Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
ii
HALAMAN SPESIFIKASI
TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN
Spesifikasi Tugas
………………………………………………………………………………………
iii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah
keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin yang
meliputi Perencanaan Kopling dan Roda Gigi pada mobil Toyota Avanza Veloz
dengan Daya : 103,4 HP dan Putaran 6034 RPM sebagai syarat untuk meraih gelar
akademik Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin,Fakultas
Teknik,UniversitasMuhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan.
Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Rancangan
ElemenMesin ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih yang tulus dan
dalam kepada:
1. Bapak Ahmad Marabdi Siregar, S.T., M.T yang telah banyak membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin ini.
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Ahmad Marabdi Siregar, S.T., M.T selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Mesin, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis.
6. Orang tua penulis yang telah bersusah payah membesarkan dan membiayai studi
penulis.
7. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
8. Senior dan sahabat-sahabat saya yang tidak mungkin namanya di sebut satu per
satu.
iv
Tugas Rancangan Elemen Mesin ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif
untuk menjadi bahan pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan.
Semoga Tugas Rancangan Elemen Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia
konstruksi Teknik Mesin
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR NOTASI
ix
GAMBAR ASEMBELING KOPLING
x
GAMBAR ASEMBELING RODA GIGI
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.2.Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
2
1. Daya (P) = 103,4 HP
2. Putaran (n) = 6034 RPM
1.4.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Halaman
Pengesahan, Halaman Spesifikasi,Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan
Daftar Tabel. Pada BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan,
Tujuan Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2
akandi bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling dan roda gigi. Pada
BAB 3 yang akan dibahas adalah
Perhitungan Kopling :
7. Bantalan
3
Selanjutnya pada BAB 4 akan ditulis mengenai Pemeliharaan Maintenance
dari kopling dan roda gigi. BAB 5 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling dan roda gigi. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran, Lembar
Asistensi, Spesifikasi Mobil, Surat Bimbingan, Gambar Teknik Kopling, dan
GambarTeknik Roda Gigi.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopling
Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
5
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap
a. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis
lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap
yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap
selalu dalam keadaan terhubung.
Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya. Serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun berputar.
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan sentrik
dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini harus dirapikan
dan distel satuterhadap yang lainnya dengan teliti, juga pada arah memanjang.
Kopling ini sering digunakan pada bubungan, baling - baling kapal dan juga
pada poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
6
Gambar 2.1 Kopling Bus (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
Kopling flens kaku terdiri atas naaf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau
baja dan dipasang pada ujung dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada
flensnya. Dalam beberapa hal naaf dapat dipasang pada poros dengan sumbu
pres atau kerut.
Kopling flens kaku seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Kopling ini flensnya ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan
disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dibuat kecil
karena tidak memerlukan naaf. Kopling ini digunakan untuk poros turbin air
yang dihubungkan dengan generator sebagai pembangkit listrik.
Kopling flens tempa seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
7
Gambar 2.3 Kopling Flens Tempa (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
Kopling ini juga hampir sama kerjanya dimana digunakan karet sehingga
memungkinkan poros ikut berputar tidak pada satu garis. Kopling ini biasanya
digunakan untuk penyambungan daya yang besar, seperti pada turbin uap untuk
menggerakkan generator.
Kopling karet bintang seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Kopling Rantai
8
Gambar 2.5 Kopling Rantai (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang dihubungkan
dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan dengan menggunakan baut.
Pada kopling ini terdapat tempat untuk memasukkan minyak. Kopling ini
digunakan pada mesin pengaduk beton. Kopling gigi seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
b. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling ini
dirancangsedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran walaupun
poros tidak sejenis. Kopling ini digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
9
Gambar 2.7 Kopling Universal Hook (ilmuteknikronaldo.blogspot.com/2017)
c. Kopling Cakar
d. Kopling Plat
10
kopling ini dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak, dan
menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, hidrolik dan
magnetik. Kopling disebut kering bila plat - plat gesek tersebut bekerja dalam
keadaan kering dandisebut basah bila terendam atau dilumasi dengan minyak.
