Anda di halaman 1dari 44

SKRIPSI

STUDI PRAKIRAAN POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK


PANAS BUMI DI PLTP SARULLA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan


Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Energi Listrik
Oleh:

YEHEZKIEL E TAMPUBOLON
NIM: 130402091

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan energi listrik di indonesia masih belum maksimal.


Oleh karena kebutuhan yang terus meningkat, pemanfaatan sumber energi selain
fosil perlu dilakukan. Energi geothermal adalah salah satu energi alternatif.
Indonesia memiliki potensi panas bumi sangat besar sekitar 40% dari total panas
bumi didunia. Pada penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi panas bumi
yang dihasilkan di PLTP sarulla. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah menghitung secara metode volumetrik dimana hasil yang diperoleh
adalah 137 Mwe. Potensi panas bumi tersebut dapat digunakan sebagai pasokan
energi listrik tambahan guna mengurangi defisit energi di sumatera utara.

Kata kunci : geothermal,potensi panas bumi sarulla

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ STUDI PRAKIRAAN POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK
PANAS BUMI DI PLTP SARULLA”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana Teknik di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian skripsi ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari betul setiap
berkat, doa, motivasi, dan bimbingan yang penulis peroleh selama proses tersebut. Untuk
itu, dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. Fahmi, ST., M.Sc., IPM, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro FT-
USU dan Bapak Ir. Arman Sani, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro
FT-USU.
2. Bapak Ir.Eddy Warman, MT, selaku dosen Pembimbing Skripsi, atas segala
bimbingan, pengarahan, motivasi dan telah meluangkan banyak waktu dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Ir. M Zulfin,MT, selaku dosen wali penulis, atas motivasi dan bimbingannya
kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.
4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh Karyawan
di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU.
5 Bapak Donny tambunan dan Hendrik siahaan, yang telah bersedia membantu
penulis dalam proses pengambilan data di PLTP Sarulla .
6 Orang tua dan keluarga yang selalu memberi arahan dan semangat selama masa
perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.
7 Seluruh teman teman 2013, abang-kakak senior dan adik-adik junior yang telah
mau berbagi pengalaman dan motivasi kepada penulis.

ii
8 Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan
terimakasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan, baik dari
segi tata bahasa maupun dari segi ilmiah. Untuk itu, penulis akan menerima dengan
terbuka, segala saran dan kritik yang ditujukan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, juni 2020
Penulis

Yehezkiel E Tampubolon

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...............................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

1.4 Batasan Masalah ........................................................................... 2

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

1.6 Metode Penelitian ......................................................................... 3

1.7 Sistematika Penelitian .................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1 Sumber Panas Bumi ..................................................................... 5

2.2 Estimasi Umur Potensi Panas Bumi ................................................. 8

2.3 Tahapan Kegiatan Pengembangan Panas Bumi .............................. 10

2.4 Pembangkit Listrik Panas Bumi Sarulla .......................................... 15

2.5 Proses Terjadinya Energi Listrik .....................................................17

2.6 Sistem Kerja PLTP ..........................................................................18

iv
2.7 Komponen Utama PLTP .................................................................19

2.7.1 Steam Receiving Header ..................................................... 19

2.7.2 Separator. ............................................................................. 20

2.7.3 Turbin .................................................................................. 20

2.7.4 Generator ............................................................................. 21

2.7.5 Transformator.......................................................................21

2.7.6 Kondensor ........................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 23

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 23

3.2 Bahan dan Peralatan ................................................................... 23

3.3 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 23

3.4 Variabel penelitian ..................................................................... 23

3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 24

4.1 Umum ......................................................................................... 25

4.2 Hasil penelitian ........................................................................... 26

4.3 Perhitungan data ............................................................................. 27

BAB V PENUTUP ................................................................................... 28

5.1 Kesimpulan................................................................................. 28

5.2 Saran ........................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Magmatimasi karena tumbukan antar lempeng ........................ 4

Gambar 2.2 Isi Perut Bumi ........................................................................................5

Gambar 2.3 Skema Terjadinya Sumber Air Panas dan Sumber Uap .......................6

Gambar 2.4 Komponen Penyusun Panas Bumi ........................................................8

Gambar 2.5 lokasi PLTP Sarulla ..............................................................................9

Gambar 2.6 Skema PLTU dan PLTP .......................................................................10

Gambar 2.7 Steam Receiving Header ......................................................................11

Gambar 2.8 Separator ......................................................................................... 14

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 data parameter potensi panas bumi sarulla ........................................... 26

vii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Panas bumi (Geothermal) merupakan sumber daya alam berupa air panas
atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah
permukaan oleh batuan panas. Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat
besar karena menjadi salah satu negara yang dilewati oleh cincin api (ring of fire).
Sekitar 40% atau 29.000 MW total panas bumi dunia berada di Indonesia karena
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi gunung api yang tinggi (Wahyuni,
2012). Namun dengan potensi yang sangat besar tersebut, pemanfaatan panas
bumi di Indonesia masih belum maksimal. Bahkan dari 299 daerah yang memiliki
potensi panas bumi, yang dimanfaatkan sebagai PLTP hanya 2,68%, sedangkan
45,15% masih dalam tahap penyelidikan awal, 13,04% dalam tahap penyelidikan
pendahuluan, 36,79% dalam tahap penyelidikan rincian, dan sebanyak 2,34%
dalam tahap eksplorasi atau siap dikembangkan (Qomariah, 2012).
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama
seperti Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir
panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut
dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi
panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik. Uap yang telah menggerakkan turbin tersebut kemudian
diinjeksikan kembali menuju perut bumi.
Salah satu provinsi Sumatera yang memiliki potensi panas bumi cukup
tinggi yang saat ini telah dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik panas bumi
(PLTP) terletak di desa Silangkitang dan desa Namora kecamatan Pahae Jae,
Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara dengan kapasitas sebesar 3 x
110 MW. Dengan kapasitas yang besar tersebut, diharapkan pembangkit listrik ini
dapat sedikit mengatasi kekurangan akan kebutuhan energi listrik.
PLTP Sarulla terdiri dari 3 unit pembangkitan dimana setiap unit memiliki
daya 110 MW, Penelitian ini dilakukan pada unit II dan perhitungannya hanya

