu 0,38
mm/jam. Perubahan kenaikan tinggi permukaan air rata-rata sama. Untuk
pengamatan harian selama 1 hari rata-rata harian penurunan permukaan air
diperoleh 26,79 mm.
Pada pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer bola basah
memiliki nilai suhu awal 22 oC dan suhu akhir 33 oC pada ketinggian 93 cm dari
permukaan tanah. Pada ketinggian 150 cm suhu awal sebesar 22,5 oC dan suhu
akhir sebesar 34,5 oC. Pada ketingian 200 cm dari permukaan tanah memiliki suhu
awal 31 oC dan suhu akhir sebesar 29 oC. Secara umum, ketinggian suatu tempat
akan mempengaruhi perubahan suhu. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suatu
tempat maka suhu akan menurun.
33
Pencatatan suhu tertinggi dengan menggunakan termometer maksimum
yang menggunakan prinsip kerja yaitu dengan memanfaatkan penyempitan pada
pipa kapiler di atas air raksa. Sedangkan untuk pencatatan suhu terendah
digunakan termometer minimum yang berisi alkohol dan di dalam alkohol dekat
dengan miniskus terdapat indeks. Termometer bola kering digunakan unutk
mengukur suhu udara sesaat dan termometer bola basah digunakan untuk
menentukan kelembaban udara.
Pengukuran suhu pada praktikum ini menunjukan angka yang sesuai
dengan teori yang mana semngkin tinggi suatu tempat maka suhu akan berkurang.
Hal ini menjukan bahwasanya pengamatan berlngsung dengan baik sehingga data
yang di hasilkan juga akurat.
Untuk curah hujan dilihat dari hasil pengamatan dari tanggal 11-17
November 2016, bahwasanya curah hujan tidak merata .karna tidak selamanya
hujan turun ,hujan di tunjukan ke arah pengukuran tinggi yang referensetatif dari
air hujan yang jatuh dalam jangka waktu tertentu.
Dari hasil pengukuran kelembaban dan suhu udara diperoleh data pada
stasiun iklim memiliki suhu terendah sebesar 25 oC Suhu tertinggi sebesar 31,75
o
C dan memiliki kelembaban udara 98,25 %. Kelembaban dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya penyinaran matahari, suhu dan curah hujan. Hal ini
menunjukan bahwa semakin rendah suhu semakin tinggi kelembabannya,
begitupula sebaliknya.
5.2.2 Kompos
Berdasarkan tabel pengamatan kompos dari minggu 1-3 terlihat
bahwasanya hari pertama kompos tekstur masih lembab suhu 33 ͦ dan baupun
menyengat dan pada hari ke,3,4,5 tekstur terlihat gembur hal ini terlihat larutan
molases yang telah di siramkan sudah breaksi pada kompos.
Pada minggu 2 terlihat kompos mulai bereaksi pada hari ke 3 – 6 suhu
berjalan normal kecuali hari selasa yang mana suhu ruangan lebih tinggi dari suhu
kompos, suhu ruangan 30 ͦ dan suhu kompos 29 ͦ artinya suhu tidak normal ini
34
terjadi di karenakan kurangnya pengontrolan kelompok sehingga harus di
lakukan pembalikan kompos agar suhu normal kembali di hari selanjutnya.
Pada minggu ke 3 sudah terlihat tekstur kompos gembur, bau menyengat,
warna hitam dan suhu normal. Hal ini terbukti bahwasanya kompos sudah breaksi
dan memiliki hasil untuk menjadi pupuk kompos.
Kompos di cirikan dengan warna hitam, gembur, tidak panas, dan tidak
berbau dalam kondisi seperti ini kompos siap digunakan sebagai pupuk.
35