Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan Rahmat-
Nya sehingga modul praktikum fisika dasar 1 untuk mahasiswa di lingkungan Universitas
PGRI Palembang ini dapat diselesaikan dengan baik.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
praktikum fisika dasar 1 yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah fisika dasar 1
pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fisika, Biologi, Teknik Elektro, Teknik Sipil,
Teknik Kimia, D3 Budi Daya Perikanan dan Ilmu Perikanan Universitas PGRI Palembang.
Modul praktikum ini diharapkan dapat membantu dosen, laboran, asisten dan mahasiswa
dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan
terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan dan pelaksanaan praktikum serta semua
kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa serta teori singkat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai materi yang dipraktikumkan.
Tim penyusun meyakini bahwa dalam pembuatan modul praktikum fisika dasar 1
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tim penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan modul ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas penyusunan modul
ini.
1
DAFTAR ISI
2
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar 1
A. Tata Tertib Sebelum Praktikum
1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, mahasiswa yang
datang terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum
2. Mahasiswa harus memakai baju kemeja, sepatu, dan jas lab.
3. Mahasiswa harus mengumpulkan kartu praktikum
4. Mahasiswa harus mengisi daftar hadir praktikum
5. Setiap mahasiswa harus mengumpul laporan tetap praktikum lengkap dan tugas
praktikum
6. Tas dan barang bawaan lainya diletakkan ditempat yang disediakan (tidak boleh
diletakkan diatas dan sekitar meja praktikum)
7. Mahasiswa harus memahami petunjuk yang ada didalam modul praktikum, tidak
diperkenankan mengambil dan mengoperasikan alat tanpa petunjuk
dosen/asisten/laboran.
8. Tidak diperkenankan untuk membawa makanan dan minuman serta sejenisnya ke
dalam laboratorium.
9. Tidak diperkenankan untuk menghidupkan atau menerima sms ataupun telepon di
dalam laboratorium
3
C. Tata Tertib Setelah Praktikum
1. Setelah selesai praktikum, mahasiswa harus merapikan alat-alat yang digunakan dan
mengembalikan sesuai dengan alat yang dipinjam untuk praktikum
2. Setelah selesai praktikum, mahasiswa membersihkan sampah-sampah sisa
praktikum
3. Setelah selesai praktikum, mahasiswa harus merapikan data pengamatan yang
diperoleh untuk ditanda tangani oleh dosen/asisten ataupun laboran.
4. Setelah selesai praktikum, mahasiswa harus memperhatikan petunjuk pembuatan
laporan praktikum
5. Laporan harus selesai dikerjakan sesuai dengan waktu yang ditentukan
4
Contoh Cover Laporan
Laporan Praktikum Fisika Dasar 1
Disusun Oleh :
Dwi Ahmad Rifai
2014412004
Jurusan/Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
5
Ketidakpastian Pengukuran Dalam Percobaan
1. Pendahuluan
Pada percobaan fisika dasar, hasil yang diperoleh biasanya tidak dapat langsung
diterima karena harus dipertanggungjawabkan keberhasilan dan kebenaranya. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan manusia yang terbatas dan ketelitian alat-alat yang
dipergunakan mempunyai batas kemampuan tertentu. Dengan kata lain peralatan dan sarana
(termasuk waktu) yang tersedia bagi kita membatasi tujuan dan hasil yang dicapai.
Hasil percobaan baru dapat diterima apabila harga besaran yang diukur dilengkapi
dengan batas-batas penyimpangan dari hasil tersebut, yang disebut sesatan (ketidakpastian).
Jika dari hasil tersebut diketahui penyimpangan terlalu besar maka bila diperlukan,
percobaan harus diulang kembali dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengulang
pengukuran beberapa kali yang lebih teliti atau mengganti alat-alat percobaan dengan alat
yang lebih baik ketelitiannya. Jadi jelaslah bahwa untuk keperluan ini mutlak diperlukan
teori sesatan (ketidakpastian). Dengan demikian dapat ditentukan sesatan pada hasil
percobaan agar dapat memberi penilaian yang wajar.
6
- Kondisi percobaan, jika sebuah alat digunakan dengan kondisi percobaan
yang berbeda dengan kondisi sewaktu kalibrasi maka akan menghasilkan
suatu kesalahan.
