Anda di halaman 1dari 59

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

KETENTUAN DAN TATA TERTIB


PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI 2020

KETENTUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan adalah mahasiswa Teknik Industri Universitas Diponegoro yang sedang mengambil
mata kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi dan telah mengikuti mata kuliah Analisis
Pengukuran Kerja.
2. Praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktikum, mulai dari tugas pendahuluan,
pretest, praktikum, postest, asistensi dan pembuatan laporan, sampai presentasi. Apabila praktikan
tidak mengikuti salah satu poin praktikum di atas, maka akan mengurangi nilai akhir praktikum.
3. Praktikan wajib mengikuti seluruh modul praktikum.
4. Praktikum dapat dilaksanakan setelah praktikan sudah mengumpulkan Tugas Pendahuluan dan
mengikuti pretest.
5. Segala informasi terkait praktikum akan diumumkan melalui Online Account RSKE dan website
RSKE https://rsketiundip.wixsite.com/pske2020

TUGAS PENDAHULUAN
1. Tugas pendahuluan diberikan oleh lab sebelum dilakukan praktikum modul yang bersangkutan.
2. Tugas pendahuluan diumumkan melalui jarkoman web Praktikum PSKE 2020.
3. Isi tugas pendahuluan merupakan kebijakan lab yang disesuaikan kemampuan praktikan dan
waktu yang diberikan.
4. Pengerjaaan tugas penduhuluan WAJIB menggunakan bahasa praktikan sendiri-sendiri.
5. Pengumpulan tugas pendahuluan menggunakan format sebagai berikut :
• Kertas Bekas (bukan kertas yang sengaja dibuat bekas) berukuran A4 80gr dengan Margin 4-
4-3-2 border HIJAU MUDA.
• Tulis tangan menggunakan tinta warna biru dan disatukan dengan klip bebas.
• Pengumpulan tugas pendahuluan wajib satu angkatan pada waktu yang telah ditentukan.
• Untuk jawaban yang terdapat gambar - gambar tersebut boleh ditempel dilembar jawaban.
• Untuk Header sebelah kanan atas sertakan Nama, NIM, dan Kelompok dan untuk Footer
sebelah kiri bawah sertakan Modul dan Nama Asisten di setiap halaman.
• Dikumpulkan per kelompok menggunakan amplop coklat sama satu angkatan ukuran F4

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 1
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

diberi tulisan Kelompok dan Anggota Kelompok (Nama dan NIM) serta Nama Asisten
pada pojok kanan atas amplop.
6. Keterlambatan pengumpulan Tugas Pendahuluan tidak ada toleransi dan praktikan yang
bersangkutan akan mendapat nilai Tugas Pendahuluan NOL (0).
7. Tugas Pendahuluan TIDAK BOLEH MELAKUKAN PLAGIASI.
8. Tugas Pendahuluan harus menyertakan sumber/referensi
9. Apabila ditemukan kecurangan, maka praktikan yang bersangkutan akan mendapat nilai Tugas
Pendahuluan NOL (0).

TATA TERTIB PRETEST


1. Praktikan harus datang tepat waktu, tidak ada toleransi keterlambatan.
2. Sebelum melakukan pretest, ketentuan pretest wajib disebutkan di awal oleh asisten.
3. Praktikan harus memakai kemeja (pakaian berkerah), dan memakai sepatu saat praktikum (jaket
dan blazer bukan merupakan pakaian).
4. Sistem pretest tertulis atau mencongak dengan waktu tertentu untuk setiap soal.
5. Segala bentuk kecurangan dapat mengurangi nilai pretest praktikan
6. Tidak ada pretest ulang (kecuali sakit dengan izin dokter atau keluarga dekat meninggal dunia, serta
izin dengan alasan tertentu).
7. Materi pretest bersumber dari tugas pendahuluan, modul praktikum, dan sumber lain yang
bersangkutan dengan materi praktikum.

TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Jadwal praktikum diumumkan melalui jarkoman dari web Praktikum PSKE 2020, apabila ada
komplain jadwal dapat menghubungi koordinator praktikum selambat- lambatnya 24 jam sebelum
praktikum dilaksanakan melalui koordinator praktikan PSKE 2020.
2. Jika praktikan tidak hadir praktikum dengan alasan sakit(opname), atau keluarga dekat meninggal
dunia, serta izin dengan alasan tertentu, praktikan boleh tidak mengikuti praktikum dengan izin
tertulis kepada koordinator praktikum PSKE 2020.
3. Praktikan harus memakai pakaian berkerah, dan memakai sepatu saat praktikum (jaket dan blazer
bukan merupakan pakaian).

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 2
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

4. Praktikan tidak diperkenankan makan, minum, merokok, dan wajib men-silent alat komunikasi
selama praktikum berlangsung.
5. Praktikan wajib meminta izin kepada asisten apabila hendak meninggalkan laboratorium pada saat
praktikum.
6. Praktikan wajib mengumpulkan data hasil pengamatan pada saat selesai praktikum.
7. Praktikan wajib mengumpulkan jurnal praktikum (draft pengolahan data) sesuai dengan jadwal
yang ditentukan.
8. Praktikan wajib mengumpulkan laporan resmi sesuai dengan jadwal yang ditentukan (untuk tiap-
tiap modul).
9. Laporan praktikum permodul tidak boleh sama, bila ditemukan berbagai bentuk kecurangan maka
akan mengurangi nilai laporan kelompok tersebut.

TATA TERTIB ASISTENSI


1. Praktikan harus memakai pakaian berkerah dan memakai sepatu saat asistensi berlangsung (jaket
bukan merupakan pakaian).
2. Asistensi tidak boleh melanggar jam kuliah.
3. Asistensi hanya dilaksanakan di kampus Teknik Industri.
4. Asistensi laporan per modul maksimal 5 kali dengan presentasi asisten (postest) sebagai syarat
ACC.
5. Asistensi wajib dihadiri oleh semua anggota kelompok, kecuali ada izin tertulis kepada asisten
masing-masing.
6. Pada saat asistensi wajib membawa lembar asistensi.
7. Jika tata tertib asistensi tidak ditaati maka asisten berhak menolak atau menghentikan asistensi.

TATA TERTIB PRESENTASI ASISTEN


1. Presentasi asisten dilakukan setelah seluruh modul praktikum dilaksanakan. Jadwal presentasi
asisten diumumkan melalui web Praktikum PSKE 2020. Apabila ada komplain jadwal dapat
menghubungi koordinator praktikum selambat-lambatnya 24 jam sebelum pelaksanaan.
2. Format presentasi adalah lisan.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 3
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

3. Izin tidak mengikuti presentasi asisten, dengan alasan sakit (opname) atau ada keluarga dekat yang
meninggal dunia atau izin lain dengan alasan yang diperbolehkan dapat menghubungi koordinator
praktikum yang bersangkutan dengan menggunakan izin tertulis.
4. Praktikan harus memakai pakaian berkerah dan memakai sepatu saat asistensi berlangsung (jaket
bukan merupakan pakaian).

TATA TULIS LAPORAN


1. Laporan diketik komputer dan dicetak two pages pada kertas A4 80 gram (Boleh kertas bekas atau
baru untuk pengumpulan laporan mingguan akhir modul).
2. Huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12.
3. Spasi yang digunakan 1,5.
4. Margin (atas-bawah-kiri-kanan) adalah (4-3-4-2).
5. Laporan akhir dijadikan satu folder dikumpulkan dalam bentuk CD untuk masing – masing
kelompok.

PRESENTASE PENILAIAN PRAKTIKUM

1. Tugas Pendahuluan (10%)


2. Pre Test (15%)
3. Laporan (35%)
4. Post Test (20%)
5. Presentasi (20%)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 4
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Contoh Lembar Pengesahan Tiap Modul :


LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 1
TIME STUDY

Semarang, 20 Maret 2020


Menyetujui
Asisten,

Pradhipta Listyawardhani
NIM 21070117130096

Mengetahui,
Koordinator Praktikum

Della Refina Adelia


NIM 21070117130077

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 5
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PSKE

Semarang, 26 Mei 2020


Menyetujui
Koordinator Asisten

Choirunnisa’Ahmad Kadafi
NIM 21070115120072

Mengetahui,
Dosen Pengampu

Dr. Manik Mahachandra.


NIP. 198305032010122002

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 6
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

MODUL 1
TIME STUDY

I. Tujuan
Dari praktikum ini diharapkan praktikan :
1. Mampu memahami dan menerapkan pengukuran waktu kerja dengan metode Stopwatch
Time Study;
2. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus secara langsung dari suatu pekerjaan
dengan menggunakan stop watch;
3. Mampu memahami dan menghitung uji keseragaman data dan uji kecukupan data;
4. Mampu memahami dan menghitung waktu siklus, waktu normal, waktu baku, dan output
standar dari suatu pekerjaan.

II. Dasar Teori


2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan
seorang operator terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat
kecepatan kerja yang normal dan dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Tujuan
dari pengukuran waktu kerja tersebut adalah untuk mencari waktu baku. Kemudian
pengukuran waktu dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, yang terbaik dilihat
dari waktu penyelesaian tersingkat (Wignjosoebroto,1995).
Pengukuran waktu kerja dibagi menjadi dua cara, yaitu pengukuran kerja secara
langsung dan pengukuran kerja secara tidak langsung.

2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Langsung


Pengukuran secara langsung ialah pengamat mengukur atau mencatat langsung waktu
yang diperlukan oleh seorang operator dalam melakukan pekerjaannya di tempat operator
tersebut bekerja. Hal tersebut berarti bahwa pengamat langsung mengamati operator secara
langsung di tempat kerja, misal : SWTS (Stopwatch time study) dan Sampling kerja.
2.1.1.1 Pengukuran Waktu dengan Stop Watch Time Study
Merupakan suatu teknik observasi langsung, dimana para praktisitime study
mengamati seorang pekerja, mencatat waktu dari apa yang sedang dikerjakan dan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 6
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

menentukan nilai pekerjaan tersebut. Piranti pengukur waktu elektronik yang sekarang sering
digunakan adalah stop watch konvensional (Sutalaksana, 1979).
Langkah-langkah pengukuran metode stopwatch time study :
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
2. Memilih Operator
3. Melatih Operator (Kondisi atau Cara Kerja yang Tidak Biasa)
4. Mengurai Pekerjaan atas Elemen Pekerjaan
5. Menyiapkan Alat-Alat Pengukuran
6. Mengamati waktu kerja operator
7. Menentukan siklus kerja yang akan diamati dengan penentuan tingkat ketelitian dan
keyakinan
8. Menentukan penyesuaian dan kelonggaran operator
9. Menghitung waktu baku.

2.1.2 Pengukuran Kerja Tidak Langsung


Pengukuran kerja tidak langsung adalah pengukuran waktu kerja dengan cara
dihitung dengan metode standar data/formula, pengukuran kerja dengan analisa regresi,
penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan. Dari sekian banyak cara di atas yang
umumnya sering dilakukan adalah dengan cara penetapan waktu baku dengan data waktu
diantaranya :
a. Work Factor (WF)
Sistem Work Factor memungkinkan untuk menetapkan waktu untuk pekerjaan-
pekerjaan manualdengan menggunakan data waktu gerakan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
Tabel 1. 1 Work Factor Motion

(Wignjosoebroto,1995)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 7
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

a. Maynard Operation Sequence Technique (MOST)


Teknik pengukuran kerja MOST disusun berdasarkan urutan sub-sub aktivitas atau
gerakan. Sub-sub aktivitas ini pada dasarnya diperoleh dari gerakan-gerakan yang
memiliki pola-pola berulang seperti menjangkau, memegang, bergerak dan
memposisikan objek serta pola-pola tersebut diidetifikasikan dan diatur sebagai suatu
urutan kejadian yang diikuti dengan perpindahan objek
b. Methods Time Measurement (MTM)
Suatu sistem penerapan awal waktu baku (predetermined time standard) yang
dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi
kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini didefinisikan sebagai suatu
prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau metode kerja (manual operation) ke
dalamgerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut,
dan kemudian menetapkan standar waktu dari masing-masing gerakan tersebut
berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja yang ada.Gerakan dasar
dalam MTM :
• Menjangkau (R) :
Gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk
memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan. Waktunya bergantung
pada tujuan, panjang gerakan dan kelasnya.
• Membawa (M) :
Gerakan dasar yang dikerjakan bila maksud utamanya adalah untuk membawa
suatu objek ke suatu sasaran.
• Memutar (T) :
Gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan dengan baik dalam
keadaan kosong maupun tanpa beban.
• Memegang (G) :
Elemen dasar yang digerakkan dengan maksud utama untuk menguasai
sebuah atau beberapa objek baik dengan jari
• Melepas (R) :
Gerakan dasar penguasaan atas suatu objek dengan jari atau tangan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 8
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

2.2 Assembly Chart


Assembly chart adalah suatu diagram yang menggambarkan suatu urutan dari operasi
transportasi, pemeriksaan, inspeksi hingga penyimpanan dari suatu proses perakitan menjadi
produk jadi. Adapun kegunaan dari assembly chart adalah (Wignjosoebroto, 1995):
Untuk mengetahui aliran material atau aktivitas pekerja mulai dari awal proses sampai
aktivitas terahir
• Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dilakukan oleh pekerja selama proses atau
prosedur berlangsung
• Sebagai alat untuk mempermudah proses analisis untuk mengetahui tempat-tempat yang
tidak efisien
• Alat untuk memperbaiki tata letak dan metode kerja
• Berikut adalah assembly chart perakitan piston.

Gambar 1. 1 Assembly Chart Piston

2.3 Melakukan Pengukuran Waktu


2.3.1 Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku
atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Waktu siklus terdiri dari dua
komponen, yaitu waktu proses (processing time) dan penundaan waktu (nonprocessing time).
Waktu proses (processing time) mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi
output. Penundaan waktu (nonprocessing time) mencakup aktivitas seperti menunggu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 9
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

(waiting), menyimpan (storing), dan aktivitas-aktivitas ini biasanya diklasifikasikan sebagai


bukan nilai tambah (non value added).
Untuk menghitung waktu siklus, digunakan rumus:
∑𝑋
𝑊𝑠 = …………………………..………….. (1.1)
𝑛

Keterangan:
𝑊𝑠 = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n = Jumlah pengamatan yang dilakukan

2.3.2 Performance Rating dan Waktu Normal


Kinerja (job performance) adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran
yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Berikut adalah beberapa sistem untuk
memberikan rating yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran waktu kerja
(Barnes. 1980):
a. Westinghouse System’s Rating
Sistem ini di kenalkan oleh Westing House Company (1927). Metode Westinghouse
System’s Rating merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya
penyesuaian. Performance rating memiliki 2 jenis, yaitu subjektif dan objektif. Lebih
lengkap disini rating subjektif didasarkan oleh
4 faktor yaitu ketrampilan (skill), usaha (effort), kondisi kerja(working condition), dan
keajegan (consistency) operator dalam melakukan kerja.
Sedangkan Performance rating Objektif memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan
kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam
melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Untuk kesulitan kerja disediakan tabel
yang menunjukkan berbagai kesulitan kerja. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
performance rating obyektif adalah sebagai berikut (Sutrisno, 2013):
- Pedal kaki
- Penggunaan tangan
- Koordinasi mata dengan tangan
- Peralatan
- Anggota terpakai

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 10
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

b. Skill and Effort Rating


Sekitar tahun 1916, Charles E. Bedaux memperkenalkan suatu sistem untuk
pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem yang diperkenallcan olehnya
ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka
"Bs".
Prosedur pengukuran kerja yang dibuat oleh Bedaux meliputi menentukan rating
terhadap skill dan usaha-usaha yang ditunjukkan oleh seorang operator. Bedaux
menggunakan 60 Bs sebagai performansi standar. Dengan kata lain, yang harus
dicapai oleh seorang operator yang bekerja dengan kecepatan normal diharapkan akan
mampu mencapai angka 60 Bs per jam, dan pemberian intensif dilakukan pada tempo
kerja rata-rata sekitar 70-85 Bs per jam.
c. Shumard
Pada metode shumard penilaian diberikan berdasarkan kelas-kelas performansi kerja
dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Disini pengukur diberi patokan
untuk menilai performansi kerja operator menurut kelas-kelas superfast, fast+, fast, fast-
, excellent, dan seterusnya (Sutalaksana, 1979).
d. Synthetic Rating
Synthetic rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator
berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan telebih dahulu (predetermined time
value). Prosedur yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja
seperti biasanya dan kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan waktu
penyelesaian elemen kerja sebelumnya yang sudah diketahui data waktunya.
Perbandingan ini akan menghasilkan indek sperformance atau rating factor dari
operator untuk melaksanakan elemen kerja tersebut (Astuti, 2016).
e. Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaan pada saat kondisi wajar dan dengan kemampuan kerja rata-
rata. Untuk menghitung waktu normal, digunakan rumus:
𝑊𝑁 = 𝑊𝑠 𝑥 𝑃 ............................................................................. (1.2)
=

Dimana :
Wn = Waktu normal
Ws = Waktu siklus
P = Performance Rating

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 11
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Faktor penyesuaian (P) disini dilakukan perhitungan dimana pengukur


berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan yang tidak sebagaimana
mestinya sehingga hasil perhitungan waktu yang digunakan perlu untuk disesuaikan
atau dinormalkan terlebih dahulu agar didapatkannya waktu siklus rata-rata yang
wajar jika pekerja bekerja dengan wajar maka faktor penyesuaiannya yakni P = 1,
yang artinya adalah waktu siklus rata-rata telah normal. Apabila pekerja bekerja
terlalu lambat maka untuk menormalkan waktu tersebut pengukur harus memberi
nilai P < 1, sedangkan jika pekerja bekerja terlalu cepat diberi nilai P > 1
(Sutalaksana, 1979).

2.3.3 Allowance
Allowance merupakan waktu kelonggaran yang dapat di estimasi dalam melakukan
kegiatan produksi. Macam-macam dari allowance yakni (Sutalaksana,1979):
1. Allowance untuk kebutuhan pribadi, yaitu allowance yang diberikan kepada operator
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
2. Allowance untuk kebutuhan yang tidak terhindarkan, yaitu allowance yang diberikan
kepada operator untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak.
3. Allowance untuk menghilangkan kelelahan, yaitu allowance yang diberikan untuk
menghilangkan rasa lelah karena bekerja.
Berikut ini adalah tabel klasifikasi allowance :
Tabel 1. 2 Allowance
Kelonggaran (%)
Faktor Contoh Pekerjaan
Ekuivalen beban Pria Wanita
A. Tenaga yang dikerluarkan
1. Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0
2. Sangat Ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00-2,25 Kg 6,0-7,5 6,0-7,5
3. Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0
4. Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0

5. Berat Mengayun palu yang berat 19,00-27,00 19,0-30,0

6. Sangat Berat Memanggul beban 27,00-50,00 30,0-50,0

7. Luar biasa berat Memanggul karung berat diatas 50 Kg

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 12
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Tabel 1. 2 Allowance
B. Sikap Kerja
1. Duduk Bekeja duduk ringan 0,00-1,0

2. Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5

3. Bendiri diatas satu kaki Satu kaki mengenakan alat kontrol 2,5-4,0

4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5-4,0

5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0-10


C. Gerakan Kerja
1. Normal Ayunan bebas dari palu 0

2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0-5

3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0-5

Pada anggota-anggota
4. Bekerja dengan tangan diatas kcpala 5-10
badan terbatas

5. Seluruh anggota badan Bekeja dilorong petambangan yang sempit 10-S


terbatas
D. Kelelahan Mata *) Pencahayaan baik Buruk
1. Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0-6,0 0,0-6,0
Pandangan yang hampir terus Pekerjaan-pekerjaan
2.
menerus yang teliti 6,0-7,5 6,0-7,5

Pandangan terus menerus dengan Memeriksa cacat- cacat 7,5-12,0 7,5-16,0


3.
fokus berubah-ubah pada kain 12,0-19,0

Pandangan terus menerus dengan Pemeriksaan sangat 19,0-30,0 16,0-30,0


4.
fokus tetap teliti 30,0-50,0
E. Keadaan temperatur tempat
Temperatur (C) Kelembaban normal Berlebihan
kerja**)
1. Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
2. Rendah 0-13 10-0 12-5
3. Sedang 13-22 5-0 8-0
4. Normal 22-28 0-5 0-8
5. Tinggi 28-38 5-40 8-100
6. Sangat tinggi diatas 38 diatas 40 diatas 100

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 13
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Tabel 1. 2 Allowance
F. Keadaan atmosfer***)

1. Baik Ruang yang berventilasi baik,udara segar 0


2. Cukup Ventilasi kurang baik: ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0-5
3. Kurang Baik Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi 5-10
Banyak
4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan 10-20
menggunakan alat-alat pemafasan
G. Keadaan lingkungan yang baik
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0-1
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 1-3
4. Sangat bising 0-5
5. Jika factor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas 0-5
6. Terasa adanya getaran lantai 5-10
7. Keadaan yang luar biasa (bunvi, kebersihan, dll) 5-15

*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan


**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim

Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0-2,5%


Wanita = 2-5,0%

2.3.4 Waktu Baku


Waktu baku adalah waktu yang memang dibutuhkan operator untuk memproduksi satu
unit dari data jenis produk. Waktu baku untuk setiap part harus dinyatakan termasuk
Allowance untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau untuk faktor-faktor yang tidak
dapat dihindarkan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu baku (Wignjoesoebroto, 1995):
𝑊𝑏 = 𝑊𝑛 × (1 + 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)………………………..….(1.3)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 14
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

2.3.5 Output Standard


Output standard merupakan keluaran yang dihasilkan dalam suatu waktu tertentu.
Kegunaan dari output standard adalah untuk menentukan tingkat produktivitas dari suatu kerja.
Persamaan dari output standard adalah sebagai berikut (Sutrisno, 2013):
1

1
Output Standard = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐵𝑎𝑘𝑢………………………. (1.4)

2.3.6 Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau penggunaan yang sebenarnya
(Mulyamah, 1987). Persamaan dari efisiensi adalah sebagai berikut:
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑥 100%...............................................(1.5)

2.4 Manfaat Waktu Baku


Manfaat dari waktu baku adalah (Wignjosoebroto,1995):
a. Man Power Planning.
b. Estimasi biaya-biaya untuk upah kerja.
c. Penjadwalan produksi dan penganggaran.
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang berprestasi.
e. Indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja.

2.5 Prinsip Ekonomi Gerakan


Sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dikemukakan oleh Marvin E
Mundel dalam Wignjosoebroto (1995), dalam merencanakan metode kerja yang produktif
secara umum dapat digunakan acuan sebagai berikut:
a. Eliminasi Kegiatan.
b. Kombinasi Gerakan atau aktivitas kerja.
c. Penyederhanaan Kegiatan.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 15
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

III. Alat dan Bahan


1. Palet
2. Bor
3. Tang Snap Ring
4. Kontainer
5. Pemasang Ring Oil
6. Pemasang Pin Piston

IV. Metodologi Praktikum


Berikut metodologi praktikum modul Time Study:

Gambar 1. 2 Flowchart Metodologi Praktikum Modul 1

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 16
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

b. Prosedur Praktikum
Berikut prosedur praktikum modul 1 ini :
1. Praktikan melakukan pembagian tugas dan mengidentifikasi proses kerja dari proses
perakitan piston
2. Praktikan menyiapkan peralatan yang telah ditentukan dalam pengambilan data praktikan
3. Praktikan melakukan pengambilan data dengan bimbingan asisten sebanyak N kali
dengan mengamati dan mencatat waktu proses perakitan
4. Data yang didapat kemudian diuji keseragaman dan kecukupannya
5. Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditunjukan operator dan waktu
normalnya
6. Berikan allowance untuk operator dan hitung waktu baku serta output standarnya

VI. Daftar Pustaka


Sutalaksana , Iftikar , dkk . 1979. Teknik Tata Cara Kerja . Bandung : Departemen Teknik
Industri ITB.
Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study and Measurement of Work. New. York :
Jhon W Sons, Inc
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Penerbit Guna
Widya.

VII. Format Laporan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Metodologi Praktikum
2.2 Penjelasan Metodologi Praktikum
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Deskripsi Gerakan
3.1.2 Part List Benda
3.1.3 Rekap Data Waktu Operasi pada Stasiun Kerja X

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 17
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

3.1.4 Efisiensi Jam Kerja


3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Uji Kecukupan Data
3.2.2 Uji Keseragaman Data
3.2.3 Perhitungan Waktu Normal
3.2.3.1 Perhitungan Waktu Observasi rata-rata
3.2.3.2 Penentuan Performance Rating
3.2.3.3 Penentuan Waktu Normal
3.2.4 Penentuan Waktu Baku
3.2.4.1 Penentuan Allowance
3.2.4.2 Penentuan Waktu Baku
3.2.5 Penentuan Output Standard
3.2.6 Perhitungan Efisiensi Waktu Baku dan Waktu Aktual
BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Penerapan Metode Kerja
4.2 Analisis Penentuan Waktu Normal dan Waktu Baku
4.3 Analisis Penentuan Performance Rating dan Allowance
4.3.1 Analisis Performance Rating yang digunakan
4.3.2 Analisis Allowance yang digunakan
4.4 Analisis Efisiensi
4.5 Analisis Output Standard
4.6 Analisis Perbandingan Perakitan Satu Shift
4.6.1 Analisis Waktu Baku dan Waktu Aktual
4.6.2 Analisis Performance Rating dan Allowance
4.6.3 Analisis Output Standard
4.6.4 Analisis Efisiensi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar Pengamatan
2. Lembar Asistessi

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 18
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

MODUL 2
MANUAL MATERIAL HANDLING

I. TUJUAN
Dari praktikum Manual Material Handling ini diharapkan:
1. Praktikan mampu mengintegrasikan berbagai pertimbangan ergonomi, khususnya
dari sisi biomekanika dalam merancang sistem kerja yang menghasilkan rancangan efektif,
nyaman, sehat, dan efisien (ENASE).
2. Praktikan mampu mengetahui dan dapat menganalisis posisi postur yang baik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dari kerja yang dilakukan.
3. Praktikan mampu menggunakan konsep dan teknik RWL (Recommended Weight Limit)
dalam merancang gerakan-gerakan perpindahan alat dan benda kerja yang ergonomis.
4. Praktikan mengetahui dan memahami posisi postur tubuh pekerja dengan menggunakan
software CATIA dan Ergofellow

II. Dasar Teori


2.1 Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai gaya-gaya internal dan
eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan akibat–akibat dari gaya-gaya yang dihasilkan.
Biomekanika adalah kombinasi antara keilmuwan mekanika, antropometri dan dasar ilmu
kedokteran (Chaffin, 2006).
Biomekanika sendiri diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum-
hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam
posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2 yaitu Biostatics dan Biodinamic
2. Occupational Biomechanic
Didefnisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik
antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan
keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 19
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

2.2 Manual Material Handling


Manual material handling adalah aktivitas pemindahan bahan secara manual yang
sebaiknya tidak membahayakan dan menimbulkan rasa sakit sehingga dapat meningkatkan
produktivitas pekerja (Wignjosoebroto, 1996).

2.3 RWL
RWL adalah persamaan pengangkatan beban kerja yang direkomendasikan oleh
NIOSH. RWL digunakan untuk pengangkatan beban kerja spesifik pada waktu tertentu untuk
pekerja dalam kondisi normal, dimana mengurangi resiko terjadinya cedera pada
musculoskeletal, NIOSH merekomendasikan penggunaan RWL dan LI berdasarkan konsep
resiko pengangkatan beban dan Low Back Pain (LBP).
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang
pekerja dalam konisi teertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut:

RWL = LC × HM × VM × DM × AM × FM × CM .................................(2.1)
Keterangan:
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan =23 kg
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
H : Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh
V : Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D : Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai tujuan
A : Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.

2.4 LI
Lifting Index (LI) merupakan estimasi relatif atas tekanan fisik yang berkaitan dengan
pengangkatan secara manual. LI dihitung menggunakan persamaan:
Lifting Index = Load weight/Recommended Weight Limit 12 ................(2.2)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 20
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Jika LI > 1, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang
direkomendasikan. Dengan demikian, maka aktivitas tersebut mengandung potensi resiko
cedera muskuloskeletal. Jika LI < 1, berat beban yang diangkat tidak melebihi batas
pengangkatan yang direkomendasikan. Dengan demikian, maka aktivitas tersebut tidak
mengandung risiko cidera (Waters et al., 1993).

2.5 RULA
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai postur,
gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh
bagian atas (upper limb).

2.6 REBA
Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan sebuah metode yang digunakan
untuk menilai tingkat risiko dari sebuah postur kerja atau postur leher, punggung, lengan
pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor
coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja (Sue dan Hignett,
2000).

2.7 QEC
Quick Exposure Checklist (QEC) merupakan salah satu metode pengukuran beban
postur yang diperkenalkan oleh Dr.Guanyang Li dan Peter Buckle. QEC menilai pada empat
area tubuh yang terpapar pada risiko yang tertinggi untuk tejadinya work musculoskeletal
disorders (WMSDs) pada seseorang ataupun operator (Li dan Buckle, 1998).

2.7 Ergofellow
Perangkat lunak ini memiliki 17 alat ergonomis untuk mengevaluasi dan meningkatkan
kondisi tempat kerja, untuk mengurangi risiko kerja dan meningkatkan produktivitas.
Perangkat lunak ini dikembangkan oleh MPL Sistemas pada tahun 2009 dan sangat berguna
untuk ergonomists dan untuk semua profesional di bidang keselamatan dan kesehatan.

2.8 CATIA
Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Applicaton).
Software ini sangat berguna untuk membantu proses desain (CAD), rekayasa (CAE) maupun

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 21
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

manufaktur (CAM), yang memungkinkan proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan


secara digital sehingga tidak diperlukan lagi gambar manual maupun model fisik. Software ini
juga handal dalam memenuhi kriteria artistik, kelayakan mekanis, kenyamanan (ergonomis)
dan juga kelayakan secara bisnis dari suatu desain produk.

III. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum adalah :
1. Kontainer
2. Meja kecil dan meja besar
3. Lempengan pemberat
4. Kamera
5. Meteran dan Alat tulis
6. Form Pengambilan Data
7. Software CATIA dan Ergofellow

IV. Metodologi Praktikum


Berikut merupakan metodologi praktikum modul 2:

Gambar 2.1 Flowchart Metodologi Praktikum Modul 2

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 22
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

V. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan diperkenalkan mengenai RWL dan pengukuran LI.
2. Praktikan melakukan pengambilan data Manual Material Handling secara langsung.
3. Praktikan mengukur nilai RWL dan LI dari masing – masing Material Handling yang dilakukan
secara manual dan mensimulasikan dengan menggunakan software CATIA dan Ergofellow.
4. Praktikan menganalisis nilai RULA, REBA, dan QEC dengan software CATIA dan
Ergofellow.
5. Praktikan menganalisa hasil RWL, LI, RULA, REBA dan QEC serta memberikan
rekomendasi perbaikan.

VI. Daftar Pustaka


Chaffin, D.B., et al.2006.Occupational Beomechanichs. 4th ed. Wiley Interscience. Iridiastadi,
Hardianto. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sue Hignett and Lynn McAtamney, 2000. Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya.
Guna Widya.

VII. Format Laporan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Sistematika Penulisan

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Flowchart Metodologi Praktikum
2.2 Penjelasan Flowchart Metodologi Praktikum

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.1 Pengumpulan Data
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Manual Lifting dengan RWL dan LI
3.2.1.1 Perhitungan Manual Lifting Manual

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 23
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

3.2.1.2 Perhitungan Manual Lifting Software


3.2.1.3 Rekapitulasi Perhitungan Manual Lifting Manual dan Software
3.2.2 Postur Kerja dengan RULA, REBA dan QEC
3.2.2.1 Perhitungan Postur Kerja Manual
3.2.2.2 Perhitungan Postur Kerja Software
3.2.2.3 Rekapitulasi Perhitungan Postur Kerja Manual dan Software

BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Manual Lifting dengan RWL dan LI
4.1.1 Analisis Manual Lifting (Sebelum Perbaikan)
4.1.2 Analisis Manual Lifting (Setelah Perbaikan)
4.1.3 Analisis Perbedaan Hasil Perhitungan Manual Lifting (Manual VS Software)
4.2 Analisis Postur Kerja dengan RULA, REBA dan QEC
4.2.1 Analisis Postur Kerja dengan RULA dan Saran Perbaikan
4.2.2 Analisis Postur Kerja dengan REBA dan Saran Perbaikan
4.2.3 Analisis Postur Kerja dengan QEC dan Saran Perbaikan
4.2.3 Analisis Perbedaan Hasil Perhitungan Postur Kerja (Manual VS Software)

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. Lembar Pengesahan
2. Lembar Pengamatan
3. Lembar Asistensi

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 24
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

MODUL 3
BEBAN KERJA MENTAL

I. Tujuan Praktikum
Dari praktikum Ergonomi Kognitif ini diharapkan :
1. Mampu mengetahui dan memahami tentang beban kerja mental
2. Mampu mengetahui dan memhami konsep Human Error dalam performansi kerja
3. Mampu memahami dan mengaplikasikan metode perhitungan performansi beban kerja
mental dalam analisis beban kerja
4. Mampu memahami dan mengaplikasikan pengukuran lingkungan fisik kerja
5. Mampu memahami dan menganalisis pengaruh distraksi dalam performansi kerja dan
beban kerja mental, serta memberikan perbaikan dari hasil analisa tersebut.

II. Dasar Teori


2.1 Ergonomi Kognitif
Ergonomi Kognitif adalah cabang dari ilmu ergonomi yang berkaitan erat dengan proses
mental manusia. Ergonomi kognitif mempelajari kognisi manusia dalam sistem kerja guna
mengoptimalkan kesejahteranaan manusia dan performa sistem.
Berikut merupakan tahapan peneriamaan informasi (Iridiastadi, 2014) :
a) Sensasi
Sensasi merupakan tahapan pertama dalam penerimaan informasi. Sensasi adalah proses
menangkap dan mendeteksi stimuli dengan menggunakan panca indra. Perbedaan
penerimaan sensasi antara seseorang dengan orang lain disebabkan frame of reference
yang berbeda atau kapasitas alat indra yang berbeda.
b) Persepsi
Persepsi adalah proses interpretasi atas stimuli yang diterima oleh indra, yang
menyebabkan kita menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri atas pengertian terhadap
lingkungan.
c) Perhatian
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol
dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian sebenaranya merupakan
syarat untuk dapat terjadinya persepsi atau langkah awal persiapan akan kesediaan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 25
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

individu melakukan persepsi. Perhatian terjadi ketika kesadaran dominan pada stimuli
tertentu atau dengan kata lain keaktifan jiwa yang diarahkan pada sesuatu objek baik di
dalam maupun di luar dirinya. Pengertian lain mendifinisikan perhatian sebagai
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada satu
atau sekumpulan objek.
d) Berfikir
Berpikir adalah proses yang mempengaruhi penfasiran terhadap stimuli. Berpikir
dilakukan untuk memahami realita yang terjadi dalam rangka pengambilan keputusan,
memcahkan persoalan, dan menghasilkan sesuatu yang baru.
e) Pusat Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini keputusan akan dibuat apakah informasi akan disimpan dalam rentang
waktu jangka pendek atau berusaha mempelajari informasi tersebut dan disimpan secara
permanen dalam memori jangka panjang.
f) Memori
Memori adalah pengulangan informasi dari waktu ke waktu. Dalam memori tersimpan
banyak informasi yang akan dipanggil kembali sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan.Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam
memengaruhi baik persepsi maupun berpikir.
g) Motivasi
Motivasi adalah suatu proses dimana setiap orang atau individu diharapkan dapat
menaikkan bahkan memaksimalkan dirinya agar menjadi lebih baik lagi. Motivasi lebih
diartikan sebagai tingkah laku yang mengarah ke tujuan. Ini didasari oleh 2 konsep dasar,
yaitu kebutuhan yang berasal dari orang itu sendiri dan tujuan di lingkungan dimana orang
itu berada.
h) Ekspektasi Dorongan
Ekspektasi dorongan adalah proses bagi seseorang dengan ide dan konsep yang susah
mapan, kemudian dihadapkan pada sebuah stimulus dan mereponi stimulus tesebut
dengan melakukan berbagai cara

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 26
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

2.2 Beban Kerja


Beban kerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh tubuh manusia dan berat ringannya beban
kerja mempengaruhi konsumsi energy. Analisis beban kerja banyak digunakan dalam menentukan
man power planning, analisis ergonomic, analisis K3 dan perencanaan penggajian, perhitungan beban
kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu:
• Fisik
• Mental
• Penggunaan waktu
Berikut adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja (Tarwaka, 2004):
➢ Faktor Eksternal
• Tugas-tugas
• Organisasi dan lingkungan kerja
➢ Faktor Internal
• Faktor somatis
• Faktor psikis

2.3 Beban Kerja Mental


Kerja mental adalah kondisi kerja dimana informasi yang masih harus diproses dalam otak.
Beban kerja mental adalah selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
maksimum beban mental seseorang dalam kondisi terbaik dan termotivasi. Menurut Grandjean beban
mental dalam pekerjaan menyangkut beberapa hal, yaitu:
• Keharusan untuk menjaga tingkat kewaspadaan yang tinggi selama suatu proses tertentu
• Kebutuhan untuk mengambil keputusan
• Kejadian menurunnya konsentrasi akibat hal yang monoton
• Kurangnya kontak dengan manusia lain

2.4 Pengukuran Beban Kerja Mental


Pengukuran beban kerja mental dapat diukur dengan dua cara sebagai berikut:
1) Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Objektif
a. Mengukur denyut jantung
b. Mengukut waktu kedipan mata

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 27
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

c. Pengukuran dengan metode lain, pengukuran dilakukan dengan alat flicker berupa alat
yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat sehingga pada suatu
saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.
2) Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif
Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif merupakan cara termudah untuk
memperkirakan mental workload pada pekerja dalam menampilkan tugastugas tertentu.
Sheridan & Stassen menjelaskan bahwa pada subjective measures, pekerja diminta untuk
menilai beban kerja yang dialami berdasarkan suatu skala berupa daftar kata kunci yang
menggambarkan tingkatan workload yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa jenis
metode pengukuran subjektif yang umum digunakan, yaitu:
a. NASA-Task Load Index (TLX)
Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research
Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Metode
ini berupa kuesioner yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengukuran subjektif
yang lebih mudah namun lebih sensitif pada pengukuran beban kerja. Pada NASA-TLX
memiliki 6 indikator dalam beban mental, yaitu (Matthew, et. all, 2000):
Tabel 2.1 Indikator NASA-TLX
Skala Rating Deskripsi
Seberapa besar aktivitas mental dan aktivitas perseptual yang
Mental
Rendah dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari. Apakah
Demand
/ Tinggi pekerjaan tersebut sulit, sederhana atau kompleks. Longgar atau
(MD)
ketat
Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya mendorong,
Physical
Rendah menarik dan mengontrol putaran). Apakah pekerjaan mudah atau
Demand
/ Tinggi penuh tuntutan? Lambat atau cepat, longgar atau sibuk, tenang
(PD)
atau melelahkan?
Temporal Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan
Rendah
Demand selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan
/ Tinggi
(TD) perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan
Performance Baik / Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam menyelesaikan
(P) Buruk pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya.
Rendah Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk
Effort (E)
/ Tinggi menyelesaikan pekerjaan
Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu,
Frustration Rendah
dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman dan
Level (FL) / Tinggi
kepuasaan diri yang dirasakan
( Matthew, et. all, 2000 )

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 28
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

b. Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) SWAT


mengkombinasikan rating pada tiga dimensi workload, timeload, mental effort load, dan
stress load (Reid & Nygren 1998, dalam Wickens & Hollands, 2000). Prosedur penerapan
Subjective Workload Assesment Technique terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap penskalaan
(Scale Development) dan tahap penilaian (Event Scoring)
c. Ratting Scale Mental Effort (RSME)
Ratting Scale Mental Effort (RSME) merupakan metode pengukuran beban kerja
subyektif dengan skala tunggal yang dikembangkan oleh Zijlstra (Widyanti, 2013).
Responden diminta untuk memberikan tanda pada skala 0-150 dengan deskripsi pada
beberapa titik acuan (anchor point). Berikut merupakan skala yang terdapat pada RSME

Gambar 2.1 Skala pada Metode RSME


(Widyanti, 2013)
d. Modified Cooper Harper Scaling (MCH)
Menurut Wierelli dan Cassali (1986) adalah pendekatan yang memperhitungkan
kombinasi skala antara beban kerja fisik dan mental, khususnya dalam penanganan
pesawat terbang. Skala penilaian ini berbentuk pohon keputusan (Gawron, 2000).

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 29
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Modified Cooper Harper Scale terbagi dalam 4 faktor yaitu pernyataan kecukupan
untuk pemilihan pekerjaan atau operator yang dibutuhkan, karakteristik pekerjaan,
pemenuhan kebutuhan terhadap operator dalam pemilihan pekerjaan yang diperlukan, dan
penilaian kategori beban kerja operator.
Pada metode ini, skor yang diberikan untuk mental minimal 1, sementara usaha
mental yang tidak termasuk kategori minimal tetapi masih dapat diterima termasuk skor
sampai 3. Selanjutnya, usaha yang mulai tidak dapat diterima berada pada skor 3 keatas
dan skor maksimal dari metode Modified Cooper Harper Scale yaitu 10

2.5 Human Error


Human error merupakan kegagalan dari manusia untuk. melakukan tugas yang telah didesain
dalam batas ketepatan, rangkaian, atau waktu tertentu. Human error adalah sebuah hasil kerja
manusia yang dapat muncul sewaktu-waktu, dimana saja dan kapan saja (Wignjosoebroto,2000).
Human error dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan fisik kerja yang ekstrem.
Terjadinya human error akan diikuti oleh menurunnya efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan.
Efektivitas dan efisiensi yang menurun tentu saja akan berakibat kepada tingkat produktivitas yang
dicapai oleh manusia, output yang dihasilkan akan menurun dan aktivitasnya akan menjadi
terhambat.

2.6 Penyebab Human Error


Sebab-sebab human error dapat dibagi menjadi:
1. Sebab-sebab primer
Sebab-sebab primer merupakan sebab-sebab human error pada level individu. Untuk
menghindari kesalahan pada level ini, ahli teknologi cenderung menganjurkan
pengukuran yang berhubungan ke individu, misalnya meningkatkan pelatihan,
pendidikan, dan pemilihan personil. Namun saran tersebut tidak dapat mengatasi
kesalahan yang disebabkan oleh penipuan dan kelalaian.
2. Sebab-sebab manajerial
Penekanan peran dari pelaku individual dalam kesalahan merupakan suatu hal yang tidak
tepat. Pelatihan dan pendidikan mempunyai efek yang terbatas dan penipuan atau
kelalaian akan selalu terjadi, tidak ada satupun penekanan penggunaan teknologi yang
benar akan mencegah terjadinya kesalahan. Oleh karena itu, peran manajemen sangat

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 30
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

penting untuk memastikan bahwa pekerja melakukan pekerjaan dengan semestinya,


memastikan bahwa sumber daya tersedia pada saat dibutuhkan dan mengalokasikan
tanggungjawab secara akurat diantara pekerja yang terlibat.
3. Sebab-sebab global
Kesalahan yang berada di luar kontrol manajemen, meliputi tekanan keuangan, tekanan
waktu, tekanan sosial dan budaya organisasi.

2.7 Klasifikasi Human Error


Klasifikasi human error adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan “penghilangan” (errors of omission)
2. Kesalahan ”ketidaktepatan” (errors of comission)
3. Kesalahan akibat seseorang melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan

2.8 Human Error Probability dan Human Reliability


Human Error Probability (HEP) adalah tingkat kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh
manusia saat melakukan pekerjaan. HEP dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
𝐻𝐸𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 …………………………… (2.1)

Human Reliability adalah kemungkinan dari suatu performansi pada suatu kegiatan sistem
dalam waktu yang dibutuhkan namun tidak menurunkan performansi sistem dalam hal lain. Human
Reliability merupakan kebalikan dari HEP sehingga memiliki rumus:
𝑅 = 1 − 𝐻𝐸𝑃 ………………………………….. (2.2)

2.9 Lingkungan Fisik Kerja


Menurut Iridiastadi (2014), kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya sering kali
bergantung pada lingkungan fisik tempat pekerjaan tersebut dilakukan. Di samping dapat berdampak
buruk pada kinerja, lingkungan fisik yang tidak dirancang dengan baik dapat memengaruhi kesehatan
dan bahkan keselamatan pekerja. Sebagai contoh, lampu penerangan di sebuah gudang dengan
intensitas cahaya di bawah yang seharusnya, dapat menyebabkan seorang pekerja gudang salah
membaca nomor komponen yang harus dia ambil. Untuk itu, tugas seorang praktisi ergonomi adalah
memastikan bahwa lingkungan kerja telah dirancang dengan baik dan tidak memberi dampak buruk
baik dari sisi kenyamanan, kinerja, maupun kesehatan kerja.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 31
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

2.10 Faktor Lingkungan Fisik Kerja


Berikut adalah beberapa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan fisik kerja:
▪ Pencahayaan
Menurut Iridiastadi dan Yassierli (2014), setiap pekerjaan, baik di kantor maupun
industri, umumnya terdiri atas banyak aktivitas visual. Seorang operator data entry yang
bekerja di kantor, sebagai contoh, dapat bekerja dengan menggunakan komputer sehari
penuh. Pada pekerjaan seperti ini, beban visual cenderung sangat tinggi, selain itu
pencahayaan yang kurang dapat berakibat pada kelelahan mata yang berlebihan.
Sebelum melangkah lebih jauh pada aspek teknis pencahayaan, perlu dipahami
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan beban visual. Menurut Chengalur et al. (2004),
sejumlah karakteristik pekerjaan berikut ini dapat menggambarkan berat- ringannya suatu
beban visual:
a. Ukuran dan bentuk dari objek kerja yang diamati,
b. Kontras antara objek kerja dan latar belakang,
c. Jarak pandang terhadap objek kerja,
d. Apakah objek kerja diam atau bergerak (dinamis),
e. Ruang pandang (field of view),
f. Seberapa sensitif suatu pekerjaan dapat menghasilkan kesalahan (error),
g. Seberapa sering (frekuensi pekerjaan tersebut dilakukan, dan
h. Waktu yang tersedia untuk melakukan pekerjaan.
Cahaya pada dasarnya adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat terlihat
oleh mata manusia (Bridger, 2003). Spektrum gelombang elektromagnetik di mana cahaya
(yang terlihat oleh mata) memiliki panjang gelombang sekitar 360 – 760 nano meter (nm).
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi
pencahayaan di suatu tempat telah memenuhi yang diharapkan adalah dengan mengukur
iluminansi (illuminance) dari suatu sumber cahaya (dengan teknik fotometri). Iluminansi
adalah suatu ukuran banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan atau benda kerja.
Besarnya iluminansi bergantung pada seberapa jauh jarak dari sumber cahaya ke benda
kerja/pekerjaan yang tengah dilakukan, Sumber penerangan ruangan, maupun lampu kerja
yang bersifat loka. Satuan dari banyaknya cahaya ini adalah lux (lx) atau foot-candle (fc),
dan diukur dengan menggunakan pengukur cahaya (illuminance/lightmeter).

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 32
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Pada umumnya intensitas penerangan dalam tempat kerja dapat diatur menurut tabel
dibawah ini:
Tabel 2.2 Pedoman Intensitas Penerangan
Penerangan
No. Kegiatan
Minimum
1. Penerangan darurat 5 Lux
2. Penerangan halaman / lingkungan perusahaan 10 Lux
3. Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar 50 Lux
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kecil yang
4. 100 Lux
dilakukan secara sepintas
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kecil yang
5. 200 Lux
dilakukan dengan cukup teliti
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kecil dan
6. 300 Lux
halus
Pekerjaan yang ganya membedakan barang halus dan
7. 500-1000 Lux
dengan kontras yang sedang
Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan
8. 1000 Lux
kontras yang sangat kurang dalam waktu lama
(Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964)
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek secara
jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kurangnya pencahayaan akan mengakibatkan
mata operator/pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan bekerja.
Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga
penerangan listrik. Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :
- Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja
dengan intensitas yang cukup.
- Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang berlebihan
pada tempat kerja.
- Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang tepat,
menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan
yang mengganggu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 33
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

▪ Kebisingan
Menurut Wignjosoebroto (2000), bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap
melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik /
komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah
yang sering disebut bising atau kebisingan misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang
melebihi ambang batas pendengaran
Bising memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada bising yang
kontinu.
b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.
c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah diganggu
bising dari pada tugas lainnya.
d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari pada
pekerjaan rutin.
Tabel 2.3 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya
Waktu Pemaparan per hari
Satuan Intensitas Kebisingan (dBA)
kerja
8 85
4 88
Jam
2 91
1 94
30 97
15 100
7,5 103
Menit
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 Detik 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
(Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2018)
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada
indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 34
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran)
adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas
bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga
guna mencegah gangguan pendengaran.

▪ Iklim Kerja
Menurut Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2018 iklim kerja adalah hasil
perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan
tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannnya, dengn yang
dimaksud dalam peraturan ini adlah iklim kerja panas.
Pendekatan untuk mengukur iklim kerja dapat melalui berbagai indek, antara lain heat
index, Thermal work limit dan WBGT (Wet Blube Globe Temperatur) dan indeks lainya.
NAB Iklim iklim Lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celcius Indeks Suhu Basah dan
Bola (⸰C ISBB) yang dikenal juga dengan WBGT atau Wet Bulb Globe Temperature dengan
waktu kerja 5 hari selama satu minggu dengan durai 8 jam tiap harinya. Iklim kerja yang
terlalu panas dan tidak disertai waktu istirahat akan memberikan dampak bagi tubuh seperti
dehidrasi, Heat Rash, Heat Fatigue, Heat Cramps, Heat Exhaustion, Heat Syncope, dan Heat
Stroke
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja
Alokasi Waktu NAB (⸰C ISBB)
kerja dan Ringan Sedang Berat
Istirahat (≤ 200 kKal/jam) (200-350 kKal/jam) (350-500 kKal/jam)
75 – 100 % 31,0 28,0 -
50 – 75 % 31,0 29,0 27,5
25 – 50 % 32,0 30,0 29,0
0 – 25 % 32,2 31,1 30,5
(Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2018)
Catatan :
o Indeks Suhu Basah dan Bola luar ruangan dengan panas radiasi
ISBB= 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering
o Indeks Suhu Basah dan Bola di dalam atau luar ruanga tanpa panas radiasi
ISBB = 0,7 Suhu Basah Alamo + 0,3 Suhu Bola
Iklim kerja yang baik juga di dukung dengan temperatur ruangan yang mendukung

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 35
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

produktivitas manusia agar mencapai titik optimal y aitu pda suhu 24⸰C - 27⸰C
(Wignjosoebroto, 2000) Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini :
• +49 : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan
fisik dan mental
• +30 : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk
melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik
• +24 : Kondisi optimum
• +10 : Kekakuan fisik yang ekstrem mulai muncul

▪ Warna
Menurut Wignjosoebroto (2000), warna yang dimaksud dalam hal ini adalah tembok
ruangan dan interior yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap
kemampuan mata untuk melihat obyek, juga memberikan pengaruh yang lain pula terhadap
manusia, seperti :
• Warna merah bersifat merangsang.
• Warna kuning memberikan kesan luas, terang, dan leluasa.
• Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman, dan menyegarkan.
• Warna gelap memberikan kesan sempit.
• Warna terang memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu
diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya dan ukuran ruangan yang
tersedia.

▪ Getaran
Getaran merupakan Gerakan teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balaik
dari kedudukan seimbangnya.
Efek getaran pada manusia terbagi menjadi 2 bagian yaitu getaran pada tangan dan
lengan, yang kedua adalah getaran pada selutuh tubuh yang bisa di sebabkan karena
penggunaan mesin dalam bekerja. Berikut merupakan NAB getaran pada tangan dan lengan
yang di tetapkan oleh Permenakertrans No PER.13/MEN/X/ 2018 dengan batas normal
getaran yang di terima 4 Meter / Detik

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 36
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Tabel 2.5 NAB getaram Tangan dan Lengan

Durasi Pajanan Per Hari Nilai Akselerasi pada Frekuensi Dominan (Meter / Detik2)
Kerja (jam) (Meter / Detik2) Gravitasi
8 4 0,40
4 6 0,61
2 8 0,81
1 12 1,22
(Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2018)
III. Alat dan Bahan
1. Piston
2. Questionnaire NASA TLX
3. Alat tulis
4. Stopwatch
5. Aplikasi pengukur suhu (room temperature), kebisingan (soundmeter), dan Pencahayaan
(luxmeter)
IV. Metodologi Praktikum

Gambar 4.1 Metode Penelitian

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 37
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum modul ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan merakit piston dengan salah ketentuan yang berlaku
2. Praktikan melakukan pengisian kuisioner beban kerja
3. Praktikan melakukan pengecekkan kondisi linkungan kerja
4. Dari data kuisioner yang didapat berikan rating dan hitung bobot beban kerja dari masing-masing
aspek
5. Praktikan merekap cacat yang terjadi dan melakukan perhitungan HR dan HEP dari operator

V. Daftar Pustaka
E. Grandjean (1988), Fitting the Task to The Man 4th edt, London: Taylor & Farancis Inc.
Gawron, V.J. 2000. Human Performance Measures HandBook. Mahwaw: NJ: Lawrence
Erlbaum Associates
Iridiastadi Hardianto, Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Matthews. Gerald, D. Roy Davies, Stephen J. Wsterman, Rob B, Stammers. 2000. Cognition,
Stress, and Indivisual Difference. USA : Psychology Press
Sritomo Wignjosoebroto. 2000. Ergonomi Studi Gerak & Waktu. Surabaya: Gunawidya
Tarwaka, S.H., A.Bakri dan L.Sudiajeng (2004). Ergonomi Untuk Kesehatdan dan
Keselamatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press.
Widyanti A, Johnson A, de Waard D. Adaptation of the Rating Scale Mental Effort (RSME)
for use in indonesia. Int J Ind Ergon 2013; 43(1):70-

VI. Format Laporan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II METODOLOGI
2.1 Metodologi
2.2 Penjelasan Metodologi
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 38
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

3.1 Pengumpulan Data Beban Kerja


3.1.1 Deskripsi Pengambilan Data
3.1.2 Rekap Hasil Kuisioner
3.3 Pengolahan Data Beban Kerja
3.4 Rekap Error dan Perhitungan HEP dan HR
3.5 Rekap Data Perakitan
3.6 Rekap Kondisi Lingkungan Fisik Kerja
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Analisis Beban Kerja
4.1.1 Klasifikasi Beban Kerja
4.1.2 Perbandingan Perakitan dengan Lingkungan Beda
4.1.3 Perbandingan Perakitan dengan Waktu Baku Beda
4.2 Analisis Human Error
4.3 Analisis Lingkungan Fisik Kerja
4.3.1 Kebisingan
4.3.2 Cahaya
4.3.3 Suhu
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 39
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

MODUL 4A
ANTROPOMETRI

I. Tujuan praktikum
Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah agar praktikan mampu:
1. Melakukan pengukuran dimensi tubuh manusia menggunakan alat ukur antropometri untuk
pengambilan data dimensi antropometri.
2. Melakukan uji statistik berupa uji keseragaman dan kecukupan pada data hasil pengukuran
untuk mendapatkan data antropometri yang valid.
3. Melakukan penghitungan persentil dari data antropometri yang didapat.
4. Membuat tabel antropometri untuk populasi yang ditetapkan.

II. Dasar teori


2.1 Definisi Antropometri
Antropometri merupakan satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik
fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan
ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi
manusia. Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan
dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau
menggunakan produk tersebut (Wignjooebroto, 1992).

2.2 Penggolongan Antropometri


Antropometri terbagi menjadi dua jenis, yaitu (Sutalaksana, 1979):
1. Antropometri Statis/structural
Berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi
yang dibakukan. Misalnya tinggi badan, panjang lengan, tinggi siku, tebal paha, dan lain
sebagainya.
Dibawah ini merupakan tabel data dimensi tubuh untuk antropometri statis, yaitu sebagai
berikut :

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 40
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Statis


Nama
Dimensi Alat ukur Definisi Gambar
dimensi

Tinggi Jarak vertikal


tubuh Penggaris dari lantai ke
D1
posisi dan meteran bagian paling
tegak atas kepala

Jarak vertikal
dari lantai ke
Tinggi Penggaris
D2 bagian luar
mata dan meteran
sudut mata
kanan

Jarak vertikal
dari lantai ke
bagian atas bahu
Tinggi Penggaris
D3 kanan
bahu dan meteran
(acromion) atau
ujung tulang
bahu kanan

Jarak vertikal
dari lantai ke
Tinggi Penggaris
D4 titik terbawah di
siku dan meteran
sudut siku
bagian kanan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 41
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Jarak vertikal
Tinggi Penggaris dari lantai ke
D5
pinggul dan meteran bagian pinggul
kanan

Jarak vertikal
dari lantai ke
bagian tulang
Tinggi Penggaris
D6 ruas atau buku
tulang ruas dan meteran
jari tangan
kanan
(metacarpals)

Jarak vertikal
dari lantai ke
Tinggi Penggaris
D7 ujung jari tengah
ujung jari dan meteran
kanan
(dactylion)

Tinggi Kursi Jarak vertikal


dalam antropometri, dari alas duduk
D8
posisi Penggaris ke bagian paling
duduk dan meteran atas kepala

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 42
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Tinggi Jarak vertikal


Kursi
mata dari alas duduk
antropometri,
D9 dalam ke bagian luar
Penggaris
posisi sudut mata
dan meteran
duduk kanan

Tinggi
Kursi Jarak vertikal
bahu
antropometri, dari alas duduk
D10 dalam
Penggaris ke bagian atas
posisi
dan meteran bahu kanan
duduk

Jarak vertikal
Tinggi Kursi
dari alas duduk
siku dalam antropometri,
D11 ke bagian bawah
posisi Penggaris
lengan bawah
duduk dan meteran
tangan kanan

Kursi Jarak vertikal


antropometri, dari alas duduk
D12 Tebal paha
Penggaris ke bagian paling
dan meteran atas dari paha

Jarak horizontal
Kursi dari bagian
Panjang antropometri, belakang
D13
lutut Penggaris pantat(pinggul)
dan meteran ke bagian depan
lutut kaki kanan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 43
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Jarak horizontal
Kursi dari bagian
Panjang antropometri, belakang pantat
D14
popliteal Penggaris (pinggul) ke
dan meteran bagian belakang
lutut kanan

Kursi Jarak vertikal


Tinggi antropometri, dari lantai ke
D15
lutut Penggaris tempurung lutut
dan meteran kanan

Jarak vertikal
dari lantai ke
Kursi sudut popliteal
Tinggi antropometri, yang terletak di
D16
popliteal Penggaris bawah paha,
dan meteran tepat di bagian
belakang lutut
kaki kanan

Jarak horizontal
Kursi
antara sisi paling
Lebar sisi antropometri,
D17 luar bahu kiri
bahu Penggaris
dan sisi paling
dan meteran
luar bahu kanan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 44
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Lebar Kursi Jarak horizontal


bahu antropometri, antara bahu atas
D18
bagian Penggaris kanan dan bahu
atas dan meteran atas kiri

Jarak horizontal
Kursi
antara sisi luar
Lebar antropometri,
D19 pinggul kiri dan
pinggul Penggaris
sisi luar pinggul
dan meteran
kanan.

Jarak horizontal
dari bagian
belakang tubuh
Kursi
ke bagian dada
antropometri,
D20 Tebal dada untuk subyek
Penggaris
laki-laki atau ke
dan meteran
bagian buah
dada untuk
subyek wanita
Jarak horizontal
Kursi dari bagian
Tebal antropometri, belakang tubuh
D21
perut Penggaris ke bagian yang
dan meteran paling menonjol
dibagian perut

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 45
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Jarak vertikal
Kursi dari bagian
Panjang
antropometri, bawah lengan
D22 lengan
Penggaris bawah kanan ke
atas
dan meteran bagian atas bahu
kanan
Jarak horizontal
dari lengan
Kursi bawah diukur
Panjang
antropometri, dari bagian
D23 lengan
Penggaris belakang siku
bawah
dan meteran kanan ke bagian
ujung dari jari
tengah
Jarak dari
bagian atas bahu
kanan
Panjang (acromion) ke
rentang Penggaris ujung jari tengah
D24
tangan ke dan meteran tangan kanan
depan dengan siku dan
pergelangan
tangan kanan
lurus
Jarak dari
bagian bawah
Panjang
bahu kanan
bahu
Penggaris (acromion) ke
D25 genggama
dan meteran bagian
n tangan
pergelagan
ke depan
tangan kanan
dengan siku dan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 46
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

tangan kanan
lurus

Jarak dari
Kursi bagian tengah
Panjang antropometri, kepala belakang
D26
kepala Penggaris ke bagian tengah
dan meteran dahi kepala
depan

Jarak antara
Kursi
bagian atas
Lebar antropometri,
D27 telinga kanan ke
kepala Penggaris
bagian atas
dan meteran
telinga kiri

Jarak dari
pergelangan
Panjang Penggaris tangan kanan ke
D28
tangan dan meteran bagian ujung jari
tengah tangan
kanan
Jarak horizontal
dari ujung kanan
Lebar Penggaris
D29 tangan dengan
tangan dan meteran
ujung kiri
tangan

Jarak vertikal
dari ujung jari
Panjang Penggaris
D30 kaki dengan
kaki dan meteran
bagian belakang
kaki

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 47
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Jarak horizontal
Penggaris dari ujung kanan
D31 Lebar kaki
dan meteran kaki dengan
ujung kiri kaki

Jarak antara
Panjang bagian ujung jari
rentangan Penggaris tengah tangan
D32
tangan ke dan meteran kanan ke bagian
samping ujung jari tengah
tangan kiri

Jarak dari ujung


Panjang
Penggaris siku tangan
D33 rentangan
dan meteran kanan ke ujung
siku
siku tangan kiri

Tinggi Jarak dari


genggama bagian
n tangan pergelangan
Penggaris
D34 ke atas tangan kanan ke
dan meteran
dalam bagian lantai
posisi dalam posisi
berdiri berdiri
Tinggi
genggama Jarak vertikal
Kursi
n tangan dari alas duduk
antropometri,
D35 ke atas ke bagian
Penggaris
dalam pergelangan
dan meteran
posisi tangan kanan
duduk

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 48
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Jarak dari
bagian pinggan
Panjang
ke pergelangan
genggama Penggaris
D36 tangan kanan
n tangan dan meteran
dengan posisi
ke depan
tangan kanan
lurus

2. Antropometri Dinamis/fungsional
Berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak
atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi selama manusia melakukan
pekerjaannya, misalnya ketika memutar stir mobil, merakit komponen, dan lain sebagainya
Dibawah ini merupakan dimensi tubuh untuk antropometri dinamis, yaitu sebagai berikut :
Dimensi Nama dimensi Definisi
Mengukur sudut putaran lengan tangan bagian bawah
dari posisi awal sampai ke putaran maksimum. Posisi
Sudut putaran awal lengan tangan bagian bawah ditekuk ke kiri
D37
lengan semaksimal mungkin, kemudian diputar ke kanan sejauh
mungkin. Kemudian putar dari posisi awal ke kiri sejauh
mungkin.
Mengukur sudut putaran cengkraman jari tangan. Posisi
Sudut putaran awal, jari-jari mencengkram batang tengah busur.
D38 pergelangan Kemudian diputar ke kanan sejauh mungkin
kaki (pergelangan dan lengan tangan tetap diam). Lalu
dengan cara yang sama diputar ke kiri sejauh mungkin.
Mengukur sudut putaran vertikal telapak kaki. Posisi
Sudut putaran
awal, telapak kaki diputar ke bawah sejauh mungkin.
D39 pergelangan
Kemudian busur dikalibrasikan ke 0o Setelah itu kaki
tangan
dinaikkan setinggi mungkin. Hitung sudut putaran

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 49
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

2.3 Sumber-sumber Variabilitas Populasi


Menurut Wignjosoebroto (2009) beberapa sumber variabilitas dalam antropometri yang
mengakibatkan perbedaan satu populasi dengan populasi lain adalah sebagai berikut:
1. Usia
Usia merupakan faktor yang dapat menunjukkan secara jelas mengenai terdapatnya variasi
dimensi tubuh manusia. Secara kasat mata dapat terlihat adanya perbedaan ukuran dimensi
tubuh anak balita dengan orang dewasa. Akibat adanya faktor usia tersebut, ukuran peralatan
yang dibutuhkan antar manusia dengan perbedaan usia ini menjadi berbeda.
2. Jenis Kelamin
Selain faktor usia, faktor lainnya yang menyebabkan terdapatnya variasi pada ukuran dimensi
tubuh manusia adalah jenis kelamin. Secara umum dimensi tubuh pria lebih besar dibandingkan
dimensi tubuh wanita. Namun pada beberapa bagian tubuh seperti bagian pinggul hal tersebut
tidaklah berlaku.
3. Suku Bangsa
Setiap suku bangsa memiliki karakteristik yang khas terkait dengan dimensi tubuh mereka.
Pengaruh faktor suku bangsa terhadap dimensi tubuh manusia terekam dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ashby (1979). Dalam penelitiannya, Ashby merancang suatu peralatan yang
sesuai untuk digunakan oelh 90% populasi pria di Amerika Serikat dan kemudian mengenakan
peralatan terkait pada populasi pria di negara lainnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
peralatan tersebut hanya mampu digunakan oleh 90% populasi pria di Jerman, 80% populasi
pria di Perancis, 65% populasi pria di Italia, 45% populasi pria di jepang, 25% populasi pria di
Thailand, dan 10% populasi pria di Vietnam.
4. Nutrisi dan Kondisi Lingkungan
Tidak dapat dipungkiri bahwa nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan tubuh manusia.
Hal mengenai pengaruh faktor nutrisi dengan perbedaan ukuran tubuh manusia ditunjukkan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Annis (1978).
Penelitian oleh Annis (1978) terhadap penduduk Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat
perubahan tren pada ukuran dimensi tubuh dan perubahan tersebut berupa peningkatan sekitar 1
cm per dekade sejak 1920.
5. Postur Tubuh
Faktor ini biasanya dipengaruhi oleh kebiasaan sikap seseorang yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi ukuran dimensi tubuh seseorang.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 50
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

6. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan khususnya pekerjaan-pekerjaan yang bersifat fisik dapat melatih otot pada
bagian-bagian tubuh tertentu. Hal tersebut kemudian menyebabkan ukuran yang berbeda pada
bagian tubuh tertentu dengan ukuran tubuh manusia pada umunya. Akibat perbedaan ini, maka
terbentuklah variasi pada ukuran tubuh manusia.

III. Metodologi Praktikum

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Praktikum

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 51
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

IV. Format penulisan laporan


Dibawah ini merupakan format penulisan laporan sebagain berikut :
BAB I
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Pembatasan Penelitian
1.3 Sistematika Penulisan

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Metodologi Penelitian
2.2 Penjelasan Metodologi Penelitian

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.1 Pengumpulan Data Antropometri
3.1.1 Data Antropometri Pria Angkatan 2018
a. Data Pengukuran Statis
b. Data Pengukuran Dinamis
3.1.2 Data Antropometri Wanita Angkatan 2018
a. Data Pengukuran Statis
b. Data Pengukuran Dinamis
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Pengujian Data Pria
3.2.2 Pengujian Data Wanita
3.3 Pengujian Persentil
3.3.1 Dimensi Tubuh Pria
3.3.2 Dimensi Tubuh Wanita
3.4 Tabel Antropometri Praktikan 2020

BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Data Antropometri Pria dan Wanita
4.1.1 Analisis Uji Keseragaman Data
4.1.2 Analisis Uji Kecukupan Data
4.2 Analisis Sumber Variabilitas Antara Dimensi Tubuh Pria dan Wanita

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 52
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

4.3 Analisis Dimensi Produk Terpilih


4.3.1 Dimensi 1 (…)
4.3.2 Dimensi 2 (…)
4.3.3 Dimensi 3 (…)
4.3.4 Interpretasi Hasil Rancangan

BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

V. Daftar pustaka
Iridiastadi dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutalaksana, Anggawisastra. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1992. Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Surabaya: PT.
Guna Widya.
https://antropometriindonesia.org/index.php/kontak (Diakses pada 10 Februari 2020)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 53
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

MODUL 4B
PERANCANGAN PRODUK BERBASIS ERGONOMI

I. Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan mampu memahami peran adanya antropometri bagi perancangan produk.
2. Praktikan mampu menganalisis benda yang ada disekitar untuk dilakukan perbaikan.
3. Praktikan mampu memperbaiki benda di sekitar berdasarkan antropometri dengan tepat.
4. Praktikan mampu memberikan inovasi yang signifikan atau rekomendasi perbaikan
dalam sisi ergonomi pada benda yang terpilih.

II. Dasar teori


Aspek – aspek ergonomi dalam suatu desain produk merupakan faktor penting
dalam menunjang peningkatan produktivitas ketika menggunakan produk tersebut, dimana dapat
diterapkan pada perancangan stasiun kerja dan perancangan produk. Dalam
penerapannya pada stasiun kerja, hal tersebut bertujuan agar perancangan sistem kerja
menjadi lebih ergonomis serta tidak memberikan beban bagi pekerja. Sedangkan pada
perancangan produk, hal tersebut dimaksudkan agar terciptanya produk yang ergonomis
dengan menggunakan data-data antropometri dimana penerapannya cukup luas di
masyarakat.
Desain produk adalah suatu rancangan barang atau jasa yang hendak dibuat agar dapat
diterma dan memuaskan konsumen yang dituju, serta tidak mudah ditiru oleh kompetitor (Karl,
2001). Dalam perancangan perlu diketahui nilai persentil yang digunakan. Setelah melakukan
perancangan desain, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan desain yang
berlandaskan antropometri. Menurut Roebuck (1995), tahapan dalam perancangan produk dengan
antropometri adalah :
1. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya (establish requirement).
2. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil dan pemilihan perentil
yang akan dipakai)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 54
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.


7. Pengambilan data.
8. Pengolahan data.
• Uji kenormalan data
• Uji keseragaman data
• Uji kecukupan data
• Perhitungan persentil data
9. Visualisasi rancangan dengan memperhatikan :
• Posisi tubuh secara normal
• Kelonggaran
• Variasi gerak
10. Analisis hasil rancangan

III. Metodologi Praktikum

Mulai

Studi Literatur

Analisis Produk

Data
Antropometri

Pengumpulan
Data

Perancangan
Dan
Pengembangan
Produk

Menginterpretasikan
Hasil Rancangan

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Praktikum

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 55
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

IV. Format penulisan laporan


Dibawah ini merupakan format penulisan laporan sebagain berikut :
BAB I
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Metodologi
2.2 Penjelasan Metodologi
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengumpulan Data Antropometri
3.2 Perancangan Produk Terpilih
3.2.1 Deskripsi Produk Terpilih
3.2.2 Rekapitulasi Dimensi
3.2.3 Rekapitulasi Persentil Dimensi Tubuh
3.2.4 Dimensi Perancangan Produk Terpilih
3.2.5 Gambar Perancangan Produk Terpilih
BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Produk Terpilih
4.2 Analisis Data Antropometri dalam Perancangan Produk Terpilih
4.2.1 Dimensi 1
4.2.2 Dimensi 2
4.2.3 Dimensi 3
4.2.4 (.......) Dst
4.3 Intrepertasi Hasil Rancangan
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
V. Daftar pustaka
Roebuck, J. A. 1995.Anthropometric Methods : Designing To Fit The Human
Body, Human Factors And Ergonomics Society. Usa
Ulrich, Karl. 2001. Perancangan Dan Pengembangan Produk. Jakarta : Salemba Teknika.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 56
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
LAB. REKAYASA SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

PEMBAGIAN ASISTEN

NAMA NIM EMAIL MODUL 1 MODUL 2 MODUL 3 MODUL 4

Choirunisa'
21070116120023 choirunisaak@gmail.com 35 7,11 14,16 25,28
Ahmad Kadafi
Brigitta
Anindya 21070116120018 brigittaanindya@student.undip.ac.id 8,10 32 21,24 13,18
Widyaztuti
Nida Zulfa
21070116130091 nidazulfaauliana@gmail.com 2,5 13,14 34 15,16
Auliana
Achmad Hanif
21070116140138 Hanifmufid13@gmail.com 7,11 8,12 25,26 9,10
Mufid
Reza Rizqi
21070116130119 rezarizqi7@gmail.com 3,6 25,27 7,12 33
Uzhara
Nisa Alya
21070116140070 nisalyaa63@gmail.com 9,12 1,3 8,11 20,22
Amany
Angela Ratih
21070116120031 angelaaarth@gmail.com 25,30 9,10 27,29 1,4
Ayu Pratiwi
Ridwan
21070116130122 ridwanputra@students.undip.ac.id 13,18 2,6 31,32 8,11
Permana Putra
Dinda Ayu
21070116140089 dindaayusekarini@gmail.com 19,22 26,30 15,17 2,5
Sekarini
Abel Kristanto
21070116140152 kristantow08@gmail.com 14,17 4,5 33,35 19,23
Widodo
Anta Pratama
21070117140072 antapratama1212@gmail.com 31,33 20,24 1,2 3,6
Ginting

Evita Gallantry 21070117120042 evitagallantry001@gmail.com 15,16 31,34 13,18 26,29

Pradhipta
21070117130096 listyawardhani26@gmail.com 32,34 33,35 3,5 14,17
Listyawardhani
Emanuel Ryan
Nawastya 21070117130067 emanuelryan14@gmail.com 20,23 16,18 9,10 7,12
Hantara
Cintya Dema
21070117140066 cintyaapsari@gmail.com 26,29 19,23 4,6 27,30
Apsari
Wina Debora
21070117130063 winadeb@gmail.com 27,28 15,17 20,22 21,24
Oktavia
Della Refina
21070117130077 dellarefinaadelia@students.undip.ac.id 21,24 28,29 19,23 31,34
Adelia
Umi Nur
21070117130108 unfafadhilla@gmail.com 1,4 21,22 28,30 32,35
Fadhilah

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2020 57

Anda mungkin juga menyukai