Anda di halaman 1dari 65

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan Rahmat-
Nya sehingga modul praktikum fisika dasar 1 untuk mahasiswa di lingkungan Universitas
PGRI Palembang ini dapat diselesaikan dengan baik.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
praktikum fisika dasar 1 yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah fisika dasar 1
pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fisika, Biologi, Teknik Elektro, Teknik Sipil,
Teknik Kimia, D3 Budi Daya Perikanan dan Ilmu Perikanan Universitas PGRI Palembang.
Modul praktikum ini diharapkan dapat membantu dosen, laboran, asisten dan mahasiswa
dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah, dan
terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan dan pelaksanaan praktikum serta semua
kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa serta teori singkat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai materi yang dipraktikumkan.
Tim penyusun meyakini bahwa dalam pembuatan modul praktikum fisika dasar 1
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tim penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan modul ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas penyusunan modul
ini.

Palembang, Juni 2017


Tim Penyusun,

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar Isi .......................................................................................................... 2
Tata Tertib Praktikum ...................................................................................... 3
Format Penulisan Laporan ............................................................................... 4
Contoh Cover Laporan .................................................................................... 5
Ketidakpastian Pengukuran Dalam Percobaan ................................................ 6
Percobaan M1. Pengukuran ............................................................................. 12
Percobaan M2. Gerak Lurus Beraturan ........................................................... 19
Percobaan M3. Massa Jenis Zat Cair ............................................................... 24
Percobaan M4. Bandul Sederhana ................................................................... 29
Percobaan M5. Viskositas ................................................................................ 35
Percobaan M6. Elastisitas................................................................................ 39
Percobaan M7. Pesawat Atwood ..................................................................... 43
Percobaan M8. Resultan Gaya Sejajar dan Resultan Dua Vektor .................... 50
Percobaan M9. Usaha Pada Bidang Miring .................................................... 58
Percobaan M10. Kalorimeter ........................................................................... 61

2
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar 1
A. Tata Tertib Sebelum Praktikum
1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, mahasiswa yang
datang terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum
2. Mahasiswa harus memakai baju kemeja, sepatu, dan jas lab.
3. Mahasiswa harus mengumpulkan kartu praktikum
4. Mahasiswa harus mengisi daftar hadir praktikum
5. Setiap mahasiswa harus mengumpul laporan tetap praktikum lengkap dan tugas
praktikum
6. Tas dan barang bawaan lainya diletakkan ditempat yang disediakan (tidak boleh
diletakkan diatas dan sekitar meja praktikum)
7. Mahasiswa harus memahami petunjuk yang ada didalam modul praktikum, tidak
diperkenankan mengambil dan mengoperasikan alat tanpa petunjuk
dosen/asisten/laboran.
8. Tidak diperkenankan untuk membawa makanan dan minuman serta sejenisnya ke
dalam laboratorium.
9. Tidak diperkenankan untuk menghidupkan atau menerima sms ataupun telepon di
dalam laboratorium

B. Tata Tertib Selama Praktikum


1. Mahasiswa harus berlaku sopan, tidak ribut didalam laboratorium, berpindah-pindah
tempat (dari satu kelompok ke kelompok lain) dan sejenisnya.
2. Mahasiswa dilarang mengaktifkan Handphone
3. Mahasiswa dilarang menghidupkan Laptop pada saat praktikum
4. Mahasiswa dilarang meninggalkan ruangan tanpa seizin dosen/asisten/laboran.
5. Mahasiswa harus menjaga keselamatan dirinya, ketertiban, peralatan dan ruangan
laboratorium
6. Mahasiswa tidak boleh membawa atau merusak alat-alat laboratorium yang ada,
jika ada kehilangan/kerusakan menjadi tanggungjawab kelompok yang
bersangkutan

3
C. Tata Tertib Setelah Praktikum
1. Setelah selesai praktikum, mahasiswa harus merapikan alat-alat yang digunakan dan
mengembalikan sesuai dengan alat yang dipinjam untuk praktikum
2. Setelah selesai praktikum, mahasiswa membersihkan sampah-sampah sisa
praktikum
3. Setelah selesai praktikum, mahasiswa harus merapikan data pengamatan yang
diperoleh untuk ditanda tangani oleh dosen/asisten ataupun laboran.
4. Setelah selesai praktikum, mahasiswa harus memperhatikan petunjuk pembuatan
laporan praktikum
5. Laporan harus selesai dikerjakan sesuai dengan waktu yang ditentukan

Format Penulisan Laporan


1. Cover laporan
2. Daftar isi
3. Tujuan Praktikum
4. Tinjauan Pustaka yang mendukung (Minimal 3 halaman)
5. Alat dan Bahan (sebutkan fungsinya)
6. Prosedur Praktikum
7. Hasil dan Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar Pustaka
10. Tugas Praktikum

4
Contoh Cover Laporan
Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Judul Praktikum (Size 16)

Disusun Oleh :
Dwi Ahmad Rifai
2014412004
Jurusan/Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Laboratorium Fisika Dasar


Laboratorium Terpadu
Universitas PGRI Palembang
2017

5
Ketidakpastian Pengukuran Dalam Percobaan
1. Pendahuluan
Pada percobaan fisika dasar, hasil yang diperoleh biasanya tidak dapat langsung
diterima karena harus dipertanggungjawabkan keberhasilan dan kebenaranya. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan manusia yang terbatas dan ketelitian alat-alat yang
dipergunakan mempunyai batas kemampuan tertentu. Dengan kata lain peralatan dan sarana
(termasuk waktu) yang tersedia bagi kita membatasi tujuan dan hasil yang dicapai.
Hasil percobaan baru dapat diterima apabila harga besaran yang diukur dilengkapi
dengan batas-batas penyimpangan dari hasil tersebut, yang disebut sesatan (ketidakpastian).
Jika dari hasil tersebut diketahui penyimpangan terlalu besar maka bila diperlukan,
percobaan harus diulang kembali dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengulang
pengukuran beberapa kali yang lebih teliti atau mengganti alat-alat percobaan dengan alat
yang lebih baik ketelitiannya. Jadi jelaslah bahwa untuk keperluan ini mutlak diperlukan
teori sesatan (ketidakpastian). Dengan demikian dapat ditentukan sesatan pada hasil
percobaan agar dapat memberi penilaian yang wajar.

2. Ketidakpastian Pada Pengukuran


Kesalahan atau error dalam suatu percobaan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu :
a. Kesalahan Bersistem (Systematic Error)
Kesalahan yang bersumber pada alat pengukuran yang dipakai besarannya,
kesalahan biasanya konstan sehingga sering sekali dinamakan sebagai kesalahan
konstan (Constan Error). Kesalahan bersistem ini dapat terjadi karena :
- Kesalahan titik nol (Zero Error)
- Kesalahan pada kalibrasi alat pengukur
- Kesalahan pengamat (orangnya). Kesalahan ini disebabkan oleh kebiasaan
seorang pengamat. Misalnya, seorang pengamat sering kali membuat
kesalahan karena kedudukan matanya terlampau rendah atau terlampau
tinggi sewaktu membaca tinggi kolom air didalam pipa yang tegak.
Kesalahan ini disebut kesalahan paralaks.
- Terjadinya gesekan dan kesalahan (Fatique) pada alat karena sering dipakai.

6
- Kondisi percobaan, jika sebuah alat digunakan dengan kondisi percobaan
yang berbeda dengan kondisi sewaktu kalibrasi maka akan menghasilkan
suatu kesalahan.
- Gangguan teknis, misalnya pada waktu pengukuran terjadi gangguan seperti
adanya gangguan-gangguan kebocoran yang akan mengganggu sistem dan
menyebabkan kesalahan.

b. Kesalahan Random
Karena pengulangan pengukuran selalu memberikan hasil yang berbeda-
beda, maka harga tersebut juga akan berbeda dengan harga yang sebenarnya.
Kesalahan ini dinamakan kesalahan random atau kesalahan kebetulan yang terdiri
atas :
- Kesalahan penafsiran. Kebanyakan alat pengukuran memerlukan suatu
penafsiran pada bagian skala tertentu dan penafsiran ini dapat berubah dari
waktu ke waktu yang lain.
- Keadaan penyimpangan. Seperti suhu, tekanan udara, atau tegangan listrik.
- Gangguan. Misalnya, adanya getaran mekanis atau pengaruh putaran motor
dan alat listrik.
- Definisi. Walaupun proses pengukuran telah sempurna, pengulangan
pengukuran yang sama selalu akan memberikan penyimpangan, besaran
yang diamati tidak didefinisikan secara tetap. Misalnya, panjang suatu meja
persegi bukanlah suatu besaran yang terdefinisi secara eksak. Hal ini
disebabkan bahwa kalau kita teliti, sisi meja tidaklah rata atau mungkin tidak
tepat sejajar. Sehingga walaupun kita menggunakan alat ukur yang sangat
baik untuk mengukur meja tersebut, harga yang diperoleh selalu berubah-
ubah tergantung penampang panjang yang kita ukur.
c. Kesalahan-kesalahan lain
Kesalahan lain yang tidak termasuk kedalam dua kesalahan diatas yang
harus diperhatikan adalah :

7
- Kekeliruan membaca alat/skala alat dan mengatur kondisi percobaan.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan cara melakukan percobaan seteliti
mungkin atau bila memungkinkan mengulangi percobaan dan
perhitunggannya.
- Kesalahan perhitungan. Yaitu kesalahan memasukkan harga atau angka-
angka perhitungan, menggunakan kalkulator, menggunakan daftar logaritma
dan sebagainya.

3. Perhitungan Kesalahan
a. Sesatan Taksiran
Bila pengukuran dilakukan hanya satu kali biasanya sesatan diambil setengah
kali skala terkecil dari pada alat ukur.
Contoh :
Jika tebal plat diukur menggunakan mistar menghasilkan 50 mm, maka hasilnya dapat
dituliskan :
t   50  0,5 mm
atau
t   5,0  0,05 x10mm

t  0,5 adalah sesatan mutlak (Absolute), sedangkan sesatan relatifnya dapat


dinyatakan dengan :
t 0,5
x100%  x100%  1%
t 50

b. Menentukan Harga rata-rata (nilai terbaik) dan sesatannya


Jika pengukuran dilakukan beberapa kali atau melakukan N kali pengukuran
yang hasilnya dituliskan sebagai berikut :
x1 , x 2 , x3 , x 4 ,..., x N

Untuk mendapatkan nilai yang terbaik (benar) dari pengukuran tersebut adalah dengan
merata-ratakan hasil pengukuran, yaitu :

x
x1  x2  x3  x4  ...  x N

x N
.................................................. (1)
N N

8
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke-i dengan nilai ukur rata-rata dinamakan
deviasi (dilambangkan dengan ), maka :
 xi  xi  x ................................................................................................ (2)

Sedangkan standar deviasi didefinisikan sebagai akar rerata kuadrat deviasnya, yang
dapat dinyatakan dengan :

   x 
N N
2 2
xi i x
............................................................ (3)
x  1
 1
N ( N  1) N ( N  1)

Atau

x
2
2
 N .x N
x  S x N 
i
.................................................................... (4)
N ( N  1)

Sedangkan standar deviasi relatifnya dinyatakan dengan :


x
x r  x100% ..................................................................................... (5)
x

Selanjutnya harga atau nilai dari pengukuran dapat ditulis dengan :


x  x  x ................................................................................................ (6)
Contoh : Jika dari suatu pengukuran diperoleh data sebagai berikut
10,0 ; 10,2 ; 10,0 ; 10,0 ; 9,80 ; 10,1 ; 9,80 ; 10,3 ; 9,80 ; 10,0
Maka tentukan nilai terbaik dan sesatannya?
Jawab :
No. xi xi2
1 10 100
2 10,2 104,04
3 10 100
4 10 100
5 9,8 96,04
6 10,1 102,01
7 9,8 96,04
8 10,3 106,09
9 9,8 96,04
10 10 100
x i =10 x 2
i =1000,2
0 6

9
x
x N

100
 10,0
N 10

x  S x N 
x 2
i  N  x.

1000,26  10.100

0,26
 0,05
N ( N  1) 10(10  1) 90

Maka nilai terbaiknya : x  10,00  0,05

c. Contoh perhitungan
1. Ketelitian pengukuran
Suatu parameter mempunyai skala 0 – 5 A dengan skala terkecil 0,1 A. Tentukan :
a. Berapa ketelitian alat itu bila skala penuh
b. Dan pada skala setengah

Jawab :
a. I  12 xskala terkecil  12 x 0,1A  0,05 A dan I = 5A
I 0,05
ketelitian : x100%  x100%  1%
I 5

b. I  12 xskala terkecil  12 x 0,1A  0,05 A dan I = 2,5A


I 0,05
Ketelitian : I x100%  2,5 x100%  2%

2. Sesatan yang ditentukan oleh skala alat


Tahanan sepotong kawat ditentukan menurut hukum ohm. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran adalah V  1,0  0,05 volt dan I   5,0  0,05 mA atau
I   5,0  0,05 x10 3 A . Berapakah R ?

Jawab :
V 1,0
R   200 ohm
I 5,0 x10 3

10
R V I 0,05 0,05
      0,05  0,01
R V I 1,0 5
R   0,05  0,01 x 200 ohm  12 ohm

Jadi R   200  12  ohm

11
PERCOBAAN M1
PENGUKURAN

I. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Memahami prinsip-prinsip dasar dari pengukuran
2. Menentukan panjang, massa, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan suatu
benda

II. Dasar Teori


2.1. Mengukur Besaran Panjang
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya
diperlukan alat ukur. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang,
seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur yang paling umum adalah
mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5 mm atau
setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus
disesuaikan dengan benda yang akan diukur besarannya.

2.1.1. Jangka Sorong


Jangka sorong adalah alat pengukur tebal suatu benda yang sangat kecil sekali,
ketelitiannya mencapai 0,1 mm. Alat pengukur ini dapat juga dipergunakan untuk
mengukur diameter dalam maupun diameter luar sebuah benda. Sebelum menggunakan alat
ukur ini hendaknya diteliti terlebih dahulu apakah alat tersebut telah mempunyai kesalahan
titik nol. Kesalahan titik nol ini dapat dibaca jika A dan B dihimpitkan ternyata titik nol
yang terdapat pada skala nonius tidak dapat berimpit dengan titik nol yang terdapat pada
skala utama, sedangkan untuk kesalahan pada titik nol bila keadaan sebaliknya. Jika dalam
pengukuran suatu benda skala dasar menunjukkan 1,49 cm, sedangkan kesalahan titik
nolnya -0,07 cm maka jarak antara rahang a dan rahang B adalah 1,56 cm.

12
Gambar 1.1. Jangka Sorong

2.1.2. Cara Menggunakan Jangka Sorong


Jika mengukur garis tengah suatu tabung, letakkanlah tabung diantara rahang A dan
B sehingga tebal tabung tepat diantara rahang A dan B, dengan demikian dapat dibaca
pembagian skala beberapa jarak antara A dan B. Jika jarak tidak tepat barulah bilangan bulat
dalam nilai meter dibaca dalam skala dasar, dengan skala nonius dapat dibaca pembagian
skala lebih teliti. Panjang skala nonius 9 mm dibagi menjadi 10 skala yang sama, jadi jarak
dua garis kecil yang ada pada nonius sebesar 0,09 cm.
Dalam suatu pengukuran, pada waktu rahang A dan B berimpit, skala nol nonius
berimpit dengan skala nol jadi berarti pada keadaan ini tidak mempunyai kesalahan titik nol.
Setelah benda yang hendak diukur diletakkan diantara rahang A dan B ternyata titik nol
nonius terletak diantara 8 dan 9 pada skala utama. Kemudian lihat garis manakah pada skala
nonius dan skala utama yang berimpit.

2.1.3. Mikrometer Sekrup


Alat lain yang digunakan untuk mengukur panjang benda yang sangat teliti adalah
mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur pangjang benda
sampai dengan 0,01 mm. Bagian terpenting dari alat ini adalah poros berskala mm dan
selubung luar yangdapat berputar yang terdiri atas 50 bagian skala. Jika selubung luar
diputar 1 kali putaran maka selubung akan maju atau mundur 0,5 mm, 1 skala selubung luar
sama dengan 0,01 mm.

13
Gambar 1.2. Mikrometer Sekrup

2.1.4. Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup


Sebelum digunakan untuk mengukur benda terlebih dahulu cari kesalahan titik
nolnya, apakah pada waktu ujung A dan B berimpit (jangan dipaksa untuk
menghimpitkannya), titik nol pada nonius C berimpit atau tidak pada titik nol nonius D.
jika berimpit maka tidak memiliki kesalahan titik nol, jika melebihi mempunyai kesalahan
titik nol positif dan sebaliknya mempunyai kesalahan titik nol negatif.
Jika titik nol nonius C berimpit dengan skala 48 nonius D, berarti mempunyai
kesalahan titik nol negatif sebanyak 2 skala. Tetapi jika titik nol nonius C berimpit dengan
skala 2 nonius D berarti mempunyai kesalahan titik nol posisitf sebanyak 2 skala.

2.2. Mengukur Massa


Pengukuran massa banyak dilakukan dengan menggunakan neraca atau timbangan
yang bekerja atas dasar prinsip tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di Laboratorium
antara lain Neraca Ohauss, neraca emas dan sebagainya. Pada neraca emas, benda yang
hendak diukur massanya diseimbangkan dengan sejumlah massa yang telah ditera, disebut
batu timbangan. Apabila sudah seimbang maka massa benda sama dengan massa batu
timbangan tersebut. Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser. Neraca ini
memiliki beberapa lengan berbeban yang dapat digeser-geser yang disebut dengan neraca
Ohauss. Neraca Ohauss ada yang memiliki 3 lengan, ada juga yang memiliki 4 lengan. Pada
tiap lengan terdapat skala yang langsung menyatakan massa benda yang diukur pada waktu
lengan batang seimbang dengan beban.

14
Gambar 1.3. Alat ukur massa

Misalnya pada neraca Ohauss 3 lengan, beban geser menunjukkan berturut-turut


100 g, 20 g dan 3 g, maka massa beban itu sama dengan 123 g. Keuntungan neraca jenis ini
adalah selama kita menimbang tidak ada batu timbangan yang dilepas, jadi kemungkinan
hilangnya batu timbangan lebih kecil dan penimbangan berlangsung lebih cepat.

III.Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Mikrometer sekrup 1 buah
2. Jangka sorong 1 buah
3. Neraca Ohauss 1 buah
4. Plat 1 buah
5. Silinder pipa 1 buah
6. Kelereng 1 buah

IV. Prosedur Kerja


1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Ukurlah panjang dan tebal plat dengan jangka sorong, serta massanya dengan
neraca Ohauss
3. Ukurlah besar diameter dalam dan diameter luar silinder pipa dengan jangka sorong

15
4. Ukurlah diameter kelereng dengan mikrometer sekrup .
5. Ulangi percobaan 2 sampai 4 sebanyak 10 kali
6. Catat data hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara

Tabel hasil percobaan


1. Plat
No. Panjang (cm) Tebal (cm) Massa (g)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2. Silinder Pipa
Diameter dalam Diameter luar
No.
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

16
3. Kelereng
No. Diameter (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

V. Tugas Praktikum
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran? Bagaimana cara untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengukuran?
2. Apakah perbedaan antara massa dengan berat benda?
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara jangka sorong dengan mikrometer sekrup?
4. Tentukan nilai rata-rata dari masing-masing hasil pengukuran?
5. Tentukan ketidakpastian (standar deviasi) dan kesalahan relatif dari masing-masing
hasil pengukuran?

17
PERCOBAAN M2
RESULTAN GAYA SEJAJAR DAN RESULTAN DUA VEKTOR

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Menyelidiki hubungan lengan gaya terhadap posisi resultan gaya
2. Menemukan resultan dua buah vektor dalam bentuk rumus kosinus

II. Dasar Teori


Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Beberapa besaran
fisis yang termasuk ke dalam besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan, percepatan,
gaya, momen gaya, dan masih banyak lagi besaran lain. Sedangkan besaran skalar adalah
besaran yang dicirikan oleh nilainya saja, misalnya jarak, laju, usaha, energi dan lain-lain.
Suatu vektor sering ditulis dengan huruf tebal (V) atau huruf dengan garis panah diatasnya
 
V 
 
atau V .

V  PQ   xQ  x P  i   y Q  y P  j   z Q  z P  k .................................................. (8.1)
   

Panjang atau besar vektor:

x  xP    yQ  y P    zQ  z P 
 

......................................... (8.2)
2 2 2
V  V V  Q

1.1. Aljabar Vektor


a. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Jika ada dua buah vektor A dan B, masing-masing diberikan sebagai :
   
A  Ax i  Ay j  Az k
   
B  Bx i  B y j  Bz k

Maka hasil penjumlahan dan pengurangannya digambarkan sebagai berikut :

18
A B   Ax  B x  i   Ay  B y  j   Az  B z  k ............................................ (8.3)
    

Dalam penjumlahan dan pengurangan vektor secara grafik dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu :
i. Aturan jajaran genjang
ii. Aturan Polygon
iii. Aturan Urai

Khusus untuk aturan urai yaitu dengan cara menguraikan komponen-komponen


vektor ke dalam arah sumbu x dan sumbu y, kemudian untuk menentukan hasil
resultannya dapat digunakan persamaan berikut :

R R x2  R y2 .................................................................................................. (8.4)

Contoh 4.4 :
Tiga buah vektor gaya masing-masing besarnya 20 N terletak pada sumbu x positif,
10 N membentuk sudut 30o terhadap sumbu x positif dan 5 N membentuk sudut 120 o
terhadap sumbu x positif. Dengan menggunakan aturan urai, tentukan besar resultan
dari ketiga gaya tersebut?

Jawab :

Sebelum menentukan hasil resultan ketiga gaya tersebut perlu diilustrasikan vektor
tersebut untuk mengetahui komponen vektor dalam arah sumbu x (Rx)dan sumbu y
(Ry). F3 F3y

F2
F2y o
120 19
30o
F3x F2x F1
Dari gambar diatas dapat diuraikan vektor gaya dalam arah sumbu x dan sumbu y :
Arah sumbu x :
F1x  F1  20 N

F2 x  F2 cos 30 o  10 N  3  5
1
2
3N
5
F3 x  F3 cos 60 o  5 N  12   N  2,5 N
2
R x  F1x  F2 x  F3 x  20 N  5 3 N  2,5 N  26 N

Arah sumbu y :
F1 y  F1 sin 0 o  0 N

F2 y  F2 sin 30 o  10 N  12   5 N

F3 y  F3 sin 60 o  5 N  1
2 
3 
5
2
3 N  2,5 3 N

R y  F1 y  F2 y  F3 y  0 N  5 N  2,5 3 N  9,25 N

Sehingga resultan dari ketiga gaya tersebut :


R R x2  R y2   26 2   9,25 2  676  85,5625  761,5625 N

b. Resultan Vektor

20
Resultan vektor dapat dihitung melalui analisis vektor yaitu dengan cara
menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya. Resusltan vektor akan menjadi
bagian penting dalam pelajaran fisika misalnya mekanika. Melalui analisis vektor,
persoalan mekanika dan dinamika yang sulit divisualisasikan dapat disederhanakan
untuk analisis penyelesaian masalah. Secara matematis, resultan dua buah vektor
dituliskan dalam persamaan berikut:

R R x2  R y2  2 R x .R y cos  ......................................................................... (8.5)

Dimana :  adalah sudut apit yang dibentuk oleh kedua vektor

III. Alat dan Bahan


A. Alat dan bahan untuk resultan gaya sejajar
1. Dasar statif 2 buah
2. Batang statif pendek 2 buah
3. Batang statif panjang 2 buah
4. Balok penahan 2 buah
5. Beban 20 g, 30 g dan 50 g masing-masing 2 buah
6. Katrol 50 mm 2 buah
7. Benang 1 gulung
8. Batang pensil baru 1 buah
9. Mistar 50 cm 1 buah

B. Alat dan bahan untuk resultan dua vektor


1. Dinamometer 3.0 N 3 buah
2. Benang 1 meter
3. Kertas grafik mm 1 lembar
4. Busur derajat 1 buah

21
5. Papan triplek 50 cm x 50 cm 1 buah
6. Paku payung 3 buah

IV. Prosedur Praktikum


A. Prosedur percobaan resultan gaya sejajar
1. Rakitlah statif sesuai Gambar 9.1, rakit balok penahan pada kedua ujung batang
statif, kemudian pasang katrol kecil pada masing-masing balok penahan.

Gambar 9.1. Susunan alat percobaan


2. Ikatkan tali pada masing-masing ujung pensil, masing-masing ujung tali yang
lain diikatkan pada 1 beban. Ikatkan tali ketiga secara kendur di tengah- tengah
pensil, ujung lainnya didikatkan pada 2 beban.
3. Pasang kedua benang pada katrol dan atur kedudukan kedua dasar statif dan
benang ketiga agar sistem seimbang dan ketiga benang sejajar.
4. Catat massa beban A, B, dan C ke dalam tabel.
5. Ukur panjang DE dan EF kemudian catat ke dalam tabel.
6. Tambahkan 1 beban pada B dan 1 beban pada C.
7. Ulangi langkah 4 sampai 6 dengan penambahan 1 beban.
8. Geser ikatan tali yang di tengah pensil (yang digantungi C) ke arah tali B
sehingga tercapai keadaan seimbang yang baru.
9. Ulangi langkah 4 dan 5. Dan catat hasilnya ke dalam tabel berikut:
No. mA mB mC FA FB FC FA+FB DE EF FA.(DE) FB.(EF)
1

22
2
3
4
5

  
Apakah berlaku hubungan F3  F1  F2 dan bagaimana hubungan F1 .( DE ) dengan

F2 .( DE ) ?

B. Prosedur percobaan resultan dua vektor


1. Siapkan benang dan ikat membentuk huruf Y seperti gambar berikut:

2. Kaitkan dinamometer pada tiap ujung tali sehingga membentuk gambar berikut:

3. Siapkan papan tripleks, tancapkan paku payung kemudian kaitkan dinamometer


pada paku payung. Tarik dinamometer ketiga , ikat pada paku payung. Catat
ketiga gaya tersebut, masukkan ke dalam tabel. Lalu gambarkan garis
penghubung seperti pada gambar berikut ini:

23
4. Ukurlah sudut �, yaitu sudut antara F1 dan F2. Info : karena sistem dalam
keadaan setimbang maka F3 = FR

5. Lakukan percobaan sampai 5 kali dengan cara merubah – ubah tarikan pada
dinamometer ke tiga/F3
6. Masukkan data ke dalam tabel
Percobaan ke F1 (N) F2 (N)  FR F 12 F22 Cos  2 F1 F2 cos  R
1
2
3
4
5
Rata-rata
Standar
deviasi
Kesalahan
pengukuran

V. Tugas Praktikum
1. Apa yang dimaksud dengan vektor?

24
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan resultan vektor?
3. Tentukan nilai rata-rata hasil pengukuran, standar deviasi dan kesalahan relatifnya?

PERCOBAAN M3
ANALISIS GERAK KERETA LUNCUR

25
I. Tujuan
1. Memahami konsep gerak lurus (gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah
beraturan)
2. Menentukan kecepatan benda (kereta luncur) pada gerak lurus dan dapat
menjelaskan karakteristik gerak lurus berdasarkan besar besaran kinematisnya

II. Dasar Teori


1.1. Hukum Newton Pertama
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia
menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda
berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun
kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa
vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk benda-benda
jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa ada
pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi pernyataannya walaupun
mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan
pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai orangpada saat itu (tetapi tidak
diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa,”
Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh waktu
dari waktu benda yang lebih ringan”. Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan
hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton.
Hukum I Newton menyatakan “Sebuah benda akan berada dalam keadaan
diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda
sama dengan nol”.
Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan persamaan:
F 0 .....................................................................................................
(3.1)

26
Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka
benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu
diberi gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak dengan kecepatan tetap maka
benda selamanya akan bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya.

1.2. Hukum Newton Kedua


Hukum Newton kedua menyatakan “Setiap benda yang dikenai gaya maka
akan mengalami percepatan yang besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya
dan berbanding terbalik dengan besarnya massa benda.” Secara matematis dapat
dituliskan :
F  m.a ....................................................................................................
(3.2)

Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan
arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan
gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan
Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila
kenyataan dari pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya
yang menyebabkannya.

1.3. Hukum Newton Ketiga


Hukum III Newton menyatakan bahwa “Apabila benda pertama mengerjakan
gaya pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya
pada benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda
pertama (reaksi).” Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :

Faksi = -Freaksi .................................................................................................. (3.3)

Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai


berikut :

27
a. sama besar
b. berlawanan arah
c. bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
d. tidak saling meniadakan
e. bekerja pada benda yang berbeda

1.4. Gerak Translasi


Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus.
Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu
yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan
menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan
dengan ada dan tidaknya percepatan.
a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana
dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang
ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.

s  v.t ..................................................................................................
(3.4)

b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di
mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier
melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak dari
keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya
karena ada percepatan (a = +) atau perlambatan (a = - ). Pada umumnya GLBB
didasari oleh Hukum Newton II.

28
vt  v0  a.t
s  v0 .t  12 .a.t 2 ..................................................................................
2 2
vt  v0  2.a.s

(3.5)

III. Alat dan Bahan


1. Papan luncur/Rel lintasan dua buah
2. Penyangga 1 buah
3. Statif 1 buah
4. Kereta luncur 1 buah
5. Meteran 3 meter 1 buah
6. Ticker timer 1 buah
7. Catudaya 1 buah
8. Pita kertas 1,2 meter
9. Beban 10 g, 20 g, 30 g dan 40 g masing-masing 1 buah
10. Tali nilon 1 meter
11. Katrol 1 buah

IV. Prosedur Kerja


1. Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Susun peralatan seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.1. Lintasan untuk analisis kereta luncur

29
3. Ukur panjang lintasan sebesar 150 cm dengan meteran.
4. Atur posisi papan luncur/rel lintasan pada posisi mendatar
5. Hubungkan kereta luncur dengan beban melalui tali dan katrol
6. Pasang beban 10 g pada ujung tali
7. Pasang pita kertas pada ticker timer yang satu ujungnya dijepitkan pada kereta
luncur dan ujung lain bebas (posisi kereta luncur mula-mula berada di dekat ticker
timer)
8. Hubungkan ticker timer dengan sumber tegangan melalui catu daya dan hidupkan
catu daya dengan tegangan masukkan 6 volt.
9. Lepaskan kereta luncur tanpa kecepatan awal, ketika kereta luncur sampai diujung
lintasan ambil pita kertas yang dipasang pada kereta luncur.
10. Potong pita ketik setiap 5 ketik sebagai satuan waktu secara berurutan dimulai dari
awal gerak kereta luncur.
11. Tempelkan setiap potongan pita pada kertas grafik secara berurutan seperti pada
gambar 3.2. berikut:

v

t
Gambar 3.2. Kurva laju-waktu

12. Ulangi percobaan diatas untuk beban 20 g, 30 g, dan 40 g.

V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan perbedaan antara jarak dan perpindahan?

30
2. Coba jelaskan perbedaan mendasar mengenai konsep gerak lurus beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan?
3. Dari kurva laju dan waktu, tentukan jenis gerak apa yang dilakukan oleh kereta
luncur?
PERCOBAAN M4
MASSA JENIS ZAT CAIR

I. Tujuan
Memahami hukum hidrostatika sebagai landasan untuk menentukan massa jenis zat
cair dengan alat Pipa–U.

II. Dasar Teori


Dasar untuk menghitung massa jenis zat cair dengan Pipa–U adalah hukum
Hidrostatika, yang menyatakan bahwa Tekanan dalam zat cair pada bidang mendatar di
mana–mana sama besarnya. Besarnya takanan dalam zat cair adalah:

Ph  Po  gh ........................................................................................................ (4.1)

Dengan  adalah massa jenis zat cair, g adalah percepatan gravitasi, h adalah tingi
permukaan zat cair dan Po adalah tekanan udara luar atau lebih sering dikenal dengan
tekanan atmosfer.

2.1. Pipa U dengan 2 zat cair


Bila Pipa-U diisi dengan 2 jenis zat cair seperti pada gambar 4.1, maka zat cair 1
sebagai pembanding yang diketahui massa jenis (1) dan zat cair 2 yang akan ditentukan
massa jenisnya (2) dimasukkan dalam kaki yang disebelahnya. Bila pada kedudukan
tersebut tinggi permukaan zat cair 2 adalah h2, maka menurut hukum hidrostatika, tekanan
di titik A (PA) sama dengan tekanan di titik B (PB).

31
Gambar 4.1. Pipa U dengan 2 zat cair

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

PA = PB ................................................................................................................ (4.2)

Berdasarkan persamaan (4.1) dan Persamaan (4.2) dapat ditulis sebagai :

h1
 2  1 .......................................................................................................... (4.3)
h2

dengan:
1 = massa jenis zat cair pembanding
2 = massa jenis zat cair yang disediakan
h1 = tinggi permukaan zat cair pebanding.
h2 = tinggi permukaan zat cair yang diselidiki

2.2. Pipa U dengan 3 zat cair


Bila Pipa-U diisi dengan 3 jenis zat cair pada gambar 4.2, kedudukan zat cair
tersebut akan tampak seperti pada gambar.

32
Gambar 4.2. Pipa U dengan 3 zat cair

Kedudukan dari zat cair ini tidak tetap, akan tetapi dapat berubah-ubah tergantung
pada massa jenis dan tinggi permukaan zat cair 2 dan zat cair 3. Misalkan kedudukan
seperti pada gambar 4.2, menurut hukum hidrostatika: PA = PB

PA  1 gh1   2 gh2  Po ..................................................................................... (4.4)

PB   3 gh3  Po .................................................................................................. (4.5)

Dari persamaan (4.4) dan (4.5), maka persamaan (4.3) menjadi:

1 h1   2 h2
3  ................................................................................................. (4.6)
h3

dengan:
1, 2 = Massa jenis zat cair 1 dan zat cair 2 (pembanding)
3 = Massa jenis zat cair 3 (yang diselidiki)
h1, h2= tinggi permukaan zat cair 1 dan zat cair 2.
h3 = tinggi permukaan zat cair 3 (yang diselidiki).
III. Alat dan Bahan

33
1. Pipa-U 1 set
2. Aquades
3. Pipet
4. Alkohol/spritus
5. Gelas piala
6. Air raksa
7. Kertas saring

IV. Prosedur Kerja


a. Percobaan pipa U dengan 2 zat cair
1. Aturlah kedudukan Pipa-U sedemikian rupa sehingga letaknya tidak miring. Isilah
pipa-U dengan air raksa (1 = air raksa = 13,6 gr/cm3 )
2. Masukkan zat cair yang akan diselidiki (alkohol atau lainya) ke dalam Pipa-U pada
kaki yang lain .
3. Tentukan bidang batas permukaan zat cair. Ukurlah tinggi h1 dan h2 seperti gambar
4.1.
4. Hitung massa jenis zat cair yang diselidiki (2) dengan menggunakan persamaan
(4.3).
5. Ulangi langkah 2–4 sebanyak 2 kali dengan merubah tinggi permukaan zat cair
yang diselidiki (gunakan Pipet untuk memasukkan/mengeluarkan zat cair) dan catat
hasilnya.
6. Keluarkan zat cair yang diselidiki sampai bersih, kemudian aturlah kembali
kedudukan Pipa–U hingga permukaan air raksa menunjukkan skala yang sama
(seimbang).

b. Percobaan pipa U dengan 3 zat cair


1. Air raksa (zat cair pembanding 1) dan aquades (zat cair pembanding 2) dimasukkan
pada kaki kiri Pipa–U, zat cair yang diselidiki dimasukkan pada kaki kanan Pipa–U
seperti pada gambar 4.2.
2. Tentukan bidang batas permukaan zat cair. Ukurlah tinggi h1,h2, dan h3.

34
3. Hitung massa jenis zat yang diselidiki (3) dengan menggunakan persamaan (4.6).
4. Dengan merubah-rubah kedudukan permukaan zat cair 2 dan 3, ulangilah langkah
2-3 sebanyak 2 kali. Catat hasilnya.
5. Bandingkan hasil 3 dengan nilai massa jenis yang ada dalam literatur.

V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tekanan hidrostatik?
2. Tentukan dimensi dari besaran P?
3. Tentukan dimensi dari ?
4. Buktikan persamaan 4.6?
5. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan?

PERCOBAAN M5
BANDUL SEDERHANA
I. Tujuan
1. Dapat memahami teori bandul sederhana secara lebih mendalam
2. Menentukan periode osilasi sebagai fungsi panjang tali untuk simpangan yang kecil

35
3. Menentukan harga percepatan gravitasi pada suatu tempat dengan cara bandul
sederhana.
II. Dasar Teori
Sebuah bandul sederhana merupakan model yang disempurnakan yang terdiri atas
sebuah massa titik yang ditahan oleh benang kaku tak bermassa. Jika massa titik ditarik ke
salah satu sisi dari posisi kesetimbangannya dan dilepaskan, massa tersebut akan berisolasi
disekitar posisi kesetimbangan. Perhatikan gaya-gaya yang bekerja pada bandul sederhana
berdasarkan gambar berikut :

Gambar 5.1. Ayunan bandul sederhana

Lintasan gerak dari bandul tidak berupa garis lurus, tetapi berupa busur dari suatu
lingkaran dengan jari-jari  yang sama dengan panjang tali. Gaya pemulih F adalah
komponen tangensial dari gaya total.

F   mg sin  ................................................................................................... (5.1)


x
F  mg .................................................................................................. (5.2)
l
Maka gaya pemulih sebanding dengan koordinat untuk perpindahan yang kecil, dan
konstanta gaya :

mg
k ................................................................................................................ (5.3)
l

36
Sehingga :

F   kx ..............................................................................................................
(5.4)

Frekuensi sudut dari bandul sederhana dengan amplitudo kecil :

k g
  .................................................................................................... (5.5)
m l

Hubungan antara freekuensi dan periode untuk bandul sederhana adalah :

 1 g
f   ............................................................................................... (5.6)
2 2 l

2 l
T   2 ................................................................................................ (5.7)
 g

Perhatikan skema berikut ini :

o
37
mg
Gambar 5.2. Skema bandul matematis

Skema diatas menggambarkan suatu benda tegar yang tergantung pada sumbu horizontal
melalui titik o. Persamaan gerak dengan  kecil untuk benda tersebut adalah :

MgH  I .......................................................................................................... (5.8)

Dimana :
I = Momen inersia benda untuk sumbu melalui titik o
H = jarak OG

Yang dinyatakan melalui persamaan diatas merupakan gerak harmonik dengan periode :

I
T  2 ................................................................................................... (5.9)
MgH

Dengan menggunakan teorema dengan sumbu sejajar maka :

h  Kh
2

T  2 ................................................................................................. (5.10)
g
Dimana :
K2
= jarak dan K dinamakan jari-jari gyrasi untuk titik pusat massa G.
h
l K2
Untuk bandul sederhana berlaku T  2 , sehingga h  dapat dianggap
g h
sebagai panjang bandul ekivalen sederhana. Panjang h dapat diketahui dengan grafik T

38
terhadap d, yaitu jarak pusat gantungan pada ujung benda. Jarak T tertentu, panjang 
adalah sama dengan jarak antara titik potong pertama dan atau titik potong kedua dan
keempat. Sedangkan percepatan gravitasi dapat diketahui dengan rumus :

4 2 
G ..........................................................................................................
T2
(5.11)

III. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Penyangga 1 buah
2. Statif 1 buah
3. Tali nilon panjang 25 cm, 50 cm dan 75 cm masing-masing 1 buah
4. Beban 10 g, 20 g dan 40 g masing-masing 1 buah
5. Mistar ukur 1 buah
6. Busur derajat 1 buah
7. Stopwatch 1 buah

IV. Prosedur Kerja


1. Ukur panjang tali 25 cm, 50 cm dan 75 cm
2. Gantungkan beban 10 g pada ujung tali, seperti susunan rangkaian percobaan pada
gambar 5.3 berikut :

Gambar 5.3. Ayunan bandul sederhana

39
3. Simpangkan beban dengan simpangan awal 15o menggunakan busur derajat dan
biarkan bandul berayun.
4. Catat waktu yang diperlukan oleh bandul untuk melakukan 10 kali ayunan, lakukan
sampai beberapa kali pengamatan.
5. Ulangi butir 2 sampai 4 untuk beban 20 g dan 30 g.
6. Ulangi percobaan di atas untuk panjang tali berikutnya (50 cm dan 75 cm)
7. Masukkan hasil pengamatan ke dalam tabel berikut :

Panjang tali = ........cm, beban = ........g


No. Waktu (s)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

V. Tugas Praktikum
1. Tuliskan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada pandul sederhana
2. Apakah periode dari ayunan bandul sederhana bergantung pada massa beban?
3. Buktikan persamaan berikut :
l
T  2
g

4. Apa yang dimaksud dengan simpangan, amplitudo, frekuensi dan periode dari
sebuah sistem bandul sederhana?

40
5. Sebuah bandul sederhana khusus mempunyai periode 1,6 s dibumi. Tentukan
periode bandul tersebut pada permukaan planet Mars dimana percepatan gravitasi di
Mars 3,71 m/s2?

41
PERCOBAAN M6
VISKOSITAS

I. Tujuan
1. Dapat memahami penerapan hukum Stokes
2. Memahami adanya gesekan yang disebabkan oleh benda bergerak di dalam fluida
(zat cair)
3. Dapat menentukan viskositas zat cair dengan gaya stokes

II. Dasar Teori


Viskositas dapat digambarkan sebagai gesekan didalam zat cair.

D D’ C C’
BK

w
A B

Gambar 6.1. gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dalam zat cair

Karena pengaruh gaya K lapisan zat cair akan bergerak dengan kecepatan v, kecepatan v
akan semakin kecil untuk lapisan-lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Stress
dalam zat cair ternyata sebanding dengan gradien kecepatan atau :

v K dv
P~ atau  ........................................................................................ (6.1)
L a dL

Dimana  adalah koefisien viskositas dengan satuan poise. Stokes dalam percobaan ini
menggunakan pelarut bulat yang dijatuhkan ke dalam zat cair. Stokes menentukan bahwa
gesekan sebesar :

42
K  6rv ............................................................................................................
(6.2)

Dengan r adalah jari-jari peluru. Waktu peluru dilepaskan, kecepatan vo = 0. karena


pengaruh gaya gravitasi gerak peluru dipercepat. Karena gaya itu, zat cair mengadakan
gaya perlawanan yang disebut gaya gesek K. Peluru dipengaruhi oleh tiga buah gaya , (lihat
gambar 6.1) :

w  mg  43 r 3 g (pengaruh gaya berat) ............................................................


(6.3)

B  tekanan keatas  43 r 3 g (Hukum Archimedes) ......................................... (6.4)

K  6rv (Gaya gesek dari zat cair yang mengarah keatas) ........................... (6.5)

Ketiga gaya itu memberikan resultan gaya R


Jika zat cair kental, maka gesekan akan dapat memberikan perlawanan sehingga
peluru bergerak dengan kecepatan akhir tetap. Jika v konstan berarti percepatan sama
dengan nol.

R  0
BK w0
6rv  43 r 3     o  ......................................................................................
r2g
 2
9    o 
v
(6.5)

Dimana :
 = massa jenis peluru
o = massa jenis zat cair

43
III. Alat dan Bahan
1. Gelas Pyrec 1000 mL 2 buah
2. Zat cair (Oli, minyak sayur) masing-masing 1,5 liter
3. Peluru bulat yang tidak sama besarnya (3 buah)
4. Stopwatch 2 buah
5. Mistar besi 1 meter 1 buah
6. Neraca Ohauss 1 buah
7. Mikrometer sekrup 1 buah
8. Aerometer 1 buah

IV. Prosedur Kerja


1. Ukur jarak S antara dua garis yang terdapat pada tabung yang berisi zat cair (ukur
sampai beberapa kali)
2. Ukurlah garis tengah masing-masing peluru dengan mikrometer sekrup pada sisi
yang berlainan (ukur 10 kali)
3. Timbanglah massa peluru dengan neraca Ohauss
4. Lepaskan peluru dari atas permukaan zat cair (tanpa kecepatan awal) dan catat
waktu (t) yang diperlukan untuk menempuh jarak S, seperti pada gambar
6.2.dibawah ini (ulangi sebanyak 10 kali):

Gambar 6.2. diagram percobaan

44
5. Dengan aerometer tentukan suhu, tentukan SPGR zat cair dan carilah massa jenis
zat cair
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk peluru yang lain
7. Ulangi percobaan ini untuk zat cair yang lain
8. Masukkan data hasil pengamatan ke dalam tabel berikut :

No. Jarak ab Diameter peluru Waktu pada oli Waktu pada minyak
Oli Minyak 1 2 3 t1 t2 t3 t1 t2 t3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Viskositas zat cair?
2. Sebutkan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda jika dimasukkan ke dalam zat
cair?
3. Sebutkan syarat-syarat suatu benda bisa tenggelam, melayang dan mengapung?
4. Larutan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah kental. Untuk mencari
kecepatan peluru apakah bisa dipakai rumus untuk benda jatuh bebas? Berikan
alasannnya?
5. Hitunglah kecepatan peluru dan massa jenisnya beserta kesalahannya? Dengan
menganggap percepatan gravitasi g = 980 cm/s2, maka hitunglah viskositas larutan
yang digunakan?

45
PERCOBAAN M7
ELASTISITAS

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Dapat memahami penggunaan hukum Hooke mengenai elastisitas pegas dari bahan
baja
2. Dapat menentukan konstanta pegas dari pegas dan membandingkan nilai konstanta
yang diperoleh dari metode grafik dengan persamaan hukum Hooke.

II. Dasar Teori


Apabila pada sebuah pegas diberikan gaya maka pertambahan panjang pegas akan
sebanding dengan gaya tersebut, selama batas elastisitasnya tidak dilampaui. Menurut
Hooke :

F   k .x .........................................................................................................
(7.1)

Dimana :
F = Gaya yang diberikan
k = konstanta gaya pegas
x = pertambahan panjang pegas karena gaya F

46
Gambar 7.1.Grafik hubungan gaya dan pertambahan panjang pegas

Grafik antara gaya F dan pertambahan panjang x merupakan garis lurus. Dengan grafik
ini harga k dapat dicari dengan menggunakan kemiringan grafik. Hukum Hooke juga
berlaku pada kawat yang dipuntir:

T  k '.  ..................................................................................................................
(7.2)

Dimana :
T = gaya (berat beban) dikalikan dengan diameter katrol
 = sudut puntir

Secara teoritis, k’ dapat dihitung seperti berikut :

Gd
k'  ...........................................................................................................
32 L
(7.3)

Dimana :
G = Modulus Rigiditas
d = diameter kawat
L = Panjang dua kawat yang menghasilkan sudut puntir

III. Alat dan Bahan


1. Mistar besi 50 cm 1 buah
2. Anak timbangan atau beban (10g, 20g, 30g, 40g, 50g, 60g, 70g, 80g, 90g dan 100g)
3. Penyangga lengkap 1 set
4. Pegas identik 3 buah
5. Jangka sorong 1 buah

47
IV. Prosedur Kerja
1. Susun pegas seperti pada gambar 7.2. berikut :

Gambar 7.2. Rangkaian percobaan

2. Ukur panjang pegas mula-mula (X0)


3. Gantungkan beban 10 gram pada ujung pegas, kemudian catat pertambahan pegas
(X) dengan menggunakan jangka sorong/mistar.
4. Ulangi butir 3 dengan menambahkan beban berikutnya(20 g, 30 g, 40 g, 50 g, 60 g,
70g, 80 g, 90 g dan 100 g) . Setelah semua anak timbangan digantung, kurangi satu
persatu, catat juga pertambahan pegasnya.
5. Masukkan data hasil pengukuran kedalam tabel berikut :
No. Susunan Massa X X0 X
1 m1
2 m1+m2
3 m1+m2+m3
4 m1+m2+m3+m4
5 M1+m2+m3+m4+m5
.

48
.
.
6 m1+m2+m3+m4
7 m1+m2+m3
8 m1+m2
9 m1
6. Susunlah pegas secara seri dan paralel seperti pada gambar 6.3. berikut :

Gambar 7.3. Susunan pegas


7. Ulangi langkah 3 sampai dengan 4 untuk masing-masing susunan pegas tersebut

V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan konsep dari hukum Hooke?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elastisitas?
3. Gambarkan grafik antara pertambahan panjang pegas (∆X) dengan massa (m),
kemudian tentukan harga konstanta gaya pegas?
4. Dapatkan persamaan konstanta pegas pengganti untuk tiga buah pegas yang identik
jika disusun paralel?

49
PERCOBAAN M8
PESAWAT ATWOOD

I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah melakukan percobaan Atwood untuk
memeperlihatkan berlakunya Hukum Newton dan menghitung momen inersia katrol.

II. Dasar Teori


2.1. Hukum Newton Pertama
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia
menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda berat
jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian,
Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa vakum
barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk benda-benda jatuh tanpa
adanya hambatan dari gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan
udara pada gerak jatuh. Tetapi pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara,
masih cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan
yang dipercayai orangpada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan
Aristoteles yang menyatakan bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan
sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda yang lebih ringan”. Pada tahun 1678
Sir Isaac Newton menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal
sebagai Hukum I Newton.
Hukum I Newton menyatakan “Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama
dengan nol”.
Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan persamaan:

50
F 0 .....................................................................................................
(8.1)

Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda
selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya
luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak dengan kecepatan tetap maka benda
selamanya akan bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya.

2.2. Hukum Newton Kedua


Hukum Newton kedua menyatakan “Setiap benda yang dikenai gaya maka akan
mengalami percepatan yang besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya dan
berbanding terbalik dengan besarnya massa benda.” Secara matematis dapat dituliskan :

F  m.a ..........................................................................................................
(8.2)

Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya.
Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada benda
bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari
pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang
menyebabkannya.

2.3. Hukum Newton Ketiga


Hukum III Newton menyatakan bahwa “Apabila benda pertama mengerjakan
gaya pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada
benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama
(reaksi).” Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :

51
Faksi = -Freaksi ....................................................................................................... (8.3)

Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
a. sama besar
b. berlawanan arah
c. bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
d. tidak saling meniadakan
e. bekerja pada benda yang berbeda

2.4. Sebuah Katrol dengan Beban


Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada gambar 8.1. dibawah ini,
maka berlaku persamaan seperti berikut,

Gambar 8.1. sistem katrol


Bila dianggap M1 = M2 = M
mg
a ......................................................................................... (8.4)
2M  m  I 2
r

Pada saat M1 berada diklem S maka gerak dipercepat dengan persamaan (8.4). Pada
saat melalui lubang A, benda m akan tertinggal dan M 2 lolos melalui lubang A dan menuju
titik B dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2 + m berada dititik C, jika M1
dilepas dari klem maka M2 + m akan turun dari titik C ke B melewati titik A dengan gerak
dipercepat.

52
Gambar 8.2. Skema percobaan Atwood

2.5. Pesawat Atwood


Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk yang menjelaskan hubungan
antara tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat
(massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol seperti gambar 8.2. Benda
yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi
benda yang berat akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena
ada tali dan katrol.

III. Alat dan bahan


2. Pesawat Atwood (terdiri dari tiang berskala yang diatasnya terdapat katrol)
3. Beban M1, M2, dan beban tambahan m1 dan m2
4. Stopwatch 1 buah
5. Neraca Ohauss 1 buah
6. Kertas grafik (milimeter) 1 lembar

IV. Prosedur Praktikum


1. Mengambil alat-alat yang diperlukan.
2. Menimbang dan mencatat M1 dan M2 serta m1 dan m2.
3. Memasang genggaman G, penahan beban B dan penahan beban tambahan A seperti
pada gambar berikut:

53
Gambar 8.3. Percobaan pesawat Atwood

4. Menggantungkan M1 dan M2 pada ujung-ujung tali dan memasangkannya pada


katrol (lihat gambar 8.3). Memasang M1 pada genggaman dan menyelidiki apakah
tiang sejajar dengan tali.
5. Setelah tiang sejajar, menekan S dan menuliskan apa yang terjadi dan memberi
penjelasan.
6. Setelah pesawat bekerja dengan baik, memasang M 1 pada genggaman G, dan
menambahkan m1 dan M2. Mencatat kedudukan C,kedudukan penahan A dan
kedudukan penahan B pada tiang berskala.
7. Melepaskan M1 dari G dengan menekan S. Mencatat tAB, yaitu waktu yang
diperlukan oleh M2 (setelah m1 tersangkut pada A) untuk menempuh jarak XAB
(=AB).
8. Mengganti m1 dengan m2, kemudian melakukan percobaan lankah 7.
9. Mengubah jarak XAB dengan cara mengubah kedudukan B, sedangkan kedudukan
Cdan A tetap dan mengulangi langkah7 dan 8.
10. Mengubah lagi jarak XAB dan ulangi percobaan lagi.
11. Memuat grafik antara XAB terhadap tAB untuk masing-masing beban tambahan m1
dan m2. Bandingkan dengan hukum II Newton.

54
12. Dari grafik tersebut, menghitung kecepatan M2 setelah melalui A untuk masing-
masing beban tambahan.
13. Mengatur kedudukan A, B, C. Sebaiknya CA cukup jauh, sedangkan AB dekat.
Catat kedudukan C dan A, pasang M1 pada G dan tambahkan m1 pada M2.
14. Melepaskan M1 dari G. Catat tCA.
15. Mengganti m1 dengan m2, lakukan lagi seperti tahap sebelumnya.
16. Mengubah jarak XCA dengan mengubah kedudukan G. Catat kedudukan C dan
lakukan lagi seperti tahap sebelumnya.
17. Mengubah jarak XCA sekali lagi, catat kedudukan C dan ulangi tahapan sebelumnya.
18. Membuat grafik antara XCA terhadap tCA2 untuk masing-masing beban tambahan m1
dan m2. Bandingkan dengan hukum Newton.
19. Dari grafik tersebut, menghitung percepatan M2 dengan masing-masing beban
tambahan.
20. Hitung momen inersia katrol dari percobaan, jika M 2 ditambah m1 dan jika M2
ditambah m2

Tabel hasil pengamatan


M1 = ............ kg M2 = ............. kg m1 = ............... kg m2 = ............. kg
R = ......................... m C = ........................ m A = ................... m
Jarak tempuh tAB untuk m1 (s) <tAB> untuk m2 tAB untuk m2 (s) <tAB> untuk m2
(m) (s) (s)
B=
XAB=
B=
XAB=
B=
XAB=

V. Tugas Praktikum

55
1. Apa yang dimaksud momen inersia benda?
2. Apakah benda yang berbeda bentuk tetapi terbuat dari bahan yang sama mempunyai
momen inersia yang sama? Jelaskan?

PERCOBAAN M9

56
USAHA PADA BIDANG MIRING

I. Tujuan Praktikum
1. Menyelidiki gaya-gaya mekanis pada bidang miring
2. Mengetahui hubungan antara kemiringan dengan besar usaha yang dilakukan
II. Dasar Teori
Usaha dilambangkan dengan W (work) dan usaha untuk gaya yang konstan
dirumuskan sebagai:
 
W  F  s  F .s cos  ......................................................................................... (9.1)
Dengan :
 adalah sudut yang dibentuk antara vektor gaya dan vektor perpindahan

s adalah vektor perpindahan

Jika gaya yang bekerja pada benda tidak konstan, maka harus dijumlahkan untuk setiap
bagian perpindahannya dengan gaya, secara matematis dituliskan:
 
W   F  s .................................................................................................... (9.2)
i i

Namun jika perubahanya kontinyu, maka persamaan diatas akan menjadi:


b  
W   F  ds ........................................................................................................ (9.3)
a

Untuk perpindahan dari titik a ke titik b yang melalui lintasan tertentu.

III. Alat dan Bahan

3. Dasar statif 1 buah


4. Kaki statif 2 buah
5. Batang statif pendek 1 buah
6. Batang statif panjang 1 buah
7. Balok penahan 2 buah
8. Pengait beban 1 buah
9. Dinamometer 1,5 N

57
10. Jepit penahan 1 buah
11. Katrol 50 mm 1 buah
12. Steker perangkai 1 buah
13. Beban 10g, 20g, 30g, 40g dan 50g masing-masing 1 buah
14. Mistar 50 cm 2 buah
15. Dinamometer 3 N 1 buah
16. Busur derajat 1 buah

IV. Prosedur Praktikum

1. Persiapkan semua peralatan yang diperlukan dan konsultasikan dengan


Dosen/Asisten/Laboran.

2. Rakit peralatan seperti pada gambar 9.1 berikut:

Gambar 9.1. Rangkaian percobaan

3. Pasang balok penahan pada batang statif

4. Rakit bidang miring pada balok penahan dengan menggunakan jepit penahan pada
ketinggian 10 cm dan ukur sudut pada ujung bidang miring

5. Gabungkan dua katrol kecil dengan menggunakan steker perangkai dan pasangkan
pengait beban diantara kedua katrol tersebut.

6. Tentukan massa kedua katrol + steker perangkai (w=mg), catat hasil pengamatan pada
tabel.

58
7. Kaitkan katrol pada dinamometer dan taruh di atas bidang miring.

8. Amati gaya yang terjadi (FR) pada dinamometer dan catat hasilnya pada tabel.
9. Naikkan jepit penahan pada statif pada ketinggian 15 cm dan 20 cm
10. Kaitkan beban 10 gram pada ujung katrol, kemudian lakukan langkah 4 sampai 9 dan
catat hasilnya kedalam tabel
11. Ulangi langkah 10 untuk beban yang lain
Tabel hasil percobaan
1. Tanpa Beban (hanya Katrol yang menjadi beban)
Tinggi h (m)  (o) w = mg (N) w.h (Joule) FR (N) FR.l (Joule)
0,1
0,15
0,2

2. Dengan Beban (Katrol + beban)


Tinggi h (m)  (o) w = mg (N) w.h (Joule) FR (N) FR.l (Joule)
0,1
0,15
0,2

V. Tugas Praktikum
1. Cari dan gambarkan gaya-gaya apa saja yang bekerja jika sebuah benda diletakkan
diatas bidang miring yang kasar dengan koefisien gesekan ?
2. Dapatkan hubungan antara besar sudut kemiringan bidang dengan besarnya usaha
yang dilakukan untuk memindahkan benda bermassa m dari dasar bidang sampai
ketinggian tertentu?

PERCOBAAN M10
KALORIMETER

59
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan nilai kalori air dengan kalorimeter
2. Menentukan nilai kalor lebur es
3. Menentukan panas jenis berbagai logam dan kaca

II. Dasar Teori


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain.
Di alam ini banyak sekali jenis energi, seperti energi kimia, energi listrik, energi kalor,
energi potensial gravitasi, energi kinetik dan lain-lain. Pada percobaan kali ini akan
dilakukan pengkonversian energi dari energi listrik menjadi energi panas dengan
menggunakan kalorimeter.
Energi listrik dapat diubah menjadi panas dengan cara mengalirkan arus listrik pada
suatu kawat penghantar yang tercelup ke dalam air yang berada dalam kalorimeter. Dalam
peristiwa ini akan akan ditentukan nilai energi kalor. Energi listrik yang dihasilkan oleh
suatu catu daya pada suatu resistor (hambatan) dinyatakan dengan persamaan :
V2
W  V . I .t  I 2 R.t  t  P. t .........................................................................
R
(10.1)
Dimana :
W = energi listrik (Joule)
V = beda potensial listrik (Volt)
I = Kuat arus listrik (Ampere)
R = Hambatan (Ohm)
P = daya listrik (Watt)
t = waktu (sekon)

Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat dinyatakan dengan
persamaan :

60
Q  m.c.T .......................................................................................................
(10.2)
Dimana :
Q = Jumlah kalor yang diperlukan (Joule)
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)
T  Takhir  Tawal = perubahan suhu (K)

Berdasarkan azaz Black bahwa kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima,
maka energi listrik yang dilepaskan akan diterima oleh air dalam kalorimeter dan
kalorimeter itu sendiri, sehingga akan terjadi perubahan panas pada air dan kalorimeter.
Menurut azaz Black: jika dua benda yang temperaturnya berlainan saling disentuhkan,
maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
lebih rendah. Maka pada keadaan setimbang berlaku:

Kalor yang dilepas = Kalor yang diterima


m1 .c1 .T1  m2 .c 2 .T2

m1 .c1 .T1  T f   m 2 .c 2 .T f  T2  .....................................................................................

(10.3)

Dimana:
Tf = Suhu kesetimbangan (suhu akhir campuran)
T1 = Suhu benda 1
T2 = Suhu benda 2
m1 = Massa benda 1
m2 = Massa benda 2
c1 = Kalor jenis benda 1
c2 = Kalor jenis benda 2

61
III. Alat dan Bahan
1. Kalorimeter 2 buah
2. Termometer -10oC – 110oC 1 buah
3. Kabel penghubung merah dan hitam masing-masing 4 buah
4. Catu daya 1 buah
5. Neraca Ohaus 1 buah
6. Beaker glass 2 buah
7. Es batu 1 buah
8. Keping logam berbagai jenis dan ukuran masing-masing 1 buah
9. Kaca 1 buah

IV. Prosedur Praktikum


a. Menentukan nilai kalor air
1. Timbanglah kalorimeter pertama yang masih kosong dan pengaduknya (mk ).
2. Isi dengan air kira-kira ¼ bagian, lalu timbang lagi (mk+a)
3. Catat temperatur kalorimeter (Ta)
4. Hubungkan kalorimeter kedua yang telah diisi air ke catu daya dengan tegangan
masukan 12 volt DC. Didihkan air dalam kalorimeter kedua ini, catat temperatur air
mendidih (Tap)
5. Tambahkan air mendidih ke dalam kalorimeter pertama sampai jumlah air ¾ bagian
6. Aduk – aduk dan perhatikan kenaikan temperaturnya. Catat temperatur pada saat
setimbang (saat temperatur tidak naik lagi) (Tf)
7. Timbang kembali seluruhnya (mk+a+p ) = Mtotal
8. Hitunglah nilai kalor air pada percobaan ini

b. Menentukan kalor lebus es


1. Timbanglah kalorimeter kosong dan pengaduknya (mk ).
2. Isi dengan air kira-kira ¼ bagian, lalu timbang lagi. (mk+a ).
3. Catat temperatur kalorimeter (Ta ).
4. Catat pula temperatur es (Tes ).

62
5. Masukan es secukupnya ke dalam kalorimeter, tutup yang rapat lalu aduk-aduk.
6. Perhatikan penurunan temperatur, catat temperatur setimbang (Ts ).
7. Timbang kembali massa seluruhnya (Mtotal).
8. Ulangi lagi percobaan langkah 1 sampai 7 sebanyak 2 kali.
9. Hitunglah kalor lebur es dan carilah kesalahan literaturnya

c. Menentukan panas jenis logam


1. Timbanglah kalorimeter pertama yang kosong dan pengaduknya (mk ).
2. Isi air kira-kira 1/8 bagian, lalu timbang lagi (mk+a). Catat temperatur kalorimeter
(Ta).
3. Isi kalorimeter kedua dengan air, kemudian hubungkan ke catu daya dengan
tegangan masukan 12 volt DC sampai air mendidih.
4. Masukkan keping-keping logam ke dalam kalorimeter kedua, catat temperatur
keping pada saat temperatur tidak naik lagi (Tl ).
5. Masukkan keping-keping logam panas ini ke dalam kalorimeter pertama, kemudian
aduk-aduk dan catat temperatur kesetimbangan (Ts ).
6. Timbang kembali massa seluruhnya (Mtotal).
7. Hitunglah panas jenis zat padat dan carilah kesalahan literaturnya
8. Ulangi lagi percobaan 1 sampai 7 untuk bahan yang lain.

V. Tugas Praktikum
1. Jelaskan apa bedanya Kalor dengan Suhu?
2. Jelaskan apa pengertian dari : Kalor, Kalor Jenis, Kapasitas Kalor, Kalor Fusi (Laten)
dan Kalor uap?
3. Zat dapat berubah wujud menjadi: Melebur, Membeku, Menguap, Mengembun dan
Menyublim, coba jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah tersebut?
4. Sebanyak 400 g air yang bersuhu 90oC dicampurkan dengan 700 g air yang bersuhu
30oC dan 100 g es yang bersuhu -10 oC. Setelah diaduk-aduk (tanpa ada kalor yang
diserap atau dilepas oleh pengaduk) dan terjadi kesetimbangan, tentukan besarnya suhu
akhir dari campuran tersebut? (cair = 4200 J/kgoC dan ces = 2100 J/kgoC)?

63
5. Tentukan kalor total yang diperlukan untuk mengubah wujud 500 g es yang bersuhu
-20oC menjadi air seluruhnya yang bersuhu 10oC (tidak ada kalor yang diserap atau
dilepas oleh bejana)?

64
Refferensi
Giancoli. D. C. 2001. Fisika. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Giancoli. D. C. 2001. Fisika. Jilid 2. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Halliday & Resnick. 1985. Fisika. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Sutrisno. 1985. Fisika. Jilid 2. ITB. Bandung.
Syakhroni, A., Sarjono, A. W., dan Maknun, M. 2014. Modul Praktikum Fisika Dasar.
Laboratorium Manufaktur. Universitas Islam Sultan Agung. Indonesia.
Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2016. Panduan Praktikum Fisika Dasar 1. Universitas
Sriwijaya. Indralaya. Palembang. Sumatera Selatan.
Tim Pengasuh Mata Kuliah Fisika Dasar. 2013. Modul Praktikum Fisika Dasar. Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar. Universitas Tadulako. Palu. Indonesia.
Tippler. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Young & Freedman. 2002. Sears dan Zemansky. Fisika Universitas. Jilid 2. Edisi
Kesepuluh. Erlangga. Jakarta.

65

Anda mungkin juga menyukai