- Gangguan teknis, misalnya pada waktu pengukuran terjadi gangguan seperti
adanya gangguan-gangguan kebocoran yang akan mengganggu sistem dan
menyebabkan kesalahan.
b. Kesalahan Random
Karena pengulangan pengukuran selalu memberikan hasil yang berbeda-
beda, maka harga tersebut juga akan berbeda dengan harga yang sebenarnya.
Kesalahan ini dinamakan kesalahan random atau kesalahan kebetulan yang terdiri
atas :
- Kesalahan penafsiran. Kebanyakan alat pengukuran memerlukan suatu
penafsiran pada bagian skala tertentu dan penafsiran ini dapat berubah dari
waktu ke waktu yang lain.
- Keadaan penyimpangan. Seperti suhu, tekanan udara, atau tegangan listrik.
- Gangguan. Misalnya, adanya getaran mekanis atau pengaruh putaran motor
dan alat listrik.
- Definisi. Walaupun proses pengukuran telah sempurna, pengulangan
pengukuran yang sama selalu akan memberikan penyimpangan, besaran
yang diamati tidak didefinisikan secara tetap. Misalnya, panjang suatu meja
persegi bukanlah suatu besaran yang terdefinisi secara eksak. Hal ini
disebabkan bahwa kalau kita teliti, sisi meja tidaklah rata atau mungkin tidak
tepat sejajar. Sehingga walaupun kita menggunakan alat ukur yang sangat
baik untuk mengukur meja tersebut, harga yang diperoleh selalu berubah-
ubah tergantung penampang panjang yang kita ukur.
c. Kesalahan-kesalahan lain
Kesalahan lain yang tidak termasuk kedalam dua kesalahan diatas yang
harus diperhatikan adalah :
7
- Kekeliruan membaca alat/skala alat dan mengatur kondisi percobaan.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan cara melakukan percobaan seteliti
mungkin atau bila memungkinkan mengulangi percobaan dan
perhitunggannya.
- Kesalahan perhitungan. Yaitu kesalahan memasukkan harga atau angka-
angka perhitungan, menggunakan kalkulator, menggunakan daftar logaritma
dan sebagainya.
3. Perhitungan Kesalahan
a. Sesatan Taksiran
Bila pengukuran dilakukan hanya satu kali biasanya sesatan diambil setengah
kali skala terkecil dari pada alat ukur.
Contoh :
Jika tebal plat diukur menggunakan mistar menghasilkan 50 mm, maka hasilnya dapat
dituliskan :
t 50 0,5 mm
atau
t 5,0 0,05 x10mm
Untuk mendapatkan nilai yang terbaik (benar) dari pengukuran tersebut adalah dengan
merata-ratakan hasil pengukuran, yaitu :
x
x1 x2 x3 x4 ... x N
x N
.................................................. (1)
N N
8
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke-i dengan nilai ukur rata-rata dinamakan
deviasi (dilambangkan dengan ), maka :
xi xi x ................................................................................................ (2)
Sedangkan standar deviasi didefinisikan sebagai akar rerata kuadrat deviasnya, yang
dapat dinyatakan dengan :
x
N N
2 2
xi i x
............................................................ (3)
x 1
1
N ( N 1) N ( N 1)
Atau
x
2
2
N .x N
x S x N
i
.................................................................... (4)
N ( N 1)
9
x
x N
100
10,0
N 10
x S x N
x 2
i N x.
1000,26 10.100
0,26
0,05
N ( N 1) 10(10 1) 90
c. Contoh perhitungan
1. Ketelitian pengukuran
Suatu parameter mempunyai skala 0 – 5 A dengan skala terkecil 0,1 A. Tentukan :
a. Berapa ketelitian alat itu bila skala penuh
b. Dan pada skala setengah
Jawab :
a. I 12 xskala terkecil 12 x 0,1A 0,05 A dan I = 5A
I 0,05
ketelitian : x100% x100% 1%
I 5
Jawab :
V 1,0
R 200 ohm
I 5,0 x10 3
10
R V I 0,05 0,05
0,05 0,01
R V I 1,0 5
R 0,05 0,01 x 200 ohm 12 ohm
11
PERCOBAAN M1
PENGUKURAN
I. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Memahami prinsip-prinsip dasar dari pengukuran
2. Menentukan panjang, massa, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan suatu
benda
12
Gambar 1.1. Jangka Sorong
13
Gambar 1.2. Mikrometer Sekrup
14
Gambar 1.3. Alat ukur massa
15
4. Ukurlah diameter kelereng dengan mikrometer sekrup .
5. Ulangi percobaan 2 sampai 4 sebanyak 10 kali
6. Catat data hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara
2. Silinder Pipa
Diameter dalam Diameter luar
No.
