Anda di halaman 1dari 49

MODUL PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR


TM-2108 FLUIDA RESERVOIR + PRAKTIKUM
SEMESTER I 2018/2019

Dosen Mata Kuliah:


Zuher Syihab, S.T, Ph.D

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
MODUL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR
TM-2108 FLUIDA RESERVOIR + PRAKTIKUM
SEMESTER I 2018/2019

NAMA : …………………………………………..
NIM : …………………………………………..
KELOMPOK : …………………………………………..

Dosen Mata Kuliah:


Zuher Syihab, S.T, Ph.D

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Modul Petunjuk Praktikum Analisis Fluida Reservoir ini dapat selesai
pada waktu yang diharapkan. Modul ini disusun untuk menunjang kelancaran kegiatan
Praktikum Analisis Fluida Reservoir di Program Studi Teknik Perminyakan ITB. Modul ini
diharapkan dapat membantu semua pihak yang terlibat dalam praktikum tersebut dengan baik,
tanpa kendala yang berarti dalam pelaksanaannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para asisten dan semua pihak yang telah bekerja
keras untuk mempersiapkan semua fasilitas laboratorium untuk menunjang kegiatan
praktikum Analisis Fluida Reservoir pada semester I - 2018/2019.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih pula kepada Bapak pimpinan Unit
Pengolahan III Pertamina yang telah menyumbangkan sampel – sampel fluida reservoir yang
kami peroleh pada tahun sebelumnya yang sangat kami butuhkan dalam pelaksanaan
praktikum ini.

Harapan kami semoga Modul Petunjuk ini dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat
bermanfaat khususnya bagi praktikan dan umumnya bagi mahasiswa jurusan Teknik
Perminyakan ITB.

Kepala Laboratorium
Analisis Fluida Reservoir

Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana, M.Sc.

i|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

TATA TERTIB UMUM

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR

1. Praktikan wajib mengambil mata kuliah TM 2108 (Fluida Reservoir) dan terdaftar resmi
sebagai peserta praktikum Fluida Reservoir pada semester I – 2018/2019.
2. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan praktikum dan tugas akhir sesuai dengan
jadwal resmi. Perubahan jadwal kegiatan harus seizin koordinator asisten.
3. Setiap praktikan wajib datang tepat waktu. Keterlambatan akan mengurangi nilai
keseluruhan praktikum atau praktikan tidak diizinkan mengikuti kegiatan praktikum.
4. Praktikan wajib:
• Menggunakan pakaian rapi berkerah dan jas laboratorium lengan panjang

• Memakai nametag berisi nama, NIM, dan kelompok

• Membawa sarung tangan per orang dan lap atau tisu per kelompok

• Membawa goggle

• Menggunakan sepatu tertutup

• Mengerjakan Tugas Pendahuluan (TP)

• Praktikan wajib membawa mempelajari segala sesuatu yang terkait dengan modul
praktikum yang akan dilaksanakan.
Bagi yang melanggar ketentuan-ketentuan di atas, maka tidak diperbolehkan untuk
mengikuti praktikum pada hari tersebut.
5. Praktikan hanya diizinkan masuk ke laboratorium pada jam yang telah ditentukan,
sebelum atau setelah jam tersebut dilarang masuk.
6. Praktikan bertanggung jawab penuh terhadap peralatan yang digunakan selama percobaan
berlangsung. Bila terjadi kerusakan alat akibat kelalaian praktikan, maka praktikan
tersebut bersama kelompoknya wajib mengganti alat tersebut, dan indeks nilai kelompok
tersebut tidak akan dikeluarkan sebelum masalah tersebut diselesaikan.
7. Praktikan wajib membersihkan kembali peralatan dan ruangan praktikum seperti keadaan
semula. Praktikan baru diizinkan meninggalkan ruangan laboratorium setelah hal tersebut
dikerjakan.
8. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan keluar dari ruangan
praktikum. Untuk hal – hal khusus, dapat diberikan izin dengan sepengetahuan asisten.

ii | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

9. Praktikan wajib mengerjakan Tugas Pendahuluan (TP) dengan melampirkan cover seperti
pada point 12. Tugas Pendahuluan akan diberikan oleh asisten modul yang bersangkutan
paling lama 2 hari sebelum hari praktikum. Tugas Pendahuluan (TP) dikerjakan di kertas
A4, ditulis tangan, margin 1 cm di setiap sisi, dan dikumpulkan di hari praktikum.
10. Untuk dapat mengikuti praktikum, praktikan harus memenuhi standar minimum berupa
nilai tes tertulis dan tes alat yang diberikan asisten. Jika praktikan gagal memenuhi standar
minimum, praktikan tersebut tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan wajib
mengulang kembali modul yang sama maksimal 1 minggu setelah hari praktikum. Tes
awal dan tes alat dapat dilaksanakan lisan maupun tertulis sesuai dengan asisten modul
yang bertugas. Komponen penilaian praktikum meliputi 10% Tugas Pendahuluan, 25% tes
awal, 25% tes alat, 10% kinerja praktikum + keaktifan, dan 30% laporan. Bobot nilai
akhir praktikum adalah 80% praktikum + 20% tugas akhir (optional).
11. Laporan praktikum paling lambat dikumpulkan satu minggu setelah praktikum pada pukul
23:59 WIB dan diketik rapi. Untuk keterlambatan setiap harinya akan dikurangi satu
pertujuh dari nilai maksimum laporan. Keterlambatan laporan lebih dari tujuh hari
otomatis diberi nilai nol. Laporan dikumpulkan melalui e-mail ke
fluidareservoir2018@gmail.com dengan format [Modul X_Kelompok_NIM], contoh
untuk praktikan modul 1 kelompok 1 dan NIM 12217001 wajib mengirimkan laporan
dengan judul email : [Modul 1_Kelompok 1_12217001], kesalahan format dapat
menimbulkan ketidaksampaian laporan ke asisten yang bersangkutan dan mengakibatkan
nilai 0 untuk laporan. Laporan wajib dikumpulkan perkelompok dalam format [Modul
X_Kelompok].zip
12. Laporan diketik rapi dan menggunakan komputer. Formatnya adalah sebagai berikut:
kertas ukuran A4, font Times New Roman size 12, diketik dengan format 1,5 spasi atau
berdasarkan kebijakan asisten. Halaman muka berisi:

iii | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Keterangan : 1. Nomor Percobaan & Judul Percobaan


