KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam semesta dalam suatu
keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami diberikan kekuatan dan kesempatan
menyelesaikan Penuntun Praktikum Fisika Dasar yang terlaksana dengan baik. Salawat dan Salam
senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang di utus ke permukaan bumi ini
menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini.
Penuntun praktikum ini memuat ada 7 percobaan yang menggambarkan mata kuliah Fisika
Dasar. Adapun judul-judul praktikum yakni Dasar Pengukuran, vektor dan momen gaya, gaya
gesek, Perbandingan Massa Jenis Zat Cair, Prinsip Archimedes, Hukum Utama Hidrostatika,
Kalorimeter, dan Osilasi.
Kami menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan Penuntun ini tidak lepas dari tantangan dan
hambatan. Namun berkat kerja keras dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun tidak
langsung yang memperlancar jalannnya penyusunan penuntun ini. Olehnya itu, secara mendalam
kami menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga
Penyusun dapat menyelesaikan modul ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya kepada Allah SWT
jualah kami menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapat curahan rahmat dan ridho dari-
Nya, Amin.
Penyusun
PENDAHULUAN
a. Tujuan percobaan Fisika Dasar di Laboratorium membantu:
Membandingkan teori dan praktek agar materi yang diberikan di kuliah lebih dihayati dan
dipahami
Mengecek kebenaran hukum fisika dan melihat secara visual beberapa peristiwa dalam
kejadian sebenarnya.
Memperoleh kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam memakai dan mengerti
kegunaan peralatan laboratorium.
Mampu menganalisis, membuat hipotesis ataupun kesimpulan dari data yang diperoleh dari
hasil percobaan.
b. Langkah-langkah Percobaan
1. Persiapan (responsi), dengan memperhatikan tujuan khusus percobaan, memahami teori
secara komprehensif dan besaran-besaran fisika yang berhubungan dengan percobaan, fungsi
alat-alat serta jalannya percobaan serta teori yang terkait dengan percobaan.
2. Percobaan, dengan memperhatikan kondisi lingkungan, melakukan pengukuran berulang,
mencatat semua data yang dilakukan termasuk skala terkecil
3. Analisis, mengecek konsistensi data, membuat hubungan dalam grafik dan melakukan
perhitungan secara benar.
4. Penulisan laporan
TATA TERTIB (HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN)
a. DI RUMAH/SEBELUM PRAKTIKUM:
1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai. Praktikan yang terlambat 10 menit
tidak diperkenankan mengikuti praktikum
2. Pelajari baik-baik modul yang anda akan kerjakan di laboratorium
3. Pada saat akan berangkat praktikum jangan lupa membawa kartu praktikum (kartu kontrol)
dan tanda pengenal mahasiswa (name tag)
4. Di dalam Laboratorium praktikan harus tenang, tertib, sopan, berpakaian rapi memakai kemeja
atau baju kaos berkerah, tidak memakai sandal dan wajib memakai tanda pengenal (name tag).
Dilarang makan, minum atau merokok di dalam Laboratorium.
5. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum bila tidak memenuhi syarat-syarat:
c. SELESAI PRAKTIKUM.
Setelah praktikum selesai, sebelum meninggalkan laboratorium , praktikan harus:
1. Meminta tanda tangan pada kartu kontrol
2. Selesai praktikum, praktikan diharuskan membuat jurnal (laporan sementara).
3. Laporan dapat dibawa pulang ke rumah untuk diselesaikan dalam waktu maksimal 1 minggu.
4. Membersihkan meja dan membuang sampah yang ada.
d. KETENTUAN LAIN
1. Bagi praktikan yang tidak hadir, dapat melakukan praktikum susulan dengan memperlihatkan
surat keterangan. Mengenai prosedur pengulangan dapat berhubungan dengan koordinator
ataupun kepala / pengelola laboratorium.
2. Praktikan yang gagal atau absen sebanyak 2 kali (untuk jumlah praktikum sebanyak 8 kali)
dalam satu semester dinyatakan tidak lulus praktikum, namum tetap dibolehkan mengikuti
praktikum sampai selesai.
3. Praktikan harus mengganti alat yang rusak atau hilang selama praktikum berlangsung dengan
alat yang sama sebelum mengikuti praktikum berikutnya.
4. Besarnya penilaian praktikum adalah
Tugas pendahuluan ……………. 15%
Keterampilan …………………… 30%
Analisis Data …………………….25 %
Laporan Akhir ………………… .30%
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................ i
KATA PENGANTAR ........................ ii
PEDOMAN PRAKTIKUM ........................ iii
DAFTAR ISI ........................ v
PERCOBAAN I : DASAR PENGUKURAN ........................ 1
PERCOBAAN II : VEKTOR DAN MOMEN GAYA ........................ 14
PERCOBAAN III : GAYA GESEK ........................ 19
PERCOBAAN IV : JARAK FOKUS LENSA ........................ 23
PERCOBAAN V : PEMANTULAN DAN PEMBIASAN ........................ 28
PERCOBAAN VI : RANGKAIAN SERI PARALEL ........................ 30
PERCOBAAN VII : OSILASI ........................ 36
PERCOBAAN VIII : TANGKI RIAK ........................ 41
PERCOBAAN IX : HUKUM STOKE ........................ 47
DAFTAR PUSTAKA ........................ 52
PERCOBAAN 1
DASAR PENGUKURAN
A. Tujuan Percobaan
Yang menjadi tujuan percobaan dalam percobaan alat ukur dasar adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara menentukan NST (Nilai Skala Terkecil) dari alat ukur.
