PRAKTIKUM THERMODINAMIKA
LABORATORIUM FISIKA
U H A M K A
Buku penuntun praktikum fisika dasar ini sebagai pegangan untuk memahami lebih
jelas kebenaran teori-teori dasar ilmu fisika yang diberikan didalam perkuliahan.
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan sedikit lebih banyak dipengaruhi oleh ketelitian
praktikum yang didalamnya melakukan percobaan.
Pada pembagian pendahuluan dibahas mengenai tata tertib yang wajib ditaati oleh
setiap peserta praktikum, yang dilanjutkan dengan cara pembuatan laporan serta system
penilaiannya lalu dibahas pula dengan cara menggunakan alat –alat yang sering digunakan,
dan terakhir mengenai teori kesalahan yang membahas cara menganalisa data dengan
menggunakan teori ketidakpastian.
Dalam petunjuk setiap mata percobaan, alat – alat yang digunakan, teori singkat
mengenai materi yang akan di praktekkan, jalannya percobaan dan pertanyaan – pertanyaan
yang wajib dijawab yang selanjutnya di akhiri dengan arahan kesimpulan.
Besar harapan kami tidak lain, semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya, khususnya bagi para peserta praktikum fisika dasar.
FKIP UHAMKA
MODUL .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM THERMODINAMIKA ................... iv
CONTOH COVER ................................................................................................................ vi
CARA BUAT LAPORAN PRATIKUM ............................................................................. vii
PENGENALAN ALAT PENGUKURAN ............................................................................ ix
TEORI KESALAHAN ........................................................................................................ xvi
PERCOBAAN I KALORIMETER ....................................................................................... 1
PERCOBAAN II TERMOMETRI ....................................................................................... 4
PERCOBAAN III TEORI KINETIK GAS .......................................................................... 7
PERCOBAAN IV HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC ........................................................ 10
PERCOBAAN V HUKUM BOYLE ................................................................................... 14
PERCOBAAN VI KONDUKTIFITAS THERMAL .......................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 1
3. Setiap alat yang akan dipergunakan harus dipinjam dari petugas laboratorium dengan mengisi
dan menandatangani bon peminjaman alat.
4. Keselamatan alat-alat yang dipinjam pada butir tiga merupakan tanggung jawab peminjam/
kelompok peminjam. Jika terjadi kerusakan, kehilangan alat peminjam / kelompok peminjam
harus mengganti / memperbaiki alat tersebut.
5. Setiap praktikan bertanggung jawab dan berkewajiban untuk menjaga kebersihan alat-alat dan
ruang laboratorium.
6. Praktikan harus mempersiapkan diri atas keperluan untuk praktikum sebelum masuk
laboratorium (misalnya teori-teori yang mendukung kegiatan yang dilakukan, lembar data,
bahan yang tidak tersedia di laboratorium) .
7. Setiap kali praktikum selesai, tiap praktikan harus membuat laporan sementara berupa: hasil
pengamatan, daftar alat yang digunakan lengkap dengan spesifikasinya, diagram rangkaian
dsb. Laporan ini harus disahkan oleh asisten.
8. Berdasarkan laporan sementara pada butir tujuh, tiap praktikan wajib membuat laporan resmi
dengan ketentuan:
1. Tujuan kegiatan/praktikum.
4. Jalannya percobaan/kegiatan.
Demikian peraturan dan tata tertib ini dikeluarkan untuk diperhatikan dan ditaati.
Pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib ini dapat dikenakan sanksi.
Tim Penulis
Maret 2020
JUDUL PERCOBAAN
………………………………………………………………………………………………
Nama : ……………………………
Jurusan : ……………………………
JAKARTA
2020
Untuk setiap jenis percobaan, seorang pratikan diwajibkan untuk membuat dua macam
laporan pratikum, yang terdiri dari :
a. Laporan Pendahuluan (LP), yaitu laporan yang dibuat sebelum melakukan percobaan. Pada
tahap ini juga diadakan kuis yang dilaksanakan secara lisan (interview), dengan maksud
untuk mengetahui kesiapan pratikan dalam memahami jenis percobaan yang akan dilakukan.
b. Laporan Lengkap (LL), yaitu laporan hasil percobaan yang telah dilakukannya. Pada tahap
ini diharapkan pratikan dapat menganalisa hasil pengamatan atau pengukuran yang di dapat
selama melakukan percobaan.
Baik laporan pendahuluan maupun laporan lengkap ditulis tangan dengan menggunakan
tinta berwarna hitam pada kertas polio. Isi masing-masing laporan adalah :
a. Laporan Pendahuluan (LP), berisi :
1) Tujuan : menerangkan secara singkat dan jelas apa tujuan dari percobaan yang akan kita
lakukan.
2) Teori : uraian singkat dan lengkap tentang teori percobaan.
3) Peralatan : alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan.
4) Jalannya percobaan : menjelaskan langkah-langkah yang akan di lakukan dalam
melakukan percobaan.
5) Tugas perndahuluan (jika ada) : pertanyaan yang wajib dijawab/dikerjakan sebelum
melakukan percobaan.
b. Laporan Lengkap (LL), berisi :
1) Tujuan : menerangkan secara singkat dan jelas apa tujuan dari percobaan itu.
2) Teori : uraian singkat dan lengkap tentang teori percobaan.
3) Peralatan : alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan.
4) Jalannya percobaan : menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
percobaan.
5) Data percabaan : hasil pengamatan atau pengukuran yang didapat selama melakukan
percobaan.
A. Akurasi Pengukuran
Pengukuran merupakan proses yang melibatkan tiga pihak yaitu: benda yang
diukur, alat ukur, dan orang yang mengukur. karena ketidaksempurnaan dari ketiga pihak
tersebut maka dalam setiap pengukuran selalu ada kesalahan (ketidakpastiaan), yaitu
adanya perbedaan antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Besar-
kecilnya kesalahan ini ditentukan oleh kondisi alat ukur, kondisi benda yang diukur, metode
pengukuran, dan kecakapan si pengukur.
Ada dua aspek penting yang perlu dipertim-bangkan dalam pengukuran, yaitu
ketelitian (akurasi) dan ketepatan (presisi). Dengan memahami dua aspek ini, kita dapat
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kesalahan dalam pengukuran.
1. Ketelitian (akurasi)
1) Kesalahan kalibrasl
Bila alat ukur saat sebelum dipakai atau saat setelah dipakai tidak
menunjukkan angka nol, berarti alat ukur tersebut mengalami kesalahan
titik nol (zero error). Kesalahan penunjukan angka nol ini dapat dikoreksi dengan
mudah, yaitu dengan memutar kenop pengatur pada alat ukur itu. Tetapi apabila
tidak bisa diatur kembali ke posisi nol, maka harga kelebihan atau kekurangan
dari harga nol itu harus ditambahkan atau dikurangkan pada setiap hasil
pengukuran dengan alat itu.
4) Kesalahan paralaks
Gambar 1.15
kesalahan paralaks
Apabila garis pengukuran membuat sudut 0 dengan garis yang diukur (karena
pengambilan posisi pengukuran yarig salah) maka akan terjadi kesalahan yang
disebut kesalahan kosinus (gambar 1.19). Bahkan dalam pengukuran dengan
mikrometer mungkin terjadi kesalahan kombinasi, yaitu kesalahan kosinus dan
kesalahan sinus (perhatikan gambar 1.20). Untuk menghindari kesalahan ini
maka saat kita mengukur, perhatikanlah dengan cermat bahwa garis
pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis ukuran benda yang di-
ukur!
Gambar 1.16
Kesalahan kosinus. Ukuran benda sebenarnya adalah
Gambar 1.17
Kesalahan kosinus dan sinus. Seharusnya ukuran
benda sebenarnya adalah L, tetapi malah menjadi M.
Dalam hal ini L =Mcos d - d sin 6, atauL ~M-d 6 atau M » L + d 9.
Gambar 1.18
Silinder berdinding tipis berubah bentuk sewaktu
diukur. Harga sebenarnya d, tetapi terukur d'.
Bila pada alat ukur ada bagian-bagian yang bergesekan ketika alat itu dipakai,
lama-kelamaan bagian itu akan aus, sehingga menimbulkan kesalahan pada
hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat agak dikurangi dengan pemeliharaan alat
ukur yang baik.
Fatigue pegas berarti melembeknya pegas karena usia (kelelahan zat). Alat ukur
yang memiliki pegas dan pegasnya sudah lembek, harus diganti dengan pegas yang
sesuai dan ditera kembali. Ciri khas pengukuran dengan kesalahan siste-matis adalah
hasil pengukuran menyimpang ke arah tertentu dari harga sebenarnya;
kemungkin-an menyimpang ke arah positif atau ke arah negatif. Gambar 1.19
memperlihatkan contoh pengukuran yang menghasilkan suatu harga yang lebih
kecil daripada harga sebenarnya (Xo).
Gambar 1. 19
Kesalahan sistematis memberikan penyimpangan hanya ke satu arah saja
terhadap harga sebenarnya(X0)
2. Ketepatan (presisi)
Ketepatan adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama
dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik (sama). Hasil pengukuran
selalu terpencar di sekitar harga rata-ratanya. Semakin dekat harga-harga tersebut
dengan harga rata-ratanya maka dikatakan hasil pengukuran mempunyai ketepatan
yang tinggi. Penyimpangan yang berkaitan dengan ketepatan pengukuran disebut kesalahan
acak (random error).
Beberapa sumber yang menimbulkan kesalahan acak antara lain sebagai berikut.
Jarum alat ukur yang halus dapat terganggu penunjukannya oleh adanya gerak yang
sangat tidak teratur (gerak brown) dari molekul-molekul udara, sehingga ketepatan
penunjukan skalanya menjadi terganggu.
Dalam pengukuran besaran listrik, tegangan pada suatu rangkaian listrik sering
mengalami fluktuasi. Artinya, tegangan mengalami perubahan kecil yang tidak
teratur dan berlalu sangat cepat, sehingga hasil pengukuran menjadi tidak tepat.
Fluktuasi tegangan dapat terjadi, baik dari sumber listrik PLN maupun dari sumber
listrik baterai (aid).
Alat ukur yang sangat peka dapat terganggu oleh bergetarnya alas (meja) tempat
menyimpan benda yang diukur. Sumber getarannya misalnya: getaran mesin,
getaran kendaraan berat yang me-lewati lokasi pengukuran, getaran ombak dalam pe-
ngukuran di samudera, getaran gempa, dan lain-lain. Pengukuran dalam kondisi
seperti ini, memer-lukan penambahan alat untuk meredam getaran.
4) Nois
Nois adalah gangguan yang sering kita temui pada alat elektronik, yaitu berupa
fluktuasi yang cepat pada penunjukan alat ukur yang disebabkan komponen-
Alat pencacah (pengukur) radioaktif selalu terganggu oleh adanya radiasi kosmik
(radiasi yang datang dari angkasa luar). Oleh karena itu, gangguan ini harus ikut
dihitung sewaktu kita mengukur radiasi bahan radioaktif. Radiasi latar belakang ini
dapat dikurangi dengan melapisi peralatan pencacah dengan bahan timbal yang cukup
tebal.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesalahan acak ini bersumber pada gejala-gejala
yang tidak dapat kita cegah sepenuhnya karena pengaturan dan pengontrolannya
sering di luar kemampuan kita. Ciri khas adanya kesalahan acak ini yaitu
memberikan hasil pengukuran yang terpencar agak ke kiri dan ke kanan dari harga
Gambar1.20
Kesalahan acak memberikan hasil pengukuran yang terpencar agak ke kiri dan ke kanan
1. Kesalahan Pengukuran.
Hasil dari suatu pengukuran pada umumnya di sajikan dalam bentuk x = xo x.
Dengannya kita dapat mengetahui kesalahan x pada hasil pengukuran yang kita peroleh. Hasil
pengukuran yang di wakili oleh x tidak dapat di harapkan tepat sama dengan nilai benar xo.
Tetapi selama xo terdapat di dalam interval x - x dan x + x, percobaan kita sungguh
mempunyai arti dan dapat di pertanggung jawabkan. Di sini x di sebut dengan salah mutlak.
a. Pengukuran tunggal, yaitu pengukuran suatu besaran yang di lakukan cukup hanya satu kali
saja atau beberapa kali hasilnya tetap sama, oleh karena pengukuran yang kita lakukan tidak
menghasilkan nilai yang berbeda. Hasil pengukuran tunggal di sajikan dalam bentuk : x = x1
x
di mana : x1 = hasil dari pengukuran tunggal
X = x +x +x
1 2 3
++ x n
=
x i
n n
x =
2
(
n x1 − x1 )2
n (n −1)
2
x = x x
c. Kesalahan relative
2. Angka Berarti
Ketelitian pengukuran dapat pula di nyatakan dengan memperhatikan banyaknya angka yang
di pakai. Angka-angka ini di sebut dengan angka berarti atau angka signifikan.
Sebagai contoh : 26,73 m mempunyai 4 angka berarti
8,50 gr mempunyai 3 angka berarti
0,70 cm mempunyai 2 angka berarti
3. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran fisis yang tidak dapat di tentukan dengan pengukuran secara langsung,
tetapi merupakan fungsi dari besaran-besaran lain yang dapat di ukur langsung. Misalnya untuk
mengetahui harga z harus di ukur terlebih dahulu besaran x dan y, maka di sini z = z(x,y).
Tentunya besarnya kesalahan z di pengaruhi oleh kesalahan-kesalahan x dan y, dan di
katakan sebagai kesalahan akibat perambatan.
Misalkan besaran z hanya bergantung pada satu besaran lain yang mana merupakan
hasil pengukuran, sebut besaran itu adalah x, sehingga dapat di tulis z = z(x). Untuk
fungsi tersebut ada dua kasus, yaitu :
1. Jika besaran x merupakan hasil pengukuran tunggal, maka :
dz
z = x
dx
2
dz
dx (x)
2
z =
2. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran berulang atau x, y dan z kesemuanya
merupakan simpangan baku nilai rata-rata sample, maka :
w w w
2 2
( ) y (y ) z (z )
2 2 2
w = x +
x
3. Jika besaran x, y dan z merupakan kombinasi antara hasil pengukuran tunggal dan
berulang, maka kesalahan dalam bentuk ½ spt dapat di rubah menjadi simpangan baku
dengan cara mengalikannya dengan 2/3, kemudian w di hitung dengan cara seperti nomor 2
Untuk mengetahui apakah percobaan yang kita lakukan sudah benar atau belum (minimal
mendekati kebenaran), perlu di lakukan perbandingan antara hasil akhir yang di peroleh dari
percobaan dengan harga literaturnya. Hasil perbandingan ini merupakan suatu kesalahan
terhadap literatur yang biasa di nyatakan dalam %. Cara perhitungannya yaitu :
Makin kecil prosentase kesalahannya, maka semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa
percobaan yang kita lakukan sudah mendekati kebenaran.
Selain dengan cara analitik seperti di atas, untuk membuktikan suatu rumus maupun perhitungan
suatu konstanta (koefisien) dalam rumus, dapat juga di tentukan secara grafik. Dengan cara ini
kita dapat pula melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Untuk
keperluan tersebut di gunakan grafik yang paling sederhana, yaitu grafik yang berbentuk linier
dan memiliki persamaan :
y = m1x + n1
n1 = untercept
N (xi yi) − x y i
mi = i i
N xi − x i
2
( ) 2
N xi y − x (x y )
2
ni = i i i i
N x − ( xi )
2 2
i
1. Tujuan
1. Mampu memahami sistem kerja kalorimeter.
2. Mampu menentukan nilai tara panas
3. Dasar Teori
Kita mengetahui bahwa arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian juga
menghasilkan panas. Pada peralatan–peralatan yang menggunakan arus listrik sebagai sumber
energinya, apabila kita aktifkan dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul panas pada
bagian rangkaian listrik yang merupakan tempat/pusat aktifitas arus listrik. Kenyataan tersebut
perlu dikaji lebih lanjut mengingat panas yang ditimbulkan tergantung oleh beda potensial,
arus listrik serta waktu yang diperlukan.
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 10C pada air dengan
massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu:
Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan. Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energy dalam suatu proses
termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang
dipindahkan ke sistem. Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan
dan tidak spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar.
Sedangakan reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari Kristal sempurna murni pada suhu
nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan keteraturan
tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit diatas
0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif Kalor reaksi dapat
diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu (ΔT), yang
dinyatakan dengan persamaan berikut q = m . c . ΔT .
Keterangan :
q = jumlah kalor (Joule)
m = massa zat (gram)
Δt = perubahan suhu (takhir - tawal)
c = kalor jenis
1. Tujuan
Memahami Konsep Temperatur dan Hukum ke Nol Termodinamika dan menentukan
grafik Temperatur terhadap Waktu (grafik perubahan Fase Es)
3. Dasar Teori
Kalor yang diberikan pada proses kenaikan temperatur bergantung pada jenis benda dan
sebanding dengan massa benda serta kenaikan temperatur benda. Jenis benda ditandai dengan
besaran yang disebut kapasitas kalor benda. Kapasitas kalor didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah panas yang diberikan kepada suatu benda dengan kenaikan temperatur benda.
Definisi ini dapat diformulasikan secara matematissebagai berikut.
-1
C = dQ / dT dengan satuan J K ……………. (1)
Kapasitas kalor jenis didefinisikan sebagai kapasitas kalor per massa benda. Definisi ini dapat
diformulasikan secara matematis sebagai berikut.
-1 -1
c = C : m = dQ / m dT dengan satuan J kg K ………………… (2)
Persamaan 2 biasa ditulis seperti persamaan 3 berikut.
dQ = m c dT dengan satuan J. …………………….. (3)
disebut es. Jika es dinaikkan temperaturnya, es mulai mencair dan akhirnya es berubah menjadi
air semuanya. Dalam perubahan fase dari fase padat ke fase cair temperatur zat tetap dan disebut
sebagai titik lebur. Kalor yang terlibat dalam perubahan fase ini disebut kalor laten, dalam hal ini
disebut kalor lebur. Sedangkan proses perubahan fase padat ke fase cair disebut mencair.
Air (H2 O) dalam fase cair disebut air. Air volumenya tetap tetapi bentuknya berubah-
ubah sesuai dengan wadahnya. Jika air dinaikkan temperaturnya, maka air mulai mendidih dan
berubah sifatnya menjadi uap air (H2 O). Dalam perubahan fase dari fase cair ke fase gas
temperatur zat tetap dan disebut sebagai titik uap. Kalor yang terlibat dalam perubahan fase
4. Jalannya Percobaan
1. Menyusun alat-alat percobaan seperti gambar di bawah.
2. Masukkan sebongkah es (kira-kira sebesar kepalan tangan) dengan massa m kilogram
(kg) ke dalam beker gelas dan letakkan pada kasa kaki tiga seperti gambar berikut.
I. Tujuan
Menentukan hubungan volume, tekanan, suhu dan jumlah partikel
3. Dasar Teori :
Hukum Boyle
“Apabila suhu gas yang berada dalam ruang tertutup dijaga konstan, maka tekanan gas
berbanding terbalik dengan volumenya”.
pV = konstan
atau
p1V1 = p2V2
4. Jalannya Percobaan
Persamaan (2) merupakan ungkapan bagi hukum Gay Lussac. Harga numerik ß bergantung pada
skala suhu yang diambil dan suhu acuan to. Jika suhu acuan to diambil pada 0oC, maka
persamaan (2)
menjadi:
V=Vo(1+ßot)……………………………………………………….(3)
Dengan ßo adalah ß untuk suhu acuan to = 0oC. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa harga
ßo hampir sama untuk semuan gas, yaitu sebesar 0,003660/oC atau (1/273)/ oC.
Jadi gas yang jumlahnya tertentu dengan tekanan tetap, volumenya akan bertambah sebesar 1/273
tiap kenaikan suhu sebesar 1oC.
Hukum Gay Lussac selain dinyatakan dalam bentuk persamaan (2) juga dapat dinyatakan dalam
bentuk P/T = konstan dan V/T = konstan.
Persamaan Keadaan Gas Ideal
Hukum Boyle dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan untuk mendapatkan suatu persamaan
yang menghubungkan tekanan, volume dan suhu gas ideal. Apabila terdapat suatu proses
pemuaian pada tekanan tetap (proses isobarik) dan dilanjutkan dengan proses pemampatan
pada suhu tetap (proses isotermis), maka berlaku hukum Gay Lussac yang dinyatakan dengan:
V1=Vo(1+ßot)………………………………………………………(4)
Hukum Avogadro menyatakan bahwa untuk semua gas ideal sebanyak 1 mol pada keadaan standar
(1 atm, 0oC) memiliki volume 22,4 l dan pada tekanan Po dan volume Vo untuk n mol gas berlaku:
Dengan R = 8,31 x 107 erg/moloC = 8,31 joule/moloC dan disebut dengan tetapan gas universal,
persamaan (6) dapat dinyatakan dengan:
PV = n R (t + 273)
I TUJUAN
1. Untuk mencari hubungan antara tekanan dan volume zat cair untuk suhu tetap.
2. Untuk membuktikan bahwa hasil kali antara tekanan dan volume pada sistem atau keadaan
konstan.
II.Teori Singkat
Untuk jumlah gas tertentu, ditemukan secara eksperimen bahwa sampai pada pendekatan
yang cukup baik, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan yang diberikan padanya ketika
temperatur dijaga konstan (Giancoli, 2001: 460).
Bila kita menekan gas sambil menjaga temperaturnya konstan, maka kita akan
mendapatkan bahwa tekanan berubah atau bertambah bila volumenya berkurang. Demikian pula
ketika kita menyebabkan gas memuai pada temperatur konstan, tekanannya akan berkurang bila
volumenya bertambah, ini berarti bahwa hasil kali antara tekanan dan volume gas adalah
konstan. Hal ini ditemukan secara eksperimen oleh Robert Boyle (1627 – 1691), rekan sezaman
yang lebih mudah dari pada Galileo dan lebih tua dari pada Newton (Tipler, 1991: 572).
Hukum Boyle berlaku untuk setiap dua keadaan setimbang, yaitu 1 dan 2 di mana c
adalah konstanta dalam arti umum (kita katakan, ketika T=c maka PV=c, tetapi T tidak sama
dengan PV) (Faires, 1970: 144).
Hukum boyle menyatakan hasil dari volume gas dikali dengan tekanan adalah konstans. Atau
secara matematis dinyatakan oleh
𝑃𝑉 = 𝑘
Dimana 𝑘 adalah kontantan
Jalannya Percobaan
1. Menyediakan alat dan bahan yang dilakukan pada percobaan ini.
2. Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar.
3. Longgarkan sekrup pengunci sehingga piston dapat bergerak dengan bebas ke atas dan ke
bawah. Mulailah dengan piston di posisi paling atas. Kencangkan sekrup dengan ibu jari
untuk menahan piston pada tempatnya.
• Anda dapat merekam posisi piston menggunakan skala metrik di sisi silinder.
4. Pasang tubing konektor utama ke port konektor pelepas cepat di Heat Engine. Tambahkan
Software Setup
1. Start PASCO data collecting software dan atur tampilan untuk merekam tekanan. Atur
perekaman data untuk pengambilan sampel manual (catat data untuk posisi).
Catatan: Volume dalam silinder tergantung pada posisi piston dan luas permukaan
Data Collection
1. Bersiaplah untuk mencatat tekanan dan posisi piston. Longgarkan sekrup pengunci.
Tekan platform ke bawah ke serangkaian level (seperti setiap 5 mm) dan catat secara
manual posisi piston dalam tabel. Perhatikan nilai tekanannya. (CATATAN: Jaga tekanan
sekitar piston.)
Data Analysis
Gunakan data perekaman untuk membuat grafik hubungan Volume (𝑉) terhadap invers dari
Tekanan (𝑃−1 )
Pertanyaan
Seberapa baik grafik volume terhadap tekanan untuk mendukung gagasan bahwa volume gas
pada suhu konstan berbanding terbalik dengan tekanan gas?
I. Tujuan
II. Alat-alat
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.
III. Teori
Konduksi termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur
menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang lain dari benda yang
sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang ditransfer dari suatu titik ke titik yang lain
melalui salah satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Bila panas yang di transfer
tidak diikuti dengan perpindahan massa dari benda disebut dengan peristiwa konduksi.
Q T
= kA
t x
Dalam kasus perubahan temperatur sebagai akibat perubahan posisi yang sangat kecil di mana
Δx → 0, maka berlaku:
dT (T2 − T1 )
=
dx x
Bila garis dari aliran panas adalah parallel , maka gradien temperatur pada setiap penampang
adalah sama. Untuk kondisi ini jumlah panas yang dikonduksikan persatuan waktu dapat dituliskan
dalam bentuk :
Q (T − T )
= kA 2 1
t h
Dalam penampang ∆Q = energi panas total yang dikonduksikan , A= luas dimana konduksi
mengambil tempat, ∆T = perbedaan temperatur dua sisi dari material, ∆t = waktu selama konduksi
terjadi , h= ketebalan dari material dan k= konduktivitas termal dari material.
Koefisien konduktivitas termal k didefinisikan sebagai laju panas pada suatu benda dengan suatu
gradien temperatur. Nilai konduktivitas termal penting untuk menentukan jenis dari penghantar yaitu
konduksi panas yang baik (good conductor) dan penghantar panas yang tidak baik(good insulator).
Karena itu nilai dari konduktivitas termal menjadi penting untuk dibahas. Nilai konduktivitas termal
suatu material dapat ditentukan melalui pengukuran tak langsung. Dengan melakukan pengukuran
secara langsung terhadap beberapa besaran lain, maka nilai konduktivitas termal secara umum dapat
ditentukan melalui persamaan:
Qh
K=
AT t
Dalam teknik pengukuran konduktivitas termal, suatu plat material yang akan diuji di jepitkan
di antara satu ruang uap (stem chamber) dengan mempertahankan temperatur konstan sekitar 100 ℃
dan satu blok es yang di pertahankan pada temperatur konstan 0 ℃ . Berarti perbedaan temperatur di
antara dua permukaan dari material adalah 100 ℃ . Panas yang di transfer diukur dengan
mengumpulkan air yang berasal dari es yang melebur . Es melebur pada suatu laju 1 gram per 80
M eskin
K=
AT t
Konduktivitas termal
Yang menunjukan suatu batang logam yang pada keadaan kontak termal dengan sebuah
reservoir panas(tandon kalor) dan sebuah reservoir dingin, suhu reservoir panas adalah Tpanas ,
sedangkan suhu reservoir dingin Tdingin. Batang logam dibalut dengan bahan yang tidak bisa
menghantarkan panas(isolator).
Molekul-molekul pada reservoir panas memiliki energy yang lebih besar , yang kemudian
dipindahkan melalui tumbukan kepada atom-atom pada ujung batang logam hingga bersingungan
Atom-atom pada batang logam kemudian mentransfer energi kepada atomatom disebelahnya. Proses
ini terus berlanjut , hingga akhirnya energi kalor berpindah ke reservoir dingin, dan baru berhenti
setelah mencapai kesetimbangan termal Perpindahan kalor dengan cara seperti ini disebut konduksi .
Jadi konduksi adalah perpindahan kalor melalui sesuatu benda akibat interaksi molekuler. Kelajuan
kalor berpindah secara konduksi ternyata sebanding dengan luas penampang batang atau medianya,
selisih suhu antara kedua benda(kedua reservoir misalnya), dan berbanding terbalik dengan panjang
bidang batang. Terdapat konduktivitas termal menyatakan kemampuan bahan menghantarkan
kalor.(Hasra, Amran:2008)
Konduktivitas termal berbagai bahan isolator juga diberikan dalam table.Sebagai contoh,
nilai untuk wol kaca(glass wol) ialah 0.038W/m ℃ dan untuk kaca jendela 0.78 W/m ℃ . Pada suhu
tinggi , perpindahan energy pada bahan isolator berlangsung dalam beberapa cara:konduksi melalui
bahan berongga atau padat, konduksi melalui udara yang terkurung dalam rongga –rongga dan jika
suhu cukup tinggi melalui radiasi.(j.P. Holman,1993:6-10).