FISIKA DASAR I
Direvisi oleh:
Nama : ...................................................................................................................
NIM : ................................................. Jurusan : ..................................................
Kelompok : ................................................. Kelas : ..................................................
Teman Kerja : 1. ............................................. NIM ........................................................
2. .............................................. NIM ........................................................
3. .............................................. NIM ........................................................
2. Ayunan Matematis
3. Osilasi Pegas
4. Mesin Atwood
6. Kapasitas Kalorimeter
7. Kalor Jenis
8. Tumbukan
Momentum Linear
9. Gerak Parabola
Semarang,
Dosen Pengampu,
Daftar Isi
Halaman
ii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Tata Tertib
Sebelum Praktikum
Selama Praktikum
6. Praktikan dapat memulai praktikum setelah mengikuti tes pendahuluan dan mendapat
petunjuk serta izin dari asisten yang bersangkutan untuk memasang alat.
7. Selama praktikum berlangsung, praktikan :
o Dilarang meninggalkan ruangan tanpa seijin asisten atau penanggung jawab hari
tersebut.
o Harus dapat menjaga keselamatan diri, alat-alat, kebersihan laboratorium, dan
ketertiban.
o Dilarang menggangu atau membantu kelompok lain.
iii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
o Harus dapat memperoleh data dari hasil melakukan percobaan sendiri. Bila
menyalin data dari pihak lain, maka praktikum hari tersebut dinyatakan gagal
(SANKSI 3, nilai = NOL).
8. Praktikan harus mengganti alat-alat yang rusak atau hilang selama praktikum berlangsung
dengan alat yang sama, sebelum melanjutkan praktikum minggu berikutnya.
Selesai Praktikum
Ketentuan Lain
10. Bagi praktikan yang sakit dapat menunjukkan surat keterangan dari dokter dan orang tua,
paling lambat pada saat melaksanakan praktikum minggu berikutnya. Melampaui batas
waktu tersebut, surat dinyatakan tidak berlaku lagi dan praktikan dinyatakan gagal.
11. Bagi praktikan yang sudah gagal /tidak ikut praktikum sebanyak tiga kali berturut-turut
dinyatakan TIDAK LULUS dan diulang pada semester berikunya.
iv
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. KEHADIRAN
Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 80% dari total jumlah praktikum yang
diberikan. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi maka praktikan dinyatakan tidak lulus.
Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi yang diserahkan ke
dosen pengampu paling lambat satu minggu sejak ketidak hadirannya. Jika tidak dipenuhi
maka dikenakan SANKSI 2.
3. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Mentaati tata tertib yang berlaku di laboratorium Fisika.
Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan Dosen Penanggung Jawab
Praktikum.
Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat praktikum.
4. PENILAIAN
Nilai praktikum ditentukan dari nilai Tugas awal, Test awal, Aktivitas dan Laporan.
- Responsi/UAS (40 %)
Praktikan wajib menyerahkan laporan resmi praktikum sebelumnya apabila akan
mengikuti praktikum berikutnya. Pelanggaran terhadap ketentuan ini mengakibatkan
praktikan tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan praktikum pada jadwal tersebut.
Nilai Akhir Praktikum (AP) dihitung dari rata-rata nilai praktikum, yaitu jumlah nilai
seluruh modul praktikum dibagi jumlah praktikum yang wajib dilaksanakan.
v
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
5. SANKSI NILAI
SANKSI 1 : nilai modul yang bersangkutan dikurangi 10.
SANKSI 2 : nilai modul yang bersangkutan dikurangi 50%.
SANKSI 3 : tidak diperkenankan praktikum sehingga nilai modul yang bersangkutan =
0.
6. SANKSI ADMINISTRASI
Sanksi administrasi diberikan bagi praktikan yang selama praktikum berlangsung
menimbulkan kerugian, misalnya memecahkan/merusakkan alat, dsb.
8. LAIN-LAIN
Praktikum yang tidak dapat dilaksanakan karena hari libur, kegagalan arus listrik PLN,
dan sebagainya, akan diberikan praktikum pengganti setelah seluruh sesi praktikum
selesai.
Tata tertib berperilaku sopan di dalam laboratorium meliputi larangan makan minum,
merokok, menggunakan walkman, handphone, dan sejenisnya. Selama praktikum tidak
diperkenankan menggunakan handphone untuk bertelepon maupun ber-SMS.
Tata tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi :
Mahasiswa: Mengenakan baju (bukan kaos) dan celana yang sopan, serta tidak
menggunakan asesoris dan perhiasan.
Mahasiswi: Mengenakan baju lengan panjang dan rok, semua pakaian tidak ketat dan
tidak transparan serta mengenakan kerudung yang menutup rambut dan dada.
Hal-hal yang belum ditentukan dalam pedoman praktikum ini akan diputuskan kemudian.
vi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Cover depan/halaman pertama Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 adalah sebagai berikut:
Nama Mahasiswa :
NIM :
Semester / Kelas :
Prodi :
Tanggal Percobaan :
Nama Dosen :
Nama Asisten :
Teman Kerja :
vii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Tujuan, alat dan bahan, dan cara kerja dapat dibaca pada panduan praktikum. Landasan
teori dapat dibaca di buku panduan dan buku-buku acuan lain yang sesuai dengan materi
percobaan. Cara kerja harus benar-benar menunjukkan hal-hal yang akan dikerjakan
dalam praktikum. Kalimat perintah dalam buku panduan praktikum harus diganti dengan
kalimat yang tidak menunjukkan perintah. Tugas pendahuluan dapat dilihat pada buku
panduan praktikum dan harus dikerjakan sebelum praktikum yang merupakan bagian dan
penilaian laporan pendahuluan.
Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel. Ralat dan keseksamaan percobaan harus
ditampilkan. Cara penulisan ralat dan pembuatan grafik harus mengikuti ketentuan yang
telah ditetapkan.
Laporan akhir harus diserahkan seminggu setelah praktikum, pada saat praktikum
minggu berikutnya. Pada laporan akhir, dilampirkan laporan sementara praktikum yang
telah ditandatangani asisten dan dosen pembimbing praktikum.
viii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Pendahuluan
1. Teori Ralat
Tujuan mengukur adalah untuk mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil yang akurat.
Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran boleh jadi memberikan angka
ukur yang berbeda, demikian juga jika besaran fisis yang sama diukur oleh orang lain. Jadi,
usaha untuk memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah tercapai, dan yang bisa
dicapai hanyalah memperoleh hasil terbolehjadi betul, dan nilai kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur ( ) maka hasil ukur terboleh jadi betul adalah nilai rerata
pengukuran ( ̅ ), dan kisaran hasil ukur dinamakan ralat pengukuran, yang dinyatakan dengan
( ). Nilai kisaran hasil ukurnya ( ̅ ),mempunyai arti nilai tersebut berada pada rentang
antara minimum, yakni ( ̅ ) sampai dengan maksimum, yakni ( ̅ ). Suatu alat
ukur dikatakan presisi apabila memberikan nilai yang kecil. Setiap alat ukur mempunyai
tingkat kepresisian masing-masing, misalnya alat ukur panjang: micrometer sekrup (0,001
cm), jangka sorong (0,01 cm), dan mistar (0,1 cm). Hasil ukur dikatakan baik apabila
diperoleh ralat relative ( ⁄ ̅ ) yang kecil.
ix
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke dengan nilai ukur rerata dinamakan
deviasi, maka:
̅
x
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Deviasi pada persamaan di atas merupakan penyimpangan terhadap nilai terbaik dari
nilai terukur yang bersangkutan ( ).
Deviasi standar didefinisikan sebagai akar rerata kuadrat deviasinya ( ) atau:
∑ ( ) ∑ ( ̅)
√ √
̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
̅ ̅
Selanjutnya nilai pengukuran ( ) dapat ditulis:
̅
Nilai pengukuran seringkali dinyatakan dengan keseksamaan atau ketelitian, atau
kecermatan, sebesar ̅̅̅̅̅ atau ̅̅̅̅̅
Contoh:
Kita melakukan 10 kali pengukuran panjang sebuah batang, yang hasil
pengukurannya seperti pada table di bawah ini:
Pengukuran Nilai terukur Deviasi Kuadrat Deviasi
ke (cm) ̅ (cm) ( )
1 35,62 0,03 0,0009
2 35,59 0,00 0,0000
3 35,60 0,01 0,0001
4 35,61 0,02 0,0004
5 35,56 -0,03 0,0009
6 35,58 -0,01 0,0001
7 35,57 -0,02 0,0004
8 35,58 -0,01 0,0001
9 35,59 0,00 0,0000
10 35,60 0,01 0,0001
0,0030
∑( )
∑ ∑( )
xi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
∑ ( )
√ √
Dan ketelitian .
̅ ̅ ̅
̅ √( ) ( ) ( )
̅ ̅ ̅
Dimana
̅
( ) merupakan turunan parsial peubah ̅ terhadap peubah ̅ ,
̅
( ) merupakan turunan parsial peubah ̅ terhadap peubah ̅,
̅
( ) merupakan turunan parsial peubah ̅ terhadap peubah ̅,
Contoh:
Sebuah balok yang sisi-sisinya diukur secara langsung, diperoleh hasil pengukuran
sebagai berikut:
Panjang : ( ) cm
Lebar : ( ) cm
Tinggi : ( ) cm
Nilai volume balok:
̅ ̅ ̅ ̅ cm3
Standar deviasi dapat dihitung melalui turunan parsial ̅ terhadap ̅ ̅ ̅ berikut ini:
̅
̅ ̅ ( )( )
̅
xii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
̅
̅ ̅ ( )( )
̅
̅
̅ ̅ ( )( )
̅
Standar deviasi reratanya adalah:
̅ ̅ ̅
̅ √( ) ( ) ( )
̅ ̅ ̅
̅ √( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Dan ketelitian .
2. Metode Grafik
Analisis data dengan metode grafik lebih praktis dan memudahkan pandangan. Akan tetapi,
tidak semua hasil percobaan dapat dianalisis dengan grafik. Kegunaan grafik antara lain:
a. Menolong melalui pandangan (visual aid). Artinya, hanya dengan mengamati bentuk
grafik, pembaca dapat memperoleh banyak informasi, seperti: dapat diketahui di tempat
mana atau saat kapan mulai terdapat perbedaan hasil hitungan dan hasil pengamatan, dan
dapat mengetahui dengan mudah letak benar dan salahnya dalam menganalisis data.
b. Dapat digunakan untuk membandingkan eksperimen dan teori.
c. Dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan empiris antara dua besaran.
d. Dapat digunakan untuk menentukan konstanta atau koefisien dari suatu rumus, dan
membuktikan rumus.