2. Untuk mengetahui fungsi dari alat ukur dasar.
3. Mampu menggunakan alat ukur dasar dengan tepat.
4. Memahami hasil pengukuran dari sebuah alat ukur dasar
5. Mampu Menggunakan termometer laboratorium sebagai alat ukur besaran suhu.
6. Mampu Menggunakan Mistar, Jangka sorong, dan Micrometer sekrup sebagai alat ukur besaran
panjang
7. Mampu Menggunakan Stopwach sebagai alat ukur besaran waktu.
8. Mampu Menggunakan Neraca Ohauss sebagai alat ukur besaran Massa.
9. Mampu Menggunakan Basic meter sebagai alat ukur besaran listrik.
B. Kajian Teori
1. Pengukuran
Mengukur adalah membandingkan nilai besaran dengan nilai besaran sejenis yang
digunakan sebagai satuan. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Satuan adalah sesuatu
yang berfungsi sebagai pembanding pada suatu besaran. Atau satuan adalah cara
menuliskan/menyatakan nilai suatu besaran.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya sudah didefinisikan terlebih dahulu. Dalam
Sistem Internasional (SI) terdapat 7 besaran pokok, Yaitu; Besaran panjang (l) satuannya meter
(m), massa (m) satuannya (kg), waktu (t) satuannya (s), Suhu (T) satuannya (K), Intensitas Cahaya
satuan
nya Candella (c).
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok. Dapat
dilihat dari satuannya. Apabila bukan dari ke-7 besaran pokok maka termasuk besaran turunan.
Misalnya Kecepatan, Usaha, luas, volume, percepatan, dan lain-lain.
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur dan Setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil
(NST). Pada umumnya alat-alat ukur memiliki skala. Pada skala terdapat goresan besar dan kecil.
Goresan besar dibubuhi angka sedangkan goresan kecil tidak dibubuhiangka. Jadi tiap alat ukur
memiliki NST yaitu nilai dari jarak antara dua goresan terdekat.
1 LABORATORIUM FISIKA DASAR 2019
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2. Ketidakpastian pengukuran
Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:
a. Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang
menyertai saat pengukuran. Bila sumber ketidakpastian adalah alat ukur, maka setiap alat
ukur tersebut digunakan akan memproduksi ketidakpastian yang sama. Yang termasuk
ketidakpastian sistematik antara lain:
Ketidakpastian Alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat tidak tepat,
sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, kuat
arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnya 1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan
suatu Ampermeter tertentu selalu terbaca 1,2 A. Untuk mengatasi ketidakpastian alat,
harus dilakukan kalibrasi setiap alat tersebut dipergunakan.
Kesalahan Titik Nol
Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian sistematik.
Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Pada sebagian besar alat umumnya
sudah dilengkapi dengan skrup pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal tetap tidak
tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih kesalahan
tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
Waktu Respon Yang Tidak Tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data)
tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data
yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar
suatu beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang
waktu yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol
stopwatch saat kejadian berlangsung.
Kondisi Yang Tidak Sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian
yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat dilakukan penyolderan, atau
mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang
diperoleh tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang
diukur maupun alat pengukurnya.
b. Ketidakpastian Random
Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan
secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut umumnya merupakan
perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan atau pengontrolannya di luar
kemampuan kita. Misalnya:
Fluktuasi pada besaran listrik. Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus
menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi.
Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik,
Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan
ketidakpastian karena gangguan getaran landasannya,
Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran
alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown),
sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer dan
melahirkan ketidakpastian pengukuran.
c. Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari
kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya: metode
pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks), salah dalam membaca skala, dan pengaturan
atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat.
3. Alat ukur dasar
a. Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang memilki bentuk seperti gambar dibawah
ini, yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi dalam, luar dan kedalaman benda uji.
Jangka sorong dapat meningkatkan akurasi pengukuran hingga 1/20 mm karena memilikiskala
1 mm = 20 skala nonius.
X5
X3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 c
X2 X6
X1 1
0 5
X4
Gambar. 1 : Jangkasorong
Ada tiga fungsi pengukuran panjang yang memiliki jangka sorong, yaitu :
1. Pengukuran panjang bagian luar benda.
2. Pengukuran panjang bagian rongga dalam benda.
3. Pengukuran kedalaman lubang dalam benda
b. Mikrometerskrup.
Mikrometer skrup dipergunakan untuk mengukur panjang benda yang memiliki ukuran
maksimum sekitar 2,50 cm, dan bentuk mikrometerskrup di tunjukkan pada gambar
5
0 1 2 3 4 0
4
4
3
Gambar. 2 MikrometerSekrup
Benda yang diukur panjangnya dijepitan tara bagia A dan B. Untuk menggerakkan bagian B,
anda harus memutar skrup bagian C.
c. Spherometer
Seperti halnya dengan mikrometer, maka spherometer juga mempunyai dua bagian skala yaitu
skala vertikal (SV) sebagai skala utama dan skala horizontal (SH) sebagai skala
noniusnya. Cara menentukan NST-nya sama dengan mikrometer dan mistar geser. Pada
umumnya NST skala vertikal = 1 mm dan jumlah skala horizontalnya = 100 skala.
1
Jadi NST alat = (1 mm) = 0,01 mm
100
Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan membaca penunjukan skala horizontal terhadap
skala vertikal dan penunjukan skala vertikal terhadap skala horizontal.
c. Neraca Ohauss
Setiap benda tersusun dari materi. Jumlah materi yang terkandung dalam masing-
masing benda disebut massa benda. Massa diukur dengan neraca ohauss, dan berat diukur
dengan neraca pegas. Neraca ohauss dan neraca pegas termasuk jenis neraca mekanik.
