TIM PENYUSUN
MODUL PRAKTIKUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Modul
Praktikum Analisis dan Pengukuran Kerja untuk mahasiswa/i Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Widyatama ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan Praktikum Perancangan
Sistem Kerja dan Ergonomi yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Analisis dan
Pengukuran Kerja pada Program Sttudi Teknik Industri Universitas Widyatama. Modul praktikum ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan
lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum
dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/i serta teori singkat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa/i mengenai materi yang dibahas.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan
Ergonomi ini masih jauh dari sempurna. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib 100% kehadiran mengikuti seluruh kegiatan praktikum dan asistensi.
Dispensasi ketidakhadiran diberikan jika Praktikan:
a. Sakit yang mengharuskan praktikan dirawat inap (opname).
b. Sakit menular yang membutuhkan karantina.
c. Musibah yang dialami keluarga inti.
d. Ijin ketidakhadiran minimal dari Instruktur.
2. Praktikan yang melakukan tindak kecurangan dalam bentuk apapun untuk Tugas Awal, Tugas
Pendahuluan, Laporan, dan/atau Tugas Tambahan akan mendapatkan sanksi maksimum
gugur praktikum.
3. Pengumpulan Tugas Pendahuluan dilakukan pada saat praktikum modul yang bersangkutan
dan menjadi syarat untuk mengikuti kegiatan praktikum. Pengumpulan Tugas Pendahuluan
dilakukan perorangan.
4. Asistensi dilakukan pada pertemuan selanjutnya setelah kegiatan praktikum dilakukan.
Asistensi dilakukan secara perorangan dan langsung berhadapan dengan Asisten.
5. Pengumpulan Laporan Asistensi WAJIB dikerjakan 100% dari tugas yang diberikan oleh
Instruktur Laboratorium
6. Laporan setiap modul WAJIB di ACC oleh Instruktur Laboratorium, apabila tidak mendapat
ACC Instruktur Laboratorium, maka Praktikan tidak bisa mendapatkan ACC laporan untuk
modul berikutnya.
7. Laporan setiap modul dapat di ACC oleh Instruktur Laboratorium setelah mendapat
persetujuan dari Asisten praktikum.
8. Susunan Laporan Akhir Praktikum harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
Cover
Lembar asistensi
Lembar pengesahan
Kata pengantar.
Daftar isi.
Daftar tabel.
Daftar gambar.
BAB I s/d BAB VI.
Daftar Pustaka.
Lampiran.
9. Praktikan WAJIB datang tepat waktu. Keterlambatan akan menyebabkan Praktikan yang
bersangkutan mendapatkan sanksi sebagai berikut:
a. Keterlambatan max. 15 menit.
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
PERATURAN PRAKTIKUM ................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 5
MODUL 1. Antropometri ....................................................................................................................... 7
Tujuan ............................................................................................................................................... 11
Prosedur Praktikum........................................................................................................................... 11
MODUL 2. Biomekanika dan Postur Kerja .......................................................................................... 22
Tujuan ............................................................................................................................................... 27
Prosedur Praktikum........................................................................................................................... 27
MODUL 3. Fisiologi Kerja ................................................................................................................... 32
Tujuan ............................................................................................................................................... 35
Prosedur Praktikum........................................................................................................................... 35
MODUL 4. Lingkungan Kerja Fisik dan Beban Mental....................................................................... 39
Tujuan ............................................................................................................................................... 39
Prosedur Praktikum........................................................................................................................... 39
MODUL 5. Sistem Penginderaan dan Informasi .................................................................................. 45
Tujuan ............................................................................................................................................... 47
Prosedur Praktikum........................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 49
LEMBAR ASISTENSI ......................................................................................................................... 50
MODUL 1. Antropometri
Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokan ke dalam lima
bidang penelitian yaitu: ( Sutalaksana, 2006)
1. Antropometri
2. Biomekanika
3. Fisiologi
4. Penginderaan
5. Lingkungan Fisik Kerja
Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan
(design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
1. Perancangan area kerja
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus dilakukan dengan
metode tertentu terhadap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
1. Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan
cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda.
Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3. Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa
merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang merupakan Etnis Mongoloid.
Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk Etnis Kaukasoid lebih panjang bila
dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis Mongoloid.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan mengakibatkan
otot tersebut bertambah lebuh besar. Misalnya : dimensi seorang buruh pabrik. Dimensi seorang
binaragawan dan sebagainya.
Untuk mengukur antropometri dinamis , terdapat tiga kelas pengukuran, yaitu (1) Pengukuran tingkat
keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya
mempelajari performasi seseorang, (2) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan
(3) Pengukuran variabilitas kerja.
Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan
perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik
adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan
manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita. Dari definisi tersebut
terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan yaitu: 1) aktifitas dengan maksud
tertentu, 2) sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan 3) berdasarkan pada pertimbangan
teknologi.
Dalam membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui karakteristik perancangan dan
perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan
2. Variform
Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas, tetapi harus dapat
memilih salah satu ide yang diambil.
3. Pembatas
Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya:
a. Hukum alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
b. Ekonomis; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah dibuat
c. Perimbangan manusia; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan
memakainya.
d. Faktor-faktor legalisasi; mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
e. Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menciptakan rancangan yang
telah dibuat.
f. Evolutif; berkembang terus atau mampu mengikuti perkembangan jaman.
g. Perbandingan nilai; membandingkan dengan tatanan nilai yang telah ada.
Sedangkan karakteristik perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang
perancang antara lain:
1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.
2. Memiliki Imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan timbul.
3. Berdaya cipta.
4. Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan persoalan.
5. Mempunyai keahlian dalam bidang Matematika, Fisika atau Kimia tergantung dari jenis rancangan
yang dibuat.
6. Dapat mengambil keputusan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
7. Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Proses perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan
NIDA, yang merupakan kepanjangan dari Need, Idea, Decision dan Action. Artinya tahap pertama
seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau
produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang akan
melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi dilakukan suatu penilaian dan
penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan
(decision) suatu alternatif yang terbaik. Dan pada akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan
(Action). Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya
betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimasi
potensi kecelakaan kerja (Mustafa, Pulat, Industrial ergonomics case studies, 1992)
Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor
antropometri secara umum adalah (Roebuck, 1995):
1. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish requirement).
2. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan oemilihan persentil yang akan
dipakai.
6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
7. Pengambilan data.
8. Pengolahan data
9. Visualisasi rancangan.
Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi si
pemakai. Oleh karena itu rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai
pemakainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara
lain:
1. Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya.
2. Analisa Ekonomi
Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3. Analisa Legalisasi
Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum yang berlaku dan dari hak cipta.
4. Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk / hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada
konsumen.
5. Analisa Nilai
Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D. Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu
suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Kemudian
pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan jaman. Seperti yang
dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu :
a. Uses Value
Berhubungan dengan nilai kegunaan
b. Esteem Value
Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.
c. Cost Value
Berhubungan dengan pembiayaan
d. Excange Value
Berhubungan dengan kemampuan tukar.
Tujuan
Tujuan dari praktikum Antropometri adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tata cara pengukuran antropometri.
2. Membekali praktikan dengan konsep-konsep mengenai perancangan suatu sistem kerja atau
produk, yang berhubungan dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan
kemampuan manusia.
3. Menganalisa, menilai dan memperbaiki serta merancang suatu sistem kerja yang berhubungan
dengan manusia sebagai pemakai.
Prosedur Praktikum
Langkah 1
Peralatan yang digunakan untuk praktikum modul Antropometri adalah sebagai berikut:
1. Kursi antropometri duduk.
2. Alat ukur tinggi antropometri berdiri.
3. Timbangan badan.
4. Penggaris atau meteran.
5. Lembar pengamatan.
Keterangan :
1. Tinggi tubuh: Jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas. Sementara
subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan.
2. Tinggi Mata Berdiri: Jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal
hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.
3. Tinggi Bahu Berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek
berdiri tegak.
4. Tinggi Siku Berdiri: Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan
lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan bergantungan secara wajar.
5. Tinggi Pinggul Berdiri: Ukur jarak vertikal lantai sampai pinggul pada saat subjek berdiri tegak.
6. Tinggi Tulang Ruas: Ukur jarak vertikal lantai sampai bagian tulang ruas atau buku jari tangan
(metacarpals) pada saat subjek berdiri tegak.
7. Tinggi Ujung Jari: Ukur jarak vertikal lantai sampai bagian ujung jari tengah tangan (dactylion)
pada saat subjek berdiri tegak.
8. Tinggi Dalam Posisi Duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas
kepala. Subjek duduk normal dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut
siku-siku.
9. Tinggi Mata Dalam Posisi Duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung
mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan.
10. Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung
tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.
11. Tinggi Siku Dalam Posisi Duduk: Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung
bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan
bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.
12. Tebal Paha: Subjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan
atas pangkal paha.
13. Panjang Lutut: Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai ke
lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
14. Panjang Popliteal: Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai
lekukan lutut sebelah dalam popliteal. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
15. Tinggi Lutut: ukur jarak vertikal dari lantai sampai tempurung lutut.
16. Tinggi popliteal: ukur jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha,
tepat bagian belakang lutut kaki
17. Lebar Sisi Bahu: ukur jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi paling luar bahu
kanan
18. Lebar Bahu Bagian Atas: ukur jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas kiri
19. Lebar Pinggul: Ukur jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan sisi luar pinggul kanan
20. Tebal Dada: Ukur jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian dada untuk subyek laki-
laki atau ke bagian buah dada untuk subyek wanita
21. Tebal perut duduk: Ukur jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian yang paling
menonjol di bagian perut
22. Panjang Lengan Atas: Ukur Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke bagian atas
bahu kanan
23. Panjang Lengan Bawah: Ukur jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian belakang
siku kanan ke bagian ujung dari jari tengah
24. Panjang Rentang Tangan Ke Depan: Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke ujung
jari tengah tangan kanan dengan siku dan pergelangan tangan kanan lurus.
25. Panjang Bahu-Genggaman Tangan Ke Depan: Ukur Jarak dari bagian atas bahu kanan
(acromion) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan, dengan siku dan
pergelangan tangan lurus
26. Panjang Kepala: Ukur jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian tengah antara dua
alis) ke bagian tengah kepala
27. Lebar Kepala: Ukur jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala bagian kanan,
tepat di atas telinga
28. Panjang Tangan: Ukur jarak Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari tengah tangan
kanan dengan posisi tangan dan seluruh jari lurus dan terbuka
29. Lebar Tangan: Ukur jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan yang diposisikan
lurus dan rapat.
30. Panjang Kaki: Ukur Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke bagian paling ujung
dari jari kaki kanan
31. Lebar Kaki: Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.
32. Panjang Rentangan Tangan Ke Samping: Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke
ujung jari tengah tangan kiri.
33. Panjang Rentangan Siku: Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke ujung siku tangan
kiri.
34. Tinggi Genggaman Tangan Ke Atas Dalam Posisi Berdiri: Jarak vertikal dari lantai ke pusat
batang silinder (centre of a cylindrical rod) yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
35. Tinggi Genggaman Tangan Ke Atas Dalam Posisi Duduk: Jarak vertikal dari alas duduk ke
pusat batang silinder.
36. Panjang Genggaman Tangan Ke Depan: Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan
(tulang belikat) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Langkah 2
Pengumpulan Data
1. Hasil Pengukuran dicatat pada Lembar Pengamatan dibawah ini:
Tabel 1. Lembar Pengamatan Pengukuran Data Antropometri Statis
Lembar Pengamatan Pengukuran Data Antropometri Statis
2. Masing-masing praktikan melakukan pengamatan pada beberapa lokasi dan menentukan produk
yang akan dirancang atau diberi inovasi di lokasi tersebut. Perancangan produk akan menggunakan
dimensi-dimensi tubuh hasil pengukuran Antropometri. Lokasi pengamatan akan ditentukan oleh
Instruktur Praktikum.
3. Data dimensi antropometri tambahan untuk pengolahan data (diberikan oleh Instruktur Praktikum)
dibuat kedalam tabel.
Langkah 3
Pengolahan Data
1. Uji Keseragaman Data
i
n
Standar Deviasi
2
i
k 1
Standar Deviasi Sub Group
x
n
BKA 3 X
BKB 3 X
2
Zt / i
2 2
i
'
i
N' ≤ N → Data cukup
N' ≥ N → Data tidak cukup
3. Perhitungan Presentil
Tabel 2 Tabel Rumus Perhitungan Presentil
Persentil Formula
5 X 1,645
10 X 1,280
50 X
90 X 1,280
95 X 1,645
1 … … … …
2 … … … …
… … … … …
N … … … …
Langkah 4
Analisis
a. Mengapa memilih produk tersebut?
b. Mengapa diperlukan antropometri untuk merancangnya, kenapa tidak langsung merancang saja?
c. Analisis kelebihan dan keterbatasan atau kekurangan produk.
Konsep Biomekanika
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum – hukum dan
konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun
bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam
atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan –
gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan
gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik) (Tayyari, 1997).
2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja
dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem
kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam
praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk
leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan
penganalisaan biomekanik.
Biomekanika dapat diterapkan pada [CHA91]: perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada,
mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan statis dan penentuan
sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban [CHA91]:
1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses pemuatan barang yang
dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan pengukuran terhadap faktor – faktor
yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban dengan acuan ketetapan NIOSH (1991).
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam
kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
LC = konstanta pembebanan = 23 kg
HM = faktor pengali horizontal = 25 / H
FM = faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier)
CM = faktor pengali kopling (handle)
VM = Faktor pengali vertikal
Keterangan:
H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh
V = jarak beban terhadap lantai
D =jarak perpindahan beban secara vertical
A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah ini dengan mengetahui
frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V dalam inchi.
Tabel 5 Tabel Faktor Pengali FM
Keterangan: untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit ditetapkan F = 2
Lift/menit.
Dari persamaan yang ditetapkan NIOSH tersebut, terdapat perbedaan faktor pengali jarak vertikal
untuk pekerja Indonesia, sehingga perlu penyesuaian terhadap nilai perkiraan berat beban yang
direkomendasikan untuk diangkat.
Adanya perbedaan ini karena faktor pengali vertikal sangat bergantung pada antropometri ketinggian
knuckle (jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tangan dengan posisi lurus ke bawah). Perumusan
faktor pengali vertikal yang dihasilkan oleh NIOSH adalah:
Sedangakan dari hasil penelitian di dapat bahwa untuk pekerja industri Indonesia faktor pengali jarak:
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui index
pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan persamaan:
Keterangan:
Jika LI ≤ 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Jika LI > 1,
maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
Kelelahan
Dalam biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang dinamakan kelelahan.
Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam aplikasinya biomekanik melihat orang secara
mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia tidak dapat dikesampingkan sehingga
manusia/pekerja mempunyai keterbatasan yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah.
Kelelahan adalah proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau
ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Dalam bahasan
lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum
terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.
Gejala-Gejala Kelelahan
Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan
secara jelas mengukur lingkungan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi
ataupun performansi kerja yang bisa mengevaluasi tingkatan kelelahan.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik,
menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.
Tujuan
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dan memanfaatkannya dengan merancang metode kerja
didasarkan pada prinsip–prinsip biomekanika kerja dan postur tubuh.
2. Mengetahui besar beban kerja pada saat melakukan kerja dengan metode biomekanika.
3. Mampu memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang dibebankan pada anggota tubuh
manusia.
4. Mampu mengaplikasikan metode Recommended Weight Limit (RWL) dalam menghitung beban
kerja, menghitung lifting index.
5. Mampu memberikan rekomendasi beban benda yang seharusnya dapat diangkat oleh operator.
Prosedur Praktikum
Langkah 1
Peralatan yang digunakan untuk praktikum modul Biomekanika dan Postur Kerja adalah sebagai
berikut:
1. Beban kerja
2. Kamera
3. Penggaris atau meteran pengukur
4. Alat pengukur sudut (busur)
5. Timbangan berat badan
6. Back, Leg and Chest Dynamo Meter
7. Preston Hand Dynamometer
8. Stop watch
9. Meja kerja
10. Lembar pengamatan
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum biomekanika kerja dan postur kerja adalah sebagai
berikut:
1. Dalam setiap kelompok (dua orang) dilakukan pengukuran secara bergantian. Saat satu orang
perwakilan menjadi model pengukuran, praktikan yang lainnya bertindak sebagai pengukur dan
pencatat. Begitupun sebaliknya.
2. Mengukur kekuatan tarik variasi tubuh dengan Back, Leg and Chest Dynamo Meter oleh kedua
tangan. Posisi yaitu posisi tangan membentuk sudut 0 dan 45. Lakukan pengamatan sebanyak 3x.
3. Mengukur kekuatan tarik tangan yang diukur dengan menggunakan Preston Hand Dynamometer.
Posisi tangan ke depan dengan posisi siku membentuk sudut 0, 90, 180. (berlaku untuk tangan
kanan dan kiri). Lakukan pengamatan sebanyak 3x.
4. Mengukur kekuatan variabel-variabel ukur RWL. Melakukan pengangkatan posisi 1 selama 1
menit. Untuk pengukuran variabel tidak dibatasi ukurannya, sesuai tingkat kenyamanan partisipan.
6. Pengambilan data operator untuk RULA dilakukan oleh masing-masing praktikan pada sebuah
lokasi kerja. Praktikan mengambil foto 1 orang operator yang sedang melakukan pekerjaan. Foto
diambil diambil pada jarak 1.5 meter dari tempat operator bekerja dari samping kanan dan kiri.
Foto dicetak ukuran 4R lalu foto tersebut diberi sudut dari postur kerja tersebut.
Langkah 2
Pengumpulan Data
1. Data Pengukuran Kekuatan Tarik Tubuh
Langkah 3
Pengolahan Data
1. Perhitungan Recommended Weight Limit Dan Lifting Index
A. Posisi 1
RWL awal
RWL akhir
Lifting Index
B. Posisi 2
RWL awal.
RWL akhir
Lifting Index
2. Perhitungan Score Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dengan mengisi worksheet perhitungan
RULA.
Langkah 4
Lakukan Analisis
1. Analisis Postur Kerja Terhadap Kekuatan Tarik Tubuh
2. Analisis Hasil Perhitungan RWL dan LI Untuk Posisi 1
3. Analisis Hasil Perhitungan RWL dan LI Untuk Posisi 2
4. Analisis Hasil Perhitungan Score Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Sampai saat ini, metode pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar sebagai
berikut:
1. Konsep Horse Power (foot-pounds of work per minute) oleh Taylor, tapi tidak memuaskan .
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (metode baru).
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut
jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan kecepatan
denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana:
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi
untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
KE = Et – Ei
Dimana:
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)
Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik.
Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang
disebut tingkat metabolisis basah. Hal tersebut mengukur perbandingan oksigen yang masuk dalam
paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas permukaan adalah faktor penentu
yang dinyatakan dalam kilokalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempuanyai berat 65 kg
dan mempunyai area permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Kerja disebut aerobik bila supply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan
kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui
latihan. Aktivitas dan tingkat energi dan klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis terlihat pada tabel
9.
Tabel 9. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis
Konsumsi
Tingkat Energy Expenditure Detak Jantung
Energi
Pekerjaan
Kkal / menit Kkal / 8jam Detak / menit Liter / menit
Undully Heavy >12.5 >6000 >175 >2.5
Very Heavy 10.0 – 12.5 4800 – 6000 150 – 175 2.0 – 2.5
Heavy 7.5 – 10.0 3600 – 4800 125 – 150 1.5 –2.0
Moderate 5.0 – 7.5 2400 – 3600 100 – 125 1.0 – 1.5
Light 2.5 – 5.0 1200 – 2400 60 – 100 0.5 – 1.0
Very Light < 2.5 < 1200 < 60 < 0.5
Dimana:
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recovery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
Fatique
Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak
berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari
kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau
menurunkan kualitas produksi, atau kedua-duanya dari performansi optimum seorang operator.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fatique adalah besarnya tenaga yang dikeluarkan,
kecepatan, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis kelamin dan umur. Fatique dapat diukur dengan :
a. Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernapasan
b. Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah
CO2 yang dihasilkan, temperatur badan, komposisis kimia dalam urin dan darah
c. Menggunakan alat uji kelelahan Riken Fatique.
(Untuk lebih jelas mengenai fatique dapat dibaca pada buku Motion & Time Study: Design &
measurement of Work, Barnes Ralph, 1980)
Tujuan
Tujuan dari praktikum Fisiologi Kerja adalah sebagai berikut:
a. Memahami perbedaan beban kerja atau cara kerja dapat berpengaruh terhadap aspek fisiologi
manusia
b. Mampu melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan metode fisiologi.
c. Menentukan besar beban kerja, berdasarkan kriteria fisiologi.
d. Merancang sistem kerja dengan memanfaatkan hasil pengukuran kerja dengan metode fisiologi.
Prosedur Praktikum
Langkah 1
Peralatan yang digunakan untuk praktikum modul Fisiologi Kerja adalah sebagai berikut:
a. Treadmill d. Stopwatch
b. Beban Statis (3kg dan 5kg) e. Termometer tubuh
c. Pulse Meter f. Lembar pengamatan
Langkah 2
Pengumpulan Data
Tabel 11 Data Pengukuran Saat Bekerja
Detik ke- Kecepatan Denyut Jantung (X) Energi (kkal/menit)
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
Jumlah
Rata-rata Et
Langkah 3
Pengolahan Data
1. Buatlah Grafik kecepatan denyut jantung VS waktu (detik ke-).
2. Buatlah Grafik konsumsi energi vs waktu (detik ke-).
Langkah 4
1. Analisis aktivitas kecepatan denyut jantung vs waktu.
2. Analisis aktivitas grafik konsumsi energi vs waktu.
3. Analisis klasifikasi beban kerja dari pekerjaan tersebut.
Seringkali manusia dalam bekerja tidak berfikir bahwa apakah pekerjaan yang dikerjakannya
dilakukan dengan benar, tepat dan aman, serta mendapatkan produktivitas yang optimal. Manusia
sebagai pekerja cenderung langsung untuk mengerjakan apa yang ada dihadapannya, tanpa
memikirkan faktor-faktor apa yang bisa menghambat atau mendukung keberhasilan pekejaannya.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam sistem kerja antara lain: faktor manusia, faktor
bahan/material, faktor alat atau mesin dan faktor lingkungan fisik kerja. Dari ke empat faktor tersebut,
faktor lingkungan fisik kerja sering kali diabaikan, padahal faktor lingkungan fisik kerja ini turut
menunjang keberhasilan kerja. Yang nantinya akan mempengaruhi kondisi fisik dan kondisi psikis
pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
Adakah perbedaan yang signifikan,seorang pekerja bekerja dalam lingkungan fisik yang dingin
dengan yang panas? Atau, seorang pekerja bekerja dalam lingkungan fisik yang agak gelap atau
terlalu terang? Atau, seorang pekerja bekerja dalam lingkungan kerja yang terlalu hening atau terlalu
bising? Berapa standar optimal temperatur, tingkat pencahayaan dan tingkat kebisingan untuk
melakukan suatu pekerjaan? Hal-hal inilah yang perlu diamati dan dianalisa, sehingga kita mampu
menciptakan suatu lingkungan fisik yang benar-benar menunjang keberhasilan suatu pekerjaan.
Tujuan
Praktikum Perancangan Lingkungan Fisik Kerja bertujuan:
1. Meneliti pengaruh faktor temperatur terhadap keberhasilan kerja.
2. Meneliti pengaruh faktor tingkat pencahayaan terhadap keberhasilan kerja.
3. Meneliti pengaruh faktor warna cahaya terhadap keberhasilan kerja.
4. Meneliti pengaruh faktor tingkat kebisingan terhadap keberhasilan kerja.
Prosedur Praktikum
Langkah 1
Peralatan yang digunakan untuk praktikum modul Lingkungan Kerja Fisik dan Beban Kerja adalah
sebagai berikut:
1. Speaker 5. Sound level meter
2. Termometer ruangan 6. Laptop
3. Hygrometer 7. Meja Kerja
4. Luxmeter 8. Artikel
Langkah-langkah dalam praktikum modul Lingkungan Kerja Fisik dan Beban Kerja adalah sebagai
berikut:
1. Dalam setiap kelompok (dua orang) dilakukan pengukuran secara bergantian. Saat satu orang
melakukan praktek, praktikan yang lainnya bertindak sebagai pengukur dan pencatat. Begitupun
sebaliknya.
2. Pekerjaan di dalam ruang iklim dikhususkan untuk pekerjaan beban mental. Tugas yang diberikan
berkaitan erat dengan penggunaan laptop yaitu menulis (mengetik) ulang sejumlah artikel (jenis
artikel ditentukan oleh Instruktur Praktikum). Orang ke-1 menulis ulang artikel selama 3 menit per
sesinya.
3. Sebelum pengambilan data, orang ke-2 mencatat temperatur, kelembaban, intensitas suara, dan
intensitas cahaya dengan menggunakan alat termometer, hygrometer, sound level, dan luxmeter,
kemudian catat pada lembar pengamatan.
4. Setelah pengambilan data selama 3 menit, orang ke-2 menghitung:
Jumlah huruf yang dapat diketik (A)
Jumlah kesalahan dalam mengetik (B) = didasari oleh kesalahan mengetik huruf atau angka,
kesalahan spasi, kesalahan huruf cetak miring
Jumlah huruf yang dapat diketik dengan benar = A-B
5. Terdapat 2 kondisi lingkungan fisik (kondisi akan diatur oleh Instruktur Praktikum)
6. Setelah melakukan pengambilan data di ruang iklim praktikan mengisi form NASA-TLX dibawah
ini.
Rating NASA-TLX
a. Mental Demand (MD)
Menurut anda seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 100
0 100
0 100
d. Performance (OP)
Menurut anda seberapa besar tingkat keberhasilan anda dalam melakukan pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 100
0 100
f. Effort (EF)
Menurut anda seberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 100
Langkah 2
Pengumpulan Data
1. Kondisi Ruangan
Tabel 13 Tabel Kondisi Ruangan
Temperatur Intensitas Intensitas
Kondisi Ke- Kelembaban (%)
(0C) Suara (dB) Cahaya (Lux)
1
2
2. Penulisan Artikel
Tabel 14 Hasil Penulisan Artikel
Jumlah huruf Jumlah kesalahan Jumlah huruf yang dapat
Kondisi Ke-
yang dapat diketik dalam mengetik diketik dengan benar
1
2
MD PD TD OP FR EF
MD
PD
TD
OP
FR
EF
Jumlah
Score rata-rata = (Rating x Bobot) /15
Langkah 4
Analisis Pengukuran Objektif:
a. Grafik JB (Jumlah Benar) VS Temperatur.
b. Grafik JB (Jumlah Benar) VS Kelembaban.
c. Grafik JB (Jumlah Benar) VS Intensitas Suara.
d. GrafikJB (Jumlah Benar) VS Intensitas Cahaya
Menganalisis apakah lingkungan kerja fisik mempengaruhi kinerja operator atau tidak. Jelaskan
perubahan tiap kondisi lingkungan fisik terhadap jumlah benar.
Contoh dari display diantaranya adalah jarum penunjuk speedometer, keadaan jalan raya memberikan
informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan
contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh
pengemudi. Jarum penunjuk spedometer merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan
kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi
(Sutalaksana, 2006)
Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan
pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila
display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak
kesalahan dari manusia yang menerimanya.
Sedangkan menurut Sutalaksana (1996), Display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu
sesuai dengan tulisan atau gambar yang dimaksud dalam display atau sejenis poster. Ciri-ciri display
dan poster yang baik adalah:
1. Dapat menyampaikan pesan.
2. Bentuk atau gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat atau dibaca.
5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7. Realistis sesuai dengan permasalahan.
8. Tidak membosankan.
Berdasarkan tujuannya, secara garis besar poster terdiri atas dua bagian,yaitu poster untuk tujuan
umum dan poster untuk tujuan khusus. Poster umum, diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja
umum, poster tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, poster mengenai kesalahan-kesalahan
manusia dalam bekerja. Sedangkan poster untuk tujuan khusus diantaranya, poster-poster dalam
industri, pekerjaan konstruksi. Dengan demikian pesan-pesan yang dikandung bersifat spesifik untuk
lingkungan yang bersangkutran. Misalnya poster untuk bahaya penggunaan lift, tangga, penyimpanan
benda-benda mudah terbakar atau mudah meledak.
Ukuran poster bervariasi mulai dari stiker yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Tetapi
umumnya berukuran sebesar kalender. Poster berukuran kecil biasanya dalam bentuk stiker yang
mudah ditempel dimana-mana, misalnya “Dilarang Menumpang” dapat ditempel di bagian forklift dan
buldoser.
Display yang berbentuk rambu-rambu berbahaya, biasanya dipasang pada dinding, pintu masuk atau
pada tiang-tiang. Display ini berbentuk seperti rambu-rambu lalu lintas (berbentuk bulat, segitiga,
segiempat atau belah ketupat)
Peran ergonomi sangat penting dalam membuat rancangan display dan poster yang memiliki daya
sambung yang tinggi dengan pembaca. Display dan poster harus mampu memberikan informasi yang
jelas. Konsep ”Human Centered Design” sangat kuat dalam pembuatan display dan poster karena
terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai “penglihat dan pemaham isyarat”.
Tipe-Tipe Display
Sehubungan dengan lingkungan, display terbagi dalam dua macam yaitu: Display Statis dan Display
Dinamis. Display Dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut waktu,
contohnya mikroskop dan speedometer. Display Statis memberikan informasi yang tidak tergantung
terhadap waktu, misalnya informasi yang menggambarkan suatu kota (Sutalaksana, 1996).
Menurut Galer (1989), Display dan Informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe, yaitu (1)
Display Kualitatif, (2) Display Kuantitatif, dan (3) Display Representatif. Untuk jenis Display
Kualitatif merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik. Contoh
display kualitatif misalnya informasi atau tanda ON, OFF pada generator, DINGIN, NORMAL,
PANAS pada pembacaan temperatur, BELL dan BUZZER untuk menunjukkan informasi kehadiran,
lampu kelap-kelip dan sirine sebagai tanda peringatan (Warning devices). Jenis Display Kuantitatif
memperlihatkan informasi numerik dan biasanya disajikan dalam bentuk Digital ataupun Analog
untuk suatu Visual Display. Untuk Display Representatif, biasanya berupa sebuah “working model”
atau “mimic diagram” dari suatu mesin. Salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta
api.
penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula
warna kuning dan biru (Galer, 1989). Sedangkan menurut Bridger,R.S (1995) terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display. Kelebihannya antara
lain: memberi tanda untuk data-data yang spesifik, informasi dapat lebih cepat diterima, dan dapat
terlihat lebih natural. Sedangkan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display
diantaranya: dapat menyebabkan “fatique”, membingungkan dan mungkin dapat memberikan reaksi
yang salah, dan tidak bermanfaat bagi orang yang butawarna.
Berger dalam Sutalaksana (2006) pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf
berdasarkan perbandingan antara tabel dan tinggi huruf yang berbeda-beda. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam perbandingan 1:13,3
merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat yang paling jauh terhadap yang
lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter. Sedangkan untuk huruf yang berwarna hitam dengan dasar putih,
perbandingan 1:8 merupakan perbandingan terbaik, yaitu dapat dilihat dari jarak 33,5 meter.
Tujuan
Tujuan dari praktikum penginderaan dan informasi adalah agar praktikan mengerti keterbatasan
kemampuan manusia dalam mengindera, khususnya secara visual dan praktikan diharapkan
mengetahui jenis-jenis pemberi informasi, tipe dan bentuk display, prinsip-prinsip dalam mendesain
visual display dan mampu merancang berbagai tampilan visual (teks, simbol, dan display) dengan
baik.
Prosedur Praktikum
Langkah 1
Peralatan yang digunakan untuk Praktikum Modul Sistem Penginderaan dan Informasi adalah
beberapa macam atau tipe display seperti: stopwatch, termometer, tombol-tombol pada perangkat atau
mesin elektronik, peta, poster, set display huruf atau angka, bel atau bunyi sirine, dan komputer
(software Corel Draw).
Langkah-langkah dalam Praktikum Modul Sistem Penginderaan dan Informasi adalah sebagai berikut:
1. Praktikan diminta untuk membuat suatu rancangan visual display dengan memperhatikan prinsip-
prinsip mendesain visual display, ukuran huruf atau angka, dan pemakaian warna. Rancangan
display berupa POSTER yang berkaitan dengan Ergonomi atau yang berhubungan dengan Teknik
Industri.
2. Ukuran display minimal A2 dengan minimal kombinasi 2 warna, maksimal 5 warna. Display
dibuat menggunakan software (Corel Draw, Sketch Up. Photoshop).
Langkah 2
Pengumpulan data
Rancangan display dibuat berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk asistensi, progress
rancangan minimal 70% (diprint dalan satu lembar A4). Sedangkan untuk final display, dibuat dalam
bentuk 2 (dua) dimensi.
Langkah 3
Pengolahan data
Sertakan Gambar Display yang sudah final serta essay yang berisi alasan pemilihan display,
penentuan warna, kelebihan dan kekurangan, lokasi penempatan display, serta deskripsi dari
rancangan display yang dibuat. (minimal 3 halaman).
Langkah 4
Analisis Display yang telah dibuat berdasarkan letak penyimpanan, kondisi lingkungan penyimpanan
display seperti pencahayaan, kemudahaan untuk dilihat dan penyampaian informasi yang ada pada
Display tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wignjosoebroto, Sritomo. 2006. Ergonomi Sudi Gerak dan Waktu: Penerbit Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
2. Sutalaksana, Iftikar. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Penerbit Institut Teknologi
Bandung.
3. Iridiastadi, H. dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Penerbit Rosda.
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR ASISTENSI
Nama Praktikan : Kelas :
NPM : Nama Instruktur :
Nama Laboratorium : Nama Asisten 1 :
Nama Praktikum : Nama Asisten 2 :
Tanggal Uraian Paraf