Membuat Grafik
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan grafik adalah sebagai berikut:
a. Pilihlah sumbu x sebagai variable bebas, dan sumbu y sebagai variable terikat.
b. Persamaan yang digunakan harus persamaan linear.
c. Nilai skala baik pada sumbu x maupun sumbu y harus dipilih bulat dan dapat
memberikan kemiringan grafik (slope) pada kisaran antara 30o sampai 60o.
d. Gunakan minimal 10 titik data, setiap titik data ditulis dengan jelas.
e. Ambil skala yang sederhana, missal 1 cm di kertas grafik mewakili 1 satuan (atau 10,
100, 0,1 dst). Jika pilihan ini mengakibatkan lukisan grafik menjadi terlalu besar atau
terlalu kecil, ambil 1 cm mewakili 2 atau 5 unit (atau 10 pangkatnya).
f. Jangan memasang titik-titik pengamatan terlalu dekat satu sama lain, dan jangan pula
terlalu jauh.
xiii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
∆ slope =
Slope =
Kesalahan relatifnya:
∆x =
Ketelitiannya adalah:
xiv
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
PENGUKURAN (1)
1. Tujuan
a. Menguasai metode pengukuran panjang, massa, suhu, kuat arus, beda potensial dan
volume.
b. Menggunakan teori ralat dalam pengukuran.
c. Membandingkan beberapa metode pengukuran massa jenis.
2. Teori
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan besaran fisis dengan besaran fisis sejenis
sebagai standar yang telah disepakati. Tujuan mengukur adalah mengetahui nilai besaran fisis
dengan hasil yang akurat. Jika satu benda diukur berulang maka setiap pengukuran boleh jadi
memberikan angka ukur berbeda, demikian juga besaran fisis yang sama diukur oleh orang
lain, sehingga usaha untuk memperoleh hasil ukur yang benar-benar tepat tidak pernah
tercapai, dan yang bisa dicapai hanya hasil terboleh jadi betul dan nilai kisaran hasil ukur.
Suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat bergantung pada metode dan alat ukur yang
digunakan.
Hasil pengukuran yang baik akan tidak berarti jika pengolahan datanya dikerjakan dengan
cara yang tidak tepat. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang teori ralat dan statistik sangat
dibutuhkan oleh seorang peneliti.
4. Cara Kerja
a. Mengukur Dimensi Benda
1) Ukur panjang, lebar, tinggi, diameter, suhu, kuat arus, beda potensial, dan massa
benda yang tersedia.
2) Pilih alat ukur yang tepat.
1
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
5. Tugas Pendahuluan
1. Berapa skala terkecil dari alat ukur mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup?
2. a) Besaran apa yang diukur secara langsung dengan menimbang?
b) Besaran apa yang mempengaruhi pengukuran dalam menimbang? Sebutkan hukum
yang dipakai dalam pengukuran tersebut!
c) Apa perbedaan antara massa dan berat? Besaran mana yang selalu konstan dan tak
bergantung pada tempat?
3. Jelaskan cara mengukur volume benda dengan gelas ukur!
4. Jelaskan cara mengukur beda potensial dengan menggunakan multimeter!
5. Buatlah rencana table data pengamatan!
2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Pengukuran Panjang
Nama Benda: Nama Benda: Nama Benda:
Alat Ukur : Alat Ukur: Alat Ukur:
Pengukuran Diameter Pengukuran Panjang Pengukuran Panjang
ke (cm) ke (cm) ke (cm)
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
Pengukuran Massa
Nama Benda: Nama Benda: Nama Benda:
Alat Ukur: Alat Ukur: Alat Ukur:
Pengukuran Massa (kg) Pengukuran Massa (kg) Pengukuran Massa (kg)
ke ke ke
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Pengukuran Suhu
Nama Benda: Nama Benda: Nama Benda:
Alat Ukur: Alat Ukur: Alat Ukur:
Pengukuran Suhu (ᵒC) Pengukuran Suhu (ᵒC) Pengukuran Suhu (ᵒC)
ke ke ke
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
Nama Benda:
Alat Ukur:
Pengukuran Kuat Arus Beda Potensial
ke (A) (V)
4
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
5
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
a. Memahami azas ayunan matematis dan gerak harmonis sederhana.
b. Memahami percepatan gravitas bumi.
c. Menentukan percepatan gravitasi bumi di tempat percobaan dilakukan.
2. Teori
Percepatan gravitasi adalah percepatan yang dialami oleh benda karena beratnya sendiri yang
dipengaruhi oleh gaya tarik (gravitasi) bumi. Menurut Newton, dua buah benda yang masing-
masing memiliki massa m dan M serta terpisah pada jarak r akan mengalami gaya tarik-menarik
yang besarnya:
mM
F G
r2
Dengan G = 6,67 × 10-11 Nm-2kg-2 (konstanta gravitasi umum)
Dengan menggunakan hukum II Newton dan jari-jari bumi R, maka percepatan gravitasi di
permukaan bumi (g0) yang massanya M adalah
M
g0 G
R2
sedangkan percepatan gravitasi pada ketinggian h dari permukaan bumi adalah
2
R
g 0 R h
2
g g0
Rh
Benda titik bermassa m digantung dengan seutas tali yang massanya
diabaikan disimpangkan dengan sudut (sangat kecil, < 100), lalu
l
dilepaskan, maka benda akan bergerak bolak-balik melewati titik
kesetimbangannya. Jika semua gesekan diabaikan dan benda bergerak T
melewati lintasan yang sama saat pulang dan pergi, maka gerak s
tersebut disebut gerak harmonik sederhana dengan gaya pemulih mg sin
sebesar mg cos
mg
F mg sin
6
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
l
T 2
g
4. Cara Kerja
a. Tetapkan panjang tali ayunan, yakni jarak antara penjepit tali sampai pangkal beban
sebesar 100 cm, 110 cm, dan 120 cm.
b. Simpangkanlah ayunan dengan sudut simpangan antara 5o sampai 10o, kemudian
lepaskan.
c. Ukurlah waktu untuk minimal 20 kali ayunan, dengan mulai menghidupkan
stopwatch ketika benda melalui titik setimbangnya dan mematikannya setelah melalui
titik setimbang sebanyak 41 kali.
d. Lakukanlah variasi data untuk panjang tali, massa beban, dan simpangan.