Neraca ohauss terdiri dari 3 jenis yaitu masing-masing Ohauss 310 gram, 311 gram, dan
2610 gram. Cara menentukan hasil pengukuran dari neraca ohauss 311 dan 2610 gram sama
saja yaitu dengan menjumlahkan penunjukan masing-masing lengannya. Oleh karena itu
sebelum menggunakannya, terlebih dahulu ditentukan NST masing-masing lengannya.
Neraca Ohauss 310 gram adalah neraca yang berlengan dua dan dilengkapi dengan skala
berputar sebagai skala nonius. Oleh karena itu neraca ini jauh lebih teliti dari neraca 2610 dan
311 gram. Cara menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan pengukuran
masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius. Cara menentukan NST-nya
sama dengan mistar geser dan mikrometer.
d. Stopwatch
Alat ini terdiri dari dua bagian skala yaitu skala detik (pada lingkaran luar) dan skala menit
pada lingkaran dalam. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan menekan tombol. Penekanan
pertama jalan, penekanan kedua berhenti dan penekanan ketiga kembaliketitik nol. Cara
menentukan hasil pengukurannya ialah dengan membaca penunjukan jarum menit dan jarum
detiknya kemudian dijumlahkan sebelum menggunakannya hitunglah NST skala menit dan
detiknya.
e. Basic meter
Basic meter dapat digunakan untuk mengukur kuat arus dan beda potensial (tegangan).
Untuk mengukur kuat arus maka pada basic meter harus dipasang shunt dan jika digunakan
untuk mengukur tegangan maka pada basic meter harus dipasangi multiplier. Sebelum
menggunakan alat ini maka pertama-tama usahakan agar jarumnya tepat menunjuk angka
nol, dengan memutar sekrup pada bagian atas alat, dengan demikian alat tidak mempunyai
kesalahan titik nol, kemudian NST-nya ditentukan dengan cara membagi batas ukur tertinggi
dari multiplier dan shunt yang digunakan dengan banyaknya skala kecil pada basic meter.
E. Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan pengukuran dalam percobaan alat ukur dasar diperoleh data sebagai
berikut :
1) Hasil Pengamatan
a. Pengukuran Besaran suhu
Tabel 1.1 : Pengukuran Besaran Suhu dengan Termometer (Pengukuran Tunggal)
NST Termometer =...........(oC)
Penunjukan Hasil pengukuran Penunjukan Hasil pengukuran
Alat Ukur skala temperatur air dingin skala temperatur air panas
(skala) (oC) (skala) (oC)
Termometer ......... ............ ......... ............
SU = .......skala
Jangka Sorong .................mm .................mm
SN = ........kala
Tabel 1.4 : Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Pengukuran Berulang)
NST Jangka sorong =...........mm. KTN Jangka sorong =...........mm
Hasil pengukuran Hasil pengukuran
Alat Ukur Penunjukan skala
diameter tabung kedalaman tabung
2. SU = ......skala
.................mm .................mm
SN = ......skala
Jangka Sorong
3. SU = ......skala
SN = .....skala .................mm .................mm
SU = .......... skala
Spherometer .................mm
SN = .......... skala
1. SU = .........skala .................mm
SN = .........skala
2. SU = .........skala
.................mm
SN = .........skala
Spherometer
3. SU = .........skala
SN = .........skala .................mm
Tabel 1.7 : Pengukuran Besaran Panjang dengan Mikrometer Sekrup (Pengukuran Tunggal)
NST Mikrometer sekrup =...........mm. KTN Mikrometer sekrup =...........mm
Alat Ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran tebal plat
SM = ....... skala
Mikrometer sekrup .................mm
SP = ........ skala
Tabel 1.8 : Pengukuran Besaran Panjang Dengan Mikrometer Sekrup (Pengukuran Berulang)
NST Mikrometer sekrup =...........mm. KTN Mikrometer sekrup =...........mm
Alat Ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran tebal plat
2. SM = ..... skala
.................mm
Mikrometer sekrup SP = ..... skala
3. SM = ..... skala
SP = ..... skala .................mm
Hasil pengukuran
Alat Ukur Penunjukan skala tiap lengan
massa anak timbangan
F. Tugas Pendahuluan
1. Uraikan secara singat apa yang dimaksud :
a. Pegukuran d. Kesalahan kalibrasi g. Skala nonius
b. NST e. Kesalahan titik nol h. Ketidak pastian acak
c. Skala utama f. Pengukuran berganda i. Pengukuran tunggal
2. Bagaimana cara menentukan NST suatu alat dengan menggunakan skala nonius dan tanpa
skala nonius?
3. Jelaskan mengapa hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian? Tuliskan sumber-
sumber ketidakpastian dari suatu pengukuran!
4. Gambarkan masing-masing lengkap alat ukur dasar dan bagian-bagian dari alat ukur tersebut!
PERCOBAAN II
VEKTOR DAN MOMEN GAYA
A. Tujuan Percobaan
Menentukan Jumlah resultan gaya dua vektor.
Mampu menggambarkan arah-arah gaya pada percobaan vektor dan momen gaya
Mampu menerapkan konsep torsi secara tepat.
B. Kajian Teori
1. Vektor
Ada kalanya suatu benda dikenai lebih dari satu gaya. Dua gaya atau lebih yang bekerja
pada suatu benda dapat dijumlahkan. Penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda
disebut resultan gaya. Untuk menjumlahkan beberapa gaya kamu harus melukiskan gaya-gaya yang
bekerja. Sebelumnya telah disebutkan bahwa gaya merupakan besaran vektor yang memiliki arah dan
besar. Gaya dapat digambarkan sebagai garis berupa anak
panah. Gaya biasa disimbolkan dengan F.
F
O A
1. Titik O merupakan titik pangkal gaya yang disebut titik tangkap gaya.
2. OA merupakan panjang anak panah yang menunjukkan besarnya gaya.
3. Arah anak panah menunjukkan arah gaya.
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda dapat berupa gaya-gaya yang searah,
berlawanan arah, saling tegak lurus, atau saling membentuk sudut. Apabila dua buah gaya atau lebih
yang segaris dan searah dapat diganti dengan sebuah gaya lain yang besarnya sama dengan jumlah
gaya-gaya tersebut.
R = F1 +F2 +F3 + . . . +Fn
Apabila pada sebuah benda bekerja dua gaya yang segaris tetapi berlawanan arah,
besarnya kedua gaya tersebut dapat diganti dengan sebuah gaya yang besarnya sama dengan selisih
kedua gaya tersebut dan arahnya sama dengan arah gaya yang besar.
R = F1 – F2
2) Bahan
a. Beban 50 Gram 3 buah
b. Tali nilon Secukupnya
Kegiatan II : Momen Gaya
1) Alat
a. Statif + Klem 1 Set
b. Busur Derajat 1 buah
c. Neraca Pegas 1 buah
2) Bahan
a. Beban 50 gram 4 buah
b. Tali Secukupnya
D. Prosedur kerja
Kegitan 1 : Menentukan Resultan Vektor Gaya
1. Mengambil alat ukur yang digunakan kemudian menentukan nilai skala terkecil (NST) dan
Kesalahan titik Nol (KTN).
2. Merakit peralatan sesuai pada gambar
3. Menggantungkan sebuah beban pada neraca pegas dan mencatat berat beban yang ditunjukan
oleh neraca pegas
4. Geser statif membentuk sudut 100
5. Membaca penunjukan besdar gaya pada pegas 1 (F1) dan pegas (F2)
6. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk sudut-sudut sesuai dengan table dibawah
7. Melukis sudut a1 = a2 = untuk sudut 10, 20, 30 dan 40 derajat dengan garis gaya F1 dan F2,
panjang garis sesuai dengan besarnya gaya,
No W = m g (N) Fx Fy Τ (Nm)
Tabel 3 : Menentukan hubungan momen gaya dengan besarnya sudut dengan berat beban yang
dbuat tetap
g = m/s2
W = N
Sudut Simpangan
No Fx Fy T (Nm)
F. Pembahasan
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
PERCOBAAN III
GAYA GESEK
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan
2. Memahami konsep gaya gesek statik dan kinetik
3. Menentukan koefisien gesek statik dan kinetik
B. LANDASAN TEORI
Sebuah balok yang didorong di atas meja akan bergerak Bila sebuah balok massanya m, kita
lepaskan dengan kecepatan awal Vo pada sebuah bidang horizontal, maka balok itu akhirnya akan
berhenti. Ini berarti di dalam gerakan balok mengalami perlambatan, atau ada gaya yang menahan
balok, gaya ini disebut gaya gesekan. Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh koefisien gesekan
antar kedua permukaan benda dan gaya normal. Besarnya koefisien gesekan ditentukan oleh
kekasaran permukaan bidang dan benda.
Gaya gesekan dibagi dua yaitu: gaya gesekan statis (fs) dan gaya gesekan kinetik (fk). Sebuah
balok beratnya W, berada pada bidang mendatar yang kasar, kemudian ditarik oleh gaya F
seperti pada Gambar 2.1 di bawah ini.
F
f
W
Gambar 3.1: Gaya-gaya yang bekerja pada benda
Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan berlaku:
1. Untuk harga F <fs maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila Fase diperbesar lagi sehingga F >fs maka benda bergerak dan gaya gesekan
statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetisfk.
Gaya gesekan antara dua permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain disebut gaya
gesekan statis. Gaya gesekan statis yang maksimum sama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan
agar benda mulai bergerak. Sekali gerak telah dimulai, gaya gesekan antar kedua permukaan
biasanya berkurang sehingga diperlukan gaya yang lebih kecil untuk menjaga agar benda bergerak
beraturan. Gaya yang bekerja antara dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut gaya
gesekan kinetik. Jika fs menyatakan besar gaya gesekan statik maksimum, maka :
fs
s (3.1)
N
Dengan s adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal. Jika fk menyatakan
Bila sebuah benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan kemudian bidang
tempat benda tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga membentuk sudut sampai benda
tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik antara benda dan bidang diberikan oleh persamaan,
S = tan c (3.3)
Dengan c adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak, yang disebut sudut kritis.
Koefisien gesekan statik merupakan nilai tangen sudut kemiringan bidang, dengan keadaan benda
tepat akan bergerak/meluncur. Pada sudut-sudut yang lebih besar dari c, balok meluncur lurus
berubah beraturan ke ujung bawah bidang miring dengan percepatan
a x g (sin k cos ) (3.4)
di mana adalah sudut kemiringan bidang dan k adalah koefisien gesek kinetik antara benda
dengan bidang. Dengan mengukur percepatan ax, maka koefisien gesekan k dapat dihitung
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Gaya tarik terhadap keadaan benda.
Sediakan dan rangkailah alat yang tersedia seperti gambar di bawah. Tarik pegas pelan-pelan
dengan gaya kecil. Perhatikan penunjukan neraca pegas, apa yang terjadi pada balok?. Perbesar
gaya tarik sambil memperhatikan keadaan balok. Lakukan hal ini hingga balok tepat akan
bergerak.
Neraca pegas
Balok
Tali Katrol
Meja
Pada keadaan ini perhatikan penunjukan neraca pegas. Tarik terus sampai balok bergerak lurus
beraturan, perhatikan penunjukan neraca pegas. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Catat besar gaya tarik anda, dan keadaan benda (diam, tepat akan bergerak, dan bergelak lurus
beraturan) pada tabel hasil pengamatan.
Kegiatan 2: Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
Tambahkan beban di atas balok, lakukan seperti Kegiatan 1. Amati penunjukan neraca pegas pada
saat balok tepat akan bergerak dan pada saat balok bergerak lurus beraturan. Lakukan beberapa
kali dengan mengubah-ubah penambahan beban di atas balok. Catat hasil pengamatan pada tabel
pengamatan.
Neraca pegas
Balok
Tali Katrol
Meja
Lakukan seperti Kegiatan 1. Ganti permukaan meja atau balok yang lebih kasar/halus. Amati
penunjukan pegas. Pada saat balok tepat akan bergerak dan pada saat balok bergerak lurus
beraturan. Lakukan kegiatan ini beberapa kali dengan mengganti permukaan meja atau balok yang
lebih kasar/halus. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Kegiatan 1
Massa balok =
1
2
3
PERCOBAAN IV
JARAK FOKUS LENSA
A. TUJUAN
1. Menyelidiki besar jarak fokus lensa
2. Menghitung perbesaran bayangan suatu lensa
3. Menentukan sifat-sifat bayangan dari lensa
B. KAJIAN TEORI
1. Pembiasan pada Lensa Cembung
Lensa cembung bersifat membiaskan cahaya. Lensa cembung memiliki bentuk yang tipis
pada kedua bagian ujungnya. Lensa cembung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen).
Perhatikan jenis-jenis lensa cembung pada Gambar berikut
Dengan menggunakan ketiga sinar istimewa pada lensa cembung di atas dapat
digambarkan pembentukan bayangan oleh lensa cembung. Berikut adalah pembentukan bayangan
pada lensa cembung untuk berbagai posisi benda.
1) Jarak benda lebih besar 2F2
Jarak benda lebih besar 2F2, dengan menggunakan sinar istimewa lensa cembung
yaitu nomor 1 dan nomor 3, diperoleh bayangan yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil, dan
letak bayangannya di antara F1 dan 2F1
Pada lensa juga berlaku persamaan-persamaan seperti pada cermin yaitu sebagai
berikut.
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya.
Lensa cekung memiliki tiga bentuk yaitu lensa bikonkaf, plankonkaf dan konveks konkaf. Lensa
bikonkaf merupakan lensa cekung dimana kedua sisi berbentuk cekung (Gambar 7.35 (a). Lensa
plankonkaf dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang cekung (Gambar 7.35 (b)), sedangkan
lensa konveks konkaf dibatasi oleh sebuah bidang cekung dan satu bidang cembung (Gambar 7.35
(c)). Bagian tengah lensa cekung selalu lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Lensa cekung sering
disebut sebagai lensa divergen karena mempunyai sifat menyebarkan berkas cahaya. (Gambar 7.36)
Untuk melukiskan bayangan pada lensa cekung cukup dua sinar dari tiga sinar istimewa berikut.
- Sinar yang dating sejajar sumbu utama keluar dari
lensa seolah-olah berasal dari titik focus utama f2
Semua bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung dari benda sejati yang berada di depan lensa
selalu bersifat maya, tegak, dan diperkecil. Letaknya di
antara f2 dan O. Bayangan tersebut tidak dapat ditangkap oleh layar, melainkan dapat dilihat oleh
mata yang berada di belakang lensa. Benda maya di antara O dan f1. Bayangan benda bersifat
nyata, tegak, dan diperbesar. Titik fokus, jarak benda, jarak bayangan dan pembesaran. Hubungan
antara jarak benda, jarak bayangan dan titik fokus dinyatakan
dalam persamaan:
1 1 1
= +
′
Dimana: f = titik fokus lensa
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
2. Bahan
Lensa +100 2 buah
Kabel Penghubung 2 buah
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
E. HASIL PENGAMAAN
PERCOBAAN V
PEMANTULAN DAN PEMBIASAN
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan indeks bias cermin datar dan kaca plan parallel
2. Menjelaskan hokum Snelius dan hokum pembiasaan
3. Menentukan sifat-sifat cahaya pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
B. Kajian Teori
1. Lensa
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya. Lensa
cekung memiliki tiga bentuk yaitu lensa bikonkaf, plankonkaf dan konveks konkaf. Lensa bikonkaf
merupakan lensa cekung dimana kedua sisi berbentuk cekung (Gambar 7.35 (a). Lensa plankonkaf
dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang cekung (Gambar 7.35 (b)), sedangkan lensa konveks
konkaf dibatasi oleh sebuah bidang cekung dan satu bidang cembung (Gambar 7.35 (c)). Bagian tengah
lensa cekung selalu lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Lensa cekung sering disebut sebagai lensa
divergen karena mempunyai sifat menyebarkan berkas cahaya. (Gambar 7.36)
Untuk melukiskan bayangan pada lensa cekung cukup dua sinar dari tiga sinar istimewa berikut.
2. Cermin
Cermin adalah sebuah benda dengan permukaan yang dapatmemantulkan bayangan benda
dengan sempurna. Dalam Optik fisika kita kenal ada 3 jenis cermin, yaitu cermin datar, cermin cembung,
dan cermin cekung. Berikut ini rangkuman rumushitung mengenai ketiga jenis cermin tersebut.
a. Cermin Datar
Sejalan dengan namanya, cermin datar adalah cermin yang berbentuk rata (tidak lengkung).
Cermin datar banyak digunakan untuk berhias maupun dijadikan komponen alat-alat tertentu seperti
periskop dan peralatan yang lainnya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah maya, tegak,
dan sama besar.
Bila berkas cahaya didatangkan pada salah satu sisi balok kaca planparalel (sinar datang AB),
maka sinar tersebut akan keluar lagi pada sisi lain setelah mengalami pembiasan (sinar bias CD) seperti
i B
r
C r1 D
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Pemantulan dan pembiasan
1. Pemantulan
Tabel 2 : Pemantulan cahaya pada cermin datar
No Sudut Datang (o) Sudut Pantul (o)
2. Pembiasan
Tabel 3 : Pembiasan cahaya pada kaca plan parallel
No Sudut Datang (o) Sudut Pantul (o)
PERCOBAAN VI
RANGKAIAN SERI PARALEL
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui prinsip kerja rangkaian seri dan rangkaian parallel
2. Mengetahui cara pengukuran arus dan tegangan pada rangkaian seri dan parallel.
3. Mempelajari Hukum Kirchoof I (arus) dan II (tegangan)
B. KAJIAN TEORI
Didalam suatu rangkaian listrik kadang-kadang terdapat dua atau lebih hambatan. Hambatan-
hambatan tersebut dapat disusun secara seri, secara paralel, bahkan digabungkan dari kedua susunan
tersebut.
1. Hambatan Seri
Ketika dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung seperti pada gambar di bawah ini,
dikatakan mereka dihubungkan secara seri. Hambatan seri adalah suatu susunan dari beberapa
hambatan dalam kedudukan susunan hambatan secara berurutan, artinya hambatan yang satu berada
di belakang hambatan yang lain sehingga arus mengalir melalui hambatan berikutnya. Resistor-resistor
tersebut bias merupakan resistor biasa atau dapat berupa bola lampu, elemen pemanas, atau alat
penghambat lainnya.
Muatan yang mengalir melalui R1 juga melewati R2 dan kemudian R3. Dengan demikian arus I
yang sama melewati setiap resistor (jika tidak, hal ini berarti muatan terakumulasi pada beberapa titik
pada rangkaian yang tidak terjadi dalam keadaan stabil). Kita tentukan V menyatakan tegangan pada
ketiga resistor, kita anggap semua resistor yang lain pada rangkaian dapat diabaikan dan sehingga V
sama dengan tegangan. Adapun gambar rangkaian seri dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Rs = R1 + R2 + R3 (1)
Apabila terdapat/penghambat yang dirangkai seri, maka nilai hambatan total atau nilai hambatan
pengganti :
Rs = R1 + R2 + R3 + …..+ Rn (2)
Keterangan :
Rs = Hambatan total rangkaian seri (Ω)
R1 = Hambatan pada R1 (Ω)
R2 = Hambatan pada R2 (Ω)
R3 = Hambatan pada R3 (Ω)
2. Hambatan Paralel
Rangkaian hambatan paralel adalah susunan beberapa hambatan secara berdampingan, artinya
arus mengalir dari satu titik kemudian menyebar (bercabang) melalui penghambat-penghambat tersebut.
Misalnya dalam satu rangkaian terdapat tiga buah hambatan yang disusun secara paralel, masing- masing
R1, R2 dan R3. Adapun susunan rangkaian paralel dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Ketika resistor terhubung paralel, masing-masing memiliki tegangan yang sama. Dua titik pada
rangkaian yang dihubungkan oleh kawat dengan ha mbatan yang dapat diabaikan berad a pada potensial
yang sama. Berarti tegangan penuh batera i diberikan ke se tiap resistor, sehingga :
= = =
= + +
Keterangan :
Rek = Hambatan pengganti pada rangkaian paralel (Ω)
R1 = Hambatan pada R1 (Ω)
R2 = Hambatan pada R2 (Ω)
R3 = Hambatan pada R3 (Ω)
Beda potensial antara titik A dan B dapat dihitung dari :
VAB = I.REK = I1 R1 = I2 R2 = I3 R3
Dari gambar di atas diperoleh :
=
+ +
= (5)
+ +
=
+ +
Hukum Kirchoof terbagi atas 2 yaitu :
a. Hukum I Kirchoof
Perhatikan gambar 3 di bawah ini :
Bunyi hukum kirchoof I “jumlah arus yang masuk suatu sambungan akan sama
dengan jumlah arus keluar dari sambungan tersebut”.
b. Hukum II Kirchoof
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan I : Rangkaian Seri
1. Siapkan alat dan bahan serta beberapa komponen yang diperlukan.
2. Pasang rangkaian seperti pada gambar di bawah ini :
V
A
3. Tutup saklar pada power supply, jika sudah tidak ada kekeliruan dalam rangkaian,
kemudian amati penunjukan jarum amperemeter.
4. Ulangi kegiatan 3 dengan menempatkan amperemeter di R1, R2 dan R3
5. Ulangi kegiatan 3 dan 4 dengan mengubah nilai tegangan sumber.
6. Ulangi kegiatan 3 sampai 5 dengan mengubah pengaturan basicmeter dari amperemeter
menjadi voltmeter
7. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang tersedia. Usahakan dalam satuan SI
hasil pengukuran dan perhitungan yang anda peroleh.
2. Tutup saklar pada power supply, jika sudah tidak ada kekeliruan dalam rangkaian,
kemudian amati penunjukan jarum amperemeter.
3. Ukur kuat arus yang masuk sebelum titik cabang dengan menempatkan amperemeter di
titik sebelum percabangan.
4. Ukur kuat arus yang masuk di R1, R2, dan R3 dengan menempatkan amperemeter di titik
cabang masing – masing hambatan
5. Ulangi kegiatan 3 sampai 5 dengan mengubah pengaturan basicmeter dari amperemeter
menjadi voltmeter
6. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang tersedia. Usahakan dalam satuan SI
hasil pengukuran dan perhitungan yang anda peroleh.
