SAMPUL BUKU
i
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
DAFTAR ISI
iii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
iv
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
v
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
vi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
vii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
viii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
ix
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
x
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
xi
PERCOBAAN M1
(PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)
Disusun Oleh:
M. JUAN RAFFINDO
( 12-2018-005)
1
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
II. TEORI
2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
atas besaran dasar dan besaran turunan. Besaran dasar adalah besaran
yang satuannya didefinisikan terlebih dahulu.
SATUAN SI
No. BESARAN DASAR RUMUS
NAMA LAMBANG
DIMENSI
1. Panjang meter m [L]
2. Massa kilogram kg [M]
3. Waktu second s [T]
4. Arus Listrik ampere A [I]
5. Suhu termodinamika Kelvin K [θ]
6. Jumlah Zat mol mol [N]
7. Intensitas Cahaya candela cd [J]
BESARAN TAMBAHAN
1. Sudut bidang radian rad
2. Sudut ruang steradian sr
4
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
5
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
6
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Skala Utama
7
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
8
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
9
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Mikrometer
Mikrometer merupakan alat ukur linear yang mempunyai
kecermatan yang lebih tinggi dari pada jangka sorong, umumnya
mempunyai kecermatan sebesar 0,01 mm (meskipun namanya
“mikrometer”). Jenis khusus memang ada yang dibuat dengan
kecermatan 0,005 mm, 0,002 mm.
Mikrometer memang dirancang untuk pemakaian praktis, sering
dimanfaatkan oleh operator mesin perkakas dalam rangka pembuatan
beragam komponen yang dibuat berdasarkan acuan toleransi
geometrik dengan tingkat kualitas sedang s.d. menengah. Jadi,
kecermatan sebesar 0,01 mm dianggap sesuai karena semakin cermat
alat ukur memerlukan kesaksamaan yang tinggi saat pengukuran
berlangsung (lebih cocok dilakukan pada laboratorium ukur/
metrologi dari pada dilakukan di pabrik dengan berbagai jenis
gangguan; getaran, debu, suhu).
10
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Mur Pengunci
Skala Nonius
Rahang Roda
Rahang Skala Utama
Geser Bergerigi
Tetap
Selubung Luar
Bagan
11
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
12
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Neraca Teknis
Neraca Teknis merupakan salah satu alat untuk mengukur
massa benda. Neraca Teknis termasuk kedalam neraca yang tidak
memiliki ketelitian yang tinggi. Neraca Teknis hanya memiliki
ketelitian 0,01 gram. Karena ketelitiannya yang rendah neraca ini
biasanya hanya dipakai untuk menimbang zat atau benda yang
tidak memerlukan ketelitian yang tinggi , misalnya untuk
menimbang bahan yang diperlukan untuk membuat larutan
pereaksi , larutan baku sekunder dll.
13
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tuas Penopang
Sekrup Skala Nonius
(di dalam) Peredam
Penyeimbang
Poros
Penggantung
Skala Utama
Batang
Penyangga Magnet
Gantung
Piringan
tempat
menimbang
Meja tambahan
(tidak tertimbang)
14
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
15
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
a. Jangka Sorong
b. Mikrometer Sekrup
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Cara Statis
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Ukurlah panjang dan lebar benda padat dengan jangka sorong
masing-masing 10 kali pada sisi yang berlainan!
3. Ukurlah tebal benda padat dengan mikrometer sekrup, sama
seperti langkah V.A.2!
4. Timbanglah massa benda padat dengan neraca teknis (cukup
sekali saja)!
5. Ulangi langkah V.A.2 s.d. V.A.4 untuk benda padat lainnya!
16
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
B. Cara Dinamis
17
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3. Isi air pada bejana sebanyak 250 ml dan letakkan bejana pada
meja tambahan sehingga bejana tidak tertimbang oleh neraca
(tanya asisten)!
4. Celupkan benda padat yang akan diukur ke dalam bejana
yang berisikan air dalam keadaan tergantung pada kawat
tipis!
5. Timbanglah benda dengan posisi di tengah-tengah antara
dasar dan permukaan air (cukup sekali saja)!
6. Ukur suhu awal air dalam keadaan benda padat tercelup ke
dalam bejana menggunakan termometer!
7. Ukur suhu akhir air dalam keadaan benda padat telah
dikeluarkan dari dalam bejana!
8. Ulangi langkah V.B.1 s.d. V.B.5 untuk benda padat lainnya!
9. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
18
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
A. Cara Statis
1. Panjang Benda Rata-rata (𝑐𝑚):
Ʃ𝑝
𝑝̅ = 𝑛
B. Cara Dinamis
1. Temperatur Air Rata-rata (°C):
̅̅̅ = 𝑇𝑚+𝑇𝑎
𝑇𝑟 2
19
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
20
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN M2
(HUKUM NEWTON)
Disusun Oleh:
ANNISA’ RAHMAWATY
(25-2018-100)
21
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
II. TEORI
A. HUKUM NEWTON
Hukum I Newton berbunyi: “Setiap benda akan mempertahankan
keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang
bekerja untuk merubahnya”. Maksud dari bunyi tersebut adalah jika
suatu benda mendapatkan gaya yang sama besar dan berlawanan arah,
benda tersebut akan diam, begitu juga dengan benda yang bergerak
dengan kecepatan tetap hal itu disebut dengan setimbang.
Kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan keadaan disebut
Inersia, sehingga hukum I Newton biasa disebut hukum inersia. Hukum
I Newton dirumuskan dengan:
∑F = 0 ………………………………………………… (1)
Dengan :
∑F = Gaya
22
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
∑F = m.a ……………………………….………………(2)
Dengan :
∑F = Gaya
m = massa
a = percepatan
Bunyi dari hukum ke 3 adalah: ”untuk setiap aksi selalu ada reaksi
yang sama besar dan berlawanan arah, atau setiap benda yang
memberikan gaya aksi pada benda lain akan menerima gaya reaksi yang
sama besar dan berlawanan arah”. Maksud dari bunyi tersebut adalah
jika suatu benda diberi gaya aksi maka benda tersebut akan memberi
gaya reaksi yang sama besar dan berlawanan arah. Di rumuskan dengan:
23
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
a = percepatan
Dirumuskan dengan:
s = v.t..............................................(4)
Dengan :
s = Perpindahan t = Waktu
v = Kecepatan
24
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Dengan :
V = Perpindahan t = Waktu
V = Kecepatan akhir a = Percepatan/Perlambatan
V0 = Kecepatan sesaat
D. MOMEN INERSIA
Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka pada gerak
melingkar ini berlaku persamaan-persamaan gerak yang ekuivalen
dengan persamaan-persamaan gerak linier. Dalam hal ini besaran fisis
”momen inersia” (momen kelembaman) ekuivalen dengan besaran fisis
”massa” m pada gerak linier. Momen inersia dapat diartikan sebagai
ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya.
Momen inersia I suatu benda terhadap poros tertentu harganya
sebanding dengan massa benda tersebut, sebanding dengan kuadrat dan
25
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
ukuran atau jarak benda pangkat dua terhadap poros, dan sebanding
dengan bentuk dari benda tersebut.
I≈m
I≈k I =
k.m.r2................................................(8)
I ≈ r2
Untuk katrol dengan beban seperti pada gambar 1 maka berlaku
persamaan:
𝑚3 𝑔
𝑎= 𝐼 ……………………………….(9)
𝑚1 +𝑚2 + 𝑚3 + 2
𝑟
Dengan:
a = percepatan gerak I = momen inersia katrol
m1,m2 = massa beban r = jari-jari katrol
m3 = massa beban tambahan g = percepatan gravitasi
26
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Keterangan Gambar:
P = penjepit
A = kedudukan awal
B = penyangkut beban
C = meja akhir
S = sensor gerbang cahaya pertama
1
27
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
28
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Mula-mula atur tiang berskala agar benar-benar tegak lurus,
dengan cara mengatur sekrup-sekrup pada kaki (lihat gambar 3). Juga
atur sekrup-sekrup pada katrol, katrol harus dapat bergerak bebas.
Kedudukan ini tidak boleh diubah-ubah sampai semua percobaan
selesai.
A. Gerak Lurus Beraturan
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Timbang beban m1, m2, dan 3 buah m3 dengan
menggunakan neraca teknis!
29
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
30
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tabel pengamatan
Massa beban m1 ................. gr
Massa beban m2 ................. gr
Massa beban tambahan m3A ................. gr
Massa beban tambahan m3B ................. gr
Massa beban tambahan m3C ................. gr
31
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3
1
45 2
3
1
40 2
3
1
35 2
3
1
30 2
3
Catatan:
Selama serangkaian percobaan berlangsung jangan mengubah
kedudukan atau jarak antara A dan B.
32
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3. Atur agar posisi sensor gerbang cahaya (S1 dan S2) berjarak
50 cm di tengah-tengah tiang berskala!
4. Pasang penyangkut beban (B) kira-kira 10 cm dibawah
sensor gerbang cahaya 2 (S2)! (C diabaikan).
5. Hubungkan sensor gerbang cahaya 1 ke port 1 (P1) dan
sensor gerbang cahaya 2 ke port 2 (P2) pada pencacah waktu!
6. Gunakan fungsi timing 2 pada pencacah waktu (tanya
asisten)!
7. Setelah beban m2 diam, lepaskan penjepit (P), kemudian
catat waktu tempuh beban dari sensor gerbang cahaya 1 (S1)
ke sensor gerbang cahaya 2 (S2) pada pencacah waktu
(usahakan agar beban m2 tidak kembali melewati kedua
sensor)!
8. Lakukan langkah V.A.6 sebanyak 3 kali!
9. Ulangi langkah V.A.6 dan V.A.7 dengan mengubah jumlah
beban tambahan (tanya asisten)!
10. Ulangi langkah V.A.3 s.d. V.A.7 dengan 5 jarak kedua sensor
yang berbeda (tanya asisten)!
11. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Tabel Pengamatan
33
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
2
3
1
45 2
3
1
40 2
3
1
35 2
3
1
30 2
3
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Gerak Lurus Beraturan
1. Waktu tempuh beban rata-rata (𝑡̅)(s)
Σ𝑡
𝑡̅ = =
𝑛
34
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑠 (𝑐𝑚)
Titik sentroid
𝑡̅ (𝑠)
∆𝑠
𝑡𝑎𝑛𝜃 = =
∆𝑡̅
35
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Titik sentroid
𝑡̅ 2 (𝑠 2 )
∆2𝑠
𝑡𝑎𝑛𝜃 = =
∆𝑡̅ 2
Sumbu x (𝑡 ̅) Sumbu y (s)
36
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN M3
(FENOMENA HUKUM HOOKE)
Disusun Oleh:
DINDA MUTIARA KHOERUNNISA
(13-2018-236)
37
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena hukum Hooke.
