Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI
“Pengenalan Alat-Alat Meteorologi Klimatologi dan Geofisika”

Oleh:

NAMA : TIARA HAFIDSYA


NIM : D1F118045
KELAS : PTP-A

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan budaya yang pertama kali dikembangkan manusia

sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi

sukar karena semakin menipisnya sumber pangan dialam bebas akibat laju

pertambahan manusia. Pengelolahan pertanaman meliputi kegiatan yang berkaitan

dengan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari, komponen iklim makro dan mikro

lainnya, hara tanaman dan air tanah oleh tanaman.

Klimatologi pertanian adalah cabang ilmu yang mengkaji proses fisik dari

atmosfer yang membentuk kondisi skala mikro yang berhubungan dengan proses

produksi sedangkan dalam arti luas sebagai subyek yang mengkaji tanggap

organisme terhadap lingkungan fisik. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa bidang

agrometeorologi lebih menerapkan pengetahuan atmosfer untuk mewujudkan

peningkatan produktivitas sedangkan agroklimatologi lebih tertuju kearah

pengambilan kebijakan untuk pengembangan daerah pertanian.

Stasiun meteorologi adalah tempat yang mengadakan pengamatan terus-

menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer). Tugas Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran

BMKG dalam menyebarkan informasi yaitu penanggulangan atau antisipasi

bencana meliputi banjir, angin kencang, kekeringan, tsunami dan gempa. Alat-alat

yang ada di stasiun BMKG memiliki fungsi masing-masing seperti alat untuk
mengukur radiasi matahari, pengukur lama penyinaran matahari, pengukur suhu

dan kelembaban udara, pengukur suhu dan kelembaban tanah, pengukur tekanan

udara, pengukur arah dan kecepatan angin, pengukur curah hujan, pengukur tingkat

penguapan air dan pengukur tingkat kualitas udara.

Lokasi stasiun Klimatologi harus memenuhi standar yaitu dibangun diareal

lahan yang jauh dari bangunan fisik. Sebab, untuk melakukan pengamatan cuaca

dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh dalam

mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperatur, curah hujan dan kelembapan.

Cuaca merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu

dalam jangka pendek. Unsur-unsur cuaca antara lain radiasi matahari, suhu,

kelembaban nisbi udara, tekanan udara, evaporasi, curah hujan, angin, awan dan

lain-lain sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan

dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata

kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum pengenalan alat

BMKG untuk mengenal alat-alat BMKG dan mengetahui fungsi dari alat-alat

tersebut.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk mengenal alat-alat BMKG dan

mengetahui fungsi dari alat-alat BMKG.

Kegunaan dari kegiatan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengenal alat-alat

BMKG dan dapat mengetahui fungsi dari alat-alat BMKG.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Ruang lingkup klimatologi pertanian terbentang antara lapisan tanah sedalam

perkaran tanaman hingga lapisan udara tertinggi yang berhubungan dengan

penyebaran biji, spora, tepung sari dan serangga. Dibidang kehutanan ruang lingkup

klimatologi dapat dimulai dari beberapa meter di bawah permukaan tanah sampai

beberapa meter di atas permukaan tajuk pohon. Secara makro, hubungan iklim

dengan vegetasi hutan dapat dilihat dengan jelas pada penyebaran tipe/formasi

hutan di dunia berdasarkan letak lintangnya (Tim Penyusun, 2009).

Klimatologi atau Ilmu cuaca adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang

gejala-gejala cuaca yang mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah

yang luas di atmosfer permukaan bumi. Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca

berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi. Perbedaan iklim begitu besar

yang memberikan pengaruh yang luas terhadap manusia untuk menduduki dan

mengelola bumi. Iklim bergantung kepada hubungan yang kompleks. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi iklim yaitu suhu, curah hujan dan angin (Priyahita et

al., 2016).

Pada Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) pengamatan

terhadap cuaca sangat penting. Pengamatan ini dilakukan untuk memperkirakan

cuaca yang akan datang dengan melihat gejala-gejala yang mempengaruhi cuaca.

Unsur-unsr cuaca yang akan diamati mulai dari suhu udara, curah hujan, intensitas

cahaya, kelembaban udara, tekanan, serta angin. Pada pagi hari, siang hari, dan

malam hari keadaan cuaca berbeda-beda di setiap waktu dan tempatnya. Cuaca
sangat mempengaruhi aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung, misalnya pada kegiatan pertanian, penerbangan dan pelayaran. Pada

kegiatan pertanian cuaca akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk

dibudidayakan pada suatu kawasan dan penjadwalan bercocok tanam pada

pertanian (Fachry et al., 2017).

Salah satu tugas BMKG yaitu melakukan pengamatan perubahan aktifitas

cuaca secara berkala. Perubahan-perubahan aktifitas cuaca yang terjadi harus

direkam kemudian dilakukan analisis data terlebih dahulu sehingga didapati pola

aktifitas cuaca yang selanjutnya menjadi prediksi akan terjadinya perubahan iklim

ataupun cuaca pada suatu wilayah tertentu. Hal ini juga dimanfaatkan apabila akan

terjadinya cuaca buruk, maka akan segera diambil keputusan untuk memberikan

peringatan dini kepada publik (Sasongko, 2014).

Tugas BMKG adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran BMKG dalam menyebarkan

informasi yaitu penanggulangan atau antisipasi bencana meliputi banjir, angin

kencang, kekeringan, tsunami dan gempa. Alat-alat yang ada di stasiun BMKG

memiliki fungsi masing-masing seperti alat untuk mengukur radiasi matahari,

pengukur lama penyinaran matahari, pengukur suhu dan kelembaban udara,

pengukur suhu dan kelembaban tanah, pengukur tekanan udara, pengukur arah dan

kecepatan angin, pengukur curah hujan, pengukur tingkat penguapan

air dan pengukur tingkat kualitas udara (Untara, 2014).


2.2. Cuaca dan Iklim

Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena di atmosfer yang

keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan. Perhatian

mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan

cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi. Sebagai ontoh

fenomena ekstrim tersebut adalah tingginya gelombang laut yang berpotensi

mengakibatkan bencana alam. Dampak yang ditimublkan dapat diminimalisir

dengan penyediaan informasi (Caraka et al., 2015).

Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena di atmosfer yang

keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan. Perhatian

mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan

cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi (Mirawati, 2013).

Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sanga penting, namun

keberadaannya secara spasial dan temporal masih sulit diprediksi. Selain sifatnya

yang dinamis, proses fisis yang terlibat juga sangat kompleks. Informasi tentang

prakiraan curah hujan sangat dibutuhkan sehingga mendorong berkembangnya

berbagai model pendekatan untuk prakiraan curah hujan (Wigena et al., 2015).

Cuaca terbentuk dari gabungan unsur-unsur cuaca yang hanya beberapa jam

saja. Misalnya keadaan udara pada pagi hari dapat berubah pada siang hari, sore

hari, dan malam hari. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif

lama dan meliputi wilayah luas. Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan
kombinasi dari variabel-variabel atmosfir yang sama yang disebut unsur-unsur

iklim (Miftahuddin, 2016).

Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu tempat

atau daerah, dan juga memberi pengertian bahwa iklim adalah ciri kecuacaan suatu

tempat atau daerah, dan bukan cuaca rata-rata. Oleh karena itu, tidak mungkin kita

mengatakan iklim hari ini, iklim besok pagi, iklim minggu depan dan seterusnya,

tetapi kita dapat mengatakan iklim zaman dahulu, iklim selama ini, iklim di waktu

mendatang. Jadi, iklim berkaitan dengan periode waktu panjang tidak tentu

(Wirjohamidjojo et al., 2010).

Pengamatan unsur cuaca yang lebih intensif diperlukan guna mendukung

aktifitas dan keselamatan penerbangan. Tentunya hal ini perlu ditunjang dengan

taman alat yang baik agar hasil pengamatan unsur cuaca lebih akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan. Persyaratan lokasi taman alat yang baik dan representatif

telah diatur oleh BMKG dalam peraturan kepala Badan Meteorologi, Klimatologi

dan Geofisika (Sapa, 2018).