1
dilakukan pada salah satu sumur produksi PLTP Sarulla unit II, dimana total dari
sumur produksi yang terdapat di unit II adalah 10 sumur produksi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menghitung nilai potensi
panas bumi yang dibangkitkan pada PLTP Sarulla yang bergantung pada potensi
cadangan panas bumi dan energi listrik pada pembangkit itu sendiri.

I.2 Rumusan Masalah


Kemampuan dari suatu pembangkit listrik panas bumi bergantung pada
potensi cadangan panas bumi dan energi listrik yang dibangkitkan oleh
pembangkit itu sendiri. Dimana potensi panas bumi ini dapat diperoleh
berdasarkan kinerja dari komponen pembangkit listrik panas bumi Sarulla.
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui potensi cadangan panas bumi pada sumur WJP1-1
PLTP Sarulla unit 2.

2. Untuk mengetahui potensi listrik yang dibangkitkan pada sumur WJP1-


1 PLTP Sarulla unit 2.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Sarulla pada sistem kelistrikan sumatera utara.

I.4 Batasan Masalah


Agar tujuan penulisan sesuai dengan yang diharapkan serta terfokus pada
judul dan bidang yang telah diuraikan di atas, maka penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Data penelitian diperoleh dari PLTP Sarulla

2. Hanya membahas tentang potensi cadangan panas bumi dan potensi


energi listrik yang dibangkitkan pada PLTP Sarulla

3. Tidak membahas secara detail teknologi pada PLTP Sarulla

4. Tidak membahas masalah aspek ekonomis

I.5 Manfaat Penelitian

2
Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi bagi penulis maupun
pembaca

2. Hasil penelitian ini dapat dipakai menjadi salah satu referensi dalam
memprakirakan potensi dari pembangkit listrik tenaga panas bumi pada
umumnya.

3. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dalam peningkatan


potensi panas bumi pada PLTP Sarulla

I.6 Metode Penelitian


Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah :
1. Studi Literatur dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik
skripsi yaitu berupa buku referensi yang dimiliki penulis maupun dari
perpustakaan dan juga dari jurnal, artikel-artikel, dan internet yang
relevan untuk mendukung topik skripsi ini.
2. Studi Bimbingan dengan melakukan diskusi tentang topik skripsi
dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen
Teknik Elektro USU, dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik dan
teman-teman sesama mahasiswa.
3. Pengumpulan Data.
Data yang dikumpulkan diperoleh langsung dari PLTP Sarulla berupa
data kandungan energi panas, kandungan energi maksimum, luas daerah
panas bumi, tebal reservoar, temperatur resevoar. Setelah data
dikumpulkan, data selanjutnya diolah untuk menentukan prakiraan
potensi panas bumi.
4. Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan penarikan kesimpulan
berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan.

I.7 Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

3
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang penjelasan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penelitian, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang Sumber Panas Bumi, Estimasi Umur
Potensi Panas Bumi, Tahapan Kegiatan Pengembangan Panas
Bumi. Proses Terjadinya Energi Listrik, Sistem Kerja PLTP,
Komponen Utama PLTP,
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini mengulas tentang waktu dan tempat penelitian, bahan dan
peralatan, pelaksanaan penelitian, variabel yang diamati, dan
prosedur penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dari PLTP Sarulla dan
proses perhitungan potensi panas bumi beserta pembahasan dan
grafik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang hal-hal yang dianggap penting dalam
tulisan yang dirangkum sebagai suatu kesimpulan dan saran dari
hasil analisa data yang diperoleh.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Panas Bumi


Sumber panas bumi berasal dari distribusi suhu dari energi panas di bawah
permukaan bumi. Sumber panas di bawah permukaan ini berasal dari intrusi
magma yang menerobos ke permukaan. Magma ini terbentuk karena tumbukan
antar lempeng. Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan dan menerus
karena panas di dalam atmosfer dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan
tersebut hancur meleleh dan mempunyai temperatur tinggi seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Magmatimasi karena tumbukan antar lempeng (Anonim, 2013)
Magma yang menyebabkan letusan-letusan vulkanik menghasilkan sumber uap
dan air panas pada permukaan bumi di banyak tempat yang terdapat air di bawah
tanah yang bersinggungan dengan panas di perut bumi dan menimbulkan suhu
dan tekanan tinggi yang mengalir ke permukaan sebagai air panas, lahar panas dan
aliran uap.
Pada dasarnya bumi terdiri dari tiga bagian seperti gambar 2.2. Bagian
paling luar adalah lapisan kulit atau kerak bumi (crust). Tebalnya rata-rata 30 - 40
km atau lebih di daratan, dan di laut antara 7 - 10 km. Bagian berikutnya
dinamakan mantel bumi (mantle) merupakan lapisan yang semicair atau batuan
yang meleleh atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh tekanan
dan temperatur tinggi di sekitarnya, yang terdiri atas batu yang dalamnya
mencapai kira-kira 3000 km dan berbatasan dengan inti bumi yang panas sekali.

5
Bagian luar dari inti bumi (outer core) berbentuk liquid. Inti ini terdiri atas inti
cair atau inti meleleh yang mencapai 2000 km. Kemudian lapisan terdalam dari
inti bumi (inner core) berwujud padat inti keras yang mempunyai garis tengah
sekitar 2600 km. Panas inti mencapai lebih dari 50000C.

Gambar 2.2 Isi Perut Bumi


Ada dua sebab mengapa inti bumi itu panas antara lain ;
1. Disebabkan karena tekanan yang begitu besar karena gravitasi bumi
mencoba mengkompres atau menekan materi, sehingga bagian yang
tengah menjadi paling terdesak. Kepadatan bumi menjadi lebih besar
sebelah dalam.
2. Bumi mengandung banyak bahan radioaktif seperti Uranium- 238,
Uranium-235 dan Thorium-232. Bahan – bahan radioaktif ini
membangkitkan jumlah panas yang tinggi. Panas tersebut dengan
sendirinya berusaha untuk mengalir keluar, akan tetapi ditahan oleh mantel
yang mengelilinginya.

Menurut perkiraan rata-rata panas yang mencapai permukaan bumi adalah sebesar
400kkal/m2 setahun. Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas,
bahkan sumber uap panas. Panas itu datangnya dari batu-batu yang meleleh atau
magma yang menerima panas dari inti bumi. Pada gambar 2.3 memperlihatkan
secara skematis terjadinya sumber uap, yang biasanya disebut fumarole atau
geyser serta sumber air panas.

6
Gambar 2.3 skema Terjadinya Sumber Air Panas dan Sumber Uap
Magma yang terletak di dalam lapisan mantel, memanasi lapisan batu padat. Di
atas batu padat terletak suatu lapisan batu berpori, yaitu batu mempunyai banyak
lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini berisi air, yang berasal dari air tanah,
atau resapan air hujan, atau resapan air danau maka air itu turut dipanaskan oleh
lapisan batu padat yang panas itu. Bila panasnya besar, maka terbentuk air panas,
bahkan dapat terbentuk uap dalam lapisan batu berpori. Bila diatas lapisan batu
berpori terdapat satu lapisan batu padat, maka lapisan batu berpori berfungsi
sebagai boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan berusaha keluar. Dalam
hal ini ke atas, yaitu kearah permukaan bumi. Adanya sumber daya panas bumi
pada suatu daerah dapat diketahui dari gejala aktifitas yang dapat ditemukan pada
permukaan bumi. Seperti adanya semburan uap panas dan mata air panas yang
dapat terjadi apabila terdapat komponen penyusun panas bumi sebagai berikut :
1. Terdapat batuan panas bumi berupa magma.

Batuan panas bumi berupa magma yang terdapat pada kedalaman yang
besar serta mengalami proses pendinginan secara konduktif dengan batuan
disekitarnya dapat menjadi sumber panas ideal bagi suatu sistem panas
bumi.
2. Adanya persediaan air tanah yang dekat dengan sumber magma dapat
terbentuk uap air panas.
3. Terdapat batuan reservoir untuk menyimpan uap dan air panas.
Karakteristik ini, air yang terpanasi oleh batuan panas menguap, sehingga
dapat mencapai permukaan dalam keadaan relatif kering sekitar 2000 C.

7
4. Terdapat batuan keras yang menahan hilangnya uap dan air panas
5. Adanya gejala tektonik. Gejala ini ditandai dengan adanya rekahan –
rekahan dikulit bumi yang akan memberikan jalan kepada uap dan air
panas untuk bergerak ke permukaan bumi
6. Panasnya harus mencapai suhu tertentu. Panas bumi bisa tergolong energi
geothermal jika mencapai suhu tertentu yaitu sekitar 1800 – 2500C.

Gambar 2.4 Komponen Penyusun Panas Bumi


Gejala panas bumi pada umumnya tampak dipermukaan bumi berupa mata air
panas, fumarola, geyser dan sulfatora. Dengan jalan pengeboran, uap alam yang
bersuhu dan tekanan tinggi dapat diambil dari dalam bumi dan dialirkan ke
generator turbo yang selanjutnya menghasilkan tenaga listrik.

2.2 Estimasi Umur Potensi Panas Bumi


Besarnya potensi energi suatu daerah prospek panas bumi dapat
diperkirakan bergantung pada cadangan uap panas yang terdapat didalam
reservoar.

Persamaan dasar Kandungan panas adalah :

H e = A h {(1-Φ) ρr cr T + Φ (ρL UL SL + ρvUvSv)} (2.1)

Menghitung energi panas yang pada kenyataannya dapat diambil (cadangan panas
bumi). maka besarnya cadangan ditentukan sebagai berikut :
Hde = Rf . Hth (2.2)

8
Menghitung besarnya potensi listrik panas bumi yaitu besarnya energi listrik yang
dapat dibangkitkan selama periode waktu t tahun (dalam satuan MWe)

Hel = (2.3)
dimana :
He = Kandungan energi panas (kJ)
A = Luas area panas bumi (m2)
h = Tabel reservoar (m)
T = Temperatur reservoar (oC)
SL = Saturasi air (fraksi)
Sv = Saturasi uap (fraksi)
UL = Energi dalam air (kJ/kg)
Uv = Energi dalam uap (kJ/kg)
Ф = Porositas batuan reservoar (fraksi)
Cr = kapasitas panas batuan (kJ/kgoC)
ρr = density batuan (kg/m3)
ρL = density air (kg/m3)
ρv = density uap (kg/m3)
Hth = energi panas bumi maksimum yang dapat dimanfaatkan (kJ)
Hde = energi panas bumi maksimum yang dapat diambil ke permukaan (kJ)
Rf = faktor perolehan (fraksi)
η = faktor konversi listrik (fraksi)
Hel = potensi listrik panas bumi(MWe )
t = lama waktu (umur) pembangkit listrik (tahun)

