Anda di halaman 1dari 27

PENGAMATAN IKLIM

IKLIM DAN TANAH


Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Iklim dan Tanah

Dosen pengampu:
Dr.Eng Idah Andriyani, S.TP., M.T. IPM.

Oleh:
Kelompok 5
Mico Ardiyan Savendra NIM. 211710201016
Dhea Putri Yosintha NIM. 211710201036
Ariek Bimo Prasetyo NIM. 211710201076
Moh. Faisol Fambudi NIM. 211710201101

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cuaca merupakan perubahan keadaan atmosfer bumi pada wilayah yang
sempit dan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sedangkan iklim adalah rata-
rata cuaca harian pada suatu wilayah yang luas dan dalam kurun waktu yang lama.
Ilmu yang mempelajari tentang cuaca dan iklim adalah meteorologi dan
klimatologi. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam,
dimana perubahannya sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di bumi,
baik manusia, tumbuhan, dan hewan yang hidup di bumi.
Iklim suatu wilayah atau daerah dapat ditentukan oleh lima faktor utama,
yaitu garis lintang, angin utama, massa daratan atau benua, arus samudra, serta
topografi. Perubahan cuaca dan iklim sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur
klimatologi seperti suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, angin, curah
hujan dan evaporasi yang terjadi. Setiap unsur klimatologi mempunyai keterkaitan
satu sama lain. Apabila salah satu unsur-unsur tersebut berubah, maka unsur yang
lain juga ikut berubah.
Dalam kegiatan pertanian iklim sangat berperan penting. Iklim merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan produksi bahan hasil pertanian.
Mulai dari penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan hingga penentuan
hasil akhir tidak lepas dari pengaruh dan faktor lingkungan termasuk cuaca dan
iklim. Proses budidaya juga menggunakan sumber daya alam seperti penyinaran
matahari dan air yang dibutuhkan oleh tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, dapat diketahui rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana potensi dan kondisi lokasi stasiun agroklimatologi di FTP
UNEJ?
2. Bagaimana interpretasi data hasil pengamatan di stasiun agroklimatologi
FTP UNEJ selama 22 hari?
3. Bagaimana hubungan antara unsur-unsur cuaca dan iklim yang telah
dilakukan pengamatan selama 22 hari?
4. Apa saja alat yang digunakan dalam pengamatan unsur cuaca dan iklim
selama 22 hari?
1.3 Tujuan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, tujuan praktikum ini yaitu
sebagai berikut.
1. Mempelajari potensi dan kondisi lokasi stasiun agroklimatologi di FTP
UNEJ.
2. Mengetahui interpretasi data hasil pengamatan di stasiun agroklimatologi
FTP UNEJ selama 22 hari.
3. Mengetahui hubungan antara unsur-unsur cuaca dan iklim yang telah
dilakukan pengamatan selama 22 hari.
4. Mengetahui alat yang digunakan dalam pengamatan unsur cuaca dan iklim
selama 22 hari.
1.4 Manfaat
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, manfaat yang dapat diperoleh
yaitu sebagai berikut.
1. Memahami potensi dan kondisi lokasi stasiun iklim di FTP UNEJ.
2. Memahami interpretasi data hasil pengamatan di stasiun agroklimatologi
FTP UNEJ selama 22 hari.
3. Memahami hubungan antara unsur-unsur cuaca dan iklim yang telah
dilakukan pengamatan selama 22 hari.
4. Memahami alat yang digunakan dalam pengamatan unsur cuaca dan iklim
selama 22 hari.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur Klimatologi


Klimatologi merupakan ilmu yang memberi gambaran tentang iklim dalam
kaitannya dengan kondisi cuaca di suatu wilayah yang dirata-ratakan selama
periode yang panjang. Iklim sendiri merupakan peristiwa kompleks dan interaksi
antara berbagai komponen seperti air laut, atmosfer, geosfer, kriosfer dan biosfer.
Adapun unsur-unsur klimatologi yaitu suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya,
kecepatan angin, curah hujan dan evapotranspirasi. Klimatologi memiliki manfaat
dalam berbagai bidang diantaranya bidang pertanian, peternakan, kehutanan,
perhubungan, perdagangan dan pariwisata, ekonomi dan lain sebagainya. Manfaat
utama Klimatologi pertanian adalah sebagai dasar strategi dalam penyusunan
rencana dan kebijakan pengelolaan usaha tani pertanian (Arisandi et al., 2021).
Manfaat klimatologi dalam pertanian meliputi seleksi terhadap kultivar
tanaman yang beradaptasi baik dengan kondisi iklim setempat sehingga potensial
untuk dibudidayakan secara luas, menyesuaikan wilayah-wilayah yang kondisi
iklimnya sesuai untuk pengembangan suatu kultivar tanaman yang baru
diintroduksi dari daerah lain, berbagai hasil penelitian dan percobaan
memungkinkan untuk memilih teknologi yang terbaik untuk perbaikan iklim mikro
sehingga dapat mendorong pertumbuhan, perkembangan, serta produksi tanaman
baik jumlah maupun mutunya, dan mengatur pola tanam meliputi jadwal pergiliran
tanaman dan pemilihan kultivar untuk penanaman. Serta mengidentifikasi
pemetaan komoditas pertanian dalam suatu wilayah (Koesmaryono & Askari,
2014).
2.1.1 Suhu
Suhu merupakan keadaan panas dinginnya suatu udara. Daerah tropis
memiliki suhu udara yang tertinggi di muka bumi, dan semakin ke kutub, suhu
udaranya akan semakin rendah. Dalam pengukuran tingkat panas suatu benda
dinyatakan dengan suhu. Tingkat panas pada atmosfer dipengaruhi oleh radiasi
matahari sehingga suhu dapat berubah. Suhu udara pada permukaan bumi termasuk
dalam salah satu unsur penting yang diamati. Suhu udara permukaan adalah suhu
udara yang diamati pada ketinggian 1.25 meter hingga 2 meter diatas permukaan
tanah (Fadholi, 2013).
Menurut Swarinoto (2011) faktor yang mempengaruhi suhu udara di suatu
tempat diantaranya adalah lama penyinaran matahari, karena semakin lama
matahari memancarkan sinarnya pada suatu daerah maka semakin banyak pula
panas yang diterima. Kemiringan sinar matahari, suatu tempat yang posisi matahari
berada tegak lurus di atasnya, akan lebih panas karena radiasi yang diterima lebih
banyak. Adanya awan di atmosfer akan mengurangi radiasi matahari yang di
permukaan bumi. Karena radiasi yang mengenai awan akan dipencarkan,
dipantulkan, dan diserap oleh uap air yang ada di dalam awan. Perbedaan luas darat
dan laut akan mempengaruhi penyerapan dan pemantulan radiasi matahari.
Permukaan darat akan lebih cepat menerima dan melepaskan panas radiasi matahari
yang diterima dipermukaan bumi dan menyebabkan perbedaan suhu udara di
atasnya. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dinamakan dengan
termometer. Satuan yang digunakan dalam alat ini adalah derajat celcius (°C).
Termometer dibagi menjadi 2 jenis yaitu termometer digital dan termometer
manual.
2.1.2 Kelembaban udara
Kelembaban udara merupakan banyaknya uap air yang terkandung dalam
udara atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer
karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun
dari air tanah. Selain itu, terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan banyaknya air di dalam udara bergantung kepada
banyak faktor, yaitu ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan
angin. Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang
akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan (Swarinoto & Sugiyono,
2011).
Menurut Indarwati (2019) kelembapan udara yang cukup besar memberi
petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam
keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk menyatakan nilai
kelembaban udara. Salah satunya adalah kelembaban udara relatif (nisbi).
Hygrometer merupakan alat untuk mengukur kelembaban udara dengan satuan
persen (%). Terdapat 2 jenis hygrometer yaitu hygrometer digital dan hygrometer
manual.
2.1.3 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya atau radiasi matahari merupakan suatu bentuk energi yang
dipancarkan oleh matahari yang mempunyai suhu diatas nol mutlak dan merupakan
satu-satunya bentuk energi yang dapat menjalar di angkasa luar. Radiasi matahari
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman,
yang meliputi intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya
penyinaran (panjang hari). Hal tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman melalui pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan
antosianin (pigment merah), perubahan suhu daun dan batang, penyerapan hara,
permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma (Susilawati et al.,
2016).
Menurut Manik (2020) pengukuran intensitas cahaya dapat diukur
menggunakan luxmeter. Lux Meter merupakan alat ukur cahaya yang digunakan
untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Alat ini didalam
memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital dengan satuan
lux. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya diperlukan sensor yang cukup
peka terhadap cahaya. Sehingga sensor dapat mengukur dan menampilkan hasil
pengukuran melalui tampilan digital. Semakin jauh jarak antara sumber cahaya ke
sensor maka akan semakin kecil nilai yang ditunjukkan lux meter. Hal ini
membuktikan bahwa semakin jauh jaraknya maka intensitas cahaya akan semakin
berkurang. Prinsip kerja lux meter yaitu mengubah intensitas cahaya yang datang
menjadi arus listrik. Photodiode yang digunakan akan menangkap setiap sinyal
cahaya yang diterimanya. Kemudian detektor cahaya tersebut akan menghasilkan
keluaran berupa arus yang besarnya sesuai dengan intensitas cahaya yang diukur.
2.1.4 Kecepatan Angin
Angin merupakan gerakan udara secara horizontal atau gerakan udara yang
sejajar dengan permukaan bumi. Kecepatan angin merupakan kecepatan udara yang
bergerak secara horizontal yang dipengaruhi oleh gradien barometris letak tempat,
tinggi tempat, dan keadaan topografi suatu tempat.. Sedangkan pergerakan angin
secara vertikal dinamakan aliran udara, angin disebabkan karena perbedaan tekanan
udara pada arah mendatar dimana terjadinya gerakan perpindahan massa udara dari
tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat dengan udara rendah. Perbedaan
tekanan udara pada umumnya terjadi disebabkan adanya perbedaan temperatur
udara. Beberapa daerah khususnya tropis memiliki angin yang mengalir cukup
besar sehingga menyimpan energi yang cukup besar. Energi angin berbanding lurus
dengan kecepatan dan besar massanya. Makin cepat dan makin besar massa angin
makin besar pula energi yang terkandung didalamnya (Yoga, 2021).
Anemometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan dan arah angin digunakan pada stasiun iklim. Selain mengukur kecepatan
angin, anemometer dapat digunakan untuk mengukur besarnya tekanan angin,
cuaca, dan tinggi gelombang laut. Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan meter
per sekon, kilometer per jam, atau knot (1 knot 0,5 m/s). Prinsip kerja dari
anemometer yaitu dengan adanya hembusan angin yang mengenai baling-baling
pada alat tersebut, putaran dari baling-baling tersebut menyebabkan sensor yang
terdapat pada anemometer bekerja, dan menghasilkan keluaran berupa tegangan
analog, yang menjadi masukan untuk ADC. Sehingga diperoleh nilai hasil
pengukuran dalam bentuk digital (Wijayanti et al., 2015).
2.1.5 Curah Hujan
Curah hujan merupakan hujan yang sampai ke permukaan tanah yang
diukur berdasarkan volume air hujan per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan
milimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh
dipermukaan per satuan luas meter persegi (m2) dengan catatan air hujan tidak ada
yang menguap, meresap atau mengalir. Sehingga curah hujan sebesar 1 mm setara
dengan 1 liter/m2. Curah hujan yang tinggi di wilayah tropis pada umumnya
dihasilkan dari proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Pada dasarnya
curah hujan dihasilkan dari gerakan massa udara lembab ke atas. Untuk
menciptakan terjadinya gerakan ke atas, atmosfer harus dalam kondisi tidak stabil.
Kondisi tidak stabil terjadi jika udara yang naik lembab dan lapse rate udara
lingkungannya berada antara lapse rate adiabatik kering dan lapse rate adiabatik
jenuh. Jadi kestabilan udara ditentukan oleh kondisi kelembaban. Karena itu jumlah
hujan tahunan, intensitas, durasi, frekuensi dan distribusinya terhadap ruang dan
waktu sangat bervariasi. Karena proses konveksi, intensitas curah hujan di wilayah
tropis pada umumnya tinggi (Mulyono, 2014).
Pengukuran curah hujan dapat diukur menggunakan ombrometer.
Ombrometer merupakan alat pengukur curah hujan atau disebut penakar hujan.
Pada saat pengukuran curah hujan menggunakan ombrometer, alat ini harus
diletakkan ditempat terbuka, sehingga air hujan dapat diterima langsung oleh
ombrometer. Proses pembacaan ombrometer dilakukan sekali sehari yaitu pada
pagi hari pukul 07.00. Adapun cara kerja dari ombrometer yaitu air hujan masuk ke
dalam tabung penyimpanan melalui corong. Skala pada tabung menunjukkan
berapa banyak air yang turun (Choiriyah, 2018).
2.1.6 Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu proses yang bertujuan memekatkan konsentrasi
suatu larutan yang terdiri atas pelarut (solvet) yang volatile dan zat terlarut (solute)
yang nonvolatile. Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Evaporasi dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Laju evaporasi
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, tekanan uap angin dan penyinaran
matahari (jumlah, lama, dan intensitas), kecepatan angin, tekanan udara,
kelembaban udara, serta curah hujan (Hidayat & Jannati, 2021).
Pengukuran evaporasi dapat menggunakan panci evaporasi. Panci evaporasi
berbentuk sebuah kancah atau panci besar berukuran garis tengah 120,7 cm dan
tinggi bibir panci 25,4 cm. Alat ini terbuat dari bahan tahan karat seperti baja putih
(stainless steel) atau logam campuran. Dudukan panci harus dipastikan datar (rata
air) diatas tanah dan dikelilingi rumput pendek. Sebaiknya penempatannya di
tengah-tengah lapangan stasiun. Alat ini dilengkapi dengan mikrometer berbentuk
pancing (hook gauge) pada ujungnya, mata pancing berada pada muka air. Hook
gauge ini ditaruh di atas tabung peredam (still well) dan tangkai pancing masuk ke
dalam air, sedangkan ujung mata pancing berada tepat pada permukaan air.
Pengamatan dilakukan 1 kali sehari yaitu pada jam 07.00 pagi (Nasruddin, 2015).
2.2 Syarat Pembangunan Stasiun Klimatologi
Berikut merupakan persyaratan pembangunan stasiun klimatologi yaitu
sebagai berikut.
1. Berada di ibukota provinsi atau sekitar ibukota provinsi.
2. Tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan atau perkantoran pemerintah, guna
kelancaran koordinasi dan pelayanan jasa klimatologi.
3. Tidak terlalu jauh dari sarana atau prasarana penunjang kantor yang
diperlukan yaitu terletak dipinggir jalan raya utama atau umum, terdapat
jaringan listrik PLN dan jaringan telepon.
4. Bukan merupakan daerah pemukiman penduduk yang padat dan bebas
daerah industri.
5. Tersedia sarana atau prasarana berupa transportasi umum untuk menuju
ke stasiun klimatologi.
6. Tidak terlalu jauh dari sarana sosial dan sarana lainnya sesuai dengan
kebutuhan (Badan meteorologi dan geofisika, 2008).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum pengamatan iklim atau pengambilan data dilakukan di
taman alat Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, selama 22 hari, mulai
dari tanggal 20 Mei sampai dengan 13 Juni 2022. Pengamatan dan pengukuran
dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul
17.00. Adapun unsur-unsur iklim yang diamati yaitu, suhu, kelembaban udara,
curah hujan, kecepatan angin, intensitas cahaya, dan evaporasi.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air, sedangkan alat yang
digunakan yaitu 1 unit gelas ukur, 1 unit anemometer, 1 unit thermometer digital, 1
unit thermometer manual, 1 unit hygrometer digital, 1 unit hygrometer manual, 1
unit panci evaporasi, 1 unit ombrometer, dan 1 unit luxmeter. Serta alat tulis untuk
mencatat hasil pengamatan dan handphone untuk dokumentasi.
3.3 Metode Penelitian
Berikut merupakan diagram alir metode praktikum pengamatan iklim.

Gambar 3.1 Diagram alir pelaksanaan praktikum


Diagram alir pada Gambar 3.1 menunjukkan langkah-langkah kegiatan
pengambilan dan pengamatan data iklim. Dengan urutan sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat-alat praktikum yang akan digunakan pada pengamatan
iklim.
2. Mempersiapkan lokasi dimana alat-alat pengamatan iklim diletakkan.
3. Meletakkan alat-alat pengamatan iklim pada lokasi pengamatan yang telah
ditentukan.
4. Melakukan pengamatan dan pengambilan data pada alat yang telah
diletakkan pada lokasi pengamatan, untuk pengamatan dan pengambilan
data curah hujan dan evaporasi hanya dilakukan satu kali sehari pada pukul
07.00.
5. Mencatat dan mengolah data hasil pengamatan iklim sebagai hasil dari
pengamatan.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Kondisi dan Potensi Lokasi


Kegiatan praktikum pengamatan iklim dilakukan di taman alat Fakultas
Teknologi Pertanian pada samping kiri gedung G, Universitas Jember. Kondisi
lokasi pengamatan iklim terbuka dan pengamatan iklim dapat terlaksana dengan
baik. Hal tersebut di dukung karena taman alat di Fakultas Teknologi Pertanian
dilengkapi pagar kawat yang menjadi sekat untuk taman alat, yang bertujuan untuk
menghindari gangguan dari binatang. Pendirian taman alat meliputi beberapa syarat
yaitu taman alat berukuran 40 × 60 meter, membujur arah utara-selatan, memiliki
permukaan tanah datar, rata, dan terdapat rumput pendek yang terpelihara dengan
baik.
Pada kegiatan pengamatan yang telah dilaksanakan ditaman alat ini belum
memiliki kondisi yang memenuhi seluruh syarat dari stasiun iklim sebenarnya,
sehingga banyak kendala dalam pengambilan data. Kendala tersebut berupa area
stasiun yang disekitarnya dikelilingi pepohonan dan gedung. Pepohonan dan
gedung dapat menghalangi pengambilan data unsur-unsur cuaca dan iklim. Dengan
demikian dapat menurunkan potensi keberhasilan pengambilan data unsur cuaca
dan iklim dan data yang diperoleh menjadi tidak akurat.
4.2 Interpretasi Data Hasil Pengamatan
Pengamatan unsur-unsur iklim di stasiun iklim Fakultas Teknologi
Pertanian selama 22 hari, dimulai dari tanggal 22 mei 2022 sampai 13 Juni 2022
diperoleh data hasil pengamatan sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data hasil pengamatan iklim selama 22 hari
Bola Bola
Termometer Termometer Hygrometer Hygrometer Lux Panci
Hari kering basah anemometer CH
digital manual digital manual meter Evaporasi
ke- (Td) (tw)
°C °C % % °C °C lux m/s mm mm
28,3 5193,
1 29,96 29,22 78% 74% 28,5 0,6
3 8
27,8 24,3 4410,
2 29,52 28,67 70% 79% 0,27 - 4,4
3 3 9
4995,
3 29,17 28,61 72% 75,50% 28,6 25,5 1,56 15 12,8
4
27,8 25,6 6516,
4 28,51 28,5 80% 76% 0,53 - 12,8
3 6 2
2549,
5 26,06 26,66 88% 97% 24,8 24,5 0 2 2
9
25,2 24,6 4359,
6 26,12 26,33 84% 93% 1,63 53 45,8
3 6 8
26,3 6374,
7 26,1 25 99% 100% 24,1 0,76 2,5 0,28
3 2
25,3 6374,
8 30 29,33 79% 80% 28 1,53 - 2,52
3 2
24,6 1623,
9 29,51 28,78 75% 72% 27,5 1,76 - 0,32
6 4
6383, 0,2
10 27,1 28,3 73,80% 84% 27,3 25,3 0,86 13,24
7 5
25,0 2738, 0,2
11 25 25 88% 99% 24 0 1
7 0 5
25,0 3518,
12 27,6 27,3 77% 97% 23,5 1,4 - 4,4
7 4
26,6 25,1 7615,
13 28,78 27,67 80% 89% 0,4 - 0,64
7 7 1
26,3 1349,
14 26,9 27,44 82% 88% 25 0,4 - 6,08
3 7
4333, 24,
15 27,75 27 83% 92% 25,5 26,5 0,5 3,68
3 2
27,1 25,6 5719,
16 28,72 26,5 82% 88% 0,43 - 0,84
6 6 6
2828,
17 28,14 28,33 79% 80% 27,6 25 0,43 - 1,76
7
25,1 7950,
18 29,35 29,33 74% 81% 28 3,7 0,5 0,36
6 6
24,3 2573,
19 28,31 29 74% 79% 27 1,67 - 0,04
3 1
26,3 24,3 1369,
20 27,57 27,17 78% 85% 0,63 1,5 0,16
3 3 9
27,1 25,7 2680,
21 28,1 26,78 79% 89% 0,8 0,5 7,92
7 3 0
27,1 25,1 1813,
22 28 28,36 77% 84% 0,6 - 4,72
6 6 2
Rata- 26,7 25,2 4239, 99,
rata 28,01 27,69 80% 86% 0,93 125,76
4 1 6 7
4.2.1 Suhu
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran suhu udara selama 22 hari didapat data
sebagai berikut.

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran suhu selama 22 hari


Berdasarkan Gambar 4.1 diperoleh pengukuran suhu selama 22 hari, dapat
dilihat bahwa suhu berubah setiap harinya. Perubahan signifikan terjadi pada hari
ke-8 yang semula pada hari ke-7 nilai suhu 26,1°C menjadi 30°C pada hari ke-8
menggunakan termometer digital, dan pada termometer manual memiliki nilai yang
setara. Serta diperoleh nilai rata-rata suhu menggunakan termometer digital sebesar
28,01°C dan pada termometer manual sebesar 27,69°C. Hal tersebut dapat terjadi
karena disebabkan oleh ketinggian suatu tempat atau daerah. Ketinggian suatu
tempat mempengaruhi perubahan suhu. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin
rendah suhu atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah suatu tempat maka
semakin tinggi suhu atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu
tempat berpengaruh terhadap suhu dan kemiringan suatu wilayah (Pombu et al.,
2014).
4.2.2 Kelembaban udara
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kelembaban udara selama 22 hari
didapat data sebagai berikut.

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kelembaban udara selama 22 hari


Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh pengukuran kelembaban udara selama
22 hari, dapat dilihat bahwa kelembaban udara mengalami kenaikan pada hari ke-5
hingga 21%, sedangkan penurunan terjadi pada hari ke-8 hingga 20% jika
menggunakan alat hygrometer manual. Sedangkan pada penggunaan hygrometer
digital, kenaikan terjadi pada hari ke-7 hingga 15% dan penurunan terjadi pada hari
ke-8 hingga 20%. Serta diperoleh nilai rata-rata kelembaban udara sebesar 86%
pada hygrometer manual dan 80% pada hygrometer digital. Hal tersebut dapat
terjadi karena menggunakan alat yang berbeda, ketika kita menggunakan alat
hygrometer digital pembacaan hasil pengukuran langsung ditampilkan oleh layar
atau display pada alat tersebut. Sedangkan pada hygrometer manual pembacaan
hasil pengukuran tergantung dari kejelian mata penguji dan human error dapat
terjadi (Supriyono et al., 2015).
Kelembaban udara mengalami perubahan setiap harinya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu suhu. Pada dasarnya
kelembaban udara berhubungan dengan kandungan air. Semakin tinggi suhu suatu
udara, maka semakin rendah kelembaban udara tersebut. Sebaliknya, semakin
rendah suhu udara maka kelembaban udara semakin tinggi (Pratama, 2015).
4.2.3 Intensitas Cahaya
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran intensitas cahaya selama 22 hari
didapat data sebagai berikut.

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran intensitas cahaya selama 22 hari


Berdasarkan Gambar 4.3 diperoleh pengukuran intensitas cahaya selama 22
hari, dapat dilihat bahwa kenaikan yang signifikan terjadi pada hari ke-18 memiliki
nilai sebesar 7950,6 lux, sedangkan penurunan yang signifikan terjadi pada hari ke-
14 memiliki nilai sebesar 1349,7 lux. Serta didapatkan nilai rata-rata intensitas
cahaya yaitu 4239,6 lux. Intensitas cahaya matahari disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu lintasan matahari yang tegak lurus dengan permukaan bumi sehingga
sudut datang sinar matahari yang tinggi membuat nilai radiasi menjadi besar. Serta
dipengaruhi oleh kemiringan lintasan matahari pada titik terjauhnya sehingga sudut
datang sinar matahari yang tidak begitu besar membuat nilai radiasi menjadi lebih
kecil (Purnama, 2020).
4.2.4 Kecepatan Angin
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran kecepatan angin selama 22 hari didapat
data sebagai berikut.

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran kecepatan angin selama 22 hari


Berdasarkan Gambar 4.4 diperoleh pengukuran kecepatan angin selama 22
hari, dapat dilihat bahwa kecepatan angin tertinggi diperoleh pada hari ke-18
memiliki nilai sebesar 3,7 m/s, dan kecepatan angin terendah terjadi pada hari ke-5
dan hari ke-11 memiliki nilai sebesar 0 m/s. Serta didapatkan nilai rata-rata
kecepatan angin sebesar 0,93 m/s. Faktor yang mempengaruhi adalah perbedaan
tekanan udara. Semakin besar perbedaan tekanan udara, maka angin yang bertiup
semakin kencang atau kuat. Semakin kecil perbedaan tekanan udara, maka angin
yang bertiup semakin rendah atau kecil (Pratiwi, 2020).
4.2.5 Curah Hujan
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran curah hujan didapat data sebagai
berikut.

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran curah hujan


Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa nilai curah hujan tertinggi
terjadi pada hari ke-6 dengan nilai 53 mm. Sedangkan nilai curah hujan terendah
terjadi pada hari ke-18 dan hari ke-21 dengan nilai 0,5 mm. Serta tidak terdapat
hujan pada hari ke-1,2,4,8,9,12,13,14,16,17,19,22. Serta didapat jumlah curah
hujan pada pengukuran selama 22 hari sebesar 99,7 mm. Besarnya curah hujan
dapat mempengaruhi unsur-unsur cuaca lainnya seperti suhu, kelembapan, radiasi
matahari, dan proses evaporasi. Semakin besar curah hujan akan menyebabkan
kelembaban meningkat dan suhu udara menurun. Serta curah hujan dipengaruhi
oleh kelembaban udara dan kecepatan angin. Jika kelembaban udara dan kecepatan
angin meningkat maka curah hujan akan meningkat. Tekanan udara dan suhu udara
berpengaruh secara negatif terhadap curah hujan. Jika tekanan udara dan suhu udara
meningkat maka curah hujan akan berkurang atau rendah (Pradipta et al., 2013).
4.2.6 Evaporasi
Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran evaporasi selama 22 hari didapat data
sebagai berikut.

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran evaporasi selama 22 hari


Berdasarkan Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa nilai evaporasi tertinggi
terjadi pada hari ke-6 dengan nilai 45,8 mm. Sedangkan nilai evaporasi terendah
terjadi pada hari ke-19 dengan nilai 0,04 mm. Serta didapat total jumlah curah hujan
pada pengukuran selama 22 hari sebesar 125,76 mm. Perbedaan nilai evaporasi
tersebut dipengaruhi oleh suhu udara. Semakin rendah suhu udara maka semakin
rendah laju penguapan yang terjadi dikarenakan suhu air yang rendah
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguap sehingga penguapannya
menjadi lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara yang lebih tinggi (Suryana
et al., 2014).
4.3 Hubungan Antara Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hubungan antara suhu dan
kelembaban udara berbanding terbalik, dimana semakin rendah suhu, maka
kelembaban udara semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil pengukuran
nilai suhu pada hari ke-11 dengan thermometer digital dan thermometer manual
memiliki nilai 25ºC, sedangkan pada pengukuran kelembaban udara menggunakan
hygrometer digital memiliki nilai 88% dan pada hygrometer manual memiliki nilai
99%.
Hubungan intensitas cahaya terhadap suhu dan kelembaban, ketika nilai
intensitas cahaya meningkat, maka nilai suhu akan meningkat, dengan demikian
hubungan intensitas cahaya dengan suhu adalah berbanding lurus. Sedangkan akan
berbanding terbalik dengan kelembaban udara. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil
pengukuran nilai suhu pada hari ke-18 menggunakan thermometer digital 29,35ºC
dan thermometer manual 29,33ºC, sedangkan pada pengukuran intensitas cahaya
memiliki nilai 7950,6 lux. Serta pada pengukuran kelembaban udara menggunakan
hygrometer digital memiliki nilai 74% dan pada hygrometer manual memiliki nilai
81%.
Hubungan antara kelembaban udara dengan curah hujan berbanding lurus,
dimana semakin tinggi kelembaban udara, maka curah hujannya semakin tinggi.
Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil pengukuran kelembaban udara pada hari ke-6
dengan hygrometer digital 84% dan hygrometer manual 93%. Sedangkan nilai
pengukuran curah hujan pada hari ke-6 yaitu 53 mm. Hubungan intesitas cahaya
dengan evaporasi berbanding lurus. Semakin tinnggi intensitas cahaya, maka
menyebabkan suhu udara semakin tinggi serta nilai evaporasi meningkat. Hal ini
dapat dilihat pada tabel hasil pengukuran intensitas cahaya pada hari ke-10 yaitu
6383,7 lux, dengan nilai suhu pada thermometer digital 27,1ºC dan pada
thermometer manual 28,3ºC, dan nilai evaporasi 13,24 mm.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Lokasi pengamatan kurang berpotensi jika digunakan sebagai stasiun
agroklimat, karena dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan terdapat gedung,
sehingga data pengamatan yang diperoleh kurang akurat.
2. Berdasarkan interpretasi data hasil pengamatan selama 22 hari diperoleh
nilai rata-rata unsur cuaca dan iklim, meliputi rata-rata suhu yaitu 28,01℃
pada termometer digital dan 27,69 pada termometer manual. Rata-rata
kelembaban udara sebesar 80% pada hygrometer digital dan 86% pada
hygrometer manual. Rata-rata intensitas cahaya yaitu 4239,6 lux. Rata-rata
kecepatan angin sebesar 0,93 m/s. Jumlah hujan memiliki nilai sebesar 99,7
mm. Serta jumlah penguapan yaitu 125,76 mm.
3. Berdasarkan pengamatan iklim yang telah dilakukan dapat diketahui
hubungan unsur-unsur cuaca dan iklim adalah saling berkaitan antara satu
dengan yang lain dan dapat mempengaruhi satu sama lain.
4. Alat yang digunakan pada saat pengamatan pengukuran unsur cuaca dan
iklim adalah termometer digital dan termometer manual untuk mengukur
suhu udara, higrometer digital dan higrometer manual untuk mengukur
kelembaban udara, lux meter untuk mengukur intensitas cahaya,
anemometer untuk mengukur kecepatan angin, ombrometer untuk
mengukur curah hujan, dan panci evaporasi untuk mengukur evaporasi.
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang diberikan
adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pada saat pemaparan materi oleh asisten dosen mengenai
penggunaan alat-alat praktikum, praktikan menyimak guna memahami
dengan benar tentang penggunaan alat pengukuran iklim, dengan tujuan
untuk memperoleh data yang akurat.
2. Pada saat pengambilan data atau pengamatan, sebaiknya ketelitian alat pada
alat-alat manual perlu diperhatikan dengan teliti pada saat pembacaan hasil
pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, R., D. Ruhiat, dan E. Marlina. 2021. Implementasi ridge regression untuk
mengatasi gejala multikolinearitas pada pemodelan curah hujan berbasis
data time series klimatologi. Jurnal Riset Matematika dan Sains Terapan.
1(1): 1-11.

Badan Meteorologi Dan Geofisika, 2008. Standar Stasiun Klimatologi. Jakarta:


BMKG.

Choiriyah, I. C. 2018. Prototipe Perancangan Alat Pengukur Curah Hujan Otomatis


Tipe Hellman Berbasis Arduino Uno. Skripsi. Jember: Teknik Elektro.

Fadholi, A. 2013. Study Pengaruh Suhu Dan Tekanan Udara Terhadap Operasi
Penerbangan Di Bandara H. A. S. Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung
Periode 1980-2010. Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA). 3(1):
1-10.

Hidayat, F.R., dan Jannati, E.D. 2021. Analisis Proses Penguapan Nira Pada
Evaporator Stasiun Penguapan Pabrik Gula. Seminar Teknologi Majalengka
(Stima). 5(1). 22 Agustus 2021. Universitas Majalengka: 317-322.

Indarwati, S., S. M. B. Respati, dan Darmanto. 2019. Kebutuhan daya pada air
conditioner saat terjadi perbedaan suhu dan kelembaban. Jurnal Momentum.
15(1): 91-95.

Koesmaryono, Y., dan M. Askari. 2014. Pengertian dan Ruang Lingkup


Klimatologi Pertanian, dan Pengaruh Atmosfer terhadap Kehidupan dan
Pertanian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Manik, S., A. M. Muslimin, dan A. A. Subgan. 2020. Perancangan alat ukur


intensitas cahaya berbasis arduino leonardo menggunakan sensor ldr (light
dependent resistor). Jurnal Natural. 16(1): 1-13.

Mulyono, D. 2014. Analisis karakteristik curah hujan di wilayah kabupaten garut


selatan. Jurnal Konstruksi. 13(1): 1-9.

Nasruddin. 2015. Modul Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi. Banda Aceh:


Universitas malikussaleh.

Pombu, D., E. Labiro, dan A. Malik. 2014. Studi habitat monyet boti (macaca
tonkeana) di hutan lindung desa sangginora kecamatan poso pesisir selatan
kabupaten poso. Jurnal Warta Rimba. 2(4): 25-32.
Pradipta, N. S., P. Sembiring, dan P. Bangun. 2013. Analisis pengaruh curah hujan
di kota medan. Jurnal Saintia Matematika. 1(5): 459-468.

Pratama, G. Y., 2015. Nyamuk anopheles sp dan faktor yang mempengaruhi di


kecamatan rajabasa, lampung selatan. Jurnal Majority. 4(1): 20-27.

Pratiwi, D., 2020. Studi time series hidro oseanografi untuk pengembangan
pelabuhan panjang. Jurnal Of Infrastructural In Civil Engineering. 1(1): 1-
13.

Purnama, M. S. S. 2020. Analisis bentuk peneduh terhadap perolehan radiasi sinar


matahari pada bangunan tinggi. Jurnal Arsitektur. 3(1): 45-49.

Supriyono, I. A., F. Sudarto, dan M. K. Fakhri. 2015. Pengukur tinggi badan


menggunakan sensor ultrasonik berbasis mikrokontroler atmega328 dengan
output suara. Jurnal Creative Communication and Innovative Technology.
9(2): 148-156.

Suryana, I. N., I. N. Suarnadwipa, dan H. Wijaksana. 2014. Studi eksperimental


performansi pendingin evaporative portable dengan pad berbahan spon
dengan ketebalan berbeda. Jurnal Ilmiah Teknik Desain Mekanika. 1(1): 65-
70.

Susilawati., Wardah, dan Irmasari. 2016. Pengaruh berbagai intensitas cahaya


terhadap pertumbuhan semai cempaka (michelia champaca l.) di
persemaian. Jurnal ForestSains. 14(1): 59-66.

Swarinoto, Y.S., dan Sugiyono. 2011. Pemanfaatan suhu udara dan kelembapan
udara dalam persamaan regresi untuk simulasi prediksi total hujan bulanan
di Bandar Lampung. Jurnal meteorologi dan geofisika. 12(3): 271- 281.

Wijayanti, D., E. Rahmawati, dan I. Sucahyo. 2015. Rancang bangun alat ukur
kecepatan dan arah angin berbasis arduino uno atmega 328p. Jurnal Inovasi
Fisika Indonesia. 4(3): 150-156.

Yoga, P.S., 2021. Pengaruh Angin Terhadap Kelancaran Pelayaran Di Perairan


Pulau Jawa Dari Badan Meteorologi dan Geofisika Semarang. Skripsi.
Semarang: Universitas Maritim AMNI Semarang.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengukuran intensitas cahaya, kelembaban udara, dan suhu menggunakan alat
ukur digital

Gambar 2. Pengukuran kecepatan angin menggunakan anemometer


Gambar 3. Pengukuran penguapan menggunakan panci evaporasi

Gambar 4. Pengukuran kelembaban udara menggunakan hygrometer manual


Gambar 5. Pengukuran suhu menggunakan termometer manual

Gambar 6. Pengukuran curah hujan menggunakan ombrometer

Anda mungkin juga menyukai