Kopling ini sering digunakan pada kendaraan bermotor.
11
f. Kopling Friwil
12
Kopling Plat Dapat dihubungkan dalam Hanya dapat memutar
keadaan berputar sekitar 50 rpm
Terjadinya slip sangat
kecil
2.2.Roda Gigi
Sesuai dengan fungsinya roda gigi adalah merupakanelemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya dan putaran. Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan ini adalah efek - efek yang diakibatkan dalam pemindahan daya dan
putaran. Dalam pemindahan daya dan putaran tersebut masih ada alat yang
berperan sebagai pemindah daya dan putaran yaitu sabuk 8 rantai.
Diluar transmisi diatas ada pula cara lain untuk memindahkan daya, misalnya
dengan sabuk (belt) dan rantai (chain), tetapi transmisi dengan roda gigi jauh lebih
unggul dibandingdengan sabuk dan rantai, faktor slip pada roda gigi jauh lebih kecil
dan putaran lebih tinggi tepat serta daya yang dipindahkan lebih besar. Namun
untuk merencanakan sebagai alat pemindah daya pada transmisi (gear box) harus
benar - benar mampu memindahkan roda gigi sebagai alat pemindah daya.
Oleh karena itu di dalam perencanaan roda gigi harus benar-benar teliti
untuk perencanaan dan pembuatannya sehingga pada putaran yang tinggi tidak
13
terjadi slip yang dapat mengakibatkan putaran roda gigi tidak bekerja sebagaimana
yang diinginkan dalam perencanaan ini.
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut poros arah putaran dan bentuk gigi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2 (Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin) hal.2.1.2.
14
Roda gigi dengan poros Roda gigi kerucut lurus,(f) Klasifikasi atas dasar
berpotongan Roda gigi kerucut spiral, (g) bentuk jalur gigi)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring
ganda
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan
menjadisebagi berikut :
Dari tabel di atas maka roda gigi ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan
menjadisebagi berikut :
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana gigi - giginya sejajar
pada dua bidang silinder. Kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan
yang satu mengelilingi pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar.
15
b. Roda gigi dengan Poros yang Berpotongan
Roda gigi dengan poros yang berpotongan ini digunakan pada suatu transmisi
yang memiliki poros tidak sejajar.
c. Roda gigi dengan Poros Silang / Tegak Lurus
Yang termasuk pada jenis ini adalah roda gigi miring silang, batang gigi miring
silang (kontak gigi gerakan lurus dan berputar), roda gigi cacing silindris, roda
gigi cacing selubung ganda (globoid), roda gigi cacing samping, roda gigi tipe
hiperboloid, roda gigi hipoid, roda gigi permukaan silang.
Roda gigi lurus adalah jenis roda gigi yang dapat mentransmisikan daya dan
putaran antara dua poros yang sejajar. Roda gigi ini merupakan yang paling dasar
dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros.
Roda gigi miring ini memiliki jalur gigi yang berbentuk ulir silindris yang
mempunyai jarak bagi. Jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak
(perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus sehingga
pemindahan momen atau putaran melalui gigi - gigi tersebut dapat berlangsung
16
lebih halus. Roda gigi ini sangat baik dipakai untuk mentransmisikan putaran yang
tinggi dan besar.
17
Gambar 2.15 Roda gigi dalam dan piyon (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)
Roda gigi kerucut lurus adalah roda gigi yang paling mudah dan paling sering
digunakan / dipakai, tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang
kecil. Konstruksinya juga tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua
ujung porosnya.
18
Gambar 2.17 Roda gigi kerucut lurus (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)
Pada roda gigi ini memiliki perbandingan kontak yang terjadi lebih besar dan
dapat meneruskan putaran tinggi dengan beban besar. Sudut poros kedua gigi
kerucut ini biasanya dibuat 90 0.
19
i. Roda Gigi Miring Silang
Roda gigi ini mempunyai kemiringan 70 sampai 230, digunakan untuk
mentransmisikan daya yang lebih besar dari pada roda gigi lurus. Roda gigi ini juga
meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang benar.
20
Gambar 2.3 Roda gigi hypoid (duniateknikmesin.blogspot.com/2015)
Gear rasio bersal dari bahasa Inggris Gear Ratio, yang artinya perbandingan
gigi. Maksudnya adalah perbandingan jumlah mata gigi dari 2,4 atau 5 gigi. Pada
trnsmisi sepeda motor umumnya menggunakan kombinasi 2 gigi untuk tiap tingkat
percepatannya. Jadi pada sepeda motor untuk percepatan gigi pertama terdiri atas 2
konstruksi gigi,pada percepatan kedua terdapat 2 konstruksi gigi yang berbeda dari
gigi pertama. Demikian seterusnya untuk percepatan ketiga dan percepatan
keempat.
21
BAB 3
PERHITUNGAN UKURAN UTAMA KOPLING
3.1 Kopling
3.1.1.Poros
Komponen ini merupakan yang terpenting dari beberapa elemen mesin yang
biasa dihubungkan dengan putaran dan daya. Poros merupakan komponen stasioner
yang berputar, biasanya yang berpenampang bulat yang akan mengalami beban
puntirdan lentur atau gabungannya.
Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau
pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang terkecil
atau pada poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan pada
penyambungan atau penghubungan antar komponen agar tidak terjadi pergeseran
22
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (P) sebesar 103,4 HP dan
Putaran (n) sebesar 6034 RPM. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
haru dikalikan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam (kW).
Daya (P) = 103,4 HP
Putaran (n) = 6034 RPM
Dimana :
1 HP = 0,735 kW
P = 103,4 x 0,735 Kw
P = 75,999 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel
3.1) maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd = fc . P (kW)
Dimana :
Pd = Daya rencana
fc = Faktor koreksi
p = Daya
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0.
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd = fc . p
= 1,0 .75,999 kW
= 75,999 Kw
23
Jika momen punter (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
T = 9,74 × 105 . Pd
n
= 9,74 × 105 . 75,999
6034
= 12.267,65 kg.mm
24
SCM22 “ 95
SCM23 “ 100
Sumber : lit.1 hal 3 , dasar perencanaan dan pemilihsn elemen mesin,sularso dan kiyokatsu suga
Dimana :
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME (lit.1 hal 8)
Sf2 = faktir keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada poros,
Bahan poros dipilih dari bahan yang difinis dingin SNCM 22 dengan kekuatan
Tarik B = 90 kg/mm2
Cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2 – 2,3 (diambil 2,3)
Kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3,0 (diambil 3,0)
25
1/3
Maka : dS = 5,1 . 3,0 . 2,3 . 12.267,65
7,5
= 38,61 mm = 38 mm (sesuai dengan tabel 3.3)
26
Keterangan :
27
Diagram aliran poros
STAR
T
8. Diameter poros : ds = 38 mm
10. <
STOP
END
28
3.1.2. spline dan naaf
Pada dasarnya fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya
dan putaran dari poros ke komponen - komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari
poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya.
Selain itu jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan
standar SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal
ini menyebabkan pemakaian spline lebih menguntungkan dilihat dari segi
penggunaannya karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata
diseluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang menimbulkan konsentrasi
tegangan pada daerah dimana pasak dipasang.
29
Tabel 3.4 DIN 5642 – 5464
Diamet Ringan DIN Menengah DIN Berat DIN 5464
er 5462 5463 Banyaknya Baji
dalam Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d1 d2 b d2 b d2
(I) (I) (I) b (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 3838 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
30
jari jari (Rm) = d2 + dS = 48 + 38 = 21,5 mm
4 4
Jarak antara spline (w) = 0,5 . d2 = 0,5 . 48 = 24 mm
Maka :
F = 12.267,65
21,5
F = 570,58 kg
Maka :
g = 570,58
8 . 24 . 76,58
g = 0,038 kg/mm2
31
Sedangkan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :
P= F
i.H.L
P= 570,58
8 . 5 . 76,58
P = 0,186 kg/mm2
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 90 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.
Dimana :
trk = 90
10
= 9 kg/mm2
Maka :
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana
dapat dibuktikan :
g ≤ gi
0,038 ≤ 7,2
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan (aman).
32
Diagram aliran spline dan naaf
START a
10.
STOP
4. Gaya pada spline : F = 570,58 kg
END
5. Tegangan geser: τg = 0,038 kg/mm2
33
3.1.3. Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak
dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga
sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.
Syarat plat gesek yaitu :
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Bahan Permukaan
p (kg/mm2)
a
Kontak Kering Dilumasi
Bahan cor dan besi cor
0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu
0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes
0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
(ditenun)
0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan serat
- 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
Besi cor dan kayu
Sumber : lit. 1 hal 63, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
34
Diketahui :
P = 103,4 HP
n = 6034 Rpm
dS = 38 mm
35
Maka :
F = π ( D22 – D12 ) . Pa
4
F = 3,14 ( 12 – 0,82 ) D22 . 0,02
4
F = 0,00565 D22
rm = (D1 + D2)
4
rm = (0,8 + 1) D2
4
rm = 0,45 D2
berdasarkan tabel 3.5 dari bahan besi cor dan asbes (tenun), harga koefisien gesekan
kering (0,35 – 0,65) diambil
Maka :
F . rm
12.267,65 = 0,4 . 0,00565 D22 . 0,45 D2
3
D2 = √12.267,65
101,7 x 10-5
D2 = 229,34 mm = 230 mm
Maka diameter luar bidang gesek (D2) = 230 mm
Diameter dalam kopling (D1) :
D1 = 0,8 . D2
D1 = 0,8 .230 = 184 mm
Tabel 3.6 momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Momen gesek
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
statis (kg.m)
GD2 sisi rotor
(kg.m2) 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
GD2 sisi stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
(kg.m2)
36
Diameter 40
15 20 25 30 50 60 70
lubang 10 x
5x2 5x2 7x3 7x3 15 x 5 15 x 5 18 x 6
Alur pasak 3,5
Sumber lit.1 hal 68, dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin, sularso dan kiyokatsu suga
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter poros = 38 dari tabel di atas.
maka :
GD2 = 0,0882 + 38 - 20 (0,2192 – 0,0882)
40 - 20
GD2 = 0,0882 + 0,5 . 0,131
GD2 = 0,206 kg.mm2
Ta = GD . nr + Tl1
375 . te
Dimana :
Ta = momen start (kg.m)
GD2 = efek total roda gaya terhadap poros kopling (kg.m2)
nr = kecepatan putaran relative (rpm)
te = waktu penghubung rencana (s)
Tl1 = momen beban pada saat start (kg.m)
Maka :
Ta = 0,206 . 6034 + 12,267
375 . 0.3
Ta = 23,31 kg.m
37
Waktu penghubung yang sesungguhnya :
tae = GD2 . nr
375 . Ta – Tl1
tae = 0,206 . 6034
375 . (23,31 – 12,267)
tae = 0,300 s
tae ≤ te
0.300 s ≤ 0,3 s ( baik )
w = [cm3/(kg.m)]
Bahan Permukaan
Tabel 3.8 batas keausan rem dan kopling elektromagnit pelat tunggal kering
Nomor kopling / rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan (cm3)
Sumber lit 1 hal.72, dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin, sularso dan kiyokatsu suga
38
Volume keausan yang diizinkan (L3) :
Dengan mengambil nomor tipe kopling 38, maka dapat diambil volume
keausanyang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
L3 = 88,25 cm3
39
Diagram aliran kopling plat gesek
START
40