Anda di halaman 1dari 44

MODUL

PRAKTIKUM THERMODINAMIKA

LABORATORIUM FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA

U H A M K A

MODUL FISIKA DASAR II i


KATA PENGANTAR

Buku penuntun praktikum fisika dasar ini sebagai pegangan untuk memahami lebih
jelas kebenaran teori-teori dasar ilmu fisika yang diberikan didalam perkuliahan.
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan sedikit lebih banyak dipengaruhi oleh ketelitian
praktikum yang didalamnya melakukan percobaan.

Pada pembagian pendahuluan dibahas mengenai tata tertib yang wajib ditaati oleh
setiap peserta praktikum, yang dilanjutkan dengan cara pembuatan laporan serta system
penilaiannya lalu dibahas pula dengan cara menggunakan alat –alat yang sering digunakan,
dan terakhir mengenai teori kesalahan yang membahas cara menganalisa data dengan
menggunakan teori ketidakpastian.

Dalam petunjuk setiap mata percobaan, alat – alat yang digunakan, teori singkat
mengenai materi yang akan di praktekkan, jalannya percobaan dan pertanyaan – pertanyaan
yang wajib dijawab yang selanjutnya di akhiri dengan arahan kesimpulan.

Besar harapan kami tidak lain, semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya, khususnya bagi para peserta praktikum fisika dasar.

Jakarta, Maret 2020

Tim Dosen Pend Fisika

FKIP UHAMKA

MODUL FISIKA DASAR II ii


DAFTAR ISI

MODUL .................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM THERMODINAMIKA ................... iv
CONTOH COVER ................................................................................................................ vi
CARA BUAT LAPORAN PRATIKUM ............................................................................. vii
PENGENALAN ALAT PENGUKURAN ............................................................................ ix
TEORI KESALAHAN ........................................................................................................ xvi
PERCOBAAN I KALORIMETER ....................................................................................... 1
PERCOBAAN II TERMOMETRI ....................................................................................... 4
PERCOBAAN III TEORI KINETIK GAS .......................................................................... 7
PERCOBAAN IV HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC ........................................................ 10
PERCOBAAN V HUKUM BOYLE ................................................................................... 14
PERCOBAAN VI KONDUKTIFITAS THERMAL .......................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 1

MODUL FISIKA DASAR II iii


PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM THERMODINAMIKA

1. Sepuluh menit sebelum kegiatan dimulai, praktikan sudah siap di laboratorium.

2. Tas/tempat buku dan sebagainya diletakkan ditempat yang telah disediakan.

3. Setiap alat yang akan dipergunakan harus dipinjam dari petugas laboratorium dengan mengisi
dan menandatangani bon peminjaman alat.

4. Keselamatan alat-alat yang dipinjam pada butir tiga merupakan tanggung jawab peminjam/
kelompok peminjam. Jika terjadi kerusakan, kehilangan alat peminjam / kelompok peminjam
harus mengganti / memperbaiki alat tersebut.

5. Setiap praktikan bertanggung jawab dan berkewajiban untuk menjaga kebersihan alat-alat dan
ruang laboratorium.

6. Praktikan harus mempersiapkan diri atas keperluan untuk praktikum sebelum masuk
laboratorium (misalnya teori-teori yang mendukung kegiatan yang dilakukan, lembar data,
bahan yang tidak tersedia di laboratorium) .

7. Setiap kali praktikum selesai, tiap praktikan harus membuat laporan sementara berupa: hasil
pengamatan, daftar alat yang digunakan lengkap dengan spesifikasinya, diagram rangkaian
dsb. Laporan ini harus disahkan oleh asisten.

8. Berdasarkan laporan sementara pada butir tujuh, tiap praktikan wajib membuat laporan resmi
dengan ketentuan:

a. Halaman pertama ditulis pada kertas yang disediakan oleh laboratorium.

b. Halaman berikutnya pada kertas folio bergaris atau polos.

c. Laporan resmi berisi:

1. Tujuan kegiatan/praktikum.

2. Daftar alat-alat yang digunakan lengkap dengan spesifikasinnya.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA iv


3. Teori yang mendukung kegiatan guna mencapai tujuan.

4. Jalannya percobaan/kegiatan.

5. Perhitungan: hasil-hasil perhitungan / pengukuran dibuat dalam bentuk tabel.

6. Kesimpulan dan jawaban pertanyaan. Bila adagrafik maka grafik


tersebut dibuat pada kertas milimeter.

d. Laporan resmi ini diserahkan paling lambat sebelum praktikum berikutnya.

Demikian peraturan dan tata tertib ini dikeluarkan untuk diperhatikan dan ditaati.
Pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib ini dapat dikenakan sanksi.

Tim Penulis

Maret 2020

MODUL PRAK THERMODINAMIKA v


CONTOH COVER
Kode laporan (LP / LL)

JUDUL PERCOBAAN

………………………………………………………………………………………………

Nama : ……………………………

No Induk Mahasiswa : ……………………………

Jurusan : ……………………………

Hari / Jam : ……………………………

Tgl Percobaan : ……………………………

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JAKARTA

2020

MODUL PRAK THERMODINAMIKA vi


CARA BUAT LAPORAN PRATIKUM

Untuk setiap jenis percobaan, seorang pratikan diwajibkan untuk membuat dua macam
laporan pratikum, yang terdiri dari :
a. Laporan Pendahuluan (LP), yaitu laporan yang dibuat sebelum melakukan percobaan. Pada
tahap ini juga diadakan kuis yang dilaksanakan secara lisan (interview), dengan maksud
untuk mengetahui kesiapan pratikan dalam memahami jenis percobaan yang akan dilakukan.

b. Laporan Lengkap (LL), yaitu laporan hasil percobaan yang telah dilakukannya. Pada tahap
ini diharapkan pratikan dapat menganalisa hasil pengamatan atau pengukuran yang di dapat
selama melakukan percobaan.

Baik laporan pendahuluan maupun laporan lengkap ditulis tangan dengan menggunakan
tinta berwarna hitam pada kertas polio. Isi masing-masing laporan adalah :
a. Laporan Pendahuluan (LP), berisi :
1) Tujuan : menerangkan secara singkat dan jelas apa tujuan dari percobaan yang akan kita
lakukan.
2) Teori : uraian singkat dan lengkap tentang teori percobaan.
3) Peralatan : alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan.
4) Jalannya percobaan : menjelaskan langkah-langkah yang akan di lakukan dalam
melakukan percobaan.
5) Tugas perndahuluan (jika ada) : pertanyaan yang wajib dijawab/dikerjakan sebelum
melakukan percobaan.
b. Laporan Lengkap (LL), berisi :
1) Tujuan : menerangkan secara singkat dan jelas apa tujuan dari percobaan itu.
2) Teori : uraian singkat dan lengkap tentang teori percobaan.
3) Peralatan : alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan.
4) Jalannya percobaan : menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
percobaan.
5) Data percabaan : hasil pengamatan atau pengukuran yang didapat selama melakukan
percobaan.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA vii


6) Pengolahan data : perhitungan dengan teori kesalahan / ketidakpastian (disesuaikan
dengan pertanyaan tugas akhir), dimana hasil akhir ditulis dengan jelas dan lengkap
dengan angka berarti serta satuan yang tepat.
7) Tugas akhir : menjawab semua pertanyaan termasuk jawaban yang berkaitan dengan
hasil perhitungan pada pengolahan data ( yang sifatnya hanya melaporkan saja ).
8) Kesimpulan : pembahasan secara singkat dan jelas mengenai hasil analisanya sesuai
dengan kenyataan yang didapat dari percabaan, termasuk sumber-sumber kesalahan yang
mungkin.
9) Daftar Pustaka : buku-buku yang digunakan sebagai referensi dalam pembuatan laporan.
10) Lampiran-lampiran : Gambar alat-alat, Lembar data (asli), Grafik (jika ada) Catatan :
gambar grafik dikertas milimeter block.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA viii


PENGENALAN ALAT PENGUKURAN

A. Akurasi Pengukuran

Pengukuran merupakan proses yang melibatkan tiga pihak yaitu: benda yang
diukur, alat ukur, dan orang yang mengukur. karena ketidaksempurnaan dari ketiga pihak
tersebut maka dalam setiap pengukuran selalu ada kesalahan (ketidakpastiaan), yaitu
adanya perbedaan antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Besar-
kecilnya kesalahan ini ditentukan oleh kondisi alat ukur, kondisi benda yang diukur, metode
pengukuran, dan kecakapan si pengukur.

Ada dua aspek penting yang perlu dipertim-bangkan dalam pengukuran, yaitu
ketelitian (akurasi) dan ketepatan (presisi). Dengan memahami dua aspek ini, kita dapat
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kesalahan dalam pengukuran.

1. Ketelitian (akurasi)

a. Pengertian ketelitian dan kesalahan sistematis

Ketelitian adalah persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga


sebenarnya (ukuran sebenarnya benda yang diukur). Harga sebenarnya ini tidak
pernah diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah harga pendekatan atau harga
yang dianggap benar. Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang
dianggap,benar disebut kesalahan sistematis. Semakin kecil kesalahan, maka
pengukuran dikatakan semakin teliti atau lebih teliti.

b. Beberapa sumber kesalahan sistematis

Sebagai penyebab terjadinya kesalahan sistematis dalam pengukuran antara


lain sebagai berikut.

1) Kesalahan kalibrasl

Kesalahan ini disebut juga kesalahan mate-matis, yaitu pemberian atau


pembagian skala alat ukur yang tidak tepat. Hal ini mungkin terjadi pada waktu

MODUL PRAK THERMODINAMIKA ix


pembuatan alat ukur itu .sendiri, atau mungkin karena usianya; atau karena
pengaruh suhu, kelembaban, dan faktor-faktor fisis lain. Kesalahan ini dapat
diperiksa dengan membanding-kan hasjl pengukuran menggunakan alat ukur

tersebut dengan hasil pengukuran menggunakan alat ukur standar.


Perlakuan seperti ini disebut kalibrasl ulang (ditera ulang).

2) Kesalahan tltik nol

Bila alat ukur saat sebelum dipakai atau saat setelah dipakai tidak
menunjukkan angka nol, berarti alat ukur tersebut mengalami kesalahan
titik nol (zero error). Kesalahan penunjukan angka nol ini dapat dikoreksi dengan
mudah, yaitu dengan memutar kenop pengatur pada alat ukur itu. Tetapi apabila
tidak bisa diatur kembali ke posisi nol, maka harga kelebihan atau kekurangan
dari harga nol itu harus ditambahkan atau dikurangkan pada setiap hasil
pengukuran dengan alat itu.

3) Kesalahan mutlak dari alat ukur

Setiap alat ukur mempunyai kepekaan (sensi-tivitas) tertentu, yaitu


kemampuan alat ukur menunjukkan suatu perbedaan yang relatif kecil
dengan harga sebenarnya yang diukur. Misalnya, jangka sorong dapat kita
katakan lebih peka daripada mistar ukur, tetapi mikrometer lebih peka lagi
daripada jangka sorong dan mistar ukur. Dengan demikian, alat ukur yang
kurang peka dapat menimbulkan kesalahan yang relatif lebih besar daripada
alat ukur yang lebih peka. Kesalahan aMbat tingkat kepekaan alat ukur disebut
kesalahan mutlak dari alat ukur.

4) Kesalahan paralaks

Kesalahan paralaks adalah kesalahan pem-bacaan si pengukur akibat posisi


pengamatannya yang tidak tepat. Gambar 1.18 memperlihatkan bagaimana
membaca mistar ukur yang paling tepat dan yang tidak tepat. Perlu diperhatikan,
letak mata kita hendaknya tepat pada garis yang tegak lurus mistar, yang

MODUL PRAK THERMODINAMIKA x


ditarik dari titik yang diukur. Bila letak mata di luar garis itu maka panjang
yang terbaca akan lebih kecil atau lebih besar dari yang sebenarnya.

Gambar 1.15

Pembacaan mistar ukur yang tidak tepat dapat menimbulkan

kesalahan paralaks

5) Kesalahan kosinus dan sinus

Apabila garis pengukuran membuat sudut 0 dengan garis yang diukur (karena
pengambilan posisi pengukuran yarig salah) maka akan terjadi kesalahan yang
disebut kesalahan kosinus (gambar 1.19). Bahkan dalam pengukuran dengan
mikrometer mungkin terjadi kesalahan kombinasi, yaitu kesalahan kosinus dan
kesalahan sinus (perhatikan gambar 1.20). Untuk menghindari kesalahan ini
maka saat kita mengukur, perhatikanlah dengan cermat bahwa garis
pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis ukuran benda yang di-
ukur!

Gambar 1.16
Kesalahan kosinus. Ukuran benda sebenarnya adalah

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xi


L, tetapi karena salah posisi alat ukur, hasilnya menjadiM.
PadahalhargaL=Mcos 0, atauM = L/cosd

Gambar 1.17
Kesalahan kosinus dan sinus. Seharusnya ukuran
benda sebenarnya adalah L, tetapi malah menjadi M.
Dalam hal ini L =Mcos d - d sin 6, atauL ~M-d 6 atau M » L + d 9.

6) Kesalahan karena benda yang diukur

Benda yang diukur dapat saja mengalami perubahan bentuk (deformasi)


sewaktu diukur; misalnya karena tertekan (terjepit) oleh alat ukur, atau benda
melengkung oleh beratnya sendiri karena penyimpanannya tidak tepat. Hal ini
mudah terjadi pada pengukuran benda-benda lunak atau benda-benda yang tipis.
Gambar 1.18 memper-lihatkan contoh kesalahan pengukuran akibat benda berubah
bentuk karena tekanan dari alat ukur.

Gambar 1.18
Silinder berdinding tipis berubah bentuk sewaktu
diukur. Harga sebenarnya d, tetapi terukur d'.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xii


7) Kesaiahan karena ada gesekan

Bila pada alat ukur ada bagian-bagian yang bergesekan ketika alat itu dipakai,
lama-kelamaan bagian itu akan aus, sehingga menimbulkan kesalahan pada
hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat agak dikurangi dengan pemeliharaan alat
ukur yang baik.

8) Kesalahan fatigue pada pegas

Fatigue pegas berarti melembeknya pegas karena usia (kelelahan zat). Alat ukur
yang memiliki pegas dan pegasnya sudah lembek, harus diganti dengan pegas yang
sesuai dan ditera kembali. Ciri khas pengukuran dengan kesalahan siste-matis adalah
hasil pengukuran menyimpang ke arah tertentu dari harga sebenarnya;
kemungkin-an menyimpang ke arah positif atau ke arah negatif. Gambar 1.19
memperlihatkan contoh pengukuran yang menghasilkan suatu harga yang lebih
kecil daripada harga sebenarnya (Xo).

Gambar 1. 19
Kesalahan sistematis memberikan penyimpangan hanya ke satu arah saja
terhadap harga sebenarnya(X0)

2. Ketepatan (presisi)

a. Pengertian ketepatan dan kesalahan acak

Ketepatan adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama
dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik (sama). Hasil pengukuran
selalu terpencar di sekitar harga rata-ratanya. Semakin dekat harga-harga tersebut
dengan harga rata-ratanya maka dikatakan hasil pengukuran mempunyai ketepatan
yang tinggi. Penyimpangan yang berkaitan dengan ketepatan pengukuran disebut kesalahan
acak (random error).

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xiii


Andaikan kita dapat mengatasi atau meng-hilangkan semua kesalahan sistematis yang
disebut di atas, tetapi hasil pengukuran selalu menunjukkan penyimpangan dari
harga sebenarnya, hal itu disebabkan masih ada jenis kesalahan lain yang disebut
kesalahan acak.

b. Beberapa sumber kesalahan acak

Beberapa sumber yang menimbulkan kesalahan acak antara lain sebagai berikut.

1) Gerak brown molekul

Jarum alat ukur yang halus dapat terganggu penunjukannya oleh adanya gerak yang
sangat tidak teratur (gerak brown) dari molekul-molekul udara, sehingga ketepatan
penunjukan skalanya menjadi terganggu.

2) Fluktuasi tegangan llstrik

Dalam pengukuran besaran listrik, tegangan pada suatu rangkaian listrik sering
mengalami fluktuasi. Artinya, tegangan mengalami perubahan kecil yang tidak
teratur dan berlalu sangat cepat, sehingga hasil pengukuran menjadi tidak tepat.
Fluktuasi tegangan dapat terjadi, baik dari sumber listrik PLN maupun dari sumber
listrik baterai (aid).

3) Alas benda yang diukur bergetar

Alat ukur yang sangat peka dapat terganggu oleh bergetarnya alas (meja) tempat
menyimpan benda yang diukur. Sumber getarannya misalnya: getaran mesin,
getaran kendaraan berat yang me-lewati lokasi pengukuran, getaran ombak dalam pe-
ngukuran di samudera, getaran gempa, dan lain-lain. Pengukuran dalam kondisi
seperti ini, memer-lukan penambahan alat untuk meredam getaran.

4) Nois

Nois adalah gangguan yang sering kita temui pada alat elektronik, yaitu berupa
fluktuasi yang cepat pada penunjukan alat ukur yang disebabkan komponen-

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xiv


komponen alat ukur naik suhunya. Nois dapat dikurangi dengan memakai
komponen khusus (frendingin) pada alat ukur itu.

5) Radiasi latar belakang

Alat pencacah (pengukur) radioaktif selalu terganggu oleh adanya radiasi kosmik
(radiasi yang datang dari angkasa luar). Oleh karena itu, gangguan ini harus ikut
dihitung sewaktu kita mengukur radiasi bahan radioaktif. Radiasi latar belakang ini
dapat dikurangi dengan melapisi peralatan pencacah dengan bahan timbal yang cukup
tebal.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesalahan acak ini bersumber pada gejala-gejala
yang tidak dapat kita cegah sepenuhnya karena pengaturan dan pengontrolannya
sering di luar kemampuan kita. Ciri khas adanya kesalahan acak ini yaitu
memberikan hasil pengukuran yang terpencar agak ke kiri dan ke kanan dari harga

sebenarnya, seperti ditunjukkan gambar 1.20.

Gambar1.20
Kesalahan acak memberikan hasil pengukuran yang terpencar agak ke kiri dan ke kanan

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xv


TEORI KESALAHAN

Dalam melakukan percobaan yang di dasarkan pada sejumlah pengukuran selalu di


berlakukan teori kesalahan. Hal ini di dasarkan pada suatu keyakinan bahwa setiap pengukuran
selalu di hinggapi kesalahan. Ada tiga jenis pengukuran, yaitu :

a. Kesalahan bersistem, seperti kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan


komponen alat, gesekan antar bagian di dalam suatu alat, kesalahan paralak, dan
kesalahan akibat perbedaan saat bekerja dan keadaan saat alat di kalibrasi.
b. Kesalahan acak, seperti kesalahan akibat gerak Brown, fluktuasi pada tegangan listrik,
landasan yang bergetar dan lain sebagainya.
c. Kesalahan pengamat, di akibatkan karena kurang terampilnya pemakai alat terutama
pada peralatan modern yang rumit pemakainya.
Sumber-sumber kesalahan tersebut wajib kita ketahui dan kita wajib untuk menghilang-kannya,
tetapi nyata bahwa tidak semua kesalahan dapat di hilangkan. Ini adalah suatu fakta yang harus
kita terima.

1. Kesalahan Pengukuran.

Hasil dari suatu pengukuran pada umumnya di sajikan dalam bentuk x = xo  x.

Dengannya kita dapat mengetahui kesalahan x pada hasil pengukuran yang kita peroleh. Hasil
pengukuran yang di wakili oleh x tidak dapat di harapkan tepat sama dengan nilai benar xo.
Tetapi selama xo terdapat di dalam interval x - x dan x + x, percobaan kita sungguh
mempunyai arti dan dapat di pertanggung jawabkan. Di sini x di sebut dengan salah mutlak.

a. Pengukuran tunggal, yaitu pengukuran suatu besaran yang di lakukan cukup hanya satu kali
saja atau beberapa kali hasilnya tetap sama, oleh karena pengukuran yang kita lakukan tidak
menghasilkan nilai yang berbeda. Hasil pengukuran tunggal di sajikan dalam bentuk : x = x1
 x
di mana : x1 = hasil dari pengukuran tunggal

x = salah mutlak = ½ skala pengukuran terkecil (spt)

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xvi


b. Pengukuran berulang, yaitu pengukuran suatu besaran yang apabila di lakukan berulang kali
hasilnya berbeda-beda. Misalkan hasil epngukuran dari suatu populasi x adalah x1, x2, x3, …
,xn , maka nilai yang terbaik mewakili data tersebut adalah nilai rata-rata, yaitu :

X = x +x +x
1 2 3
++ x n
=
x i

n n

dan salah mutlak x adalah simpangan baku nilai rata-rata, yaitu :

x =
2
(
n  x1 −  x1 )2

n (n −1)
2

Sedangkan hasil pengukurannya di sajikan dalam bentuk :

x = x  x

X = nilai rata − rata sampel


di mana :  = simpangan baku rataan sampel
n = jumlah populasi (data)

c. Kesalahan relative

Untuk menyatakan kesalahan pengukuran suatu besaran adalah dengan kesalahan


relatifnya yaitu x/x (tidak berdimensi), dan seringkali di nyatakan dalam %, yaitu
dengan cara mengalikan harga x/x dengan 100%. Kesalahan relatif selalu di
hubungkan dengan ketelitian pengukuran, makin kecil kesalahan relatif berarti makin
tinggi ketelitian pengukuran tersebut.

