PETUNJUK PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL
i
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PETUNJUK PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL
NAMA :
NPM :
KELOMPOK :
i
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
iii
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
Nama mahasiswa :
NPM :
Kelas :
Nama pembimbing :
i
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
i
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
ii
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
i
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul ............................................................................................. i
Kata pengantar ............................................................................................ ii
Tata tertip pelaksanaan praktikum FTS Steril ........................................ iii
Panduan umum keselamatan kerja di laboratorium ............................... iv
Dafra isi ....................................................................................................... vi
1. Percobaab I
Pencucian dan sterilisasi tutup karet, ampul, vial dan botol infuse .. 1
2. Percobaan II
Uji Wadah Gelas untuk Injeki ........................................................... 5
3. Percobaan III
Validasi alat Laminer Air Flow (LAF) ............................................. 9
4. Percobaan IV
Injeksi Aminophlin ........................................................................... 13
5. Percobaan V
Larutan Elektrolit .............................................................................. 25
6. Percobaan VI
Solotio Antikuagulan ....................................................................... 30
7. Percobaan VII
Larutan untuk Mata ........................................................................... 34
ii
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN I
PENCUCIAN DAN STERILISASI TUTUP KARET, AMPUL,
VIAL DAN BOTOL INFUS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengenal dan mengetahui cara pencucian tutup karet, ampul, vial
dan botol infus serta cara sterilisasinya
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia
sekarang ini yang benar – benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat
fisika dan kimia mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika
diberikan pertimbangan utama dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman,
1994).
Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan
wadah dari karet. Wadah plastik, bahan utama dari plastik yang digunakan
untuk wadah adalah polimer termoplastik, unit struktural organik dasar untuk
masing – masing type yang biasa terdapat dalam bidang medis. Sesuai dengan
namanya, polimer termoplastik meleleh pada temperatur yang meningkat.
Wadah plastik digunakan terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah,
serta bila mengandung bahan penambah dalam jumlah kecil, mempunyai
toksisitas dan reaktivitas dengan produk yang rendah. Suatu golongan plastik
1
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
baru, poliolefin, patut disebut secara khusus, yang saat ini mendapat perhatian
dalam bidang parenteral adalah polipropilen dan kopolimer polietilen –
polietilen (Lachman, 1994).
Wadah Gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk yang
dapat disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon dioksida
tetrahedron, dimodifikasi secara fisika dan kimia dengan oksida – oksida
seperti oksida natrium, kalium, kalsium, magnesium, alumunium, boron, dan
besi. Gelas yang paling tahan secara kimia hampir seluruhnya tersusun dari
silikon dioksida, tetapi gelas tersebut relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan
dan dicetak pada temperatur tinggi (Lachman, 1994).
Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls.
Kemasan gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat
kurang alkali dan lebih banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat
(Tipe II) bersifat kurang alkali dan lebih banyak aluminium, sangat baik dan
harganya sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III) digunakan untuk
bahan padat kering dan cairan bukan air.
Uji wadah gelas untuk injeksi memenuhi FI III ada tiga yaitu:
Pemeriksaan batas keamanan
Pemeriksaan batas arsen
Pemeriksaan batas timbal
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas
2
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab
atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas
kering atau sterilisasi kering. Sedangkan sterilisasi kimiawi dapat dilakukan
dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat
bahan yang akan disterilkan.
3
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
4
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN II
UJI WADAH GELAS UNTUK INJEKSI
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami batasan wadah gelas yang digunakan
untuk injeksi dan cara pengujiannya.
B. Dasar Teori
Dalam pembuatan produk di industri farmasi selain bahan aktif yang
merupakan obat, hal lain yang tak kalah penting adalah kemasan. Dalam
industri, kemasan yang terpilih hendaklah memenuhi persyaratan, seperti
cukup melindungi kelengkapan status produk. Bahan-bahan untuk kemasan
haruslah memenuhi persyaratan seperti :
1. Harus melindungi preparat dari lingkungan.
2. Tidak boleh bereaksi dengan produk tersebut.
3. Tidak boleh memberikan rasa dan bau pada produk.
4. Tidak toksis.
5. Disetujui oleh FDA.
6. Harus memenuhi tuntutan tahan banting yang sesuai.
Salah satu kemasan yang sering digunakan adalah gelas, karena memiliki
mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara
kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun
mutunya pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan yang seperlunya
dapat menjadi suara penghalang yang sangat baik terhadap semua unsur,
kecuali sinar. Gelas merupakan wadah parenteral yang sudah lama dikenal
penggunaannya. Wadah ini memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1. Bersifat impermeable.