Parameter yang paling berpengaruh pada besarnya nilai potensi cadangan


panas adalah adalah luas area, temperatur reservoir, dan ketebalan resevoir.
Semakin tinggi temperatur resevoir maka semakin besar nilai cadangan panas
bumi yang didapat dan Semakin besar nilai ketebalan reservoir maka semakin
besar juga nilai cadangan panas bumi yang didapat.

9
2.3 Tahapan Kegiatan Pengembangan Panas Bumi

Kegiatan pengembangan lapangan panas bumi yang dilakukan dalam


usaha mencari sumber daya panas bumi, membuktikan adanya sumber daya serta
memproduksikan dan memanfaatkan fluidanya dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Pengembangan Pendahuluan

Survey dilakukan untuk mencari daerah prospek panas bumi, yaitu


daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumber daya panas bumi dilihat
dari kenampakan di permukaan, serta untuk mendapatkan gambaran mengenai
geologi regional di daerah tersebut. Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan
pada tahap ini terdiri dari :
a. Studi Literatur

Mengumpulkan peta dan data dari laporan-lapaoran hasil survey


yang pernah dilakukan sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat
gambaran mengenai geologi regional, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi
permukaan, fenomena vulkanik, geologi dan hidrologi di daerah yang sedang
diselidiki.
b. Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global formasi


dan jenis batua, penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi yang
terdapat di daerah tersebut besertas karakteristiknya, mengambil sampel fluida
melakukan pengukuran temperatur, pH, dan kecepatan air.
c. Analisa Data

Hasil survei lapangan dianalisis untuk mendapatkan gambaran


(model) mengenai regional geologi dan hidrologi di daerah tersebut
d. Menentukan Daerah Prospek
e. Spekulasi Besar Potensi Listrik
f. Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya
2. Pengembangan Lanjut

Tujuan dari survei tersebut adalah :

10
 Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi
permukaan dan bawah permukaan.
 Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung sumber daya
panasbumi.

Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika.
a. Survei Geologi

Survei geologi bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara


mendatar maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi
dalam kaitannya dengan terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk
memperkirakan luas daerah prospek dan sumber panasnya.
Data geologi yang menjadi pertimbangan meliputi:
(1) kondisi tektonik dan statigrafi,
(2) keberadaan dan posisi patahan,
(3) Distribusi dan umur batuan vulkanik,
(4) lokasi manifestasi panas bumi,
(5) Lokasi batuan yang mengalami alterasi.

b. Survei Geokimia

Pekerjaan yang dilakukan pada suatu survei geokimia pada dasarnya


hamper sama dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel
harus diambil dari semua manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan
di daerah sekitarnya untuk dianalisis di tampat pengambilan sampel dan atau di
laboratorium.
Data geokimia yang menjadi pertimbangan:
(1) kandungan kimia air dan gas dengan geothermometer,
(2) stable isotope analysis,
(3) umur fluida dengan radio isotope,
(4) gas flux measurement.
c. Survei Geofisika

Survei geofisika dilakukan untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari

11
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan. Dengan
mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya
anomali yang dosebabkan oleh sistem panas buminya dan lebih lanjut geometri
prospek serta lokasi dan bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Data geofisika meliputi:
(1) sifat fisik batuan mulai dari permukaan hingga beberapa
kilometer dibawah permukaan,
(2) gradien temperature/anomali gradien,
(3) hasil survey gravity, geomagnetik, geolistrik,
(4) hasil analisis manifestasi permukaan

3. Pemboran

Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan


adanya sumber daya panas bumi di daerah yang diselidiki dan menguji model
system panas bumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci.
a. Rotary Drilling
Sistem pengeboran rotary drilling menggunakan mata bor bergerigi yang diputar.
Mata bor dipasang di ujung pipa yang disebut sebagai drill pipe atau pipa bor.
Panjang pipa bor kurang lebih adalah 30-33 ft, yang dipasang satu persatu,
menurut kedalaman pengeboran. Seluruh rangkaian pipa bor dan mata bor,
digantung pada sebuah sistem penggantung (hoisting system). Hoisting system ini
adalah bagian utama dari sebuah menara besar yang disebut rig.
Kelebihan dari sistem pengeboran rotary drilling, salah satunya adalah tersedianya
sistem untuk sirkulasi fluida (drilling fluid) dari dan keluar lubang bor selama
proses pengeboran berlangsung. Fluida ini dimasukkan kedalam pipa bor,
kemudian dikeluarkan dari bagian bawah rangkaian pipa bor (drill string) dan
mata bor (drill bit).
b. Drilling Fluid

Selama melakukan proses pengeboran, dilakukan sirkulasi fluida. Fluida yang


disirkulasikan disebut sebagai drilling fluid. Fungsi dari sirkulasi fluida di dalam
lubang bor adalah: a. menstabilkan lubang bor selama proses pengeboran. b.

12
mengontrol formasi, mencegah masuknya fluida geothermal ke dalam lubang bor.
c. membersihkan mata bor dari serpih-serpih pengeboran, mendinginkan dan
melumas mata bor, mengurangi pengaratan pada mata bor.
c. Casing dan Liner

Casing adalah selubung lubang bor yang terbuat dari bahan campuran
logam. Ragam campuran akan mempengaruhi kekuatan casing, termasuk
ketahanan terhadap proses perkaratan. Kegunaan casing antara lain adalah: Untuk
menahan dinding lubang bor dari keruntuhan akibat tidak stabilnya formasi,
Untuk memisahkan/mengisolasi lubang bor dengan formasi, yang mempunyai
gradien tekanan yang berbeda. Untuk mengisolasi formasi yang satu dengan
formasi yang lainnya.

Sedangkan liner adalah selubung yang menutup reservoir geothermal. Liner


berukuran lebih kecil dari casing, dan mempunyai lubang-lubang di seluruh
permukaan vertikalnya. Dengan menggunakan liner, akan diperoleh flow rate dari
fluida geothermal yang cukup tinggi
d. Comentation
Formasi belum benar-benar terisolasi meskipun casing sudah terpasang di
dalam lubang bor. Masih ada celah antara casing dan dinding lubang bor yang
disebut sebagai anulus. Bagian ini harus diisi semen untuk menghindarkan
komunikasi antara formasi. Proses penyemenan tidak dilakukan pada bagian yang
menggunakan liner.
e. Mengalirkan Fluida dari Formasi

Sebelum tahap pengambilan fluida dari reservoir, lubang bor adalah


berupa sebuah sumur yang dindingnya dilapisi oleh casing. Casing terlekat erat
pada lubang bor dengan menggunakan semen. Tidak ada komunikasi antara
formasi dengan lubang bor, maupun antara formasi satu dengan lainnya. Untuk
mengalirkan fluida reservoir ke dalam lubang bor, dilakukan proses perforasi.
Proses perforasi adalah „penembakan‟ atau pelubangan pada dinding casing
dengan menggunakan bahan peledak. Jumlah dan besarnya lubang yang akan
dibuat pada casing dapat di disain sesuai dengan besarnya flowrate yang
diinginkan.

13
f. Blowout Preventer (BOP)
Blowout adalah kondisi ketika tekanan dari dalam formasi jauh melebihi
tekanan hidrostatik di dalam lubang bor. Fluida dari dalam formasi akan keluar
menuju ke permukaan dengan tidak terkontrol. Blowout preventer atau BOP
adalah alat bantu yang digunakan untuk menutup permukaan lubang bor.
Spesifikasi BOP yang dipasang disesuaikan dengan perkiraan tekanan bawah
formasi yang ditemui ketika eksplorasi.
Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan
informasi/ data yang lebih persis mengenai :
a. Jenis dan Sifat Fluida Produksi
b. Kedalaman Reservoir
c. Jenis Reservoir
d. Temperatur Reservoir
e. Sifat Batuan Reservoir
f. Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai
tekanan kepala sumur.
g. Kapasitas Produksi Sumur (dalam MW).

4. Studi Kelayakan

Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya panas
bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik untuk
diproduksikan.
5. Perencanaan

Rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup


usulan secara rinci mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi
di permukaan, sistem pipa alir dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik.
Pada tahap ini gambar teknik perlu dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa
alir uap, pipa alir dua fasa, penempatan valve, perangkat pembuang kondensat
6. Pengembangan Pembangunan, Produksi dan Perluasan

14
2.4 Pembangkit Listrik Panas Bumi PLTP Sarulla
Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla yang berlokasi di Kecamatan Pahae
Julu dan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera
Utara, telah dimulai sejak tahun 1993 oleh Unocal North Sumatera Geothermal
(UNSG). Lokasi PLTP sarulla dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 lokasi PLTP Sarulla


Pembangkit ini terdiri dari 3 tahap pembangunan pembangkit listrik, satu di SIL
dan dua di NIL (pada lokasi yang sama). Masing-masing fase memiliki kapasitas
yang sama (sekitar 110 MW, sehingga total sekitar 330 MW) dan terdiri dari satu
unit Ormat Geothermal Combined Cycle Unit (GCCU) ditambah 2 unit Konverter
Energi Ormat (Brine OEC). GCCU terdiri dari generator turbin steam tekanan
balik (backpressure) dan empat Bottoming OEC.
Kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla
Kapasitas 330 MW meliputi kegiatan :
 Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla, yaitu: Silangkitang
(SIL) dan lapangan Namora I Langit (NIL);
 Pembangunan dan Pengoperasian PLTP kapasitas 330 MW,
masing masing satu unit di Silangkitang dan dua unit di Namora I
Langit dengan kapasitas satu unit 110 MW;
 Lokasi SIL diperkirakan berjarak 500 meter dari wilayah
pemukiman terdekat. Lokasi NIL lebih terpencil dari area

15
pemukiman. Lokasi Pembangkit Silangkitang Ruang Tata Letak :
sekitar 260m x 260m Ketinggian : 504 m dpl
 Lokasi Pembangkit Namora I Langit Ruang Tata Letak : sekitar
260m x 385m Ketinggian : 830 m dpl
 Pembangunan jaringan transmisi 150 kV berupa Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dari lapangan Silangkitang (SIL-1) ke
lapangan Namora I Langit (NIL1) sepanjang lebih kurang 15 km;

Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit SIL dan NIL akan dikirimkan ke
jaringan kabel transmisi Sumatra milik PLN melalui substasiun yang akan
dibangun oleh PLN di dekat pembangkit NIL. Kabel transmisi antara substasiun
PLN dan lapangan pembangkit Namora I Langit akan bertegangan 150 kV, dua
(2) sirkuit dengan kapasitas cukup per sirkuit untuk mengangkut listrik penuh dari
unit unit pembangkit Sarulla.