Parameter cuaca seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, arah dan kecepatan

angin serta lama penyinaran matahari yang biasanya diukur menggunakan alat

konvensional seperti termometer, barometer, hygrometer, anemometer dan

Campbell-Stokes dapat digantikan dengan penggunaan sensor-sensor yang sudah

banyak diproduksi. Alat-alat ini bekerja secara tersendiri, dengan membuat suatu

alat portable yang dapat mengukur suhu kelembaban dan tekanan udara sekaligus,

dapat membantu efisiensi dalam penggunaan alat dan mengurangi angka kesalahan

dalam pembacaan (Putera et al., 2016).


2.3. Klimatologi Bagi Pertanian

Klimatologi pertanian adalah cabang ilmu yang mengkaji proses fisik dari

atmosfer yang membentuk kondisi skala mikro yang berhubungan dengan proses

produksi sedangkan dalam arti luas sebagai subyek yang mengkaji tanggap

organisme terhadap lingkungan fisik. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa bidang

agrometeorologi lebih menerapkan pengetahuan atmosfer untuk mewujudkan

peningkatan produktivitas sedangkan agroklimatologi lebih tertuju kearah

pengambilan kebijakan untuk pengembangan daerah pertanian (Sabaruddin,

2014).

Pertanian diterjemahkan dari kata agriculture berasal dari bahasa latin yaitu

terdiri dari “ager” yang berarti lapangan/tanah/lading/tegalan dan “cultura” yang

berarti mengamati/memelihara/membajak. Pertanian adalah sejenis produksi

khusus yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Produksi

pertanian dalam arti luas tergantung dari faktor genetik yang ditanam, lingkungan

termasuk antara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai. Dalam arti yang

sempit terdiri dari varietas tanaman, tanah, iklim dan faktor-faktor non teknis

seperti keterampilan petani, biaya produksi dan alat-alat yang kegunaan (Nurmala,

2012).

2.4. Alat-alat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan

pengamatan secara terus–menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan

(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek

pertanian lainnya. Taman alat-alat meteorologi umumnya terdapat pada setiap


stasiun meteorologi. Luas taman alat tergantung pada jenis alat-alat yang dipasang

didalamnya. Tempat untuk membangun taman alat-alat disesuaikan dengan jenis

stasiun, agar hasil peramatan cukup representatif, misalnya taman alat-alat untuk

keperluan penerbangan dibangun dekat landasan. Taman alat-alat meteorologi

pertanian dibangun ditempat yang representatif untuk keperluan pertanian

(Gunawan, 2009).

Taman alat-alat Klimatologi adalah suatu taman dimana alat-alat pengukur

unsur-unsur iklim ditempatkan. Taman alat-alat Klimatologi terdapat pada setiap

Stasiun Klimatologi dan dibangun sedemikian rupa agar dapat beroperasi dengan

baik secara terus menerus paling sedikit 10 tahun (Sriworo, 2009).


BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 November 2019

pukul 08.00 WITA sampai selesai di Stasiun BMKG (Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika) Kelas II Ranomeeto Konawe Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kamera dan alat tulis-menulis.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu AWS (Automatic Weather Station),

tipping bucket, campbell stokes, sangkar meteorologi, psycrometer standar, ARWS

(Automatic Rain Water System), penakar hujan otomatis (Hellman), termometer

tanah berumput, cup counter, panci penguapan, penakar curah hujan (observasi),

actinograph bimetal dan iklim mikro.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Memperkenalkan alat-alat meteorologi, klimatologi dan geofisika dengan cara

menampilakn bagian-bagian dari alat yang ada di stasiun BMKG.

2. Menjelaskan bagian-bagian dari alat tersebut serta cara kerja dan fungsinya.

3. Mencatat dan mendokumentasikan setiap alat yang dikenali.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pengenalan alat-alat Badan Meteorologi dan Klimatologi

Geofisika (BMKG) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Alat-alat Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

No. Nama Alat Gambar

Automatic Rain Water


1.
Sampler (ARWS)

2. Iklim Mikro

3. Termometer Tanah
4. Anemometer

5. Sangkar Meteorologi

Pengukuran Cuaca Hujan


6.
Otomatis Tipe Hellmann

7. Campbell Stokes
Automatic Solar Radiation
8.
Session (ASRS)

Automatic Weather System


9.
(AWS)

10. Lysimeter

11. Penakar Hujan Observasi


12. Panci Penguapan

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka kita dapat mengetahui nama dan

gambar dari alat-alat Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG).

Terdapat berbagai macam alat dengan fungsi atau kegunaan yang berbeda.

Automatic Rain Water Sampler (ARWS) merupakan alat yang digunakan untuk

mengetahui kandungan air hujan. ARWS memiliki sensor yang jika dikenai air

hujan akan mengalihkan air hujan tersebut ke dalam tabung hingga 10 ml lalu

setelah tabung penuh maka sensornya secara otomatis bergerak ke tempat semula,

kemudian sampel air pada tabung di bawa ke laboratorium pusat untuk dianalisis

kandungan zat kimia air hujan.

Iklim mikro merupakan alat untuk mengukur intensitas iklim mikro pada 3

ketinggian, yaitu 4 m, 7 m dan 10 yang sudah otomatis terhubung dengan

komputer. Iklim mikro juga berfungsi untuk mengetahui arah kecepatan angin dan

suhu tiap 10 menit. Termometer tanah terbagi menjadi dua macam yaitu termometer

tanah gundul dan termometer tanah berumput. Termometer tanah berfungsi untuk

mengukur suhu tanah dengan kedalaman yang berbeda, yaitu : 0 cm (permukaan


tanah), 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini

menggunakan cairan air raksa dan diletakkan di tanah yang permukaan tanahnya

berumput pendek, dan tanah gundul. Untuk thermometer dengan kedalaman 0 cm,

2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang dengan sudut kemiringan 60º dan dipasang

pada penahan besi untuk memudahkan pembacaan. Untuk thermometer dengan

kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer berselubung/ tabung logam

tembaga/kuningan. Bagian bawah bola thermometer diisi dengan parafin/lilin, hal

ini dimaksudkan untuk memperlambat perubahan suhu ketika diangkat saat

pengamatan/ pembacaan. Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 07.30,

13.30, 17.30 WIB).

Anemometer memiliki tinggi 10 meter. Ketinggian ini sudah standart dari

wmo (world metereological organization). Alat ini berfungsi mengukur kecepatan

angin. Cara kerjanya yaitu angin yang bertiup akan menggerakkan cup dan

mengarahkan wing pin ke arah mata angin. Setelah itu, kecepatan laju putaran dan

arah angin akan dikirim ke dalam wind meter. Anemometer terdiri dari cup counter

yang berfungsi menerima angin dan kemudian ia berputar-putar dan wing pin,

berfungsi sebagai menujuk arah mata angin. sangkar metereologi. Sangkar

meteorologi pada umumnya dipasang di taman alat-alat meteorology. Pemasangan

alat-alat meteorologi di dalam sangkar dimaksudkan supaya hasil pengamatan dari

tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu sama lain. Selain

itu, alat-alat yang terdapat di dalam sangkar akan terlindung dari radiasi matahari

langsung, hujan, dan debu. Sangkar cuaca dibuat dari kayu yang baik sehingga

tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak banyak menyerap
radiasi panas matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya yang berada 120 cm di

atas tanah, panjang 60cm, dan lebanya 40cm pemansangan ini sudah merupakan

aturan standar internasional WMO. Sangkar harus dipasang dengan kuat

menggunakan pondasi yang dicor beton sehingga tetap kokoh dari angin kencang.

selain itu agar tidak mudah di makan rayap. Sangkar mempunyai dua buah pintu

dan dua jendela yang berlubang-lubang. Lubang ini memungkinkan adanya aliran

udara. Temperatur dan kelembaban udara di dalam sangkar mendekati/hampir sama

dengan temperatur dan kelembaban udara di luar. Sangkar dipasang dengan pintu

membuka menghadap utara-selatan, sehingga alat-alat yang terdapat di dalamnya

tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. Jika matahari berada pada

belahan bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau

sebaliknya.

Sangkar meteorologi berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca

tertentu, agar tehindar dari sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan.

Sangkar ini terbuat dari kayu jati yang dicat warna putih, bentuknya segi 4 dengan

setiap dinding diberi jalusi berlapis dua dan juga atapnya terbuat dari papan kayu ,

semua itu maksudnya agar didalam sangkar ada sirkulasi udara.

Pengukuran cuaca hujan otomatis tipe Hellmann berfungsi untuk mengukur

intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm

dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200

cm2. Pada alat ini terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pe masangan pias,

sehingga akan dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu

terjadinya. Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian
akan terkumpul dalam tabung. Dalam tabung ini terdapat pelampung yang

dihubungkan dengan tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung akan

menekan pelampung, maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak

keatas. Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder

jam, jika gerakan pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air

akan turun melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung

terkuras habis sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk

skala nol, jika hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya. Waktu

pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian pias dilakukan pada jam

07.00 WIB.

Campbell stokes berfungsi mencatat lamanya penyinaran matahari. Alat ini

berupa bola kaca masif dengan garis tengah/diameter 10 – 15 cm, berfungsi sebagai

lensa cembung (konvex) yang dapat mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik

api (fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan

ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya penyinaran matahari dicatat

dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas pias yang khusus

dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akan terlihat bagian yang terbakar,

panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan lamanya penyinaran matahari.

Pada kertas pias terdapat skala jam, sehingga dapat dijumlahkan berapa lamanya

matahari bersinar terang/cerah. Pias akan mulai terbakar bila sinar matahari > 0.3

cal/cm2 atau 209,34 WM2. Pias Campbell Stokes ada 3 macam, yaitu pias lengkung

panjang dipasang antara tanggal 11 Oktober – 28/ 29 Februari. Pias lengkung

pendek dipasang antara tanggal 11 April – 31 Agustus. Pias lurus dipasang antar
tanggal 1 Maret – 10 April dan 1 September – 10 Oktober. Waktu pengamatan yaitu

pias dipasang jam 06.00 diangkat jam 18.00 WIB.

Automatic Solar Radiation Session (ASRS) berfungsi untuk mengukur radiasi

matahari bisa secara global, dipantulkan dari bumi maupun ang terhalang oleh

partikel air atau awan. ASRS adalah alat yang mengikuti pergerakan arah mata

angin. Automatic Weather System (AWS) berfungsi untuk mengukur dan mencatat

unsur cuaca secara otomatis. AWS ini dilengkapi dengan alat sensor , unsur- unsur

cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan unsur-unsur

cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat Lodger, kemudian data dari

Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer program AWS. Data yang

sudah tercatat pada PC Computer program AWS diarsipkan kemudian dikirim ke

BMG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat unsur-unsur cuaca, yaitu

Suhu udara, Suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20 cm, Kelembaban udara,

Titik embun, Tekanan udara, Arah dan kecepatan angin, Curah hujan, dan Radiasi

matahari. Waktu pengamatan dilakukan selama 24 jam.

Lysimeter berfungsi untuk mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang

tanah bervegetasi secara langsung. Alat ini berupa sebuah bejana penampang

berukuran 1 m x 1 m yang dibagian atasnya ditanami vegetasi (rumput atau tanaman

lain). Unsur yang diamati adalah besarnya penguapan yang berlangsung pada

sebidang tanah yang bervegetasi. Prinsip kerja alat tersebut diatas adalah dengan

mengukur jumlah air yang menguap dihitung berdasarkan persamaan

kesetimbangan air. Waktu pengamatan dilakukan pada jam 17.00 WIB.


Penakar hujan observasi berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat

ini dipasang diatas tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120 cm dari

permukaan tanah sampai mulut corong penaka r, luas penampang corong yaitu 100

cm2 dengan kapasitas menampung curah hujan ± 5 liter, dan ditengah corong

penakar dipasang kran. Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan

melalui kran dan ditakar dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm.

Waktu pengamatan dilakukan jam 07.00 WS dengan membuka kran dan

menampung air hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang

menunjukkan jumlah curah hujan yang terjadi selama 24 jam.

Panci penguapan berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada

periode waktu tertentu. Alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi

yang dilapisi bahan anti karat dengan garis tengah/diameter 122 cm dan tinggi 25.4

cm. Panci ini ditempatkan diatas tanah berumput pendek dan tanah gundul, dimana

alat tersebut diletakkan diatas pondasi terbuat dari kayu yang bagian atas kayu dicat

warna putih gunanya untuk mengurangi penyerapan radiasi. Tinggi air dari bibir

panci ± 5 cm, bila air berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan

sesuai. Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III ( Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari kegiatan praktikum ini, yaitu cuaca dan iklim sangat

berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia dan organisme lain di

muka bumi. Oleh sebab itu, informasi berupa data atau keterangan tentang cuaca

dan iklim sangat diperlukan. Data yang benar dan lengkap melalui analisis dari hasil

alat-alat meteorologi, sehingga diperlukan pengetahuan mengenai alat-alat

meteorologi, klimatologi dan geofisika yang terdiri dari AWS (Automatic Weather

Station), tipping bucket, campbell stokes, sangkar meteorologi, psycrometer

standar, ARWS (Automatic Rain Water System), penakar hujan otomatis (Hellman),

termometer tanah berumput, cup counter, panci penguapan, penakar curah hujan

(observasi), actinograph bimetal dan iklim mikro mengenai nama alat, kegunaan

dan cara kerja dari alat-alat tersebut guna mendapatkan hasil yang akura dan

maksimal.

5.2. Saran

Saran saya pada praktikum ini adalah agar alat-alat BMKG di Ranomeeto

secepatnya dilengkapi agar data-data tentang cuaca bisa lebih akurat dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Caraka RE, Yasin H, Suparti. 2015. Pemodelan Tinggi Pasang Air Laut Di Kota
Semarang dengan Menggunakan Maximal Overlap Discrete Wavelet
Transform (Modwt). Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
2(2):104-114.

Fachry AK, Kamus Z, Nugroho S. 2017. Studi Alat Dan Hasil Pengukuran
Kecepatan Angin Menggunakan Instrumen Agroclimate Automatic
Weather Station (Aaws) Di BMKG Sicincin. Jurnal Pillar of Physics.
9(1):1-8.

Gunawan N. 2009. Pengantar Klimatologi Pertanian. Jakarta. Dinas Pendidikan


Press.

Miftahuddin. 2016. Analisis Unsur-unsur Cuaca dan Iklim Melalui Uji Mann-
Kendall Multivariat. Jurnal Matematika, Statistika dan Komputasi.
13(1):26-83.

Mirawati TD, Yasin H, Rusgiyono A. 2013. Prediksi Curah Hujan Dengan Metode
Kalman Filter (Studi Kasus di Kota Semarang Tahun 2012). Jurnal
Gaussian. 2(3):239-248.

Nurmala. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung. Graha Pustaka Press.

Priyahita FW, Sugianti N, Aliah H. 2016. Analisis Taman Alat Cuaca Kota
Bandung dan Sumedang Menggunakan Satelit Terra Berbasis Python.
Jurnal Alhazen of Physics. 2(2):28-37.

Putera AP, Toruan KL. 2016. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu, Kelembaban
dan Tekanan Udara Portable Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16.
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 3(2):42-50.

Sabaruddin L. 2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk Sistem


Budidaya Tanaman. Bandung. Alfa Beta Press.

Sapa. 2018. Taman Alat Meteorologi Pengoperasian Radiosonde Di Stasiun


Meteorologi Ngurah Rai. Jurnal Meteodrome. 2(2):1-24.

Sasongko A. 2014. Perancangan Aplikasi Rekam Data Cuaca Hasil Pengamatan


Observer Stasiun Meteorologi BMKG Berbasis Website. Jurnal
Khatulstiwa Informatika. 2(2):115-126.
Sriworo B. 2009. Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data
Iklim dan Agroklimat. Jakarta. Badan Meteorologi dan Geofisika Press.

Tim Penyusun. 2009. Klimatologi. Makassar. Universitas Hasanuddin Press.

Untara, W. 2014. Kamus Sains Panduan Praktis Berbagai Istilah Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Yogyakarta. Indonesia Tera Press.

Wigena AH, Djuraidah A, Sahriman S. 2015. Statistical Downscaling dengan


Pergeseran Waktu Berdasarkan Korelasi Silang. Jurnal Meteorologi dan
Geofisika. 16(1):19-24.

Wirjohamidjojo S, Swarinoto Y. 2010. Iklim Kawasan Indonesia. Jakarta. Badan


Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Press.

Anda mungkin juga menyukai