Anda di halaman 1dari 64

MODUL PRAKTIKUM

GEOLOGI DASAR

Penyusun:
Warto Utomo, S.Si, M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022
MODUL PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR

Penyusun:
Warto Utomo, S.Si, M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga modul praktikum Geologi Dasar ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Praktikum Geologi Dasar ini bertujuan untuk memberikan pengertian
yang lebih mendalam mengenai klasifikasi batuan yang ada di kulit bumi.
Klasifikasi batuan sangan bermanfaat dalam dunia perminyakan, karena dapat
digunakan untuk menentukan area sebuah hidrokarbon.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh staff dan
mahasiswa Akamigas Balongan Indramayu yang turut membantu dalam
suksesnya penyelenggaraan praktikum Geologi Dasar ini. Semoga modul
praktikum ini dapat bermanfaat.

Indramayu, Agustus 2021

Tim Penyusun

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR 2021
1. Setiap praktikan harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan (sesuai
jadwal masing – masing kelompok).
2. Seluruh pengguna laboratorium harus dalam keadaan sehat dan tidak
menunjukkan gejala sakit (batuk, hidung tersumbat, suhu tubuh di atas 370C)
3. Apabila praktikan terlambat lebih dari 5 menit dari waktu yang telah di tentukan,
maka ia diperbolehkan mengikuti pre-test jika masih ada waktu, tetapi akan
dikenakan sanksi dan praktikan tetap mengikuti praktikum percobaan pada hari
tersebut.
4. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai baju berkerah kemeja
dikancingkan atau rapih, jas lab, memakai sepatu dan kaos kaki yang bersih di
dalam ruangan.
5. Setiap praktikan wajib mengerjakan tugas TM dan membuat draft sesuai regulasi
yang telah di tentukan dan ditandatangani asisten praktikum setelah sesuai suatu
praktikum (akan diberikan revisi jika draft tidak sesuai dengan regulasi yang ada).
6. Penggunaan peralatan laboratorium harus bergantian dan diwajibkan untuk
dibersihkan kembali dengan cairan desinfektan alkohol 70%
7. Kerusakan dan kehilangan peralatan laboratorium menjadi tanggung jawab
praktikan
8. Setiap praktikan diwajibkan memakai Jas Laboratorium pakaian sopan dan
rapih (kemeja/ kaos berkerah) dan diwajibkan memakai sepatu dan kaos
kaki.
9. Draft, tugas TM dan kartu kuning merupakan prasyarat untuk dapat mengikuti
acara praktikum selanjutnya.
10. ACC tugas TM,draft dan kartu kuning 1 x 24 jam. Segala kegiatan praktikum dan
konsultasi berakhir pada pukul 16.00 WIB.
11. Praktikan hanya di perbolehkan membawa ATK, jas lab, draft ,tugas TM dan
kartu kuning ke dalam aboratorium.Barang yang tidak dipergunakan harus
dimasukkan ke dalam tas masing – masing praktikan kecuali atas izin Asisten
Laboratorium.

iii
12. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, praktikan harus mengembalikan
pelaratan dan bahan ke tempat semula.
13. Praktikan wajib mengenakan perlengkapan sesuai protocol kesehatan (masker,
sarung tangan latex).
14. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tenang,
teratur, dan tertib.
15. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus bersikap sopan, baik dalam
berbicara maupun bertingkah laku.
16. Apa bila praktikan melanggar hal-hal yang telah diatur di atas maka yang
bersangkutan Dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak di perkenankan
melanjutkan praktikum.
17. Hal – hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran
praktikum akan diatur kemudian.

Sanksi terhadap pelanggar:


Dianggap tidak mengikuti praktikum.
1. Apabila atribut dan persyaratan ketika praktikum tidak sesuai dengan ketentuan,
maka akan diminta untuk melengkapi atribut dan persyaratan tersebut.
2. Apabila praktikan terlambat maka akan dikenakan sanksi yaitu membersihkan
laboratorium setelah praktikum dan nilai N2 akan dikurangi 20%.
3. Apabila praktikan terlambat hadir pada sesi pre-test praktikan dapat mengikuti pre-
test tanpa ada penambahan waktu, Apabila sesi pre-test berakhir jika praktikan
tidak mengikuti maka nilai pre-test adalah 0.
4. Apabila praktikan merusak/memcahkan alat, maka praktikan wajib untuk
mengganti dengan merk yang sama.

iv
5. Apabila praktikan berhalangan hadir atau sakit menunjukkan surat keterangan
dokter yang ditandatangani dokter yang bersangkutan tertanggal pada saat
praktikan sakit atau menunjukan surat keterangan tidak dapat mengikuti

praktikum.

Apabila praktikan tidak dapat menunjukkan surat keterangan dokter yang


dimaksud, maka praktikan diwajibkan mengikuti INHAL.
1. Praktikan wajib membuat laporan sementara sebelum kegiatan praktikum
dimulai.
Apabila praktikan tidak mengumpulkan laporan sementara sebelum kegiatan
praktikum dimulai, maka praktikan tidak diizinkan mengikuti praktikum dan
diwajibkan mengikuti INHAL.
2. Pengumpulan laporan diberi waktu, hari, dan judul praktikum yang dilakukan
sampai untuk judul praktikum yang selanjutnya (laporan resmi praktikum
yang pertama sebagai tiket masuk praktikum kedua, dst.).
3. Asisten mengembalikan laporan tulis tangan yang sudah dikoreksi saat
praktikum judul selanjutnya.
4. Inhal maksimal 2x. Selebihnya berarti Nilai = E (mengulang di semester
berikutnya).
5. Bagi praktikan yang tidak membayar administrasi inhal berarti Nilai = E
(mengulang di semester berikutnya).
6. Kehilangan dan kerusakan alat dan atau fasilitas laboratorium menjadi
tanggungjawab kelompok dan wajib menggantinya dengan merk dan kualitas
yang sama.
7. Apabila praktikan tidak mengikuti tata tertib di atas, maka akan dinyatakan
TIDAK LULUS.
8. Bagi praktikan yang tidak membawa syarat & persyaratan yang harus dibawa
dinyatakan INHAL.
9. Syarat praktikum:
a. Kartu kuning
b. Cover
c. Tujuan (minimal 5 dan sama dalam satu kelompok).

v
d. Dasar teori (minimal 5 lembar penuh, termasuk tujuan).
e. Alat dan bahan.
f. Lembar hasil pengamatan.
g. Laporan tulis praktikum sebelumnya
10. Syarat peraga
a. Kartu kuning
b. Laporan tulis semua percobaan

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR ............................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
PERCOBAAN I: BATUAN BEKU
1.1 Tujuan ......................................................................................................... 4
1.2 Dasar Teori ................................................................................................. 4
1.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 13
1.4 Prosedur Percobaan .................................................................................... 13
1.5 Hasil Pengamatan ....................................................................................... 14
PERCOBAAN II: BATUAN SEDIMEN
2.1 Tujuan ........................................................................................................ 15
2.2 Dasar Teori ................................................................................................ 15
2.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 23
2.4 Prosedur Percobaan .................................................................................... 23
2.5 Hasil Pengamatan ....................................................................................... 24
PERCOBAAN III: BATUAN METAMORF
3.1 Tujuan ........................................................................................................ 25
3.2 Dasar Teori ................................................................................................ 25
3.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 33
3.4 Prosedur Percobaan .................................................................................... 33
3.5 Hasil Pengamatan ....................................................................................... 34
PERCOBAAN IV: PETA KONTUR #1
4.1 Tujuan ........................................................................................................ 41
4.2 Dasar Teori ................................................................................................ 41
4.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 47
4.4 Lembar Kerja ............................................................................................. 48

vii
PERCOBAAN V: PETA KONTUR #2
5.1 Tujuan ........................................................................................................ 50
5.2 Dasar Teori ................................................................................................ 50
5.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 51
5.4 Lembar Kerja ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 54
LAMPIRAN
JADWAL PRAKTIKUM

vii
i
PENDAHULUAN

Batuan adalah sebuah material yang terbentuk karena perubahan mineral-


mineral dari suatu batuan baik melalui proses fisik maupun kimiawi, dimana
batuan terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Batuan Beku
2. Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf
Batuan beku dibagi menjadi tiga jenis, yaitu batuan beku asam (berwarna
cerah), batuan beku intermediate (berwarna abu-abu), dan batuan beku basa
(berwarna gelap).
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya litifikasi
atau hancuran dari batuan lain. Batuan sedimen dibedakan atas lima golongan,
yaitu:
1. Golongan Detritus
2. Golongan Karbonat
3. Golongan Evaporit
4. Golongan Sedimen Silika
5. Golongan Batubara
Bardasarkan cara terjadinya, batuan sedimen dibagi menjadi batuan
sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik. Komposisi dari batuan sedimen
terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Sedangkan tekstur batuan sedimen
terbagi atas ukuran butir, derajat pemilahan, dan derajat pembundaran.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses terjadinya
ubahan dari batuan asal yang disebabkan oleh suatu metamorfosa. Proses
metamorfosa meliputi:
1. Rekristalisasi
2. Reorientasi
3. Pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali
elemen-elemen kimia yang sebelumnya telah ada.

1
viii
SIKLUS BATUAN

HUBUNGAN PLATE TECTONIC DENGAN SIKLUS BATUAN

Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari


magma yang membeku hingga menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali.
Alur perjalanan proses siklus batuan dimulai dengan proses Magma keluar
ke permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi, zona hot spot
maupun rekahan-rekahan bumi lainnya. Gunung berapi sendiri dapat muncul di
daratan maupun di lautan. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan
mengalami pembekuan. Magma yang membeku tersebut kemudian akan menjadi
batuan beku. Batuan beku yang berada di permukaan bumi selama beribu-ribu
tahun lamanya dapat hancur terurai karena terkena panas, hujan, serta aktivitas
tumbuhan dan hewan (proses pelapukan). Selanjutnya hancuran batuan (erosi)
tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan

2
(transportasi). Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau
batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau batuan beku dapat berubah bentuk
dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan.
Batuan yang berubah bentuk akibat perubahan temperature dan tekanan disebut
batuan malihan atau batuan metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf yang
mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi mungkin berubah lagi menjadi
magma lewat proses magmatisasi.

3
PERCOBAAN I
BATUAN BEKU

1.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan beku
2. Mengetahui ciri utama batuan beku
3. Menentukan penamaan batuan dari jenis batuan beku
4. Mendeskripsikan masing-masing batuan beku
5. Mengetahui cara terbentuknya batuan beku

1.2 Dasar Teori


Batuan beku atau igneous (dari bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Pada batuan beku dalam, magma yang membeku di bawah permukaan
bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun),
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya
menjadi tubuh batuan beku intrusif. Bentuk batuan beku ditentukan oleh
magma, magma tersebut dapat menyusup melalui rekahan-rekahan atau
menerobos pada batuan-batuan sebelumnya. Sedangkan pada batuan beku luar,
magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang
kepundan gunungapi sebagai erupsi, mendingin dan cepat membeku menjadi
batuan beku ekstrusif.
Berdasarkan komposisi mineralnya, batuan beku terbagi menjadi tiga jenis :
1. Batuan beku asam : cerah
2. Batuan beku intermediate : abu-abu
3. Batuan beku biasa : gelap

4
Klasifikasi batuan beku secara kimiawi didasarkan atas persentase kandungan
SiO2. Atas dasar ini, maka batuan beku dibagi menjadi :
a. Batuan beku asam : 66% SiO2
b. Batuan beku intermediate : 52% - 66% SiO2
c. Batuan beku basa : 45% - 52% SiO2
d. Batuan beku ultrabasa : 45% SiO2

5
Diagram 1 Seri Reaksi Bowen

Ciri-ciri mineral Seri Bowen dan mineral-mineral pembentuk batuan beku,


selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

6
Tabel 1 Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku

7
Pengelompokan batuan beku berdasarkan kelompok mineralnya (Tabel 2):

Tabel 2 Klasifikasi batuan berdasarkan kandungan mineral


Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku
Olivin
Ultramafik dan Ultramafitit
Piroksen
Plagioklas
Olivin, piroksen
Olivin, piroksen, plagioklas
Olivin, plagioklas Gabroid dan Basaltoid
Piroksen, plagioklas
Piroksen, hornblenda, plagioklas
Hornblenda, plagioklas Dioritoid dan Andesitoid
Hornblenda, biotit, plagioklas, <<< kuarsa
Hornblenda, biotit, muskovit, kuarsa
Biotit, muskovit, k-felspar, kuarsa Granitoid dan Dasitoid
Biotit, muskovit, k-felspar

MINERAL PEMBENTUK BATUAN


Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok, yaitu:
A. Mineral utama (essential minerals): mineral yang terbentuk dari
kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup
banyak dan menentukan nama/ sifat batuan. Contoh: olivin, piroksen,
hornblenda, biotit, plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa, felspathoid.
B. Mineral tambahan (accessory minerals): mineral yang terbentuk dari
kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak
menentukan nama/ sifat batuan.Contoh: apatit, zirkon, magnetit,
hematit, rutil, dll.

8
C. Mineral sekunder (secondary minerals): mineral hasil ubahan dari
mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau
metamorfosa. Contoh: klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, dll.

TEKSTUR BATUAN BEKU


Tekstur adalah kenampakan dari batuan yang dapat merefleksikan
sejarah kejadiannya.
Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan tekstur batuan beku
adalah derajat kristalisasi, granulitas/ besar butir dan kemas/ fabric.
A. Derajat Kristalisasi
Tekstur batuan beku berdasarkan derajat kristalisasinya:
1. Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya
2. Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
3. Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya
B. Granulitas/ Besar Butir
Tekstur batuan beku berdasarkan granulitas/ besar butirnya:
1. Fanerik: kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa
Khusus untuk batuan bertekstur fanerik, ukuran butirnya dapat
ditentukan sebagai berikut:
a. Halus : besar butir < 1 mm
b. Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm
c. Kasar : besar butir 5 mm - 3 cm
d. Sangat kasar : besar butir > 3 cm
2. Afanitik: kristal-kristalnya sangat halus atau amorf, hanya dapat
dilihat dengan mikroskop.
Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan massa dasar
dipisahkan.

9
C. Hubungan Kristal
Tekstur khusus merupakan hubungan kristal satu dengan kristal yang lain,
dan dibagi 2 macam :
1. Equigranular: bila secara relatif ukuran kristal pembentuk batuan
berukuran sama besar
2. Inequigranular: bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama besar
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi tekstur:
a. Porfiritik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam
dalam massa dasar (matriks) yang lebih halus.
b. Vitrofirik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam
dalam massa dasar (matriks) gelas/ amorf.
D. Bentuk Kristal
Tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk kristalnya
dijelaskan sebagai berikut (Tabel 3; lihat juga Gambar 1.1, 1.2, dan 1.3).

Tabel 3 Tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk butir

Bentuk Butir Tekstur Keterangan


Euhedral Panidiomorfik Sebagian kristal mempunyai batas sempurna
Granular (euhedral) dan berukuran butir sama
Subhedral Hypidiomorfik Batas kristal peralihan antara sempurna dan
Granular tidak beraturan (subhedral) dan berukuran
butir sama
Anhedral Allotrimorfik Batas Kristal tak beraturan (anhedral) dan
Granular berukuran butir sama

10
Gambar 1.1 Sketsa bentuk butir (kristal/ mineral)
a. euhedral, b. subhedral, c. anhedral

Gambar 1.2 Beberapa contoh tekstur pada batuan fanerik


a. hipidiomorfik granular, b. alotriomorfik granular, c. porfiritik

Gambar 1.3 Beberapa contoh tekstur khusus batuan beku

11
STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat
terbentuknya batuan beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya
dapat dilihat di lapangan (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat
dilihat juga dalam hand specimen.
Berikut ini jenis-jenis strukutur batuan beku:
A. Massif, tidak menunjukkan adanya lubang-lubang atau struktur aliran
B. Vesikuler, berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada
waktu pembentukan magma, arah lubang-lubang itu teratur
C. Skoria, berlubang-lubang besar tapi arahnya tidak teratur
D. Xenolitis, struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau
pemecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintruksi.
E. Struktur yang berhubungan dengan aliran magma.
F. Schlieren, struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih
atau memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
G. Segregasi, struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik)
yang mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan
induknya.
H. Lava bantal, struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat
interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana
bagian atas cembung dan bagian bawah cekung.

KOMPOSISI MINERAL BATUAN BEKU


Berdasarkan indeks warna dan bentuk kristal, atas dasar warna mineral
sebagai penyusun, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
A. Mineral felsik, mineral yang berwarna cerah terutama kwarsa, feldspar,
feldspatonoid, dan muscovite.
B. Mineral mafik, mineral yang berwarna gelap terutama biotit, piroksen,
amphibol, dan olivine.

12
1.3 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
B. Bahan
1. 3 jenis batuan beku
1.4 Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Amati jenis batuan, warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan
(derajat kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, relasi), komposisi
batuan, dan nama batuan
3. Ambil foto dari batuan dan gambar pada buku pendahuluan
4. Catat hasil deskripsi pada buku pendahuluan
5. Ulangi langkah 1-4 untuk batuan kedua dan ketiga.

13
1.5 Hasil Pengamatan

Gambar 1.....Batuan Beku …………

1. BatuanPertama/ Kedua/ Ketiga


C. Nomor urut :
D. Nomor batuan :
E. Nama batuan :
F. Warna batuan :
G. Jenis batuan :
H. Struktur batuan :
I. Tekstur batuan :
- Derajat kristalisasi :
- Granularitas :
- Bentuk kristal :
- Relasi :
J. Komposisi :
K. Nama batuan :

14
PERCOBAAN II
BATUAN SEDIMEN

2.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan sedimen.
2. Mengetahu ciri-ciri utama batuan sedimen.
3. Mengetahui mineral-mineral batuan sedimen.
4. Mengetahui nama-nama batuan sedimen.
5. Mengetahui struktur, tekstur, dan komposisi batuan sedimen.

2.2 Dasar Teori


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnosis
dari mineral lain yang sudah mengalami proses sedimentasi. Proses diagnosis
adalah proses yang menyebabkan perubahan pada batuan sedimen selama
terpendam dan terlitifikasi, sedangkan litifikasi sendiri adalah proses perubahan
material sedimen yang bersifat lepas menjadi batuan sedimen kompak.
Sedimentasi yang terjadi pada batuan sedimen ini meliputi proses pelapukan,
erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa
pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi dilakukan oleh
media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transportasi sudah
tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
Proses diagnosis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan
karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-
bahan lepas tadi menjadi batu keras oleh larutan-larutan kimia, misalnya larutan
kapur atau silisium.
Sifat-sifat utama dari batuan sedimen adalah :
a. Adanya bidang perlapisan yang menandakan adanya proses
sedimentasi. Hal ini berlaku untuk segala macam batuan sedimen

15
b. Sifat klastik atau fragmen, yang menandakan bahwa butiran-butiran
pernah lepas, terutama pada golongan karbonat
c. Sifat jejak atau bekas zat hidup seperti cangkang atau rumah
organisme, terutama pada golongan karbonat
d. Jika bersifat hablur selalu pada golongan karbonat

Sifat-sifat di atas merupakan gambaran kita untuk lebih mengenal


batuan sedimen, dimana hal tersebut tidak terdapat pada batuan beku.
Dalam pengamatan batuan sedimen secara megaskropis, faktor-faktor
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Komposisi mineral
2. Tekstur
3. Struktur
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang berbentuk dari pengendapan kembali batuan
detritus/ pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berasal dari batuan beku,
sedimen, atau metamorf. Proses sedimentasi itu meliputi, pelapukan, erosi,
transportasi, dan redoposisi (pengendapan kembali).
A. Komposisi
1. Fragmen merupakan butiran pembentuk batuan yang berukuran paling
besar. Fragmen dapat berupa butiran, mineral, atau fosil,
2. Matriks merupakan bagian butiran pembentuk batuan yang berukuran
lebih kecil dari fragmen, berkomposisi sama dengan fragmen,
3. Semen merupakan pengikat antara matriks dan fragmen. Dalam batuan
sedimen klastik dikenal tiga macam semen:

16
a) Karbonat, kalsit dan dolomit,
b) Silikat, kalsedon, dan kwarsa,
c) Oksida besi, hematit, dan limonit.
B. Tekstur Batuan Sedimen
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan tekstur:
1. Besar butir (grain size):
Unsur utama dari tekstur klastik yang berhubungan dengan tingkat erosi
pada saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir diterangkan
sebagai berikut dengan menggunakan Skala Wentworth (Tabel 4 dan
Gambar 2.1).

Tabel 4 Klasifikasi besar butir menggunakan Skala Wentworth


Ukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir
> 256 Boulder / bongkah
64 – 256 Couble / berangkal
4 – 64 Pebble / kerakal
2–4 Granule / kerikil
1–2 Very coarse sand / pasir sangat kasar
½-1 Coarse sand / pasir kasar
1/4 – 1/2 Medium sand / pasir sedang
1/8 – 1/4 Fine sand / pasir halus
1/16 – 1/8 Very fine sand / pasir sangat halus
1/256 – 1/16 Silt / lanau
< 1/256 Clay / lempung

17
Gambar 2.1 Komparator besar butir

2. Derajat pemilahan (sorting)


Derajat pemilahan adalah tingkat keseragaman dari butiran pembentuk
batuan sedimen. Derajat pemilahan ini hanya dapat diamati secara
megaskopsis pada batuan yang bersifat kasar (Gambar 2.2). Tingkatan
dalam derajat pemilahan adalah sebagai berikut:
 Pemilahan sangat baik (very well sorted)
 Pemilahan baik (well sorted)
 Pemilahan sedang (moderately sorted)
 Pemilahan buruk (poorly sorted)
 Pemilahan sangat buruk (very poorly sorted)

Gambar 2.2 Derajat pemilahan

3. Kemas (fabric)
Kemas merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir
dan packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran

18
dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan
(Gambar 2.3). Kemas hubungan antarbutir terbagi menjadi dua macam:
a) Terbuka: kontak antarbutiran materialnya tidak bersentuhan
atau bersinggungan
b) Tertutup: kontak antarbutiran materialnya bersentuhan atau
bersinggungan

Kemas Terbuka Kemas Tertutup

Gambar 2.3 Kemas terbuka dan tertutup

4. Derajat pembundaran (rounding)


Nilai membulat atau meruncingnya fragmen pembentuk batuan
sedimen yang disebabkan oleh pengaruh transportasi terhadap butiran
(Gambar 2.4), dibedakan menjadi enam kategori, yaitu:
a) Very Angular (sangat menyudut)
b) Angular (menyudut)
c) Sub-Angular (menyudut tanggung)
d) Sub-Rounded (membulat tanggung)
e) Rounded (membulat)
f) Well Rounded (membulat baik)

19
Gambar 2.4 Derajat pembundaran

C. Struktur Batuan Sedimen


Struktur batuan sedimen tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh-
contoh batuan di laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen
yang penting antara lain stuktur pelapisan, dimana strkutur pelapisan ini
merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan
bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan.
Faktor-faktor yang memengaruhi adanya struktur pelapisan adalah :
- Perbedaan warna
- Perbedaan ukuran butir
- Perbedaan struktur sedimen
- Perbedaan komposisi mineral
- Perubahan macam batuan
- Perbedaan kekompakan

2. Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil penguapan suatu larutan,
atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan
batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi/organik, reaksi
kimia atau bisa juga hasil dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang
dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi anorganik.

20
Cara deskripsi batuan sedimen non-klastik didasarkan pada:
1. Tekstur
2. Komposisi mineral
3. Strukur
Batuan sedimen non-klastik dibedakan menjadi:
1. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktivitas organisme sebagai sisa
organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya. Contohnya adalah batu
gamping, koral, diatomea. Pada batuan sedimen organik selalu terlihat
strukutr-struktur organismenya dengan jelas walaupun seringkali terdapat
kristalisasi.
2. Batuan Sedimen Kimia
Batuan ini biasanya dihasilkan oleh proses penguapan terutama di daerah
aeriade. Batuan sedimen kimia biasanya hanya terdiri dari suatu macam
susunan mineral saja, bersifat hablur, dan kilapnya non-metalik.
A. Tekstur batuan sedimen non-klastik meliputi :
a. Amorf (non kristalin)
b. Kristalin (didasarkan pada Skala Wenworth, 1992)

Tabel 5 Ukuran butir sedimen kristalin (Skala Wenworth)


Ukuran Butir (mm) Nama Batuan
>2 Kasar
1/16 – 2 Sedang
1/256 - 1/16 Halus
< 1/1256 Sangat Halus
B. Komposisi mineral, sederhana karena hasil kristalisasi dari larutan
kimia, contoh: batugamping (kalsit, dolomit), gypsum (mineral
gypsum), chert (kalsedon), dsb.

21
C. Struktur, karena terbentuk dari proses kimia ataupun organik, maka
strukutrnya ada 3 macam:
1) Berfosil (fosiliferous): terdiri dari fosil-fosil yang relatif masih
utuh.
2) Oolitis, fragmen-fragmen klastis diselubungi oleh mineral non-
klastik (biasanya mineral karbonat, dengan ukuran lebih kecil dari
2 mm dan bersifat konsentris).
3) Pisolitas, seperti oolitis, tapi ukurannya lebih besar dan 2 mm.

KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN

Tabel 6 Klasifikasi batuan sedimen

Ukuran butir atau


Asal Tekstur Nama batuan
komposisi mineral
Granule atau lebih Breksi
besar Konglomerat

Pasir Batu Pasir


Dendritik Klastik
Lanau Batu Lanau

Lempung Batu Lempung

Kalsit Dolomit

Halit Garam Batu

Kimiawi Non Klastik Batu Gamping


Kalsit Koral,
Foraminifera, dsb.

Sisa Tumbuhan Batubara

22
2.3 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
B. Bahan
1. 3 jenis batuan sedimen

2.4 Prosedur Percobaan


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan,
2. Amati jenis batuan, warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan (ukuran
butir, derajat pemilahan, derajat pembudaran), komposisi batuan (fragmen,
matrik, semen), dan nama batuan
3. Ambil foto dari batuan dan gambar pada buku pendahuluan
4. Catat hasil deskripsi pada buku pendahuluan
5. Ulangi langkah 1-4 untuk batuan kedua dan ketiga

23
2.5 Hasil Pengamatan
A. Gambar :

A. Nomor urut :
B. Nomor batuan :
C. Nama batuan :
D. Warna batuan :
E. Jenis batuan :
F. Struktur batuan :
G. Tekstur batuan :
- Ukuran butir :
- Derajat pemilahan :
- Derajat pembudaran :
- Porositas :
- Permeabilitas :
- Kemas :
H. Komposisi :
- Fragmen :
- Matrik :
- Semen :
J. Nama Batuan :

24
PERCOBAAN III
BATUAN METAMORF

3.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan metamorf
2. Mengetahui kenampakan fisik batuan metamof
3. Mengetahui deskripsi batuan metamorf
4. Mengetahui cara mengindentifikasikan batuan metamorf
5. Mengetahui cara mengamati komponen-komponen batuan metamof
3.2 Dasar Teori
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf
sendiri yang telah mengalami proses atau perubahan mineralogi, tekstur
maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Menurut Grovi (1931), perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi. Hasil rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,
begitu pula pada teksturnya. Menurut H. G. F. Winkler (1906), metamorfisme
adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fasa padat karena
pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi
tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan
dan diagenesa.
Dalam hal pengklasifikasian jenis batuan metamorf, hal yang harus
kita perhatikan adalah:
Tipe-tipe metamorfisme:
1. Metamorfisme Thermal (kontak): terjadi akibat perubahan/ kenaikan
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung

25
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
2. Metamorfisme Dinamis: terjadi di daerah pergeseran/ pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya
hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
3. Metamorfisme Regional : proses yang berperan adalah kenaikan tekanan
dan temperatur. Proses ini tejadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan
“zona tunjaman”, dsb.
4. Metamorfisme Kataklastik/ Kinematik/ Dislokasi: terjadi akibat sesar
yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar
(dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
5. Metamorfisme Burial: terjadi akibat pembebanan (biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi) maupun perubahan mineralogi (ditandai munculnya
mineal zeolit).
6. Metamorfisme Lantai Samudera: terjadi akibat pembukaan lantai
samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat
dimana lempeng (litosfer) terbentuk.

STRUKTUR BATUAN METAMORF


1. Struktur Foliasi (Schistosity): sifat pelapisan berdaun (foliates =
daun). Dalam pelapisan berdaun, penyusunan kristal-kristal dari
mineral tumbuh memanjang.
2. Struktur Non-Foliasi: struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral
yang equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa thermal.

26
Beberapa struktur yang bersifat foliasi:
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
(Gambar 3.1). Dapat dijumpai pada bidang belah batusabak/slate, mineral mika
mulai hadir, teratur dan sejajar.

Gambar 3.1 Strukur slaty cleavage dan sketsa pembentukan struktur

b. Phyllitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan granular, rekristalisasi lebih kasar dari pada slaty cleavage, batuan
mengkilap dari pada batusabak (mulai banyak mineral mika). Batuannya
disebut Phyllite (Gambar 3.2).

27
Gambar 3.2 Struktur Phyllitic

c. Schistosic
Terbentuknya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatik atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut Schist (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Struktur Schistosic dan sketsa pembentukan struktur

d. Gneissic/ Gneiss
Terbentuk oleh adanya perselingan, lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatik (mineral
ferro-magnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus, melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut Gneiss (Gambar 3.4).

28
Gambar 3.4 Struktur Gneissic dan sketsa pembentukan struktur

Beberapa struktur yang bersifat Non-Foliasi:


a. Struktur Hornfelsik (Hornfels)
Struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam
b. Struktur Kataklastik
Struktur terdiri dari pecahan-pecahan/ fragmen-fragmen batuan
maupun mineral, dimana tidak menunjukkan arah
c. Struktur Milonitik
Sama seperti stuktur katalistik, hanya saja butirannya lebih halus dan
dapat dibelah-belah seperti Schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai
untuk ciri adanya sesar pada suatu daerah.

29
Gambar 3.5 Struktur Granulose

Gambar 3.6 Milonitic

TEKSTUR BATUAN METAMORF


Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuknya (Gambar 3.7) dibagi
menjadi:
1. Lepidoblastik: terdiri dari mineral-mineral tabular/ pipih, misalnya
mineral mika (muskovit, biotit)
2. Nematoblastik: terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, k-felspar, piroksen.

30
3. Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular (ekuidimensional),
dengan batas-batas suture (tidak teratur) dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.
4. Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya
lepidoblastik saja.
5. Tekstur Hetereoblastik: bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik.

Gambar 3.7 Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf berdasarkan pengamatan petrografi dibagi


menjadi:
a. Porfiroblastik, beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari
mineral lainnya,
b. Poikiloblastik atau seive texture, tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblasts tampak melingkupi bidang kristal yang lebih kecil,

31
c. Mortar texture, fragmen mineral lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama,
d. Decussate texture, tekstur kristaloblastik batuan poli-mineralik yang
tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
e. Acarodial texture, tekstur yang tampak seperti gula pasir.

Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses


metamorfosa dibagi menjadi:
1. Plimpest (tekstur sisa)
a. Blastopofiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur
porifiritik.
b. Blastooporitik, suatu tektur sisa dari batuan asal yang bertekstur
optik.

KOMPOSISI MINERAL
Pada hakikatnya komposisi mineral batuan metamorf dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Mineral Stress, mineral yang tebentuk stabil pada kondisi tekanan dan
suhu, dimana mineral ini dapat terbentuk pipih dan prismatik,
2. Mineral Anti-Stress, mineral yang berbentuk bukan dalam kondisi
tekanan dan biasanya berbentuk equidimensional.

32
1.3 Alat dan Bahan

I. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
J. Bahan
1. 3 jenis batuan metamorf

1.4 Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan,


2. Amati jenis batuan, warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan (derajat
kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, relasi), komposisi batuan, dan nama
batuan,
3. Ambil foto dari batuan dan gambar pada buku pendahuluan,
4. Catat hasil deskripsi pada buku pendahuluan,
5. Ulangi langkah 1-4 untuk batuan kedua dan ketiga.

33
1.5 Hasil Pengamatan
A. Gambar :

B. Nomor urut :
C. Nomor batuan :
D. Nama batuan :
E. Warna batuan :
F. Jenis batuan :
G. Struktur batuan :
H. Tekstur batuan :
I. Komposisi :
J. Nama batuan :

34
Tabel 7. Tabel untuk determinasi batuan metamorf

Tabel 8. Beberapa sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf

35
Beberapa Batuan Metamorf yang penting:

Batu Sabak (Slate)


1. Mineral utama: seringkali masih berupa mineral lempung; mineral
tambahan: muskovit, biotit, kordierit, andalusit.
2. Warna: abu-abu gelap yang mengkilap.
3. Struktur: foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty
cleavage).
4. Tekstur: lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral
pipih dan mineral granular dengan butiran yang halus.
5. Metamorfosa: regional.

Filit (Phyllite)
1. Mineral utama: kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan: plagioklas, mineral
bijih.
2. Warna: terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada
batusabak.
3. Struktur: foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batusabak
(tekstur filitik).
4. Tekstur: mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat
perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih
kasar daripada batusabak.
5. Metamorfosa: kataklastik.

Sekis (Schist)
1. Mineral utama: biotit, muskovit, kuarsa (sekismika), klorit (sekisklorit), talk
(sekis talk), dll.
2. Warna: tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih,
hitam, mengkilap.

36
3. Struktur: foliasi (sekistose tertutup).
4. Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan
mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.
5. Metamorfosa: regional.

Gneis (Gneiss)
1. Mineral utama: k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
2. Warna: sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir
arkose.
3. Struktur: foliasi (sekistose terbuka/ gneisose).
4. Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral
granular.
5. Metamorfosa: regional.

Migmatit (Migmatite)
1. Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering
memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara
metasedimen dan batuan granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut
migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu
partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis.
2. Struktur: foliasi (sekistoseterbuka/gneisose).
3. Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral
granular.
4. Metamorfosa: regional, pada zona Temperatur tinggi, dan selalu dijumpai
berasosiasi dengan batuan granit.

Milonit (Mylonite)
1. Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa
kataklastik.

37
2. Struktur dan tekstur: terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari
batuan yang tidak hancur berbentu kmata, butiran umumnya halus.
3. Tekstur: granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.
4. Metamorfosa: kataklastik.

Filonit (Phyllonite)
1. Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus),
sudah terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding
milonit
2. Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-
alur sangat halus), menunjukkan kilap silky, butiran halus sekali.
3. Metamorfosa: kataklastik.

Kuarsit (Quartzite)

1. Mineral utama: kuarsa (>80%), mineral tambahan: muskovit, biotit, k-


felsfar, mineral bijih.
2. Warna: putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya.
3. Struktur: masif, kadang-kadang berfoliasi.
4. Tekstur: granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
5. Metamorfosa: regional dan termal

Serpentinit (Serpentinite)
1. Mineral utama: serpentin, mineral tambahan: mineral bijih, mineral sisa:
olivin, piroksen.
2. Warna: hijau terang – hijau kekuningan
3. Struktur: masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.
4. Tekstur: lamelar, selular, tekstursisa dari piroksen (bastit).
5. Metamorfosa: regional

38
Amfibolit (Amphybolite)
1. Mineral utama: amfibol, plagioklas, mineral tambahan: kuarsa, epidot, klorit,
biotit, garnet, mineral bijih.
2. Warna: hijau/ hitam bintik-bintik putih atau kuning.
3. Struktur: masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari
metagabro atau meta lava basal.
4. Tekstur: idioblastik/ nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik
(plagioklas), lepidoblastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-
kasar.
5. Metamorfosa: regional

Granulit (Granulite)
1. Mineral utama: kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikitmika.
2. Warna: bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya.
3. Struktur: massif dengan besar butir bervariasi.
4. Tekstur: granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih,
berukuran sedang-kasar.
5. Metamorfosa: regional

Eklogit (Eclogite)
1. Batuan metamorf berkomposisi basa, mineral utama: ompasit
(klinopiroksen), garnet, kuarsa.
2. Warna: hijau-merah dengan bintik-bintik.
3. Struktur: massif dengan besar butir bervariasi.
4. Tekstur: granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar.
5. Metamorfosa: regional

39
Marmer (Marble)
1. Mineral utama: kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit,
ada mineral bijih atau oksida besi.
2. Warna: putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat, dan merah.
3. Struktur: massif dengan besar butir bervariasi.
4. Tekstur: granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
5. Metamorfosa: kontak dan regional

Hornfels
1. Mineral utama: andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
2. Warna: terang, merah, coklat, ungu dan hijau.
3. Struktur: massif kadang-kadang dengan sisa foliasi.
4. Tekstur: hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang
porfiroblastik, dengan tekstur mosaik, butiran ekuidimensional, tidak
berorientasi, butiran halus.
5. Metamorfosa: kontak.

40
PERCOBAAN IV
PETA KONTUR #1

4.1 Tujuan
1. Mengetahui tentang peta topografi dan fungsinya
2. Mengetahui elemen-elemen peta topografi
3. Menggambar peta kontur berdasarkan titik ketinggian atau kedalaman
4. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta

4.2 Dasar Teori


Bentuk-bentuk topografi meliputi bukit, lembah, dataran pantai, jurang dan
semacamnya juga dimasukkan dalam bentuk topografi seperti gunung api, aliran
lava, garis patahan (Scarf Faulth).
Dari bentuk-bentuk topografi yang dihasilkan dari proses erosi dan
pengendapan yang arahnya keatas disebut bentuk positif dan yang tertekan
kebawah disebut bentuk negative.
Kriteria-kriteria yang termasuk sebagai ciri khas bentuk bentuk topografi
dapat diketahui dengan :
1. Pengenalan permukaan
2. Bentuk umum yang meliputi bidang datar dan profil yang menentukan
arah
3. Dengan bidang dakung topografi sekitarnya
4. Struktur bagian dalam
5. Untuk konstruksi pengendapan : mencirikan butir kasar/ Fragmen

41
4.2.1 Peta Topografi
Topografi merupakan tanda fisik dari daratan. Peta topografi adalah peta yang
mewakili dari bentuk, ukuran, posisi dan hubungan dari pengenal fisik dari
suatu area mencakup pegunungan, bukit, lembah dan sungai.
Umumnya bagian-bagian dari peta topografi terdiri dari:
1. Nama geografi/ judul peta
2. Skala peta
3. Penunjuk arah utara
4. Legenda peta
5. Lintang/ Bujur
6. Keterangan lain

4.2.2 Garis Kontur


Peta topografi digambarkan dalam garis kontur. Garis kontur adalah garis
khayal kontinyu di lapangan/ peta yang menghubungkan titik
dengan ketinggian/ kedalaman yang sama. Interval kontur adalah jarak vertikal
antara dua garis k ontur yang berurutan. Indeks kontur adalah garis kontur yang
dicetak besar dalam peta, yang merupakan kelipatan sepuluh dari interval
kontur.

4.2.3 Peta dan Penampang Kontur


Jika peta merupakan tampak horizontal suatu area, maka penampang adalah
tampak vertikal dari suatu peta. Berikut ini ilustrasi perbedaan penampang peta
dan peta.

42
Penampang / section (tampak samping)
Tumpukan silinder

3D view
Tumpukan silinder

Peta Kontur / contour map (tampak atas)


Tumpukan silinder

Gambar 4.1 Ilustrasi penampang peta, dan tampilan 3D

Beberapa sifat Garis Kontur diantaranya:


1) Satu garis kontur mewakili satu nilai ketinggian/ kedalaman tertentu.
2) Berbentuk kurva tertutup.
3) Garis kontur mempunyai nilai yang lebih rendah/ dalam mengelilingi garis
kontur yang lebih tinggi/ dangkal.
4) Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan yang terjal/ curam.
5) Garis kontur yang jarang menunjukkan keadaan permukaan yang landai
6) Tidak bercabang.
7) Tidak berpotongan.

43
100 m

ketinggian
75 m

Nilai
50 m

Garis
proyeksi

50 m
75 m
Peta kontur
ketinggian
100 m

Gambar 4.2 Ilustrasi penampang merupakan proyeksi dari peta

100 m

75 m
50 m

Garis
proyeksi

50 m
75 m
Peta kontur
ketinggian
100 m

Gambar 4.3 Ilustrasi penampang dan peta yang menunjukkan topografi curam dan
landai

44
50 m
75 m

100 m

Peta kontur
ketinggian
50 m

75 m

100 m

Gambar 4.4 Contoh gambar garis kontur tidak boleh bercabang dan berpotongan.

4.2.4 Peta Permukaan dan Bawah Permukaan


Peta permukaan merupakan topografi saat ini atau tampak atas yang muncul di
permukaan, sedangkan peta bawah permukaan merupakan peta di bawah permukaan
laut atau di bawah permukaan tanah.
Jika peta permukaan ditunjukkan dengan angka ketinggian dan bernilai positif,
maka peta bawah permukaan ditunjukkan dengan angka kedalaman dan diberikan
cirri angka negatif. Peta bawah permukaan biasanya berasosiasi dengan peta reservoir
migas.
Angka negatif pada peta bawah permukaan diambil terminologi TVDSS
atauTrue Vertical Depth Sub Sea. Berikut ini gambaran perbedaan peta permukaan
dan bawah permukaan.

45
ft
300

200

100

-100

-200

-300

ft
TV

-100 300

-200 200

-300 100

-100 300
-200 200
-300 100

Subsurface Surface

Gambar 4.5 Ilustrasi perbedaan penampang dan peta permukaan dengan penampang
peta bawah permukaan.

46
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
4.3.2 Bahan
1. Peta depth structure

47
4.4 Lembar Kerja

-45 m
-50 m
-55 m
-60 m
-65 m
-70 m
-75 m
-80 m

Gambar 4.6 Contoh lembar kerja praktikum Peta Bawah Permukaan

48
-45 m
1750 m
-50 m
1500 m
-55 m
1250 m
-60 m
1000 m
-65 m
750 m
-70 m
500 m
-75 m
250 m
0 -80 m
m

Gambar 4.7 Contoh lembar kerja praktikum Peta Permukaan

49
PERCOBAAN V
PETA KONTUR #2

5.1 Tujuan
1. Menggambar peta kontur lebih lanjut dengan patahan
2. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta
5.2 Dasar Teori
Secara mendasar, patahan terdiri dari 3 jenis:
1) Patahan normal
2) Patahan naik
3) Patahan geser

Terdapat elemen-elemen dalam patahan. Berikut ini adalah elemen-elemen dalam


patahan normal.

Keterangan
a) Throw e) Displacement
b) Heave f) Dip angle
c) Foot wall g) Strike angle
d) Hanging wall

Gambar 5.1 Elemen-elemen dalam patahan

50
5.3 Alat dan Bahan
5.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
5.3.2 Bahan
1. Peta depth structure dengan patahan normal
2. Peta depth structure dengan patahan mendatar

51
3
5.4 Lembar Kerja

-45 m
-50 m
-55 m
-60 m
-65 m
-70 m
-75 m
-80 m

Gambar 5.2 Contoh lembar kerja praktikum Peta dept structure dengan sesar normal

52
4
-45 m
-50 m
-55 m
-60 m
-65 m
-70 m
-75 m
-80 m

Gambar 5.3 Contoh lembar kerja praktikum peta dept Structure dengan sesar
mendatar

53
4
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan Peta Kontur. Badan Informasi
Geospasial (BIG): Bogor.
Boggs, S. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks. Cambridge University Press : USA.
Dwi Martasari, Rial. 2016. Modul Praktikum Geologi Dasar. Akamigas Balongan:
Indramayu.
Huang, W. T. 1962. Petrology. McGraw-Hill Book Company: New York.
Pettijohn, F.J. 1987. Sedimentary Rocks. Harper and Row Publisher Inc: New York

54
4
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai