Anda di halaman 1dari 28

ELEMEN MESIN III

PERHITUNGAN SPROCKET GEAR


HONDA CB150R

Disusun oleh :

Agus Fajar Suryadi (40040217060054)


Muhamamd Rifqi Syafi’ (40040217060061)
Hanafi Ardiansyah (40040217060084)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN


SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Dasar Teori ............................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 7
BAB II ..................................................................................................................... 8
2.1. Komponen perhitungan ............................................................................ 8
2.2. Spesifikasi Mesin Motor Honda CB 100 ................................................. 9
2.3. Langkah dan Alat yang dibutuhkan .......................................................... 9
PERHITUNGAN .................................................................................................. 11
3.1 Hasil pengukuran .................................................................................... 11
3.2 Perhitungan komponen ........................................................................... 13
a. Menghitung sprocket timing .................................................................. 13
b. Menghitung poros camshaft ................................................................... 15
c. Bearing atau bantalan ............................................................................. 20
d. Baut pengikat sprocket ............................ Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................. 26
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 26
4.2 Kritik dan Saran ...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 28

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas izin dan rahmatNya
kami dapat membuat makalah tentang “Perhitungan Sprocket Gear Honda
CB150R ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah elemen mesin
III.

Adapun makalah ini membahas komponen mesin yang


bergerak/mekanikal seperti Gear, Rantai, Poros, Pasak, Baut pada motor Honda
CB150R. Dalam era modern kita harus mengerti cara membuat, memperbaiki,
memasang elemen mesin yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki “Perhitungan Sprocket Gear Honda CB150R” ini.

Semarang, 10 Desember 2019

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Elemen Mesin adalah Bagian-bagian sebuah konstruksi yang mempunyai


bentuk serta fungsi tersendiri. Misalnya baut dan mur, bearing , pasak, poros,
kopling, sabuk/pully, rantai/sprocket, roda gigi dan sebagainya. Dalam
penggunaan elemen mesin dapat berfungsi sebagai elemen pengikat, elemen
pemindah atau transmisi, elemen penyangga , elemen pelumas, elemen pelindung
dan sebagainya. Pada dasarnya perencanaan elemen mesin merupakan
perencanaan komponen yang diadakan/dibuat untuk memenuhi kebutuhan
mekanisme suatu mesin. Tahap-tahap dalam perencanaan elemen mesin adalah
sebagai berikut:

a. Menentukan kebutuhan Menentukan kebutuhan dalam hal ini adalah


kebutuhan akan elemen mesin yang akan direncanakan, sesuai dengan
fungsinya.
b. Pemilihan mekanisme Berdasarkan fungsinya dipilih mekanisme yang tepat
dari elemen tersebut. Contoh: Memindahkan putaran poros penggerak ke
poros yang digerakkan dengan roda gigi miring.
c. Beban mekanis Berdasarkan mekanisme yang ditentukan pada tahap ke 2
beban-beban mekanis yang akan terjadi harus dihitung berdasarkan data pada
tahap ke 1, hingga diperoleh gaya-gaya yang bekerja pada elemen tersebut.
Contoh: data-data seperti daya yang ditransmisikan, putaran.
d. Pemilihan material untuk mendapatkan elemen mesin yang tahan dipakai,
dilakukan pemilihan material dengan kekuatan yang sesuai dengan kondisi
beban yang terjadi.
e. Menetukan Ukuran bila terjadi kesesuaian pemakaian bahan dan perhitungan
beban mekanis, dapat dicari ukuran-ukuran elemen mesin yang direncanakan
dengan standar.
f. Modifikasi bentuk diperlukan bila elemen-elemen mesin yang direncanakan
telah pernah dibuat sebelumnya.

4
g. Gambar kerja pada tahap ini, ukuran-ukuran untuk penggambaran gambar
kerja diperoleh, baik gambar detail maupun gambar perakitan.
h. Pembuatan dan control kualitas dengan gambar kerja dapat dibuat elemen
mesin yang diperlukan.

1.2 Dasar Teori

A. Komponen Utama Sepeda Motor


Sepeda motor terdiri dari beberapa komponen dasar. Bagaikan kita manusia,
kita terdiri atas beberapa bagian, antara lain bagian rangka, pencernaan,
pengatur siskulasi darah, panca indera dan lain sebagainya. Maka sepeda
motor pun juga seperti itu, ada bagian-bagian yang membangunnya sehingga
ia menjadi sebuah sepeda motor. Secara kelompok besar maka komponen
dasar sepeda motor terbagi atas :
1. Sistem Mesin
2. Sistem Kelistrikan
3. Rangka/Chassis
Masing-masing komponen dasar tersebut terbagi lagi menjadi beberapa
bagian pengelompokkan kearah penggunaan, perawatan dan pemeliharaan
yang lebih khusus yaitu :

Sistem Mesin
Terdiri atas :
a. Sistem tenaga mesin
Sebagai sumber tenaga penggerak untuk berkendaraan, terdiri dari bagian :
- Mesin/engine – Sistem pembuangan
- Sistem bahan bakar – Sistem pendinginan
- Sistem pelumasan
b. Sistem transmisi penggerak
Merupakan rangkaian transmisi dan tenaga mesin ke roda belakang, berupa :
- Mekanisme kopling – Transmisi
- Mekanisme gear – Mekanisme starter

5
Sistem Kelistrikan
Mekanisme kelistrikan dipakai untuk menghasilkan daya pembakaran untuk
proses kerja mesin dan sinyal untuk menunjang keamanan berkendaraan. Jadi
semua komponen yang berhubungan langsung dengan energi listrik
dikelompokkan menjadi bagian kelistrikan.
Bagian kelistrikan terbagi menjadi :
- Kelompok pengapian
- Kelompok pengisian
- Kelompok beban

Rangka/Chassis
Terdiri dari beberapa komponen untuk menunjang agar sepeda motor dapat
berjalan dan berbelok. Komponennya adalah :
- Rangka - Kelompok rem
- Kelompok kemudi - Tangki bahan bakar
- Kelompok suspensi - Tempat duduk
- Kelompok roda - Fender

B. Aplikasi Ilmu Fisika Dalam Teknik Sepeda Motor


Mempelajari sepeda motor juga memerlukan perhitungan fisika, beberapa
besaran ukuran dipakai di bidang ini. Perhitungan fisika diperlukan untuk
mengetahui : kapasitas mesin, volume silinder, perbandingan kompresi,
kecepatan piston, torsi, tenaga, korelasi antara mesin dan kecepatan motor
pada tiap posisi gigi dan daya dorong roda belakang dari sepeda motor, dll.

Kapasitas Mesin
Kapasitas mesin ditunjukkan oleh volume yang terbentuk pada saat piston
bergerak keatas dari TMB (Titik Modar Bawah)/BDC (Bottom Dead Center)
ke TMA (Titik Modar Atas)/TDC (Top Dead Center), disebut juga sebagai
volume langkah. Volume langkah dihitung dalam satuan cc (cm3/cm cubic).

6
1.3 Rumusan Masalah
1. Komponen yang dapat dihitung pada mesin sepeda motor.
2. Perhitungan komponen menggunakan dasar dasar teori yang ada.

1.4 Tujuan
1. Mengetahui suatu komponen yang membentuk suatu elemen mesin
khususnya mesin sepeda motor.
2. Menghitung komponen yang berputar, bergerak dan menerima gesekan
yang terjadi.
3. Menerapkan ilmu sesuai mata kuliah elemen mesin 1 dan elemen mesin 2.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Komponen perhitungan

1. Gear
Gear berfungsi sebagai penerus daya dari mesin motor (Motor Bakar) ke
roda belakang
2. Rantai
Berfungsi sebagai penyalur tenaga dari Mesin ke bagian Roda Belakang.
Rantai juga berfungsi untuk menerima tenaga yang disalurkan dari Roda
Belakang untuk menggerakan Mesin
3. Baut Gear
baut berfungsi untuk mengikat Gear pada poros mesin dan mengikat gear
pada roda belakang
4. Poros
Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya.
5. Pasak
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai
pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli
atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu
meneruskan momen putar/torsi.

8
2.2.Spesifikasi Mesin Motor Honda CB150R
Tahun : 2017
Mesin : 4-Stroke, DOHC, 4 katup
Kapasitas Mesin : 149.16cc (150)
Kompresi : 11.3:1
Max.Power : 12,4 kW @ 9000rpm
Top Speed : 130 Km/Jam
Bore x Stroke : 57,3 x 57,8 mm (2.0 x 1.9 inches)
Valve per cylinder :4
Pengapian : Full Transisterized
Pendingin : Liqud cooling
Transmisi : 6-Speed
Tipe transmisi : Chain
Tangki BBM : 12 Liter

2.3. Langkah dan Alat yang dibutuhkan


a. Alat yang dibutuhkan :
1. Jangka sorong.
2. Tang
3. Obeng plus (+) dan minus ( - )
4. Palu
5. Kunci pas (8,10,12,14,17,19,22,24)
6. Kunci ring (8,10,12,14,17,19,22,24)
7. Kunci shok 1 set
8. Kunci T (8,10)
b. Langkah pengerjaan :
i. Persiapkan alat dan bahan.
ii. Pelepasan Cover Gear Depan
 Siapkan kunci T ukuran 8mm
 Lepas kedua baut Cover Gear depan menggunakan kunci T 8mm
 Tarik Cover Gear depan
 Maka Gear depan akan terlihat

9
iii. Melepas rantai
 Siapkan Obeng minus (-) dan Palu
 Cari bagian pengunci rantai
 Lepaskan pengunci rantai menggunakan Obeng
 Gunakan Palu agar pengunci mudah lepas
 Lepaslan sambungan rantai
 Lepaskan rantai dari gear

iv. Melepas Gear Depan


 Siapkan kunci shock 10mm & Stang L kunci shock
 Masukan gigi ke posisi 1 agar gear depan tidak ikut berputar
 Lepaskan kedua baut pengikat gear depan menggunakan kunci shock
ukuran 10mm
 Lepaskan pengunci gear depan
 Lepaskan gear depan dari poros mesin

v. Melepas Gear Belakang


 Siapkan kunci ring ukuran 17mm, dan kunci ring 22mm
 Tahan baut poros bagian kiri menggunakan kunci ring 17mm
 Lepas baut poros roda belakang menggunakan kunci ring 22mm
 Lepaskan poros roda belakang, maka roda belakang akan ikut
terlepas
 Baringkan roda
 Lepaskan Mur pengunci gear belakang menggunakan kunci ring /
kunci shock ukuran 17mm
 Lepaskan gear dari baut gear roda belakang
vi. Pisahkan bagian – bagian yang telah dibongkar
vii. Lakukan pengukuran terhadap komponen – komponen tersebut.
viii. Lakukan perhitungan terhadap komponen tersebut,
ix. Lakukan pembersihan komponen bila perlu
x. Setelah perhitungan lalu disusun dalam laporan.

10
BAB III
PERHITUNGAN

3.1 Hasil pengukuran


a. Camshaft :
Satuan dalam mm
R7,5
3
31,64

31,64

25,3

33,2
22

22
25,3

b. Sprocket Timing & Rantai Kamfrat :


Satuan dalam mm
5,5

5,5

2,72
5,62

2,27
28,51
31,51
64,13
67,16
32,68

25

35

7,27

11
c. Bearing :
Satuan dalam mm

18
Ø6
Ø5

8,5
4,9
Ø4

Ø
25
0,
5

68,5
25

d. Baut pengikat Sproket Timing


Satuan dalam mm

12
3.2 Perhitungan komponen dengan putaran mesin 11000 rpm
a. M
enghitun
g Rantai
kamfrat

Pada rantai kamfrat terjadi tegangan tarik karena rantai mentransmisikan gaya
dengan menarik gigi-gigi pada sprocket.

1. Menghitung kecepatan rantai


𝜋 ×𝑑1 ×𝑁
v=
60

dimana, d1 = diameter pitch circle


N = putaran Mesin
3,14 ×5,5 ×10−3 ×9000
v=
60
v = 2,59 𝑚/𝑠
2. Menghitung beban pada rantai
Daya motor CB150R = 12,4 kW = 12,4 x 1000 N.m/s
= 12400 N.m/s
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
W=
𝑣
12400 𝑁.𝑚/𝑠
W=
2,59 𝑚/𝑠
W = 4787,644 N

13
3. Menghitung tegangan tarik
𝑊
𝜎𝑡 = Dimana, W = beban/gaya yang terjadi pada rantai
𝐴
A = luas penampang/luasan yang terkena gaya
𝜋
𝐴= × 𝑑2
4
3,14
= × 11,582
4

= 105.26𝑚𝑚2
4787,644 N
𝒯𝑡 = 105.26 𝑚𝑚2

𝒯𝑡 = 45.48 N/mm2
Karena tegangan tariknya
45.48/𝑚𝑚2
Maka dicari tegangan ijin bahan dengan asumsi bahwa angka keamanan = 4
𝒯𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝒯𝑡 × 𝑣
= 45.48 𝑁/𝑚𝑚2 × 4

= 181,92 𝑁/𝑚𝑚2

Maka dicari bahan yang memiliki tegangan tarik ijin yang lebih besar dari
181,92 𝑁/𝑚𝑚2 lalu kita ubah satuan tersebut menjadi Mpa yaitu 181,92 𝑀𝑃𝑎.
Cari pada tabel tersebut pada kolom Allowable strain stress. Jika tidak ada, cari
yang mendekati dengan pembulatan keatas. Didapat Cast Steel-heat treated

14
b. Menghitung Gear Depan
1. Menghitung Torsi
P = 12,4 kW = 12,4 x 1000
= 12400 Nm/s
 Menghitung kecepatan sprocket
𝜋 ×𝐷𝑝 × 𝑁
𝑣= 60
Dimana, v = keceparan sprocket
Dp = diameter pitch circle
N = Putaran mesin

𝜋 × 𝐷𝑝 × 𝑁
𝑣=
60
3,14 × 15 × 9000
=
60
3,14 × 0,015 × 9000
=
60
= 7,06 𝑚/𝑠

15
 Menghitung Wt (beban tangensial)
𝑃
𝑊𝑡 = × 𝐶𝑠
𝑣
Dimana, Wt = beban tangensial
P = power (tenaga)
𝑣 = kecepatan sproket
CS = service factor

pada tabel tersebut menuntukan angka service factor berdasarkan lamanya


pemakaian dan tipe pembebanan. Diasumsikan pemakaian sekitar 8 – 10 jam
perhari dan tipe pembebanan Heavy Shock. Cs = 1,54
12400
𝑊𝑡 = × 1,54
7,06
= 2704,81 𝑁

 Menghitung T (torsi)
𝐷𝑝
𝑇 = 𝑊𝑡 ×
2
15
= 2704,81 ×
2
= 20286,075 𝑁𝑚𝑚

2. Menghitung Momen
Beban yang diterima Gear depan sama dengan beban yang terjadi pada rantai
karena rantai menyalurkan beban tersebut ke Gear.
𝐷𝑝
𝑀=𝑊×
2
15
𝑀 = 4787,644 ×
2
𝑀 = 35907,33 Nmm

16
3. Menghitung Tegangan Puntir
Pada sprocket tegangan yang terjadi adalah tegangan puntir karena sproket
hanya menerima beban puntir saja dari rantai kamfrat.
𝑇𝑐 = √𝑇 2 + 𝑀2

= √20286,075 2 + 35907,332
= 41241,49 𝑁𝑚𝑚

𝜋 3
𝑇𝑐 = × 𝒯𝑤 × (𝑑𝑔 )
16

Dimana, dg = diameter gear shaft

3,14
41241,49 = × 𝒯𝑤 × (32,68)3
16
16 × 87805,65
𝒯𝑤 =
3,14 × (32,68)3
𝒯𝑤 = 12,819 𝑁/𝑚𝑚2
Karena tegangan puntirnya
12,819 𝑁/𝑚𝑚2
Maka dicari tegangan ijin bahan dengan asumsi bahwa angka keamanan = 4
𝒯𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝒯𝑤 × 𝑣
= 12,819 𝑁/𝑚𝑚2 × 4

= 51,277 𝑁/𝑚𝑚2

Maka dicari bahan yang memiliki tegangan puntir ijin yang lebih besar dari
51,277𝑁/𝑚𝑚2 lalu kita ubah satuan tersebut menjadi Mpa yaitu 51,277 𝑀𝑃𝑎.
Cari pada tabel tersebut pada kolom Allowable strain stress. Jika tidak ada, cari
yang mendekati dengan pembulatan keatas. Didapat Cast iron, ordinary

17
c. Baut pengikat sprocket

1. Menghitung Tegangan geser


Karena baut menerima beban dari sprocket maka tegangan geser yang
terjadi pada baut sama dengan tegangan puntir yang terjadi pada sprocket.

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
W=
𝑣

18
8579 𝑁.𝑚/𝑠
W=
3,16 𝑚/𝑠
W = 2714,87 N
𝜋
𝑊= × 𝑑𝑐2 × 𝜎𝑔 × 𝑛
4
Dimana, dc = diameter core (6-0,5 = 5,5 mm)
n = jumlah baut
3,14
2714,87 = × 5,5 2 × 𝜎𝑔 × 2
4
2714,87 × 4
𝜎𝑔 =
3,14 × 5,5 2 × 2

𝜎𝑔 = 57,16 𝑁/𝑚𝑚2

Karena tegangan puntirnya


57,16 𝑁/𝑚𝑚2
Maka dicari tegangan ijin bahan dengan asumsi bahwa angka keamanan = 4
𝒯𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝒯𝑤 × 𝑣
= 57,16 𝑁/𝑚𝑚2 × 4

= 228,64 𝑁/𝑚𝑚2

Maka dicari bahan yang memiliki tegangan puntir ijin yang lebih besar dari
228,64𝑁/𝑚𝑚2 lalu kita ubah satuan tersebut menjadi Mpa yaitu 228,64 𝑀𝑃𝑎.
Cari pada tabel tersebut pada kolom Allowable strain stress. Jika tidak ada, cari
yang mendekati dengan pembulatan keatas. Didapat Forged Carbon steel-heat
treated

19
d. Poros Camshaft

20
7cm

bearing
sprocket camshaft bearing

4. Menghitung torsi
P = 11,5 HP = 11,5 x 746 W
= 8579 W
= 8579 Nm/s
Menghitung Torsi kombinasi
Karena poros menerima beban dari sprocket maka tegangan puntir pada
sprocket sama dengan tegangan puntir pada poros camshaft

𝑇𝑐 = √𝑇 2 + 𝑀2

= √11477,362 + 87052,302
= 87805,65 𝑁𝑚𝑚

𝜋 𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝑇𝑐 = × 𝒯𝑤 × [ ]
16 𝑑𝑜
16 × 𝑇𝑐
𝒯𝑤 =
𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝜋×[ ]
𝑑𝑜
16 × 87805,65
𝒯𝑤 =
22,44 − 134
3,14 × [ ]
22,4
= 44,90 𝑁/𝑚𝑚2
4. Menghitung momen
1
𝑀𝑐 = (𝑀 + √𝑀2 + 𝑇 2 )
2

21
1
= (11477,36 + 87805,65)
2
= 49641,50 𝑁𝑚𝑚
5. Menghitung 𝒯𝑏
𝜋 𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝑀𝑐 = × 𝒯𝑏 × [ ]
32 𝑑𝑜
32 × 𝑀𝑐
𝒯𝑏 =
𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝜋×[ ]
𝑑𝑜
32 × 49641,50
=
22,44 − 134
3,14 × [ ]
22,4
= 50,77 𝑁/𝑚𝑚2
6. Menghitung 𝒯𝑔 𝑚𝑎𝑥 & 𝒯𝑡 𝑚𝑎𝑥
1
𝒯𝑔 𝑚𝑎𝑥 = √𝒯 2 + 4𝒯𝑔 2
2 𝑡
1
= √50,77 2 + (4 × 44,90)2
2
1
= × 186,63
2
= 93,31 𝑁/𝑚𝑚2

𝒯𝑡
𝒯𝑡 𝑚𝑎𝑥 = + 𝒯𝑔 𝑚𝑎𝑥
2
50,77
= + 93,31
2
= 118,69 𝑁/𝑚𝑚2

Karena tegangan maksimalnya


118,69 𝑁/𝑚𝑚2
Maka dicari tegangan ijin bahan dengan asumsi bahwa angka keamanan = 4
𝒯𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝒯𝑚𝑎𝑥 × 𝑣
= 118,69 𝑁/𝑚𝑚2 × 4
= 474,76 𝑁/𝑚𝑚2

22
= 474,76 𝑁/𝑚𝑚2
Maka dicari bahan yang memiliki tegangan puntir ijin yang lebih besar dari
474,76 𝑁/𝑚𝑚2 lalu kita ubah satuan tersebut menjadi Mpa yaitu 474,76 𝑀𝑃𝑎.
Cari pada tabel tersebut pada kolom Allowable strain stress. Jika tidak ada, cari
yang mendekati dengan pembulatan keatas. Didapat Alloy steel-heat treated

e. Bantalan/Bearing

23
1. Menghitung torsi
N = 11,5 HP = 11,5 x 745,7 W
= 8575,55 W
4500𝑃
T= P = dalam HP
2𝜋𝑛

4500 × 11,5
𝑇=
2 × 3,14 × 11000
= 0,7849 𝐾𝑔𝑚
= 78,49 𝐾𝑔𝑐𝑚
2. Menghitung Torsi kombinasi
𝑀 = 2714,87 × 70
= 70 𝐾𝑔𝑐𝑚

𝑇𝑐 = √𝑇 2 + 𝑀2

= √78,492 + 702
= 105,16 𝐾𝑔𝑐𝑚

𝜋 𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝑇𝑐 = × 𝒯𝑤 × [ ]
16 𝑑𝑜
16 × 𝑇𝑐
𝒯𝑤 =
𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝜋×[ ]
𝑑𝑜
16 × 105,16
𝒯𝑤 =
22,44 − 1,34
3,14 × [ ]
2,2
= 57,3 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
7. Menghitung momen
1
𝑀𝑐 = (𝑀 + √𝑀2 + 𝑇 2 )
2
1
= (70 + 105,16)
2

24
1
= × 175,16
2
= 87,58 𝐾𝑔𝑐𝑚
8. Menghitung 𝒯𝑏
𝜋 𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝑀𝑐 = × 𝒯𝑏 × [ ]
32 𝑑𝑜
32 × 𝑀𝑐
𝒯𝑏 =
𝑑𝑜4 − 𝑑𝑖 4
𝜋×[ ]
𝑑𝑜
32 × 87,58
=
2,24 − 1,34
3,14 × [ ]
2,2
= 95,46 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
9. Menghitung 𝒯𝑔 𝑚𝑎𝑥 &
𝜋 𝐷𝑖
𝒯𝑔 𝑚𝑎𝑥 = × 𝑑𝑖2 × 𝒯𝑏 × 𝑛 ×
4 2
3,14 2
= × 0,62𝑖 × 95,46 × 2 ×
4 2
= 53,95 𝐾𝑔/𝑐𝑚2

Karena tegangan maksimalnya


53,95 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
Maka dicari tegangan ijin bahan dengan asumsi bahwa angka keamanan = 4
𝒯𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝒯𝑚𝑎𝑥 × 𝑣
= 53,95 𝐾𝑔/𝑐𝑚2 × 4
= 215,81 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
Maka dicari bahan yang memiliki tegangan tarik ijin atau tegangan puntir ijin
yang lebih besar dari 215,81 𝐾𝑔/𝑐𝑚2 lalu kita ubah satuan tersebut menjadi Mpa
yaitu 21,16 𝑀𝑃𝑎. Cari pada tabel tersebut pada kolom tensile street. Karena pada
tabel hanya ada 100 Mpa maka di ambil pada angka tersebut karena angka
tersebut mendekati. Bahan tersebut adalah Aliminium alloy AA1050A

Mechanical properties of selected aluminium alloys.

25
Proof Fatigue
Tensile Shear Hardness
Stress Elongation Elongation Hardness Endur.
Alloy Temper Strength Strength Vickers
0.20% A5 (%) A50 (%) Brinell HB Limit
(MPa) (MPa) HV
(MPa) (MPa)
H2 85 100 60 12 30 30
H4 105 115 70 10 9 35 36 70
H6 120 130 80 7 39
AA1050A
H8 140 150 85 6 5 43 44 100
H9 170 180 3 48 51
0 35 80 50 42 38 21 20 50
T3 290 365 220 15 15 95 100 250
T4 270 350 210 18 18 90 95 250
AA2011
T6 300 395 235 12 12 110 115 250
T8 315 420 250 13 12 115 120 250
H2 115 135 80 11 11 40 40
H4 140 155 90 9 9 45 46 130
H6 160 175 100 8 6 50 50
AA3103
H8 180 200 110 6 6 55 55 150
H9 210 240 125 4 3 65 70
0 45 105 70 29 25 29 29 100
H2 240 330 185 17 16 90 95 280
AA5083 H4 275 360 200 16 14 100 105 280
H6 305 380 210 10 9 105 110

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada komponen mesin motor honda
cb 100, maka diambil kesimpulan : Dengan adanya tugas ini, kami mendapatkan
lebih banyak ilmu yang menyajikan informasi tentang ilmu elemen mesin
khususnya pada mesin motor honda cb 100. Banyak ilmu yang didapat seperti

26
mencari kekuatan bahan, tegangan dan sebagainya. Dengan adanya tugas ini kita
juga dapat menyusun data secara lebih detail.

4.2 Kritik dan Saran


Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Dahmir.2012. Elemen Mesin. Jakarta : Citra Harta Prima


Karo karo, andika, dan Mustofa, Zainul. 2017 . Elemen Mesin III . Sekolah
Vokasi Universitas Diponegoro.
Viantama, 2017. Elemen Mesin III. Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.

27
AZO Material. Aluminium - Specifications, Properties, Classifications and
Classes. https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=2863 diakses pada
30 November 2018

LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai