Anda di halaman 1dari 73

MODUL PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR I

LABORATORIUM REKAYASA PRODUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI DAN REKAYASA SISTEM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

i
MODUL PRAKTIKUM
PROSES MANUFAKTUR I

Disusun Oleh:
Luki Triyahya, S.T.
NIP. 198304062005011002

LABORATORIUM REKAYASA PRODUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN REKAYASA SISTEM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya.
Dengan terselesaikannya Modul Praktikum Proses Manufaktur I ini penulis berharap, modul
ini bisa menjadi panduan mahasiswa dalam menjalankan praktikum proses manufaktur I
dengan sebaik-baiknya, sehingga dengan membaca modul ini mahasiswa diharapkan mampu
memahami dan menjalankan praktikum secara mandiri.
Modul ini terdiri dari Modul I: Pemesinan Bubut, Modul II: Pemesinan Freis, dan
Modul III: Tap. Dengan mempraktikkan secara langsung ilmu yang didapat diharapkan bisa
menjadi bekal para praktikan untuk terjun ke dunia kerja nantinya.
Selain dari pada yang tersebut diatas, Modul Praktikum Proses Manufaktur I ini
dimaksudkan sebagai pedoman singkat bagi para praktikan. Untuk itu tidak menutup
kemungkinan adanya pengembangan dari para praktikan sebagai hasil dari kreatifitasnya di
lapangan pada saat menghadapi benda kerja yang harus dibuat dengan fasilitas peralatan
yang ada.
Akhirnya kami berharap semoga dengan adanya Modul Praktikum Proses Manufaktur
I ini bisa membantu pelaksanaan praktikum secara maksimal. Penulis menyadari bahwa
modul ini belumlah dikatakan sempurna. Untuk itu, penulis dengan sangat terbuka menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian. Semoga modul ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Surabaya, September 2022

Penulis

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. KETENTUAN UMUM
1. Praktikan harus sudah mendaftarkan diri di Laboratorium Rekayasa
Manufaktur pada waktu yang telah ditetapkan. Pendaftaran dilakukan dengan
mengisi formulir yang sebelumnya di sampaikan pada saat briefing oleh
petugas Laboratorium.
2. Tidak diperkenankan pindah dari kelompok atau pindah hari dari jadwal yang
sudah dipilih sebelumnya.
3. Praktikan harus sudah hadir di Laboratorium Rekayasa Manufaktur 15 menit
sebelum praktikum dimulai.
4. Keterlambatan diatas 30 menit dinyatakan tidak hadir.
5. Pelanggaran terhadap tata tertib mengakibatkan kegagalan praktikum
(praktikan didiskualifikasikan).
6. Hal-hal yang tidak/belum dicantumkan dalam tata tertib ini akan diatur
kemudian.

B. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PRAKTIKUM


1. Praktikan wajib memakai masker KF94/N95/KN95 (dilarang memakai
masker kain, masker medis, masker scuba).
2. Wajib memakai sarung tangan.
3. Wajib memakai kacamata kerja saat melakukan proses pemesinan.
4. Jika memiliki gejala covid seperti flu, demam, batuk, tidak diijinkan
mengikuti praktikum dan harap melaporkan kepada petugas Laboratorium jika
tidak bisa mengikuti karena hal tersebut. Jika tidak lapor maka praktikan
dianggap tidak mengikuti praktikum.
5. Praktikan wajib mengenakan sepatu dan alat pengaman kerja sesuai dengan
keadaan laboratorium. (Dianjurkan memakai wearpack).
6. Tidak diperkenankan memakai sandal, sepatu sandal ataupun yang sejenisnya.
7. Mahasiswa diharapkan memakai sepatu yang tidak berbahan kain tipis dan
kaki harus tertutup seluruhnya.
8. Untuk pakaian kerja, mahasiwa diharapkan tidak memakai pakaian berlengan
panjang dan tidak ketat.
9. Mahasiwa yang berambut panjang harap rambutnya diikat.
10. Mahasiswa yang memakai jilbab harap jilbabnya dikondisikan tidak
menjuntai.
11. Dilarang merokok di Laboratorium.
12. Dilarang bersenda-gurau di Laboratorium.
13. Pastikan mendapat ijin sebelum menjalankan mesin.
14. Pastikan keadaan mesin aman untuk diputar.
15. Jangan mengoperasikan mesin sampai paham betul kontrol- kontrolnya.
16. Jaga lantai sekitar mesin bersih dari grease, oli, tools dan benda kerja.

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Mengisi daftar hadir praktikan.
2. Tas dan barang berharga harap dimasukkan ke loker yang sudah disediakan.
3. Mengisi formulir bon pinjam alat dan konfirmasi peminjamaan kepada
petugas laboratorium sebelum menerima peralatan.
4. Berbaris sesuai kelompok untuk briefing sebelum pelaksanaan praktikum.
5. Dilarang menjalankan mesin apapun kecuali dengan ijin/instruksi petugas
laboratorium.

iv
6. Dilarang membawa keluar bagian benda kerja, baik yang belum atau sudah
selesai (untuk dikerjakan di luar laboratorium).
7. Setiap kali sebuah bagian dari benda kerja selesai dikerjakan, praktikan harus
melaporkan ke petugas Laboratorium untuk konfirmasi langkah selanjutnya.
8. Jika benda kerja sudah selesai dikerjakan, dikumpulkan di meja petugas
laboratorium.
9. Wajib mengonfirmasikan pengembalian peralatan yang sudah dipinjam
kepada petugas laboratorium.
10. Kerusakan atau kehilangan terhadap peralatan kerja dan/atau benda kerja
sepenuhnya menjadi tanggung jawab praktikan (satu grup).
11. Pada 5 menit sebelum praktikum berakhir, semua praktikan harus sudah
berkemas membersihkan masing-masing bidang kerja, mesin dan peralatan
yang telah dipakai serta mengembalikan peralatan kerja kepada petugas.

C. LAPORAN
1. Laporan praktikum dikumpulkan selambat-lambatnya 1 minggu setelah
dilaksanakannya praktikum.
2. Laporan dapat dikumpulkan di Laboratorium Rekayasa Produksi pada hari
dan jam kerja aktif.
3. Laporan dikerjakan masing-masing individu peserta praktikum.
4. Penyusunan laporan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

D. PENILAIAN
1. Penilaian praktikum diberikan oleh petugas laboratorium dan selanjutnya akan
dilaporkan kepada dosen pengampu.
2. Penilaian diberikan setelah mahasiswa menyerahkan laporan yang sudah
dijilid serta menunjukkan tanda bukti pengisian kuisioner.
3. Kriteria penilaian meliputi hal-hal yang telah ditetapkan.

v
FORMAT LAPORAN
Laporan yang disusun oleh setiap kelompok peserta praktikum harus mengikuti aturan
sebagai berikut:
1. Cover
Halaman sampul berisi logo ITS, judul, nama, NRP, kelas, dosen pengampu.
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Bab I : Praktikum Mesin Bubut
5. Bab II : Praktikum Mesin Freis
6. Bab III : Praktikum Taping
7. Daftar Pustaka

Pada setiap Bab (I, II, III) terdiri dari:


1. Persiapan (Setting mesin perkakas) dan alat-alat yang digunakan.
2. Proses pengerjaan (prosedur pengerjaan).
3. Analisa hasil pengerjaan.
4. Variabel-variabel yang mempengaruhi hasil pengerjaan.
5. Kesalahan-kesalahan yang terjadi.
6. Jawaban pertanyaan setelah praktikum
7. Kesimpulan.

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii


TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................................ iv
A. KETENTUAN UMUM ................................................................................... iv
B. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PRAKTIKUM .................. iv
C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................................... iv
C. LAPORAN ....................................................................................................... v
D. PENILAIAN .................................................................................................... v
FORMAT LAPORAN .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi
BAB I MODUL PEMESINAN BUBUT ................................................................... 1
1.1 Tujuan Praktikum ...................................................................................... 1
1.2 Dasar Teori ................................................................................................ 1
1.2.1 Fungsi dan Nama Bagian Mesin Bubut ................................................. 1
1.2.2 Alat Perlengkapan Mesin Bubut ............................................................ 4
1.2.3 Macam-Macam Teknik Pembubutan (Turning) .................................. 10
1.2.4 Perhitungan Operasi pada Mesin Bubut .............................................. 15
1.3 Alat dan Bahan yang Digunakan ............................................................. 17
1.4 Gambar Kerja Praktikum Pemesinan Bubut ........................................... 18
1.5 Teknik Pembubutan Presisi ..................................................................... 18
1.5.1 Eretan Atas ........................................................................................... 19
1.5.2 Eretan Memanjang ............................................................................... 20
1.5.3 Eretan Melintang.................................................................................. 20
1.6 Tugas Sebelum Praktikum Pemesinan Bubut ......................................... 21
1.7 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Mesin Bubut ...................................... 21
1.7.1 Keselamatan Kerja ............................................................................... 21
1.7.2 Proses Pemesinan Bubut ...................................................................... 22
1.7.3 Selesai Proses Pembubutan .................................................................. 29
1.8 Tugas Setelah Praktikum Pemesinan Bubut............................................ 29
BAB II MODUL PEMESINAN FREIS .................................................................. 31
2.1 Tujuan Praktikum .................................................................................... 31
2.2 Dasar Teori .............................................................................................. 31
2.2.1 Jenis-jenis Mesin Freis......................................................................... 31
2.2.2 Fungsi dan Nama Bagian Mesin Freis ................................................. 33
2.2.3 Alat Perlengkapan Mesin Freis ............................................................ 35
2.2.4 Pisau Frais ............................................................................................ 38
2.2.5 Macam-macam Teknik Penggilingan (Milling) .................................. 44
2.2.6 Perhitungan Operasi pada Mesin Freis ................................................ 44
2.3 Alat dan Bahan yang Digunakan ............................................................. 46
2.4 Gambar Kerja Praktikum Pemesinan Freis ............................................. 46

vii
2.5 Teknik Pengefreisan Presisi .................................................................... 47
2.5.1 Eretan Sumbu X ................................................................................... 47
2.5.2 Eretan Sumbu Y ................................................................................... 48
2.5.3 Eretan Sumbu Z ................................................................................... 48
2.5.4 Seting penggeseran titik nol (Zero point offset) .................................. 48
2.6 Tugas Sebelum Praktikum Pemesinan Freis ........................................... 50
2.7 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Mesin Freis ........................................ 50
2.7.1 Keselamatan Kerja ............................................................................... 50
2.7.2 Proses Pemesinan Freis ........................................................................ 50
2.7.3 Selesai Proses Freis .............................................................................. 53
2.8 Tugas Setelah Praktikum Pemesinan Freis ............................................. 54
BAB III TAP .............................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Tujuan Praktikum .................................................................................... 55
3.2 Dasar Teori .............................................................................................. 55
3.2.1 Ulir ....................................................................................................... 55
3.3 Set Tap..................................................................................................... 60
3.4 Prosedur Mengetap .................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 61

viii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR I-1: BAGIAN-BAGIAN MESIN BUBUT EMCO MAXIMAT V13 .................................. 2


GAMBAR I-2: BAGIAN-BAGIAN MESIN BUBUT ANN YANG SSM 2060 ................................... 2
GAMBAR I-3: ERETAN PADA MESIN BUBUT ............................................................................ 3
GAMBAR I-4: MACAM-MACAM PAHAT BUBUT........................................................................ 4
GAMBAR I-5: GEOMETRI PAHAT BUBUT.................................................................................. 6
GAMBAR I-6: EOMETRIS PAHAT BUBUT RATA KANAN ............................................................. 7
GAMBAR I-7; CEKAM TIGA RAHANG DAN KUNCI CEKAM ...................................................... 8
GAMBAR I-8: CEKAM EMPAT RAHANG.................................................................................... 8
GAMBAR I-9: PEMBAWA (LATHE DOG) ................................................................................... 9
GAMBAR I-10: KOLET .............................................................................................................. 9
GAMBAR I-11: MACAM-MACAM SENTER. ............................................................................. 10
GAMBAR I-12: PEMBUBUTAN SILINDRIS ............................................................................... 11
GAMBAR I-13; FACING ........................................................................................................... 11
GAMBAR I-14: CUTTING OFF ................................................................................................. 11
GAMBAR I-15: RECESSING ..................................................................................................... 12
GAMBAR I-16: BITTING .......................................................................................................... 12
GAMBAR I-17: PEMBUBUTAN BENTUK .................................................................................. 12
GAMBAR I-18: PEMBUBUTAN TIRUS ...................................................................................... 13
GAMBAR I-19: PEMBUBUTAN ULIR........................................................................................ 13
GAMBAR I-20: CHAMFERING ................................................................................................. 13
GAMBAR I-21: BORING .......................................................................................................... 14
GAMBAR I-22: DRILLING ....................................................................................................... 14
GAMBAR I-23: KNURLING ...................................................................................................... 14
GAMBAR I-24: GAMBAR KERJA UNTUK MESIN BUBUT EMCO MAXIMAT ............................. 18
GAMBAR I-25: GAMBAR KERJA UNTUK MESIN BUBUT ANN YANG SSM 2060 ................... 18
GAMBAR I-26: ERETAN MESIN BUBUT EMCO MAXIMAT V13 ............................................... 19
GAMBAR I-27: ERETAN ATAS EMCO MAXIMAT .................................................................... 19
GAMBAR I-28: ERETAN ATAS EMCO MAXIMAT .................................................................... 20
GAMBAR I-29: ERETAN MEMANJANG ANN YANG SSM 2040 ............................................... 20
GAMBAR I-30: ERETAN MELINTANG A. EMCO MAXIMAT B ANN YANG SSM 2060 ............. 21
GAMBAR I-31: SELALU CABUT KUNCI CEKAM SETELAH PAKAI ............................................. 22
GAMBAR I-32: PEMASANGAN BENDA KERJA PADA CEKAM.................................................. 23
GAMBAR I-33: PERSIAPAN FACING ........................................................................................ 23
GAMBAR I-34: PENGUNCI RUMAH PAHAT .............................................................................. 23
GAMBAR I-35: AREA PENGGORESAN ..................................................................................... 24
GAMBAR I-36: PENYETELAN SKALA NONIUS ......................................................................... 24
GAMBAR I-37: PROSES TURNING ⌀ 36 MM ............................................................................. 25
GAMBAR I-38: PROSES TURNING ⌀ 30 MM ............................................................................. 26
GAMBAR I-39: ERETAN ATAS ................................................................................................. 27
GAMBAR I-40: PROSES PEMBUBUTAN TIRUS ......................................................................... 27
GAMBAR I-41: PROSES CAMFERING ....................................................................................... 28
GAMBAR I-42: PEMASANGAN BOR PADA KEPALA LEPAS....................................................... 28
GAMBAR I-43: BOR SENTER DAN APLIKASI PADA PRAKTIKUM.............................................. 28
GAMBAR I-44: PENGEBORAN ................................................................................................. 29
GAMBAR II-1: MESIN FRAIS TANGAN .................................................................................... 32
GAMBAR II-2: MESIN FREIS HORIZONTAL ............................................................................. 32
GAMBAR II-3: MESIN FRAIS VERTIKAL ................................................................................. 32
GAMBAR II-4: MESIN FEIS UNIVERSAL ................................................................................. 33
GAMBAR II-5: BAGIAN-BAGIAN MESIN FREIS ....................................................................... 34
GAMBAR II-6: BERBAGAI MACAM ARBOR ............................................................................. 36

ix
GAMBAR II-7: KOLET ............................................................................................................. 36
GAMBAR II-8: RAGUM BIASA ................................................................................................. 36
GAMBAR II-9: RAGUM PUTAR ................................................................................................ 37
GAMBAR II-10: RAGUM UNIVERSAL ...................................................................................... 37
GAMBAR II-11: KEPALA PEMBAGI ......................................................................................... 37
GAMBAR II-12: MEJA PUTAR ................................................................................................. 38
GAMBAR II-13: MACAM-MACAM PISAU FREIS ....................................................................... 38
GAMBAR II-14: LIGHT DUTY PLAIN MILLING CUTTER ......................................................... 39
GAMBAR II-15: MACAM-MACAM END MILL .......................................................................... 39
GAMBAR II-16: FACE MILL CUTTER ....................................................................................... 40
GAMBAR II-17: GEOMETRI END MILL .................................................................................... 41
GAMBAR II-18: MACAM-MACAM SUDUT HELIX .................................................................... 41
GAMBAR II-19: JUMLAH FLUTE END MILL ............................................................................ 41
GAMBAR II-20: GEOMETRI FACE MILL.................................................................................. 42
GAMBAR II-21: SUDUT RAKE FACE MILL ............................................................................... 43
GAMBAR II-22: GAMBAR KERJA PRAKTIKUM MESIN FREIS DALAM SATUAN MM ................. 46
GAMBAR II-23: MEJA MESIN FREIS ........................................................................................ 47
GAMBAR II-24: ERETAN SUMBU X MESIN MILLING ............................................................... 47
GAMBAR II-25: ERETAN SUMBU Y......................................................................................... 48
GAMBAR II-26: ERETAN SUMBU Z ......................................................................................... 48
GAMBAR II-27: PENGGESERAN TITIK NOL MESIN (M) KE TITIK NOL BENDA KERJA (W) ....... 49
GAMBAR II-28: OFFSET PADA PISAU ...................................................................................... 49
GAMBAR II-29: PEMASANGAN BENDA KERJA PADA RAGUM ................................................. 51
GAMBAR II-30: PELETAKAN BENDA KERJA PADA RAGUM ..................................................... 51
GAMBAR II-31: PENYETELAN SKALA NONIUS ........................................................................ 51
GAMBAR II-32: PROSES FACE MILL ....................................................................................... 52
GAMBAR II-33: PROSES SLOT MILLING ................................................................................. 52
GAMBAR III-1: BAGIAN-BAGIAN ULIR ................................................................................... 55
GAMBAR III-2: A. ULIR KIRI B. ULIR KANAN ........................................................................ 56
GAMBAR III-3: A. ULIR LUAR B. ULIR DALAM ...................................................................... 56
GAMBAR III-4: ULIR METRIS DAN BRITISH ........................................................................... 57
GAMBAR III-5: ULIR SEKRUP BRITISH ASSOCIATION ............................................................ 57
GAMBAR III-6: ULIR SEGIEMPAT ........................................................................................... 58
GAMBAR III-7: ULIR TRAPESIUM ........................................................................................... 58
GAMBAR III-8: ULIR TRAPESIUM SIKU-SIKU .......................................................................... 58
GAMBAR III-9: ULIR RADIUS ................................................................................................. 59
GAMBAR III-10: BERBAGAI MACAM VARIASI JUMLAH GANG ULIR ........................................ 59
GAMBAR III-11: TAP SET DAN PROSES TAP ........................................................................... 60
GAMBAR III-12: PROSES TAP ................................................................................................. 60

x
DAFTAR TABEL

TABEL I-1: TABEL KETERANGAN MESIN BUBUT ANN YANG SSM 2060 ................................ 2
TABEL I-2: KECEPATAN POTONG ........................................................................................... 15
TABEL I-3: ALAT DAN BAHAN ............................................................................................... 17
TABEL II-1: KECEPATAN POTONG .......................................................................................... 45
TABEL II-2: ALAT DAN BAHAN .............................................................................................. 46

xi
xii
BAB I
MODUL PEMESINAN BUBUT
1.1 Tujuan Praktikum
Dengan melaksanakan praktikum pembubutan ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menghitung waktu pemotongan serta daya yang diperlukan
untuk melakukan operasi pembubutan.
2. Mahasiswa dapat mengerti tahapan-tahapan cara membuat benda bubut.
3. Melatih mahasiswa agar terampil dan teliti mengerjakan benda kerja
menggunakan alat-alat pekakas.
4. Mahasiswa mampu menggunakan alat-alat ukur dengan baik.
5. Mahasiswa Mampu mempelajari cara menggunakan mesin bubut dengan baik.

1.2 Dasar Teori


Mesin bubut adalah mesin perkakas yang proses pemotongan dilakukan dengan
pemutaran benda kerja (turning cutting metal process). Benda kerja yang diproses adalah
benda kerja yang berbentuk silinder baik solid shaft ataupun hollow shaft. Benda kerja
dicekam oleh chuck, dalam proses pemotongan tersebut benda kerja berputar sesuai putaran
motor yang kita atur, pengaturan putaran motor disesuaikan oleh diameter dari benda kerja.
Proses pemotongan menggunakan tool cutting yang dipasang pada penjepitnya dan ujung
tool tersebut sejajar dengan center yang dipasang pada tail stock.

1.2.1 Fungsi dan Nama Bagian Mesin Bubut


Mesin ini mempunyai gerak utama berputar dan berfungsi sebagai pengubah bentuk dan
ukuran benda dengan jalan menyayat benda tersebut dengan suatu pahat penyayat, posisi
benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam bergerak kekanan / kekiri
searah dengan sumbu mesin bubut menyayat benda pekerjaan.
Ukuran mesin bubut ini diukur dari jarak senter dari kepala tetap sampai senter kepala
lepas, ini merupakan jarak terpanjang dari benda kerja yang bisa dibubut. Dan tergantung
pula tinggi/jarak dari ujung senter ke permukaan alas mesin (bed) yakni sebagai ½ diameter
benda kerja yang bisa dikerjakan.

I.2.1.1 Bagian-Bagian Mesin Bubut


Bagian-bagian utama dari suatu mesin bubut adalah: Alas mesin, kepala tetap, kepala
lepas, eretan dan mekanik percepatan.

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |1


Spindel / Cekam Rumah Pahat
Saklar Utama

Tuas Pengatur Kecepatan Spindel


Tuas Pengubah Arah Kepala Lepas
Pemutar Eretan Atas
Putaran Pemakanan
Pemutar Eretan Melintang
Tuas Pengatur
Tuas Eretan Otomatis
Kecepatan Pemakanan
Tuas Pemutar Spindel
Tuas Pengatur Kecepatan Spindel

Pemutar Eretan Tuas Pengulir


Tombol Darurat Memanjang

Rem Kaki

Gambar I-1: Bagian-Bagian Mesin Bubut EMCO Maximat V13

Gambar I-2: Bagian-Bagian Mesin Bubut Ann Yang SSM 2060

Tabel I-1: Tabel Keterangan Mesin Bubut Ann Yang SSM 2060

No. Part Name


1 Headstock / Kepala Tetap
2 Spindle / Cekam
3 Top Slide / Eretan Atas
4 Saddle / Eretan
5 Tailstock / Kepala Lepas
6 Bedway / Meja Mesin
7 Leadscrew / Poros Pengulir
8 Feed Rod / Batang Pemakanan
9 Apron
10 Foot Brake / Rem Kaki

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |2


11 Stand / Penyangga
12 Gear Box / Perseneling
13 Endcover Gear Train / Penutup Rangkaian Gir

1. Spindel/Cekam
Spidel terpasang pada bantalan, fungsinya untuk memindahkan putaran ke
benda kerja, spidel harus terpasang kuat dan terbuat dari baja yang kuat, pada
umumnya bagian dalam spindle dibuat berlubang.
2. Kepala Lepas
Kepala lepas adalah bagian mesin bubut yang letaknya disebelah kanan mesin
dan dipasang diatas alas mesin. Kepala lepas dipakai sebagai penyangga benda
kerja yang panjang, mengebor dan meluaskan lubang (reamer), kepala lepas
dilengkapi dengan kerucut Morse, gunanya untuk memasang alat-alat yang akan
dipasang pada kepala lepas seperti: bor, reamer, senter dan lain-lain.
Kepala lepas dapat diangkat dari meja mesin (bed) dan dapat dipasang terkunci
dengan baut pengikat.
3. Eretan Eretan Melintang
(Sumbu Z)
Eretan Atas

Eretan Memanjang
(Sumbu X)

Gambar I-3: Eretan pada Mesin Bubut

Eretan terdiri dari: eretan memanjang, eretan melintang, eretan atas, rumah
pahat. Eretan adalah penopang utama dan pembawa pahat bubut, yang dapat
disetel posisinya.
4. Eretan Memanjang
Eretan memanjang digunakan untuk pergerakan pahat pada sumbu X.
5. Eretan Melintang
Eretan memanjang digunakan untuk pergerakan pahat pada sumbu Z. Sumbu Z
adalah pergerakan pahat untuk mengurangi diameter atau bisa juga untuk
melakukan proses facing.
6. Eretan Atas

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |3


Eretan atas disebut juga eretan kombinasi karena eretan ini dapat di setel
kemiringannya yang umumnya digunakan untuk proses pembubutan tirus.
7. Poros Pengulir
Poros pembuat ulir (leadscrew) hanya dipakai untuk membuat ulir, leadscrew
ini digerakkan melalui peti roda gigi (gear box) apabila tuas pengulir aktif maka
poros berulir menggerakkan eretan dengan arah memanjang sesuai kisar yang
disetel pada tuas pengatur pemakanan.
8. Tuas Pengatur Kecepatan
Kecepatan putar mesin mesin bubut itu dapat diubah-ubah. Perubahan ini ada
yang dengan mengubah kedudukan tuas pengatur RPM spindel. Pengaturan
kecepatan putarnya dapat diatur dengan mengubah kedudukan roda gigi melalui
tuas. Pilihan kecepatan putarnya dapat dilihat pada tabel yang terpasang pada
badan mesin.

1.2.2 Alat Perlengkapan Mesin Bubut

I.2.2.1 Pahat Bubut


Pahat bubut digunakan untuk memotong / menyayat benda kerja, pahat dijepit /
dipasang pada rumah pahat (tool post), macam-macam pahat bubut :

Gambar I-4: Macam-macam Pahat Bubut

Keterangan gambar:
(1) Pahat champer kanan.
(2) Pahat rata kanan
(3) Pahat rata kiri
(4) Pahat rata muka kanan (facing)
(5) Pahat sudut
(6,7,12) Pahat ulir

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |4


(8) Pahat alur lebar
(9) Pahat finishing kanan
(10) Pahat finishing kiri
(11) Pahat alur
(13) Pahat potong
(14) Pahat bentuk
(15) Pahat dalam
(16) Pahat sudut dalam
(17,18) Pahat alur dalam
(19) Pahat ulir dalam.

I.2.2.1.1 Jenis-Jenis Pahat Mesin Bubut dan Fungsinya


1. Pahat Bubut Rata
Pahat bubut rata dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pahat bubut rata kanan dan
pahat bubut rata kiri. Pahat rata kanan digunakan untuk membubut diameter
luar benda kerja hingga rata, arah penyayatannya dari kanan ke kiri. Besar sudut
puncaknya yaitu 80°.
Sementara itu, pahat rata kiri digunakan untuk membubut diameter luar benda
kerja hingga rata dengan arah pemakanannya dari kiri ke kanan. Besar sudut
puncaknya 80°. Pahat bubut ini sangat tepat digunakan untuk melakukan facing
permukaan di sebelah kiri.
2. Pahat Bubut Sisi
Pahat bubut sisi hampir sama dengan pahat bubut rata. Perbedaannya terletak
pada besar sudut puncaknya, dimana pahat bubut muka puncaknya hanya
mencapai 55°. Pahat bubut ini digunakan untuk membubut permukaan ujung
benda kerja hingga rata, baik benda kerja yang ditahan oleh senter atau tidak.
Pemakanannya di mulai dari bagian tengah (titik senter) ke arah sisi pekerjaan,
sehingga gerakannya mundur. Dalam membubut menggunkan pahat bubut sisi,
putaran benda kerja harus benar. Karena jika putaran salah dapat
mengakibatkan benda kerja tidak terpotong serta memberi beban pada pahat
yang dapat menyebabkan pahat patah.
3. Pahat Bubut Potong
Pahat bubut potong digunakan untuk memotong benda kerja. Proses
pemotongan menggunakan pahat potong dilakukan dengan cara benda kerja
ditahan (jika benda kerja berukuran panjang) atau tidak ditahan senter (jika
benda kerja pendek). Dalam melakukan pemotongan tidak boleh sampai putus
untuk menghindari loncatnya benda kerja dan patahnya pahat.
4. Pahat Ulir
Pahat ulir merupakan pahat yang digunakan untuk membuat ulir, baik dlaam
skala besar maupun kecil. jenis-jenis ulir yang dapat dibuat antara lain ulir
kanan, ulir kiri, ulir tunggal, dan ulir ganda. Pahat bubut ini memiliki
pengaturan dan dapat dibentuk sesuai hasilnya. Sudut pahatnya juga berbeda
sesuai dengan ulir yang akan dibuat. Contoh ulir metris dengan sudut 60° dan
ulir whitworth dengan sudut 55°
5. Pahat Alur

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |5


Pahat alur merupakan jenis pahat bubut yang digunakan untuk membuat celah
alur pada benda kerja sesuai dengan kebutuhan. Biasanya digunakan sebagai
pembatas ketika akan membuat ulir pada benda kerja.
6. Pahat Bentuk
Pahat bentuk adalah pahat yang mata pemotongannya memiliki berbagai
macam bentuk, sehingga hasil pemotongannya akan berbentuk sesuai dengan
bentuk mata pahatnya. Pada umumnya, pahat ini memiliki sudut-sudut bebas
dan radius, sehingga dapat bergerak ke kiri dan ke kanan atau maju tegak lurus.
7. Pahat Chamfer
Pahat chamfer merupakan pahat yang digunakan untuk proses chamfer atau
menumpulkan setiap bagian ujung benda kerja yang tajam. Tujuan memberi
chamfer adalah agar memudahkan benda kerja dalam perakitannya. Jenis pahat
bubut ini memiliki besaran sudut tertentu, umumnya 0,2 mm x 45°.
8. Pahat Bubut Rata Dalam
Pahat bubut rata dalam digunakan untuk membubut lubang atau bagian dalam
benda kerja. Umumnya digunakan untuk memperbesar diameter lubang yang
telah ada.
9. Pahat Bubut Facing Dalam
Pahat bubut facing dalam merupakan pahat bubut yang digunakan untuk
meratakan bagian muka atau facing yang ada di dalam lubang pada benda kerja.
10. Pahat Alur Dalam
Pahat bubut alur dalam digunakan khusus untuk membuat alur pada lubang
suatu benda kerja.
11. Pahat Ulir Dalam
Pahat bubut ulir dalam digunakan khusus untuk membuat ulir dalam pada
lubang suatu benda kerja.

I.2.2.1.2 Geometri Pahat Bubut.


Pahat yang digunakan dalam praktikum proses manufaktur I modul pemesinan
bubut hanya 1 jenis yaitu pahat rata kanan, jenis pahat ini dipilih karena bisa
multifungsi selain dapat digunakan untuk pembubutan rata kanan, pahat ini juga bisa
dipakai untuk facing.

Gambar I-5: Geometri Pahat Bubut

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |6


Nama-nama geometris yang terdapat pada pahat bubut meliputi: sudut potong
samping (side cutting edge angle), sudut potong depan (front cutting-edge angle), sudut
tatal (rake angle), sudut bebas sisi (side clearance angle), dan sudut bebes depan (front
clearance angle).
Besarnya sudut potong dan sudut-sudut kebebasan pahat tergantung dari jenis
bahan/material yang akan diproses pembubutan, karena akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pemebubutan dan performa pahat. Berikut diuraikan besaran sudut
potong dan sudut-sudut kebebasan pahat bubut jenis HSS.
Untuk proses pembubutan rata pada benda kerja dari bahan/ material baja yang
lunak (mild steel), pahat bubut rata memilki sudut potong dan sudutsudut kebebasan
sebagai berikut: sudut potong total 80º, sudut potong sisi samping (side cutting adge
angle) 12º ÷ 15º, sudut bebas tatal (side rake angle) 12º ÷ 20º, sudut bebas muka (front
clearance angle) 8º ÷10ºdan sudut bebas samping (side clearance angle) 10º ÷ 13º.

Gambar I-6: eometris pahat bubut rata kanan

I.2.2.1.3 Material Pahat Bubut.


Adapun bahan yang sering digunakan dalam pembuatan pahat pada mesin bubut adalah:
• High Carbon Steel (HCS), kandungan karbon 0,8 – 1,2 %. Dipakai pada bahan
lunak seperti kayu, plastik, dll.
• High Speed Steel, kandungan karbonnya 0,6 – 0,8%. Sering dipakai untuk
memotong material yang kekerasannya sedang seperti baja karbon rendah atau
sedang. Selain harganya yang lebih ekonomis pahat dengan material ini
memiliki kekerasannya baik adapun macam dari HSS itu sendiri: 18-4-1 HSS,
Molibdin HSS, Super HSS
• Paduan cor bukan besi, mengandung Krom, Kuboalt dan wolfarm, dengan
presentase lebih.
• Karbida, dibuat dengan teknik metalurgi serbuk, dimana serbuk wolfarm
karbida ditempa.
• Diamond (Intan)
• Ceramic tools (Alumunium Oksida)

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |7


I.2.2.2 Alat Pencekam Benda Kerja
Cekam atau chuck merupakan perlengkapan mesin bubut yang digunakan untuk
memegang benda kerja. Pada pemakaiannya cekam dipasang pada spindel mesin yang
terdapat pada kepala tetap. Dilihat dari konstruksinya cekam mesin bubut berbentuk silinder
yang memiliki rahang-rahang yang dapat digerakkan secara radial menjauhi ataupun
mendekati titik pusat pusat cekam dengan menggunakan kunci cekam.
Di dalam operasinya benda kerja dipasang di bagian tengah cekam, kemudian kunci
cekam dimasukkan ke dalam salah satu lubang penggerak rahang yang terdapat di bagian
keliling badan cekam. Selanjutnya kunci cekam diputar searah jarum jam sehingga rahang-
rahang cekam bergerak secara bersamaan menuju titik pusat cekam. Hal ini akan membuat
benda kerja dijepit dengan kuat oleh rahang-rahang cekam tersebut. Sementara itu untuk
melepaskan benda kerja dari cekam dapat dilakukan dengan cara memutarkan kunci cekam
berlawanan arah jarum jam sehingga rahang-rahang cekam akan bergerak menjauhi titik
pusat cekam dan benda kerja pun akan terlepas dari jepitan rahang-rahang tersebut.

I.2.2.2.1 Cekam Tiga Rahang

Gambar I-7; Cekam Tiga Rahang dan Kunci Cekam

Chuck yang memiliki tiga rahang ini sering kali ditemukan pada mesin bubut yang
standar, baik itu ber cekam sepusat atau tidak. Jenis cekam tersebut lebih cocok jika
digunakan untuk menjepit benda-benda yang berbentuk silindris. Selain itu, juga
dimanfaatkan pada benda dengan sisi habis dibagi tiga, seperti segi enam atau segi sembilan.

I.2.2.2.2 Cekam Empat Rahang

Gambar I-8: Cekam Empat Rahang

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |8


Dengan chuck empat rahang, masing-masing rahang dapat disesuaikan secara
independen oleh rotasi dari radial mount ulir di kuncinya. Meskipun pemasangan akurat dari
benda kerja dapat memakan waktu, cekam empat rahang sering diperlukan untuk mencekam
benda yang tidak silendris. Untuk mengubah keakuratan sentris atau dalam kasus di mana
permukaan kerja tidak benar-benar silinder.

I.2.2.2.3 Pembawa / Lathe Dog

Gambar I-9: Pembawa (Lathe Dog)

Pembawa (lathe dog) pada mesin bubut secara garis besar ada dua jenis yaitu, pembawa
berujung lurus dan pembawa berujung bengkok. Fungsi alat ini adalah untuk membawa
benda kerja agar ikut berputar bersama spindel mesin.
Didalam penggunaannya, pembawa berujung lurus digunakan berpasangan dengan plat
pembawa permukaan bertangkai dan pembawa berujung bengkok digunakan berpasangan
dengan plat pembawa beralur atau cekam mesin. Caranya benda kerja dimasukkan kedalam
lubang pembawa, kemudian diikat/dijepit dengan baut yang ada pada pembawa tersebut,
sehingga akan dapat berputar bersama-sama dengan spindel mesin. Pembubutan dengan cara
ini dilakukan apabila dikehendaki membubut menggunakan diantara dua senter.

I.2.2.2.4 Kolet

Gambar I-10: Kolet

Modul Praktikum Proses Manufaktur I |9


Kolet digunakan untuk mencekam benda kerja halus, umumnya diameter kecil dn
membutuhkan presisi yang baik. Prinsip kerja kolet adalah pencekam yang punya lubang
bisa disetel kencang kendurnya. Penggunanya kolet di cekam dulu di chuck bubut, disetel
sentrisnya dikencangkan.

I.2.2.2.5 Senter
a
.

b
.
Gambar I-11: Macam-macam Senter.

Alat ini untuk memegang titik sumbu dari kedua ujung dari benda kerja, dimana kedua
ujung benda kerja dibor runcing sedikit untuk menempatkan ujung senter tersebut, dimana
senter ini memungkinkan pengerjaan membubut tirus maupun lurus.
Senter bubut merupakan perlengkapan mesin bubut yang berfungsi sebagai penahan
benda kerja yang dibubut, bentuk badanya tirus (tirus morse) sedangkan bagian kepalanya
runcing dan menyudut 60º. Bagian yang runcing ini dikeraskan atau terbuat dari bahan yang
keras karena bergesek dengan benda kerja yang berputar.
Macam senter bubut:
• Tak dapat berputar (senter mati/tetap), pemasangannya pada kepala tetap dan
juga pada kepala lepas. Senter ini digunakan pada benda kerja besar dengan
pemotongan berat. Jenis ini dapat dilihat pada gambar I-9 a.
• Dapat berputar. pemasangannya pada kepala lepas, senter ini di gunakan untuk
perputaran tinggi dan pemakanan tebal. Jenis ini dapat dilihat pada gambar I-9b.

1.2.3 Macam-Macam Teknik Pembubutan (Turning)


Pembubutan didefinisikan sebagai proses permesinan dengan gerakan pemotongan
kontinu yang melingkar. Pembubutan dilakukan dengan mesin bubut (lathe). Material yang
biasa dibubut antara lain: logam, kayu, dan plastik. Proses pembubutan juga dikenal dengan
sebutan turning.
Pada proses pembubutan ada beberapa macam teknik yang dapat diterapkan. Masing-
masing teknik tersebut memiliki tujuan atau maksud tersendiri. Selain itu, perbedaan teknik
pembubutan juga memengaruhi geometri hasil pengerjaan. Berikut macam-macam teknologi
pembubutan:

1. Pembubutan Silindris
Pembubutan silindris merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat bubut sejajar
dengan sumbu putar benda kerja. Metode pembubutan ini digunakan untuk membuat bentuk
dengan diameter seragam (seperti poros lurus).

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 10
Gambar I-12: Pembubutan Silindris

2. Pembubutan Muka (Facing)


Pembubutan muka merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat bubut tegak lurus
dengan sumbu putar benda kerja (radial). Metode pembubutan muka digunakan untuk
menyayat permukaan ujung benda kerja serta mengurangi panjang benda kerja. Ketika
melakukan pembubutan kasar (roughing) gerakan pahat dari luar ke dalam lebih disukai.
Sebaliknya ketika melakukan finishing, gerakan pahat dari dalam ke luar lebih cocok
diterapkan.

Gambar I-13; Facing

3. Cutting Off
Cutting off merupakan pemotongan benda kerja dengan pahat bubut. Pada proses cutting off,
pahat bubut yang digunakan memiliki ujung potong yang miring. Oleh karena itu, pahat
bubut ini memiliki sudut kurang dari 90°. Dengan bentuk ujung potong yang miring, akan
diperoleh permukaan pemotongan tanpa sisa (permukaan yang rata) pada ujung benda kerja.

Gambar I-14: Cutting Off

4. Recessing
Recessing merupakan penyayatan pada benda kerja yang bertujuan untuk membentuk sebuah
alur. Ujung potong pahat yang digunakan biasanya sejajar dengan sumbu benda kerja (sudut
pahat 90°). Recessing mirip dengan cutting off. Perbedaan keduanya hanya terletak pada
bentuk atau sudut pahat saja. Recessing biasanya digunakan untuk membuat alur pemisah
antara bentuk pembubutan silindris dan ulir.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 11
Gambar I-15: Recessing

5. Parting
Parting merupakan pembubutan di mana pahat bubut bergerak sejajar maupun tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja. Sesuai dengan namanya, parting digunakan untuk
memotong/memisahkan benda kerja. Beberapa juga mengenal parting sama dengan cutting
off.

6. Biting
Biting merupakan pembubutan ujung atau muka, di mana arah pemakanan ujung pahat
sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode biting biasanya digunakan untuk membuat alur
atau lubang besar pada permukaan ujung benda kerja.

Gambar I-16: Bitting

7. Pembubutan Bentuk (Form Turning)


Pada pembubutan bentuk, ujung potong pahat bubut berukuran besar membentuk kontur
pada benda kerja. Teknologi pembubutan bentuk mirip seperti recessing, perbedaannya
terdapat pada bentuk pahat yang unik pada pembubutan bentuk. Bentuk pahat yang unik ini
dapat disebut dengan istilah pahat bubut bentuk.

Gambar I-17: Pembubutan Bentuk

8. Pembubutan Tirus
Pembubutan tirus merupakan penyayatan silindris yang menghasilkan perbedaan diameter
secara konstan. Metode pembubutan tirus digunakan untuk membuat poros tirus/konis.
Teknik pembubutan tirus bisa dilakukan dengan memiringkan eretan atas, menggeser
tailstock, menggunakan taper attachment, dan menggunakan alat potong berbentuk miring.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 12
Gambar I-18: Pembubutan Tirus

9. Pembubutan Copy
Pembubutan copy merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk benda kerja sesuai
dengan geometri benda replika yang telah ada. Replika tersebut ditransmisikan dengan
eretan melintang dan eretan memanjang.

10. Pembubutan Ulir


Pembubutan ulir merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk ulir. Pembubutan ulir
terdiri dari pembubutan ulir luar dan ulir dalam. Pembubutan ulir tergolong dalam
pembubutan silindris di mana pemakanannya sama dengan pola kisar ulir dari ulir yang akan
dibuat.

Gambar I-19: Pembubutan Ulir

11. Chamfering
Chamfering merupakan pembubutan pada sudut benda kerja menggunakan ujung pahat.
Hasil dari chamfering dikenal dengan istilah chamfer.

Gambar I-20: Chamfering

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 13
12. Boring
Boring merupakan pembubutan dengan gerakan pemakanan sejajar dengan sumbu benda
kerja. Menurut arah pemakanannya boring mirip dengan pembubutan silindris. Namun,
perbedaaanya adalah boring dilakukan pada bagian dalam benda kerja. Boring bertujuan
untuk memperbesar diameter lubang pada benda kerja.

Gambar I-21: Boring

13. Pengeboran (Drilling)


Pengeboran dapat juga dilakukan pada mesin bubut. Kebalikan dengan pengeboran pada
mesin bor, pengeboran dengan mesin bubut menggunakan mata bor yang tidak berputar
(yang berputar benda kerjanya).

Gambar I-22: Drilling

14. Reaming
Reaming mirip dengan drilling. Reaming bertujuan untuk memperbesar diameter lubang
hasil pengeboran (drilling). Selain itu, reaming juga digunakan untuk memperhalus
permukaan lubang. Proses reaming merupakan proses lanjutan dari drilling (meskipun tidak
wajib dilakukan proses reaming).
15. Knurling
Knurling sebenarnya bukan termasuk proses penyayatan. Knurling merupakan proses
pembentukan logam yang digunakan untuk membuat pola arsiran yang bersilangan pada
permukaan benda kerja. Biasanya pola hasil knurling digunakan pada pegangan supaya tidak
licin.

Gambar I-23: Knurling

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 14
1.2.4 Perhitungan Operasi pada Mesin Bubut
1. Kecepatan Potong (Cutting Speed – Cs)
a. Kecepatan pemotongan untuk proses pembubutan rata

Cs = π.d.n meter/menit

Keterangan:
d = diameter rata- rata benda kerja {(d0+dm)/2} (mm)
n = putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - rpm)
π = nilai konstanta (3,14)
b. Kecepatan Pemotongan untuk Proses Penguliran

Dimana:
P = Jarak kisar ulir (mm)
d = Diameter rata- rata benda kerja {(d0+dm)/2} (mm)
2. Kecepatan Putaran Mesin Bubut (Putaran Spindel - n)

Keterangan :
d = diameter rata- rata bendakerja{(d0+dm)/2} (mm)
Cs = kecepatan potong (meter/menit)
π = nilai konstanta (3,14)
Nilai kecepatan potong (Cs) tergantung dari jenis material pahat yang digunakan
dan jenis material yang akan dipotong, untuk acuan nilai Cs/ dilihat pada tabel I-2.

Tabel I-2: Kecepatan Potong

3. KecepatanPemakanan (feeding speed - Vf )

Vf = f x n (mm/menit)

Keterangan:

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 15
f = Besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n = Putaran mesin (RPM)

4. Waktu Pemesinan Bubut (tc)


a. Waktu Pemesinan Bubut Rata

(menit)

tc = Waktu pemesinan bubut rata (menit)


Lt = Panjang pembubutan rata {ℓa+ ℓ} (mm)
Vf = Kecepatan pemakanan (mm/menit)
ℓ = Panjang pembubutan rata (mm)
ℓa = jarak star pahat (mm)

b. Waktu Pemesinan Bubut Muka (Facing)

(menit)
Dimana
Lt = r + ℓa
= d/2 + ℓa (mm)

Keterangan:
D = Diameter benda kerja
f = Gerak makan dalam satu putaran (mm/putaran)
n = Putaran spindle/bendakerja (RPM)
ℓ = Panjang pembubutan rata (mm)
ℓa = Jarak star pahat (mm)

c. Waktu Pemesinan Bubut Tirus

Dimana

Keterangan:
lm2 = Panjang bidang miring benda kerja(mm)
lm1 = Panjang bidang lurus bendakerja(mm)
Dm2 = Diameter terkecil benda kerja(mm)
Dm1 = Diameter terbesar benda kerja(mm)

d. Waktu Pengeboran pada Mesin Bubut

Dimana
Lt = ℓ + 0.3 d (mm)

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 16
Keterangan :
ℓ = Panjang pengeboran
L = Panjang total pengeboran
d = Diameter matabor
n = Putaran mata bor (RPM)
f = Gerak makan (mm/putaran)

5. Kecepatan penghasil geram / chips

Z = A.Cs (cm3/menit)

Dimana:

A = a.f (mm2)

Keterangan;
a = kedalaman potong (mm)
f = Gerak makan /dalam satu putaran (mm/putaran)

1.3 Alat dan Bahan yang Digunakan


Tabel I-3: Alat dan Bahan

No. Nama Fungsi


1 Emco Maximat V13 Mesin bubut
2 Ann Yang SSM 2060 Mesin bubut
3 Baja ST42 Ukuran ⌀ 38 x 120mm Benda kerja
4 Pahat bubut rata kanan HSS ½” x 6” Alat potong
5 Bor senter Pengarah bor
6 Mata Bor ⌀ 10 mm Bor
7 Drill Chuck 0-13mm Pemegang mata bor
8 Kunci Drill Chuck Pengunci dan pembuka mata bor
9 Jangka Sorong Alat ukur
10 Kacamata pangaman Alat pengaman

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 17
1.4 Gambar Kerja Praktikum Pemesinan Bubut

EMCO MAXIMAT V13

Gambar I-24: Gambar Kerja untuk Mesin Bubut Emco Maximat dalam satuan mm

Ann Yang SSM 2060

Gambar I-25: Gambar Kerja untuk Mesin Bubut Ann Yang SSM 2060 dalam satuan mm dan inchi

Pada praktikum mesin bubut mahasiswa akan memakai 2 mesin yang telah disediakan,
yaitu mesin bubut Emco Maximat V13 dan Ann yang SSM 2060. Tiap mesin memakai
gambar kerja yang berbeda, perbedaannya ada di satuan panjang yang digunakan pada
mesin Ann Yang SSM 2060 adalah satuan inchi, maka ukuran yang sebelumnya memakai
satuan metris dikonversikan menjadi satuan imperial untuk menyesuaikan satuan yang
digunakan pada eretan memanjang mesin Ann Yang SSM 2060. Untuk gambar kerja mesin
Emco Maximat dapat dilihat pada gambar I-24 dan untuk mesin Ann Yang SSM 2060 dapat
dilihat pada gambar I-25.

1.5 Teknik Pembubutan Presisi


Dalam praktikum mesin bubut ini mahasiswa juga diharapkan mampu membuat benda
kerja sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan pada gambar kerja. Operasional utama
pada mesin perkakas adalah pada eretan dimana pahat digerakkan untuk memotong sesuai
perintah kerja. Untuk menggerakkan pahat ini harus sesuai dengan aturan supaya dapat
menghasilkan panjang langkah pahat yang sesuai dengan yang diinginkan.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 18
Gambar I-26: Eretan Mesin Bubut emco Maximat V13

Sebagai contoh misalnya kita akan membubut sebuah benda dengan diameter 25 mm
dan akan kita kecilkan menjadi diameter 20 mm, ini artinya adalah pahat harus di geser
sekian milimeter supaya benda kerja berkurang diameternya sebanyak 5 mm. Oleh karena itu
praktikan harus mengetahui cara menggeser pahat agar sesuai dengan yang diinginkan.

1.5.1 Eretan Atas

Gambar I-27: Eretan Atas Emco Maximat

Pada eretan atas tertera 0,025 mm seperti yang nampak pada gambar di atas. Ini
maksudnya adalah setiap putaran handel eretan dengan jarak dari satu garis ke garis
berikutnya, maka pahat akan bergeser sejauh 0,025 mm. Jika kita putar sejauh dua garis
maka pahat akan bergeser sejauh 0,5 mm, begitu seterusnya dengan kelipatan 0.025 mm
setiap satu garis skala.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 19
1.5.2 Eretan Memanjang

|| = 0.2 mm

Gambar I-28: Eretan Atas Emco Maximat

|| = 0.01 inchi

Gambar I-29: Eretan Memanjang Ann Yang SSM 2040

Pada eretan memanjang yang ditunjukkan pada gambar I-28 adalah 0.2 mm, berarti
setiap satu garis skala, pahat akan bergeser sejauh 0.2 mm. Sedangkan mesin bubut Ann
Yang SSM 2060 khusus untuk eretan memanjangnya memakai satuan inchi, seperti
yang ditunjukkan pada gambar I-29 pergerakan tiap strip adalah 0,01 inchi.

1.5.3 Eretan Melintang

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 20
|| = 0.05
mm

Gambar I-30: Eretan Melintang a. Emco Maximat b Ann Yang SSM 2060
Seperti yang terlihat pada gambar I-30 tertera 0.05 mm, maksudnya sama yaitu pahat
akan bergeser 0.05 mm setiap satu garis skala. Perbedaanya adalah saat proses
pembubutan pahat maju separuh dari angka yang tertera yaitu 0.025 mm, karena
pahat akan menyayat ke seluruh keliling benda kerja tersebut sehingga saat diukur
maka diameter benda kerja berkurang 0.05 mm. Hal ini dirancang untuk memudahkan
operator mesin bubut agar mudah menghitung diameter sebagai referensi tanpa perlu
menghitung jari-jari benda kerja. Biasanya pada eretan lintang terdapat angka dengan
kelipatan 1 setiap 10 garis skala, ini artinya benda kerja akan berkurang 1 mm setiap 10 garis
skala.

1.6 Tugas Sebelum Praktikum Pemesinan Bubut


Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, jawaban dikumpulkan secara online pada
tautan yang di bagikan oleh instruktur saat briefing. Pengumpulan paling lambat 1 hari
sebelum pelaksanaan praktikum.
1. Sebutkan dan jelaskan cara pembacaan beberapa alat ukur yang anda ketahui!
2. Sebutkan ada berapa sumbu pada proses pemesinan bubut dan jelaskan
mekanismenya!
3. Hitunglah kecepatan spindle pada tiap-tiap proses pembubutan pada gambar
kerja yang ditunjukkan gambar I-24 dan I-25! (Gunakan nilai Cs paling rendah
sesuai bahan yang digunakan dalam praktikum)
4. Pada pembuatan benda kerja gambar kerja yang ditunjukkan gambar I-24 dan I-
25, alat potong apa sajakah yang digunakan?
5. Jelaskan hubungan antara ketelitian mesin perkakas, dimensi benda kerja pada
gambar kerja dengan kecermatan alat ukur!

1.7 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Mesin Bubut

1.7.1 Keselamatan Kerja

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 21
1. Setiap akan menjalankan praktikum gunakanlah alat pengaman yang diharuskan
seperti sarung tangan, pakaian kerja, kacamata pengaman, sepatu.
2. Bacalah petunjuk yang disampaikan sebelum melakukan praktikum.
3. Persiapkan alat‐alat dan material yang diperlukan untuk praktikum.
4. Dilarang mengoperasikan mesin perkakas sebelum diperintahkan oleh para instruk-
tur
5. Periksalah semua pelunasan baik pelumasan benda kerja maupun pelumas mesin
perkakas sendiri sebelum melaksanakan praktikum.
6. Jangan mengoperasikan kecepatan mesin dengan kecepatan otomatis sebelum para
instruktur mengijinkan.
7. Pada waktu menjalankan mesin perkakas jangan sekali kali bersenda gurau.
8. Periksalah penjepit benda kerja dengan seksama sebelum melakukan pemotongan.
9. Setelah memakai kunci cekam, kunci harus selalu ditaruh di meja. Dilarang
menaruh kunci cekam pada cekam selain hanya operasional mengunci atau
membuka cekam
10. Kenali dan pahami terlebih dahulu fungsi tuas-tuas yang ada di mesin sebelum
mengoperasikannya dengan menggerakannya saat posisi mesin mati.
11. Amati sekitar area kerja jika ada potensi bahaya segera lakukan pengamanan.
Contohnya jika ada pelumas tercecer di lantai sekitar mesin segera bersihkan
karena bahaya terpeleset.
12. Operator mesin boleh bergantian namun pada satu waktu hanya satu operator saja
yang mengoperasikan mesin, jadi selain operator dilarang memegang tuas-tuas
pada mesin.
13. Dilarang melepas benda kerja jika pekerjaan belum selesai.
14. Dilarang mematikan spindel saat alat potong masih menempel di benda kerja,
bebaskan dulu alat potongnya baru spindle boleh di matikan.
15. Pastikan area pada yang bagian mesin yang berputar tidak terhalang.

Gambar I-31: Selalu cabut kunci cekam setelah pakai

1.7.2 Proses Pemesinan Bubut


1. Penjepitan Benda Kerja
Pasang benda kerja pada cekam sesuai dengan petunjuk pada gambar I-32. Ada 2
model pemasangan benda kerja, jika praktikan mendapatkan bendak kerja dengan
material baru pemasangan mengacu pada gambar I-32 a dan jika praktikan
mendapatkan benda kerja bekas praktikum sebelumnya maka mengacu pada
gambar I-32b. Pastikan benda kerja terkunci sempurna dan laporkan ke instruktur
jika sudah terkunci agar dapat di periksa instruktur, pencekaman yang tidak
sempurna dapat mengakibatkan benda kerja terlempar atau juga tidak simetris.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 22
a. b.

Gambar I-32: Pemasangan Benda Kerja pada Cekam

2. Persiapan facing
Posisikan pahat miring terhadap benda kerja seperti yang terlihat pada gambar I-33.
Pahat dapat dimiringkan dengan mengendurkan pengunci rumah pahat, yang
letaknya dapat dilihat pada gambar I-34.
Pastikan rumah pahat tidak menabrak benda kerja saat digerakkan mendekati
operator dan rumah pahat terkunci saat selesai memiringkan.

Gambar I-33: Persiapan facing

Gambar I-34: Pengunci rumah pahat


3. Penyetelan referensi ukuran untuk facing.
Penyetelan refernsi perlu dilakukan agar operator tahu berapa jumlah pemakan
pahat. Cara ini dilakukan sebagai berikut:

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 23
a. Setel kecepatan spindel sesuai dengan diameter kerja. Cara menghitung
kecepatan dapat dilihat pada Bab 1.2.4, gunakan diameter terbesar sebagai
parameter perhitungan.
b. Hidupkan spindle dengan putaran benda kerja menuju kearah sisi pemotong,
jika posisi pahat sudah sesuai gambar I-33 maka putarannya searah jarum jam/
clock wise (CW).
c. Gerakakkan ujung pahat secara hati-hati hingga menggores area yang di
tunjukkan gambar I-35. Pastikan penggoresan dilakukan secara hati-hati karena
jika dilakukan terlalu cepat pahat bisa patah.

Gambar I-35: Area penggoresan

d. Setelah tergores atur skala dengan cara memutar skala nonius eretan memanjang
hingga posisi 0 bertemu 0. Pemutaran skala dilakukan dengan cara menahan
handel penggerak eretan agar eretan tidak bergerak, lalu skala diputar ke posisi
yang dikehendaki seperti yang terlihat pada gambar

TAHAN

PUTAR

Gambar I-36: Penyetelan skala nonius

e. Bebaskan pahat untuk proses selanjutnya


4. Proses Facing
Langkah-langkah bubut muka atau facing adalah sebagai berikut:
a. Posisikan pahat seperti yang di tunjukkan gambar I-33.
b. Setel besar pemakanan ke 1 mm dengan menggerakkan eretan memanjang
masuk 1 mm ke benda kerja.
c. Gerakkan pahat untuk proses pemakanan menuju ke arah titik tengah benda
kerja dengan perlahan. Titik mulai dan akhir penyayatan dapat dilihat pada
gambar I-37.
MULAI

SELESAI

d. Pastikan muka benda kerja tersayat sempurna, jika belum maka ulangi
prosesnya mulai dari poin 4a.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 24
5. Bubut ⌀ 36 mm.
Setelah muka benda kerja tersayat sempurna maka Langkah selanjutnya adalah
membubut dengan tujuan ⌀ 36 mm sepanjang ukuran yang sudah ditentukan.
Prosesnya adalah sebagai berikut:

AREA
PENGGORESAN
SUMBU Z

AREA PENGGORESAN
SUMBU X
PUNGGUNG
PAHAT
ARAH
PEMAKANAN
Gambar I-37: Proses turning ⌀ 36 mm

a. Posisikan pahat seperti yang di tunjukkan gambar I-37. Pahat dapat dimiringkan
dengan mengendurkan pengunci rumah pahat, yang letaknya dapat dilihat pada
gambar I-34. Pastikan punggung pahat dalam keadaan bebas saat pahat
digerakkan sesuai arah pemakanan.
b. Hidupkan spindle dengan putaran benda kerja menuju kearah sisi pemotong,
jika posisi pahat sudah sesuai gambar I-37 maka putarannya adalah berlawanan
arah jarum jam / counter clock wise (CCW).
c. Karena pahat berubah posisi maka harus dilakukan referensi lagi agar operator
tahu posisi pahat, penggoresan dilakukan dua kali untuk mendapatkan referensi
sumbu X dan sumbu Z. Prosedur penggoresan sama dengan poin nomor 3,
perbedaannya adalah referensi juga dilakuan untuk eretan melintang untuk
mendapatkan referensi sumbu Z. Posisi eretan melintang dapat dilihat pada
gambar I-30, sedangkan posisi penggoresan untuk sumbu X dan sumbu Z dapat
dilihat pada gambar I-37.
d. Setelah selesai proses penyetelan referensi, posisikan pahat sesuai gambar I-37.
Setel besar pemakanan sumbu Z ke 1 mm dengan menggerakkan eretan
melintang masuk 1 mm ke benda kerja.
e. Gerakkan pahat secara perlahan dengan memutar eretan memanjang ke arah
cekam untuk proses pemakanan hingga petunjuk pada eretan memanjang
menunjukkan ukuran yang dikehendaki gambar kerja. Setelah sampai pada
panjang yang diinginkan bebaskan pahat dengan menarik pahat ke arah operator
yaitu memutar eretan melintang CCW, kemudian matikan spindel (Jangan
mematikan spindel saat pahat masih menempel pada benda kerja).
f. Pastikan permukaan benda kerja tersayat sempurna, jika belum maka ulangi
prosesnya mulai dari poin 5d.
g. Jika sudah terbubut sempurna maka bebaskan pahat dan matikan spindel dan
ukur diameter benda kerja menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan
setempat tanpa melepas benda kerja dari cekam dan tanpa memindahkan jangka
sorong dari benda kerja.
h. Jika diameter yang terukur belum mencapai diameter yang dikehendaki gambar
kerja maka ulangi proses pembubutan hingga mencapai diameter yang
diinginkan dengan memperhatikan teknik pembubutan presisi sesuai bab 1.5.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 25
6. Bubut ⌀ 30 mm.
Langkah selanjutnya adalah membubut dengan tujuan ⌀ 30 mm sepanjang ukuran
yang sudah ditentukan. Prosesnya adalah sebagai berikut:
a. Posisikan pahat seperti yang di tunjukkan gambar I-38, karena tidak ada
perubahan posisi pahat maka tidak perlu melakukan referensi ulang. Pada
langkah ini biasanya posisi pembubutan saat ⌀ 36 mm skala pada eretan
melintang menunjukkan angka x,xx, maka untuk memudahkan perhitungan
untuk proses pembubutan selanjutnya skala pada eretan melintang bisa setel
ulang ke skala 0 bertemu 0 pada saat posisi pahat di posisi di ⌀ 36 mm.

Gambar I-38: Proses turning ⌀ 30 mm

b. Setelah selesai proses penyetelan skala, posisikan pahat sesuai gambar I-38.
Setel besar pemakanan sumbu Z ke 2 mm dengan menggerakkan eretan
melintang masuk 2 mm ke benda kerja, terhitung dari posisi terakhir
pembubutan.
c. Nyalakan spindel CCW.
d. Gerakkan pahat secara perlahan dengan memutar eretan memanjang ke arah
cekam untuk proses pemakanan hingga petunjuk pada eretan memanjang
menunjukkan ukuran yang dikehendaki gambar kerja. Setelah sampai pada
panjang yang diinginkan bebaskan pahat dengan menarik pahat ke arah operator
yaitu memutar eretan melintang CCW, kemudian matikan spindel (Jangan
mematikan spindel saat pahat masih menempel pada benda kerja).
e. Ulangi poin d hingga 2 kali hingga tercapai ⌀ 30 mm.
f. Jika sudah terbubut sempurna maka bebaskan pahat dan matikan spindel dan
ukur diameter benda kerja menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan
setempat tanpa melepas benda kerja dari cekam dan tanpa memindahkan jangka
sorong dari benda kerja.
g. Jika diameter yang terukur belum mencapai diameter yang dikehendaki gambar
kerja maka ulangi proses pembubutan hingga mencapai diameter yang
diinginkan dengan memperhatikan teknik pembubutan presisi sesuai bab 1.5.
7. Bubut Tirus.
Selanjutnya adalah proses membubut tirus dengan ketirusan 23º. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Kendurkan baut pengunci eretan atas yang ditunjukkan pada gambar I-39,
terdapat empat baut pengunci.
b. Setelah kendur miringkan eretan atas sebesar 23º sesuai gambar kerja,
perhatikan posisi tirus pada gambar kerja jangan sampai posisi kerimingan
eretan terbalik.
c. Kunci kembali kedudukan eretan atas dengan mengunci ke empat baut secara
menyilang.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 26
d. Posisikan pahat seperti yang di tunjukkan gambar I-40, pastikan punggung
pahat bebas saat pahat digerakkan dalam proses pembubutan tirus. Pada proses
ini tidak diperlukan referensi ulang meskipun pahat berubah posisi.

BAUT PENGUNCI
ERETAN ATAS

UKURAN DERAJAT
KEMIRINGAN

Gambar I-39: Eretan atas

Gambar I-40: Proses pembubutan tirus

e. Nyakalan spindel CCW. Posisikan pahat sesuai gambar I-40. Setel besar
pemakanan sumbu Z ke 2 mm dengan menggerakkan eretan melintang masuk 2
mm ke benda kerja, terhitung dari posisi ⌀ 36 mm.
f. Gerakkan pahat secara perlahan dengan hanya memutar eretan atas ke arah
cekam (CW) untuk proses pemakanan hingga pahat tidak menyayat.
g. Ulangi poin e hingga 2 kali hingga area yang diarsir pada gambar I-40 terbubut
sempurna atau hingga ujung pahat bertemu area ⌀ 30 mm.
h. Jika sudah terbubut sempurna maka bebaskan pahat dan matikan.
i. Kembalikan posisi eretan atas ke kedudukan 0º.
8. Camfering 2x45º.
Camfering 2x45º artinya adalah membuat pingulan pada ujung benda kerja agar
tidak tajam, arti 2x45º adalah kemiringan pingul 45º dengan lebar 2 mm.
Selanjutnya adalah proses membubut tirus dengan ketirusan 23º. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 27
Gambar I-41: Proses camfering

a. Posisikan pahat sesuai gambar I-41 tanpa merubah kedudukan kemiringan


eretan atas dengan cara mengatur posisi rumah pahat sedemikian rupa sehingga
kemiringannnya 45º.
b. Nyalakan spindel menuju ke arah sisi potong yaitu CW.
c. Sayat benda kerja hingga terbentuk pingulan selebar 2 mm.
d. Matikan spindel.
9. Proses Pengeboran.
Proses pengeboran juga dapat dilakukan pada mesin bubut, untuk tugas praktikum
ini dilakukan pengeboran ⌀ 10mm. Proses pengeboran dilakukan dalam 2 tahap,
tahap pertama adala pengeboran untuk pengarah bor dengan menggunakan bor
center dan yang kedua bor ⌀ 10mm.
Proses pengeboran ini dilakukan dengan bantuan kepala lepas, langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:

Gambar I-42: Pemasangan bor pada kepala lepas

a. Pasang bor senter pada chuck yang ada pada kepala lepas, seperti yang terlihat
pada gambar I-42.
b. Dekatkan ujung mata bor ke muka benda kerja, berikan jarak ± 10 mm dari
muka benda kerja.

Gambar I-43: Bor senter dan aplikasi pada praktikum.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 28
c. Kunci kedudukan kepala lepas dengan memutar tuas pengunci.
d. Setel kecepatan spindel sesuai dengan diameter kerja. Cara menghitung
kecepatan dapat dilihat pada Bab 1.2.4, gunakan diameter mata bor sebagai
parameter perhitungan.
e. Nyalakan spindel menuju ke arah sisi potong mata bor yaitu CCW.
f. Majukan mata bor dengan memutar pelan-pelan handel kepala lepas, putaran
maju adalah CW. Lakukan penyayatan hingga kedalaman ± 5 mm.
g. Matikan spindle
h. Mundurkan kedudukan kepala lepas terhadap benda kerja untuk proses
pergantian mata bor.
i. Ganti mata bor senter ke mata bor ⌀ 10 mm. Pastikan ukuran bor benar dengan
mengukur memakai jangka sorong pada pangkal mata bor.
j. Dekatkan ujung mata bor ke muka benda kerja, berikan jarak ± 10 mm dari
muka benda kerja.
k. Nyalakan spindel menuju ke arah sisi potong mata bor yaitu CCW.
l. Majukan mata bor dengan memutar pelan-pelan handel kepala lepas, putaran
maju adalah CW. Lakukan penyayatan hingga kedalaman ± 10 mm. Gambar
pengeboran dapat dilihat pada gambar I-44.

Gambar I-44: Pengeboran

m. Matikan spindle
n. Mundurkan kedudukan kepala lepas terhadap benda kerja untuk proses
pelepasan mata bor dari chuck.
o. Lepas mata bor lalu kembalikan ke tempat semula

1.7.3 Selesai Proses Pembubutan


Cara mematikan mesin/menghentikan pemotongan:
1. Tempatkan pahat pemotong dalam keadaan bebas atau tidak menyentuh benda kerja.
2. Matikan spindel dengan memposisikan tuas ke posisi off.
3. Setelah cekam tidak berputar, benda kerja bisa diukur, diperiksa atau dilepas dari
cekam

1.8 Tugas Setelah Praktikum Pemesinan Bubut


Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, jawaban di sampaikan di dalam laporan
setelah praktikum. Pengumpulan laporan paling lambat 1 minggu setelah pelaksanaan
praktikum.
1. Buat dan lengkapi tabel dibawah ini, sesuai dengan hasil praktikum.
No Ukuran Gambar Kerja Ukuran Hasil Praktikum
1
2
Dst.
2. Jelaskan macam-macam pisau yang digunakan mesin bubut?
3. Ada berapa macam sudut yg digunakan pisau bubut?

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 29
4. Bagaimana cara menyesuaiakan kecepatan putaran jika material benda kerja
berbeda?
5. Jelaskan yang dimaksud dengan eretan melintang pada mesin bubut?

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 30
BAB II
MODUL PEMESINAN FREIS
2.1 Tujuan Praktikum
Dengan melaksanakan praktikum pengefraisan ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat mengerti tahapan-tahapan cara membuat benda kerja dengan
mesin milling (freis).
2. Melatih mahasiswa agar terampil dan teliti mengerjakan benda kerja
menggunakan alat-alat pekakas.
3. Mahasiswa mampu menggunakan alat-alat ukur dengan baik.
4. Mahasiswa megenal dan mengetahui bagian-bagian dan fungsi dari mesin Freis.
5. Mahasiswa mampu mengoperasikan mesin freis.
6. Mahasiswa dapat menghitung waktu pemotongan serta daya yang diperlukan
dalam operasi pengefraisan.

2.2 Dasar Teori


Mesin frais adalah mesin perkakas untuk mengerjakan/menyelesaikan suatu benda kerja
dengan mempergunakan pisau frais sebagai alatnya. Ditinjau dari kerjanya, mesin frais
termasuk mesin perkakas yang mempunyai gerak utama berputar. Pisau frais dipasang pada
sumbu/arbor mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor. Jika arbor mesin diputar
oleh motor, maka pisau frais ikut berputar. Arbor mesin dapat berputar kekanan atau kekiri,
sedangkan banyaknya putaran diaatur sesuai dengan kebutuhan. Mesin freis dapat
melakukan penyayatan 3 sumbu yaitu sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z.

2.2.1 Jenis-jenis Mesin Freis


Mesin freis juga dapat melakukan tugas-tugas lain seperti pengeboran, perencanaan,
memotong, dan memproduksi barang lainnya. Untuk mengidentifikasi jenis mesin freis yang
paling efektif dan tepat untuk digunakan, anda harus mampu membedakan setiap jenis mesin
penggilingan. Berikut ini adalah jenis-jenis mesin freis yang ada di laboratorium Rekayasa
Manufaktur
1. Mesin Frais Tangan (Bor Milling)

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 31
Gambar II-1: Mesin Frais Tangan

Jenis mesin ini paling sederhana dari semua jenis mesin frais. Jenis frais ini dapat
diletakkan di meja manapun dan hanya dikendalikan manual oleh tangan, dan posisi spindel
horizontal. Jenis mesin freis ini berukuran kecil dan cocok untuk pemotongan ringan dan
sederhana.
2. Mesin Frais Horizontal

Gambar II-2: Mesin Freis Horizontal

Mesin horizontal dilengkapi dengan spindel horizontal dan dipasang sejajar dengan
meja mesin. Mesin frais ini dikhususkan untuk membuat alur simultan (simultaneous
grooves) pada pelat karena memungkinkan untuk menempatkan beberapa pemotong frais di
samping satu sama lain, selain itu jika mesin ini ditambahkan kepala pembagi dapat
membuat berbagai macam roda gigi. Mesin frais horizontal memberikan hasil penyayatan
chip yang lebih baik daripada mesin frais vertikal.
3. Mesin Frais Vertikal

Gambar II-3: Mesin Frais Vertikal

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 32
Mesin frais vertikal (vertical milling machine) adalah mesin frais yang sumbu
spindelnya tegak lurus dengan meja. Mesin frais vertikal hanya memiliki alat pemotong atau
pisau yang berorientasi vertikal yang dapat dinaikkan atau diturunkan. Mesin ini dianggap
sebagai jenis yang lebih fleksibel yang bisa operasikan oleh pemula maupun profesional.
4. Mesin Frais Universal

Gambar II-4: Mesin Feis Universal

Mesin frais universal ini dapat dikonversi menjadi mesin freis horizontal atau vertical
yang dapat disesuaikan dengan berbagai operasi penggilingan. Meja dapat diputar ke sudut
mana saja hingga 45 derajat di kedua sisi dari posisi normal. Semua operasi yang dilakukan
pada mesin freis vertical dan horizontal dapat dilakukan menggunakan mesin frais universal,
namun dalam satu waktu operasionalnya hanya 1 mode saja tidak bisa dua mode dalam satu
waktu.

2.2.2 Fungsi dan Nama Bagian Mesin Freis


Bagian bagian mesin frais menjadi suatu hal yang perlu dipelajari dan dimengerti
sebelum menggunakan mesin ini. Untuk mesin frais sendiri merupakan sebuah mesin yang
berguna untuk mengerjakan suatu penyayatan di permukaan, baik permukaan bidang datar,
tegak lurus/vertikal hingga di permukaan miring. Mesin frais ini mempunyai beberapa
bagian, masing-masing bagian mempunyai fungsi tersendiri. Berikut ini adalah bagian dari
mesin frais dan fungsinya.

II.2.2.1 Bagian-Bagian Mesin Freis


Mesin frais kontruksinya berbeda-beda, tetapi pada prinsipnya mesin ini mempunyai
beberapa komponen utama, yaitu:
1. Kolom mesin/badan mesin
2. Arm/lengan mesin
3. Table/meja mesin
4. Sadel/dudukan meja

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 33
5. Knee/Lutut
6. Alas mesin.

Gambar II-5: Bagian-bagian Mesin Freis

1. Kolom / badan mesin


Badan mesin ini adalah bagian yang berdiri tegak dan kokoh yang berfungsi
sebagai patokan dan merupakan dudukan dan rumah dari roda gigi. Selain dari
itu juga akan jadi dudukan dari sumbu utama dan jadi dudukan motor dan puli-
pulinya.
Pada. bagian sebelah atas kolom ini dipasang sumbu utama/spindel untuk
dudukan dan membawa arbor sebagai pemegang dari pisau frais itu sendiri,
sehingga dapat berputar.
2. Lengan/Arm
Lengan ini dapat dikunci dan dilepas untuk kebutuhan tertentu. Pada lengan ini
dapat dipasang dukungan arbor (suport arbor) yang mempunyai alur ekor
burung pas kepada lengan tadi dan ia dapat dikunci pada posisi tertentu,
sehingga cocok untuk kebutuhan pekerjaan tertentu. Pada beberapa jenis mesin,
pendukung arbor ini jumlahnya ada yang satu ada yang dua buah untuk lebih
kokohnya dukungan terhadap arbor. dengan baut pengikat.
3. Meja Mesin
Meja ini letaknya adalah di atas sadel, bentuknya segiempat panjang dan
mempunyai alur-alur T yang berfungsi untuk penempatan baut dan mur T yang
berfungsi sebagai pengikat. Untuk jenis mesin terentu meja ini dapat diatur 0º
sampai 45º miring ke kiri atau ke kanan.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 34
Pergerakan ke kiri atau ke kanan dari meja ini dengan bantuan memutar sumbu
transportir yang mempunyai kisar tertentu, yaitu ada yang 5 atau 6 mm ada juga
yang berukuran inchi. Apabila perlu meja ini dapat dikunci kepada sadel dan
untuk pengefraisan dengan pemakanan menurun/climb milling, maka pada meja
mesin ini dipasang backlash eliminator untuk menahan loncatan dari meja
karena pemakanan.
4. Sadel (Dudukan Meja)
Sadel ini bentuknya persegi artinya mempunyai ukuran lebar sama dengan
ukuran panjangnya, dan sadel ini mempunyai alur ekor burung yang pas kepada
lutut, sehingga sadel ini dapat bergerak mundur maju searah dan sejajar dengan
gerakan lengan tadi, jadi sadel ini gerakannya tidak bisa kearah kiri atau kearah
kanan, artinya hanya dua arah saja yaitu mundur maju dan sadel ini dapat
dikunci kepada lutut apabila diperlukan.
Di bagian atas dari sadel ini dibuat alur T melingkar 360º, dengan tujuan untuk
mengunci meja kepada sadel agar kokoh, dan alur bentuk melingkar ini yang
memungkinkan meja diputar beberapa derajat menurut kebutuhan tertentu, dan
penunjukan besarnya derajat terdapat pada permukaan sadel itu sendiri. Di atas
permukaan sadel itu juga dipasang handel pembalik arah gerakan otomatis dari
meja.
5. Lutut/Knee
Lutut ini adalah mempunyai dua alur ekor burung yang saling tegak lurus, yaitu
satu alur dipaskan kepada kolom dan satunya lagi dipaskan kepada sadel itu
tadi. Lutut ini berbentuk rongga, dan dalam rongga itulah dipasang roda-roda
gigi untuk gerakan otomatis, mundur maju, naik turun dan kiri kanan. Gerakan
dari lutut ini hanya dua arah yaitu turun dan naik saja, lutut ini juga dapat
dikuncikan kepada kolom agar kukuh pada waktu pengefraisan.
6. Alas Mesin
Alas mesin ini letaknya sama dengan namanya yaitu alas, artinya bagian paling
bawah dari mesin, alas ini berfungsi untuk menumpu seluruh beban yang ada
pada mesin, seperti berat mesin ditambah berat bahan yasng dikerjakan dan
berat perlengkapan yang dipakai serta berat dari alas itu sendiri. Pada alas mesin
ini dibuat rongga sebagai bak penampung, yaitu untuk menampung cairan
pendingin.

2.2.3 Alat Perlengkapan Mesin Freis


Untuk menunjang berbagai macam jenis pekerjaan pada mesin frais, mesin ini
dilengkapi beberapa perlengkapan diantaranya:
1. Arbor
Beberapa pisau mempunyai batang tirus dan dibaut, bisa langsung dipasang pada ujung
spindel. Arbor adalah pemegang pisau frais yang dipasangkan pada spindel mesin, yang bisa
diperoleh macam-macam diameter, panjang, dan ketirusan standar, serta yang paling banyak
digunakan tirus nomor 40 dan 50.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 35
Gambar II-6: Berbagai macam arbor

2. Collet Chuck

Gambar II-7: Kolet

Collet chuck digunakan sebagai pengikat alat potong/pisau (End mill, Slot drill dll),
yang dipasang pada spindel utama atau tegak. Jadi posisinya dapat dipasang dalam posisi
mendatar (horisontal) atau tegak vertikal.

3. Ragum / Catok
Benda kerja yang akan dikerjakan dengan mesin frais harus dijepit dengan kuat agar
posisinya tidak berubah waktu difrais. Ragum umum digunakan sebagai penjepit benda kerja
pada mesin freis, berikut adalah macam-macam ragum:

a. Ragum Biasa

Gambar II-8: Ragum biasa

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 36
Ragum biasa digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana dan
biasanya hanya digunakan untuk mengefrais bidang datar saja. Bagian bawah ragum dapat
disetel posisinya sesuiai dengan posisi benda kerja yang akan difrais. Bila sudah sesuai baru
kemudian diikat kuat dengan mur baut ke meja mesin freis. Adanya ikatan ini diharapkan
benda kerja tidak akan mengalamai perubahan posisi saat dikerjakan dengan mesin frais.

b. Ragum Putar

Gambar II-9: Ragum putar

Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang harus membentuk sudut terhadap
spindle. Bentuk ragum ini sama dengan ragum biasa tetapi pada bagaian bawahnya terdapat
alas yang dapat diputar hingga sudut 360°. Ragum ini juga diletakkan di atas meja mesin
frais secara horizontal yang diikat dengan mur baut dengan kuat. Bagian tengahnya terdapat
skala nonius yang dapat digunakan untuk menentukan sudut putaran yang dikehendaki.

c. Ragum Universal

Gambar II-10: Ragum universal

Ragum ini mempunyai dua sumbu perputaran, sehingga dapat diatur letaknya baik
secara horizontal maupun vertikal. Ragum universal dapat mengatur sudut benda kerja yang
akan dikerjakan dalam berbagai posisi. Sehingga pegerjaan benda kerja dapat dari arah
vertical maupun horizontal.

3. Kepala Pembagi (Deviding Head)

Gambar II-11: Kepala pembagi

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 37
Kepala pembagi adalah peralatan mesin frais yang digunakan untuk membentuk segi
beraturan pada poros yang panjang. Pemasangan dividing head juga harus sejajar dengan
meja mesin. Cara mengecek kesejajarannya sama dengan mengecek kesejajaran ragum, yang
berbeda adalah batang pengetesnya berupa batang bulat sedangkan untuk mengetes
kesejajaran ragum berupa balok empat persegi panjang.

4. Rotary Table

Gambar II-12: Meja putar

Meja putar adalah perlengkapan untuk penempatan benda kerja yang presisi. Memungkinkan
operator untuk mengebor atau memotong benda kerja pada interval keliling yang tepat pada
sumbu horizontal atau vertical. Meja putar kebanyakan dipasang mendatar, meja berputar
sekitar sumbu vertical, sejajar dengan pisau pada mesin frais vertical. Alternatif pemasangan
meja putar pada ujungnya (sudut 90º), sehingga putarannya sekitar sumbu horizontal.
Konfigurasi begini kepala lepas bisa dipasangkan untuk memegang benda kerja di antara dua
senter.

2.2.4 Pisau Frais

Gambar II-13: Macam-macam pisau freis

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 38
Jenis-jenis pisau frais beserta fungsinya cukup beragam dan kemampuannya juga
berbeda – beda. Ini dimaksudkan untuk melakukan banyak kegiatan operasi pada pengerjaan
berbagai logam yang terdapat pada mesin milling, CNC, ataupun machining centre,
diperlukan sebuah pisau memiliki ketahanan yang kuat agar dapat mengukir pada material
dari besi tersebut. Disinilah diperlukan sebuah Pisau Frais.
Pisau frais atau yang juga dapat disebut milling cutter merupakan material untuk
memotong yang umumnya dipakai di mesin pemotong untuk keperluan pekerjaan
pemotongan walau dapat juga digunakan di perkakas mesin lain. Pisau frais bergerak
memotong saat bergerak di dalam mesin seperti halnya pisau frais hidung bulat atau bisa
juga dari bentuk pisaunya seperti pisau hobbing. Berikut ini adalah beberapa jenis pisau
freis.

II.2.4.1 Jenis-Jenis Pisau Freis dan Fungsinya


1. Pisau Lurus Untuk Pemotongan Ringan (Light Duty Plain Milling Machine)

Gambar II-14: Light Duty Plain Milling Cutter

Pisau ini untuk mesin freis horizontal, pisau ini biasanya sering dipakai dalam
pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlalu berat. desain gigi pada pisau tersebut ini
umumnya seperti gigi lurus ataupun gigi miring/helik. Gigi helik umumnya memiliki
sudut 250. Selain itu gigi-gigi helik ini lebih cocok untuk digunakan dengan tenaga
yang lebih sedikit dari awal penggunaan, dan dari getaran yang ringan ini tentu akan
menghasilkan permukaan yang tidak kasar.

2. End Mill Cutter

Gambar II-15: Macam-macam end mill

End Mill Cutter adalah pisau yang paling sering dipakai dalam operasi mesin freis.
End mill mempunyai sisi dan gagang yang dijadikan satu. End mill dipakai dalam

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 39
pengefraisan horizontal, pengefraisan muka, vertikal, menyudut serta melingkar.
Dalam penggunaannya end mill dimanfaatkan dalam permukaan datar, pembuatan
alur, shoulders (tingkat permukaan datar dan pengefraisan bentuk.) serta keyways,
pockets. End Mill lebih banyak dipakai pada mesin frais vertikal.

3. Pisau Muka (Face Mill Cutter)

Gambar II-16: Face mill cutter

Pisau Muka (Face Mill Cutter) merupakan pisau dengan desain bentuk khusus dari
pisau end mill besar. Pisau tersebut didesain memiliki ukuran 6” atau lebih besar.
Pada face milling cutter umumnya terdapat mata potong sisip (insert). Pisau tersebut
digunakan dan dipasangkan secara langsung ke spindel mesin frais horizontal serta
dipakai dalam pembuatan permukaan datar.

II.2.4.2 Geometri Pisau Freis

Pisau yang digunakan dalam praktikum proses manufaktur I modul pemesinan freis
ada 2 jenis yaitu end mill dan face mill. End mill digunakan untuk pembuatan slot dan face
mill untuk meratakan permukaan benda kerja. Berikut ini ada penjelasan geometri kedua
pisau tersebut.

II.2.4.2.1 Geometri End Mill

End Mill lebih banyak dipakai pada mesin frais vertikal walaupun bisa juga digunakan
di mesin frais horizontal. ada beberapa jenis bentuk end mill yang umumnya dibuat dari
cemented carbide, gigi cemented carbide yang disisipkan, atau HSS.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 40
Gambar II-17: Geometri end mill

II.2.4.2.1.1 Sudut Heliks pada End Mill


Sudut heliks pada end mill terdiri dari berbagai macam sudut. Khusus untuk
aluminium, biasanya sebesar 35°, 40°, atau 45°. Sudut heliks 35° atau 40° adalah
pilihan yang baik untuk aplikasi roughing dan slotting. Sedangkan sudut heliks 45°
digunakan untuk finishing.

Gambar II-18: Macam-macam sudut helix

II.2.4.2.1.2 Jenis – jenis End Mill

Gambar II-19: Jumlah Flute End Mill

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 41
1. End mill dua mata (two flute). Pisau tersebut hanya dilengkapi dengan dua
mata potong yang terdapat pada selubungnya. Sisi Ujung sisi dibuat agar bisa
memotong sampai ke center. Pisau tersebut bisa dipakai seperti bor dan bisa
juga dipakai dalam pembuatan alur.
2. End mill jenis mata potong jamak. Pisau tersebut dilengkapi dengan tiga,
empat, enam hingga delapan sisi potong yang umumnya mempunyai lebar di
atas 2”
3. Ball end mill. Pisau tersebut dipakai dalam pengefraisan fillet atau alur dengan
radius pada permukaannya, dalam alur bulat, lubang, bentuk bola dan untuk
semua pengerjaan yang membentuk bulat
4. Shell end mill. Pisau yang satu ini dilengkapi dengan lubang dalam
pemasangannya pada arbor pendek. Barisan gigi pisau tersebut memiliki
bentuk helik. Pisau ini didesain dengan ukurang yang lebih dibandingkan
pisau solid karena umumnya pisau ini memiliki ukuran 1 ¼” hingga 6”

II.2.4.2.2 Geometri Face Mill

Gambar II-20: Geometri Face Mill

II.2.4.2.2.1 Diameter Face Mill


Area bidang permesinan kecil, perlu diperhatikan untuk memilih diameter cutter
yang lebih besar dibandingkan dengan lebar bidang. Untuk mendapatkan pemotongan
tunggal/sekali jalan. Lebar face mill yang 1,3 s/d 1,6 kali dari lebar permukaan benda
kerja, dapat dapat secara efektif dalam pembentukan dan pelepasan chip.
Kedalaman pemakanan (depth of cut) dan kecepatan feeding juga harus
diperhatikan untuk mendapatkan pemotongan yang sempurna. Semakin besar diameter
cutter, gaya aksial saat proses pemakanan akan semakin besar.

II.2.4.2.2.2 Jumlah Mata Potong


Ada beberapa jenis facemill yang tersedia. Misalnya diameter 100mm dengan 6
mata potong. Ada juga diameter 100mm dengan 8 mata potong. Jumlah/kepadatan mata
potong akan juga mempengaruhi efisiensi dan kualitas hasil pemotongan. Jumlah mata
potong yang jarang/lebih sedikit biasanya digunakan untuk proses roughing yang tidak
memerlukan permukaan produk yang baik. Volume chip yang dihasilkan dapat lebih
tebal dan sangat baik dalam pembuangan chip. Jumlah mata potong yang lebih
banyak/rapat biasanya digunakan untuk proses finishing.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 42
Proses kerja yang efisien dan stabil akan mendapatkan permukaan benda kerja
yang lebih halus serta daya yang dibutuhkan lebih sedikit.

II.2.4.2.2.3 Sudut Rake

Gambar II-21: Sudut rake face mill

Sudut pemotongan ada dua jenis yaitu sudut pemotongan positif dan negative.
Untuk mengurangi dampak keausan pada insert/ujung mata potong juga harus
diperhitungkan.
Sudut rake positif terhadap ujung pisau. Gigi ini sesuai untuk mengefrais mild
steel, copper, maupun aluminium. Namun demikian sudut posistif ini dapat
menimbulkan masalah bila digunakan pada benda yang sangat liat.
Sudut rake negatif dan sesuai untuk pemotongan brass atau material brittle lain
seperti cast iron. Sudut rake negatif dapat meningkatkan kekuatan pemotongan dan
mencegah pahat dari ketumpulan.

II.2.4.2.2.4 Insert
Insert adalah ujung mata potong yang dapat di bongkar pasang. Saat ini ada
berbagai macam jenis model insert. Misalnya APMT, RPMT, RPMW, RDKT dll.
Pemilihan insert tersebut dipilih berdasarkan holder yang digunakan pula. Ada banyak
kondisi dimana masing masing brand dan tipe memiliki produk dengan kualitas yang
berbeda beda pula. Mulai dari jenis coating, profile insert dan sudut insert.

II.2.4.3 Material Pisau Freis


Adapun bahan yang sering digunakan dalam pembuatan pisau freis adalah:
• High Carbon Steel (HCS), kandungan karbon 0,8 – 1,2 %. Dipakai pada bahan
lunak seperti kayu, plastik, dll.
• High Speed Steel, kandungan karbonnya 0,6 – 0,8%. Sering dipakai untuk
memotong material yang kekerasannya sedang seperti baja karbon rendah atau
sedang. Selain harganya yang lebih ekonomis pahat dengan material ini
memiliki kekerasannya baik adapun macam dari HSS itu sendiri: 18-4-1 HSS,
Molibdin HSS, Super HSS
• Paduan cor bukan besi, mengandung Krom, Kuboalt dan wolfarm, dengan
presentase lebih.
• Karbida, dibuat dengan teknik metalurgi serbuk, dimana serbuk wolfarm
karbida ditempa.
• Diamond (Intan)
• Ceramic tools (Alumunium Oksida)

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 43
2.2.5 Macam-macam Teknik Penggilingan (Milling)

Terdapat enam jenis operasi face milling berdasarkan geometri relatif benda kerja dan
pemotong millingnya, yaitu:

1. Conventional Face Milling


Pada operasi conventional face milling, diameter pemotong milling lebih lebar
daripada benda kerja sehingga pemotong milling menggantung di kedua sisi benda
kerja.
2. Partial Face Milling
Pada operasi partial face milling, pemotong milling menggantung pada benda kerja
di salah satu sisi.
3. End Milling
Pada operasi end milling, jenis pemotong yang digunakan berdiameter lebih kecil
dibandingkan dengan lebar benda kerja. Operasi ini digunakan untuk membuat slot
pada benda kerja.
4. Profile Milling
Profile milling dengan ball-end milling atau bull-nose end milling, digunakan untuk
menghaluskan atau menyelesaikan face milling vertikal atau miring. Permukaan
yang dipilih harus memungkinkan jalur pahat terus menerus yaitu pinggiran sisi luar
dari bagian datar dikerjakan.
5. Pocket Milling
Dalam operasi pocket milling, pemotong milling memotong atau menghilangkan
material saku (pocket) di tengah benda kerja.
6. Surface Milling
Surface mill adalah operasi face milling dengan pendekatan 45° untuk hasil akhir
permukaan yang superior. Dengan operasi surface milling, Anda dapat secara
bersamaan mengontrol sumbu linier XYZ dari alat mesin.

2.2.6 Perhitungan Operasi pada Mesin Freis


1. Kecepatan Potong (Cutting Speed – Cs)
a. Kecepatan pemotongan

Cs = π.d.n meter/menit

Keterangan:
d = diameter kerja alat potong (mm)
n = putaran spindle (putaran/menit - rpm)

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 44
π = nilai konstanta (3,14)

2. Kecepatan Putaran Pisau Freis (Putaran Spindel - n)

Keterangan :
d = diameter kerja alat potong (mm)
Cs = kecepatan potong (meter/menit)
π = nilai konstanta (3,14)
Nilai kecepatan potong (Cs) tergantung dari jenis material alat potong yang
digunakan dan jenis material yang akan dipotong, untuk acuan nilai Cs/ dilihat pada
tabel II-1.

Tabel II-1: Kecepatan potong

3. Kecepatan Pemakanan (feeding speed - Vf )

Vf = f x n (mm/menit)

Keterangan:

f = Besar pemakanan atau bergesernya alat potong (mm/putaran)


n = Putaran mesin (RPM)

4. Waktu Pemotongan (tc)

(menit)

tc = Waktu pemesinan (menit)


Lt = Panjang penyayatan {ℓa+ ℓ} (mm)
Vf = Kecepatan pemakanan (mm/menit)
ℓ = Panjang area penyayatan (mm)
ℓa = diameter alat potong (mm)

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 45
5. Kecepatan penghasil geram / chips

Z = Vf.a.w / 1000 (cm3/menit)

Keterangan;
A = kedalaman potong (mm)
w = ketebalan pemotongan (mm)

2.3 Alat dan Bahan yang Digunakan


Tabel II-2: Alat dan Bahan

No. Nama Fungsi


1 Milko 35 Mesin freis
2 Kawan Lama X6328B Mesin freist
3 Kunci chuck Pembuka dan pengunci alat potong
4 Ragum Penjepit benda kerja
5 Bor senter Pengarah bor
6 Mata Bor ⌀ 10 mm Bor
7 Kolet 10mm Pemegang end mill
8 End mill ⌀ 10 mm – bahan HSS Alat potong
9 Face mill cutter ⌀ 70 mm – bahan karbida Alat potong
10 Tap set Pengulir
11 Kunci Drill Chuck Pengunci dan pembuka mata bor
12 Jangka Sorong Alat ukur
13 Kacamata pangaman Alat pengaman

2.4 Gambar Kerja Praktikum Pemesinan Freis

Gambar II-22: Gambar Kerja praktikum mesin freis dalam satuan mm

Gambar kerja mesin freis dapat dilihat di gambar II-39. Tugas praktikum meliputi
meratakan permukaan, membuat alur, pengeboran dan pengetapan.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 46
2.5 Teknik Pengefreisan Presisi
Seperti halnya dalam praktikum mesin bubut pada modul sebelumnya, mahasiswa juga
diharapkan mampu membuat benda kerja sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan pada
gambar kerja. Pada mesin freis yang bergerak adalah benda kerja dan kedudukan alat potong
berputar tetap pada sumbunya. Operasional utama pada mesin freis adalah pada meja dimana
benda kerja digerakkan untuk dikerjakan sesuai perintah kerja. Pergerakan meja mesin freis
dapat digerakkan dalam 3 sumbu yaitu sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Untuk
menggerakkan meja harus sesuai dengan aturan supaya dapat menghasilkan panjang langkah
yang sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar II-23: Meja mesin freis

Pada dasarnya pergerakan meja dan peyetelan sama dengan yang dijelaskan pada bab
1.5 mengenai pembubutan presisi, yang menjadi perbedaannya adalah lokasi sumbu dan
penambahan sumbu menjadi 3 sumbu pada mesin freis dimana sumbu pada mesin bubut
hanya 2.

2.5.1 Eretan Sumbu X

Gambar II-24: Eretan sumbu X mesin milling

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 47
Pada eretan sumbu X tertera 0,01 mm seperti yang nampak pada gambar di atas. Ini
maksudnya adalah setiap putaran handel eretan dengan jarak dari satu garis ke garis
berikutnya, maka pahat akan bergeser sejauh 0,01 mm. Jika kita putar sejauh dua garis maka
pahat akan bergeser sejauh 0,02 mm, begitu seterusnya dengan kelipatan 0.001 mm setiap
satu garis skala.

2.5.2 Eretan Sumbu Y

Gambar II-25: Eretan sumbu Y

Pada eretan sumbu Y yang ditunjukkan pada gambar II-43 adalah 0.2 mm, berarti setiap
satu garis skala, pahat akan bergeser sejauh 0.2 mm.

2.5.3 Eretan Sumbu Z

Gambar II-26: Eretan sumbu Z

Eretan sumbu Z untuk pergerakan vertikal apa pada tuas yang ditunjukkan pada gambar
II-26. Pada skala ini tertera 0.05 mm, maksudnya sama yaitu pahat akan bergeser 0.05 mm
setiap satu garis skala. Biasanya pada eretan semua sumbu terdapat angka dengan kelipatan 1
setiap 10 garis skala, ini artinya mergerak 1 mm setiap 10 garis skala.

2.5.4 Seting penggeseran titik nol (Zero point offset)

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 48
Tujuan dari seting ini adalah memindahkan titik nol mesin ke titik nol benda kerja, hal
ini penting dilakukan agar posisi pisau dapat diketahui secara presisi. Penggunaan alat ukur
bisa saja dipakai untuk mengukur posisi pisau namun dapat dipastikan ada penyimpangan
pada saat pengukuran yang menyebabkan data tidak presisi.
Pada mesin frais penggeseran titik nol mesin (M) ke titik nol benda kerja (W) dilakukan
untuk 3 sumbu, yaitu sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z, ilustrasi dapat dilihat pada gambar
II-27.

Gambar II-27: Penggeseran titik nol mesin (M) ke titik nol benda kerja (W)

Pemindahan titik nol ini juga diikuti dengan seting offset pisau, offset ini dilakukan
untuk memindahkan titik referensi hasil penggoresan ke titik tengah pisau. Pemindahan titik
referensi ini penting dilakukan karena operasional pemesinan akan lebih mudah jika titik
tengah referensi ada di pusat pisau, ilustrasi offset dapat dilihat pada gambar II-28. Ukuran
offset adalah setengah dari diameter pisau.

Gambar II-28: Offset pada pisau

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 49
2.6 Tugas Sebelum Praktikum Pemesinan Freis
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, jawaban dikumpulkan secara online pada
tautan yang di bagikan oleh instruktur saat briefing. Pengumpulan paling lambat 1 hari
sebelum pelaksanaan praktikum.
1. Secara garis besar mesin frais ada tiga, Sebutkan!
2. Sebutkan ada berapa sumbu pada proses pemesinan freis dan jelaskan
mekanismenya!
3. Hitunglah kecepatan spindle pada tiap-tiap alat potong yang digunakan pada
praktikum freis! (Gunakan nilai Cs paling rendah sesuai bahan yang digunakan
dalam praktikum)
4. Sebutkan perlengkapan mesin frais minimal enam buah!
5. Ukuran mesin frais ditentukan oleh beberapa faktor, sebutkan!

2.7 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Mesin Freis

2.7.1 Keselamatan Kerja


1. Setiap akan menjalankan praktikum gunakanlah alat pengaman yang diharuskan
seperti sarung tangan, pakaian kerja, kacamata pengaman, sepatu.
2. Bacalah petunjuk yang disampaikan sebelum melakukan praktikum.
3. Persiapkan alat‐alat dan material yang diperlukan untuk praktikum.
4. Dilarang mengoperasikan mesin perkakas sebelum diperintahkan oleh para instruk-
tur
5. Periksalah semua pelunasan baik pelumasan benda kerja maupun pelumas mesin
perkakas sendiri sebelum melaksanakan praktikum.
6. Jangan mengoperasikan kecepatan mesin dengan kecepatan otomatis sebelum para
instruktur mengijinkan.
7. Pada waktu menjalankan mesin perkakas jangan sekali kali bersenda gurau.
8. Periksalah penjepit benda kerja dengan seksama sebelum melakukan pemotongan.
9. Setelah memakai kunci chuck atau arbor, kunci harus selalu ditaruh di meja.
10. Kenali dan pahami terlebih dahulu fungsi tuas-tuas yang ada di mesin sebelum
mengoperasikannya dengan menggerakannya saat posisi mesin mati.
11. Amati sekitar area kerja jika ada potensi bahaya segera lakukan pengamanan.
Contohnya jika ada pelumas tercecer di lantai sekitar mesin segera bersihkan
karena bahaya terpeleset.
12. Operator mesin boleh bergantian namun pada satu waktu hanya satu operator saja
yang mengoperasikan mesin, jadi selain operator dilarang memegang tuas-tuas
pada mesin.
13. Dilarang melepas benda kerja jika pekerjaan belum selesai.
14. Dilarang mematikan spindel saat alat potong masih menempel di benda kerja,
bebaskan dulu alat potongnya baru spindle boleh di matikan.
15. Pastikan area pada yang bagian mesin yang berputar tidak terhalang.

2.7.2 Proses Pemesinan Freis


1. Penjepitan Benda Kerja
Pasang benda kerja pada cekam sesuai dengan petunjuk pada gambar II-28, dan
pasang pada bagian tengah seperti yang terlihat pada gambar II-29. Pastikan benda
kerja terkunci sempurna dan laporkan ke instruktur jika sudah terkunci agar dapat
di periksa instruktur, pencekaman yang tidak sempurna dapat mengakibatkan
benda kerja terlempar atau juga pisau patah.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 50
Gambar II-29: Pemasangan benda kerja pada ragum

Gambar II-30: Peletakan benda kerja pada ragum

2. Persiapan face milling


Pasang pisau face milling pada spindel mesin, dan pastikan terpasang kuat.
Pastikan pergerakan pisau tidak terhalang saat penyayatan.

3. Penyetelan referensi ukuran untuk facing.


Penyetelan referensi perlu dilakukan agar operator tahu berapa jumlah pemakan
pisau. Cara ini dilakukan sebagai berikut:
a. Setel kecepatan spindel sesuai dengan diameter kerja. Cara menghitung
kecepatan dapat dilihat pada Bab 2.2.6, gunakan diameter kerja pisau sebagai
parameter perhitungan.
b. Hidupkan spindle dengan putaran searah jarum jam/clock wise (CW). Lalu
dekatkan pisau hingga diatas benda kerja.
c. Gerakkan eretan sumbu Z ke atas secara hati-hati hingga pisau menggores area
permukaan benda kerja. Pastikan penggoresan dilakukan secara hati-hati karena
jika dilakukan terlalu cepat pahat bisa patah.
d. Setelah tergores atur skala dengan cara memutar skala nonius eretan sumbu Z
hingga posisi 0 bertemu 0. Pemutaran skala dilakukan dengan cara menahan
handel penggerak eretan agar eretan tidak bergerak, lalu skala diputar ke posisi
yang dikehendaki seperti yang terlihat pada gambar II-29.

TAHAN

PUTAR

Gambar II-31: Penyetelan skala nonius

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 51
e. Bebaskan pisau menjauhi benda kerja, yang digerakkan eretan sumbu X untuk
proses selanjutnya.

4. Proses Face mill


Langkah-langkah facing adalah sebagai berikut:
a. Setel besar pemakanan ke 2 mm dengan menggerakkan eretan sumbu Z keatas 2
mm ke arah pisau.
b. Gerakkan pisau melewati permukaan benda kerja secara penuh untuk proses
pemakanan. Titik mulai dan akhir penyayatan dapat dilihat pada gambar II-30.

Gambar II-32: Proses Face mill

c. Pastikan muka benda kerja tersayat sempurna dan tebalnya menjadi 10 mm, jika
belum maka ulangi prosesnya mulai dari poin 4a.

5. Slot milling.
Setelah muka benda kerja tersayat sempurna maka langkah selanjutnya adalah slot
milling dengan lebar 10 mm sepanjang 15 mm. dalam proses ini ada pergantian
pisau face mill ke pisau end mill. Prosesnya adalah sebagai berikut:
AREA
PENGGORESAN
SUMBU Y
TITIK 0

AREA PENGGORESAN
SUMBU X
MULAI SELESAI

Gambar II-33: Proses Slot Milling

a. Posisikan pisau pada area yang bebas untuk proses penggantian pisau. Ganti
arbor dan pasang kolet ⌀ 10 mm. Kemudian pasang end mill dengan flute yang
bebas. Pastikan kolet dan end mill terkunci sempurna pada arbor.
b. Hidupkan spindle dengan kecepatan sesuai pisau yang dipakai, utarannya
adalah berlawanan searah jarum jam / clock wise (CW).
c. Karena pahat berubah posisi maka harus dilakukan referensi lagi agar operator
tahu posisi pisau (penjelasan dapat dilihat pada bab 2.54). Dalam penggoresan
dilakukan tiga kali untuk mendapatkan referensi sumbu X, sumbu Y dan sumbu
Z. Prosedur penggoresan sama dengan poin nomor 3, dengan pengulangan
untuk masing-masing sumbu. Posisi eretan masing-masing sumbu dapat dilihat
pada gambar II-24, II-25, II-26.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 52
d. Setelah selesai proses penyetelan referensi, posisikan pisau sesuai gambar II-33.
Pada posisi diatas titik mulai, koordinat titik ini adalah X15mm,Y-13mm.
e. Lakukan penyayatan sumbu Z sedalam 3 mm, gerakkan eretan sumbu Z secara
pelan dan hati-hati.
f. Gerakkan pahat secara perlahan dengan memutar eretan sumbu X ke arah titik
selesai untuk proses pembentukan slot hingga petunjuk pada eretan sumbu X
menunjukkan ukuran yang dikehendaki gambar kerja yaitu 15 mm. Setelah
sampai pada panjang yang diinginkan bebaskan pahat dengan menurunkan meja
yaitu dengan memutar eretan sumbu Z CCW, kemudian matikan spindel
(Jangan mematikan spindel saat pahat masih menempel pada benda kerja).
g. Bebaskan posisi pisau untuk proses penggantian pisau

6. Proses Pengeboran.
Proses pengeboran juga dapat dilakukan pada mesin freis, untuk tugas praktikum
ini dilakukan pengeboran ⌀ 10mm. Proses pengeboran dilakukan dalam 2 tahap,
tahap pertama adala pengeboran untuk pengarah bor dengan menggunakan bor
center dan yang kedua bor ⌀ 10mm.
Proses pengeboran ini dilakukan dengan bantuan kepala lepas, langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a. Ganti kolet dengan kolet ukuran ⌀ 5 mm
b. Pasang bor senter pada kolet yang ada pada arbor.
c. Dekatkan ujung mata bor ke muka benda kerja (koordinat 12,-20), berikan jarak
± 10 mm dari muka benda kerja.
d. Buka kunci kedudukan arbor dengan memutar tuas pengunci.
e. Setel kecepatan spindel sesuai dengan diameter kerja. Cara menghitung
kecepatan dapat dilihat pada Bab 2.2.6, gunakan diameter mata bor sebagai
parameter perhitungan.
f. Nyalakan spindel CW.
g. Turunkan mata bor dengan memutar pelan-pelan handel arbor, putaran turun
adalah CW. Lakukan penyayatan hingga kedalaman 5 mm.
h. Angkat mata bor ke kedudukan awal.
i. Matikan spindle.
j. Ganti kolet dengan kolet ukuran ⌀ 10 mm
k. Pasang mata bor ⌀ 10 mm pada kolet yang ada pada arbor.
l. Dekatkan ujung mata bor ke muka benda kerja (koordinat 12,-20), berikan jarak
± 10 mm dari muka benda kerja.
m. Setel kecepatan spindel sesuai dengan diameter kerja. Cara menghitung
kecepatan dapat dilihat pada Bab 2.2.6, gunakan diameter mata bor sebagai
parameter perhitungan.
n. Nyalakan spindel CW.
o. Turunkan mata bor dengan memutar pelan-pelan handel arbor, putaran turun
adalah CW. Lakukan penyayatan hingga terlubangi sempurna.
p. Angkat mata bor ke kedudukan awal.
q. Matikan spindle.
r. Kunci kembali kedudukan arbor.
s. Lepas mata bor lalu kembalikan ke tempat semula

2.7.3 Selesai Proses Freis


Cara mematikan mesin/menghentikan pemotongan:
1. Tempatkan pahat pemotong dalam keadaan bebas atau tidak menyentuh benda kerja.
2. Matikan spindel dengan memposisikan tuas ke posisi off.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 53
3. Setelah spindel tidak berputar, benda kerja bisa diukur, diperiksa atau dilepas dari
ragum

2.8 Tugas Setelah Praktikum Pemesinan Freis


Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini, jawaban di sampaikan di dalam laporan
setelah praktikum. Pengumpulan laporan paling lambat 1 minggu setelah pelaksanaan
praktikum.
1. Buat dan lengkapi tabel dibawah ini, sesuai dengan hasil praktikum.
No Ukuran Gambar Kerja Ukuran Hasil Praktikum
1
2
Dst.
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam mesin freis yang belum ada di Laboratorium
Rekayasa Manufaktur!
3. Ada berapa macam sudut rake pada face mill cutter dan jelaskan penggunaan
masing-masing!
4. Sebutkan fungsi dan macam-macam pendingin yang dipakai dalam proses
pemesinan dan jelaskan apa pengaruh parameter pendingin terhadap pemotongan!
5. Sebutkan dan jelaskan berbagai macam tipe ulir!

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 54
BAB III
TAP
3.1 Tujuan Praktikum
Dengan melaksanakan praktikum pembubutan ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat mengerti tahapan-tahapan cara membuat ulir dengan tap.
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat tap dengan baik.

3.2 Dasar Teori


Pada prinsipnya Tap digunakan untuk memproduksi dengan tangan pada ulir sebelah
dalam. Perkakas Tap itu sendiri adalah benda yang dikeraskan dari baja karbon atau baja
paduan yang mirip baut dengan pemotongan galur sepanjang sisinya untuk memberikan mata
potong.
Tap digunakan untuk mengulir dalam (ulir kiri atau ulir kanan). Pada bagian tap
diberikan ujung segi empat pemasangan gagang tap. Selalu menempatkan tap tirus kedalam
lubang tegak lurus pada bidang kerja lalu pada bidang kerja lalu memutar sambal mendesak
tap menggunakan telapak tangan. Cara mengetap dengan menekan ke bawah sambil diputar
setengah putaran searah jarum jam, kemudian dibalik seperempat putaran. Pembalikan
putaran ini digunakan untuk memutuskan geram-geram yang jatuh kebawah melalui alur tap.

3.2.1 Ulir
Pengertian ulir adalah bentuk cekungan/alur-alur yang mengelilingi batang baja/poros
dengan ukuran tertentu. Ulir merupakan salah satu bagian paling penting pada produk
fastener (alat pengikat seperti baut, mur, sekrup, dll). Berikut adalah bagian-bagian dari
ulir

Gambar III-1: Bagian-bagian ulir

1. Diameter Mayor: Merupakan diameter terbesar pada ulir. Contohnya pada ulir metris
M8 x 1, maka diameter mayornya adalah 8 mm.
2. Diameter Minor: Merupakan diameter terkecil pada ulir. Contohnya pada ulir metris
M8x1, maka diameter minornya adalah 8-1 = 7 mm.
3. Diameter Pitch: Merupakan diameter yang berada diantara diameter mayor dan
minor. Pada diameter inilah ulir luar dan ulir dalam saling bersinggungan.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 55
4. Pitch: Merupakan jarak antara puncak ulir.
5. Kisar (lead): Merupakan jarak yang ditempuh ulir dalam satu putaran.
6. Crest: Merupakan puncak ulir atau permukaan dari diameter mayor.
7. Root: Merupakan bagian dasar dari ulir atau permukaan dari diameter minor.
8. Depth: Merupakan kedalaman ulir atau jarak tegak lurus dari root dan chest.
9. Thread angel: Merupakan sudut ulir yang berada diantara crest.
10. Flank: Merupakan permukaan sisi pada ulir. Terletak diantara crest dan root.
11. Helix Angle: Merupakan sudut helix dari ulir. Cara mengukurnya dengan
mengambil garis tegak lurus dengan sumbu utama ulir, kemudian hitung sudut
antara garis tegak lurus dengan kemiringan ulir.
Penggunaan ulir banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari, karena ulir
berfungsi sebagai pengikat, selain itu ulir juga berfungsi sebagai penggerak suatu benda.
Berikut adalah penjelasan beberapa jenis ulir.

III.2.1.1 Jenis-jenis Ulir

III.2.1.1.1 Jenis ulir menurut arah gerakan jalur ulir

Gambar III-2: a. Ulir Kiri b. Ulir Kanan

Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir kiri dan ulir
kanan. Untuk mengetahui apakah suatu ulir termasuk ulir kiri atau ulir kanan dilihat arah
kemiringan sudut sisi ulir. Atau bisa juga dicek dengan memutar pasangan dari komponen-
komponen yang berulir misalnya mur dan baut. Apabila sebuah mur dipasangkan pada baut
yang kemudian diputar ke kanan (searah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka
ulir tersebut adalah ulir kanan. Sebaliknya, bila mur diputar arahnya ke kiri (berlawanan
dengan arah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kiri.
Jadi, pada ulir kanan, kalau akan melepaskan mur dari bautnya maka mur harus diputar ke
kiri. Sedangkan pada ulir kiri, untuk melepaskan murnya adalah dengan memutar mur ke
kanan. Yang paling banyak digunakan adalah ulir kanan.

III.2.1.1.2 Jenis ulir berdasarkan letak


b.
a.

Gambar III-3: a. Ulir Luar b. Ulir Dalam

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 56
1. Ulir luar
Ulir yang terletak pada permukaan luar benda kerja. Contohnya ulir pada baut, botol
dan poros pembawa pada mesin bubut
2. Ulir dalam
Ulir yang terletak pada permukaan dalam atau lubang benda kerja. Contohnya ulir
pada mur, tutup botol, dan pada lubang komponen mesin

III.2.1.1.3 Jenis ulir menurut bentuk sisi ulir


Melihat bentuk dari sisi ulir ini maka ulir dapat dibedakan menjadi ulir segi tiga, segi
empat, trapesium, parabol (knuckle). Bentuk ulir ini juga ada kaitannya dengan standar yang
digunakan. Berikut ini berapa contoh dari bentuk ulir.

III.2.1.1.3.1 Ulir Segitiga


Ulir segitiga merupakan ulir yang paling sering digunakan pada sambungan mur dan
baut. Ulir ini bisa dibuat menggunakan tap, snei, mesin bubut, mesin frais, dan lain-lain. Ulir
segitiga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Gambar III-4: Ulir Metris dan British

1. Ulir sekrup Standard British Witworth


• Simbolnya W misalnya W ½ artinya diameter luarnya adalah ½ inchi
• Satuan ukurannya menggunakan satuan inchi
• Sudut puncak (alpha) = 55º
2. Ulir sekrup metris (Metric Thread)
• Simbolnya (M), misalnya M20x2 artinya diameter luarnya adalah 20 mm dan
kisarnya 2 mm.
• Semua ukuran dalam tabel dan gambar dalam satuan (mm)
• Sudut puncak (alpha)= 60 º
3. Ulir sekrup British Association

Gambar III-5: Ulir sekrup British Association

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 57
III.2.1.1.3.2 Ulir Segiempat

Gambar III-6: Ulir Segiempat

Ulir dengan bentuk segi empat cocok digunakan untuk menahan beban tinggi.
Contohnya pada kolom mesin frais atau bor. Panjang kisarnya adalah dua kali panjang
segiempatnya Ulir ini memiliki tingkat efisien yang lebih tinggi dibanding dengan ulir
trapesium. Karena tidak memiliki sudut miring pada ulirnya, tidak memiliki tekanan radial
dan tekanan pecah.

III.2.1.1.3.3 Ulir Trapesium

Gambar III-7: Ulir Trapesium

Ulir dengan bentuk trapesium merupakan ulir yang memiliki kekuatan tinggi dan
cukup mudah dalam pembuatannya. Contohnya pada leadscrews atau poros pembawa untuk
proses penguliran dengan mesin bubut. Ulir ini memiliki kemiringan pada bentuk ulirnya.
Sehingga mendapatkan tekanan radial dan tekanan pecah yang menyebabkan ulir ini mudah
terkikis pada saat digunakan.

III.2.1.1.3.4 Ulir trapesium siku-siku (buttress threads)

Gambar III-8: Ulir trapesium siku-siku

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 58
Ulir buttress merupakan ulir yang digunakan untuk menahan gaya dorong aksial pada
satu arah. Permukaan yang menahan beban adalah permukaan yang tegak lurus terhadap
sumbu utama ulirnya. Ulir ini dirancang khusus untuk superior hydraulic seals.

III.2.1.1.3.5 Ulir radius (Knuckle threads)

Gambar III-9: Ulir Radius

Ulir dengan bentuk radius merupakan ulir yang tahan lama. Dengan bentuknya yang
melingkar, ulir ini tidak mudah terkikis atau menyebabkan kebocoran. Jenis ulir ini biasanya
diaplikasikan pada pekerjaan penambangan, pada rem dan kopling kereta api.

III.2.1.1.4 Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir Tiap Gang (Pitch)


Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat di bedakan menjadi ulir
tunggal dan ulir ganda. Ulir ganda artinya dalam satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke
puncak ulir yang lain) terdapat lebih dari satu ulir, misalnya dua ulir, tiga ulir dan empat ulir.

Gambar III-10: berbagai macam variasi jumlah gang ulir

Untuk ulir ganda ini biasanya disebutkan berdasarkan jumlah ulirnya, misalnya ganda
dua, ganda tiga dan ganda empat. Gambar III-10 menunjukkan bagan dari ulir tunggal dan
ulir ganda. Melihat bentuknya, maka satu putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak
yang lebih panjang dari pada satu putaran ulir tunggal.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 59
3.3 Set Tap

Gambar III-11: Tap set dan proses Tap

Dalam satu set tap terdapat 3 batang tap, yaitu:


1. Tap konis, diserong sampai 8 atau 10 ulir. Digunakan untuk mengetap mula
pertama mengetap lubang.
2. Tap antara, mempunyai dua sampai tiga ulir serong. Tap ini dipakai setelah
mengetap dengan konis.
3. Tap rata, mempunyai ulir dengan ukuran penuh. Tap ini dipakai untuk
menyelesaikan akhir.

3.4 Prosedur Mengetap

Gambar III-12: Proses Tap

1. Sebelum mengetap harus dibuat lubang dengan mesin gurdi pada diameter tap.
2. Tap harus berada pada sudut 90° terhadap bidang kerja, kelebihan gaya yang
tidak diingini akan mengakibatkan tap patah.
3. Tempatkan tap konis kedalam lubang tegak lurus pada bidang kerja. Mulailah
memutar pelan-pelan dengan mendesak tap menggunakan telapak tangan.
4. Mengetap dilakukan dengan menekan sambal memutar setengah putaran searah
jarum jam dan diikuti dengan pembalikan putaran seperempat putaran untuk
memutuskan geram-geram hasil pengetapan.
5. Teruskan pengetapan sampai dengan kedalaman yang diinginkan, setelah itu
tukar pahat tap dengan jenis tap berikutnya dan ulangi pekerjaan seperti prosedur
sebelumnya.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 60
DAFTAR PUSTAKA
Grote dan Antonsson, 2008, Springer Handbook of Mechanical Engineering.
John Wiley & Sons, (1977) Manufacturing Processes, B.H. Amsterdam
M. P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials, Processes, and
Systems, edisi 4.
Panday, P.C. & Shan. H.S Modern Machining Proceses New Delhi Tata McGraw Hill
Publishing Company Limitied 1983
Paul De Garmo (1990) Material and Processes in Manufacturing Macmillan Publishing Co
Rochim, T. (1993): Teori dan Teknologi Proses Pemesinan, Laboratorium Teknik Produksi,
FTI, Institut Teknologi Bandung.
Schmid. K (2001), Manufacturing Engineering and Technology, Prentice Hall.

M o d u l P r a k t i k u m P r o s e s M a n u f a k t u r I | 61

Anda mungkin juga menyukai