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
16
3. Kelereng
No. Diameter (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
V. Tugas Praktikum
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran? Bagaimana cara untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengukuran?
2. Apakah perbedaan antara massa dengan berat benda?
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara jangka sorong dengan mikrometer sekrup?
4. Tentukan nilai rata-rata dari masing-masing hasil pengukuran?
5. Tentukan ketidakpastian (standar deviasi) dan kesalahan relatif dari masing-masing
hasil pengukuran?
17
PERCOBAAN M2
RESULTAN GAYA SEJAJAR DAN RESULTAN DUA VEKTOR
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Menyelidiki hubungan lengan gaya terhadap posisi resultan gaya
2. Menemukan resultan dua buah vektor dalam bentuk rumus kosinus
V PQ xQ x P i y Q y P j z Q z P k .................................................. (8.1)
x xP yQ y P zQ z P
......................................... (8.2)
2 2 2
V V V Q
18
A B Ax B x i Ay B y j Az B z k ............................................ (8.3)
Dalam penjumlahan dan pengurangan vektor secara grafik dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu :
i. Aturan jajaran genjang
ii. Aturan Polygon
iii. Aturan Urai
R R x2 R y2 .................................................................................................. (8.4)
Contoh 4.4 :
Tiga buah vektor gaya masing-masing besarnya 20 N terletak pada sumbu x positif,
10 N membentuk sudut 30o terhadap sumbu x positif dan 5 N membentuk sudut 120 o
terhadap sumbu x positif. Dengan menggunakan aturan urai, tentukan besar resultan
dari ketiga gaya tersebut?
Jawab :
Sebelum menentukan hasil resultan ketiga gaya tersebut perlu diilustrasikan vektor
tersebut untuk mengetahui komponen vektor dalam arah sumbu x (Rx)dan sumbu y
(Ry). F3 F3y
F2
F2y o
120 19
30o
F3x F2x F1
Dari gambar diatas dapat diuraikan vektor gaya dalam arah sumbu x dan sumbu y :
Arah sumbu x :
F1x F1 20 N
F2 x F2 cos 30 o 10 N 3 5
1
2
3N
5
F3 x F3 cos 60 o 5 N 12 N 2,5 N
2
R x F1x F2 x F3 x 20 N 5 3 N 2,5 N 26 N
Arah sumbu y :
F1 y F1 sin 0 o 0 N
F2 y F2 sin 30 o 10 N 12 5 N
F3 y F3 sin 60 o 5 N 1
2
3
5
2
3 N 2,5 3 N
R y F1 y F2 y F3 y 0 N 5 N 2,5 3 N 9,25 N
b. Resultan Vektor
20
Resultan vektor dapat dihitung melalui analisis vektor yaitu dengan cara
menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya. Resusltan vektor akan menjadi
bagian penting dalam pelajaran fisika misalnya mekanika. Melalui analisis vektor,
persoalan mekanika dan dinamika yang sulit divisualisasikan dapat disederhanakan
untuk analisis penyelesaian masalah. Secara matematis, resultan dua buah vektor
dituliskan dalam persamaan berikut:
21
5. Papan triplek 50 cm x 50 cm 1 buah
6. Paku payung 3 buah
22
2
3
4
5
Apakah berlaku hubungan F3 F1 F2 dan bagaimana hubungan F1 .( DE ) dengan
F2 .( DE ) ?
2. Kaitkan dinamometer pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar berikut:
23
4. Ukurlah sudut �, yaitu sudut antara F1 dan F2. Info : karena sistem dalam
keadaan setimbang maka F3 = FR
5. Lakukan percobaan sampai 5 kali dengan cara merubah – ubah tarikan pada
dinamometer ke tiga/F3
6. Masukkan data ke dalam tabel
Percobaan ke F1 (N) F2 (N) FR F 12 F22 Cos 2 F1 F2 cos R
1
2
3
4
5
Rata-rata
Standar
deviasi
Kesalahan
pengukuran
V. Tugas Praktikum
1. Apa yang dimaksud dengan vektor?
24
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan resultan vektor?
3. Tentukan nilai rata-rata hasil pengukuran, standar deviasi dan kesalahan relatifnya?
PERCOBAAN M3
ANALISIS GERAK KERETA LUNCUR
25
I. Tujuan
1. Memahami konsep gerak lurus (gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah
beraturan)
2. Menentukan kecepatan benda (kereta luncur) pada gerak lurus dan dapat
menjelaskan karakteristik gerak lurus berdasarkan besar besaran kinematisnya
26
Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka
benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu
diberi gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak dengan kecepatan tetap maka
benda selamanya akan bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya.
Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan
arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan
gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan
Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila
kenyataan dari pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya
yang menyebabkannya.
27
a. sama besar
b. berlawanan arah
c. bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
d. tidak saling meniadakan
e. bekerja pada benda yang berbeda
s v.t ..................................................................................................
(3.4)
28
vt v0 a.t
s v0 .t 12 .a.t 2 ..................................................................................
2 2
vt v0 2.a.s
(3.5)
29
3. Ukur panjang lintasan sebesar 150 cm dengan meteran.
4. Atur posisi papan luncur/rel lintasan pada posisi mendatar
5. Hubungkan kereta luncur dengan beban melalui tali dan katrol
6. Pasang beban 10 g pada ujung tali
7. Pasang pita kertas pada ticker timer yang satu ujungnya dijepitkan pada kereta
luncur dan ujung lain bebas (posisi kereta luncur mula-mula berada di dekat ticker
timer)
8. Hubungkan ticker timer dengan sumber tegangan melalui catu daya dan hidupkan
catu daya dengan tegangan masukkan 6 volt.
9. Lepaskan kereta luncur tanpa kecepatan awal, ketika kereta luncur sampai diujung
lintasan ambil pita kertas yang dipasang pada kereta luncur.
10. Potong pita ketik setiap 5 ketik sebagai satuan waktu secara berurutan dimulai dari
awal gerak kereta luncur.
11. Tempelkan setiap potongan pita pada kertas grafik secara berurutan seperti pada
gambar 3.2. berikut:
v
t
Gambar 3.2. Kurva laju-waktu
V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan perbedaan antara jarak dan perpindahan?
30
2. Coba jelaskan perbedaan mendasar mengenai konsep gerak lurus beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan?
3. Dari kurva laju dan waktu, tentukan jenis gerak apa yang dilakukan oleh kereta
luncur?
PERCOBAAN M4
MASSA JENIS ZAT CAIR
I. Tujuan
Memahami hukum hidrostatika sebagai landasan untuk menentukan massa jenis zat
cair dengan alat Pipa–U.
Dengan adalah massa jenis zat cair, g adalah percepatan gravitasi, h adalah tingi
permukaan zat cair dan Po adalah tekanan udara luar atau lebih sering dikenal dengan
tekanan atmosfer.
31
Gambar 4.1. Pipa U dengan 2 zat cair
PA = PB ................................................................................................................ (4.2)
h1
2 1 .......................................................................................................... (4.3)
h2
dengan:
1 = massa jenis zat cair pembanding
2 = massa jenis zat cair yang disediakan
h1 = tinggi permukaan zat cair pebanding.
h2 = tinggi permukaan zat cair yang diselidiki
32
Gambar 4.2. Pipa U dengan 3 zat cair
Kedudukan dari zat cair ini tidak tetap, akan tetapi dapat berubah-ubah tergantung
pada massa jenis dan tinggi permukaan zat cair 2 dan zat cair 3. Misalkan kedudukan
seperti pada gambar 4.2, menurut hukum hidrostatika: PA = PB
1 h1 2 h2
3 ................................................................................................. (4.6)
h3
dengan:
1, 2 = Massa jenis zat cair 1 dan zat cair 2 (pembanding)
3 = Massa jenis zat cair 3 (yang diselidiki)
h1, h2= tinggi permukaan zat cair 1 dan zat cair 2.
h3 = tinggi permukaan zat cair 3 (yang diselidiki).
III. Alat dan Bahan
33
1. Pipa-U 1 set
2. Aquades
3. Pipet
4. Alkohol/spritus
5. Gelas piala
6. Air raksa
7. Kertas saring
34
3. Hitung massa jenis zat yang diselidiki (3) dengan menggunakan persamaan (4.6).
4. Dengan merubah-rubah kedudukan permukaan zat cair 2 dan 3, ulangilah langkah
2-3 sebanyak 2 kali. Catat hasilnya.
5. Bandingkan hasil 3 dengan nilai massa jenis yang ada dalam literatur.
V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tekanan hidrostatik?
2. Tentukan dimensi dari besaran P?
3. Tentukan dimensi dari ?
4. Buktikan persamaan 4.6?
5. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan?
PERCOBAAN M5
BANDUL SEDERHANA
I. Tujuan
1. Dapat memahami teori bandul sederhana secara lebih mendalam
2. Menentukan periode osilasi sebagai fungsi panjang tali untuk simpangan yang kecil
35
3. Menentukan harga percepatan gravitasi pada suatu tempat dengan cara bandul
sederhana.
II. Dasar Teori
Sebuah bandul sederhana merupakan model yang disempurnakan yang terdiri atas
sebuah massa titik yang ditahan oleh benang kaku tak bermassa. Jika massa titik ditarik ke
salah satu sisi dari posisi kesetimbangannya dan dilepaskan, massa tersebut akan berisolasi
disekitar posisi kesetimbangan. Perhatikan gaya-gaya yang bekerja pada bandul sederhana
berdasarkan gambar berikut :
Lintasan gerak dari bandul tidak berupa garis lurus, tetapi berupa busur dari suatu
lingkaran dengan jari-jari yang sama dengan panjang tali. Gaya pemulih F adalah
komponen tangensial dari gaya total.
mg
k ................................................................................................................ (5.3)
l
36
Sehingga :
F kx ..............................................................................................................
(5.4)
k g
.................................................................................................... (5.5)
m l
1 g
f ............................................................................................... (5.6)
2 2 l
2 l
T 2 ................................................................................................ (5.7)
g
o
37
mg
Gambar 5.2. Skema bandul matematis
Skema diatas menggambarkan suatu benda tegar yang tergantung pada sumbu horizontal
melalui titik o. Persamaan gerak dengan kecil untuk benda tersebut adalah :
Dimana :
I = Momen inersia benda untuk sumbu melalui titik o
H = jarak OG
Yang dinyatakan melalui persamaan diatas merupakan gerak harmonik dengan periode :
I
T 2 ................................................................................................... (5.9)
MgH
h Kh
2
T 2 ................................................................................................. (5.10)
g
Dimana :
K2
= jarak dan K dinamakan jari-jari gyrasi untuk titik pusat massa G.
h
l K2
Untuk bandul sederhana berlaku T 2 , sehingga h dapat dianggap
g h
sebagai panjang bandul ekivalen sederhana. Panjang h dapat diketahui dengan grafik T
38
terhadap d, yaitu jarak pusat gantungan pada ujung benda. Jarak T tertentu, panjang
adalah sama dengan jarak antara titik potong pertama dan atau titik potong kedua dan
keempat. Sedangkan percepatan gravitasi dapat diketahui dengan rumus :
4 2
G ..........................................................................................................
T2
(5.11)
39
3. Simpangkan beban dengan simpangan awal 15o menggunakan busur derajat dan
biarkan bandul berayun.
4. Catat waktu yang diperlukan oleh bandul untuk melakukan 10 kali ayunan, lakukan
sampai beberapa kali pengamatan.
5. Ulangi butir 2 sampai 4 untuk beban 20 g dan 30 g.
6. Ulangi percobaan di atas untuk panjang tali berikutnya (50 cm dan 75 cm)
7. Masukkan hasil pengamatan ke dalam tabel berikut :
V. Tugas Praktikum
1. Tuliskan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada pandul sederhana
2. Apakah periode dari ayunan bandul sederhana bergantung pada massa beban?
3. Buktikan persamaan berikut :
l
T 2
g
4. Apa yang dimaksud dengan simpangan, amplitudo, frekuensi dan periode dari
sebuah sistem bandul sederhana?
40
5. Sebuah bandul sederhana khusus mempunyai periode 1,6 s dibumi. Tentukan
periode bandul tersebut pada permukaan planet Mars dimana percepatan gravitasi di
Mars 3,71 m/s2?
41
PERCOBAAN M6
VISKOSITAS
I. Tujuan
1. Dapat memahami penerapan hukum Stokes
2. Memahami adanya gesekan yang disebabkan oleh benda bergerak di dalam fluida
(zat cair)
3. Dapat menentukan viskositas zat cair dengan gaya stokes
D D’ C C’
BK
w
A B
Gambar 6.1. gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dalam zat cair
Karena pengaruh gaya K lapisan zat cair akan bergerak dengan kecepatan v, kecepatan v
akan semakin kecil untuk lapisan-lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Stress
dalam zat cair ternyata sebanding dengan gradien kecepatan atau :
v K dv
P~ atau ........................................................................................ (6.1)
L a dL
Dimana adalah koefisien viskositas dengan satuan poise. Stokes dalam percobaan ini
menggunakan pelarut bulat yang dijatuhkan ke dalam zat cair. Stokes menentukan bahwa
gesekan sebesar :
42
K 6rv ............................................................................................................
(6.2)
K 6rv (Gaya gesek dari zat cair yang mengarah keatas) ........................... (6.5)
R 0
BK w0
6rv 43 r 3 o ......................................................................................
r2g
2
9 o
v
(6.5)
Dimana :
= massa jenis peluru
o = massa jenis zat cair
43
III. Alat dan Bahan
1. Gelas Pyrec 1000 mL 2 buah
2. Zat cair (Oli, minyak sayur) masing-masing 1,5 liter
3. Peluru bulat yang tidak sama besarnya (3 buah)
4. Stopwatch 2 buah
5. Mistar besi 1 meter 1 buah
6. Neraca Ohauss 1 buah
7. Mikrometer sekrup 1 buah
8. Aerometer 1 buah
44
5. Dengan aerometer tentukan suhu, tentukan SPGR zat cair dan carilah massa jenis
zat cair
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk peluru yang lain
7. Ulangi percobaan ini untuk zat cair yang lain
8. Masukkan data hasil pengamatan ke dalam tabel berikut :
No. Jarak ab Diameter peluru Waktu pada oli Waktu pada minyak
Oli Minyak 1 2 3 t1 t2 t3 t1 t2 t3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Viskositas zat cair?
2. Sebutkan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda jika dimasukkan ke dalam zat
cair?
3. Sebutkan syarat-syarat suatu benda bisa tenggelam, melayang dan mengapung?
4. Larutan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah kental. Untuk mencari
kecepatan peluru apakah bisa dipakai rumus untuk benda jatuh bebas? Berikan
alasannnya?
5. Hitunglah kecepatan peluru dan massa jenisnya beserta kesalahannya? Dengan
menganggap percepatan gravitasi g = 980 cm/s2, maka hitunglah viskositas larutan
yang digunakan?
45
PERCOBAAN M7
ELASTISITAS
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Dapat memahami penggunaan hukum Hooke mengenai elastisitas pegas dari bahan
baja
2. Dapat menentukan konstanta pegas dari pegas dan membandingkan nilai konstanta
yang diperoleh dari metode grafik dengan persamaan hukum Hooke.
F k .x .........................................................................................................
(7.1)
Dimana :
F = Gaya yang diberikan
k = konstanta gaya pegas
x = pertambahan panjang pegas karena gaya F
46
Gambar 7.1.Grafik hubungan gaya dan pertambahan panjang pegas
Grafik antara gaya F dan pertambahan panjang x merupakan garis lurus. Dengan grafik
ini harga k dapat dicari dengan menggunakan kemiringan grafik. Hukum Hooke juga
berlaku pada kawat yang dipuntir:
T k '. ..................................................................................................................
(7.2)
Dimana :
T = gaya (berat beban) dikalikan dengan diameter katrol
= sudut puntir
Gd
k' ...........................................................................................................
32 L
(7.3)
Dimana :
G = Modulus Rigiditas
d = diameter kawat
L = Panjang dua kawat yang menghasilkan sudut puntir
47
IV. Prosedur Kerja
1. Susun pegas seperti pada gambar 7.2. berikut :
48
.
.
6 m1+m2+m3+m4
7 m1+m2+m3
8 m1+m2
9 m1
6. Susunlah pegas secara seri dan paralel seperti pada gambar 6.3. berikut :
V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan konsep dari hukum Hooke?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elastisitas?
3. Gambarkan grafik antara pertambahan panjang pegas (∆X) dengan massa (m),
kemudian tentukan harga konstanta gaya pegas?
4. Dapatkan persamaan konstanta pegas pengganti untuk tiga buah pegas yang identik
jika disusun paralel?
49
PERCOBAAN M8
PESAWAT ATWOOD
I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah melakukan percobaan Atwood untuk
memeperlihatkan berlakunya Hukum Newton dan menghitung momen inersia katrol.
50
F 0 .....................................................................................................
(8.1)
Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda
selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya
luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak dengan kecepatan tetap maka benda
selamanya akan bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya.
F m.a ..........................................................................................................
(8.2)
Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya.
Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada benda
bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari
pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang
menyebabkannya.
51
Faksi = -Freaksi ....................................................................................................... (8.3)
Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
a. sama besar
b. berlawanan arah
c. bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
d. tidak saling meniadakan
e. bekerja pada benda yang berbeda
Pada saat M1 berada diklem S maka gerak dipercepat dengan persamaan (8.4). Pada
saat melalui lubang A, benda m akan tertinggal dan M 2 lolos melalui lubang A dan menuju
titik B dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2 + m berada dititik C, jika M1
dilepas dari klem maka M2 + m akan turun dari titik C ke B melewati titik A dengan gerak
dipercepat.
52
Gambar 8.2. Skema percobaan Atwood
53
Gambar 8.3. Percobaan pesawat Atwood
54
12. Dari grafik tersebut, menghitung kecepatan M2 setelah melalui A untuk masing-
masing beban tambahan.
13. Mengatur kedudukan A, B, C. Sebaiknya CA cukup jauh, sedangkan AB dekat.
Catat kedudukan C dan A, pasang M1 pada G dan tambahkan m1 pada M2.
14. Melepaskan M1 dari G. Catat tCA.
15. Mengganti m1 dengan m2, lakukan lagi seperti tahap sebelumnya.
16. Mengubah jarak XCA dengan mengubah kedudukan G. Catat kedudukan C dan
lakukan lagi seperti tahap sebelumnya.
17. Mengubah jarak XCA sekali lagi, catat kedudukan C dan ulangi tahapan sebelumnya.
18. Membuat grafik antara XCA terhadap tCA2 untuk masing-masing beban tambahan m1
dan m2. Bandingkan dengan hukum Newton.
19. Dari grafik tersebut, menghitung percepatan M2 dengan masing-masing beban
tambahan.
20. Hitung momen inersia katrol dari percobaan, jika M 2 ditambah m1 dan jika M2
ditambah m2
V. Tugas Praktikum
55
1. Apa yang dimaksud momen inersia benda?
2. Apakah benda yang berbeda bentuk tetapi terbuat dari bahan yang sama mempunyai
momen inersia yang sama? Jelaskan?
PERCOBAAN M9
56
USAHA PADA BIDANG MIRING
I. Tujuan Praktikum
1. Menyelidiki gaya-gaya mekanis pada bidang miring
2. Mengetahui hubungan antara kemiringan dengan besar usaha yang dilakukan
II. Dasar Teori
Usaha dilambangkan dengan W (work) dan usaha untuk gaya yang konstan
dirumuskan sebagai:
W F s F .s cos ......................................................................................... (9.1)
Dengan :
adalah sudut yang dibentuk antara vektor gaya dan vektor perpindahan
s adalah vektor perpindahan
Jika gaya yang bekerja pada benda tidak konstan, maka harus dijumlahkan untuk setiap
bagian perpindahannya dengan gaya, secara matematis dituliskan:
W F s .................................................................................................... (9.2)
i i
57
10. Jepit penahan 1 buah
11. Katrol 50 mm 1 buah
12. Steker perangkai 1 buah
13. Beban 10g, 20g, 30g, 40g dan 50g masing-masing 1 buah
14. Mistar 50 cm 2 buah
15. Dinamometer 3 N 1 buah
16. Busur derajat 1 buah
4. Rakit bidang miring pada balok penahan dengan menggunakan jepit penahan pada
ketinggian 10 cm dan ukur sudut pada ujung bidang miring
5. Gabungkan dua katrol kecil dengan menggunakan steker perangkai dan pasangkan
pengait beban diantara kedua katrol tersebut.
6. Tentukan massa kedua katrol + steker perangkai (w=mg), catat hasil pengamatan pada
tabel.
58
7. Kaitkan katrol pada dinamometer dan taruh di atas bidang miring.
8. Amati gaya yang terjadi (FR) pada dinamometer dan catat hasilnya pada tabel.
9. Naikkan jepit penahan pada statif pada ketinggian 15 cm dan 20 cm
10. Kaitkan beban 10 gram pada ujung katrol, kemudian lakukan langkah 4 sampai 9 dan
catat hasilnya kedalam tabel
11. Ulangi langkah 10 untuk beban yang lain
Tabel hasil percobaan
1. Tanpa Beban (hanya Katrol yang menjadi beban)
Tinggi h (m) (o) w = mg (N) w.h (Joule) FR (N) FR.l (Joule)
0,1
0,15
0,2
V. Tugas Praktikum
1. Cari dan gambarkan gaya-gaya apa saja yang bekerja jika sebuah benda diletakkan
diatas bidang miring yang kasar dengan koefisien gesekan ?
2. Dapatkan hubungan antara besar sudut kemiringan bidang dengan besarnya usaha
yang dilakukan untuk memindahkan benda bermassa m dari dasar bidang sampai
ketinggian tertentu?
PERCOBAAN M10
KALORIMETER
59
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan nilai kalori air dengan kalorimeter
2. Menentukan nilai kalor lebur es
3. Menentukan panas jenis berbagai logam dan kaca
Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat dinyatakan dengan
persamaan :
60
Q m.c.T .......................................................................................................
(10.2)
Dimana :
Q = Jumlah kalor yang diperlukan (Joule)
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)
T Takhir Tawal = perubahan suhu (K)
Berdasarkan azaz Black bahwa kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima,
maka energi listrik yang dilepaskan akan diterima oleh air dalam kalorimeter dan
kalorimeter itu sendiri, sehingga akan terjadi perubahan panas pada air dan kalorimeter.
Menurut azaz Black: jika dua benda yang temperaturnya berlainan saling disentuhkan,
maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
lebih rendah. Maka pada keadaan setimbang berlaku:
(10.3)
Dimana:
Tf = Suhu kesetimbangan (suhu akhir campuran)
T1 = Suhu benda 1
T2 = Suhu benda 2
m1 = Massa benda 1
m2 = Massa benda 2
c1 = Kalor jenis benda 1
c2 = Kalor jenis benda 2
61
III. Alat dan Bahan
1. Kalorimeter 2 buah
2. Termometer -10oC – 110oC 1 buah
3. Kabel penghubung merah dan hitam masing-masing 4 buah
4. Catu daya 1 buah
5. Neraca Ohaus 1 buah
6. Beaker glass 2 buah
7. Es batu 1 buah
8. Keping logam berbagai jenis dan ukuran masing-masing 1 buah
9. Kaca 1 buah
62
5. Masukan es secukupnya ke dalam kalorimeter, tutup yang rapat lalu aduk-aduk.
6. Perhatikan penurunan temperatur, catat temperatur setimbang (Ts ).
7. Timbang kembali massa seluruhnya (Mtotal).
8. Ulangi lagi percobaan langkah 1 sampai 7 sebanyak 2 kali.
9. Hitunglah kalor lebur es dan carilah kesalahan literaturnya
V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan apa bedanya Kalor dengan Suhu?
2. Jelaskan apa pengertian dari : Kalor, Kalor Jenis, Kapasitas Kalor, Kalor Fusi (Laten)
dan Kalor uap?
3. Zat dapat berubah wujud menjadi: Melebur, Membeku, Menguap, Mengembun dan
Menyublim, coba jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah tersebut?
4. Sebanyak 400 g air yang bersuhu 90oC dicampurkan dengan 700 g air yang bersuhu
30oC dan 100 g es yang bersuhu -10 oC. Setelah diaduk-aduk (tanpa ada kalor yang
diserap atau dilepas oleh pengaduk) dan terjadi kesetimbangan, tentukan besarnya suhu
akhir dari campuran tersebut? (cair = 4200 J/kgoC dan ces = 2100 J/kgoC)?
63
5. Tentukan kalor total yang diperlukan untuk mengubah wujud 500 g es yang bersuhu
-20oC menjadi air seluruhnya yang bersuhu 10oC (tidak ada kalor yang diserap atau
dilepas oleh bejana)?
64
Refferensi
Giancoli. D. C. 2001. Fisika. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Giancoli. D. C. 2001. Fisika. Jilid 2. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Halliday & Resnick. 1985. Fisika. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Sutrisno. 1985. Fisika. Jilid 2. ITB. Bandung.
Syakhroni, A., Sarjono, A. W., dan Maknun, M. 2014. Modul Praktikum Fisika Dasar.
Laboratorium Manufaktur. Universitas Islam Sultan Agung. Indonesia.
Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2016. Panduan Praktikum Fisika Dasar 1. Universitas
Sriwijaya. Indralaya. Palembang. Sumatera Selatan.
Tim Pengasuh Mata Kuliah Fisika Dasar. 2013. Modul Praktikum Fisika Dasar. Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar. Universitas Tadulako. Palu. Indonesia.
Tippler. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Young & Freedman. 2002. Sears dan Zemansky. Fisika Universitas. Jilid 2. Edisi
Kesepuluh. Erlangga. Jakarta.
65