2. Cukup keras dan mempunyai bentuk stabil.
3. Transparan, mudah untuk melihat isi.
5
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
6
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
C. CARA KERJA
I. Batas Kebasaan
1. Buatlah aqua bebas CO2.
2. Siapkan 3 botol infus volume 250 ml.
3. Bilas bagian dalam dengan aquadest dan aqua bebas CO2 secara
bergantian hingga dirasa sempurna (maksimal 4x untuk masing-
masing larutan pembilas).
4. Isi tiap botol dengan aqua bebas CO2 hingga masing-masing botol 90%
terisi.
5. Tutup mulut botol, dengan alumunium foil yang sudah dibilas dengan
acetone.
6. Botol diautoclave pada 115°C selama 20 menit.
7. Keluarkan botol, dinginkan sebentar, kemudian 100 ml isi botol
dituang dalam erlenmeyer untuk titrasi.
8. Tambahkan 5 tetes indikator metil merah, kemudian lakukan titrasi
menggunakan H2SO4 0,01 N.
9. Lakukan titrasi blangko menggunakan 100 ml aqua bebas CG2.
7
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
Catatan:
a. Untuk wadah berkapasitas hingga 100 ml dibutuhkan tidak lebih dari
1,5 ml H2SO4 0,01 N.
b. Untuk wadah berkapasitas lebih dari 100 ml diperlukan tidak lebih dari
0,5 ml H2SO4 0.01 N.
8
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN III
VALIDASI ALAT
LAMINAR AIR FLOW (LAP)
A. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melakukan validasi alat
laminar Air Flow (LAP).
B. Dasar Teori
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem perlengkapan atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan.
Secara rinci validasi mencakup :
a. Konstruksi dan rancang bangun sarana
b. Peralatan, sarana penunjang, dan layanan yang kritis
c. Kalibrasi instrumen
d. Bahan baku dan bahan pengemas
e. Serah terima proses produksi dan/atau peningkatan skala bets
f. Prosedur pengolahan induk dan porsedur pengemasan induk
g. Prosedur pembersihan
h. Personalia
Suatu validasi mensyaratkan peralatan dan instrument yang digunakan
dalam seluruh tahap validasi dan akhirnya juga dalam proses pembuatan
masing-masing telah dikualifikasi dan dikalibrasi. Dalam konsep validasi,
kualifikasi serta kalibrasi sering juga dikategorikan sebagai validasi. Tetapi
untuk memperoleh pengertian yang jelas terhadap konsep validasi,
“kualifikasi” hendaklah dibedakan dari “validasi”.
9
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
Kualifikasi (peralatan)
Identifikasi sifat suatu perlatan yang berkaitan dengan kinerja dari
fungsinya serta pemberian batasan nilai tertentu atau restriksi terhadap sifat
tersebut.
10
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
4. Validasi ulang
Suatu pengulangan dari validasi proses sebelumnya untuk
memperoleh kepastian bahwa perubahan dalam proses/ lingkungan proses
(disengaja/ tidak) yang tidak mengakibatkan dampak yang merugikan
terhadap kareteristik proses dan mutu produk.
D. Cara Kerja
1. Batang apus masing-masing dibungkus dengan kertas perkamen dan
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C/ 15 psi selama 20 menit.
2. Tabung gelas diisi dengan 5 ml Trypticase Soy Broth (TSB) steril.
3. Baja tahan karat plat apus (stainless stell swab-template), masing-masing
dibungkus dengan kertas perkamen dan disterilkan dalam autoklaf pada
suhu 121°C/ 15 psi selama 20 menit.
4. Secara aseptik (dimeja dengan aliran udara laminer) masukkan batang
apus steril ke dalam larutan tsb steril.
5. Semua bahan di atas dibawa ke ruangan yang akan di uji cemaran
mikrobanya.
6. Semprot sarung tangan dengan larutan 70% alkohol, kemudian buka
bungkusan swab - template.
7. Hati-hati buka tabung yang berisi batang apus (ad 1), peras cairannya
dengan cara menekan bagian batang apus ke dinding tabung.
11
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
12
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN IV
INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat injeksi
aminophilin dan kontrol kualitasnya.
B. Dasai Teori
Dalam perkembangan kehidupan sekarang juga dibarengi dengan
bermacam-macam penyakit, salah satunya yang berhubungan dengan saluran
nafas. Asma salah satu contohnya, suatu penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. Salah
satu penanganan serangan asma dengan menggunakan bronkodilator, yang
fungsinya adalah untuk melebarkan saluran nafas. Salah satu bronkodilator
yang sering digunakan adalah injeksi aminofilin, yang penggunannya dengan
cara diinjeksikan ke pembuluh darah.
Akan tetapi karena sediaan ini digunakan secara parenteral maka
penggunaannya haras memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1. STERIL/STERILITAS
Semua bentuk sediaan yang digunakan secara parenteral, larutan
tetes mata dan alat-alat kedokteran yang dipakai untuk penggunaan
sediaan/ obat parenteial harus steril, bebas dari semua mikroorganisme
hidup. Keadaan steril, bebas dari semua mikroorganisme harus diusahakan
dan dijaga sejak awal proses pembuatan, pada pengemasan sampai pada
saat obat digunakan oleh pasien.
13
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
14
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
mata. Untuk partikel yang lebih kecil maka diperlukan teknik dan alat
khusus.
3. BEBAS PYROGEN
Pyrogen didefmisikan sebagai hasil metabolik dari
mikroorganisme hidup atau mati yang menyebabkan respon pyretik
spesifik pada penyuntikan (injeksi). Secara kimia pyrogen berupa
lipopolysaccharida, larut dalam air dan tidak larut dalam organik solven.
Pyrogen ini dapat disaring (dengan ukuran tertentu), dan merupakan zat
padat makromolekul dengan BM antara 15.000 - 4.000.000. Karena larut
dalam air maka baik sterilisasi dengan uap air bertekanan maupun filtrasi
melalui filter penyeteril tidak dapat menghilangkan pyrogen, meskipun
proses tersebut dapat menghilangkan mikroorganismenya. Pyrogen yang
dihasilkan oleh mikroorganisme Gram-negatif adalah paling poten.
Dalam tubuh manusia reaksi pyrogenik ditandai dengan timbulnya
demam dan kedinginan. Setelah pemberian injeksi ada waktu laten 45
sampai 90 menit, kemudian kenaikan yang cepat dari temperatur badan
yang diikuti dengan kedinginan, sakit kepala dan malaise (perasan tidak
enak badan).
Pyrogen yang terdapat dalam sediaan parenteral dapat berasal dari
salah satu dari ketiga sumber berikut :
1. Air yang dipakai sebagai solven.
2. Wadah atau alat yang dipakai untuk pembuatan, pengemas,
penyimpanan atau penggunaan.
3. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membuat larutan/sediaan
parenteral.
Berapa cara dapat digunakan untuk menghilangkan pyrogen
sebagai senyawa organik, pyrogen dihancurkan dengan panas tinggi
(oksidasi), atau dibakar. Temperatur yang cukup memuaskan adalah
250°C selama 30 - 45 menit atau 170-180°C selama 3 atau 4 jam.
15
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
16
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
4. STABILITAS
Dalam pembuatan bentuk sediaan steril, suatu hal yang harus
diperhatikan adalah stabilitas dari obatnya. Obat dalam larutan pada
umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk padatnya.
Bahan-bahan tambahan yang berfungsi untuk mempertahankan
stabilitas fisik dan kemis perlu dipilih. Untuk larutan stabilitas fisik pada
umumnya ditunjukkan dengan perubahan fisiknya pada penyimpanan.
Misal adanya endapan atau perubahan warna merupakan indikasi
ketidakstabilan. Dalam hal ini perlu diperhatikan wadah yang dipakai
untuk kemasan, termasuk juga wadah yang harus digunakan untuk obat-
obatan yang sensitif terhadap cahaya.
5. TONISITAS
Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose yang diberikan
oleh suatu larutan dari zat padat yang terlarut.
Cairan badan atau cairan mata memberikan tekanan osmose yang
sama dengan tekanan osmose normal saline atau larutan NaCl 0,9%. Suatu
larutan dengan jumlah solute/zat terlarut lebih banyak dari cairan
17
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
badan/cairan mata mempunyai tekan osmose lebih besar dan larutan ini
disebut larutan hypertonis.
Cairan badan termasuk juga cairan mata mengandung sejumlah
zat terlarut yang dapat menurunkan titik beku larutan 0,52°C. Demikian
juga larutan NaCl 0,9% dapat menurunkan titik beku 0,52°C. Oleh karena
itu larutan NaCl 0,9% dan cairan badan disebut isotonis.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghitung nilai
isotonis (tonisitas) suatu larutan antara lain :
18
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
c. Faktor disosiasi
Dikatakan suatu larutan isotonis bila terpenuhi :
𝑓𝐴 𝑓𝐵
Xa + Xb + . . . . . . = 0,28
𝑀𝐴 𝑀𝐵
Untuk menghitung banyaknya zat pembantu yang diperlukan untuk
mencapai isotonis, dinyatakan dalam gram setiap liter (=h), dipakai
rumus :
𝑀ℎ 𝑓𝐴 𝑓𝐵
h= x [0,23 − (𝑀𝐴 Xa + 𝑀𝐵 Xb + . . . . . . )] g/l=Mh/fA x [0,23-
𝑓𝐴
6. KEJERNIHAN
Larutan injeksi yang dibuat harus jernih
19
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
Pemeriksaan meliputi :
1. Pemeriksaan kebocoran
Dua metode dapat dipergunakan untuk pemeriksaan kebocoran ampul
yang berisi adalah sbb :
a. Uji dengan larutan warna (Dye Bath Test)
Dalam uji ini digunakan larutan metilen biru 0,0025% (b/v)
dalam larutan phenol 0,0025% (b/v). Ampul-ampul harus direndam
dalam campuran larutan tersebut. Uji dilakukan dalam bejana yang
dibuat vakum sampai 70 mmHg (0,96 kg/cm2) dan dijaga selama tidak
kurang dari 15 menit. Ampul-ampul yang berwarna biru harus
dibuang.
20
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
21
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
D. Formula
R/ Theophylin 2,0 g
Etilendiamin 0,55 g
Aqua p.i. ad 100 ml'
22
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
E. Cara Kerja
1. Hitunglah tonisitas larutan yang akan dibuat.
2. Buatlah aqua bebas karbondioksida (CO2).
3. Larutkan theophylin dengan sebagian aqua bebas CO2.
4. Campurlah etiien diamin dengan sebagian aquadest.
5. Larutan (2) ditambah dengiin larutan (3) tetes demi tetes sampai larutan
campuran (2 dan 3) betul-betul jernih dan pH larutan antara 9,5 - 9,6.
6. Gojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama
5-10 menit, diamkan, kemudian saring hingga jernih.
7. Masukkan larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta , tutup dan
sterilkan dalam autoclave 110°C selama 30 menit atau 120°C selama 20
menit.
8. Periksa larutan terhadap: pH, Kebocoran, Partikel, sterilitas, pyrogen, dll.
F. Kontrol Kualitas
a. Uji pH
1. Ambillah larutan sebanyak 10 ml
2. Ukur pH larutan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi
3. Catat hasilnya.
b. Uji Kebocoran
Uji dengan larutan warna (Dye Bafb Test)
1. Buatlah larutan metilen biru 0,0025% (b/v) dalam larutan phenol
0,0025% (b/v) sebanyak 250 ml.
2. Ampul-ampul direndam ke dalam larutan tersebut.
3. Masukkan dalam bejana vakum sampai 70 mmHg (0,96 kg/cm2) dan
dijaga selama tidak kurang dari 15 menit.
4. Amati hasilnya. Ampul-ampul yang berwarna biru harus dibuang.
c. Uji Bebas partikel asing
1. Sejumlah wadah (ampul, vial) yang belum berlabel dipegang pada
lehernya,
23
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
24
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN V
LARUTAN ELEKTROLIT
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat larutan elektrolit.
B. Dasar Teori
Terapi parenteral adalah terapi/ pengobatan dengan rute yang tidak
melibatkan usus. Oleh karena itu terapi parenteral meliputi injeksi, tetes mata,
telinga, atau hidung, salep, dan krim. Terapi yang digunakan secara parenteral
dilakukan bilamana pasien tidak dapat menggunakan obat melalui mulut.
Komposisi utama dari cairan parenteral umumnya terdiri dari air dan
elektrolit. Berikut ini adalah beberapa tanda yang digunakan untuk
menentukan keseimbangan cairan tubuh :
1. Haus
2. Turgor kulit
3. Denyut nadi
4. Perubahnn berat badan
5. Konsentrasi natrium, urea, atau hemogobin dalam serum
6. Volume urin
Di dalam cairan tubuh mengandung beberapa komposisi elektrolit, tetapi
semuanya mempunyai kemampuan osmotik yang sama. Semua sel
mengandung konsentrasi kalium tinggi dan konsentrasi natrium yang rendah
tetapi sebaliknya plasma darah mengandung natrium dalam konsentrasi tinggi
dan kalium konsentrasi rendah.
Pengobatan secara parenteral adalah pengobatan dengan bentuk-bentuk
sediaan farmasi steril yang digunakan dengan cara diinjeksikan (disuntikkan)
di bawah atau melalui satu atau beberapa lapis kulit atau membran mukosa.
Bentuk sediaan steril sering disebut sediaan parenteral. Dikenal dua macam
sediaan parenteral yaitu volume kecil (SVP), volume sampai 100 ml dan
volume besar (LVP) di atas 100 ml. Infus adalah injeksi intra vena dari emulsi
25
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
atau larutan volume besar (LVP) yang digunakan pada suatu periode waktu
biasanya antara. 15 menit sampai beberapa jam.
Larutan Ringer laktat termasuk dalam larutan elektrolit digunakan untuk
mengatasi kondisi kekurangan volume darah, karena larutan ini mengandung
KCl. CaCl2.6H2O disamping NaCl.
Pada masa lalu, jika terjadi kehilangan darah akibat terjadi luka, digunakan
larutan NaCl fisiologis atau larutan Ringer untuk pengisian volumenya.
Dengan demikian baik kondisi shock dan reaksi ikutannya berhasil dihindari,
akan tetapi masih kurang diperhatikan, bahwa volume darah hanya sekitar 4%
dari volume total cairan tubuh dan bahwa dalam setiap menit 73% air darah
dipertukarkan dengan air dari ruang ekstravasal. Yang paling menentukan
dalam melakukan terapi dengan larutan elektrolit adalah jika telah
dipahaminya kondisi dimana dengan larutan yang dimasukkan secara
parenteral juga dapat mencapai ruang interseluler dan bahwa cara fisiologis
klinis yang canggih memungkinkan untuk mendeteksi secara eksak gangguan
dalam keseimbangan air-elektrolit dari organismus. Hal ini secara pasti dapat
ditangani dengan larutan infus yang mengandung ion-ion khusus. Dengan
demikian, adanya perbedaan atau penyimpangan ion yang telah ditentukan
secara klinis dari nilai normalnya dapat diseimbangkan kembali melalui terapi
substitusi dengan larutan infuse elektrolit
INFUS
Larutan yang diberikan secara parenteral dan biasanya dikemas dalam
volume 0,5-1 L. Larutan yang diberikan dapat berupa larutan elektrolit.
Larutan elektrolit diberikan setelah terjadi shock, kehilangan cairan badan
karena dehidrasi atau kelaparan.
Dalam pembuatannya sering diberi zat tambahan yang berfungsi untuk
mendapatkan larutan dengan nilai tonisitas dan pH yang sesuai.
Konsentrasi dari larutan elektrolit dalam suatu larutan parenteral
(infus) biasanya ditunjukkan dalam persen (%) (w/v) atau milli equivalen
(mEq).
26
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
Contoh : Hitung jumlah ion kalsium dan ion kloride dalam larutan
yang mengandung 20 mg CaCl2 (kalsium klorida, USP) dalam 100
ml.
Hitungan :
0,200 x 1000 x 2 x 1
mEq = = 2,6 mEq Ca++Eq0,200 x 1000 x 2 x
147
mEq Cl^-
Contoh larutan elektrolit adalah : '
NaCl 0.9%
Larutan ringer laktat
Larutan Dextrose
Larutan 1-asam arnino kkal
Setelah larutan disterilkan maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti yang dilakukan pada sediaan injeksi aminofilin sebelum pada wadah
dipasang etiket dan dikemas.
C. Alat dan Bahan
LARUTAN RINGER LAKTAT
Alat Bahan
1. Penangas air 1. Natrium laktat
2. Glassware 2. NaCl
3. Botol bening 3. KCl
4. Timbangan 4. CaCl2. 2H2O
5. Aqua p.i
27
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
6. Karbo adsorben
7. HCl 0,1 N - NaOH 0,1 N
MULTIPLE ELEKTROLIT
Alat Bahan
1. Penangas air 1. Na Acetate
2. Glassware 2. NaCl
3. Botol bening 3. KCl
4. Timbangan 4. Na Gluconate
5. MgCl hexahidrate
6. Aqua p.i
7. Karbo adsorben
8. HCl 0,1 N - NaOH 0,1 N
D. Formula
LARUTAN RINGER LAKTAT
R/ Natrium laktat 0,31
NaCl 0,6
KCl 0,03
CaCl2.2H2O 0,01
Aqua p.i. ad 100 ml
MULTIPLE ELEKTROLIT
R/ Natrium Acetate 0,36
NaCl 0,52
KCl 0,03
Na Gluconate 0,50
MgCl hexahidrate 0.03
Aqua p.i. ad 100 ml
E. Cara Kerja
28
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
MULTIPLE ELEKTROLIT
1. Cek apakah larutan isotonis/tidak isotonis
2. Didihkan aquadest
3. Larutkan semua bahan ke dalam aquadest panas
4. Cck pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N
sedangkan bila kurang basa tambahkan NaOH 0,1 N
5. Tambahkan sisa aquanya
6. Gojok larutan dengan karbo adsorben 0,1%, diamkan, kemudian
saring hingga jernih
7. Masukkan larutan dalam vvadah yang sesuai dengan tutup
8. Sterilisasi dengan uap mengalir (dikukus) 100°C selama 30 menit.
9. Periksa larutan terhadap: pH, Kebocoran, Partikel asing, Kejernihan
10. Beri etiket
29
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN VI
SOLUTIO ANTICOAGULANT
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat injeksi solutio
anticoagulant.
B. Dasar Teori
Antikoagulan adalah suatu obat anti penggumpalan darah. Berdasarkan
mekanisme kerjanya antikoagulan dibedakan menjadi antikoagulan langsung
(zat berkhasiatnya berinteraksi langsung dengan faktor pembekuan) dan
antikoagulan tak langsung (zat berkhasiat menghambat biosintesis faktor
pembekuan).
Larutan antikoagulan dekstrosa sitrat adalah salah satu contoh
antikoagulan dimana larutan ini mencegah penggumpalan darah berdasarkan
kemampuan ion sitrat mengikat kalsium darah membentuk kompleks kalsium
sitrat yang tidak terionisasi, dengan demikian mencegah ion Ca ikut serta
dalam mekanisme penggumpalan darah, sehingga dengan tidak adanya ion Ca
mekanisme penggumpalan darah tidak efektif.
Larutan antikoagulan dekstrosa fosfat sitrat adalah larutan steril asam
sitrat, nattium sitrat dan dekstrosa dalam air untuk obat suntik. Larutan
antikoagulan ini keasamannya lebih kecil dibandingkan dengan larutan
antikoagulan dekstrosa sitrat, ini dianggap sebagai suatu keuntungan dalam
hal penyimpanan sel darah merah. Larutan juga lebih mendekati isotonic
terhadap sel darah merah dan ini dianggap mempunyai kemampuan baik
dalam mempertahankan sel darah merah pada kondisi fisiologis.
Antikoagulan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Antikoagulan parenteral
Antikoagulan parenteral contohnya heparin. Heparin memulai
antikoagulasi dengan cepat, Namun mempunyai masa kerja yang singkat.
Antikoagulan heparin untuk pengobatan awal trombosis vena - dalam, dan
30
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
31
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
D. Formula:
R/ Acidum Citricum 1 H2O 4,7
Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O 16
Glukosa p.i. anhydrous 25
Aqua p.i. ad 1000 ml
32
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
E. Cara Kerja
1. Cek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis
2. Didihkan aqua, larutkan gula dalam keadaan panas
3. Larutkan bahan lainnya dalam keadaan dingin
4. Campur larutan gula dengan no. 3 tambahkan sisa aquanya
5. Atur pH 5-6 jika kurang asam tambahkan HCl 0,1 N sedangkan bila
kurang basa tambahkan NaOH 0,1 N
6. Gojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% diamkan, kemudian saring
hingga jernih
7. Masukkan ke dalam botol yang sesuai dan tutuplah
8. Sterilisasikan dengan autoclave 120°C selama 20 menit
9. Setelah dingin cek/uji larutan: pH, Kebocoran, Partikel asing, Kejernihan
10. Beri etiket
33
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
PERCOBAAN VII
LARUTAN UNTUK MATA
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat larutan untuk
mata.
B. Dasar Teori
Tetes mata adalah sediaan cair, yang mengandung bahan obat terlarut,
teremulsi atau tersuspensi, yang digunakan pada mata, yang biasanya diisikan
ke dalam wadah bertakaran ganda dan ditakar atas dasar tetesan.
Produk untuk diteteskan ke dalam mata, walaupun menurut definisi bukan
sediaan parenteral, mempunyai karakteristik yang banyak kesamaannya dan
bahkan identik dengan sediaan parenteral. Formulasi preparat obat mata
dengan zat aktif yang stabil secara terapetis membutuhkan kemurnian bahan
yang tinggi, juga bebas dari kontaminan kimia, fisika (partikel), dan
kontaminan mikroba. Preparat-preparat ini biasanya membutuhkan dapar
untuk menstabilkan pH dari produk tersebut, bahan penambah untuk
membuatnya isotonis atau mendekati isotonis, dan penstabil seperti
antioksidan bila cocok untuk bahan-bahan khusus tersebut.
Larutan irigasi sekarang juga diharuskan memenuhi beberapa persyaratan
agar bisa diterima sebagai produk steril. Karena selama pemberian larutan
secara irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki sistem aliran darah
melalui pembuluh darah yang terluka atau membran mukosa yang lecet.
Satu karakteristik yang tidak begitu kritis untuk obat mata adalah bebas
pirogen, karena pirogen tidak diabsorpsi secara sistemis dari mata, tetapi
sampai sejauh ini Karena pirogen merupakan petunjuk dari suatu proses
pembersihan secara mikrobiologis, maka pirogen seharusnya tidak ada.
34
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
D. Formula
TETES MATA KHLORAMFENIKOL
Tiap 10 ml mengandung :
R/ Kloramfenikol 50 mg
Asam borat 150 mg
Na Tetra Borat 30 mg
Nipagin 100 ug
Catatan: Buatlah ad 50 ml
35
Petunjuk Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril-2018
E. Cara Kerja
TETES MATA KHLORAMFENIKOL
1. Larutkan asam borat dan natri tetra borat dalam aquadest
2. Larutkan preservatif dalam aquadest dan tambahkan pada larutan 1
3. Larutkan kloramfenikol dalam larutan 2 dan tambahkan sisa aquadest
4. Sterilkan menurut cara B
5. Masukkan wadah dan beri etiket
36