E. TABEL PENGAMATAN
1. Hasil Pengamatan
Kegiatan I. Rangkaian Paralel Resistor
Table 3.1 : Hukum Kirchoff Rangkaian Seri
V = ……. Volt R1 = …….. Ώ R2 = …… Ώ R3 =…….. Ώ
NST Amperemeter = ……… A NST Voltmeter =
…… .. V
VAB (V) IAB (A) I1 (A) I2 (A) I3 (A) V1 (V) V2 (V) V3 (V)
PERCOBAAN VII
OSILASI
A. Tujuan Percobaan
Yang menjadi tujuan percobaan dalam percobaan alat ukur dasar adalah sebagai berikut :
1. Mengamati gerak harmonik pada getaran pegas dan Ayunan bandul sederhana
2. Menentukan kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas bahan
3. Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang pegas.
4. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya periode ayunan.
5. Mempelajari pengaruh panjang tali (l), massa (m) dan simpangan terhadap ayunan suatu ayunan
sederhana.
6. Menentukan besarnya percepatan gravitasi bumi dan konstanta pegas
B. Kajian Teori
Sebuah bandul adalah sebuah benda yang digantungkan dengan
sebuah tali seperti pada gambar 1. Jika bandul itu ditarik ke
samping (perhatikan gambar di bawah), lalu dilepaskan, gaya
berat yang bekerja pada bandul itu akan menyebabkan bandul
mengayun ke asalnya (kedudukan setimbangnya).
Besarnya gaya pemulihan F (yang menyebabkan bandul
mengayun ke kedudukan seimbangnya) adalah F = -w sin θ atau
F = m.g.sin θ.
Menentukan percepatan grafitasi g dengan cara demikian akan
cukup teliti jika dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tali jauh lebih ringan disbanding bola/beban
2. Simpangan harus < 150 cm
3. Gesekan antara tali dengan udara haruslah sangat kecil, sehingga dapat diabaikan
4. Tali penggantung bola tidak boleh mengalami puntiran , sehingga gaya puntiran dapat di
abaikan
Secara matematis dapat dibuktikan bahwa periode bandul sederhana itu adalah :
l
T 2 ………….(pers. 4.1)
g
Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena pengaruh gaya dari luar dan dapat
kembali ke keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan,maka keadaan tersebut
dikatakan mempunyai sifat elastis (misalnya pegas).
Selama batas elastisitasnya belum terlampaui maka perpanjangan pegas sebanding dengan
gaya yang digunakan untuk memperpanjangkannnya, yang menurut Hukum Hooke sebagai berikut
:
F = k. x.
Sedangkan suatu pegas akan memberikan gaya perlawanan atau reaksi sebesar : F=-
k. x, dimana tanda (-) menunjukkan arah gaya yang berlawa saatnan dengan gaya penyebabnya.Pada
pegas diregangkan, maka dia juga akan mempunyai e potensialnergi potensial, yang disebut energi
pegas.
D. Prosedur kerja
3. Hukum Hooke
2. Pilih salah satu pegas yang telah disediakan, timbang massa pegas yang akan dicari harga
konstantanya (M), perhatikan posisi skala nol neraca sebelum penimbangan dilakukan,
usahakan tidak terjadi kesalahan paralaks .
3. Gantungkan penggaris bersama pegas pada statif usahakan pegas tidak bersinggungan dengan
penggaris.
4. Ukur dan catat panjang awalnya ketika belum dibebani, usahakan hindari kesalahan paralaks.
5. Bebani pegas dengan beban gantung yang telah diketahui massanya, kemudian ukur dan catat
massa beban gantung dan panjang pegas pada keadaan itu.
6. Ulangi langkah d). sebanyak 6 kali dengan penambahan beban gantung (usahakan
penambahan beban gantung dengan massa beban gantung yang terkecil 5 gr, 10 gr, dan
seterusnya)
4. Gerak bandul matematis
Adapun langkah-langkah kerjanya dari perrcobaan “Bandul Sederhana“ adalah sebagai
berikut :
a. Susun bandul sederhana dengan salah satu ujung tali pada ketinggian 150 cm diikatkan diatas
lantai kemudian ujung yang lain digantungkan dengan beban 50 gr.
b. Bagi tali menjadi tiga bagian dan tandai ketiga bagian tersebut dengan spidol.
c. Ukur panjang tali pada saat itu dan catat pada tabel pengamatan.
d. Berikan simpangan beban sebesar x = 5 cm kemudian lepaskan beban bersamaan dengan
menekan stopwatch, hitung 10 kali ayunan (n) dan tepat pada hitungan ke 10 matikan stopwatch
. Catat waktu 10 ayunan tersebut (t) sehingga diperoleh periode
e. Ulangi langkah 4 diatas dengan simpangan 10 cm dan simpangan 15 cm.
f. Lakukan langkah 4) sampai 5) di atas sebanyak 10 kali ayunan (n) dengan massa yang
berbeda-beda, panjang tali tali tetap, dan simpangan tetap
g. Lakukan langkah 4) sampai 6) di atas sebanyak 10 kali ayunan dengan panjang tali tali
berbeda-beda, massa tetap dan simpangan tetap.
E. Tabel Pengamatan
a. Tabel 1 : Hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang pegas
Panjang mula (Lo) =..........cm; g = ..........cm/s2
Periode dalam
Waktu Periode dalam
Percobaan ke Panjang tali (cm) l
(t dalam s) T= t/n (s) T= 2 (s)
g
PERCOBAAN VIII
TANGKI RIAK
A. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gejala refleksi, difraksi dan interferensi gelombang pada air.
b. Mampu menggambar muka gelombang melingkar dan datar.
c. Mampu menggambarkan gelombang datang dengan gelombang pantul pada berbagai
bidang (bidang datar, bidang pancekung dan bidang cembung)
d. Mampu menggambarkan pola atau gejala difraksi gelombang dan interferensi 2 gelombang.
B. Landasan Teori
Gelombang permukaan air mudah kita amati dengan menggunakan tangki riak atau tangki
gelombang. Dasar tangki riak terbuat bahan kaca. Tepi-tepi tangki dilapisi karet busa atau logam
berlubang untuk menjaga pemantulan gelombang dari samping agar tidak menghamburkan pola-
pola gelombang yang berbentuk layar. Sebuah motor yang diletakkan diatas batang penggetar akan
menggetarkan batang penggetar. Pada batang penggetar ditempelkan pembangkit gelombang. Ada dua
jenis pembangkit gelombang, yaitu pembangkit keping sebagai pembangkit gelombang lurus dan
pembangkit bola sebagai pembangkit gelombang lingkaran atau lengkung. Frekuensi gelombang
dapat diatur (diubah-ubah) dengan cara mengatur kecepatan motor. Pola-pola gelombang yang
dihasilkan diproyeksikan pada layar yang diletakkan dibaha tangki. Puncak dan dasar gelombang akan
tampak pada layar sebagai garis-garis terang dan gelap.
Setiap gelombang merambat dengan arah tertentu. Arah merambat suatu gelombang disebut
sinar gelombang. Sinar gelombang selalu tegak lurus pada permukaan gelombang datar.
Gelombang pada muka gelombang berbentuk garis lurus yang tegak lurus pada muka gelombang. Sifat
gelombang pada muka gelombang lingkaran berbentuk garis lurus yang berarah radial keluar dari
sumber gelombang.
Komponen pada Tangki Riak
jelas.
E. Hasil Pengamatan
1. Kegiatan 1 : Pola sumber Gelombang Datar dan sember Gelombang Titik
No Sumber Gelombang Pola Gelombang Keterangan
1
PERCOBAAN IX
HUKUM STOKE
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 7.1, andaikan suatu bola dengan massa
jenis ρ dan jari-jari r dijatuhkan dalam keadaan bebas ke dalam fluida yang massa jenisnya
dan kekentalan η, maka laju bola dalam fluida adalah :
( )
= [1 − − ] (7.2)
Untuk waktu t sesudah berlangsung lama, yakni setelah terjadi kesetimbangan diantara gaya-
gaya yang bekerja, maka faktor eksponinsial dalam persamaan (7.2) di atas dapat diabaikan.
Jadi kecepatan turun bola dalam fluida akan tetap besarnya yakni :
( )
= (7.3)
a. Tabung stokes (tinggi 60 cm, diameter 4 cm, penyaring, 2 gelang pembatas) 1 buah.
b. Mistar gulung 100 cm 1 buah.
c. Mikrometer sekrup (0 – 25 mm; 0,01 mm) 1 buah.
d. Neraca Ohauss (Triple Beam, 311 gram, 0,01 gram) 1 buah.
e. Pinset 1 buah.
f. Stopwatch (interupsi type 0,1 detik) 1 buah.
g. Termometer batang (0 – 50) 0C.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Ukur diameter bola dengan menggunakan micrometer, kemudian timbang dengan alat
neraca ohasuss 311 gram.
2. Siapkan tabung gelas dan tempatkan sendok saringan pada tabung, kemudian isi
tabung fulida (gliserin/olie) hingga hampir penuh.
3. Lilitkan karet gelang pertama sekitar 10 cm dibawah permukaan gliserin/olie.
Kemudian karet kedua yang dapat diatur-atur di atas dasar tabung.
4. Atur karet kedua sehingga jaraknya dengan karet kedua adalah 20 cm.
5. Tempatkan bola tepat di atas permukaan gliserin/olie (gunakan pinset), kemudian
lepaskan. Selanjutnya ukur waktu yang ditempuh bola pejal dari gelang pertama ke
gelang kedua.
6. Catat hasil pengamatan Anda pada tabel pengamatan yang telah tersedia. Kemudian
ulangi kegiatan 1 sampai 6 untuk jarak kedua karet gelang 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60
cm,......, 90 cm.
1. Pilih 10 buah bola pejal dengan massa jenis yang sama (terbuat dari bahan yang
sama) dan jari-jari yang berbeda (ambil bola yang tidak terlalu besar).
2. Ukur massa dan jari-jari masing-masing bola (masing-masing cukup satu kali
pengukuran).
49 LABORATORIUM FISIKA DASAR 2019
49
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
3. Tentukan dan ukur jarak antara dua gelang pembatas pada tabung Stokes.
4. Kemudian ukur waktu yang diperluka masing-masing bola pejal untuk menempuh
jarak antara kedua gelang pembatas yang sudah ditentukan itu.
E. HASIL PENGAMATAN
1 20 ………………
2 30 ………………
3 40 ………………
4 50 ………………
5 60 ………………
6 70 ………………
7 80 ………………
8 90 ………………
VII. PERTANYAAN/TUGAS
1. Tuliskan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar persamaan Stokes dapat berlaku
2. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan:
a. Aliran fluida laminar
b. Aliran fluida turbulen
3. Jelaskan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah bola kecil yang jatuh pada fluida
DAFTAR PUSTAKA
Dauglas C. Giancoli. 2001. Fisika Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga
Haliday, 1984. Fisika Universitas I, Jakarta : Erlangga
Paken pandingan, 2008: Materi pokok praktikum fisika. Jakarta : UT
Said. 2009. Materi Kuliah Fisika Dasar I. Makassar
Tim Pengajar Fisika UNHAS. 2003. Fisika Dasar. Makassar: Unhas
Tim Penyusun, Pedoman Perkuliahan Fisika dasar I UNM, Makassar : UNM Pres
Tim Penyusun, Pedoman Praktikum Fisika dasar I UT jakarta, Jakarta: UT Pres