5. Tugas Pendahuluan
1. Mengapa pada ayunan matematis harus menggunakan sudut simpangan kecil?
2. Berapa kira-kira batas maksimal sudut simpangan tersebut?
3. Apa yang harus Anda lakukan agar dalam percobaan mudah memperoleh sudut
simpangan yang kecil?
4. Selain percobaan ayunan matematis, percobaan apa saja yang Anda ketahui untuk
menentukan percepatan gravitasi bumi?
5. Dalam menentukan percepatan gravitasi bumi menggunakan ayunan matematis
dengan metode grafik, besaran apa yang dipasang pada sumbu x dan sumbu y?
6. Bagaimana Anda menentukan nilai percepatan gravitasi bumi ( ) berdasarkan grafik
tersebut?
7. Bagaimana Anda menentukan nilai ralat dari dengan menggunakan slope
ketidakpastian?
8. Buatlah table data pengamatan untuk percobaan ini!
7
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Variasi Simpangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
9
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
a. Membuktikan hukum Hooke
b. Menentukan konstanta pegas seri dan paralel
c. Mengetahui hubungan massa dengan periode osilasi
2. Teori
Gerak bolak-balik suatu benda yang menempuh lintasan yang sama dan dalam waktu
yang sama disebut gerak osilasi. Suatu sistem yang bergerak osilasi salah satunya adalah
pegas.pegas dapat berosilasi karena dipengaruhi oleh suatu gaya, yang menurut hukum
Hooke sebagai berikut :
F k.x (1)
dengan: k = konstanta gaya pegas (N/m)
x = perubaan panjangn pegas (m)
F = gaya yang diberikan (N)
Gambar 4.1
Gaya F di atas disebut gaya pemulih pegas, apabila pegas diberikan beban sebesar m,
besarnya adalah F = mg. Bila perubahan panjang pegas dapat diukur dan percepatan
gravitasi dapat ditentukan dari percepatan gravitasi bumi, maka dengan menggantikan harga
F pada persamaan (1) dengan mg, kita dapat menghitung konstanta pegas.
Konstanta pegas juga dapat ditentukan dengan metode osilasi. Bila beban gantung
diberi simpangan dengan amplitudo yang tidak terlalu besar dan dilepaskan, maka pegas
dan beban gantung itu akan berosilasi bersama-sama dengan amplitudo dan frekuensi yang
sama, sehingga pengamatan terhadap getaran pegas itu dapat diganti dengan pengamatan
10
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
terhadap getaran beban gantung, dengan hasil yang sama, dan besarnya periode getarannya
adalah:
m
T 2 atau T 2 4 2 m / k (2)
k
Konstanta pegas dapat dicari dengan persamaan :
4 2 m
k (3)
T2
dengan: T = Periode osilasi
m = massa beban
Dalam percobaan getaran tergandeng ini, pegas yang digunakan lebih dari satu.
Pegas disusun secara seri dan paralel. Untuk pegas disusun seri, konstanta ( ) dihitung
dengan :
1 1 1
...
ks k1 k2
Sedangkan susunan pegas paralel didapatkan nilai konstanta sebagai berikut:
k p k1 k2 ...
4. Cara Kerja
1) Pegas Tunggal
a. Siapkan pegas pada statif.
b. Tentukan massa pemberat, ukur massanya.
c. Letakkan massa pada pegas dan ukur pertambahan panjang setelah diberikan
pemberat, kemudian catat hasilnya.
d. Pegas yang telah digantungkan pemberat diberikan simpangan pada pegas kemudian
lepaskan sampai berosilasi.
e. Catat waktu yang dibutuhkan pegas hingga berosilasi 10 kali getaran.
f. Ulangi langkah c – e dengan massa yang berbeda.
11
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
2) Rangkaian Seri
a. Rangkai pegas secara seri seperti gambar 4.2.
b. Tentukan massa pemberat, ukur massanya.
c. Letakkan massa pada pegas dan ukur pertambahan panjang setelah diberikan
pemberat, kemudian catat hasilnya.
Gambar 4.2
d. Pegas yang telah digantungkan pemberat diberikan simpangan pada pegas kemudian
lepaskan sampai berosilasi.
e. Catat waktu yang dibutuhkan pegas hingga berosilasi 10 kali getaran.
f. Ulangi langkah c – e dengan massa yang berbeda
3) Rangkaian Paralel
a. Rangkai pegas secara paralel seperti gambar 1.3
Gambar 4.3
b. Tentukan massa pemberat, ukur massanya.
c. Letakkan massa pada pegas dan ukur pertambahan panjang setelah diberikan
pemberat, kemudian catat hasilnya.
d. Pegas yang telah digantungkan pemberat diberikan simpangan pada pegas kemudian
lepaskan sampai berosilasi.
e. Catat waktu yang dibutuhkan pegas hingga berosilasi 10 kali getaran.
f. Ulangi langkah c – e dengan massa yang berbeda
12
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
5. Tugas Pendahuluan
1. Bagaimana menurut anda tentang nilai k untuk dua pegas secara seri dan paralel?
2. Cara manakah yang lebih baik untuk menentukan k?
3. Bila percepatan gravitasi tidak diketahui bagaimana anda mendapatkan nilai g dari
percobaan ini?
13
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Pegas Tunggal
No. Massa Panjang Panjang Pertambahan Getaran Waktu Periode
(gram) awal akhir panjang (cm) (kali) (s) (s)
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2. Pegas Seri
No. Massa Panjang Panjang Pertambahan Getaran Waktu Periode
(gram) awal akhir panjang (cm) (kali) (s) (s)
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
14
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
3. Pegas Paralel
No. Massa Panjang Panjang Pertambahan Getaran Waktu Periode
(gram) awal akhir panjang (cm) (kali) (s) (s)
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
15
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
a. Memahami hukum-hukum Newton tentang gerak.
b. Memahami gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
c. Menentukan percepatan benda yang bergerak lurus berubah beraturan (GLBB).
2. Teori
Newton memiliki peran yang sangat besar dalam upaya menjelaskan gerak suatu benda
melalui hukum-hukum tentang gerak. Ada tiga buah hukum yang dinyatakannya, yaitu
hukum I Newton, hukum II Newton, dan hukum III Newton.
Hukum I Newton berbunyi: “Jika sebuah benda atau sistem benda tidak dipengaruhi gaya
luar, maka benda atau sistem benda itu akan selalu berada dalam keadaan keseimbangan”.
Keseimbangan yang dimaksud adalah jika semula benda diam, maka selamanya akan tetap
diam, dan jika benda semula bergerak, maka akan tetap bergerak lurus beraturan (GLB).
Hukum I Newton ini sering diungkapkan dengan persamaan:
F 0
dp
yang diturunkan dari persamaan F dengan adalah momentum linier.
dt
Hukum II Newton berbunyi: “Jika suatu benda atau sistem benda dikerjakan gaya luar,
maka percepatan yang ditimbulkan besarnya berbanding lurus dengan resultan gaya itu dan
searah dengan arah gaya tersebut”. Hukum II Newton ini sering dinyatakan dengan
persamaan:
F ma
Jika kita tinjau gaya-gaya yang bekerja dan gerak yang terjadi pada pesawat Atwood, maka
kita akan dapat membaginya menjadi beberapa bagian, yaitu:
Gerakan dari A ke B
Benda M1 bergerak dipercepat beraturan ke atas dan benda M2 bergerak dipercepat beraturan
ke bawah. Jika gesekan katrol Fg diperhitungkan, maka akan diperoleh nilai percepatan M1
dan M2 sebesar
( M 2 M 1 ) g Fg
a
I
M1 M 2 2
R
16
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
mg Fg
a
I
2M m
R2
dengan M1 = M dan M2 = M + m
Untuk mengukur percepatan diperlukan dua keadaan sistem yaitu keadaan gerak dipercepat
beraturan (GLBB) dari A ke B dan gerak beraturan (GLB) dari B ke C. Jika waktu dari A ke
B adalah dan jarak tempuhnya , maka akan diperoleh hubungan
vB 2asAB dan vB atAB
2
2s AB
sehingga a 2
t AB
mg Fg
Jika dikombinasikan dengan persamaan a , maka akan diperoleh
I
2M m 2
R
1
2
pm q
t AB
g Fg
dengan p dan q
I I
2s AB 2M m 2 2s AB 2M m 2
R R
Gerakan dari B ke C
Jika waktu dari B ke C adalah dan jarak tempuhnya , maka akan diperoleh hubungan
s BC v B t BC atau s BC v B t BC
2 2 2
2
s BC
sehingga a 2
2s AB t BC
Dengan kombinasi persamaan yang ada, maka akan diperoleh persamaan
1
2
Am B
t BC
2s AB g 2S AB F g
dengan A dan B
2 I 2 I
s BC 2M m 2
R s BC 2M m R 2
Bila massa katrol dianggap silinder pejal dengan massa maka momen inersia katrol
adalah:
17
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
4. Cara Kerja
a. Ukurlah massa beban M1 dan M2 serta beban tambahan m.
b. Pasanglah tali pada katrol dan gantungkan beban M1 dan M2 pada ujung-ujung tali.
Perhatikan bahwa apakah dengan kedua beban itu sistem dalam keadaan seimbang.
c. Pasanglah M1 pada klem dan tambahkan beban tambahan m pada beban M2. Catat
kedudukan A (kedudukan M2 dan m), kedudukan penahan B dan penahan C pada skala
tiang.
d. Setelah benar-benar tenang (beban tidak bergerak dan berputar), lepaskan M1 dari klem
dan catat waktu yang diperlukan oleh (m + M2) dari A ke B sebagai tAB dan oleh M2 dari
B ke C sebagai tBC.
e. Ulangi langkah 3 dan 4 untuk beban tambahan m yang lain.
5. Tugas Pendahuluan
1. Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada pesawat Atwood dalam kondisi seimbang
(tanpa beban tambahan m) termasuk gaya-gaya pada katrol!
2. Dua buah benda yang massanya m1 dan m2 dihubungkan dengan seutas tali ringan
melalui dua buah katrol identik, tiap katrol memiliki momen inersia I (lihat gambar).
Buktikan bahwa percepatan tiap benda adalah
(m1 m2 ) g
a
I
m1 m2 2
R2
18
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
3. Jika m1 = 2 kg, m2 = 11 kg, massa katrol M = 2 kg, dan katrol dapat dianggap berbentuk
silinder pejal, hitung:
(a) percepatan yang dialami tiap benda
(b) tegangan tali T1, T2 dan T3
(c) gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem
T2
T1 T3
m1 m2
19
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Massa tali :
Massa katrol :
Jari-jari katrol :
Jarak AB :
Jarak BC :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
20
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
a. Memahami asas kerja viskosimeter bola jatuh.
b. Memahami hubungan gaya gesek yang dialami benda di dalam fluida dengan viskositas
fluida.
c. Menentukan koefisien viskositas suatu fluida dengan menggunakan hukum Stokes.
2. Teori
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai gesekan di bagian dalam suatu fluida. Karena
adanya viskositas, maka untuk menggerakkan satu lapisan fluida di atas lapisan fluida
lainnya harus dikerjakan gaya. Viskositas tidak hanya dimiliki oleh zat cair, tetapi juga oleh
gas. Meski demikian, zat cair biasanya lebih kental (viscous) daripada gas.
F/A dv
atau F A
dv / dl dl
Ketika benda bergerak di dalam fluida, maka selama itu pula benda akan mengalami
hambatan yang disebabkan oleh kekentalan fluida. Makin kental suatu fluida, maka makin
besar hambatan yang dialami benda. Hambatan ini dikenal dengan gaya gesekan oleh fluida.
Selain dipengaruhi oleh kekentalan fluida, besarnya gaya gesekan yang dialami oleh benda
juga dipengaruhi oleh bentuk benda itu sendiri; kubus, balok, atau bola. Khusus untuk benda
berbentuk bola, Stokes telah merumuskan besar gaya gesekan oleh fluida,
Fs 6rvmaks
= koefisien viskositas
r = jari-jari bola
21
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Bola yang dijatuhkan ke dalam fluida mula-mula akan bergerak dipercepat, dan suatu saat
akan mencapai kecepatan terminal karena adanya gaya gesekan oleh fluida. Pada saat
mencapai kecepatan terminal inilah bola mengalami keseimbangan karena percepatannya
nol. Selama kondisi itu, terdapat tiga gaya yang bekerja, yaitu:
4
a. gaya berat bola w mg bVg b r 3 g
3
4 3
b. gaya Archimedes FA f Vg f r g
3
c. gaya Stokes Fs 6rvmaks
Karena gaya berat bola berlawanan arah dengan gaya Archimedes dan gaya Stokes, maka
dari ketiga gaya tersebut akan diperoleh persamaan koefisien viskositas:
2 gr 2 ( b f )
9vmaks
Atau
( )
( )
d. Saringan bertangkai
e. Stopwatch
s
f. Tabung gelas panjang dilengkapi pembatas
w
g. Tiga buah bola kecil ringan
h. Gliserin dan pelumas
4. Cara Kerja
a. Siapkan beberapa buah bola materi (ebonit/plastik) dengan ukuran berbeda-beda,
kemudian ukurlah diameter masing-masing dan hitung volumenya.
b. Timbang bola-bola tersebut dengan neraca.
22
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
c. Siapkan zat cair yang akan ditentukan koefisien viskositasnya (gliserin, oli, atau
minyak) dan ukurlah rapat massanya dengan piknometer.
d. Masukkan zat cair tersebut ke dalam tabung viskositas hingga terisi hampir penuh,
kemudian berilah tanda batas, satu di bagian atas dan satunya lagi di bagian bawah
tabung. Untuk pembatas ini bisa digunakan karet yang dilingkarkan pada tabung.
e. Ukurlah jarak antara kedua pembatas tersebut sebagai jarak yang ditempuh oleh bola
saat jatuh di dalam zat cair.
f. Periksa kondisi tabung dan zat cair dengan baik. Jangan lupa saringan bola harus sudah
berada di dalam tabung.
g. Lepaskan bola-bola tersebut satu demi satu dari permukaan zat cair. Usahakan agar zat
cair dalam keadaan tenang. Ukurlah waktu yang ditempuh bola saat menempuh jarak
dua pembatas tadi.
h. Ukurlah suhu zat cair sesaat sebelum dan sesudah percobaan.
i. Lakukan langkah-langkah di atas sebanyak 8 kali untuk masing-masing bola.
j. Dengan cara yang sama, lakukan percobaan dengan mengubah jarak dua pembatas.
Usahakan untuk mengubah pembatas bagian bawah saja.
k. Lakukan langkah j sebanyak 8 kali untuk satu bola saja.
5. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang Anda ketahui tentang koefisien kekentalan fluida?
2. Gaya-gaya apa saja yang muncul pada saat bola dijatuhkan di dalam zat cair?
3. Turunkan persamaan untuk menentukan koefisien viskositas fluida! (petunjuk: gunakan
gaya-gaya yang bekerja saat benda mencapai keadaan seimbang)
4. Mengapa syarat penerapan hukum Stokes salah satunya aliran harus bersifat laminer?
23
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
24
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
a. Memahami azas Black.
b. Menentukan kapasitas kalor kalorimeter.
2. Teori
Jika suatu zat menerima atau melepas kalor maka temperature zat tersebut dapat mengalami
perubahan. Zat akan menyerap kalor ketika suhunya naik dan akan melepas kalor ketika
suhunya turun. Banyaknya kalor yang diserap atau dilepas suatu zat besarnya:
Berbanding lurus dengan massa zat
Berbanding lurus dengan perubahan suhu
Bergantung pada jenis zat
Secara matematis dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan:
25
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
c. Neraca teknis
d. Gelas kimia 200mL
e. Hot plate
f. Bunsen
g. Kaki tiga
4. Cara Kerja
a. Ukur suhu kalorimeter pada suhu ruang.
b. Timbang kalorimeter kosong (bejana dalam), isi air dingin secukupnya, dan timbang
lagi.
c. Ukur suhu air dingin pada suhu ruang.
d. Timbang gelas ukur kosong, isi air secukupnya dan timbang lagi.
e. Panaskan air dalam gelas ukur sampai mendidih dan ukur suhunya. Masukkan air
mendidih ke dalam kalorimeter yang telah berisi air dingin dan aduk-aduk sampai terjadi
kesetimbangan termal. Amati perubahan temperaturnya, jangan lupa catat temperatur
final campuran tersebut.
f. Lakukan kegiatan a – d untuk massa air berbeda.
g. Tentukan kapasitas kalorimeternya.
5. Tugas Pendahuluan
1. Ungkapkan azas Black dengan kalimat Anda sendiri!
2. Mengapa suhu ruangan pada saat percobaan harus dicatat?
3. Mengapa calorimeter berisi air beserta pengaduknya harus didinginkan terlebih dahulu?
4. Berikan definisi tentang: (a) kalor jenis zat, (b) kalor laten penguapan, (c) kalor laten
peleburan, dan (d) kapasitas kalor!
5. Apa yang dimaksud keadaan setimbang thermal?
26
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
No. Massa Massa air Massa air Suhu air Suhu air Suhu
kalorimeter dingin (kg) panas (kg) dingin (oC) panas (oC) campuran
berisi air (oC)
(kg)
1.
2.
3.
4.
5.
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
27
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan.
a. Menentukan kalor jenis bahan padat menggunakan kalorimeter.
2. Teori
Jika suatu zat menerima atau melepas kalor maka temperature zat tersebut dapat mengalami
perubahan. Zat akan menyerap kalor ketika suhunya naik dan akan melepas kalor ketika
suhunya turun. Banyaknya kalor yang diserap atau dilepas suatu zat besarnya:
Berbanding lurus dengan massa zat
Berbanding lurus dengan perubahan suhu
Bergantung pada jenis zat
Secara matematis dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan:
28
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara logam dengan air beserta kalorimeter dan
pengaduknya, akan berlaku azas Black, yaitu:
4. Cara Kerja
a. Ukur suhu kalorimeter kosong pada suhu ruang.
b. Timbang kalorimeter kosong (bejana dalam), isi air secukupnya (hingga logam yang
akan dicampurkan dapat tercelup seluruhnya), dan timbang lagi.
c. Ukur suhu air dingin pada suhu ruang.
d. Timbang logam yang akan ditentukan kalor jenisnya, masukkan ke dalam air mendidih
sampai logam memanas.
e. Ukur suhu logam sesaat sebelum dimasukkan ke kalorimeter.
f. Masukkan logam panas dengan segera ke dalam kalorimeter dan aduk-aduk sampai
terjadi kesetimbangan thermal. Amati perubahan temperaturnya, jangan lupa catat
temperatur final campuran tersebut.
g. Lakukan kegiatan a – c untuk logam yang jenisnya sama tetapi massa logam atau massa
air berbeda.
h. Lakukan kegiatan a – c untuk logam lain yang jenisnya berbeda.
i. Tentukan kalor jenis logam.
29
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Suhu ruangan :
No. Massa logam (kg) Massa Massa air Suhu logam Suhu air Suhu
kalorimeter dingin (kg) (oC) dingin (oC) campuran
berisi air (oC)
(kg)
1.
2.
3.
4.
5.
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
30
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
Memverifikasi hukum kekekalan momentum linear pada tumbukan.
2. Teori
Telah jelas bahwa menghentikan sebuah truk sarat pasir lebih berat dibandingkan dengan
menghentikan sebuah sepeda motor yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Maka dapat
dikatakan bahwa truk itu memiliki momentum linear yang lebih besar dibandingkan dengan
sepeda motor. Momentum linear partikel adalah besaran vektor ⃗ yang didefinisikan sebagai
⃗ = m⃗ (momentum linear dari sebuah partikel)
dengan adalah massa partikel dan ⃗ adalah kecepatannya. Kata sifat linear sering
diabaikan, tetapi berfungsi untuk membedakan dari momentum sudut yang berhubungan
dengan gerak rotasi. Selanjutnya, momentum linear disebut momentum saja. Karena m
adalah besaran skalar yang selalu positif, maka p dan ⃗ mempunyai arah yang sama. Unit SI
untuk momentum adalah kilogram-meter per detik (kg.m/s).
Menurut hukum kekekalan momentum, dalam sebuah tumbukan antara dua benda dalam
sebuah sistem, jumlah momentum sebelum tumbukan adalah sama dengan jumlah
momentum setelah tumbukan. Secara matematis ungkapan ini dapat ditulis menjadi:
Dengan dan adalah massa benda A dan B yang bertumbukan, dan adalah
kecepatan benda A dan B sebelum tumbukan. Sedangkan dan adalah kecepatan benda
A dan B setelah tumbukan.
31
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
4. Cara Kerja
a. Susunlah rangkaian alat praktikum tumbukan momentum linear seperti pada gambar
berikut.
b. Ukur massa setiap kereta dinamika. Catat hasil pengukuran pada table.
c. Berlatihlah beberapa kali memberikan dorongan singkat kepada kereta dinamika 1
sedemikian rupa sehingga kereta memiliki kecepatan yang cukup untuk menumbuk tetapi
tidak terlempar keluar rel.
d. Posisikan kereta dinamika 1 di ujung rel dan kereta dinamika 2 di tengah-tengah rel.
e. Hidupkan kedua DRD (Distance Recorder Device) dengan menghubungkan ke arus
listrik dan menekan saklar power.
f. Tekan tombol START pada kedua DRD secara bersamaan lalu berikan dorongan
terhadap kereta dinamika 1 sehingga menumbuk kereta dinamika 2 yang diam (setelah
menekan tombol START, segeralah memberikan dorongan pada kereta dinamika. DRD
hanya akan menyimpan data jarak setiap 0,2 detik selama 4 detik setelah tombol START
ditekan).
g. Setelah DRD selesai merekam jarak kemudian tekan tombol SHOW untuk menampilkan
data jarak yang telah diambil.
h. Tekan tombol DOWN/UP untuk melihat data jarak yang telah diambil pada LCD.
Masukkan data jarak ke-1 sampai dengan jarak ke-20 dalam tabel berikut:
Waktu (sekon) Jarak Kereta Dinamika 1 Jarak Kereta Dinamika 2
(mm) (mm)
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0 …dst
i. Tekan tombol EXIT pada DRD.
32
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
j. Hitunglah kecepatan sesaat sebelum dan sesaat sesudah tumbukan dari setiap kereta
dinamika dan masukkan hasilnya ke dalam tabel.
k. Tambahkan 1 buah beban bercelah ke kereta dinamika 1. Ulangi langkah 2 sampai
dengan langkah 10.
l. Variasikan tumbukan dengan keadaan berikut:
m1 = m2 dan v1 > v2
m1 = m2 dan v1 < v2
m1 > m2 dan v1 > v2
m1 > m2 dan v1 < v2
m1 < m2 dan v1 > v2
m1 > m2 dan v1 < v2
m. Lengkapi tabel dengan data yang didapatkan.
5. Tugas Pendahuluan
1. Bagaimana jumlah momentum kereta dinamika sebelum dan sesudah tumbukan? Sama
besar/hampir sama/sangat berbeda? Jelaskan!
2. Jika kesalahan hasil percobaan sampai 10%, dapatkah dikatakan bahwa hukum
kelestarian momentum terverifikasi oleh percobaan ini?
33
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
34
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1. Tujuan
a. Memahami gerak parabola.
b. Menentukan kecepatan awal pada gerak parabola.
c. Menentukan tinggi maksimum gerak parabola.
2. Teori
Ketika orang melempar benda dari permukaan Bumi, bagaimanapun caranya, sebenarnya
benda tersebut mengalami gerak elips. Artinya lintasan benda tersebut sebenarnya
merupakan bagian dari lintasan elips. Namun, apabila wilayah yang dilalui oleh benda itu di
dalam gerakan tidak begitu luas maka bolehlah dilakukan penyederhanaan yakni medan
gravitasi di sekitar permukaan Bumi dianggap seragam dan mengarah vertikal kebawah.
Alhasil lintasan benda yang dilemparkan merupakan bagian dari parabola, sehingga seolah-
olah benda yang dilemparkan mengalami gerak parabola. Sebagai contoh gerakan peluru
yang ditembakkan dari meriam. Oleh karena itu gerak parabola juga disebut gerak peluru.
Sesungguhnya gerak peluru ini dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya adalah hambatan
udara dan variasi percepatan gravitasi. Akan tetapi diasumsikan gerak parabola yang akan
dibahas mengabaikan hambatan udara dan menganggap nilai percepatan gravitasi konstan
sebesar g = 9,8 m/s2.
Sekarang kita mulai membahas gerak peluru secara detail. Peluru yang ditembakkan
dengan kecepatan awal membentuk sudut elevasi tertentu terhadap sumbu datar akan
mengambil lintasan berbentuk elips. Pada saat ditembakkan, peluru memiliki dua
komponen kecepatan. Komponen kecepatan arah horisontal dan arah vertikal adalah
Lintasan gerak peluru selalu melengkung ke bawah akibat adanya percepatan gravitasi
bumi. Salah satu yang khas dari gerak peluru adalah komponen kecepatan arah horizontal
selalu tetap selama peluru bergerak. Tetapi komponen kecepatan arah vertikal selalu
berubah-ubah. Mula-mula makin kecil dan saat di puncak lintasan, komponen kecepatan
arah vertikal nol. Kemudian komponen kecepatan membesar kembali namun arahnya
berlawanan (arah ke bawah).
Perbedaan sifat gerakan tersebut karena dalam arah vertikal ada percepatan gravitasi yang
berarah ke bawah sedangkan dalam arah horizontal tidak ada percepatan. Jika kita ambil
arah ke kanan sejajar dengan sumbu x positif dan arah ke atas sejajar dengan sumbu y positif
35
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
maka komponen kecepatan gerak peluru dalam arah sumbu x (horisontal) dan sumbu y
(vertikal) adalah
Kita definisikan jarak tempuh sebagai jarak horizontal dari titik penembakan benda
ke titik jatuh peluru di tanah (asumsi titik penembakan dan titik jatuh berada pada bidang
datar). Maka jarak tempuhnya adalah
4. Cara Kerja
a. Siapkan kit gerak parabola.
b. Ukurlah ketinggian pistol dari dasar lantai untuk menemukan y0. Gunakan meteran untuk
mengukurnya.
c. Ukurlah sudut elevasi dengan berpatokan di laras pistol tersebut dengan sudut yang telah
ditentukan (30, 45, 60) dengan menggunakan busur.
d. Siapkan stopwatch untuk mulai menghitung waktu terjauh disaat pistol ditembakkan dan
mulai memberhentikan hitungan waktu disaat peluru sudah menyentuh lantai.
e. Setelah itu, tembakkanlah pistol itu sehingga pelurunya mengalami gerak parabola.
Amati tempat peluru itu jatuh.
f. Lalu gunakan meteran untuk mengukur X terjauh jarak antara tempat sebuah pistol
ditembakkan dengan peluru yang sudah jatuh.
g. Setelah semua data yang diperlukan sudah dicatat, hitunglah kecepatan awal dan tinggi
maksimum pada gerak parabola tersebut.
36
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Semarang,
Dosen/Asisten, Mahasiswa Praktikan,
……………………………… ………………………………
NIP. NIM.
37
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I
DAFTAR PUSTAKA
Agus Yulianto. 1997. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I, Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA
IKIP Semarang: Semarang.
Hadi Susanto. 2003. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I, Laboratorium Fisika Dasar
Jurusan Fisika FMIPA UNNES: Semarang.
Tim Dosen Fisika Dasar 1. 2007. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar 1 untuk Mahasiswa
Jurusan Fisika, Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Unnes: Semarang.
M. Rasyid, Farhani dkk. 2015. Fisika Dasar, Jilid 1: Mekanika. Periuk: Yogyakarta.
38