2. Angka Berarti

Ketelitian pengukuran dapat pula di nyatakan dengan memperhatikan banyaknya angka yang
di pakai. Angka-angka ini di sebut dengan angka berarti atau angka signifikan.
Sebagai contoh : 26,73 m mempunyai 4 angka berarti
8,50 gr mempunyai 3 angka berarti
0,70 cm mempunyai 2 angka berarti

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xvii


Dalam menyajikan hasil pengukuran, banyaknya angka berarti yang di gunakan berkaitan dengan
besarnya kesalahan relatif pengukuran tersebut. Makin kecil kesalahan relatif pengukuran, maka
makin besar jumlah angka berarti yang boelh di ikut sertakan. Dalam hal ini kita dapat berpegang
pada aturan praktis sebagai berikut :

- Kesalahan sekitar 10% memberi hak atas dua angka berarti


- Kesalahan 1% memberi hak atas tiga angka berarti
- Kesalahan 0,1% memberi hak atas empat angka berarti
- Kesalahan 0,01% memberi hak atas lima angka berarti

3. Perambatan Kesalahan

Banyak besaran fisis yang tidak dapat di tentukan dengan pengukuran secara langsung,
tetapi merupakan fungsi dari besaran-besaran lain yang dapat di ukur langsung. Misalnya untuk
mengetahui harga z harus di ukur terlebih dahulu besaran x dan y, maka di sini z = z(x,y).
Tentunya besarnya kesalahan z di pengaruhi oleh kesalahan-kesalahan x dan y, dan di
katakan sebagai kesalahan akibat perambatan.

Contoh sederhana : mengetahui massa air dalam kalorimeter, mengetahui pertambahan


panjang dari pemuaian suatu logam, dan lain sebagainya.

a. Fungsi satu variabel

Misalkan besaran z hanya bergantung pada satu besaran lain yang mana merupakan
hasil pengukuran, sebut besaran itu adalah x, sehingga dapat di tulis z = z(x). Untuk
fungsi tersebut ada dua kasus, yaitu :
1. Jika besaran x merupakan hasil pengukuran tunggal, maka :

dz
z = x
dx

2. Jika besaran x merupakan hasil pengukuran berulang, maka :

2
 dz 
 dx  (x)
2
z =

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xviii


b. Fungsi dua variable atau lebih.
Misalkan besaran w bergantung pada besaran lain yang lebih dari satu yang mana
besaran-besaran tersebut merupakan hasil pengukuran, sebut besaran-besaran tersebut
adalah x, y dan z, sehingga dapat di tulis w = w(x, y, z). Untuk fungsi tersebut dapat di
bagi menjadi tiga kasus, yaitu :
1. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran tunggal atau x, y dan z kesemuanya
merupakan ½ spt, maka :
w w w
w = x + y + z
x y z

2. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran berulang atau x, y dan z kesemuanya
merupakan simpangan baku nilai rata-rata sample, maka :

 w   w   w 
2 2

( )  y  (y )  z  (z )
2 2 2
w = x +
 x 
 
3. Jika besaran x, y dan z merupakan kombinasi antara hasil pengukuran tunggal dan
berulang, maka kesalahan dalam bentuk ½ spt dapat di rubah menjadi simpangan baku
dengan cara mengalikannya dengan 2/3, kemudian w di hitung dengan cara seperti nomor 2

4. Perbandingan Terhadap Literatur.

Untuk mengetahui apakah percobaan yang kita lakukan sudah benar atau belum (minimal
mendekati kebenaran), perlu di lakukan perbandingan antara hasil akhir yang di peroleh dari
percobaan dengan harga literaturnya. Hasil perbandingan ini merupakan suatu kesalahan
terhadap literatur yang biasa di nyatakan dalam %. Cara perhitungannya yaitu :

Kesalahan terhadap literatur =


x −x
i1 perc.
x 100% =%
x 1i1

Makin kecil prosentase kesalahannya, maka semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa
percobaan yang kita lakukan sudah mendekati kebenaran.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xix


5. Pembuatan Grafik.

Selain dengan cara analitik seperti di atas, untuk membuktikan suatu rumus maupun perhitungan
suatu konstanta (koefisien) dalam rumus, dapat juga di tentukan secara grafik. Dengan cara ini
kita dapat pula melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Untuk
keperluan tersebut di gunakan grafik yang paling sederhana, yaitu grafik yang berbentuk linier
dan memiliki persamaan :

y = m1x + n1

di mana : m1 = slope (gradien)

n1 = untercept

Untuk mencari harga n1 dan n1 kita gunakan persamaan :

N (xi yi) −  x  y i
mi = i i

N  xi −  x i
2
( ) 2

N  xi y −  x  (x y )
2

ni = i i i i

N  x − ( xi )
2 2
i

MODUL PRAK THERMODINAMIKA xx


PERCOBAAN I
KALORIMETER

1. Tujuan
1. Mampu memahami sistem kerja kalorimeter.
2. Mampu menentukan nilai tara panas

2. Alat yang digunakan


a. Kalorimeter dilengkapi dengan kumparan pemanas dan pengaduk
b. Termometer
c. Voltmeter
d. Amperemeter
e. Gelas ukur
f. Stopwatch
g. kabel penghubung

3. Dasar Teori
Kita mengetahui bahwa arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian juga
menghasilkan panas. Pada peralatan–peralatan yang menggunakan arus listrik sebagai sumber
energinya, apabila kita aktifkan dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul panas pada
bagian rangkaian listrik yang merupakan tempat/pusat aktifitas arus listrik. Kenyataan tersebut
perlu dikaji lebih lanjut mengingat panas yang ditimbulkan tergantung oleh beda potensial,
arus listrik serta waktu yang diperlukan.

Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 10C pada air dengan
massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini berlaku azas Black yaitu:

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 1


Q lepas = Q terima
Q air panas = Q air dingin + Q kalorimeter
m1 c (Tp – Tc) = m2 c (Tc – Td) + C(Tc – Td)
keterangan:
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin

Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor,
kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan
keadaan. Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energy dalam suatu proses
termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor yang
dipindahkan ke sistem. Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan
dan tidak spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar.
Sedangakan reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari Kristal sempurna murni pada suhu
nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak menunjukkan keteraturan
tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit diatas
0 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif Kalor reaksi dapat
diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan perubahan suhu (ΔT), yang
dinyatakan dengan persamaan berikut q = m . c . ΔT .
Keterangan :
q = jumlah kalor (Joule)
m = massa zat (gram)
Δt = perubahan suhu (takhir - tawal)
c = kalor jenis

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 2


4. Jalannya Percobaan

1. Menyusun alat-alat percobaan seperti gambar


2. Mengisi kalorimeter dengan air suling sebanyak 100 mL dan menghitung berapa massa air
suling pada kalorimeter tersebut.
3. Menghubungkan arus dalam waktu yang singkat dan mengatur arusnya sebesar 1A, kemudian
mematikan sumber tegangan DC.
4.Mengaduk air dan mencatat suhu sebagai suhu awal T1.
5. Mengalirkan kembali arus listrik (sumber tegangan DC diaktifkan). Mencatat tegangan yang
terukur pada voltmeter.
6.Mencatat suhu pada saat 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit dan 15 menit, isikan sebagi suhu
T2. Setelah 15 menit matikan sumber tegangan DC.
7 Mengganti air di dalam kalorimeter dan mengulangi percoabaan diatas dengan besar arus yang
mengalir 3A.
8 Mengisikan data pada tabel yang tersedia.
9 Menghitung tara panas listrik untuk masing-masing percobaan dan menghitung rata-ratanya.
10 Menghitung ketelitian percobaan dengan literatur (1kalori = 4,2 Joule)
11 memberikan kesimpulan dari percobaan ini.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 3


PERCOBAAN II
TERMOMETRI

1. Tujuan
Memahami Konsep Temperatur dan Hukum ke Nol Termodinamika dan menentukan
grafik Temperatur terhadap Waktu (grafik perubahan Fase Es)

2.Alat yang digunakan


a. Termometer
b. Stopwatch
c. Busen
d. kasa
e. Beker gelas
f. Es
g. Kaki tiga

3. Dasar Teori
Kalor yang diberikan pada proses kenaikan temperatur bergantung pada jenis benda dan
sebanding dengan massa benda serta kenaikan temperatur benda. Jenis benda ditandai dengan
besaran yang disebut kapasitas kalor benda. Kapasitas kalor didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah panas yang diberikan kepada suatu benda dengan kenaikan temperatur benda.
Definisi ini dapat diformulasikan secara matematissebagai berikut.
-1
C = dQ / dT dengan satuan J K ……………. (1)

Kapasitas kalor jenis didefinisikan sebagai kapasitas kalor per massa benda. Definisi ini dapat
diformulasikan secara matematis sebagai berikut.
-1 -1
c = C : m = dQ / m dT dengan satuan J kg K ………………… (2)
Persamaan 2 biasa ditulis seperti persamaan 3 berikut.
dQ = m c dT dengan satuan J. …………………….. (3)

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 4


Air (H2 O) dalam fase padat bentuk dan volumenya tidak berubah. Air dalam fase padat

disebut es. Jika es dinaikkan temperaturnya, es mulai mencair dan akhirnya es berubah menjadi
air semuanya. Dalam perubahan fase dari fase padat ke fase cair temperatur zat tetap dan disebut
sebagai titik lebur. Kalor yang terlibat dalam perubahan fase ini disebut kalor laten, dalam hal ini
disebut kalor lebur. Sedangkan proses perubahan fase padat ke fase cair disebut mencair.
Air (H2 O) dalam fase cair disebut air. Air volumenya tetap tetapi bentuknya berubah-

ubah sesuai dengan wadahnya. Jika air dinaikkan temperaturnya, maka air mulai mendidih dan
berubah sifatnya menjadi uap air (H2 O). Dalam perubahan fase dari fase cair ke fase gas

temperatur zat tetap dan disebut sebagai titik uap. Kalor yang terlibat dalam perubahan fase

Perubahan Fase Zat (Benda)

4. Jalannya Percobaan
1. Menyusun alat-alat percobaan seperti gambar di bawah.
2. Masukkan sebongkah es (kira-kira sebesar kepalan tangan) dengan massa m kilogram
(kg) ke dalam beker gelas dan letakkan pada kasa kaki tiga seperti gambar berikut.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 5


3. Catat Berapa derajat Celsius temperatur es mula-mula ?
4. Nyalakan bunsen bersamaan dengan mengaktifkan jam henti (stop watch).
5. Amati baik-baik apa yang terjadi dalam proses pemanasan ini. Peristiwa apa yang
mula-mula terjadi ? Peristiwa apa yang terjadi pada saat proses berlangsung ?
Peristiwa apa yang terjadi pada akhir proses ?
6. Mengganti es dan mengulangi percobaan diatas
7. Gambarkan semua peristiwa yang terjadi dalam satu grafik !
8. Apakah grafik yang diperoleh dari percobaan sesuai dengan grafik menurut teori
(literature)?

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 6


PERCOBAAN III
TEORI KINETIK GAS

I. Tujuan
Menentukan hubungan volume, tekanan, suhu dan jumlah partikel

2.Alat dan Bahan


1. Piston
2. Power Supply
3. Pelor
4. Beban

3. Dasar Teori :
Hukum Boyle
“Apabila suhu gas yang berada dalam ruang tertutup dijaga konstan, maka tekanan gas
berbanding terbalik dengan volumenya”.
pV = konstan
atau
p1V1 = p2V2

Hukum Gay Lussac


“Apabila volume gas yang berada pada ruang tertutup dijaga konstan, maka tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya”.
P ~ T Atau V ~ T

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 7


Hukum Charles
“Apabila tekanan gas yang berada dalam ruang tertutup dijaga konstan, maka volume gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya.”

Hukum Boyle-Gay Lussac


“Apabila tekanan, volume, dan suhu gas dalam suatu bejana mengalami perubahan, maka
berlaku penggabungan Hukum Boyle dan Hukum Gay Lussac.”
PV = N k T
Jika N = n NA dan n NA = R
Maka : PV = n R T

4. Jalannya Percobaan

Tekanan (P) dengan Volume (V)


1. Model teori kinetik gas dihubungkan ke power supply. Sejumlah pelor dimasukkan ke
dalam model teori kinetik gas. Pelor ini diumpamakan sebagai partikel gas yang bergerak di
suatu ruang tertutup.
2.Setelah pelor dimasukkan, piston yang telah ditambah beban dimasukkan dalam model teori
kinetik gas dan ditutup dengan penutup
3.Tekan tombol on dan volume diamati.
4.Diulangi dengan jumlah beban berbeda, lalu dicatat perubahan volume yang terjadi

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 8


Volume (V) dengan Suhu (T)
1.Model teori kinetik gas dihubungkan ke power supply. Sejumlah pelor dimasukkan ke
dalam model kinetik gas. Pelor ini diumpamakan sebagai partikel gas yang bergerak di suatu
ruang tertutup.
2.Setelah pelor dimasukkan, tutup model teori kinetik gas dengan piston dan penutupnya.
3.Kemudian tekan tombol on dan volume diamati dan dicatat perubahannya ketika suhu
dinaikkan dan diturunkan dengan mengatur nilai volt.

Tekanan (P) dengan Suhu (T)


1.Model teori kinetik gas dihubungkan ke power supply. Sejumlah pelor dimasukkan ke
dalam model kinetik gas. Pelor ini diumpamakan sebagai partikel gas yang bergerak di suatu
ruang tertutup.
2.Setelah pelor dimasukkan, piston yang telah ditambah beban dimasukkan dalam model tori
kinetik gas dan ditutup dengan penutup.
3.Tekan tombol on pada power supply dan volume diamati.
4.Lalu dimulailah untuk mengatur suhu dari power supply dengan menaikan nilai volt.
5. Diulangi dengan jumlah beban berbeda dan nilai volt yang berbeda, lalu dicatat perubahan
volume yang terjadi.

Jumlah Partikel (N) dengan Volume (V)


1.Model teori kinetik gas dihubungkan ke power supply. Sejumlah pelor dimasukkan ke
dalam model kinetik gas. Pelor ini diumpamakan sebagai partikel gas yang bergerak di suatu
ruang tertutup.
2. Setelah pelor dimasukkan, piston yang telah ditambahkan beban dimasukkan ke dalam
model teori kinetik gas dan ditutup dengan penutupnya.
3. Tekan tombol on pada power supply dan volume diamati.
4. Lakukan dengan jumlah pelor yang berbeda dicatat perubahan volume yang terjadi.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 9


PERCOBAAN IV
HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
1. Tujuan
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengukur tekanan, volume, dan suhu serta memeriksa berlakunya hokum Boyle-Gay Lussac.
2.Menggunakan Boyle-Gay Lussac untuk meyelesaikan permasalahan tentang gas ideal.

II. Alat - Alat


a. Manometer terbuka
b. Pipa
c. Termometer
d. Barometer
e. Tabung Elenmeyer
f. Alat pemanas
g. Gelas Kimia
h. Pembakar spiritus

III. DASAR TEORI


Sebelum mempelajari tentang hukum Boyle-Gay Lussac, perlu dipelajari terlebih dahulu
hukum Boyle hukum Gay Lussac dan persamaan gas ideal.
Hukum Boyle
Gas dengan jumlahnya tertentu dan dijaga pada suhu tetap, apabila volumenya berubah maka
tekanannya akan berubah. Demikian juga sebaliknya, apabila tekanannya berubah maka
volumenya juga akan berubah. Hasil kali antara tekanan dan volume akan tetap. Secara
matematis dapat dinyatakan dengan:
PV= konstan ......................................................................................(1)
Persamaan (1) merupakan ungkapan bagi hukum Boyle. Dalam kenyataannya, hukum Boyle
hanya berlaku untuk gas ideal.
Hukum Gay Lussac
Gay Lussac memberi pernyataan sehubungan dengan perubahan volume dari suatu gas karena
MODUL PRAK THERMODINAMIKA 10
adanya perubahan suhu dan telah melakukan pengukuran koefisien ruang dari berbagai
macam gas pada tekanan tetap. Hasil percobaannya dapat dinyatakan dalam rumusan
matematis sebagai berikut:

V=Vo {1+ ß(t-to)}…………………………………………….. (2)


dengan,
V: volume gas pada suhu t.
Vo: volume gas pada suhu to.
ß: koefisien muai ruang gas pada tekanan tetap.

Persamaan (2) merupakan ungkapan bagi hukum Gay Lussac. Harga numerik ß bergantung pada
skala suhu yang diambil dan suhu acuan to. Jika suhu acuan to diambil pada 0oC, maka
persamaan (2)
menjadi:
V=Vo(1+ßot)……………………………………………………….(3)

Dengan ßo adalah ß untuk suhu acuan to = 0oC. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa harga
ßo hampir sama untuk semuan gas, yaitu sebesar 0,003660/oC atau (1/273)/ oC.
Jadi gas yang jumlahnya tertentu dengan tekanan tetap, volumenya akan bertambah sebesar 1/273
tiap kenaikan suhu sebesar 1oC.
Hukum Gay Lussac selain dinyatakan dalam bentuk persamaan (2) juga dapat dinyatakan dalam
bentuk P/T = konstan dan V/T = konstan.
Persamaan Keadaan Gas Ideal
Hukum Boyle dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan untuk mendapatkan suatu persamaan
yang menghubungkan tekanan, volume dan suhu gas ideal. Apabila terdapat suatu proses
pemuaian pada tekanan tetap (proses isobarik) dan dilanjutkan dengan proses pemampatan
pada suhu tetap (proses isotermis), maka berlaku hukum Gay Lussac yang dinyatakan dengan:

V1=Vo(1+ßot)………………………………………………………(4)

Dan berlaku juga hukum Boyle:

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 11


PV = PoV1……………………………………………………………(5)
Dengan mensubstitusikan persamaan (4) dan (5) didapat:
PV = PoVo (1 + ßot)
PV = PoVo ßo (t + 1/ßo) …………………………………………….. (6)

Hukum Avogadro menyatakan bahwa untuk semua gas ideal sebanyak 1 mol pada keadaan standar
(1 atm, 0oC) memiliki volume 22,4 l dan pada tekanan Po dan volume Vo untuk n mol gas berlaku:

PoVo ßo = n x 8,31 x 107 erg/oC.

Dengan R = 8,31 x 107 erg/moloC = 8,31 joule/moloC dan disebut dengan tetapan gas universal,
persamaan (6) dapat dinyatakan dengan:
PV = n R (t + 273)

PV = nRT ……………………………………… (7)


Persamaan (7) disebut dengan persamaan keadaan gas ideal.

Hukum Boyle-Gay Lussac


Berdasarkan persamaan (7), untuk gas ideal yang memiliki jumlah tertentu akan berlaku:
PV T =konstan ……………………………………………….. (8)

IV. Jalannya Percobaan


a. Catat suhu ruang dan tekanan udara luar yang terukur oleh barometer.
b. Tentukan titik setimbang permukaan air raksa pada manometer.
c. Rangkai alat seperti pada gambar; Rangkai alat seperti pada gambar;

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 12


MODUL PRAK THERMODINAMIKA 13
PERCOBAAN V
HUKUM BOYLE

I TUJUAN
1. Untuk mencari hubungan antara tekanan dan volume zat cair untuk suhu tetap.
2. Untuk membuktikan bahwa hasil kali antara tekanan dan volume pada sistem atau keadaan
konstan.

II.Teori Singkat
Untuk jumlah gas tertentu, ditemukan secara eksperimen bahwa sampai pada pendekatan
yang cukup baik, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan yang diberikan padanya ketika
temperatur dijaga konstan (Giancoli, 2001: 460).
Bila kita menekan gas sambil menjaga temperaturnya konstan, maka kita akan
mendapatkan bahwa tekanan berubah atau bertambah bila volumenya berkurang. Demikian pula
ketika kita menyebabkan gas memuai pada temperatur konstan, tekanannya akan berkurang bila
volumenya bertambah, ini berarti bahwa hasil kali antara tekanan dan volume gas adalah
konstan. Hal ini ditemukan secara eksperimen oleh Robert Boyle (1627 – 1691), rekan sezaman
yang lebih mudah dari pada Galileo dan lebih tua dari pada Newton (Tipler, 1991: 572).
Hukum Boyle berlaku untuk setiap dua keadaan setimbang, yaitu 1 dan 2 di mana c
adalah konstanta dalam arti umum (kita katakan, ketika T=c maka PV=c, tetapi T tidak sama
dengan PV) (Faires, 1970: 144).
Hukum boyle menyatakan hasil dari volume gas dikali dengan tekanan adalah konstans. Atau
secara matematis dinyatakan oleh
𝑃𝑉 = 𝑘
Dimana 𝑘 adalah kontantan

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 14


III. Alat - Alat
1. Heat enginee/Gas Law Apparatus 4. Stopcock Valve
2. Locking screw 5. Pressure sensor adapter tubing
3. Main connector tubing 6. PASCO Pressure sensor

Jalannya Percobaan
1. Menyediakan alat dan bahan yang dilakukan pada percobaan ini.
2. Merangkai alat dan bahan seperti pada gambar.
3. Longgarkan sekrup pengunci sehingga piston dapat bergerak dengan bebas ke atas dan ke
bawah. Mulailah dengan piston di posisi paling atas. Kencangkan sekrup dengan ibu jari
untuk menahan piston pada tempatnya.
• Anda dapat merekam posisi piston menggunakan skala metrik di sisi silinder.
4. Pasang tubing konektor utama ke port konektor pelepas cepat di Heat Engine. Tambahkan

stopcock valve pada ujung female Luer barb.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 15


5. Pasang adaptor tubing Pressure Sensor pada female luer barb pada ujung konektor tubing

6. Hubungkan PASCO Pressure Sensor ke tubing adaptor pressure sensor.

7. Tutup katub pada stopcock.

8. Connect PASCO Pressure Sonsor pada computer device.

Software Setup

1. Start PASCO data collecting software dan atur tampilan untuk merekam tekanan. Atur

perekaman data untuk pengambilan sampel manual (catat data untuk posisi).

2. Buat perhitungan untuk volume silinder berdasarkan ketinggian (posisi) piston.

Tambahkan perhitungan Anda.

Catatan: Volume dalam silinder tergantung pada posisi piston dan luas permukaan

piston. Diameter piston adalah 32,5 milimeter

Data Collection

1. Bersiaplah untuk mencatat tekanan dan posisi piston. Longgarkan sekrup pengunci.

Tekan platform ke bawah ke serangkaian level (seperti setiap 5 mm) dan catat secara

manual posisi piston dalam tabel. Perhatikan nilai tekanannya. (CATATAN: Jaga tekanan

di bawah 340 kilopascal (kPa) untuk meminimalkan kemungkinan kebocoran udara di

sekitar piston.)

2. Berhenti merekam data saat Tekanan sebesar (120 kPa).

Data Analysis

Gunakan data perekaman untuk membuat grafik hubungan Volume (𝑉) terhadap invers dari

Tekanan (𝑃−1 )

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 16


HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
ρair : 1 gram/cm 3 : 1000 g/m3
g : 10 m/s 2

No. 𝑉 (𝑚3 ) ℎ ( 𝑚𝑚 ) 𝑃 ( 𝑃𝑎 ) ℎ (𝑚𝑚) 𝑃−1

Pertanyaan
Seberapa baik grafik volume terhadap tekanan untuk mendukung gagasan bahwa volume gas
pada suhu konstan berbanding terbalik dengan tekanan gas?

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 17


PERCOBAAN VI
KONDUKTIFITAS THERMAL

I. Tujuan

1. Mengukur konduktivitas termal beberapa material yang berbeda


2. Menentukan tipe material sampel yang digunakan apakah konduktor atau isolator.

II. Alat-alat
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

No. Nama Peralatan Jumlah


1 Stand with insulating pad 1
2 Generator uap 1
3 Tabung 1 1
4 Tabung 2 1
5 Material berbeda 1 set
6 Termometer 1
7 Jangka sorong 1
8 Stopwatch 1

III. Teori
Konduksi termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur
menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang lain dari benda yang
sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang ditransfer dari suatu titik ke titik yang lain
melalui salah satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Bila panas yang di transfer
tidak diikuti dengan perpindahan massa dari benda disebut dengan peristiwa konduksi.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 18


Penyelidikan terhadap konduktivitas termal adalah untuk menyelidiki laju dari konduksi
termal melalui beberapa material. Jumlah panas yang dikonduksikan melalui material persatuan waktu
dilukiskan oleh persamaan:

Q T
= kA
t x

Dalam kasus perubahan temperatur sebagai akibat perubahan posisi yang sangat kecil di mana
Δx → 0, maka berlaku:

dT (T2 − T1 )
=
dx x

Bila garis dari aliran panas adalah parallel , maka gradien temperatur pada setiap penampang
adalah sama. Untuk kondisi ini jumlah panas yang dikonduksikan persatuan waktu dapat dituliskan
dalam bentuk :

Q (T − T )
= kA 2 1
t h

Dalam penampang ∆Q = energi panas total yang dikonduksikan , A= luas dimana konduksi
mengambil tempat, ∆T = perbedaan temperatur dua sisi dari material, ∆t = waktu selama konduksi
terjadi , h= ketebalan dari material dan k= konduktivitas termal dari material.

Koefisien konduktivitas termal k didefinisikan sebagai laju panas pada suatu benda dengan suatu
gradien temperatur. Nilai konduktivitas termal penting untuk menentukan jenis dari penghantar yaitu
konduksi panas yang baik (good conductor) dan penghantar panas yang tidak baik(good insulator).
Karena itu nilai dari konduktivitas termal menjadi penting untuk dibahas. Nilai konduktivitas termal
suatu material dapat ditentukan melalui pengukuran tak langsung. Dengan melakukan pengukuran
secara langsung terhadap beberapa besaran lain, maka nilai konduktivitas termal secara umum dapat
ditentukan melalui persamaan:

Qh
K=
AT t

Dalam teknik pengukuran konduktivitas termal, suatu plat material yang akan diuji di jepitkan
di antara satu ruang uap (stem chamber) dengan mempertahankan temperatur konstan sekitar 100 ℃
dan satu blok es yang di pertahankan pada temperatur konstan 0 ℃ . Berarti perbedaan temperatur di
antara dua permukaan dari material adalah 100 ℃ . Panas yang di transfer diukur dengan
mengumpulkan air yang berasal dari es yang melebur . Es melebur pada suatu laju 1 gram per 80

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 19


kalori dari aliran panas (panas laten untuk peleburan es). Karena itu konduktivitas termal dari suatu
material dapat ditentukan menggunakan persamaan:

M eskin
K=
AT t

Dalam system CGS kalor lebur es adalah 80 kal/gram(Tim eksperimen fisika,2009).

Konduktivitas termal

Konduktivitas termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur


menyebabkan transfer energi termal dari suatu daerah benda panas ke daerah yang lain dari benda
yang sama pada temperatur rendah. Panas yang di transfer dari satu titik ke titik lain melalui salah
satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

➢ Konduksi: atom-atom hanya bergetar acak ditempat, sambil saling bertumbukan.


➢ Konveksi: atom-atom pindah tempat sambil membawa energy kinetic / energy getar acak.
➢ Radiasi: atom-atom bergetar, menghasilkan gelombang elektromagnetik yang membawa
energipotensial listrik magnet.
Konduksi

Yang menunjukan suatu batang logam yang pada keadaan kontak termal dengan sebuah
reservoir panas(tandon kalor) dan sebuah reservoir dingin, suhu reservoir panas adalah Tpanas ,
sedangkan suhu reservoir dingin Tdingin. Batang logam dibalut dengan bahan yang tidak bisa
menghantarkan panas(isolator).

Molekul-molekul pada reservoir panas memiliki energy yang lebih besar , yang kemudian
dipindahkan melalui tumbukan kepada atom-atom pada ujung batang logam hingga bersingungan
Atom-atom pada batang logam kemudian mentransfer energi kepada atomatom disebelahnya. Proses
ini terus berlanjut , hingga akhirnya energi kalor berpindah ke reservoir dingin, dan baru berhenti
setelah mencapai kesetimbangan termal Perpindahan kalor dengan cara seperti ini disebut konduksi .
Jadi konduksi adalah perpindahan kalor melalui sesuatu benda akibat interaksi molekuler. Kelajuan
kalor berpindah secara konduksi ternyata sebanding dengan luas penampang batang atau medianya,
selisih suhu antara kedua benda(kedua reservoir misalnya), dan berbanding terbalik dengan panjang
bidang batang. Terdapat konduktivitas termal menyatakan kemampuan bahan menghantarkan
kalor.(Hasra, Amran:2008)

Konduktivitas termal berbagai bahan pada 0 ℃

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 20


Energi termal dihantarkan dalam zat padat menurut salah satu dari dua modus berikut :
melalui getaran kisi (lattice vibration) atau dengan angkutan melalui elektron bebas. Dalam konduktor
listrik yang baik, diman terdapat elektron bebas yang bergerak di dalam stuktur kisi bahan –bahan ,
maka elektron di samping dapat mengangkut muatan muatan listrik, dapat pula membawa energy
termal dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah, sebagaimana halnya dalam gas. Bahkan
elektron ini sering di sebut gas elektron (electron gas). Energi dapat pula berpindah sebagai energi
getaran dalam stuktur kisi bahan. Namun , pada umumnya perpindahan energi melalui gataran ini
tidaklah sebanyak dengan cara angkutan elektron. Karena itu, penghantar listrik yang baik selalu
merupakan penghantar kalor yang baik pula, seperti halnay tembaga, alumunium dan perak.
Sebaliknya isolator listrik yang baik merupakan isolator kalor pula. Konduktivitas termal beberapa zat
padat tertentu.

Konduktivitas termal berbagai bahan isolator juga diberikan dalam table.Sebagai contoh,
nilai untuk wol kaca(glass wol) ialah 0.038W/m ℃ dan untuk kaca jendela 0.78 W/m ℃ . Pada suhu
tinggi , perpindahan energy pada bahan isolator berlangsung dalam beberapa cara:konduksi melalui
bahan berongga atau padat, konduksi melalui udara yang terkurung dalam rongga –rongga dan jika
suhu cukup tinggi melalui radiasi.(j.P. Holman,1993:6-10).

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 21


IV. Jalannya Percobaan
1. Mengisi benjana es dengan air lalu bekukan dalam freezer . Pekerjaan ini dilakukan sebelum
pelaksanaan kegiatan pratikum.
2. Mengukur ketebalan dari setiap material sampel yang digunakan dalam pratikum(h).
3. Memasang material sampel pada tabung ruang uap seperti yang ditunjukan pada gambar 2
4. Mengukur diameter dari bloke s dan nilai ini dilambangkan dengan d1. Tempatkan es tersebut
di atas sampel.
5. Membiarkan es berada di atas sampel selama beberapa menit sehingga es mulai melebur dan
terjadi kontak penuh antara es dengan permukaan material sampel.
6. Mentukan massa dari tabung kecil yang digunakan untuk menampung es yang melebur(Mt).
7. Mengumpulkan es yang melebur dalam tabung untuk suatu waktu pengukuran ta Misalnya
sekitar 3 menit, lakukan untuk 3 kali pengukuran.
8. Menentukan massa dari tabung yang berisi es yang melebur tadi(Mta)
9. Menentukan massa es yang melebur (Ma) dengan cara mengurangi Mta dengan Mt
10. Mengalirkan uap ke dalam ruang uap .biarkan uap mengalir untuk beberapa menit sampai
temperature mencapai stabil sehingga aliran panas dalam keadaan mantap (steady), artinya
temperature pada beberapa titik tidak berubah terhadap waktu.
11. Mengosongkan tabung yang digunakan untuk mengmpulkan es yang melebur. Ulangi langkah
6 sampai 9 tetapi pada waktu ini dengan uap dialirkan ke dalam ruang uap dalam suatu waktu
tertentu tau(missal sekitar 3 menit). Ukurlah massa es yang melebur (Mau). Lakukan lah
untuk 3 kali pengukuran.
12. Melakukanlah pengukuran ulang diameter bloke s yang dinyatakan dengan d2.
13. Melakukanlah kegiatan yang sama untuk sampel material yang lainnya.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 22


VII. Buku Acuan
Serway, R. “Physics for scientist & Engineers With Modern Physics” , James Madison University
Harrison burg, Virginia, 1989 Bab 28.

Resnick & Haliday, “ Fisika Jilid

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 23


DAFTAR PUSTAKA
Faiser, Virgil Moring. 1970. Thermodynamics Sixt Edition. New York : Collar Macnillam
Internasional
• Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
• Jones, E.R. dan Chiulders, R.L. 1994. Contemporary College Physics, Second Edition. New
York: Addison Wesley Longman. Fisika Universitas, 2002
• Kanginan, Marthen.2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
• Kaufman, Myron. 2001. Principles Of Thermodynamics. New York : Marcell Dekker.
• Pippard, AB. 1957. Elements Of Classical Thermodynamics. New York : Cambridge
University Press.
• Tipler, Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

MODUL PRAK THERMODINAMIKA 1

Anda mungkin juga menyukai