PENDAHULUAN
dengan praktek. Hal ini dapat terjadi karena dalam ilmu teoritis digunakan
kompleks.
rem, kopling, atau roda gigi. Perancangan itu meliputi berbagai aspek seperti,
desain, pertimbangan geometri, ketersediaan material, dan aspek lainnya yang
pekerjaan yang perlu memperhatikan banyak faktor agar tercapai hasil yang
dalam mentransmisikan daya dan putaran, maka pada kesempatan ini penulis
Honda Astrea Supra dengan alasan kopling merupakan salah satu komponen
akan membatasi pembahasan kopling ini hanya pada kopling gesek manual.
Perlu diketahui bahwa pada sepeda motor Honda Astrea Supra, terdapat dua
jenis kopling, yaitu kopling sentrifugal dan kopling gesek manual. Kopling
produk yang telah ada di pasaran. Perancangan akan mengarah pada hasil
sarjana teknik mesin ITENAS yang diharapkan telah siap untuk terjun
ke masyarakat.
mesin, dalam hal ini kopling gesek pelat manual pada sepeda motor,
perancangan ini.
kopling gesek.
standar Internasional
3. Data spesifikasi motor Honda Astrea Supra diperoleh dari bengkel dan
situs di Internet.
lingkup kajian, cara memperoleh data dan sistematika pembahasan. Pada bab
penulis dan saran-saran yang dapat diberikan penulis. Laporan ini dilengkapi
Honda Astrea Supra yang diberikan pada bagian akhir laporan ini.
BAB II
TEORI DASAR
Kopling gesek merupakan salah satu jenis dari kopling tidak tetap.
digerakkan (driven). Kopling gesek ini meneruskan putaran dari poros driver
ke poros driven dengan besar putaran yang sama untuk meneruskan daya.
kopling gesek pada saat poros berputar maupun pada saat keadaan diam.
kemungkinan slip pada saat kedua muka kopling bertemu. Dari segi
kopling basah dan kopling kering. Kopling basah berarti kopling bekerja pada
dangan poros driven. Dalam hal ini, poros driver adalah poros dari engine dan
poros driven adalah poros yang menuju ke sistem transmisi roda gigi
(gearbox). Pada kesempatan ini, penulis merancang kopling gesek pada Honda
Astrea Supra yang terdiri dari kopling sentifugal dan kopling manual. Seperti
cakram kopling, dan pelat penekan. Daya dari engine akan diterima oleh
terdapat roda gigi kecil (pinion) yang disatukan dengan tromol kopling
sentrifugal. Roda gigi kecil inilah yang akan dihubungkan denga roda gigi
besar yang disatukan dengan kopling manual. Pada saat engine bekerja, rumah
terhubung dengan bagian luar kopling dari rumah kopling ikut berputar.
oleh suatu mekanisme pegas yang memberikan tekanan tertentu. Pada saat
kopling akan meneruskan daya dari engine ke sistem transmisi roda gigi.
demikian transmisi daya dari bagian tengah kopling akan terhubung dengan
poros yang berbentuk spline. Poros kopling ini dihubungkan dengan sistem
transmisi roda gigi yang ada dibelakang rumah kopling sehingga saat ada
penerusan daya maka akan terjadi aliran daya secara berturut-turut dari engine,
kopling, bagian tengah kopling, poros kopling dan terakhir pada sistem
kopling akan terbebas satu sama lain. Hal ini disebabkan adanya mekanisme
penekan pegas, sehingga pegas, yang tadinya menekan susunan kopling, tidak
cakram beserta rumah kopling saja yang berputar sedangkan pelat kopling
hanya berputar dengan sisa putaran. Dalam keadaan ini, maka aliran daya
- kopling pelat
- kopling kerucut
- kopling cakram
- kopling pita
b. Menurut operasi dan cara pemasangannya, kopling ini dapat dibedakan
atas :
- Kopling manual
- Kopling magnetik
- Kopling hidrolik
- Kopling pneumatik
dilepas pada saat kedua poros yang dihubungkan dalam keadaan berputar,
maka terdapat :
- kopling tetap
Pada saat penerusan daya, pada kopling tetap tidak terjadi slip,
menghubungkan dua poros yang terletak pada satu sumbu maupun yang
a. Kopling Kaku
pada satu sumbu. Kopling yang termasuk jenis ini antara lain :
- Kopling Flens Kaku
- Kopling Stieber-Roll
- Kopling Sleeve
- Plain Serrations
besar masih diperbolehkan. Kopling yang termasuk dalam jenis ini antara
lain :
- Oldham Coupling
c. Kopling Universal
poros yang tidak satu sumbu dengan ketidaklurusan yang besar. Kopling
Kopling tidak tetap adalah kopling yang dapat dilepaskan pada saat
penerusan daya. Pada kopling jenis ini terjadi peristiwa slip yang
dalam keadaan berputar maupun dalam keadaan diam. Kopling tidak tetap
1. Kopling Kerucut
dapat mentransmisikan momen yang besar dari satu gaya aksial yang
relatif kecil
2. Kopling Freewheel
Kopling ini dapat meneruskan putaran hanya dalam satu arah, sedang
Pada kopling ini, penerusan daya terjadi melalui gesekan antara dua
Pada motor honda astrea supra, daya dari poros engkol akan
Perubahan kecepatan putar mesin dan motor yang digerakkan dapat dilihat
dapat dihindari. Kopling ini juga berfungsi sebagai alat untuk membatasi
Gambar 2.14. Kopling sentrifugal pada Sepeda motor Honda Astrea Supra
Gambar 2.15. Susunan Kopling dalam sepeda motor Honda Astrea Supra
Kopling gesek terdiri dari tiga bagian utama yaitu roda gigi yang
dikelilingi dengan rumah kopling, pelat gesek dan pelat penekan. Roda gigi
dari engine. Pelat gesek adalah bagian yang bergesekan dengan cakram kopling.
Pelat penekan adalah bagian yang berhubungan dengan pelat gesek dan sistem
pengungkit gigi berputar dan sekaligus memutar pelat pengungkit kopling. Pelat
pengungkit berputar dan menekan bantalan pengungkit. Akibat adanya tekanan ini
maka terjadi celah yang menyebabkan pelat gesek dan cakram kopling terlepas.
Pada saat ini putaran mesin (engine) tidak mempengaruhi putaran poros ke sistem
Selain itu, gaya penekan dari bantalan pengungkit diteruskan melalui pelat
pengungkit pegas. Pelat yang terdefleksi akan menghasilkan gaya tekan pada pelat
pengungkit dan bagian tengah kopling, akibatnya pelat gesek dan cakram yang
terletak diantara pelat penekan dan bagian tengah kopling menjadi terjepit. Akibat
jepitan itu maka terjadi gesekan dan slip antara cakram dan pelat gesek yang
akan berlangsung terus sampai kedua poros memiliki kecepatan putar yang sama.
Selama proses penyesuaian berlangsung akan terjadi peristiwa slip. Setelah itu
kedua poros akan mengalami percepatan hingga mencapai kecepatan putar yang
konstan. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan itu disebut waktu slip
(tR).
Pada saat transmisi daya terjadi, putaran dari engine (n) direduksi dengan
adalah sebesar :
n1 = (N/N1) . n (1)
dimana :
Besarnya MH telah diketahui dari spesifikasi motor, dalam hal ini M H berlaku
MR = C. MH (2)
Dimana:
Selama periode gesek akan timbul kerja gesek (A R) yang dapat dirumuskan
sebagai :
AR = ( MR . n1 . tR)/1910 (3)
Dimana :
Saat slip akan timbul daya gesek pada pelat gesek kopling. Besarnya daya gesek
itu adalah :
Dimana :
diameter rata-rata (d), lebar gesek (b), diameter luar (do), dan diameter dalam (di).
dan j, dimana :
Ku = koefisien karakteristik
dengan diperolehnya harga d, maka harga lebar gesek (b) dapat dicari dengan :
b = (b/d) .d (6)
di = d – b (7)
do = d + b (8)
dimana :
Harga diameter rata-rata (d) dan lebar gesek (b) hasil perhitungan dengan
persamaan diatas harus dibandingkan dengan harga d dan b produk asli. Agar
Bila syarat diatas belum tercapai maka perlu diadakan iterasi ulang hingga
gesek tersebut. Material kopling ini dapat dilihat pada tabel 29/2. Dengan memilih
besarnya gaya gesek yang terjadi (U) dan luas permukaan yang berkontak (F c).
U = (2 MR)/d (10)
Fc = .y.b.d.j (11)
Dengan diketahuinya kedua harga diatas, maka harga tekanan permukaan pelat
P = U / (Fc.) (12)
Pada saat terjadi transmisi gaya melalui gesekan, temperatur pada pelat
gesek akan naik. Oleh karena itu temperatur kerja kopling merupakan salah satu
faktor penting untuk menjaga kopling tetap berada dalam keadaan baik. Untuk
menghitung temperatur kerja pelat gesek perlu diketahui luas permukaan yang
berhubungan dengan udara luar (FK), kecepatan pendinginan (VK) dan koefisien
VK = (d.n)/1910 (16)
T = T + L (19)
(qv), tebal permukaan yang boleh aus (Sv) dan luas permukaan yang berkontak
(Fc). Dengan harga-harga ini maka volume pelat gesek yang aus adalah :
Vv = Fc. Sv (20)
LB = Vv / (NR.qv) (21)
Jumlah gigi pada roda gigi pada rumah kopling sentrifugal(N) = 17 buah
Jumlah gigi pada roda gigi pada rumah kopling manual(N1) = 69 buah
d = 96,85 mm, b = 12 mm
Reduksi putaran :
n1 = (N/N1) . n
= (17/69) . 6000
= 1478,3 rpm
adalah 1500 rpm. Faktor operasi kopling (C) dapat dipilih dari table 29/3. Dalam
MR = C. MH
= 2 . 77 kgf.cm
= 154 kgf.cm
Dari persamaan 3 dan 4 dapat dihitung besarnya kerja gesek, A R dan daya gesek,
NR :
AR = ( MR . n1 . tR)/1910
= 121 kgf.m
NR = (AR . Z)/27.104
= (121. 60)/27.104
= 0,026 hp
= [(2.154)/(1,2. 0,3.4)]1/3
= 5,98 cm ≈ 6 cm
b = (b/d) .d
= (0,3). 6 cm = 1,8 cm
Syarat batas :
= 50% (gagal)
= 38,5% (gagal)
2. Iterasi kedua
= 8,45 cm ≈ 8,5 cm
b = (b/d) .d
Syarat batas :
= 6,25% (Baik)
= 12,2% (gagal)
3. Iterasi ketiga
= 9,29 cm ≈ 9,3 cm
b = (b/d) .d
= 7% (Baik)
= 3,97% (baik)
= 0,8 (baik)
Dari iterasi ketiga, harga d dan b sudah memenuhi syarat batas sehingga proses
Untuk d dan b yang telah dipilih, maka besarnya dimensi utama kopling, do dan
do = 9,3 cm dan bs = 5 cm
Selanjutnya perhitungan temperatur diperoleh dengan persamaan 15 sampai
dengan Pers.19. :
= π. 9,3. 5 + π (9,3)2/4
= 146,08 + 67,93
Pers. 16 : VK = (d.n)/1910
= (9,3. 1500)/1910
= 7,3 m/s
= 4,5 + 6 (7,3)3/4
= 31,15 kcal/m2h.oC
= 24,65 oC
Temperatur kerja pelat gesek adalah :
Pers. 19 : T = T + L
= 24,65 + 25
= 49,65 oC
Temperatur yang diperoleh masih berada dalam range yang diizinkan sehingga
ditentukan terlebih dahulu. Dalam kasus ini penulis memilih bahan asbestos
fabric with plastic, dengan data sebagai berikut (dari table 29/2) :
Pers. 11 : Fc = .y.b.d.j
Pers. 10 : U = (2 MR)/d
= 33,12 kgf
Pers. 12 : P = U / (Fc.)
Pers. 20 : Vv = Fc. Sv
= 117,8. 0,05
= 5,89 cm3
Perkiraan umur kopling adalah :
Pers. 21 : LB = Vv / (NR.qv)
= 5,89/(0,026. 0,05)
Bila menggunakan asumsi diatas, maka kopling diharapkan akan bertahan untuk :
4530 jam/ (5 jam/hari) /365 hari = 2,5 tahun. Pada kenyataannya, umur kopling
dapat mencapai empat tahun. Perbedaan ini disebabkan karena perhitungan di atas
kopling seperti pada asumsi sehingga umur kopling biasanya relatif panjang.
KESIMPULAN
sebagai berikut :
seperti dimensi kopling yang lebih besar dan mendekati dimensi asli, umur