Anda di halaman 1dari 10

MODUL FISIKA

KELAS XI

“KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DAN


DINAMIKA ROTASI”

Oleh:
DESI ASMARA
NIM:1514080063

MADRASAH ALIYAH MAN 2 KOTA PAYAKUMBUH


2018/2019
Pendahuluan
A. Kompetensi Inti
3.1 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat, dan momentum sudut
pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.
4.1 Membuat karya yang menerapkan konsep titik berat dan keseimbangan benda tegar.

B. Deskripsi Modul
Dalam modul ini akan dipelajari tentang syarat kesetimbangn benda tegar, momen
gaya, momen inersia, momentum sudut sebagai dasar untuk mempelajari tentang
dinamika rotasi dan translasi. Pokok bahasan yang utama adalah berkaitan dengan
keseimbangan benda tegar. Pembahasannya diawali dengan keseimbangan partikel, yaitu
benda tegar dipandang sebagai titik partikel dan dilanjutkan dengan materi sesudahnya.

C. Tujuan
 Menjelaskan konsep kesetimbangan benda tegar.
 Menjelaskan pengertian benda tegar dalam konsep fisika.
 Membedakan gerak rotasi dan translasi dalam konsep fisika.
 Menjelaskan dan menentukan torsi dan momen inersia.
 Menjelaskan konsep titik berat.
 Menjelaskan dan menentukan momen sudut pada benda tegar (statis dan dinamis)
Kesetimbangan Benda Tegar

Sebuah benda yang dapat dimodelkan sebagai sebuah partikel berada dalam
kesetimbangan ketika penjumlahan vektor dari gaya-gaya yang bekerja padanya adalah
nol. Tetapi untuk keadaan yang akan kita bahas (keseimbangan benda tegar), kondisi ini
saja belum memadai. Jika gaya bekerja pada titik-titik yang berbeda pada sebuah benda
tegar, maka diperlukan syarat tambahan untuk memastikan bahwa benda tidak
mempunyai kecenderungan untuk mengalami perputaran (rotasi); yaitu jumlah torsi di
setiap titik adalah nol. Syarat ini didasari oleh prinsip dinamika gerak rotasi.

A. Kesetimbangan Partikel dan Kesetimbangan Benda Tegar


1. Kesetimbangan Partikel
Sebuah partikel atau benda titik dikatakan seimbang apabila resultan gaya
yang bekerja padanya sama dengan nol.

 Fx = 0 (sumbu X)

Fy = 0 (sumbu Y)
Benda titik yang seimbang mungkin berada dalam salah satu dari dua keadaan
berikut:
a. Diam, disebut keseimbangan statik (contoh: angunan gedung, jembatan, pelabuhan,
dan lain-lain).
b. Bergerak, disebut keseimbangan dinamik (contoh: gerak meteor di ruang hampa,
gerak kereta api di luar kota, elektron mengelilingi inti atom, dan lain-lain.
2. Kesetimbangan Benda Tegar
Benda tegar yaitu benda yang jika dikenai gaya dan kemudian gayanya
dihilangkan bentuk dan ukurannya tidak berubah. Tentu saja gaya yang bekerja pada
benda tersebut besarnya dalam batas kewajaran sehingga pengaruh gaya tersebut tidak
mengakibatkan kerusakan pada benda yang dikenainya, dan perlu untuk diingat
bahwa benda itu sendiri tersusun atas partikel-partikel kecil. Dengan kata lain, benda
tegar adalah benda yang tidak berubah bentuk ketika dipengaruhi oleh gaya.
Benda tegar berada pada kesetimbangan statik jika dalam kondisi mengalami
kesetimbangan translasi dan keseimbangan rotasi.
a. Kesetimbangan transalasi terjadi ketika percepatan gerakan benda nol, sehingga
resultan gaya nol.

b. Kesetimbangan rotasi terjadi jika besarnya percepatan sudut benda adalah nol,
sehingga resultan torsinya nol.

Momen kopel adalah momen gaya yang diakibatkan pasangan dua gaya yang
sama besarnya dan arahnya berlawanan tetapi tidak segaris kerja. Benda yang dikenai
momen kopel akan bergerak rotasi terus menerus.
 Contoh Soal 1
Sebuah balok dengan massa 50 kg digantung seperti gambar di bawah.
Tentukan tegangan tali T1 dan T2 (g = 10 m/s2).

Diket : w = m.g = 50 kg. 10 m/s2 = 500 N


Dit : T1 dan T2
Jawab:
Gaya-gaya yang bekerja pada benda dapat digambarkan sebagai berikut:
T1x = T1 cos 45° = ½ √2 T1

T1y = T1 sin 45° = ½ √2 T1


Syarat seimbang: ∑ Fy = 0
T1y – w = 0
T1y = w
500 N
½ √2 T1 = 500 N → T1= = 500 √2 N
½ √2
Syarat seimbang: ∑ Fx = 0
T1x – T2 = 0 → T2 = T1x → T2 = ½ √2 . T1

T2 = ½ √2 . 500 √2 N
T2 = 500 N

B. Mengapa mempelajari kesetimbangan benda tegar?


Konsep keseimbangan benda tegar merupakan pengetahuan dasar yang sangat
penting dan mempunyai banyak penerapan dalam kehidupan sehari‐hari, khususnya
bidang teknik.

C. Macam – Macam dan Contoh Kesetimbangan Benda Tegar


1. Kesetimbangan Stabil
Kesetimbangan stabil ditandai dengan
naiknya letak titik berat benda jika dberi gaya
pengganggu. Setelah gaya pengganggunya
hilang, benda akan kembali pada keadaan
semula. Contoh benda yang memiliki
ketimbangan stabil itu adalah kursi malas.
2. Kesetimbangan Labil
Kesetimbangan labil ditandai dengan
turunnya letak titik berat benda jika dberi gaya
pengganggu. Biasanya, setelah gaya
pengganggunya hilang, benda tidak kembali pada
kedudukan semula. Contoh benda yang memiliki
ketimbangan labil adalah sebuah batang kayu
yang berdiri tegak.

3. Kesetimbangan Indiferen (Netral)


Kesetimbangan netral ditandai dengan tidak
berubahnya posisi titik berat benda sebelum dan sesudah
diberi gaya pengganggu. Biasanya, setelah gaya
pengganggunya hilang, benda tidak kembali pada
kedudukan semula. Contoh benda yang memiliki ketimbangan netral adalah sebuah
silinder yang diletakkan di lanta datar.

D. Syarat – Syarat Kesetimbangan Benda Tegar


1. Syarat I
Dalam hukum II Newton, kita belajar bahwa jika terdapat gaya total yang
bekerja pada sebuah benda(benda dianggap sebagai partikel tunggal), maka benda
akan bergerak lurus, di mana arah gerakan benda = arah gaya total. Kita bisa
menyimpulkan bahwa untuk membuat sebuah benda diam, maka gaya total harus = 0.
Gaya total = Jumlah semua gaya yang bekerja pada benda. Secara matematis bisa kita
tulis seperti ini:
Persamaan Hukum II Newton:
Σ F = ma → a = 0
Kita bisa menguraikan persamaan ini ke dalam komponen sumbu x, sumbu y
dan sumbu z
Σ Fx = 0 → Persamaan 1
Σ Fy = 0 → Persamaan 2
Σ Fz = 0 → Persamaan 3
Keterangan gambar :
F = gaya tarik
Fg = gaya gesek
N = gaya normal
w = gaya berat, m = massa, g = percepatan gravitasi
Benda ini dikatakan berada dalam keadaan diam, karena jumlah semua gaya
yang bekerja pada‐nya = 0. Sekarang coba kita tinjau setiap gaya yang bekerja pada
benda.
Gaya yang bekerja pada komponen horisontal (sumbu x) :
Σ Fx = 0
F − fg = 0
F = fg
Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama. Arah kedua
gaya ini berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau menuju sumbu x positif (bernilai
positif), sebaliknya arah gaya gesekan ke kiri atau menuju sumbu x negatif (bernilai
negatif). Karena besar kedua gaya sama (ditandai dengan panjang panah) dan arahnya
berlawanan, maka jumlah kedua gaya ini = 0.
Gaya yang bekerja pada komponen vertikal (sumbu y) :
Σ Fy = 0
N−w=0
N − mg = 0
N = mg
Pada komponen vertikal (sumbu y), terdapat gaya berat (w) dan gaya normal
(N). Arah gaya berat tegak lurus menuju pusat bumi atau menuju sumbu y negatif
(bernilai negatif), sedangkan arah gaya normal berlawanan dengan arah gaya berat
atau menuju sumbu y positif (bernilai positif) .
Karena besar kedua gaya ini sama sedangkan arahnya berlawanan maka kedua
gaya saling melenyapkan. Benda pada contoh di atas berada dalam keadaan seimbang
alias diam, karena gaya total atau jumlahsemua gaya yang bekerja pada benda, baik
pada sumbu horisontal maupun sumbu vertikal = 0.
2. Syarat II
Dalam dinamika rotasi, kita belajar bahwa jika terdapat torsi total yang bekerja
pada sebuah benda (benda dianggap sebagai benda tegar), maka benda akan
melakukan gerak rotasi. Dengan demikian, agar benda tidak berotasi (baca : tidak
bergerak), maka torsi total harus = 0. Torsi total = jumlah semua torsi yang bekerja
pada benda. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
Persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi :
Στ = Iα →α = 0
Keterangan :
Σ(baca : sigma) = Jumlah
α (baca : alfa) = Percepa tan Sudut
τ = Torsi
Ketika sebuah benda diam (tidak berotasi), benda tidak punya percepatan
sudut (alfa). Karena percepatan sudut = 0, maka persamaan di atas berubah menjadi:
Στ = 0
Secara singkat, dua syarat di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :
∑Fx = 0 kesetimbangan
∑Fy = 0 translasi
∑τ = 0 kesetimbangan rotasi
E. Momen Gaya
Benda tegar didefinisikan sebagai benda yang tidak berubah bentuknya
bila diberi gaya luar. Momen gaya (dilambangkan 𝝉) didefinisikan sebagai
kecenderungan suatu gaya untuk memutar suatu benda terhadap suatu sumbu.
Besar momen gaya yang ditimbulkan oleh gaya F diberikan oleh persamaan:
𝜏=dF
dengan d adalah lengan momen (m) dari gaya F, yaitu panjang garis yang
ditarik dari titik poros rotasi sampai memotong tegak lurus garis kerja gaya.
Perhatikan gambar berikut:

Gambar 6. Momen gaya

𝜏 = d F atau 𝜏 = 𝑟 F sin 𝜃 ...........(1.5)


Dari persamaan 1.5 dapat juga kita peroleh dengan perkalian vector.
Jika jarak sumbu putar ke titik tangkap gaya dinyatakan dengan vector r yang
arahnya ke titik tangkap gaya, maka dapat ditulis sebagai perkalian vektor
𝜏 =𝐫∙𝐅
Dengan:
𝜏 = momen gaya (N m)
F = gaya yang bekerja (N)
r = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m)
d = r sin 𝜃 = lengan momen (m)
Apabila terdapat dua atau lebih gaya yang bekerja seperti gambar
dibawah, maka harus diperhatikan kecenderungan arah memutar benda dari
setiap gaya. Misalnya F1 cenderung memutar searah jarum jam, sedangkan F2
cenderung memutar berlawanan arah jarum jam. Untuk membedakannya,
dibuatlah suatu perjanjian sebagai berikut:
Momen gaya (𝝉) bernilai positif jika memutar searah jarum jam
Momen gaya (𝝉) bernilai negatif jika memutar berlawan arah jarum jam
Berdasarkan hal demikian, maka momen gaya total yang bekerja pada
benda untuk (𝝉1) yang searah dengan putaran jarum jam dan (𝝉2) yang
berlawan dengan arah putaran jarum jam adalah sebagai berikut:
𝝉 total = 𝝉1 + 𝝉2 = F1 r1 + F2 r2

Anda mungkin juga menyukai