2. Jenis Laporan atau Tugas
3. Nama, NIM, Kelompok, Tanggal Praktikum, Tanggal
Penyerahan, Dosen, dan Asisten Modul
4. LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
13. Bagi yang berhalangan mengikuti praktikum, wajib melapor dan menyertakan surat
keterangan. Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka praktikan dianggap tidak mengikuti
praktikum.
14. Praktikum Fluida Reservoir merupakan praktikum yang mendukung pembelajaran peserta
praktikum dalam mata kuliah fluida reservoir. Jadi, praktikum ini akan mempengaruhi
nilai mata kuliah TM-2108 fluida reservoir.
15. Hal – hal yang belum tercantum pada point – point di atas, akan diatur dan ditentukan
kemudian

Bandung, September 2018


Koordinator Asisten

R. Aulia Muhammad Rizky

iv | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

DAFTAR ISI MODUL PRAKTIKUM FLUIDA RESERVOIR


SEMESTER I – 2018/2019

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

TATA TERTIB UMUM ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. v

DAFTAR ASISTEN ................................................................................................................. vi

MODUL I: Penentuan Gas Specific Gravity dan Oil Specific Gravity ..................................... 1

MODUL II: Emulsi .................................................................................................................. 11

MODUL III: Penentuan Viskositas dengan Redwood Viscometer ......................................... 15

MODUL IV: Penentuan Viskositas dengan Ostwald Viscometer ........................................... 21

MODUL V: Penentuan Cloud Point, Pour Point, dan Flash Point .......................................... 28

MODUL VI: Analisis Kuantitatif Air ...................................................................................... 35

v|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

DAFTAR ASISTEN
LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR
SEMESTER I – 2018/2019
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Modul Nama NIM No HP


Muhammad Irfan Ibrahim 12215011 085846450939
1
Susantry 12215020 087868440449
Andrian Putra Wardana 12215035 085722711275
2
Fajar Khamim Mustofa 12215060 085524417627
Nur Fasya Febriarti 12215008 081281105972
3
Ronaldo Hamonangan Tua 12215029 081586009908
Rizky Arif Putra 12215065 081293153678
4
Dean Ananta Wirya 12215068 081219139007
Michael Muhammad Somantri 12215003 081218615960
5
Prihita Eksi Cahyandari 12215059 081517200609
R. Aulia Muhammad Rizky 12215009 082233553764
6 Muhammad Alwy Dahlan 12215052 081234127753
Maria Indira Puspita Sari 12215091 081224258952

vi | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

MODUL I
PENENTUAN GAS SPECIFIC GRAVITY DAN
OIL SPECIFIC GRAVITY

I. PENENTUAN GAS SPECIFIC GRAVITY

1.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami penentuan sifat-sifat fisik gas: specific gravity, densitas, viskositas dan
faktor kompresibilitas gas
2. Menentukan specific gravity gas dengan menggunakan metoda efusi
3. Menentukan sifat-sifat fisik fluida gas
4. Mengetahui kegunaan parameter SG gas dalam industri perminyakan

1.2 TEORI PERCOBAAN

Ada dua hukum gas yang mendasari percobaan ini yaitu hukum efusi / difusi dari Graham dan
hukum Avogadro. Kedua hukum ini menghasilkan perbandingan waktu alir yang dapat
digunakan untuk menentukan specific gravity suatu sampel gas.

Hukum difusi / efusi Graham ditemukan tahun 1830. Secara prinsip, hukum ini menyatakan
bahwa laju efusi dan difusi gas dua gas pada temperatur dan tekanan yang sama akan
berbanding terbalik dengan akar kuadrat massa jenisnya. Secara matematis dapat dinyatakan
dengan persamaan:

V1 d2

V2 d1

Dimana: V = Kecepatan difusi /efusi gas


d = Densitas gas
(Subscript 1 dan 2 menunjukkan gas yang berbeda)

1|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Sedangkan hukum Avogadro mengatakan bahwa pada kondisi tekanan, temperatur dan
volume tertentu, massa jenis gas berbanding lurus dengan berat molekulnya. Secara
matematis dapat dinyatakan oleh:
d1 M12

d 2 M21

Dimana: M = Berat molekul gas

Efusi dan difusi terjadi bila ada dua kondisi fisik yang berbeda dan keduanya saling
berhubungan. Gejala ini dapat terjadi karena kecenderungan untuk saling menyamakan
kedudukan. Penentuan specific gravity gas pada percobaan ini dilakukan dengan cara
membandingkan waktu alir gas sample dengan udara kering. Asumsi yang dipakai adalah
tekanan dan temperatur selama percobaan berlangsung tetap.

Difusi adalah suatu proses penyamaan keadaan keadaan fisik secara spontan dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi yang rendah. Bila difusi menyangkut zat zat yang berbeda, maka akan
menuju ke pencampuran partikel-partikel sehingga terdistribusi secara seragam. Sedangkan
efusi adalah proses difusi melalui celah sempit (pori – pori), atau pada percobaan ini efusi
didefinisikan sebagai gerakan partikel-partikel gas melalui celah atau pori-pori sempit.

Dalam percobaan ini akan ditentukan gas specific gravity dengan metode efusi sebagaimana
telah dinyatakan dalam hukum Graham, bahwa kecepatan gerak molekul gas merupakan
fungsi dari konsentrasi atau massa jenis. Hal ini dapat diilustrasikan seperti gambar sebagai
berikut:
E E E
…….|……. ......|...... .……|. . . . .
…….|……. ......|...... ……|. . . . .
…….|……. ......|...... ……|. . . . .
F F F
1 2 3

Pada gambar 1 dan 2 perpindahan netto molekul-molekul melalui bidang normal EF sama
dengan nol, artinya jumlah molekul yang berpindah dari kiri akan sama dengan jumlah
molekul dari kanan. Ini disebabkan karena konsentrasi gas sebelah kiri sama dengan sebelah

2|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

kanan. Gambar 3 menunjukkan perpindahan netto molekul-molekul tidak sama dengan nol,
karena laju perpindahan dari kiri tidak sama dengan dari kanan. Gabungan hukum Graham
dan hukum Avogadro untuk proses efusi dengan jarak yang sama diperoleh:

V12 t2 2 M 2 d 2
  
V2 2 t12 M1 d1

Dari persamaan di atas terlihat bahwa specific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat molekul gas tersebut terhadap berat molekul udara kering pada tekanan dan
temperatur yang sama.

Pada percobaan ini digunakan alat effusiometer. Harga SG yang diperoleh dari perhitungan
dengan menggunakan data data hasil percobaan harus dikoreksi terhadap parameter-parameter
berikut:
▪ Tekanan uap kering, W (mmHg)
▪ Tekanan ruang, P (mmHg))
▪ Tekanan rata rata, p (mmHg)

t 
2
W  t  2 
SG   2   0.627
*
 2   1
 t1  P  p W  t1  

Dimana SG* adalah harga SG setelah dikoreksi.


2
 t2 
  sama dengan harga SG hasil perhitungan (sebelum koreksi).
 t1 

1.3 ALAT DAN BAHAN

1. Effusiometer 5. Kompresor
2. Stopwatch 6. Air
3. Termometer 7. Udara
4. Tabung Gas CO2 dan N2 8. Gas CO2 dan N2
5. Kompresor

3|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN

▪ Persiapan

1. Isi tabung dengan air hingga kurang lebih 1 cm di bawah batas.


2. Buka sekrup D sehingga air dalam tabung A dapat bersentuhan dengan udara
(atmosferik).
3. Buka sekrup E.
(Langkah persiapan ini tidak diperlukan apabila peralatan telah memenuhi kondisi 1-3
dan telah siap dipergunakan).

▪ Percobaan dengan Udara Kering

1. Hubungkan kompresor dengan pipa F.


2. Putar katup C pada posisi 3.
3. Buka pada sumber gas dan atur agar kecepatan penurunan air pada tabung B tidak
terlalu besar, biarkan gas memasuki air dalam tabung A untuk beberapa saat, hingga
tabung A terisi oleh udara kering
4. Tutup katup pada sumber gas.
5. Putar katup C pada posisi 1, diamkan kurang lebih 2 menit.
6. Putar katup C pada posisi 2, catat waktu alir antara dua garis acuan.
7. Ulangi percobaan beberapa kali sampai diperoleh waktu yang stabil.

▪ Percobaan dengan Gas

1. Hubungkan sumber gas dengan pipa F.


2. Putar katup C pada posisi 3.
3. Buka pada sumber gas dan atur agar kecepatan penurunan air pada tabung B tidak
terlalu besar, biarkan gas memasuki air dalam tabung A untuk beberapa saat, hingga
tabung A terisi oleh gas
4. Tutup katup pada sumber gas.
5. Putar katup C pada posisi 1, diamkan kurang lebih 2 menit.
6. Putar katup C pada posisi 2, catat waktu alir antara dua garis acuan.
7. Ulangi percobaan beberapa kali sampai diperoleh waktu yang stabil.
4|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan:
Setiap akan dilakukan pergantian gas atau udara kering, maka terlebih dahulu harus dilakukan
proses bleed off untuk membersihkan alat dan saluran gas dari sisa-sisa gas yang telah
digunakan sebelumnya.

1.5 DAFTAR PUSTAKA

1. Burcik, E.J “Properties of Petroleum Fluid”, International Human Resource


Development Co., Boston, USA, 1979
2. IP Standart for Petroleum and its Product, Part I, ”Method For Analysis”, Section II,
Aplied Science Publisher Ltd, 1975
3. Keenan, Keyner and Wood,”Kimia Untuk Universitas”, Jilid II, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1986.
4. Miryani, Neni,”Kimia Fisik Hidrokarbon”, HMTM “Patra” ITB, 1980.
5. William D. McCain, Jr., “The Properties of Petroleum Fluids”, Second Edition, Tulsa
Oklahoma, 1989.

5|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

GAMBAR 1.1 BAGIAN-BAGIAN EFFUSIOMETER

GAMBAR 1.2 POSISI KATUP

6|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

II. OIL SPECIFIC GRAVITY

2.1. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan specific gravity dari crude oil


2. Mengetahui pengaruh temperatur terhadap specific gravity dari crude oil

2.2. TEORI PERCOBAAN

Specific gravity crude oil dapat ditentukan dengan hidrometer, SG Balance, atau Picnometer,
tergantung dari ketelitian yang dikehendaki. Hidrometer tidak seteliti SG Balance dan
Picnometer tetapi praktis dan ketelitiannya cukup dapat diterima. Sedangkan SG Balance
lebih cepat dari Picnometer tetapi hasilnya perlu dikoreksi terhadap temperatur.

Konsep Hidrometer
Hidrometer dibenamkan ke dalam sampel yang akan diukur. Alat ini menggunakan prinsip
Archimedes. Terkadang Hidrometer dilengkapi dengan termometer sehingga koreksi terhadap
temperatur dapat dilakukan jika diperlukan.

Hydrometer method sangat baik untuk menentukan densitas, SG (relative density) atau API
Gravity dari liquid transparan dan mobile. Ada dua jenis Hydrometer:
▪ Plain type
▪ Thermo-hydrometer

Penggunaan picnometer dalam penentuan specific gravity membutuhkan volume picnometer


dan selisih berat picnometer yang berisi sampel dengan berat picnometer kosong. Hasil
perhitungan dengan picnometer ini langsung menunjukkan densitas dari sampel tersebut.

7|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

2.3. ALAT DAN BAHAN

1. Hidrometer
2. Picnometer
3. Gelas kimia 1L dan 100 mL
4. Gelas ukur
5. Corong gelas
6. Pemanas
7. Penjepit kayu
8. Termometer 2 buah
9. Batang pengaduk
10. Timbangan
11. Sampel crude oil
12. Air

2.4. PROSEDUR PERCOBAAN

▪ Penentuan Crude Oil SG dengan Hidrometer

1. Masukkan sampel ke dalam gelas ukur.


2. Benamkan Hidrometer ke dalam sampel, usahakan agar seluruh badan dari hidrometer
terbenam dalam sampel.
3. Biarkan Hidrometer mengapung di dalam sampel sampai Hidrometer benar-benar
konstan dan vertikal.
4. Baca skala 0API dan temperatur.
5. Ulangi pembacaan skala sebanyak tiga kali dalam jeda waktu tiga menit.
6. Ulangi percobaan untuk sampel yang lain.

▪ Penentuan Crude Oil SG dengan Picnometer

1. Masukkan 300 ml air ke dalam gelas kimia 1 L.


2. Letakkan gelas kimia tersebut di atas pemanas.
3. Masukkan 50 mL sampel (crude oil) ke dalam gelas kimia 100 mL.

8|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

4. Ukur temperatur crude oil dan temperatur crude oil dan temperatur air, hingga selisih
temperatur antara air dan crude oil tidak lebih dari 1°C (gunakan batang pengaduk
untuk mempercepat proses perataan temperatur).
5. Timbang berat kosong Picnometer.
6. Masukkan sampel ke dalam Picnometer hingga penuh.
7. Timbang berat Picnometer berisi sampel.
8. Catat volume Picnometer yang digunakan.
9. Ulangi percobaan untuk temperatur yang lain dengan mengatur pemanas.

2.5 DAFTAR PUSTAKA

1. McCain, William D. Jr., “The Properties of Petroleum Fluids”, 2nd Edition, PennWell
Publishing Co., 1990, Tulsa, Oklahoma.
2. “American Society for Testing and Material”, ASTM Designation: D – 3230.

9|Halaman
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan :

10 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

MODUL II
EMULSI

2.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami bagaimana dan mengapa emulsi terbentuk.


2. Memahami proses pemecahan emulsi.

2.2 TEORI PERCOBAAN

Emulsi merupakan kombinasi dua jenis cairan yang immiscible atau cairan yang pada kondisi
normal tidak dapat bercampur. Salah satu cairan tersebut akan tersebar atau terdispersi
sebagai droplet pada cairan lainnya.

a. Tiga komponen dalam suatu emulsi e. Stabilitas suatu emulsi dipengaruhi:


minyak – air: ▪ viskositas minyak
▪ air ▪ kekuatan emulsifying agent
▪ minyak ▪ waktu
▪ emulsifying agent ▪ pengadukan

b. Kondisi agar terbentuk emulsi stabil: f. Proses perlakuan:


▪ dua macam cairan immiscible ▪ penambahan bahan kimia
▪ pengadukan ▪ elektrostatik
▪ didiamkan
c. Emulsifier menyebabkan: ▪ pemanasan
▪ turunnya tegangan permukaan
▪ terbentuknya penghalang antar
sesama partikel minyak/ air

d. Demulsifier menyebabkan:
▪ flocculation
▪ terjadinya coalescence
▪ solid wetting

11 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

2.3 ALAT DAN BAHAN

1. Gelas kimia 250 cc, 3 buah


2. Gelas kimia 100 cc, 4 buah
3. Mixer
4. Heater
5. Stopwatch
6. Crude oil, air formasi dan aquades
7. Demulsifier

2.4 PROSEDUR PERCOBAAN

2.4.1 Pengaruh Agitasi terhadap Kestabilan Emulsi

A. Pengaruh kestabilan emulsi terhadap putaran 200 RPM :


1. Siapkan minyak mentah bebas air 60 ml, air formasi sebanyak 40 ml.
2. Aduk minyak mentah dengan menggunakan mixer, sambil tambahkan air formasi tadi
selama 3 menit pada RPM 200.
3. Kemudian masukkan ke dalam gelas kimia 100 cc. Amati proses pemisahan minyak –
air setiap 1 menit, selama 15 menit.
4. Catat waktu vs volume air kumulatif.

B. Pengaruh kestabilan emulsi terhadap putaran 400 RPM :


Ulangi prosedur A, pada RPM 400

C. Pengaruh kestabilan emulsi terhadap putaran 750 RPM :


Ulangi prosedur A, pada RPM 750

Bandingkan ketiga hasil tersebut di atas pada masing – masing RPM.

12 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

2.4.2 Pemecahan Emulsi dengan Cara Kimia

1. Ulangi prosedur C untuk membentuk emulsi.


2. Diamkan selama 1 menit, tambahkan demulsifier sebanyak 30 tetes.
3. Aduk kembali sistem emulsi pada RPM 750 selama 3 menit.
4. Masukkan ke dalam gelas. Amati pemisahan yang terjadi tiap 30 detik selama 10
menit.

2.4.3 Pemecahan Emulsi dengan Cara Pemanasan

1. Ulangi prosedur C untuk membentuk emulsi.


2. Masukkan emulsi yang terbentuk ke daam gelas ukur dan panaskan di dalam air.
3. Amati setiap 30 detik selama 10 menit.

2.5 DAFTAR PUSTAKA

1. BAKER Oil Testing, Product Data Bulletin.


2. Ir. Bambang Tjondro Msc., Diktat Kuliah Pengolahan Lapangan, TM-ITB, 1990.
3. Skinner, Introduction to Petroleum Production, Vol. 2.
4. ELNUSA Chemlink, Product Bulletin Oil Field and Industrial Chemical.
5. Dr. Ir. Leksono Mucharam, Kuliah Pengolahan Lapangan, TM-ITB,1992.
6. Paul L. Bansbach, The How and Why of Emulsions, OIL & GAS JOURNAL,
September 7, 1970 Edition.
7. Paul L. Bansbach and Don U. Bessler, Cold Treating of Oil Field Emulsions,
Southwestern Petroleum Short Corse Association Lubbock, TEXAS, 1975.
8. Petroleum Extention Service & API, Treating Oilfield Emulsions, Third Editions, 1974.
9. Rike Service Inc., Oil Treating, New Orleans, 1983.
10. Tretolite Corp., Chemical Demulsifiers for Petroleum Products.

13 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan :

14 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

MODUL III
PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN
REDWOOD VISCOMETER

3.1. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui pemakaian Redwood Viscometer untuk:


1. Mengukur viskositas minyak yang diperoleh sebagai fungsi dari waktu pengaliran
(dalam detik).
2. Menghitung Viscosity Index (VI) suatu sampel minyak.

3.2. TEORI PERCOBAAN

Viskositas merupakan parameter penting yang memerlukan perhatian besar tentang aliran
fluida. Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tekanan terhadap tekanan
geser yang diberikan oleh fluida tersebut. Viskositas gas akan bertambah besar dengan
naiknya suhu namun apabila sudah melewati suatu tekanan tertentu, naiknya suhu akan
mengakibatkan viskositas gas menjadi berkurang, sedangkan viskositas cairan akan
berkurang dengan naiknya suhu.

Pada percobaan ini, waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 50 cc sampel melalui
viscometer redwood (dalam detik) diukur pada temperatur tertentu dimana pada percobaan
0
ini adalah 100, 140, dan 180 F. Harga viskositas kinematik bisa dihitung dengan
menggunakan hubungan:
TABEL 3-1
Persamaan Konversi Viskositas Kinematik

Skala Viskositas Waktu Viskositas kinematik (cm2/sec)


32<t<100 0,00226t – 1,95 /t
Saybolt universal
t>100 0,00220t – 1,35/t
43<t<100 0,00269t – 1,79/t
Redwood
t>100 0,00247t – 0,50/t

15 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Viscosity Index (VI) dari minyak adalah suatu bilangan yang dapat menyatakan besarnya
perubahan viskositas akibat perubahan temperatur. Nilai ini sangat berpengaruh terhadap oli
lubrikan di industri otomotif. VI dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan:

1. Untuk minyak dengan VI antara 0 sampai 100 berlaku:


L U
VI  x100
LH
Dimana:
VI : Viscosity Index
L : Viskositas kinematik pada 210 0F untuk minyak dengan VI = 0
U : Viskositas kinematik minyak pada 100 0F
H : Viskositas kinematik pada 100 0F untuk minyak dengan VI = 100
Y : Viskositas kinematik minyak pada 210 0F

▪ Untuk minyak dengan viskositas kinematik di atas 75 cSt pada 210 0F dapat
digunakan persamaan:

L = 1,015 Y2 + 12,154 Y – 155,61


H = 0,8236 Y2 – 0,5015 Y – 53,03

▪ Untuk minyak dengan viskositas kinematik di bawah 2,0 cSt pada 210 0F digunakan
persamaan:
L = Y (1,655 + 1,2665Y)
H = Y (0,1725 + 0,34984Y)

▪ Untuk minyak dengan viskositas kinematik pada 210 0F antara 2,0 cSt sampai 75 cSt
digunakan rumus:
L = aY2 + bY + c
H = dY2 + eY + f

Konstanta a, b, c, d, e dan f dapat dicari dari table “coefficient of quadratic equation”, atau
nilai L dan H dapat langsung dicari dari table “basic value for L and H for kinematic
viscosity”.

16 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

2. Untuk VI di atas 100 digunakan hubungan sebagai berikut:


H
YN 
U
Sehingga harga Viscosity Index adalah:

VI 
 antiLogN   1  100
0.00715
Dimana:

N
 log H  log U 
log Y

3.3. ALAT DAN BAHAN

1. Redwood Viscometer
2. Oil cup
3. Termometer
4. Oil Cup Thermometer
5. Flask 50 cc
6. Heater
7. Picnometer
8. Stopwatch
9. Sampel crude oil
10. Valve

2.4. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Bersihkan oil cup dengan bensin atau eter, lalu dinginkan. Masukkan sampel ke dalam
oil cup sampai batas.
2. Panaskan waterbath sampai beberapa derajat di atas temperatur percobaan.
3. Tempatkan flask di bawah orifice.
4. Bila temperatur sampel telah konstan pada temperatur percobaan, catat waktu
pengaliran 50 cc sampel dengan membuka valve dan menjalankan stopwatch.
5. Matikan stopwatch bila sampel telah mencapai 50 cc.
6. Ulangi langkah – langkah di atas bila perubahan temperatur selama percobaan
melebihi 1%.

17 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

7. Ulangi percobaan di atas untuk temperatur 100, 140, 180 dan 210 0F.
8. Tentukan SG sampel pada tiap temperatur percobaan tersebut dengan menggunakan
picnometer.

3.5. DAFTAR PUSTAKA

1. Perry, Robert H. et. Al.,“Chemical Engineering Handbook”,fifth ed.,International


Student Edition, McGraw Hill Int. Book Co.
2. Annual Book ASTM Standard Part 24, American Society for Testing Materials, 1981.
3. IP Standard for Petroleum Its Product Part I, “ Methods for Analysis and Testing “,
forty second Annual Edition, 1983, hal.226-1 s/d 226-8.
4. ASTM designation D 2270-64 Part 17, 1966.
5. Ariadji, Tutuka, “Fluida Reservoir + Praktikum”, Penerbit ITB.

Gambar 3.1 Redwood Viscometer

18 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

GAMBAR 3.2 KOMPONEN REDWOOD VISCOMETER

Keterangan Gambar:
1. Oil cup
2. Water Bath
3. Stirrer
4. Valve
5. Bath thermometer
6. Oil cup thermometer
7. Flask 50 cc

19 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan:

20 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

MODUL IV
PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN
OSTWALD VISCOMETER

4.1. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui pemakaian Ostwald Viscometer untuk:


1. Menentukan konstanta (C) alat Ostwald Viscometer.
2. Menentukan viskositas fluida yang mengalir melalui pipa kapiler.
3. Menentukan hubungan viskositas dan temperatur.

4.2. TEORI PERCOBAAN

Setiap fluida memiliki sifat keengganan untuk mengalir yang umumnya disebut viskositas.
Sifat ini mencerminkan adanya tahanan yang dilakukan oleh suatu lapisan fluida terhadap
lapisan lain di dekatnya. Viskositas kinematik adalah ukuran keengganan aliran suatu fluida
di bawah pengaruh gaya gravitasi dan beban tekanan yang proporsional terhadap densitas
fluida. Suatu fluida yang berada di bawah pengaruh gravitasi memiliki beban hidrostatik di
mana beban tekanan pada cairan utamanya terletak pada densitas cairan tersebut.

Viskositas kinematik (v) dinyatakan dalam centistoke dan dapat ditentukan berdasarkan
dimensi viscometer dengan persamaan berikut :

 d 2 ht E
v 
128VI t2
Di mana:
v = Viskositas kinematik (cSt)
d = Diameter pipa kapiler (cm)
l = Panjang pipa kapiler (cm)
h = Jarak vertikal antara atas dan bawah meniskus (cm)
V = Volume cairan yang melalui pipa kapiler (cm2)
E = Koreksi energi kinetik (cSt/sec2)
t = Waktu alir (sec)

21 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan mengabaikan koreksi energi kinetik


sehingga menjadi:
v=Cxt

Koreksi energi kinetik terhadap waktu dapat diabaikan jika waktu aliran lebih dari 200 detik
dengan pengecualian pada ukuran yang umum untuk pengukuran viskositas cairan yang
rendah (seperti dikatakan di dalam tabel dimensi viscometer yang konstantanya sama atau
kurang dari 0,05 cSt/sec maka koreksi energi akan berpengaruh tetapi jika waktu aliran
minimumnya 200 detik maka diabaikan).

Persamaan di atas berasal dari persamaan umum Poiseulle untuk pipa kapiler. Pada metode
ini diukur waktu yang diperlukan sejumlah volume tertentu cairan yang mengalir melalui
pipa kapiler di bawah pengaruh tekanan penggerak yang tetap.

 r 4 p

8VI

Dimana: µ = Viskositas dinamik (poise)


r = Jari-jari pipa kapiler (cm)
t = Waktu pengaliran (detik)
ΔP = Selisih tekanan (dyne/cm2)

Konsanta (C) dapat ditentukan dari viscometer standar dengan persamaan sebagai berikut:

Error! Reference source not found.

Di mana: C1 = Konstanta C dari viscometer yang dikalibrasi


t1 = Flowtime dari viscometer yang dikalibrasi
C2 = Konstanta C dari viscometer standar
t2 = Flowtime dari viscometer standar

22 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, konstanta alat (C, cp/sec) dapat ditentukan dari
hubungan v = C x t. Sedangkan viskositas dinamik dapat ditentukan dari hubungan:

µ=ρxv
Di mana:
ρ = Densitas pada temperatur yang sama dengan temperatur pengukuran (gr/cc)

Data viskositas kinematik dan viskositas dinamik air terhadap temperatur

Temperature Dynamic Viscosity Kinematic Viscosity


o
C (N s/m2) x 10-3 (m2/s) x 10-6
0 1.787 1.787
5 1.519 1.519
10 1.307 1.307
20 1.002 1.004
30 0.798 0.801
40 0.653 0.658
50 0.547 0.553
60 0.467 0.475
70 0.404 0.413
80 0.355 0.365
90 0.315 0.326
100 0.282 0.294

1 N s/m2 = 1 Pa s = 10 poise = 1000 miliPa s


1 m2/s = 1 x 104 cm2/s = 1 x 104 stokes = 1 x 106 centistokes

4.3. ALAT DAN BAHAN

1. Ostwald Viscometer
2. Stopwatch
3. Picnometer
4. Termometer
5. Constant Temperature Bath

23 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

6. Gelas ukur
7. Neraca analitis
8. Rubber penjepit
9. Aquades
10. Sampel Crude oil
11. Bola karet

4.4. PROSEDUR PERCOBAAN

▪ Menentukan Konstanta Alat

1. Menggunakan air sebagai cairan standar.


2. Menyiapkan Ostwald viscometer yang bersih dan kering serta 10 cc air.
3. Memasang bola karet pada tabung viscometer dan memasukkan air ke dalam
viscometer.
4. Memasang rubber penjepit pada viscometer, lalu memasukkan ke dalam water bed.
5. Memanaskan air di dalam water bed hingga temperatur tertentu.
6. Mengisap cairan dalam viscometer dengan bola karet sampai cairan berada kira-kira
di atas batas awal.
7. Mengukur waktu pengaliran air untuk melewati batas-batas yang tertera pada alat
Ostwald. Lepaskan bola karet agar fluida dapat mengalir. Jika waktu pengaliran jauh
lebih kecil daripada 200 detik, pilih viscometer dengan diameter yang lebih kecil dan
mengulangi prosedur-prosedur di atas.

▪ Menentukan Densitas Cairan

1. Menyiapkan crude oil yang akan diuji.


2. Menimbang picnometer kosong.
3. Mengisi picnometer dengan crude oil dan menimbangnya.
4. Menghitung densitas crude oil.

Catatan:
Densitas larutan diukur pada temperatur yang sama dengan yang digunakan untuk mengukur
waktu pengaliran.

24 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

▪ Menentukan Viskositas Cairan

Prosedur yang dilakukan sama dengan penentuan konstanta alat tetapi menggunakan crude
oil sebagai fluida yang diuji.

Catatan:
Sebelum memasukkan crude oil ke dalam tabung viscometer, memastikan tabung viscometer
dalam keadaan bersih dan kering dengan cara membilasnya dengan alkohol dan
mengeringkannya dengan oven.

4.5. DAFTAR PUSTAKA

1. Perry, Robert H. et.al., “Chemical Engineers Handbook”, fifth ed., International


Student Edition. Mc Graw Hill int. Book Co.
2. Annual Book ASTM Standard Part 24, American Society for Testing and Materials,
1981.
3. IP Standard for Petroleum Its Product Part I, “Methods for Analysis and Testing “,
Fourty Second Annual Edition, 1983, Hlm. 226-1 s/d 226-8.
4. ASTM Designation D 2270-64 Part 17, 1966.

25 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

GAMBAR 4.1 CONSTANT TEMPERATURE BATH

GAMBAR 4.2 OSTWALD VISCOMETER

26 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan:

27 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

MODUL V
PENENTUAN CLOUD POINT, POUR POINT, DAN FLASH POINT

5.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan cloud point, pour point, flash point dari crude oil.
2. Memahami pemakaian modul di lapangan.

5.2 TEORI PERCOBAAN

Cloud point (titik embun) dari crude oil didefinisikan sebagai temperatur tertinggi saat
pertama kali lilin paraffin (wax) dari crude oil memisahkan diri untuk mulai mengkristal.
Kondisi ini dapat diamati dengan timbulnya titik-titik putih dalam crude oil. Dalam
percobaan ini akan ditentukan cloud point sampel berdasarkan metode ASTM standar.
Sampel yang ditempatkan dalam yar dilengkapi dengan thermometer dan diletakkan dalam
medium pendingin. Penurunan suhu diamati hingga dicapai cloud pointnya.

Pour point (titik tuang) didefinisikan sebagai temperatur tertinggi dimana suatu fluida tidak
dapat mengalir lagi. Percobaan ini juga menggunakan metode ASTM standar. Percobaan
dilakukan dengan mengamati keteraliran fluida setiap penurunan temperatur tertentu.

Flash point (titik nyala) didefinisikan sebagai temperatur terendah (setelah dikoreksi terhadap
tekanan) dimana, bila diberi nyala api akan menyebabkan uap dari fluida tersebut menyala
dibawah kondisi percobaan. Nilai ini dapat diukur dengan dua metode, yaitu: Tag Closed
Tester dan Pensky Marten Closed Tester.
Percobaan dengan Tag Closed Tester dilakukan dengan menempatkan sampel dalam cup
tester dengan lid tertutup. Cup ini dipanaskan dengan kenaikan panas yang konstan dan lidah
api yang kecil diarahkan pada cup. Titik nyala dicapai bila uap dari sampel terbakar.
Pensky Marten Closed Tester bekerja serupa dengan Tag Closed Tester, namun
menggunakan sistem pemanasan yang berasal dari powerstat, yang mengatur panas yang
diberikan pada cup.

28 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Koreksi terhadap tekanan dilakukan dengan menggunakan rumus :

FP koreksi = C + 0.25 (101.3 – P)


FP koreksi = C + 0.33 (760 – P)
FP koreksi = F + 0.06 (760 – P)

Dimana :
C = Flash point hasil pembacaan (°C)
F = Flash point hasil pembacaan (°F)
P = Tekanan barometer (kPa atau mmHg)

5.3 ALAT DAN BAHAN

A. Penentuan Cloud Point dan Pour Point :

1. Yar
2. Bath
3. Jacket
4. Termometer
5. Karet / gabus
6. Gasket
7. Es batu
8. Sampel minyak

B. Penentuan Flash Point :

1. Pensky Marten Closed Tester


2. Shield
3. Termometer Bath
4. Gas elpiji
5. Pemantik api
6. Sampel minyak

29 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

5.4 PROSEDUR PERCOBAAN

5.4.1 Penentuan Cloud Point

1. Sampel dituangkan ke dalam yar dengan termometer setinggi 2-2.5 in.


2. Bath diisi dengan pendingin dan temperaturnya dipertahankan tetap.
3. Keadaan sampel diamati setiap penurunan 2°F, dengan mengeluarkan yar dari jacket.
Pengamatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
4. Catat temperatur ketika mulai terlihat kabut wax.

5.4.2 Penentuan Pour Point

1. Pengamatan dilakukan pada sampel yang telah terlewati cloud pointnya.


2. Pengamatan dilakukan terhadap sampel tiap penurunan 5°F dengan sedikit kemiringan
yar. Jika sampel masih dapat bergerak, masukkan kembali ke dalam bath.
3. Jika dengan kemiringan selama 5 detik sampel tidak bergerak, catat temperaturnya.
(koreksi : tambahkan 5°F dan catat sebagai pour pointnya).

5.4.3 Penentuan Flash Point dengan Pensky Marten Closed Tester

1. Catat tekanan barometer.


2. Isikan sampel pada cup sampai batas.
3. Pasang semua peralatan dengan benar dan alirkan gas dari tabung elpiji ke closed
tester dengan cara mengatur regulator gas dan knob.
4. Pasang lid pada cup.
5. Nyalakan closed tester dan atur kecepatan kenaikan temperatur.
6. Nyalakan api pada flame exposure dan arahkan lidah api dengan cepat ke dalam cup
untuk tiap kenaikan 8°F sampai suhu 220°F. Jika suhu telah mencapai 220°F, selang
kenaikannya menjadi 5°F.
7. Catat setiap pengamatan yang terjadi untuk setiap kenaikan suhu tersebut, hingga
mencapai flash point.

30 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

5.5 DAFTAR PUSTAKA

1. ASTM standard, part 23, American Society of Testing Minerals Designation, 56-79,
hlm.1.
2. D 93-80, hlm.39.
3. D 97-66, hlm.82.
4. Part 24, D 2500-81, hlm.415.

Termometer

Yar

Jacket

Cooling Bath

Gambar 5.1 Peralatan Cloud Point dan Pour Point


31 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Gambar 5.2 Peralatan Pensky Marten Closed Tester

32 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Gambar 5.3 Peralatan Tag Closed Tester

33 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan :

34 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

MODUL VI
ANALISIS KUANTITATIF AIR

6.1. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan Spesific Gravity dari air formasi


2. Menentukan jumlah kandungan ion-ion dalam air formasi
3. Dapat memperkirakan terbentuknya scale oleh air formasi

6.2 TEORI PERCOBAAN

Sifat air yang mampu melarutkan kebanyakan zat organik merupakan alasan mengapa air
disebut sebagai pelarut universal. Akibat dari sifat ini, air dapat melarutkan zat-zat yang
berkontak dengannya, baik logam maupun non-logam. Sifat air sebagai pelarut universl ini
umumnya juga menjadi penyebab berbagai masalah di lapangan. Air yang diproduksi, baik
bersama minyak maupun tidak, mengandung sejumlah zat yang dihasilkan oleh kontak air
dengan tanah dan batuan formasi. Tidak jarang air juga mengandung padatan yang
tersuspensi dan gas yang larut.

Perubahan temperatur dan tekanan menyebabkan beberapa zat yang semula terlarut dalam air
menjadi tidak larut dan berubah menjadi padatan yang memisahkan diri dari air. Di lapangan
minyak, zat padat yang terbentuk ini disebut scale dan dapat menyebabkan rusaknya
peralatan-peralatan akibat tersumbat oleh padatan tersebut. Kesulitan yang timbul karena
masalah air di dalam industri perminyakan cukup banyak. Misalnya, timbulnya korosi baik
pada alat-alat di permukaan maupun di bawah permukaan, serta penyumbatan (plugging)
pada formasi dan pipa-pipa salur.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, perlu diketahui beberapa sifat air seperti di
bawah ini :
a. Ion-ion penyusun dalam air dan sifat-sifatnya
b. Keterangan terkait ion-ion penyusun air tersebut
c. Metode analisis yang digunakan

35 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Ion-ion penyusun air yang perlu diketahui antara lain:

Kation Anion
Natrium (Na+) Klorida (Cl-)
Kalsium (Ca2+) Bikarbonat (HCO3-)
Magnesium (Mg2+) Sulfat (SO42-)
Besi (Fe2+) Karbonat (CO32-)

6.2.1. Specific Gravity

Specific Gravity air dapat ditentukan dengan menggunakan Hydrometer, SG Balance, atau
picnometer. Pemilihan alat untuk percobaan tergantung dari ketelitian yang dikehendaki.
Meskipun Hydrometer tidak seteliti SG Balance dan picnometer, tetapi alat ini praktis dan
ketelitiannya cukup dapat diterima. Sedangkan SG Balance lebih cepat dari picnometer tetapi
hasilnya perlu dikoreksi terhadap temperatur. Hydrometer menggunakan prinsip Archimedes
sehingga perlu dibenamkan ke dalam sampel yang akan diukur. Terkadang hydrometer
dilengkapi dengan termometer, sehingga koreksi terhadap temperatur dapat dilakukan jika
diperlukan. Adanya minyak dalam sampel mempengaruhi pengukuran specific gravity air
formasi, jadi sampel yang dapat digunakan adalah sampel yang telah difiltrasi atau bebas
minyak.

6.2.2. Ion Sulfat (Galvanimetric Method)

Sulfat diendapkan dengan BaI2 dalam larutan asam, disaring dan ditimbang sebagai BaSO4.
Dalam prakteknya unsur-unsur pengganggu hanya sedikit berpengaruh terhadap sulfat dalam
air formasi. Walaupun begitu perlu diingat bahwa ion-ion ferric silica amonium dan logam-
logam berat dapat mengganggu penentuan ini.

6.2.3. Total Dissolved Solid (TDS)

Penentuan TDS ini digunakan sebagai pengecekan terhadap SG dan resistivity. Kebanyakan
air formasi merupakan NaCl dengan jumlah yang lebih besar daripada CaCl2 , MgCl2, SrCl2,
dan garam-garam lain. Ada empat cara untuk menentukan TDS dari air formasi, yaitu:

36 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

1. Perkiraan dari penentuan SG


2. Perkiraan dari penentuan resistivity
3. Penguapan sampel sampai penimbangan residu yang konstan
4. Perhitungan dari jumlah konsentrasi ion-ion
Cara pertama dan kedua berguna untuk hal-hal tertentu saja. Sedangkan yang ketiga
dilakukan bila suatu penelitian diperlukan. Cara keempat merupakan sumber kesalahan
karena semua kation dan anion tidak ditentukan dalam analisis air formasi. Dalam percobaan
ini yang akan dilakukan adalah cara ketiga.

6.3. ALAT DAN BAHAN

6.3.1. Alat-alat

1. Buret dan standar 7. Cawan


2. Gelas ukur 8. Tabung kimia besar
3. Gelas kimia 9. Kertas saring
4. Pipet 10. Kertas saring bebas abu
5. Timbangan 11. Hydrometer atau picnometer
6. Pengaduk

6.3.2. Bahan-bahan

1. Air formasi 8. HCl 0.1%


2. Complexon III 0.02 N 9. Methyl Orange 0.1%
3. NaOH 1 N 10. Potassium Chromate 5%
4. Murexide 11. AgNO3 0.1%
5. Eriochrome Black T 12. BaCl2
6. Larutan buffer 13. Air suling
7. Phenolpthalein 0.5%

37 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

6.4. PROSEDUR PERCOBAAN

6.4.1 Penentuan SG
1. Isi tabung kimia yang cukup besar dengan sampel yang telah disaring
2. Tenggelamkan hydrometer ke dalam sampel
3. Usahakan agar hydrometer tidak menyinggung dinding tabung
4. Tunggu sampai hydrometer stabil dan skala thermometer konsatan
5. Baca harga SG pada skala hydrometer

6.4.2 Penentuan Ion Sulfat (Galvanimetric Method)


1. Pijarkan cawan kira-kira 15 menit, 6000C
2. Dinginkan cawan, setelah cukup dingin, masukkan ke eksekator selama 5 menit, lalu
timbang.
3. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai harganya tetap
4. Saring sampel dan masukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 100 ml
5. Encerkan HCl pekat dengan perbandingan 1:1 sehingga volumenya 10 ml
6. Tambahkan HCl tersebut ke dalam sampel yang telah disaring
7. Panaskan sampai hampir mendidih, setelah diangkat tambahkan BaCl2 5% (tetes demi
tetes) sambil dikocok sampai BaSO4 mengendap sempurna. Agar lebih cepat
mengendap, panaskan pada temperature rendah (gelas kimia dalam water bath)
8. Saring dengan kertas saring bebas abu (No. 42). Endapannya dibilas dengan air panas.
Hati-hati jangan sampai endapannya lolos dari saringan.
9. Lipat saringan dan masukkan ke dalam cawan yang telah dipijarkan, kemudian
keringkan dalam oven.
10. Pijarkan kertas saring tersebut dalam cawan, sampai jadi abu
11. Setelah arangnya habis menjadi abu kemudian timbang, pijarkan lagi dan timbang
menjadi konstan.

6.4.3 Total dissolved solid


1. Panaskan cawan dalam oven (1050C) sekitar 15 menit
2. Masukkan ke eksekator (15 menit) lalu timbang. Ulangi langkah 1 dan 2 sampai
beratnya konstan
3. Masukkan sampel yang telah disaring ke dalam cawan sebanyak 10 ml
4. Panaskan dengan oven (1050C) sampai airnya habis
5. Timbang lagi berulang-ulang sampai konstan

38 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

6.4.4 Analisis Ion-Ion


A. Analisis CO32-
1. Ambil 10 ml air formasi dengan pipet
2. Tambahkan 2 tetes phenolphthalein 0.5 % sehingga warnanya berubah menjadi merah
jambu
3. Titrasi dengan larutan HCl 0.1 % sampai tidak berwarna
4. Catat volume HCl dalam ml, ekivalen dengan CO32-

B. Analisis HCO3-
1. Ambil 10 ml air formasi dengan pipet
2. Tambahkan 2 tetes methyl orange 0.1% sehingga warnanya berubah menjadi kuning
atau kuning muda
3. Titrasi dengan larutan HCl 0.1 N sampai menjadi jingga
4. Catat volume HCl dalam ml, ekivalen dengan HCO3-

C. Analisis Cl-
1. Ambil 10 ml air formasi dengan pipet
2. Tambahkan 1-2 ml larutan photassium chromate 5% sehingga warnanya berubah
menjadi jingga
3. Catat volume AgNO3

D. Analisis Total Hardness (Kesadahan Total)


1. Ambil 10 ml air formasi
2. Tambahkan 2 ml larutan buffer dan 10 tetes eriochrome black 0.1%. Warnanya akan
segera berubah menjadi ungu
3. Titrasi dengan larutan complexon III 0.02 N. Perubahan warna dari ungu menjadi biru
merupakan titik akhir titrasi
4. Catat volume larutan complexon III

E. Analisis Ca2+
1. Ambil 10 ml air formasi
2. Tambahkan 3 ml larutan NaOH 1 N dan sedikit murexid, warna berubah menjadi
merah jambu, tunggu sampai murexid benar-benar larut
39 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

3. Titrasi dengan larutan complexon III 0.2 N, perubahan warna menjadi ungu
menandakan titik akhir titrasi
4. Catat volume complexon III dalam ml

F. Penentuan Mg2+
Konsentrasi Mg2+ dihitung dari volume complexon III yang dipakai untuk menentukan total
hardness dikurangi yang dipakai untuk penentuan Ca2+.

G. Penentuan Na+
Na+ dihitung sebagai perbedaan antara jumlah anion dan kation lain.

6.5 DAFTAR PUSTAKA

Patton, Charles C., “Oilfield Water System”, 2nd Edition, Cambell Petroleum, 1977.

40 | H a l a m a n
Laboratorium Fluida Reservoir 2018

Catatan :

41 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai