GEOLOGI DASAR
Penyusun:
Warto Utomo, S.Si, M.Eng
Penyusun:
Warto Utomo, S.Si, M.Eng
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga modul praktikum Geologi Dasar ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Praktikum Geologi Dasar ini bertujuan untuk memberikan pengertian
yang lebih mendalam mengenai klasifikasi batuan yang ada di kulit bumi.
Klasifikasi batuan sangan bermanfaat dalam dunia perminyakan, karena dapat
digunakan untuk menentukan area sebuah hidrokarbon.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh staff dan
mahasiswa Akamigas Balongan Indramayu yang turut membantu dalam
suksesnya penyelenggaraan praktikum Geologi Dasar ini. Semoga modul
praktikum ini dapat bermanfaat.
Tim Penyusun
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR 2021
1. Setiap praktikan harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan (sesuai
jadwal masing – masing kelompok).
2. Seluruh pengguna laboratorium harus dalam keadaan sehat dan tidak
menunjukkan gejala sakit (batuk, hidung tersumbat, suhu tubuh di atas 370C)
3. Apabila praktikan terlambat lebih dari 5 menit dari waktu yang telah di tentukan,
maka ia diperbolehkan mengikuti pre-test jika masih ada waktu, tetapi akan
dikenakan sanksi dan praktikan tetap mengikuti praktikum percobaan pada hari
tersebut.
4. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai baju berkerah kemeja
dikancingkan atau rapih, jas lab, memakai sepatu dan kaos kaki yang bersih di
dalam ruangan.
5. Setiap praktikan wajib mengerjakan tugas TM dan membuat draft sesuai regulasi
yang telah di tentukan dan ditandatangani asisten praktikum setelah sesuai suatu
praktikum (akan diberikan revisi jika draft tidak sesuai dengan regulasi yang ada).
6. Penggunaan peralatan laboratorium harus bergantian dan diwajibkan untuk
dibersihkan kembali dengan cairan desinfektan alkohol 70%
7. Kerusakan dan kehilangan peralatan laboratorium menjadi tanggung jawab
praktikan
8. Setiap praktikan diwajibkan memakai Jas Laboratorium pakaian sopan dan
rapih (kemeja/ kaos berkerah) dan diwajibkan memakai sepatu dan kaos
kaki.
9. Draft, tugas TM dan kartu kuning merupakan prasyarat untuk dapat mengikuti
acara praktikum selanjutnya.
10. ACC tugas TM,draft dan kartu kuning 1 x 24 jam. Segala kegiatan praktikum dan
konsultasi berakhir pada pukul 16.00 WIB.
11. Praktikan hanya di perbolehkan membawa ATK, jas lab, draft ,tugas TM dan
kartu kuning ke dalam aboratorium.Barang yang tidak dipergunakan harus
dimasukkan ke dalam tas masing – masing praktikan kecuali atas izin Asisten
Laboratorium.
iii
12. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, praktikan harus mengembalikan
pelaratan dan bahan ke tempat semula.
13. Praktikan wajib mengenakan perlengkapan sesuai protocol kesehatan (masker,
sarung tangan latex).
14. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tenang,
teratur, dan tertib.
15. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus bersikap sopan, baik dalam
berbicara maupun bertingkah laku.
16. Apa bila praktikan melanggar hal-hal yang telah diatur di atas maka yang
bersangkutan Dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak di perkenankan
melanjutkan praktikum.
17. Hal – hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran
praktikum akan diatur kemudian.
iv
5. Apabila praktikan berhalangan hadir atau sakit menunjukkan surat keterangan
dokter yang ditandatangani dokter yang bersangkutan tertanggal pada saat
praktikan sakit atau menunjukan surat keterangan tidak dapat mengikuti
praktikum.
v
d. Dasar teori (minimal 5 lembar penuh, termasuk tujuan).
e. Alat dan bahan.
f. Lembar hasil pengamatan.
g. Laporan tulis praktikum sebelumnya
10. Syarat peraga
a. Kartu kuning
b. Laporan tulis semua percobaan
vi
DAFTAR ISI
vii
PERCOBAAN V: PETA KONTUR #2
5.1 Tujuan ........................................................................................................ 50
5.2 Dasar Teori ................................................................................................ 50
5.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 51
5.4 Lembar Kerja ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 54
LAMPIRAN
JADWAL PRAKTIKUM
vii
i
PENDAHULUAN
1
viii
SIKLUS BATUAN
2
(transportasi). Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau
batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau batuan beku dapat berubah bentuk
dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan.
Batuan yang berubah bentuk akibat perubahan temperature dan tekanan disebut
batuan malihan atau batuan metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf yang
mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi mungkin berubah lagi menjadi
magma lewat proses magmatisasi.
3
PERCOBAAN I
BATUAN BEKU
1.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan beku
2. Mengetahui ciri utama batuan beku
3. Menentukan penamaan batuan dari jenis batuan beku
4. Mendeskripsikan masing-masing batuan beku
5. Mengetahui cara terbentuknya batuan beku
4
Klasifikasi batuan beku secara kimiawi didasarkan atas persentase kandungan
SiO2. Atas dasar ini, maka batuan beku dibagi menjadi :
a. Batuan beku asam : 66% SiO2
b. Batuan beku intermediate : 52% - 66% SiO2
c. Batuan beku basa : 45% - 52% SiO2
d. Batuan beku ultrabasa : 45% SiO2
5
Diagram 1 Seri Reaksi Bowen
6
Tabel 1 Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku
7
Pengelompokan batuan beku berdasarkan kelompok mineralnya (Tabel 2):
8
C. Mineral sekunder (secondary minerals): mineral hasil ubahan dari
mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau
metamorfosa. Contoh: klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, dll.
9
C. Hubungan Kristal
Tekstur khusus merupakan hubungan kristal satu dengan kristal yang lain,
dan dibagi 2 macam :
1. Equigranular: bila secara relatif ukuran kristal pembentuk batuan
berukuran sama besar
2. Inequigranular: bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama besar
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi tekstur:
a. Porfiritik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam
dalam massa dasar (matriks) yang lebih halus.
b. Vitrofirik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam
dalam massa dasar (matriks) gelas/ amorf.
D. Bentuk Kristal
Tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk kristalnya
dijelaskan sebagai berikut (Tabel 3; lihat juga Gambar 1.1, 1.2, dan 1.3).
10
Gambar 1.1 Sketsa bentuk butir (kristal/ mineral)
a. euhedral, b. subhedral, c. anhedral
11
STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat
terbentuknya batuan beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya
dapat dilihat di lapangan (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat
dilihat juga dalam hand specimen.
Berikut ini jenis-jenis strukutur batuan beku:
A. Massif, tidak menunjukkan adanya lubang-lubang atau struktur aliran
B. Vesikuler, berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada
waktu pembentukan magma, arah lubang-lubang itu teratur
C. Skoria, berlubang-lubang besar tapi arahnya tidak teratur
D. Xenolitis, struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau
pemecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintruksi.
E. Struktur yang berhubungan dengan aliran magma.
F. Schlieren, struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih
atau memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
G. Segregasi, struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik)
yang mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan
induknya.
H. Lava bantal, struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat
interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana
bagian atas cembung dan bagian bawah cekung.
12
1.3 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
B. Bahan
1. 3 jenis batuan beku
1.4 Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Amati jenis batuan, warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan
(derajat kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, relasi), komposisi
batuan, dan nama batuan
3. Ambil foto dari batuan dan gambar pada buku pendahuluan
4. Catat hasil deskripsi pada buku pendahuluan
5. Ulangi langkah 1-4 untuk batuan kedua dan ketiga.
13
1.5 Hasil Pengamatan
14
PERCOBAAN II
BATUAN SEDIMEN
2.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan sedimen.
2. Mengetahu ciri-ciri utama batuan sedimen.
3. Mengetahui mineral-mineral batuan sedimen.
4. Mengetahui nama-nama batuan sedimen.
5. Mengetahui struktur, tekstur, dan komposisi batuan sedimen.
15
b. Sifat klastik atau fragmen, yang menandakan bahwa butiran-butiran
pernah lepas, terutama pada golongan karbonat
c. Sifat jejak atau bekas zat hidup seperti cangkang atau rumah
organisme, terutama pada golongan karbonat
d. Jika bersifat hablur selalu pada golongan karbonat
16
a) Karbonat, kalsit dan dolomit,
b) Silikat, kalsedon, dan kwarsa,
c) Oksida besi, hematit, dan limonit.
B. Tekstur Batuan Sedimen
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan tekstur:
1. Besar butir (grain size):
Unsur utama dari tekstur klastik yang berhubungan dengan tingkat erosi
pada saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir diterangkan
sebagai berikut dengan menggunakan Skala Wentworth (Tabel 4 dan
Gambar 2.1).
17
Gambar 2.1 Komparator besar butir
3. Kemas (fabric)
Kemas merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir
dan packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran
18
dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan
(Gambar 2.3). Kemas hubungan antarbutir terbagi menjadi dua macam:
a) Terbuka: kontak antarbutiran materialnya tidak bersentuhan
atau bersinggungan
b) Tertutup: kontak antarbutiran materialnya bersentuhan atau
bersinggungan
19
Gambar 2.4 Derajat pembundaran
20
Cara deskripsi batuan sedimen non-klastik didasarkan pada:
1. Tekstur
2. Komposisi mineral
3. Strukur
Batuan sedimen non-klastik dibedakan menjadi:
1. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktivitas organisme sebagai sisa
organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya. Contohnya adalah batu
gamping, koral, diatomea. Pada batuan sedimen organik selalu terlihat
strukutr-struktur organismenya dengan jelas walaupun seringkali terdapat
kristalisasi.
2. Batuan Sedimen Kimia
Batuan ini biasanya dihasilkan oleh proses penguapan terutama di daerah
aeriade. Batuan sedimen kimia biasanya hanya terdiri dari suatu macam
susunan mineral saja, bersifat hablur, dan kilapnya non-metalik.
A. Tekstur batuan sedimen non-klastik meliputi :
a. Amorf (non kristalin)
b. Kristalin (didasarkan pada Skala Wenworth, 1992)
21
C. Struktur, karena terbentuk dari proses kimia ataupun organik, maka
strukutrnya ada 3 macam:
1) Berfosil (fosiliferous): terdiri dari fosil-fosil yang relatif masih
utuh.
2) Oolitis, fragmen-fragmen klastis diselubungi oleh mineral non-
klastik (biasanya mineral karbonat, dengan ukuran lebih kecil dari
2 mm dan bersifat konsentris).
3) Pisolitas, seperti oolitis, tapi ukurannya lebih besar dan 2 mm.
Kalsit Dolomit
22
2.3 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
B. Bahan
1. 3 jenis batuan sedimen
23
2.5 Hasil Pengamatan
A. Gambar :
A. Nomor urut :
B. Nomor batuan :
C. Nama batuan :
D. Warna batuan :
E. Jenis batuan :
F. Struktur batuan :
G. Tekstur batuan :
- Ukuran butir :
- Derajat pemilahan :
- Derajat pembudaran :
- Porositas :
- Permeabilitas :
- Kemas :
H. Komposisi :
- Fragmen :
- Matrik :
- Semen :
J. Nama Batuan :
24
PERCOBAAN III
BATUAN METAMORF
3.1 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam batuan metamorf
2. Mengetahui kenampakan fisik batuan metamof
3. Mengetahui deskripsi batuan metamorf
4. Mengetahui cara mengindentifikasikan batuan metamorf
5. Mengetahui cara mengamati komponen-komponen batuan metamof
3.2 Dasar Teori
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan induk
yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf
sendiri yang telah mengalami proses atau perubahan mineralogi, tekstur
maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Menurut Grovi (1931), perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi. Hasil rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,
begitu pula pada teksturnya. Menurut H. G. F. Winkler (1906), metamorfisme
adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fasa padat karena
pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi
tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan
dan diagenesa.
Dalam hal pengklasifikasian jenis batuan metamorf, hal yang harus
kita perhatikan adalah:
Tipe-tipe metamorfisme:
1. Metamorfisme Thermal (kontak): terjadi akibat perubahan/ kenaikan
temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
25
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
2. Metamorfisme Dinamis: terjadi di daerah pergeseran/ pergerakan yang
dangkal (misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada
panas yang timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya
hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
3. Metamorfisme Regional : proses yang berperan adalah kenaikan tekanan
dan temperatur. Proses ini tejadi secara regional, berhubungan dengan
lingkungan tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan
“zona tunjaman”, dsb.
4. Metamorfisme Kataklastik/ Kinematik/ Dislokasi: terjadi akibat sesar
yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar
(dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
5. Metamorfisme Burial: terjadi akibat pembebanan (biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi) maupun perubahan mineralogi (ditandai munculnya
mineal zeolit).
6. Metamorfisme Lantai Samudera: terjadi akibat pembukaan lantai
samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat
dimana lempeng (litosfer) terbentuk.
26
Beberapa struktur yang bersifat foliasi:
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
(Gambar 3.1). Dapat dijumpai pada bidang belah batusabak/slate, mineral mika
mulai hadir, teratur dan sejajar.
b. Phyllitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan granular, rekristalisasi lebih kasar dari pada slaty cleavage, batuan
mengkilap dari pada batusabak (mulai banyak mineral mika). Batuannya
disebut Phyllite (Gambar 3.2).
27
Gambar 3.2 Struktur Phyllitic
c. Schistosic
Terbentuknya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatik atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut Schist (Gambar 3.3).
d. Gneissic/ Gneiss
Terbentuk oleh adanya perselingan, lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatik (mineral
ferro-magnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus, melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut Gneiss (Gambar 3.4).
28
Gambar 3.4 Struktur Gneissic dan sketsa pembentukan struktur
29
Gambar 3.5 Struktur Granulose
30
3. Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular (ekuidimensional),
dengan batas-batas suture (tidak teratur) dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.
4. Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya
lepidoblastik saja.
5. Tekstur Hetereoblastik: bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik.
31
c. Mortar texture, fragmen mineral lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama,
d. Decussate texture, tekstur kristaloblastik batuan poli-mineralik yang
tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
e. Acarodial texture, tekstur yang tampak seperti gula pasir.
KOMPOSISI MINERAL
Pada hakikatnya komposisi mineral batuan metamorf dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Mineral Stress, mineral yang tebentuk stabil pada kondisi tekanan dan
suhu, dimana mineral ini dapat terbentuk pipih dan prismatik,
2. Mineral Anti-Stress, mineral yang berbentuk bukan dalam kondisi
tekanan dan biasanya berbentuk equidimensional.
32
1.3 Alat dan Bahan
I. Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kamera
4. Kaca pembesar (lup)
J. Bahan
1. 3 jenis batuan metamorf
33
1.5 Hasil Pengamatan
A. Gambar :
B. Nomor urut :
C. Nomor batuan :
D. Nama batuan :
E. Warna batuan :
F. Jenis batuan :
G. Struktur batuan :
H. Tekstur batuan :
I. Komposisi :
J. Nama batuan :
34
Tabel 7. Tabel untuk determinasi batuan metamorf
35
Beberapa Batuan Metamorf yang penting:
Filit (Phyllite)
1. Mineral utama: kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan: plagioklas, mineral
bijih.
2. Warna: terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada
batusabak.
3. Struktur: foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batusabak
(tekstur filitik).
4. Tekstur: mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat
perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih
kasar daripada batusabak.
5. Metamorfosa: kataklastik.
Sekis (Schist)
1. Mineral utama: biotit, muskovit, kuarsa (sekismika), klorit (sekisklorit), talk
(sekis talk), dll.
2. Warna: tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih,
hitam, mengkilap.
36
3. Struktur: foliasi (sekistose tertutup).
4. Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan
mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.
5. Metamorfosa: regional.
Gneis (Gneiss)
1. Mineral utama: k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
2. Warna: sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir
arkose.
3. Struktur: foliasi (sekistose terbuka/ gneisose).
4. Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral
granular.
5. Metamorfosa: regional.
Migmatit (Migmatite)
1. Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering
memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara
metasedimen dan batuan granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut
migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu
partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis.
2. Struktur: foliasi (sekistoseterbuka/gneisose).
3. Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral
granular.
4. Metamorfosa: regional, pada zona Temperatur tinggi, dan selalu dijumpai
berasosiasi dengan batuan granit.
Milonit (Mylonite)
1. Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa
kataklastik.
37
2. Struktur dan tekstur: terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari
batuan yang tidak hancur berbentu kmata, butiran umumnya halus.
3. Tekstur: granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.
4. Metamorfosa: kataklastik.
Filonit (Phyllonite)
1. Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus),
sudah terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding
milonit
2. Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-
alur sangat halus), menunjukkan kilap silky, butiran halus sekali.
3. Metamorfosa: kataklastik.
Kuarsit (Quartzite)
Serpentinit (Serpentinite)
1. Mineral utama: serpentin, mineral tambahan: mineral bijih, mineral sisa:
olivin, piroksen.
2. Warna: hijau terang – hijau kekuningan
3. Struktur: masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.
4. Tekstur: lamelar, selular, tekstursisa dari piroksen (bastit).
5. Metamorfosa: regional
38
Amfibolit (Amphybolite)
1. Mineral utama: amfibol, plagioklas, mineral tambahan: kuarsa, epidot, klorit,
biotit, garnet, mineral bijih.
2. Warna: hijau/ hitam bintik-bintik putih atau kuning.
3. Struktur: masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari
metagabro atau meta lava basal.
4. Tekstur: idioblastik/ nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik
(plagioklas), lepidoblastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-
kasar.
5. Metamorfosa: regional
Granulit (Granulite)
1. Mineral utama: kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikitmika.
2. Warna: bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya.
3. Struktur: massif dengan besar butir bervariasi.
4. Tekstur: granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih,
berukuran sedang-kasar.
5. Metamorfosa: regional
Eklogit (Eclogite)
1. Batuan metamorf berkomposisi basa, mineral utama: ompasit
(klinopiroksen), garnet, kuarsa.
2. Warna: hijau-merah dengan bintik-bintik.
3. Struktur: massif dengan besar butir bervariasi.
4. Tekstur: granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar.
5. Metamorfosa: regional
39
Marmer (Marble)
1. Mineral utama: kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit,
ada mineral bijih atau oksida besi.
2. Warna: putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat, dan merah.
3. Struktur: massif dengan besar butir bervariasi.
4. Tekstur: granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
5. Metamorfosa: kontak dan regional
Hornfels
1. Mineral utama: andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
2. Warna: terang, merah, coklat, ungu dan hijau.
3. Struktur: massif kadang-kadang dengan sisa foliasi.
4. Tekstur: hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang
porfiroblastik, dengan tekstur mosaik, butiran ekuidimensional, tidak
berorientasi, butiran halus.
5. Metamorfosa: kontak.
40
PERCOBAAN IV
PETA KONTUR #1
4.1 Tujuan
1. Mengetahui tentang peta topografi dan fungsinya
2. Mengetahui elemen-elemen peta topografi
3. Menggambar peta kontur berdasarkan titik ketinggian atau kedalaman
4. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta
41
4.2.1 Peta Topografi
Topografi merupakan tanda fisik dari daratan. Peta topografi adalah peta yang
mewakili dari bentuk, ukuran, posisi dan hubungan dari pengenal fisik dari
suatu area mencakup pegunungan, bukit, lembah dan sungai.
Umumnya bagian-bagian dari peta topografi terdiri dari:
1. Nama geografi/ judul peta
2. Skala peta
3. Penunjuk arah utara
4. Legenda peta
5. Lintang/ Bujur
6. Keterangan lain
42
Penampang / section (tampak samping)
Tumpukan silinder
3D view
Tumpukan silinder
43
100 m
ketinggian
75 m
Nilai
50 m
Garis
proyeksi
50 m
75 m
Peta kontur
ketinggian
100 m
100 m
75 m
50 m
Garis
proyeksi
50 m
75 m
Peta kontur
ketinggian
100 m
Gambar 4.3 Ilustrasi penampang dan peta yang menunjukkan topografi curam dan
landai
44
50 m
75 m
100 m
Peta kontur
ketinggian
50 m
75 m
100 m
Gambar 4.4 Contoh gambar garis kontur tidak boleh bercabang dan berpotongan.
45
ft
300
200
100
-100
-200
-300
ft
TV
-100 300
-200 200
-300 100
-100 300
-200 200
-300 100
Subsurface Surface
Gambar 4.5 Ilustrasi perbedaan penampang dan peta permukaan dengan penampang
peta bawah permukaan.
46
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
4.3.2 Bahan
1. Peta depth structure
47
4.4 Lembar Kerja
-45 m
-50 m
-55 m
-60 m
-65 m
-70 m
-75 m
-80 m
48
-45 m
1750 m
-50 m
1500 m
-55 m
1250 m
-60 m
1000 m
-65 m
750 m
-70 m
500 m
-75 m
250 m
0 -80 m
m
49
PERCOBAAN V
PETA KONTUR #2
5.1 Tujuan
1. Menggambar peta kontur lebih lanjut dengan patahan
2. Membuat penampang hasil proyeksi dari peta
5.2 Dasar Teori
Secara mendasar, patahan terdiri dari 3 jenis:
1) Patahan normal
2) Patahan naik
3) Patahan geser
Keterangan
a) Throw e) Displacement
b) Heave f) Dip angle
c) Foot wall g) Strike angle
d) Hanging wall
50
5.3 Alat dan Bahan
5.3.1 Alat
1. Kertas millimeter block
2. Mistar
3. Pensil
4. Pensil warna
5. Pulpen
5.3.2 Bahan
1. Peta depth structure dengan patahan normal
2. Peta depth structure dengan patahan mendatar
51
3
5.4 Lembar Kerja
-45 m
-50 m
-55 m
-60 m
-65 m
-70 m
-75 m
-80 m
Gambar 5.2 Contoh lembar kerja praktikum Peta dept structure dengan sesar normal
52
4
-45 m
-50 m
-55 m
-60 m
-65 m
-70 m
-75 m
-80 m
Gambar 5.3 Contoh lembar kerja praktikum peta dept Structure dengan sesar
mendatar
53
4
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan Peta Kontur. Badan Informasi
Geospasial (BIG): Bogor.
Boggs, S. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks. Cambridge University Press : USA.
Dwi Martasari, Rial. 2016. Modul Praktikum Geologi Dasar. Akamigas Balongan:
Indramayu.
Huang, W. T. 1962. Petrology. McGraw-Hill Book Company: New York.
Pettijohn, F.J. 1987. Sedimentary Rocks. Harper and Row Publisher Inc: New York
54
4
LAMPIRAN