2.5 Proses Terjadinya Energi Listrik


Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan uap. Uap dipakai untuk
memutar turbin yang kemudian mengaktifkan generator untuk menghasilkan
listrik. Banyak pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil untuk
mendidihkan air guna menghasilkan uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas
bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler,
sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Uap panas bumi
didapatkan dari kantong uap di perut bumi. Tepatnya diatas lapisan batuan yang
keras diatas magma dan mendapatkkan air dari lapisan humus dibawah hutan
penahan air hujan. Pengeboran dilakukan diatas permukaan bumi kantong uap
tersebut, hingga uap dalam akan menyembur keluar. Semburan uap dialirkan ke
turbin penggerak generator, disini listrik akan terbangkitkan. Setelah
menggerakkan turbin, uap akan diembunkan dalam kondensor menjadi air dan
disuntikkan kembali kedalam perut bumi menuju kantong uap. Pembangkit yang
digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum
mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan

16
berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak
generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya.

a. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Uap

b. Skema Pembangkit Listrik Panas Bumi

Gambar 2.6 Skema PLTU dan PLTP

2.6 SISTEM KERJA PLTP


Adapun sistem kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi antara lain ;
1. Pada prinsipnya PLTP merupakan Pembangkit listrik tenaga uap
seperti pada umumnya. Hanya untuk PLTP ini uap yang digunakan
bukan berasal dari boiler tetapi uap berasal dari dapur di dalam perut
bumi.
2. Air disuntikan kedalam perut bumi dimana terdapat sumber panas
alami melalui injektor.

17
3. Air akan mengalami pemanasan dan menjadi uap bertekanan dan
keluar melalui sumur produksi.
4. Uap yang keluar masih mengandung air sehingga harus dilakukan
pemisahan antara uap dan air pada separator.
5. Dari sini uap kering akan menuju turbin dan selanjutnya menjalankan
generator untuk digunakan sebagai pembangkit listrik, sedangkan
airnya akan menuju kembali kedalam injektor.
6. Setelah uap menyelesaikan tugasnya menggerakan turbin maka akan
menuju kondensor untuk dijadikan air kembali. Air dari kondensor
akan didinginkan pada tangki pendingin melalui sistim pendinginan
udara untuk selanjutnya air dapat di injeksikan kembali pada sumur
injeksi.

2.7 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

2.7.1 Steam Receiving Header


Alat ini merupakan suatu tabung yang memiliki diameter 1800mm.
Dan memiliki panjang 19500 mm yang memilki fungsi sebagai pengumpul uap
sementara dari beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan menuju turbin.
Alat ini juga dilengkapi dengan sistem pengendalian kestabilan tekanan (katup)
dan rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari tekanan lebih dalam sistem
aliran uap. Dengan adanya steam receiving header ini maka pasokan uap tidak
akan mengalami gangguan meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur
produksi.

Gambar 2.7 Steam Receiving Header

18
2.7.2 Separator
Separator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan
zat-zat padat, silica, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke
dalam separator. Separator yang memiliki efisiensi tertinggi adalah jenis Cyclone
(99%). Separator ini berbentuk silinder tegak dimana pipa tempat masuknya
steam dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk arah aliran sentrifugal.
Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis,
maka kondensat dan partikel-partikel padat yang ada dalam aliran uap akan
terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector sampai mencapai
maksimum atau sampai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan uap yang lebih
bersih akan keluar melalui pipa bagian atas dari separator. Kotoran yang ada
dalam dust collector di drain secara berkala baik otomatis ataupun manual. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak
pada turbin.

Gambar 2.8 Separator


2.7.3 Turbin
Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memiliki turbin
sebagai penghasil gerakan mekanik yang akan diubah menjadi energi listrik
melalui generator. Turbin yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana
turbin tersebut digunakan. Pada sistem PLTP mempergunakan turbin jenis silinder
tunggal dua aliran ( single cylinder double flow ) yang merupakan kombinasi dari
turbin aksi ( impuls ) dan reaksi. Yang membedakan antara turbin aksi dan reaksi
adalah pada proses ekspansi dari uapnya. Pada turbin aksi, proses ekspansi
(penurunan tekanan) dari fluida kerja hanya terjadi di dalam baris sudu tetapnya
saja, sedangkan pada reaksi proses dari fluida kerja terjadi baik di dalam baris

19
sudu tetap maupun sudu beratnya.

2.7.4 Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah
energi mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik. Generator akan
menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8 kV ketika turbin yang
berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap generator. Perputaran
pada generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya gerak magnet yang
menghasilkan energi listrik.

2.7.5 Transformator Generator


Transformator Generator berfungsi sebagai penaik tegangan yang
dihasilkan oleh generator tanpa mempengaruhi nilai frekuensi yang bekerja.
Transformator yang digunakan adalah type ONAN dengan tegangan 11,8 KV
pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11,8
KV ini kemudian dinaikkan ( Step Up Trafo ) menjadi 150 KV dan dihubungkan
secara parallel dengan system Jawa - Bali. Kapasitas dari trafo utama adalah
70.000 KVA.

2.7.6 Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap
bekas dari turbin dengan kondisi tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin
masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat
penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap
bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector
ini juga berfungsi untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi
normal dan membuat hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat
dipompakan oleh dua buah pompa pendingin utama (Main Cooling Water Pump)
ke menara pendingin (Cooling Tower) untuk didinginkan ulang sebelum
disirkulasikan kembali ke kondensor.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan 1 bulan setelah seminar proposal dilaksanakan dan di


setujui yang bertempat di PLTP Sarulla desa Silangkitang dan desa Namora
kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah data dari Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla. Peralatan yang di gunakan adalah laptop,
kalkulator, buku panduan perhitungan potensi cadangan panas dan potensi energi
listrik yang dibangkitkan PLTP serta menggunakan software Ms.word.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, dibutuhkan pengumpulan data yang dibutuhkan


terlebih dahulu. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan disimulasikan
menggunakan software Ms. word untuk mendapatkan nilai potensi panas bumi
beserta grafiknya.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel - variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :


1. Luas daerah reservoir (m2).
2. Ketebalan reservoir (m).
3. Temperatur reservoir pada keadaan awal (0C).
4. Saturasi air dan saturasi uap pada keadaan awal (fraksi).
5. Porositas batuan (fraksi).
6. Densitas batuan (kg/m3).
7. Kapasitas panas batuan (kJ/kg 0C).

21
8. Faktor perolehan (fraksi).
9. Lama waktu pembangkitan listrik (tahun).
10. Faktor konversi listrik (fraksi).
11. Temperatur pada keadaan akhir (0C).
12. Saturasi air dan saturasi uap pada keadaan akhir (fraksi).

22
3.5 Prosedur Penelitian

Mulai

Input data berupa


kandungan energi
panas,kandungan energi
maksimum,luas daerah
panas bumi, tebal reservoar,
temperatur reservoar

Menghitung kandungan
energi panas

Menghitung potensi
energi listrik

Ya
Hitung lagi

tidak

Selesai

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 umum

Metode volumetrik adalah yang umum digunakan untuk perhitungan sumberdaya


panasbumi (resources), banyaknya energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan pada
kenyataannya (cadangan) dan besarnya energi listrik yang dapat dihasilkannya
(potensi listrik tenaga panas bumi).

4.2 Hasil penelitian

Penelitian pada sumur WJP1-1 PLTP sarulla unit II diperoleh data sebagai berikut:
Keadaan
Parameter Simbol Satuan
Awal Akhir
Luas daerah reservoir A m2 15x106
Ketebalan reservoir H m 2282
Temperatur reservoir T 0
C 329 264
Saturasi air SL fraksi 0.3
Saturasi uap SV fraksi 0.7
Porositas batuan Φ fraksi 0.1
Densitas batuan ρr kg/m3 2700
Densitas air ρL Kg/m3 850 - 880
Densitas uap ρv Kg/m3 11.62 - 5, 16
Kapasitas panas
batuan cr kJ/kg 0C 0.9

Energi dalam air UL Kj/kg 950 - 760

24
Energi dalam uap Uv Kj/kg 2601 - 2500

Lama waktu
pembangkitan listrik T tahun 30

Faktor konversi listrik 𝜼 fraksi 0.1

Recovery faktor Rf fraksi 0.25

Tabel 4.2 parameter data potensi panas bumi sumur WJP1-1 PLTP sarulla unit II

4.3 Perhitungan data

Berdasarkan data yang telah diketahui, ada beberapa parameter yang akan dihitung
secara matematis adalah sebagai berikut :

4.3.1 Kandungan energi dalam reservoir pada keadaan awal (Hei)

Hei = A h {(1-Φ) ρr cr T + Φ (ρL UL SL + ρvUvSv)}


=(15000000)(2282){(1-0.1)(2700)(0.9)(329)+
0.1(850)(950)(0.7) + (11.62)(2601)(0.3) }
=2,65x1016 kj

4.3.2 Kandungan energi dalam reservoir pada keadaan akhir (Hef)

Hef = A h {(1-Φ) ρr cr T + Φ (ρL UL SL + ρvUvSv)}


=(1500000)(2282){(1-0.1)(2700)(0.9)(264)+
0.1(880)(760)(0.7) + (5.16)(2500)(0.3) }
=2,13x1016 kj

25
4.3.3 Energi maksimum yang dimanfaatkan ( Hth)

Hth = Hei – Hef


=2,65x1016 kj - 2,13x1016 kj
=5,2x1015kj

4.3.4 Energi panas yang kenyataan nya dapat diambil (cadangan panas
bumi) (Hde)

Nilai recovery factor menggambarkan seberapa besar energi yang dapat diambil dari
reservoir panas bumi. Nilai tersebut memiliki korelasi terhadap permeabilitas dan
porositas reservoir, dengan sistem panas bumi yang yang berbeda akan memiliki nilai
recovery factor yang berbeda. berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 13-6171-
1999 yang dipengaruhi oleh faktor geologi, geokimia, geo fisika dan manifestasi
panas bumi aktif adalah sebesar 25%.

Hde = Rf . Hth

=(0.25)( 5,2x1015kj)
= 1,3x1015kj

4.3.5 Menghitung besarnya potensi listrik panas bumi(Hel) (dalam thermal)

Hel =

=
=137.409 Mw

26
Daya yang diperoleh dari hasil ini merupakan daya kotor, dimana dalam proses
konversinya dari energi panas ke energi mekanis dan kemudian baru diubah ke
bentuk energi listrik yang dioeroleh dari terminal generatornya. Selama proses
konversi terjadi kerugian daya, sehingga daya listrik yang mungkin dapat dihasilkan
adalah
daya = 137.409 x 15%
= 20.611 Mw
= 20 Mw
sehingga diperoleh daya listrik pada sumur WJP1-1 PLTP Sarulla unit II sebesar 20
MW.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan


sebagai berikut:
1. Potensi cadangan panas bumi yang dapat dimanfaatkan pada sumur WJP1-
1 PLTP Sarulla unit II adalah sebesar 1,3x1015kj.
2. Potensi energi listrik panas bumi yang dapat dibangkitkan pada sumur
WJP1-1 PLTP Sarulla unit II adalah sebesar 137 Mw
3. Pembangunan pembangkit listrik panas bumi PLTP Sarulla dapat
mengurangi defisit pasokan listrik di Sumatera Utara.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat yang dapat diambil dalam skripsi ini adalah:

1. Pembangunan pembangkit panas bumi harus mendapat prioritas khusus


dalam segi penggunaan energi yang efisien ditengah semakin menipisnya
cadangan minyak bumi.
2. Diharapkan dengan hadirnya PLTP sarulla ini dapat mengurangi defisit
pasokan energi listrik di sumatera utara dan meningkatan persentase bauran
energi EBT dimasa yang akan datang.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Bayu Permana Indra. Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Ipp - Plt Panas
Bumi Bedugul 10 Mw Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Bali Pada Proyek
Percepatan 10.000 Mw Pada Tahun 2018. Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.

2. Rina Wahyuningsih. Potensi Dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Di


Indonesia. Badan geologi Bandung. 2005

3. Handika Roberto Nainggolan. Studi Prakiraan Potensi Pembangkit Listrik Panas


Bumi Di Pusuk Buhit Kelurahan Siogungogung Kabupaten Samosir. Universitas
Sumatera Utara. 2016

4. Ridwan Moch Noor. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Di Kamojang


(1974-1996).Universitas Padjajaran Bandung, Bandung 2012

5. Wahyu Setyaningsih. Potensi Lapangan Panasbumi Gedongsongo Sebagai


Sumber Energi Alternatif Dan Penunjang Perekonomian Daerah. Universitas
Negeri Semarang. 2011.

6. Lukas Joko Dwiatmanto. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Pltp) Dan
Kendala Pembangunannya. Politeknik Negeri Semarang, Semarang. 2015.

7. Daril Ridho Zuchrillah, Renanto Handogo, Juwari. Optimisasi Teknologi Proses


Geothermal Sistem Flash Steam pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di
Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. 2016.

8. Badan Standarisasi Nasional, Metode Estimasi Potensi Energi Panas Bumi : No.
SNI 13-6171-1999

9. Badan Standarisasi Nasional, Angka parameter dalam estimasi potensi energi


panas bumi : No. SNI 13-6482-2000
10. Sarulla Geothermal Development ESIA Addendum, INO: Sarulla Geothermal
Power Development Project. 2013

11. Arwin D.W. Sumari. Promoting Geothermal for Energy Security (A Case of
Indonesia). Universitas pertahanan indonesia, 2014
LAMPIRAN

Lokasi PLTP Sarulla


WELL NAME SIL 1-2 SIL3N-2
1. BASIC WELL DATA
Location Silangkitang Silangkitang
(Village Name)
CHF Elevation, mAMSL 503 534
CHF Coordinates, mE 509640.00 510918.00
mN 201275.00 199918.35
Bottom Coordinates, mE 510667.23 511310.30
mN 201246.42 200028.91
Well Status info Production Injection
Exploration
Fish pipe (drilling problem), mMD - 1798.93
Kickoff Point 294.00 426.72
Kickoff Point (Side track) - -
Total Displacement (m) 1025.22 648.32
True Vertical Depth (m) 2036.6 mKT 1612.80
Total Depth (mMD) 2299.3 mKU 1798.93
Well Direction N90E N76E
Date Spudded (MM/DD/YY) 12-Apr-95 9-Apr-15
Date Completed (MM/DD/YY) 19-Jun-95 22-May-16
Days Operation, day 68 44
RKB-CHF (Rig used) Rig name : 21 Pra#09

2. PERMEABLE ZONES mMD


Main Permeable Zone, From 1951 1646 ~ 1676
Top of Reservoir, From - to 1939 ~ 1646
Minor Permeable Zone (1), From - to 2103 ~ 1707 ~

(2), From - to -
(3), From - to -
-
3. PERMEABILITY/INJECTIVITY
Transmissivity, kh (d-m) 87.9 90.9
Injectivity, lpm-Ksc 559 864.6
WHP during test, Psig - 0
Setting Depth, m MD(mVD) - 895
Skin Factor - 2.0
Reinjection Capacity, lpm - 13900
Req'd head/pump pressure, Psig - 203.32
4. DISCHARGE DATA
Wellhead Pressure Max (Psig) - -
Production (ton/hr), 366.5 -
at WHP (bar) 48.3 -
Enthalphy (kJ/kg) 1421.19 -
Power Potential (MWe) 21.1 -
Steam Wetness ( wt % ) 23.94% -
Gas content ( wt%) - -
Date of Test (MM/DD/YY) - -

5. MISCELLANEOUS
A. TEMPERATURE
PRE-EXPLOITATION
Reservoir Temperature (C) 310 deg.C -
Depth 1950 mKU -
KT Survey (KT-XXX) - -
CURRENT
Max. Measured temperature (C) 329 180 (shut 4hr)
Depth 2282 mMD 1412 mMD
KT Survey (KT-XXX) -
B. BLOCKAGE
Blockage, Depth - -
Instrument Used - -
Composition - -
Date (MM/DD/YY) - -
C. PRESSURE CONTROL POINT
PCP Depth, m - -
Pressure (ksc) - -
Max. Pressure (MPag) - -
Depth - -
Date Survey - -
D. WATER LEVEL
Depth, m - 104

Anda mungkin juga menyukai