II. TEORI
Hukum Hooke merupakan hukum yang mengkaji jumlah
maksimum yang gaya dapat diberikan sebuah benda yang bersifat
elastis (contoh : pegas) agar tidak melewati batas elastisnya, dan
menghilangkan sifat elastisnya. Misalkan sebuah benda
digantungkan di ujung sebuah pegas. Benda kemudian turun akibat
massa benda itu sendiri dan pengaruh gaya gravitasi, sehingga pegas
bertambah panjang sebesar x dari posisi setimbang. Posisi setimbang
adalah posisi ketika pegas tidak terdorong atau tertarik. Jenis pegas
antara lain pegas daun, pegas koil, dan pegas batang torsi (puntir).
Berdasarkan hukum Hooke yang berbunyi “Bila gaya tarik tidak
melewati batas elastis pegas, maka , gaya tarik pegas berbanding
lurus dengan pertambahan panjang pegas.” gaya yang dilakukan
pegas pada benda memenuhi persamaan:
𝐹 = 𝑚𝑔 = −𝑘𝑥………………………………………………..(1)
Dengan:
F= Gaya ( 𝑁 )
m = Massa ( 𝐾𝑔 )
38
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑚
g = Percepatan Gravitasi ( 𝑠2 )
𝑁
k = Konstanta Pegas ( 𝑚 )
x = Pertambahan Panjang ( 𝑚 )
----
X2 Posisi
Setimbang
X1 F2
F1
39
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Dengan:
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = Massa Beban (Kg)
𝑥 = Pertambahan Panjang (m)
Bila pegas digantungi suatu beban sebesar F, dan ditarik sedikit
melewati titik setimbangnya sebesar ∆𝑥, kemudian dilepaskan, maka
pegas akan bergetar seperti yang ditunjukan pada gambar 1.
𝐶. 𝑔
𝑚𝑒𝑓𝑓 = |4 . − 𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 | ……………………(3)
𝜋2 . 𝑛
𝑚𝑒𝑓𝑓
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ……………………………………..........(4)
𝑚𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇 = 2𝜋√ ………………………………………….(5)
𝑘
4.𝜋 2 .𝑛
𝑔 = ………………………………………………(6)
𝑡𝑎𝑛 𝜃
dengan
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 + 𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 + 𝑚𝑒𝑓𝑓
𝐶 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
Dari persamaan (1), (2), (5), dan (6) diperoleh
4 . 𝜋2 . 𝑛 . 𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇2 = 𝑔
…………………………………....(7)
dimana
III. ALAT-ALAT
40
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
1. Batang statif.
2. Bosshead universal.
3. Pasak penumpu.
4. Pegas Helik (3 buah).
5. Beban bercelah (4 buah)
6. Penggantung beban.
7. Stopwatch.
8. Neraca teknis.
9. Mistar gulung.
a. Perioda (T).
b. Frekuensi (f).
c. Amplitudo.
d. Konstanta pegas.
4. Jelaskan korelasi apa yang terjadi antara gaya (F) dan perubahan
panjang (Δx)!
5. Apa yang dimaksud dengan posisi setimbang pegas?
6. Pada prosedur percobaan, untuk apa kita melakukan
penimbangan terhadap penggantung beban, pegas helik, dan
beban-beban bercelah?
7. Gambarkan:
41
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
a. Bosshead universal
b. Pegas helik
c. Penggantung beban
d. Beban-beban bercelah
8. Jelaskan fungsi alat-alat yang digunakan pada modul M3!
9. Jelaskan pengertian dan perbedaan dari jenis-jenis pegas!
10. Sebutkan aplikasi penerapan hukum Hooke pada kehidupan
sehari-hari!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Statis
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Timbang massa penggantung beban, pegas helik, dan beban-
beban bercelah!
3. Pasang pegas pada bosshead universal yang telah terpasang
pada batang statif horizontal!
4. Gantungkan penggantung beban pada pegas dan tandai posisi
ini sebagai posisi setimbang (Tanya asisten)!
5. Urutkan beban 𝑚1 yang paling berat sampai 𝑚4 yang paling
ringan!
6. Tambahkan beban 𝑚1 ke dalam penggantung! Tunggu
beberapa saat (hingga beban tidak berayun), kemudian ukur
pertambahan panjangnya dengan menggunakan mistar
gulung!
7. Tambahkan beban 𝑚2 ,ukur kembali pertambahan
panjangnya! Lakukan hal ini hingga beban habis
ditambahkan satu per satu!
42
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
B. Dinamis
1. Gantungkan penggantung beban pada pegas, kemudian
getarkan! Usahakan ayunan penggantung tidak bergetar ke
arah kiri-kanan dan dengan memberikan simpangan yang
tidak terlalu besar!
43
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tabel Pengamatan
Waktu untuk 20 Waktu untuk 20 Waktu untuk 20
Massa beban ayunan (s) ayunan (s) ayunan (s)
No
total (gr) pegas 1 pegas 2 pegas 3
+ - + - +
t t t t t t-
1
2
3
4
𝑥+ + 𝑥−
𝑥 =
2
44
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Pegas 1 [ n ] Pegas 2 [ n ]
1
2
3
4
Rasio Rata-Rata
Pertambahan Panjang
Terhadap Massa [ 𝑛 ]
𝑥 𝛴𝑛
𝑛 = , 𝑛 =
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 4
● Membuat Grafik 𝑥 𝑣𝑠 𝑚
∆𝑥
𝑡𝑎𝑛𝜃 =
∆𝑚
45
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
B. Dinamis
2
3
4
𝑡+ + 𝑡−
𝑡 =
2
2
3
4
Rasio Rata-Rata
Pertambahan Panjang
Terhadap Massa [ 𝑛 ]
2
𝑡 2
𝑇 =( )
20
● Membuat Grafik 𝑇 2 𝑣𝑠 𝑚
∆𝑇 2
𝑡𝑎𝑛𝜃 =
∆𝑚
46
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑐𝑚2
● Menghitung Percepatan Gravitasi ( )
𝑠
4. 𝜋 2 . 𝑛
𝑔 =
𝑡𝑎𝑛 𝜃
𝐶. 𝑔
𝑚𝑒𝑓𝑓 = | − 𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 |
4 . 𝜋2 . 𝑛
47
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN M4
(TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR)
Disusun Oleh:
HENRI YUNICO A
(13-2018-026)
48
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Membuktikan hukum kekekalan momentum linear pada tumbukan.
II. TEORI
Momentum merupakan besaran yang menyatakan tingkat
kesulitan/kesukaran suatu partikel dengan massa m yang bergerak
dengan kecepatan linear (v). Berdasarkan persamaannya,
momentum juga dapat diartikan sebagai hasil kali massa benda
dengan kecepatan gerak benda tersebut. Hukum Newton kedua
menyatakan bahwa ∑ 𝐹 = 𝑚𝑎, dengan mempertimbangkan massa
𝜕𝑣
benda (partikel) konstan, karena 𝑎 = , kita dapat menuliskan juga
𝜕𝑡
hukum kedua Newton ini sebagai berikut:
𝜕𝑣 𝜕 𝜕𝑝
∑𝐹 = 𝑚 𝜕𝑡 = 𝜕𝑡 (𝑚𝑣) = ………………………... (1)
𝜕𝑡
49
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
∑ 𝑝 = ∑ 𝑝′
Dimana:
P = momentum sebelum tumbukan (kg.m/s)
P’ = momentum setelah tumbukan (kg.m/s)
mA = massa benda A
mB = massa benda B
vA = kecepatan benda A sebelum tumbukan
vB = kecepatan benda B sebelum tumbukan
vA’ = kecepatan benda A setelah tumbukan
vB’ = kecepatan benda A setelah tumbukan
Jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka tumbukan tidak
akan mengubah momentum total sistem.
50
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
51
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Dimana :
va = kecepatan benda A sebelum tumbukan (m/s)
vb = kecepatan benda B sebelum tumbukan (m/s)
va’= kecepatan benda A setelah tumbukan (m/s)
vb’= kecepatan benda A setelah tumbukan (m/s)
I. ALAT – ALAT
1. Rel presisi (2 buah).
2. Penyambung rel (2 buah).
3. Kaki rel (buah).
4. Pencacah waktu.
5. Stopwatch.
52
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
53
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
54
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tekanan (mmHg)
Kelembapan (%)
55
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
15
56
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Soeprapto dkk. 2019. Buku Petunjuk Fisika Dasar. Bandung:
Laboratorium Fisika Dasar Institut Teknologi Nasional
57
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN M5
(BANDUL FISIS)
Disusun Oleh:
TRI ADIANTO CIPTO SANTOSO
(13-2018-035)
58
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan osilasi bandul fisis melalui metode owen dan
metode bandul reversibel.
II. TEORI
Bandul fisis terdiri dari batang seragam dengan panjang
(dilambangkan dengan d) dan massa (dilambangkan dengan m)
berputar pada suatu poros, merupakan bandul yang dapat berosilasi
secara bebas pada suatu sumbu tertentu dari suatu benda rigid atau
padat dengan memperhatikan ukuran, bentuk, massa benda, dan
massa penggantung benda (batang pejal).
Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gerakan bolak-
balik dinamakan periode (dilambangkan dengan T, dengan satuan
sekon [s]), banyaknya getaran yang dihasilkan per waktu disebut
frekuensi (dilambangkan dengan f dengan satuan Hertz [Hz]) dan
simpangan maksimum osilasi dinamakan amplitudo (dilambangkan
dengan A). Posisi saat dimana resultan gaya pada benda sama
dengan nol adalah posisi setimbang, kedua benda mencapai titik nol
(setimbang) selalu pada saat yang sama. Bandul yang berosilasi dan
lama kelamaan akan berhenti bergetar, ini merupakan arti dari
periodik teredam.
59
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
60
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
(C)
Dengan:
T = Periode osilasi
k = Radius girasi (jari-jari girasi)
a = Jarak poros osilasi dari pusat massa C
g = Percepatan gravitasi
Jari-jari girasi adalah titik distribusi massa pada sebuah
benda agar massa pada sebuah benda tersebut.
Persamaan (1) dapat dituliskan kembali menjadi:
4𝜋 2 4𝜋 2
𝑎𝑇 2 = 𝑎2 + 𝑘 2 ………………………………....(2)
𝑔 𝑔
61
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
62
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Dengan:
TA = Periode bandul ketika ditumpu pada titik A
IA = Momen inersia bandul terhadap titik tumpu A
m = Massa bandul
yA = Jarak antara titik tumpu A dan pusat gravitasi
𝐼
Jika 𝑚.𝑦𝐴 diganti oleh lA , maka persamaan (3) dapat dituliskan:
𝐴
𝑙
𝑇𝐴 = 2𝜋√ 𝑔𝐴 ……………………………………………..(4)
63
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
1. Batang Bandul.
2. Mata Pisau (2 buah).
3. Bantalan Pisau.
64
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
4. Beban (2 buah).
5. Sensor Gerbang Cahaya.
6. Timer Counter.
7. Dasar Statif.
8. Batang Statif.
9. Boss-head.
10. Mistar Gulung.
11. Kunci L.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bandul fisis?
2. Apa perbedaan Metode Owen dan Metode Bandul Reversibel?
3. Apa yang dimaksud dengan gerak harmonik sederhana?
4. Apa yang dimaksud dengan:
a. Perioda
b. Frekuensi
c. Amplitudo
5. Apa nama alat yang digunakan sebagai tumpu pada percobaan
ini?
6. Jelaskan apa yang dimaksud titik kesetimbangan?
7. Sebutkan syarat-syarat suatu gerak dapat dikatakan harmonik!
8. Jelaskan perbedaan antara bandul fisis dan bandul matematis!
9. Jelaskan hubungan antara sensor gerbang cahaya dan timer
counter?
10. Sebutkan prosedur percobaan praktikum pada modul M5!
65
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Bandul Fisis Metode Owen
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Tentukan titik tengah pada batang bandul sebagai pusat
massanya!
3. Pasang mata pisau sehingga berjarak 5 cm dari pusat massa
batang bandul (Lihat Gambar 2)!
4. Kencangkan baut pada mata pisau dengan menggunakan
kunci L hingga mata pisau terpasang dengan baik (Tanya
asisten)!
5. Susun alat-alat percobaan seperti pada Gambar 2 dengan
kondisi bandul yang diam!
6. Letakkan ujung mata pisau di atas bantalan pisau sehingga
batang bandul dapat berosilasi!
7. Letakkan sensor gerbang cahaya kira-kira 3 cm dari batang
bandul sehingga sensor dapat membaca jumlah ayunan!
8. Siapkan pencacah waktu pada fungsi cycles!
9. Simpangan bandul sejauh kira-kira 3 cm, kemudian
lepaskan sehingga bandul berisolasi! Perhatikan posisi mata
pisau dan bandul (Ulangi jika terjadi perubahan pada posisi
ini)!
10. Ukurlah waktu untuk 20 osilasi dengan menggunakan
pencacah waktu (Tanya asisten)!
11. Ulangi Langkah V.A.3 s.d. V.A.9 untuk jarak mata pisau
lainnya (Tanya asisten)!
66
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tabel Pengamatan
No. α (cm) t20 (s)
1. 5
2. 10
3. 15
4. 20
5. 25
6. 30
7 35
67
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
68
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tabel Pengamatan
Waktu 20 Osilasi
No. y (cm)
tA (s) tB (s)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
69
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑎𝑇 2
𝑐
𝑎2
∆𝑎𝑇 2
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = 𝑐 = ..... cm.s2
∆𝑎2
70
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑇1 +𝑇2
T= 2
71
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN M6
(MODULUS PUNTIR)
Disusun Oleh:
M. JUAN RAFFINDO
(12-2018-005)
72
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena Hukum Hooke pada proses
pemuntiran batang logam.
II. TEORI
Modulus puntir merupakan suatu nilai keelastisitasan material
terhadap momen puntir. Modulus puntir bisa didapatkan melalui uji
puntir. Uji puntir dilakukan di alat uji puntir dengan memberikan
tegangan geser berupa momen puntir (torsi) pada benda uji. Secara
umum peralatan uji puntir terdiri dari bagian penumpu untuk
menahan salah satu ujung benda uji dan bagian kepala puntir yang
dilengkapi cekam untuk mencengkeram ujung lain benda uji
sekaligus memberikan momen puntir, serta bagian penunjuk untuk
menunjukan besar simpangan sudut yang terjadi pada saat pengujian.
Suatu material apabila belum melampaui batas elastis maka
deformasi akan sebanding dengan pembeban yang terjadi. Hal
tersebut biasa dikenal dengan istilah Hukum Hooke yang
menyatakan batas proporsionalitas antara tegangan dengan regangan.
Semakin bertambahnya tegangan yang dibebankan pada suatu
material maka akan diikuti dengan pertambahan nilai regangan yang
terjadi secara linier. Fenomena ini pertama kali diamati oleh
matematikawan Inggris bernama Robert Hooke (1635-1703).
73
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
74
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
F
A
c. Tegangan Normal
Tegangan normal (normal stress) dilambangkan dengan
huruf σ (sigma) bisa dinyatakan dengan satuan [N.m-2].
Dapat didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja
tegak lurus terhadap suatu luasan penampang benda.
Tegangan normal dapat berbentuk berupa beban tarik dan
beban tekan. Tegangan normal dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan panjang benda yang dinyatakan
dengan regangan normal, yaitu nilai yang menunjukan
perbandingan antara perubahan panjang terhadap panjang
awal benda.
75
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
d. Tegangan Geser
Tegangan geser (shear stress) dilambangkan dengan huruf
τ (tau) bisa dinyatakan dengan satuan [N.m-2]. Dapat
didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja sejajar
terhadap suatu luasan penampang benda. Tegangan geser
dapat berbentuk berupa momen lentur dan momen puntir
(torsi). Tegangan geser dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan sudut benda yang dinyatakan dengan regangan
geser, yaitu nilai yang menunjukan perubahan sudut dalam
arah radial.
76
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Gambar 5. Torsi
Sumber: Statics and Mechanics of Material
Pada dunia teknik, modulus puntir dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu acuan sifat mekanik yang dimiliki suatu material.
77
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
78
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
79
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
σ : Tegangan Normal
ε : Regangan
σ Yield : Kekuatan Luluh atau Batas Elastisitas
σ UTS : Ultimate Tensile Strength atau Kekuatan Tarik
Maksimum
σ Fracture : Tegangan Patah
e. Modulus Kekakuan
Modulus kekakuan (G) didefinisikan sebagai nilai yang
menyatakan hubungan kesebandingan antara tegangan geser
dengan regangan geser. Modulus kekakuan bisa juga disebut
modulus puntir. Secara sederhana modulus puntir merupakan
suatu nilai tegangan geser minimum berupa momen puntir yang
diperlukan untuk membuat sebuah material mulai terpuntir.
f. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas (E) didefinisikan sebagai ukuran kekakuan
suatu bahan. Modulus elastisitas merupakan nama lain dari
Modulus Young. Secara sederhana modulus elastisitas dapat
menjelaskan kemampuan material untuk terdeformasi elastis
tanpa mengalami perubahan bentuk secara permanen. Nilai ini
merupakan batas berlakunya Hukum Hooke pada suatu material
apabila menerima pembebanan berupa tegangan normal.
g. Batas Elastisitas
Batas elastisitas suatu nilai yang memisahkan daerah deformasi
elastis dengan deformasi plastis. Suatu material bila diberikan
pembebanan melebihi nilai batas elastisitasnya, kemudian
pembebanannya dihilangkan maka material tersebut akan
mengalami perubahan secara permanen. Apabila sebuah material
80
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
81
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
atau
360𝑔𝑟𝐿𝑚
𝐺= .............................................................................(2)
𝜋2𝑅4𝛼
Dengan:
𝐺 = modulus puntir [dyne.cm-2],
𝑔 = percepatan gravitasi [981 cm.s-2],
𝑅 = jari-jari batang [cm],
𝐿 = panjang batang dari penjepit ke jarum penunjuk skala [cm],
𝑚 = massa beban yang menyebabkan puntiran [gram],
𝛼 = besar simpangan pada jarak 𝐿 [o ],
𝑟 = jari-jari roda pemuntir [cm],
𝑀 = momen puntir [dyne.cm],
𝜃 = sudut puntir [rad].
82
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
1. Alat pemuntir.
2. Mikrometer sekrup.
3. Mistar gulung.
4. Penyangkut beban.
5. Beban 0,5 kg (5 buah).
6. Batang logam (2 buah).
7. Jarum penunjuk (2 buah).
8. Busur pengukur (2 buah).
9. Kunci L.
10. Obeng.
11. Tang.
83
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Tandai batang logam menggunakan pena koreksi (tip-x) dan
dengan bantuan mistar gulung di enam titik yang ditentukan yaitu
pada panjang 15 cm, 25 cm, 35 cm, 45 cm, 55 cm, dan 65 cm
yang diukur dari ujung batang yang dijepit!
3. Menggunakan mikrometer sekrup, ukurlah diameter batang
logam pada enam titik yang telah ditandai sebelumnya!
4. Menggunakan mistar gulung dan bantuan tali, ukurlah keliling
roda pemuntir sebanyak lima kali!
5. Pasang batang logam yang akan digunakan sebagai spesimen uji
pada alat pemuntir, kencangkan sekrup pada ujung yang dijepit
dan putar kunci untuk mengunci ujung batang yang dipuntir!
(lihat gambar 2)!
6. Pastikan kedua ujung batang telah terpasang serta terkunci
dengan kencang, bila perlu gunakan tang, obeng, ataupun kunci
L untuk mengencangkannya.
7. Gantungkan penyangkut beban pada tali sehingga roda pemuntir
dan batang akan sedikit terpuntir, pasangkan jarum penunjuk
pertama pada posisi L1 15cm dan jarum penunjuk kedua pada
posisi L2 25cm yang diukur dari ujung yang dijepit! Posisikan
84
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
85
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
5.
6.
Kel = Kel
5
VI. Menghitung Jari - Jari Roda Pemuntir (r) [ cm ]
Kel
r=
2
2. Menghitung Jari – Jari Batang Logam ( R ) [ cm ]
̅ ) [ cm ]
f. Menghitung Diameter Batang Rata-Rata ( 𝐷
D=
D
6
86
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
D
R=
2
3. Menghitung Sudut Simpangan Rata – Rata ( 𝛼̅ ) [ ° ]
+ + −
=
2
=
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6
30
L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6
L=
6
m1 + m2 + m3 + m4 + m5
m=
5
360 g r L m
G=
2 R4
̅[°]
𝜶
Titik Sentroid
m [ gr ]
𝑥̅ = 𝑦̅ =
Titik Sentroid
[gr] [°]
88
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
̅[°]
𝜶
γ
tan =
Titik Sentroid
L
l [ cm ]
𝑥̅ = 𝑦̅ =
Titik Sentroid
[cm] [°]
89
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
90
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN L1
(RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA)
Disusun Oleh:
SINDI SEPTIANI
( 11-2018-073)
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
91
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu mengaplikasikan dan membuktikan Hukum Ohm dan
Kirchoff pada rangkaian listrik sederhana.
II. TEORI
Rangkaian listrik adalah hubungan antara elemen-elemen listrik
seperti resistor, induktor, kapasitor, sumber tegangan, sumber arus,
diode, dan elemen listrik lain dengan syarat minimal terdapat satu
arus loop yang mengalir. Tabel 1 merupakan contoh gambar
rangkaian listrik sederhana terdapat simbol-simbol yang harus
diketahui.
Tabel 1. Gambar dan Simbol Komponen Rangkaian Listrik
No Nama Simbol Gambar Komponen
Komponen
1 Resistor
Sumber
2
Tegangan
92
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3 Saklar
4 Voltmeter
5 Amperemeter
6 Lampu
93
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I
V R
I
I
V R1 R2 R3 V R2
R3
(a) (b)
94
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan bahwa: tegangan (v) pada material-
material penghantar adalah berbanding lurus terhadap arus (i) yang
mengalir melalui material tersebut. Secara matematika dituliskan
pada persaman 3:
𝑣 = 𝑖. 𝑅 ..................................................................................(3)
95
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
96
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Pengukuran Arus
Amperemeter adalah alat untuk mengukur arus listrik di suatu
titik. Dengan begitu amperemeter harus dipasang secara seri, nilai
arus yang terukur pada amperemeter akan sama dengan nilai arus
pada rangkaian karena tidak ada percabangan. Jika amperemeter
dipasang secara parallel maka arus yang terbaca akan menjadi keliru.
Untuk mengukur arus yang melalui sebuah komponen, misalnya
resistor, maka amperemeter disisipkan ke dalam rangkaian,
dihubungkan secara seri dengan komponen yang akan diukur seperti
pada gambar 6.
97
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Pengukuran Tegangan
Untuk mengukur tegangan antara dua titik pada sebuah rangkaian
atau komponen, maka voltmeter dihubungkan secara parallel dengan
rangkaian atau komponen yang diukur tegangannya. Karena pada
rangkaian parallel nilai tegangan yang terukur melalui voltmeter
akan sama dengan tegangan pada komponen.
III. ALAT-ALAT
1. Baterai ukuran D (2 buah).
2. Sakelar SPST.
3. Lampu 2,5[V], 0,5[A].
98
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
99
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Rangkailah rangkaian (a) seperti gambar berikut! (pastikan
sakelar dalam keadaan terbuka)!
100
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
101
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
v v
Gambar rangkaian dua baterai seri (a) Gambar rangkaian dua baterai seri (b)
A A
v v
Gambar rangkaian dua baterai paralel(a) Gambar rangkaian dua baterai parallel(b)
102
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
2. Ukurlah arus Is, I1, I2, I3, dan I4 sebanyak 3 kali dengan
menggunakan amperemeter! Sesuaikan polaritas
amperemeter dengan arah arus pada gambar!
3. Ukurlah tegangan Vs, V1, V2, V3, dan V4 sebanyak 3 kali!
Sesuaikan polaritas voltmeter dengan arah arus gambar!
4. Catat hasil pada tabel pengamatan 3!
5. Lakukan langkah V.C.1 hingga V.C.4 untuk rangkaian pada
gambar (b)! Lakukan pengukuran hanya untuk V3 dan I3
saja!
6. Catat keadaan ruang setelah percobaan
103
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Resistor
seri (b)
Resistor
Parallel
3. Hambatan (Ω)
̅
𝑉
R= 𝐼̅
Satu Baterai
Dua Baterai
Parallel (a)
Dua Baterai
Parallel (b)
104
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3. GGL (Volt)
∑𝐸
𝐸̅ = 3
4. Hambatan (Ω)
𝐸̅ −𝑉 ̅
R= 𝐼̅
Rangkaian
105
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Rumus :
𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3 + 𝐼4
𝐼1 + 𝐼2 − 𝐼3 − 𝐼4 = 0
∑𝐼 = 0
106
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Rumus :
+ V2 -
+
Loop 1 +
Vs
- V3
-
- V4 +
−𝑉𝑠 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝑉4 = 0
∑𝑉 = 0
107
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
108
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN L2
(JEMBATAN WHEATSTONE)
Disusun Oleh:
JULFIKAR RUMAKAT
(11-2018-005)
109
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menentukan besarnya hambatan dengan menggunakan
metoda jembatan Wheatstone.
II. TEORI
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh
Samuel Hunter Christie pada 1833 dan meningkat kemudian
dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843.
Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik
untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui besarannya
dengan cara membandingkan dengan hambatan yang besarnya telah
diketahui dimana arus yang mengalir pada galvanometer sama
dengan nol.
Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk
mengukur kuat arus dan tegangan listrik yang relatif kecil (biasanya
dalam miliAmpere). Galvanometer tidak dapat digunakan untuk
mengukur kuat arus maupun tegangan yang relatif besar (diatas satu
ampere), karena komponen-komponen internalnya yang tidak
mendukung. Syarat untuk galvanometer:
➢ Arus harus dibawah 1 mikro A
➢ Arus yang diukur dalam miliAmper
110
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Rb Rx
I3 IG
I4
A G B
I2
I1
R1 R2
111
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
K ST AC
Rb 3 G 4 Rx
I3 I4
I1 I2
A D B
L1 L2
112
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III.ALAT-ALAT
1. Power Supply
2. Kit Modul Jembatan Wheatstone
a. Komutator
b. Resistor yang diketahui nilainya (Rb)
c. Resistor yang tidak diketahui nilainya (Rx)
d. Kawat sambungan
e. Alat ukur panjang
f. Galvanometer
3. Kabel penghubung
4. Kabel dengan kontak geser
IV.TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa judul pada modul pratikum ini?
2. Apa capaian pada modul pratikum ini?
3. Siapakah penemu Jembatan Wheatstone?
4. Gambarkan rangkaian Jembatan Wheatstone!
5. Jelaskan prinsip kerja dari rangkaian jembatan wheatstone!
6. Jelaskan apa yang dimaksud galvanometer!
7. Apa fungsi dan persyaratan untuk suatu galvanometer!
8. Gambarkan skema, fungsi dan cara kerja komutator!
9. Sebutkan alat-alat yang digunakan beserta fungsinya pada modul
pratikum ini!
113
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
114
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
12. Tukar posisi Rb dan Rx (Rb menjadi di sisi 4 dan Rx di sisi 3)!
13. Ulangi langkah V.2 s.d. V.11!
14. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Tabel pengamatan
L (cm)
Sisi Rx (Ω) Rb (Ω)
L1+ L1-
3 Rx1”
Rx2”
Rxseri”
Rxparalel”
4 Rx1’
Rx2’
Rxseri’
Rxparalel’
115
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝐿1
𝑅𝑥 ′′ = × 𝑅𝑏
𝐿2
5. Menentukan Rx1 dan Rx2
B. Secara Teori
1. Rangkaian seri
𝑅𝑥𝑠𝑒𝑟𝑖 = 𝑅𝑥1 + 𝑅𝑥2
2. Rangkaian Paralel
𝑅𝑥1 × 𝑅𝑥2
𝑅𝑥𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 =
𝑅𝑥1 + 𝑅𝑥2
116
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN L3
(PERUBAHAN ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI
TERMAL)
Disusun Oleh:
IZZA RAHMAN SUHENDRA
(11-2018-043)
117
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena perubahan energi listrik menjadi
energi termal.
II. TEORI
Hukum Kekekalan Energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat
dimusnahkan ataupun diciptakan, tetapi energi dapat berpindah
tempat atau berubah bentuk. Pada perpindahan kalor terdapat sebuah
azas, yaitu Azas Black yang menyatakan bahwa besarnya kalor yang
dilepas dari temperatur tinggi akan sama dengan besarnya kalor
yang diterima di temperatur rendah dalam suatu sistem tertutup.
Dapat dirumuskan:
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
Energi listrik adalah kemampuan yang diperlukan untuk
memindahkan muatan-muatan listrik dari satu titik ke titik lain pada
selang
118
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
U = V.I.t........................................................................(1)
Atau :
Q = a.V.I.t.....................................................................(2)
Dimana :
U = Usaha listrik (Joule)
Q = Kalor akibat energi listrik (kalori)
a = Tara kalor listrik (kal/J)
I = Besarnya arus listrik (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
T = Lama waktu pemberian arus listrik (detik)
Sedangkan kalor yang terjadi pada kalorimeter:
Q = (Ta − Tm ) .............................................................(3)
119
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Dimana:
Q = Kalor yang diterima kalorimeter (kalori)
H = Harga air kalorimeter (kalori/°𝐶)
𝑇𝑎 = Temperatur akhir kalorimeter (°𝐶)
𝑇𝑚 = Temperatur mula-mula kalorimeter (°𝐶)
∆𝑇 = Koreksi suhu (°𝐶)
k = Konstanta koreksi suhu Newton (s-1)
𝑇𝑘 = Suhu kalorimeter rata-rata (°𝐶)
𝑇𝑟 = Suhu ruang rata-rata (°𝐶)
∆𝑡 = Selang waktu pertukaran kalor (s)
Selain itu pada suatu zat yang mengalami usaha listrik dan kalor
secara bersamaan, terdapat besaran yang menyatakan perbandingan
antara energi listrik dengan kalor sistem yang biasanya disebut
dengan tara kalor listrik.
120
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
121
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum praktikum!
2. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1, jangan hubungkan
sumber arus dengan rangkaian! Kemudian minta asisten untuk
memeriksa!
3. Timbang kalorimeter kosong (𝑚𝑘 ) dan pengaduk yang
pegangannya dilepas (𝑚𝑝 ). Pastikan bahan pembuatnya!
4. Isi kalorimeter dengan air sampai kira-kira kawat pemanasnya
terendam! Usahakan temperatur air 3oC dibawah temperatur
ruang dengan memberi sedikit air es (Perhatikan cara
122
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
123
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Catatan:
1. Selama percobaan pendahuluan, sebenarnya, dan akhir,
kalorimeter harus diaduk perlahan, jangan terlalu cepat dan
sering!
2. Kalor jenis termometer 0,46 kal/ml C
3. Kalor jenis aluminium 0,217 kal/ml C (17 - 100 C )
4. Kalor jenis kuningan 0,094 kal/ml C (15 - 100 C )
5. Setiap akan mulai percobaan ulang, air dalam kalorimeter
harus diganti dengan air baru.
Tabel Pengamatan
Data Pengukuran Percobaan ke-1 Percobaan ke-2
Massa kalorimeter/bahan (mk) ............... gr ............... gr
Massa pengaduk/bahan (mp) ............... gr ............... gr
Massa air + kalorimeter (ma+k) ............... gr ............... gr
Volume termometer tercelup (Vt) ............... ml ............... ml
Percobaan sebenarnya
Percobaan pendahuluan 5 Percobaan akhir 5 menit
dengan arus … A dan
menit tanpa arus arus diputus
tegangan … V
t (menit) T (oC) t (menit) T (oC) t (menit) T (oC)
𝑡0 𝑇0 𝑡1 + 0,5 𝑡2 + 0,5
𝑡0 + 0,5
124
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑡1 𝑇1 𝑡2 𝑇2 𝑡3 𝑇3
125
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
126
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
127
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN L4
(KARAKTERISTIK KOMPONEN LISTRIK)
Disusun Oleh:
ANNISA’ RAHMAWATY
(25-2018-100)
128
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Menentukan tahanan dalam (r) dari lampu karbon dan wolfram.
II. TEORI
Berdasarkan fungsi dan cara kerjanya komponen listrik
dibedakan menjadi komponen pasif dan komponen aktif. Komponen
pasif adalah komponen yang dalam pengoperasiannya tidak
membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri.
Komponen pasif pada umumnya digunakan sebagai pembatas arus,
pembagi tegangan, tank circuit dan filter pasif.
Komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen
pasif diantaranya adalah resistor, kapasitor, induktor, saklar.
Sedangkan komponen aktif adalah komponen elektronika yang
dalam pengoperasiannya membutuhkan sumber tegangan atau
sumber arus dari luar. Komponen elektronika yang termasuk dalam
komponen aktif diantaranya dioda, transistor, IC (Integrated
Circuit), dan LED.
Apabila sebuah komponen listrik (misalnya lampu) diberi beda
potensial, maka di dalamnya akan dialiri arus listrik. Pada umumnya
untuk suatu hambatan yang biasa, grafik karakteristik I terhadap V
adalah linier dan memenuhi hukum Ohm:
129
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V = I . R..............................................................................(1)
Dengan:
V = beda potensial antara ujung – ujung hambatan/komponen (V)
I = kuat arus yang melalui hambatan/komponen (A)
R = besarnya hambatan seluruh rangkaian (Ω)
Besarnya daya (power) oleh elemen listrik:
P = V. I ...............................................................................(2)
Rumus (1) dan (2) berlaku apabila dalam rangkaian tidak timbul
induksi dari atau induksi kapasitif.
Dalam percobaan untuk mengukur V (atau E) dan I, digunakan
dua metoda rangkaian seperti gambar (1) dan (2), dimana masing –
masing mempunyai perbedaan (kelemahan).
`
Gambar 1. Metode 1
Gambar 2. Metode 2
130
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
131
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
132
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
R= ρ L/A..………………………………………………...(3)
Dengan:
R = Resistansi ( Ω = ohm )
ρ = Resistivitas (Ωm)
L = Panjang konduktor (meter = m)
A = Luas Penampang Kawat (m2)
133
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
1. Kit praktikum:
• Amperemeter AC,
• Voltmeter AC,
• Dudukan lampu,
• Dudukan kabel penghubung.
2. Lampu karbon,
3. Lampu wolfram,
4. Kabel penghubung (5 buah),
5. Sumber tegangan yang dapat diatur (Variac) dilengkapi kabel
bersteker.
134
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Pasang lampu karbon pada dudukan lampu yang terdapat pada
kit praktikum, kemudian susunlah rangkaian seperti pada
Gambar 1, variac tidak dihubungkan dengan sumber tegangan!
Pastikan variac berada dalam kondisi minimum dan perhatikan
135
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
136
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tabel Pengamatan
Metode 1 Lampu Karbon dan Lampu Wolfram dirangkai Seri
60
80
100
120
140
160
60
80
100
137
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
120
140
160
40
60
80
100
40
60
80
100
138
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑉 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
Titik sentroid
𝐼 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
∆𝑉
𝑡𝑎𝑛𝜃 = =
∆𝐼
139
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑦̅ =
Titik Sentroid 𝑥̅ = [ampere]
[Volt]
𝑟 (Ὠ)
Titik sentroid
𝜃 Sumbu Sumbu
x (P) y (r)
𝐼 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
∆𝑟
𝑡𝑎𝑛𝜃 = =
∆𝐼
𝑥̅ = 𝑦̅ =
Titik Sentroid
[𝑤𝑎𝑡𝑡] [Ὠ]
140
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑟 (Ὠ)
Titik sentroid
𝑃 (𝑤𝑎𝑡𝑡)
∆𝑟
𝑡𝑎𝑛𝜃 = =
∆𝑃
141
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
142
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN L5
(TERMOELEMEN)
Disusun Oleh:
HENRI YUNICO A
(13-2018-026)
143
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
1. Mampu menjelaskan prinsip kerja termokopel.
2. Dapat menentukan titik lebur dari paduan logam.
II. TEORI
Pada tahun 1822, ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann
Seebeck melakukan percobaan dengan menghubungkan plat bismuth
diantara kawat-kawat tembaga. Hubungan (sambungan) tersebut
diberi temperatur yang berbeda-beda. Ternyata, pada rangkaian
tersebut muncul arus listrik. Munculnya arus listrik mengindikasikan
adanya beda potensial antara ujung-ujung kedua sambungan. Dari
percobaan Seebeck tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
adanya perbedaan temperatur antara kedua sambungan logam
tersebut akan menyebabkan munculnya gaya gerak listrik antara
ujung-ujung sambungan. Gaya gerak listrik yang muncul ini disebut
dengan gaya gerak listrik termo dan sumbernya disebut
termoelemen.
Termoelemen adalah elemen-elemen atau komponen yang
digunakan untuk menghantarkan panas. Termokopel sendiri berupa
sambungan dua jenis logam atau logam campuran, yang salah satu
sambungan logam tadi diberi perlakuan temperatur yang berbeda
144
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Cu
K R
Rx
Konstantan
T2 T1
Es
145
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
146
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
1. Kawat termoelemen ( konstantan dan tembaga)
2. Multimeter digital sebagai Galvanometer
3. Gelas kimia
4. Pot berisi paduan logam
5. Komutator
6. Bangku hambatan
7. Ketel Uap Air
8. Alat Pembakar
9. Kabel-kabel (5 buah)
10. Termometer
11. Stopwatch
12. Es
147
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
PERCOBAAN 1
1. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
sebelum percobaan.
2. Periksa termoelemen yang akan dipakai (apakah sudah baik
sambungan-sambungannya dan tidak pecah)
3. Isi ketel uap air dengan air kira-kira setengahnya, kemudian
masukkan es ke dalam gelas kimia.
4. Pasang satu sisi tabung kaca termoelemen pada bosshead dan
masukkan satu sisi lainnya pada gelas kimia berisi es.
5. Pasang kawat termoelemen ke komutator. Hubungkan komutator
dengan galvanometer.
6. Hubungkan galvanometer dengan bangku hambatan kemudian
hubungkan bangku hambatan dengan komutator.
7. Periksa kembali rangkaian, apakah sudah terpasang dengan baik
dan sesuai dengan gambar 5.1.
8. Kemudian nyalakan kompor untuk memanaskan ketel uap!
(Pastikan termometer menyentuh es, bukan bejana)
9. Bila air sudah mendidih, buatlah bangku hambatan (R) menjadi
1.500 Ω, kemudian mengubah komutator ke dalam keadaan on.
10. Catat nilai arus yang terbaca pada galvanometer (Bila (+), catat
di kolom GGL (A(+)), bila (-), catat di kolom GGL (A(-) ).
11. Pindahkan kontak komutator dari sisi on yang satu ke sisi on yang
lainnya. Catat nilai arus yang terbaca pada galvanometer.
12. Turunkan harga R sebanyak 100 Ω. Ulangi langkah 10 dan 11.
13. Ulangi langkah 12 hingga harga R mencapai 100 Ω.
148
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN 2
1. Ganti ketel uap air dengan pot paduan logam.
2. Buatlah bangku hambatan pada 100 Ω.
3. Ubah kontak komutator dalam keadaan on. Nyalakan kompor
dan hidupkan stopwatch secara bersamaan, kemudian catat arus
yang terbaca pada galvanometer setiap ½ menit hingga seluruh
paduan logam melebur.
4. Setelah paduan logam melebur seluruhnya (stopwatch jangan
dimatikan), matikan kompor, lanjutkan pengamatan dan catat
arus yang terbaca pada galvanometer setiap ½ menit hingga
seluruh paduan logam mengeras kembali.
5. Ukur kembali suhu es pada gelas kimia.
6. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
setelah percobaan.
Catatan:
Paduan logam tidak boleh kontak langsung dengan termoelemen.
Sebelum
Setelah
149
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
B. Data Suhu Es
Suhu es ( Tes )
t (menit) A ( μA )
0,5
1
1,5
2
150
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
2,5
3
3,5
PENGOLAHAN DATA
Percobaan 1
Pawal + Pakhir
P= =
2
151
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
T0 = Ta − T es =
A+ + A−
A= =
2
∆𝑇
6. Membuat grafik terhadap R
𝐴
3,5
∆𝑇⁄A 3
2,5
1,5
C 1
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
R
∆𝑇
Gambar 2. Grafik
𝐴
terhadap R
152
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
∆𝑦
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = =k
∆𝑥
Percobaan 2
1. Membuat grafik A terhadap t
1,2
A 1
0,8
AL
0,6
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
t
153
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
154
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN L6
(REAKTANSI KAPASITIF DAN INDUKTIF)
Disusun Oleh:
GEORGE MICHAEL TAMPUBOLON
(11-2018-050)
155
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Memahami prinsip kapasitor dan induktor pada arus bolak – balik.
II. TEORI
Kapasitor merupakan komponen elektronika yang berfungsi
untuk menyimpan muatan listrik sementara. Besaran yang diukur
pada sebuah kapasitor adalah kapasitansi yang dinotasikan sebagai
C. Satuan kapasitansi adalah farad (F). Fungsi kapasitor dalam
rangkaian elektronika:
1. Untuk Menyimpan muatan listrik sementara.
2. Untuk meredam noise atau ripple dibutuhkan saat mengubah
(Alternating Current) AC menjadi (Direct Current) DC.
Induktor atau dikenal juga dengan coil adalah komponen
elektronika pasif yang terdiri dari susunan lilitan kawat yang
membentuk sebuah kumparan. Pada dasarnya, induktor dapat
menimbulkan medan magnet jika dialiri oleh arus listrik. Medan
magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam
waktu yang relatif singkat.
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor,
diantaranya adalah :
1. Jumlah lilitan
156
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
2. Diameter Induktor
3. Permeabilitas Inti,
4. Ukuran Panjang Induktor
Gejala umum dari listrik mengalir baik arus searah maupun arus
bolak-balik tetap sama sehingga hukum-hukum dasar yang berlaku
pada arus searah tetap berlaku terhadap arus listrik bolak-balik
seperti hukum Ohm, hukum Kirchoff, dan lain-lain.
Arus bolak-balik mengalir dengan arah yang berbalik secara
periodik sedangkan arus searah mengalir dengan arah yang tetap.
Pengertian hambatan dalam arus searah berbeda dengan hambatan
dalam arus bolak – balik yang biasa disebut dengan impedansi. Tidak
hanya resistor, kapasitor dan induktor pun memiliki sifat
menghambat arus listrik. Sifat menghambat arus listrik dari kapasitor
dan induktor dalam arus bolak-balik disebut reaktansi.
Apabila sebuah komponen listrik (misalnya lampu) diberi beda
potensial, maka di dalamnya akan dialiri arus listrik.
AC
R
157
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
CATU
DAYA V
158
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
CATU
DAYA V
159
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
160
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
161
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
50 µF 100 µF
AC
50 µF 50 µF
162
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Pasangkan probe pada oscilloscope (oscilloscope dalam
keadaan tidak terhubung ke sumber tegangan)! Kenali dahulu
tombol – tombol yang terdapat pada oscilloscope (tanya
asisten)!
3. Hubungan oscilloscope dengan sumber tegangan, kemudian
kalibrasi oscilloscope tersebut! (tanya asisten)
4. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 3a dengan
menggunakan catu daya sebagai sumber AC, multimeter digital
sebagai amperemeter, induktor 500 lilitan, dan oscilloscope
sebagai voltmeter! Perhatikan selector yang digunakan pada
multimeter digital!
5. Perhatikan cara penggunaan multimeter digital sebagai
amperemeter dan cara pembacaan tegangan pada oscilloscope!
6. Nyalakan catu daya, catatlah kuat arus pada multimeter digital
dan tegangan peak to peak (Vp-p) pada oscilloscope untuk setiap
kenaikan harga beda potensial (lihat tabel data pengamatan)!
Catat pula nilai kuat arus dan tegangan peak to peak (Vp-p) untuk
setiap penurunan harga beda potensial! (tanya asisten)
7. Ulangi langkah V.A.3 s.d. V.A.6 dengan menggunakan
induktor 1.000 lilitan, kemudian dua buah induktor yang
dirangkai seri, dan dua buah induktor yang dirangkai pararel!
8. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 2a dengan
menggunakan catu daya, multimeter digital sebagai
amperemeter, kapasitor 5 μF (setelah muatan listrik yang
163
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
500 lilitan
1000 lilitan
164
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
lilitan dirangkai
seri
5 μF
10 μF
5 μF dan 10 μF
dirangkai seri
5 μF dan 10 μF
dirangkai paralel
165
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
tanθ
9. L = = ….. H (Berdasarkan Grafik)
2πf
166
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
B. KAPASITOR
V+
1. Veff + = 2√2 = ….. volt
V−
Veff - = 2√2 = ….. volt
(Veff+) + (Veff−)
2. V = = ….. volt
2
(I+)+(I−)
3. I = = …..A
2
∑V
4. v = = ….. volt
n
∑I
5. I = = ….. A
n
v
6. XC = = ….. ohm (Ω)
I
1
7. C = 2πfXc = ….. F
1
9. C = 2πf x tanθ = ….. F (Berdasarkan Grafik)
167
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
168
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN P1
(ANGKA MUAI PANJANG)
Disusun Oleh:
SINDI SEPTIANI
(11-2018-073)
169
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mahasiswa mampu menghitung nilai angka muai panjang jenis
logam.
II. TEORI
Pemuaian ialah pertambahan dimensi (panjang, luas, dan
volume) suatu benda dengan adanya kalor yang mempengaruhi.
Pemuaian terdiri dari tiga macam jenis yakni pemuaian zat padat,
pemuaian zat cair dan pemuaian gas. Pemuaian zat padat terdiri dari
3 jenis pemuaian, yaitu:
• Muai panjang
170
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
• Muai Luas
Muai luas ialah terjadinya penambahan luas pada suatu zat
karena ada kalor yang memengaruhinya. Koefisien muai luas
biasanya dilambangkan dengan Beta (β).
• Muai Volume
Muai volume merupakan pertambahan volume suatu zat
karena ada kalor yang memengaruhi. Muai volume terjadi pada
benda atau zat tiga dimensi. Lambang untuk koefisien muai
volume ialah gamma (γ).
171
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Perpindahan Kalor
Suatu benda akan memuai karena adanya perpindahan kalor.
Perpindahan kalor adalah perpindahan energi kalor karena adanya
perbedaan temperatur. Proses perpindahan kalor dibagi menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan kalor tanpa
disertai dengan perpindahan partikelnya. Proses konduksi
ini secara umum terjadi pada logam atau yang bersifat
konduktor (menghantarkan panas).
2. Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan
disertainya perpindahan partikel. Konveksi ini terjadi
umumnya pada zat fluida (zat yang mengalir) seperti air dan
udara.
3. Radiasi
Radiasi merupakan proses perpindahan kalor melalui
Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari
matahari.
172
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
TERMOMETER
L0
UAP
PIPA
+ PEMBERAT
PENJEPIT
JARUM
SKALA
173
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
TERMOMETER
L0
UAP
PIPA
+ PEMBERAT
PENJEPIT
JARUM
SKALA
L
r
S
174
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
1. Pipa logam yang akan diukur ( 2 buah )
2. Termometer
3. ketel uap dan kompor
4. Jangka sorong
5. Slang
6. Ember
7. Alat pengukur –lengkap:
• Statif dengan penjepit dan jarum penunjuk
• Skala pengukur –pemuaian
• Mistar
175
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Ukur diameter luar roda berjarum penunjuk dengan
menggunakan jangka sorong dan panjang jarum penunjuk (tanya
asisten)!
3. Pasang kembali roda berjarum penunjuk seperti pada gambar 4
(jangan terlalu kencang)!
4. Pasanglah pipa logam yang akan ditentukan angka muainya pada
statip dan jepit secukupnya (jangan keras-keras).
5. Ukurlah panjang pipa dari jepitan sampai titik tumpuannya pada
roda berjarum penunjuk. Usahakan roda tumpuan itu mudah
bergerak tanpa slip, bila perlu beri beban tambahan.
6. Isi ketel pemanas dengan air. Hubungkan lubang uap dan pipa
dengan selang.
7. Catat kedudukan jarum penunjuk dan suhu ruang.
8. Didihkan air dan tunggu sampai penunjukan suhu uap air oleh
termometer mencapai skala tertinggi (maksimum).Catatlah suhu
176
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
didih air tersebut. Dan catat suhu uap air dari tabel (tanyakan
asisten).
9. Catat penunjukan jarum saat suhu tertinggi dicapai. Perhatikan
apakah ada slip yang terjadi antara pipa dengan roda jarum.
10. Ukurlah suhu uap yang keluar pada bagian logam yang paling
dingin. (Bagian tak di jepit/tempat keluarnya uap). Perhatikan
jangka sampai aliran uap terhambat.
11. Matikan kompor.
12. Tunggu sampai suhu pipa kembali pada kedudukan sebelum di
panaskan. Catat kedudukan jarum.
13. Ulangi percobaan ini dengan pipa yang sama, dan lakukan
langkah V.1 Sampai V.12
14. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Catatan:
Setiap kali akan memanaskan ketel air, pastikan masih cukup air
didalam katel!
DATA RUANG
Awal Akhir
Suhu (ºC)
Tekanan (mmHg)
Kelembapan (%)
Tr (ºC)
177
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Jari-jari roda =
Logam I
Logam II
178
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
179
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN P2
(KALOR JENIS ZAT DAN KALORIMETER)
Disusun Oleh:
JULFIKAR RUMAKAT
(11-2018-055)
180
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menghitung kalor jenis keping tembaga dan keping gelas
II. TEORI
A. Definisi Kalor Jenis Zat
Konsep kalor erat kaitannya dengan fenomena panas dari suatu
benda, tetapi perlu dipahami bahwa kalor merupakan bentuk energi,
sedangkan panas adalah perubahan jumlah kalor pada suatu benda
ditandai dengan kenaikan suhu sehingga benda menjadi panas dan
dingin adalah penurunan suhu sehingga benda menjadi lebih dingin.
Pada beberapa kondisi, perubahan kalor juga dapat mengakibatkan
perubahan wujud benda tersebut.
Banyaknya kalor yang akan diterima atau dilepaskan suatu benda
sebanding dengan besar kenaikan dan penurunan suhunya. Secara
matematis hubungan antara banyak kalor dan kenaikan suhu ditulis
sebagai berikut:
𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇…………………………………….......(1)
Dimana:
Q = Kalor (J)
m = Massa air (kg)
∆T = Perubahan Suhu (oC)
181
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
182
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
D. Kalorimeter
Alat yang digunakan untuk menentukan nilai kalor pada
fenomena perpindahan panas adalah kalorimeter. Secara
termodinamika, kalorimeter dapat berfungsi dengan baik untuk
mengukur kalor suatu zat apabila memenuhi sistem yang adiabatis.
Sistem adiabatis adalah suatu sistem yang terisolasi dari lingkungan,
183
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
184
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
b) Kalorimeter sederhana
185
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
186
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
∆𝑇 = −𝑘(𝑇𝑘 − 𝑇𝑟 )∆𝑡………………..……….......(7)
Dengan :
∆T = koreksi kenaikkan/penurunan suhu terhadap Tr
k = konstanta koreksi suhu newton
Tk = suhu kalorimeter rata-rata
Tr = suhu ruang rata-rata
∆t = lamanya waktu pengamatan
III. ALAT-ALAT
1. Satu set kalorimeter reaksi.
2. Termometer 50 oC.
3. Termometer 100 oC.
4. Keping-keping tembaga dan gelas.
5. Gelas ukur.
6. Ketel uap tabung pemanas dan kompor.
7. Neraca teknis.
8. Stopwatch.
9. Lup.
187
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
3
2. Isi ketel uap tabung pemanas dengan air kira-kira 4 bagian
(dari sini dapat dicari ma)! masukkan kalorimeter yang telah diisi
air ini kedalam selubung luar dan pasang termometer 50 oC ke
dalamnya (ujung termometer harus menyentuh air dan jangan
menyentuh dasar kalorimeter)!
7. Amati suhu keping tembaga dalam tabung pemanas dengan
memakai lup dan catat suhunya pada titik tertinggi!
1
8. Catat suhu kalorimeter mula-mula setiap 2 menit selama 5 menit
188
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
9. Bila suhu tembaga sudah sama dengan suhu uap air didih,
masukkan keping-keping tembaga ke dalam kalorimeter dengan
cepat dan hati-hati (stopwatch tetap dijalankan)! Catat kenaikkan
1
suhu kalorimeter ini setiap 4 menit hingga mendapat 10 data suhu
Catatan:
1. Selama percobaan pendahuluan, sebenarnya, dan akhir
kalorimeter harus diaduk perlahan, jangan terlalu cepat dan
sering!
𝑘𝑎𝑙
2. Kalor jenis termometer 0,46 𝑔𝑟 𝑜 𝐶.
𝑘𝑎𝑙
3. Kalor jenis alumunium 0,217 𝑔𝑟 𝑜 𝐶 (17-100 oC).
189
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑘𝑎𝑙
4. Kalor jenis kuningan 0,094 𝑔𝑟 𝑜 𝐶 (15-100 oC).
B. Data Pendukung
Percobaan Percobaan
tembaga gelas
190
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN
PENDAHULUAN SEBENARNYA PERCOBAAN AKHIR
5 menit tanpa keping 10 data waktu konstan 5 menit akhir
t [s] T [oC] t [s] T [oC] t [s] T [oC]
t˳= 0
t1 = T1 = t2 = T2 = t3 = T3 =
191
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
t1 = T1 = t2 = T2 = t3 = T3 =
Data perhitungan
1. Menentukan Suhu Ruang Rata - Rata
𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 o
Truang = [ C]
2
Keterangan :
T1 = Suhu akhir pada percobaan pendahuluan
t1 = Waktu akhir pada percobaan pendahuluan
T0 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan pendahuluan
t0 = 0 s
Tk1 = Suhu kalorimeter pada keadaan 1
3. Menentukan Tara Kalor Kalorimeter Keadaan 3
∆T3 = |𝑇3 − 𝑇2| [oC]
𝑇3+𝑇2 o
Tk3 = [ C]
2
Keterangan :
T3 = Suhu akhir pada percobaan akhir
192
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
∆t2 = t2 - t1 [s]
4. Menghitung Koreksi Suhu Newton
∆T2 = -k2(Tk2-Tr) ∆t2 [oC]
5. Menentukan Suhu Akhir Percobaan Setelah Koreksi
T2’ = T2+∆T2 [oC]
6. Menentukan Harga Air Kalorimeter
H = ma.ca + mk.ck + mp.cp + Vt.ct [Kalori oC-1]
Keterangan :
Ma = Massa air didalam kalorimeter
Ca = kalor jenis air
Mk = Massa bejana kalorimeter kosong
Ck = Kalor jenis bejana kalorimeter
Mp = Massa batang pengaduk
Cp = Kalor jenis batang pengaduk
Vt = Volume termometer tercelup
Ct = Kalor jenis termometer
193
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Keterangan:
Tmax = Suhu maksimum keping saat dipanaskan pada ketel uap
9. Menentukan Nilai Kalor
Q = H(T2’-To) [Kalori]
Keterangan :
T2’ = Suhu Akhir Percobaan Setelah Koreksi (lihat langkah E.5)
T0 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan pendahuluan
10. Menghitung Kalor Jenis Keping
𝑄
C = 𝑚𝑘𝑒𝑝𝑖𝑛𝑔(𝑇 ′ −𝑇2′ ) [Kalori Gram-1 oC-1]
Keterangan :
T2’ = Suhu akhir percobaan sebenarnya setelah dikoreksi (lihat
langkah E.5)
T’ = Suhu akhir keping (lihat langkah E.8)
1. Puteri, Mitha Devina. 2016. Uji Nilai Kalor Bahan Bakar Solar
Terhadap Perubahan Suhu Dan Pengadukan Menggunakan
Metode Kalorimeter Bom (The Experiment Of Diesel Fuel
Calorie Toward Change The Temperature And Stirring By
Using Calorimeter Bomb Method). Semarang : UNDIP.
194
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
195
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN P3
(KALOR LEBUR ES)
Disusun Oleh:
IZZA RAHMAN SUHENDRA
(11-2018-043)
196
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Menentukan kalor lebur es.
II. TEORI
Kalor adalah salah satu jenis energi yang dapat diterima atau
dilepaskan oleh suatu benda. Karena dapat diterima atau dilepaskan,
maka energi kalor ini dapat berpindah atau mengalir dari satu benda
ke benda lainnya. Penyebab perpindahan kalor adalah perbedaan
suhu pada benda tersebut. Contohnya, ketika kita mencampurkan air
dingin dengan air panas, maka kita akan mendapatkan air hangat, nah
disini terjadi perpindahan kalor pada air tersebut. Dalam fisika kalor
termasuk besaran skalar karena tidak memiliki arah. Namun, kalor
termasuk besaran turunan karena nilainya bisa didapatkan tanpa
pengukuran langsung melainkan dengan memanfaatkan nilai besaran
pokok yang bersangkutan. Satuan Internasional yang dipakai untuk
kalor adalah Joule (J), tetapi secara umum juga sering dipakai satuan
Kalori (kal). Simbol yang digunakan untuk melambangkan kalor
adalah Q (huruf kapital). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
nilai kalor disebut kalorimeter. Kalor dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Kalor untuk menaikkan suhu (Kalor Sensibel)
197
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
198
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
III. ALAT-ALAT
1. Kalorimeter
2. Termometer 50 ºC
3. Gelas ukur
4. Neraca teknis
5. Stopwatch
6. Es
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Sediakan es dengan ukuran yang kecil!
3. Timbang massa dari kalorimeter kosong (mk) dan pengaduk
(mp)!
199
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
200
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Catatan:
• Menimbang dengan neraca teknis (ketelitian 10 mg)
• Kalor jenis alumunium 0,217 kal/goC (17-100 oC)
• Kalor jenis kuningan 0,094 kal/goC (15-100 oC)
• Kalor jenis termometer 0,46 kal/mloC
• Hati-hatilah dalam mengaduk! Jangan terlalu cepat dan sering!
• Setiap akan mulai percobaan ulang, air dalam kalorimeter harus
diganti dengan air yang baru
Temperatur [◦C]
Tekanan [mmHg]
Kelembaban [%]
B. Data Pendukung
Percobaan dengan Percobaan dengan
Data Pengukuran
es sedikit es banyak
Massa kalorimeter (mk)
Volume termometer
tercelup (Vt)
201
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
T maksimum [oC]
t0 = 0
t1 = T1 = t2 = T2 = t0 = T3 =
202
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
t0 = 0
t1 = T1 = t2 = T2 = t0 = T3 =
Data Perhitungan
1. Menentukan Suhu Ruang Rata - Rata
𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑇𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 = ……………………[oC]
2
𝑇1 +𝑇0
T𝑘1 = ……………………………….[oC]
2
∆t1 = 𝑡1 − 𝑡0 ……………………………..[s]
−∆T1
K1 = (𝑇𝑘1−𝑇𝑟)∆t1……………………………[𝑠 −1 ]
Keterangan :
T1 = Suhu akhir pada percobaan pendahuluan
203
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
t0 = 0 s
𝑇3 +𝑇2
T𝑘3 = ………………………………[oC]
2
∆t 3 = 𝑡3 − 𝑡2 ……………………………..[s]
−∆T3
K 3 = (T …………………………..[𝑠 −1 ]
𝑘3 −T𝑟 )∆t3
Keterangan :
T3 = Suhu akhir pada percobaan akhir
t3 = Waktu akhir pada percobaan akhir
T2 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan sebenarnya
t2 = Waktu akhir pada percobaan sebenarnya
Tk3 = Suhu kalorimeter pada keadaan 3
204
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝑇2 +𝑇1
T𝑘2 = ……………………………[oC]
2
∆t 2 = 𝑡2 − 𝑡1 ………………………… [s]
Keterangan :
T2’ = Suhu Akhir Percobaan Setelah Koreksi
T0 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan pendahuluan
205
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
8. Menghitung massa Es
Massa Es = (Massa es+ massa air + massa kalorimeter) – (massa
air+massa kalorimeter)
PERCOBAAN P4
(HUKUM STOKES)
206
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Disusun Oleh:
TRI ADIANTO CIPTO SANTOSO
(13-2018-035)
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
207
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena gaya gesek yang dialami benda
bergerak di dalam fluida.
II. TEORI
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan tegangan geser.
Klasifikasi fluida berdasarkan tekanan dibagi menjadi dua, yaitu
kompresibel dan inkompresibel. Fluida kompresibel adalah fluida
yang densitasnya berubah ketika diberi tekanan, sedangkan fluida
inkompresibel adalah fluida yang densitasnya tidak berubah ketika
diberi tekanan. Zat gas tergolong fluida kompresibel, sedangkan zat
cair tergolong fluida inkompresibel. Adapun jenis-jenis aliran pada
fluida yaitu pertama aliran laminar yang terjadi apabila aliran fluida
dalam pipa sejajar dengan dinding pipa, kedua aliran transisi terjadi
apabila aliran fluida dalam pipa mulai tidak sejajar dengan dinding
pipa, ketiga aliran turbulent merupakan aliran yang terjadi apabila
aliran fluida dalam pipa tidak beraturan atau tidak sejajar dengan
pipa.
Kesulitan suatu fluida untuk mengalir dinyatakan dengan suatu
nilai yang disebut viskositas. Semakin besar nilai viskositasnya
(kekentalan), maka semakin sulit fluida tersebut untuk mengalir.
Viskositas memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Tekanan
208
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
209
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
210
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Dengan:
= rapat massa bola
0 = rapat massa zat cair
g = percepatan gravitasi
Dengan:
t = waktu yang diperlukan bola untuk menempuh jarak d.
d = jarak jatuh yang ditempuh bola, dipilih sedemikian rupa
sehingga bola telah dapat dianggap bergerak beraturan.
Bila dalam percobaan yang akan dilakukan syarat ke-3 dari
Hukum Stokes tidak dipenuhi, karena fluida yang akan ditentukan
koefisien kekentalannya, ditempatkan dalam tabung yang besarnya
terbatas sehingga jari-jari bola tidak dapat diabaikan terhadap jari-
211
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
atau:
𝑟
𝑣0 = 𝑣 (1 + 𝑘 𝑅)................................................................(5)
Dengan:
v0 = kecepatan yang sudah dikoreksi
III. ALAT-ALAT
1. Tabung gelas berisi gliserin
2. Bola-bola dari bakelit (3 buah)
3. Stopwatch
4. Jangka sorong
5. Karet pembatas
6. Mikrometer sekrup
7. Mistar gulung
8. Hydrometer
9. Neraca teknis
10. Saringan
11. Pinset
212
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
sebelum percobaan.
2. Ukur diameter tiap-tiap bola sebanyak 5 kali menggunakan
mikrometer sekrup dengan sisi yang berbeda dan timbang massa
tiap-tiap bola dengan menggunakan neraca teknis (1 kali saja).
3. Ukur diameter dalam dari tabung menggunakan jangka sorong
sebanyak 5 kali dengan sisi yang berbeda.
4. Masukkan hydrometer ke dalam tabung, pastikan posisinya
berada di tengah. Catat nilai spesific gravity yang terbaca pada
hydrometer.
5. Tempatkan gelang karet melingkar di tengah-tengah tabung kira-
kira 5 cm dibawah permukaan zat cair dengan menggunakan
213
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
214
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Sebelum
Sesudah
1.
2.
3.
4.
5.
No
s1 = ... cm s2 = ... cm s3 = ... cm s4 = ... cm s5 = ... cm
1
2
215
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
d tabung =
d tabung
5
dt
R=
2
2. Menghitung diameter dan jari-jari bola rata-rata
a. Diameter rata-rata bola (d b )
db =
d b
5
b. Jari-jari bola (rb )
db
rb =
2
3. Menghitung volume bola (Vb )
4
Vb = . .rb
3
3
4. Menghitung massa jenis bola ( b )
mb
b =
Vb
(
5. Menghitung massa jenis fluida rata –rata fluida )
awal + akhir
=
2
6. Menghitung waktu tempuh rata-rata bola untuk setiap jarak (t )
t =
t
2
7. Menghitung kecepatan bola (vb )
216
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
s
vb =
t
8. Menghitung koefisien kekentalan fluida ( )
2.rb .g ( b − f )
2
=
9.vb
9. Menghitung waktu tempuh rata-rata bola ( )
t=
t
5
217
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
2.rb .g ( b − f )
2
=
9.v0
PERCOBAAN P5
(LAJU ALIR FLUIDA)
218
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Disusun Oleh:
DINDA MUTIARA KHOERUNNISA
(13-2018-236)
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
I. CAPAIAN
219
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
II. TEORI
Fluida ialah suatu zat yang tidak dapat menahan tegangan geser,
hal tersebut dapat terlihat pada gambar 1. Fluiditas yaitu
kemudahan suatu zat cair untuk mengalir.
Gambar 1. Fluida
Jenis-jenis fluida berdasarkan sifatnya terdiri dari dua jenis yakni
fluida cair dan fluida gas, sedangkan jenis jenis fluida berdasarkan
kemampuan menahan tekanan terdiri dari dua yakni :
1. Fluida tidak termampatkan (incompressible), yaitu fluida
yang tidak dapat dikompressi dan volumenya tidak dapat
ditekan menjadi lebih kecil sehinggan densitasnya konstan.
2. Fluida mampat (compressible), yaitu fluida yang dapat
dikompresi atau volumenya dapat ditekan menjadi lebih kecil
sehingga densitasnya tidak konstan.
Jenis fluida berdasarkan struktur molekulnya terdiri dari 2 macam,
yaitu :
1. Cair ialah fluida yang terdiri dari molekul-molekul tetap dan
rapat dan cenderung mempertahankan volumenya.
220
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
221
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Bila zat cair dialirkan melalui suatu pipa kapiler dengan jari-jari 𝛼
dan Panjang l, maka kecepatan zat cair pada jarak r dan poros pipa
adalah
𝑝(𝑎2 −𝑟 2 )
𝑉𝑟 = ……………………………………………………..(1)
4𝜂.𝑙
Dengan
𝑝 = beda tekanan ujung-ujung zat cair
𝜂 = viskositas zat cair
222
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Sedangkan volume zat cair yang mengalir melalui pipa tiap satuan
waktu (Q) adalah
𝜋𝑎4 𝑝
𝑄= …………………………………………………………..(2)
4𝜂.𝑙
𝑑𝑎𝑛
𝜋𝜌2 𝑔𝑎4 (ℎ+𝑘)
𝑀= ………………...………………………………..(4)
16𝜂.𝑙
Dengan
𝑀 = jumlah massa persatuan waktu yang mengalir melalui pipa
𝜌 = massa jenis zat cair
223
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
k
h
224
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair
yang diselidiki.
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding
luar dari Bob dan dinding dalam dari Cup dimana Bob masuk
persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di
sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab
bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut
aliran sumbat.
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut.
Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar.
III. ALAT-ALAT
1. Pipa kapiler,
2. Corong dengan kran,
3. Statip dengan klem,
4. Bejana gelas 2 buah (A dan B),
5. Neraca teknis,
6. Stopwatch,
7. Mistar gulung,
8. Hydrometer.
225
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang (P, T dan e).
2. Cucilah corong, kapiler dan bejana.
3. Pasang pipa kapiler dan corong pada statif.
4. Timbanglah bejana B.
5. Isilah corong dan pipa kapiler penuh dengan zat cair yang akan
ditentukan η nya. Usahakan jangan ada gelembung udara dalam
pipa.
226
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Tabel Pengamatan
Awal Percobaan
Akhir Percobaan
Data Percobaan
No. 1 2 3 4 5
k (cm)
h (cm)
h+k (cm)
massa gliserin + bejana (gr)
massa gliserin (gr)
Waktu (s)
227
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Data Perhitungan
ηn
M n (gr/s)
(dyne s/cm2)
M1
M2
M3
M4
M5
2 g a 4 (h + k )n
n =
16 M n L
2 g a4
=
16 L tan
Membuat grafik M terhadap ( h + k ) :
Grafik M terhadap h + k
0.338
1
t
0.336
θ
θ
0.334
.
2
θ
/ s ))
( cm
0.332
M ( gr
(h+k)
0.33
0.328
0.326
0.324
103 104 105 106 107 108
M(h+k)
( gr /( scm
) )
228
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
(h + k )1 + (h + k )2 + ... + (h + k )5
X= = cm
5
M1 + M 2 + M 3 + M 4 + M 5
Y= = gr/s
5
Titik sentroid : ( X, Y )
Δ𝑦
tan 𝜃 =
Δ𝑥
(h + k )
tan = =
M
229
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN O
(GONIOMETER)
Disusun Oleh:
GEORGE MICHAEL TAMPUBOLON
(11-2018-050)
230
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
I. CAPAIAN
Mengukur sudut puncak prisma, sudut deviasi minimum prisma dan
menentukan indeks bias prisma.
II. TEORI
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik
yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.
Berdasarkan sumbernya, cahaya dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
• Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari,
senter, lilin, dan lampu.
• Cahaya yang memancar dari benda akibat pantulan cahaya
pada permukaan benda tersebut dari sumber cahaya.
Berikut ini adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh cahaya antara lain:
1. Cahaya dapat menembus benda bening
2. Cahaya merambat lurus
3. Cahaya dapat dipantulkan ( Refleksi )
Ada dua jenis cahaya yaitu cahaya polikromatik dan cahaya
monokromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Contoh cahaya polikromatik
adalah cahaya putih . adapun cahaya monokromatik adalah cahaya
231
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
yang hanya terdiri dari satu warna dan satu panjang gelombang.
Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya ungu.
Pemantulan (refleksi) atau pencerminan adalah proses
terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda yang terkena
cahaya.
Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu
permukaan datar, dan berlaku:
i = r.....................................................................................(1)
Dimana:
i = sudut datang
r = sudut pantul (refleksi)
Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media
akan mengalami pembiasan, dan berlaku:
sin i
n12 =
sin r ..........................................................................(2)
Dimana:
n12 = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
232
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
a. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
Misalnya cahaya merambat dari udara ke air.
b. Apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang
kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
233
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
ketika sinar keluar dari prisma, sinar akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Sudut yang dibentuk oleh titik potong garis perpanjangan
sinar datang dengan sinar bias disebut sudut deviasi.
Dalam pengukuran pada prisma, untuk menentukan sudut puncak
prisma menggunakan alat goniometer seperti pada pada gambar
berikut:
T2
T1
Maka:
T2 − T1
=
2 ........................................................................(3)
Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum:
B C
C B
A A
D D
T2
T1
(a) (b)
234
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
T2 − T1
D=
2 ........................................................................(4)
Dengan dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka
indeks bias prisma dapat dicari dengan cara:
sin
1
( + D )
n= 2
1
sin
2 ...............................................................(5)
III. ALAT-ALAT
1. Goniometer
2. Prisma
3. Sumber cahaya (lampu air raksa)
4. Lup (kaca pembesar)
235
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menentukan Sudut Puncak Prisma
A. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
B. Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan
teropong. Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada
goniometer (tanya asisten).
C. Buat garis silang pada teropong terlihat jelas!
D. Arahkan teropong pada objek yang jaraknya cukup jauh!Atur
okuler sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh
jadi jelas terlihat (kedudukan ini jangan diubah-ubah lagi)!
E. Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa.
F. Dengan pengamatan melalui teropong atur lensa kolimator
sedemikian sehingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam!
Buatlah teropong, meja putar, dan kolimator terletak pada
suatu bidang lurus (susunan lensa-lensa tersbut jangan
diubah-ubah lagi)!
G. Perhatikan gambar 1! Pasang prisma pada meja putar dan
arahkan salah satu sudutnya (Puncak A) simetris terhadap
arah cahaya yang datang dari kolimator, kemudan kunci meja
prisma agar posisinya tidak berubah (tanya asisten)!
236
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
237
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Catatan:
Bila prisma diputar, maka sudut deviasi akan berubah, tergantung
dari sudut datang. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik
arahnya. Pada saat tersebut sudut deviasi merupakan sudut deviasi
minimum.
1. Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini
238
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Puncak B
Percobaan T1(°) T2(°)
ke- A B A B
1
2
3
Puncak C
Percobaan T1(°) T2(°)
ke- A B A B
1
2
3
𝛼𝐴 𝛼𝐵 α’ α
Puncak B
239
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
𝛼𝐴 𝛼𝐵 α’ α
Puncak C
𝑇1𝐴 𝑇1𝐵 𝑇2𝐴 𝑇2𝐵
𝛼𝐴 𝛼𝑩 α’ α
Sisi AB
Percobaan
𝐷𝐴 𝐷𝐵 D’ D
ke -
Merah
Kuning
Biru
Sisi AC
Percobaan
𝐷𝐴 𝐷𝐵 D’ D
ke -
Merah
Kuning
Biru
Warna Merah
n Puncak A n Puncak B n Puncak C
Warna Kuning
n Puncak A n Puncak B n Puncak C
240
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
Warna Biru
n Puncak A n Puncak B n Puncak C
ΣΤ
➢ Τ= 3
𝑇2 − 𝑇1
➢ 𝛼′ =
2
𝛼𝐴 − 𝛼𝐵
➢ 𝛼= 2
𝑇2 − 𝑇1
➢ 𝐷′ = 2
𝐷𝐴 − 𝐷 𝐵
➢ 𝐷= 2
1
sin (𝛼+𝐷)
➢ 𝑛= 2
1
sin 𝛼
2
241
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
242