Anda di halaman 1dari 85

PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

MODUL
PRAKTIKUM
FISIKA INDUSTRI

Nama : .............................................
NPM :..............................................
Grup : .............................................
Rekan : .............................................
Tgl. Percobaan : .............................................
Asisten : .............................................

Tim Laboratorium Fisika Dasar


∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

MODUL PENUNTUN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Disusun Oleh :
Tim Laboratorium Fisika Dasar

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
Berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional RI. No. 109/B/0/2009

Jl. Perintis Kemerdekaan I No. 33 Cikokol Tangerang Banten Tlp. 021 – 55793251, 55772949, 55793902

Jl. Perintis Kemerdekaan I No. 33 Cikokol Tangerang Banten Tlp. 021 – 55793251, 55772949, 55793902
i
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

KATA PENGANTAR

Modul penuntun praktikum fisika dasar ini sebagai pegangan untuk

memahami leabih jelas kebenaran teori-teori dasar ilmu fisika yang diberikan di

dalam perkuliahan. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan sedikit lebih banyak

dipengaruhi oleh praktikum yang didalamnya melakukan percobaan.

Pada bagian pendahuluan dibahas mengenai tata tertib yang wajib ditaati

oleh setiap peserta praktikum, cara pembuatan laporan serta sistem penilaiannya

dan terakhir mengenai teori kesalahan yang membahas cara mengananalisa data

dengan menggunakan teori ketidak pastian.

Dalam petunjuk setiap mata percobaan, alat-alat yang digunakan. Teori

singkat mengenai materi yang akan dipraktekkan, jalannya percobaan dan

pertanyaan-pertanyaan yang wajib dijawab yang selanjutnya diakhiri dengan

arahan kesimpulan.

Besar harapan kami tidak lain, semoga modul penuntun ini dapat

bermanfaat dan dapat digunakan sebagai mana mestinya khususnya bagi para

peserta praktikum fisika dasar Fakultas Teknik.

Tangerang, 05 Februari 2023

Tim Lab. Fisika Dasar


ii
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar .................................................................... iii

Aturan Penulisan Laporan Praktikum ................................................................. v

Sistem Penilaian .................................................................................................. vi

Daftar Nilai Praktikum Fisika Dasar ................................................................... vii

Teori Kesalahan .................................................................................................. viii

Modul Praktikum

1. Pengukuran .................................................................................................. 1

2. Bandul Fisis ................................................................................................. 10

3. Viskositas ..................................................................................................... 15

4. Resistor, hukum ohm dan hukum kirchoff .................................................. 19

5. Osiloskop ..................................................................................................... 29

6. Jembatan Wheatstone ................................................................................... 40

7. Medan Magnet ............................................................................................. 46

8. Gaya Gerak Listrik Induksi .......................................................................... 51

9. Voltmeter dan amperemeter arus searah ...................................................... 57

10. Pesawat Atwood ........................................................................................... 64


iii
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PERATURAN PESERTA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

I. TATA TERTIB PRAKTIKUM


a. Praktikan diwajibkan hadir paling lambat 15 menit sebelum praktikum
dimulai.
b. Apabila Praktikan terlambat lebih dari 30 menit setelah praktikum dimulai
maka praktikan :
• Tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
• Dianggap tidak hadir/absen.
• Mengajukan praktikum susulan.
c. Peserta praktikum diijinkan memasuki ruang laboratorium bila telah
mendapat ijin dari dosen/asisten setelah dinyatakan siap.
d. Praktikan wajib mematuhi ketentuan sebagai berikut :
• Membawa modul petunjuk praktikum milik masing-masing.
• Memakai sepatu, berpakaian rapih dan sopan.
• Dilarang merokok, makan dan minum selama praktikum berlangsung.
• Dilarang merusak dan membawa pulang peralatan yang berada di
laboratorium.
• Dilarang membuat kegaduhan, merusak prasarana laboratorium dan
melakukan kegiatan yang dapat mengganggu praktikan lain.
e. Selama pelaksanaan, praktikum alat komunikasi dan alat elektronik lainnya
wajib dimatikan.

II. TATA CARA PELAKSANAAN PRAKTIKUM


a. Praktikum dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok yang sudah
ditentukan oleh laboratorium.
b. Praktikan wajib menyerahkan Laporan Pendahuluan.
c. Praktikan diijinkan mengikuti praktikum apabila lulus ujian pendahuluan.
Jika tidak lulus, maka praktikan dapat mengajukan praktikum susulan.
iv
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

d. Setiap praktikan harus melakukan semua materi praktikum/percobaan


dengan bimbingan asisten.
e. Praktikan diperbolehkan untuk menggunakan peralatan praktikum setelah
diperiksa dan mendapat ijin dari asisten.
f. Praktikum diwajibkan menggunakan peralatan pelindung yang sesuai
dengan materi praktikum.
g. Praktikan diwajibkan menyerahkan laporan lengkap dengan batas waktu
yang ditentukan.
h. Praktikum susulan hanya boleh dilakukan maksimal 2 kali.

III. TATA CARA PEMINJAMAN ALAT PRAKTIKUM


a. Mengisi formulir peminjaman alat-alat praktikum sesuai dengan yang
dibutuhkan, kemudian diserahkan kepada Asisten Laboratorium Fisika.
b. Setiap praktikan harus bertanggungjawab terhadap peralatan yang dipinjam.

IV. TATA CARA SETELAH PRAKTIKUM


a. Matikan peralatan praktikum.
b. Bersihkan dan rapihkan peralatan praktikum kemudian kembalikan kepada
Koordinator Laboratorium setelah diperiksa oleh asisten praktikum.
c. Laporkan hasil praktikum kepada asisten.
d. Pastikan bahwa kartu praktikum sudah ditandatangani oleh asisten.
e. Serahkan kembali kartu praktikum kepada asisten.
f. Dilarang meninggalkan ruang praktikum sebelum mendapat ijin dari asisten.

V. SANKSI
a. Bagi yang melanggar tata tertib akan dikenakan sanksi tidak diperbolehkan
untuk mengikuti praktikum yang sedang berjalan.
b. Apabila ada kerusakan pada peralatan praktikum yang disebabkan oleh
kecerobohan/kelalaian praktikan, maka praktikan wajib menggantinya.

TTD
Tim Laboratorium Fisika Dasar
v
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

ATURAN PENULISAN
LAPORANPRAKTIKUM FISIKA DASAR

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN :

➢ Setiap 1 Modul Materi Pratikum Memiliki 1 Laporan


➢ SAMPUL LAPORAN (cover): di print out, data identitas benar, nama asisten
jelas, tanggal dan tahun praktikum sesuai, tidak ada coretan.
➢ Isi Laporan :
1. DATA HASIL PENGAMATAN
Berisi data yang diambil saat pratikum dan perhitungan-perhitungan yang
ada didalam masing-masing modul
2. PEMBAHASAN
Berisi pembahasan yang dilakukan saat paratikum di masing-masing
modul seperti perbandingan antara teori yang ada dengan hasil pratikum
yang dilakukan. Serta berikan penjelasan apakah apakah hasil pratikum
sesuai dengan teori atau tidak.
3. TUGAS PENDAHULUAN
Menjawab pertanyaan Tugas Pendahulan di masing-masing modul
4. TUGAS AKHIR
Menjawab pertanyaan Tugas Akhir di masing-masing modul
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan pratikum
6. DAFTAR PUSTAKA
Sumber atau referensi yang digunakan dalam penulisan laporan
➢ Laporan di Jilid Berwarna
• Teknik Industri : Merah
• Teknik Mesin : Ungu
• Teknik Elektro : Hijau
• Teknik Informatika : Orange
• Teknik Sipil : Biru
➢ Laporan Ditulis Tangan, Menggunakan Pena Tinta Biru
➢ Pengumpulan Laporan 1 Minggu Dari Pelaksanaan Pratikum
vi
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

SISTEM PENILAIAN
Kepada setiap praktikan diberlakukan sistem penilaian yang sama yang
terdiri dari 5 (lima) komponen nilai :
- 15% nilai kehadiran (Absensi)
- 10% nilai tugas pendahuluan (TP)
- 15% nilai pelaksanaan praktikum (PP)
- 10% nilai tugas akhir (TA)
- 50% nilai laporan lengkap (LL)

Nilai kehadiran diambil berdasarkan jumlah kehadiran praktikan sesuai


dengan jadwal kegiatan praktikumnya.
Nilai Tugas Pendahuluan (TP) diambil pada saat sebelum melakukan
percobaan.Sedangkan Pelaksanaan Praktikum (PP) yang dinilai adalah
kedisiplinan, kecakapan dan kecepatan dalam melaksanakan praktikum.Tugas
Akhir (TA) dan Laporan Lengkap (LL) yang dinilai adalah isi dari laporan,
susunan penulisan dan kerapihan tulisan.
Untuk kriteria penilaian Laporan Lengkap (LL) setiap laporan terdiri dari :
1. Pengolahan data, yang meliputi sistematika penulisan, analisa data baik secara
analitik maupun secara grafik, dan satuan-satuan yang digunakan dalam
perhitungan.
2. Tugas akhir, yang meliputi jawaban pertanyaan, perbandingan hasil yang
diperoleh terhadap harga menurut literatur, dan gambar grafik (jika ada).
3. Kesimpulan hasil percobaan (yang ditulis secara singkat dan jelas).
4. Gambar alat,untuk percobaan yang menggunakan rangkaian listrik sebaiknya
gambar alat memperlihatkan hubungan antara alat yang satu dengan alat yang
lainnya.
Baik nilai Laporan Lengkap akan selalu diumumkan setiap kali setelah
kegiatan praktikum selesai.
vii
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

DAFTAR NILAI
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Nilai
No. Percobaan
Tugas Laporan
Tugas Akhir
Pendahuluan Lengkap

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Rata-rata

Nilai Kehadiran (Absensi) : …………… x 1% = ………………….

Nilai Total Tugas Pendahuluan (TP) : …………… x 10% = ………………….

Nilai Pelaksanaan Praktikum (PP) : …………… x 15% = ………………….

Nilai Total Tugas Akhir (TA) : …………… x 10% = ………………….

Nilai Total LL : …………… x 50% = ………………….+

Jumlah Nilai Akhir = …………………...


viii
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

TEORI KESALAHAN

Dalam melakukan percobaan yang didasarkan pada sejumlah pengukuran


selalu diberlakukan teori kesalahan.Hal ini didasarkan pada suatu keyakinan
bahwa setiap pengukuran selalu dihinggapi kesalahan. Ada tiga jenis kesalahan
yang menyertai kesalahan, yaitu:
a. Kesalahan bersistem, seperti kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kelelahan komponen alat, gesekan antar bagian didalam suatu alat,
kesalahan paralak, dan kesalahan akibat perbedaan keadaan saat bekerja dan
keadaan saat alat dikalibrasi.
b. Kesalahan acak, seperti kesalahan akibat gerak Brown, fluktuasi pada
tegangan listrik, landasan yang bergetar dan lain sebagainya.
c. Kesalahan pengamat, diakibatkan karena kurang terampilnya pemakai alat
terutama pada peralatan modern yang rumit pemakaiannya.

Sumber-sumber kesalahan tersebut wajib kita ketahui dan wajib untuk


menghilangkannya, tetapi nyata bahwa tidak semua kesalahan dapat
dihilangkan.Ini adalah suatu fakta yang harus diterima.

1. Kesalahan Pengukuran
Hasil dari suatu pengukuran pada umumnya disajikan dalam bentuk 𝑥 =
𝑥0 ± ∆𝑥. Dengannya kita dapat mengetahui kesalahan ∆𝑥 pada hasil pengukuran
yang kita peroleh. Hasil pengukuran yang diwakili oleh 𝑥 tidak dapat diharapkan
tepat sama dengan nilai benar 𝑥0 terdapat didalam interval 𝑥 − ∆𝑥dan 𝑥 + ∆𝑥,
percobaan kita sungguh mempunyai arti dan dapat dipertanggung jawabkan.
Disini∆𝑥 disebut dengan salah mutlak.
a. Pengukuran Tunggal, yaitu pengukuran suatu besaran yang dilakukan cukup
hanya satu kali saja atau beberapa kali hasilnya tetap sama, oleh karena
pengukuran yang kita lakukan tidak menghasilkan nilai yang berbeda. Hasil
pengukuran tunggal disajikan dalam bentuk:
𝑥 = 𝑥1 ± ∆𝑥
ix
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Dimana : 𝑥1 =Hasil dari pengukuran tunggal


1
∆𝑥 =Salah mutlak = 2 skala pengukuran terkecil

b. Pengukuran Berulang, yaitu pengukuran suatu besaran yang apabila


dilakukan berulang kali hasilnya berbeda-beda. Misalkan hasil pengukuran
dari suatu populasi 𝑥 adalah 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 , maka nilai yang terbaik
mewakili data tersebut adalah nilai rata-rata, yaitu:
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ 𝑥𝑛 ∑ 𝑥𝑖
𝑥= =
𝑛 𝑛
Dan salah mutlak ∆𝑥 adalah simpangan bakunilai rata-rata, yaitu:
l𝑥 − 𝑥1 l + l𝑥 − 𝑥2 l + l𝑥 − 𝑥3 l + ⋯ 𝑥𝑛
∆𝑥 =
𝑛
Sedangkan hasil pengukuran disajikan dalam bentuk:

𝑥 = 𝑥 ± ∆𝑥

Dimana : 𝑥 =Nilai rata-rata sampel


∆𝑥 =Simpangan bakurataan sampel
𝑛 =Jumlah populasi (data)
c. Kesalahan Relatif
Untuk menyatakan kesalahan pengukuran suatu besaran adalah dengan
kesalahan relatifnya yaitu ∆𝑥/𝑥 (tidak berdimensi) dan seringkali
dinyatakan dalam %, yaitu:
∆𝒙
𝒌𝒆𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏𝒓𝒆𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇 = ( ) × 𝟏𝟎𝟎%
𝒙
Kesalahan relative selalu dihubungkan dengan penelitian pengukuran, makin
kecil kesalahan relative makin tinggi pengukuran tersebut.

2. Angka Berarti
Ketelitian pengukuran dapat pula dinyatakan dengan memperhatikan
banyaknya angka yang dipakai.Angka-angka ini disebut dengan angka signifikan.
Ada beberapa peraturan yang perlu diperhatikan dalam penulisan angka berarti
ini, yaitu:
a. Semua angka bukan nol adalah angka berarti.
Contoh : 432,6 m memiliki 4 angka berarti
58,1 gram memiliki 3 angka berarti
x
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

7,9 sekon memiliki 2 angka berarti


b. Semua angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka
berarti.
Contoh : 270,14 kg memiliki 5 angka berarti
52,0003 m memiliki 6 angka berarti
c. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol, tetapi tanpa decimal adalah
bukan angka berarti, kecuali diberi tanda khusus (missal garis atas atau garis
bawah) pada angka yang diragukan.
Contoh : 650000 kg memiliki 2 angka berarti
650000 kg memiliki 4 angka berarti
d. Semua angkan nol disebelah kanan tanda decimal, tetapi disebelah kiri
angka bukan nol adalah bukan angka berarti.
Contoh : 0,00025 m memiliki 2 angka berarti
0,000906 m memiliki 3 angka berarti
e. Semua angka nol disebelah kanan tanda decimal dan mengikuti angka bukan
nol adalah angka berarti.
Contoh : 0,00430 m memiliki 3 angka berarti
6,20 jg memiliki 3 angka berarti
7,00 sekon memiliki 3 angka berarti

Dalam menyajikan hasil pengukuran, banyaknya angka berarti yang


digunakan berkaitan erat dengan besarnya kesalahan relatif pengukuran
tersebut.Makin kecil kesalahan relatif pengukuran, maka makin besar jumlah
angka berarti yang boleh diikut sertakan. Dalam hal ini kita dapat berpegang pada
aturan praktis sebagai berkut:
✓ Kesalahan sekitar 10% memberi hak atas dua angka berarti
✓ Kesalahan sekitar 1% memberi hak atas tiga angka berarti
✓ Kesalahan sekitar 0,1% memberi hak atas empat angka berarti
✓ Kesalahan sekitar 0,01% memberi hak atas lima angka berarti

3. Notasi Ilmiah
Seringkali hasil pengukuran besaran-besaran fisika terdiri atas deretan
bilangan yang sangat panjang, misalnya :
xi
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Bilangan Avogadro = 602 000 000 000 000 000 000 000 000 k.mol-1
Muatan Elektron = 0,000 000 000 000 000 000 1602 coulomb

Deretan bilangan tersebut dapat ditulis dengan cara yang lebih singkat
dalam bentuk a x 10n , dimana a adalah bilangan antara -10 dan +10, dan n adalah
bilangat bulat.

Cara penulisannya perhatikan contoh berikut:


Hasil Pengukuran Notasi Ilmiah Banyaknya Angka
Berarti

58000000 kg 5,800 x 107 kg 4

0,00000678 m 6,78 x 10-6 m 3

760069000 kg 7,60069 x 107 kg 6

4. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran fisis yang tidak dapat ditentukan dengan pengukuran secara
langsung, tetapi merupakan fungsi dari besaran-besaran lain yang dapat diukur
langsung. Misalnya untuk mengetahui harga z harus diukur terlebih dahulu
besaran x dan y, maka disiniz = z(x,y). Tentunya besarnya kesalahan Δz
dipengaruhi oleh kesalahan-kesalahan Δx dan Δy dan dikatakan sebagai kesalahan
akibat perambatan.
Contoh sederhana : mengetahui massa air yang ada didalam kalorimeter,
mengetahui pertambahan panjang dari pemuaian suatu logam, dan sebagainya.
a. Fungsi satu variabel
Misalkan besaran z hanya bergantung pada satu besaran lain yang mana
merupakan hasil pengukuran, sebut besaran itu adalah x, sehingga dapat
ditulis z = z(x). Untuk fungsi tersebut ada dua kasus, yaitu:

1. Jika besaran x merupakan hasil pengukuran tunggal, maka:


𝑑𝑧
∆𝑧 = | | |∆𝑥|
𝑑𝑥
2. Jika besaran x merupakan hasil pengukuran berulang, maka:
xii
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

𝑑𝑧 2

∆𝑧 = ( ) (∆𝑥)2
𝑑𝑥
b. Fungsi dua variable atau lebih
Misalkan besaran w bergantung pada besaran lain yang lebih dari satu yang
mana besaran-besaran tersebut merupakan hasil pengukuran, sebut besaran-
besaran tersebut adalah x, y dan z, sehingga dapat ditulis w = w(x,y,z).
Untuk fungsi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kasus, yaitu:
1. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran tunggal ∆𝑥, ∆𝑦 dan
∆𝑧kesemuanya merupakan 12𝑠𝑝𝑡 , maka :
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
∆𝑤 = | | |∆𝑥| + | | |∆𝑦| + | | |∆𝑧|
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
2. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran berulang atau ∆𝑥, ∆𝑦
dan ∆𝑧kesemuanya merupakan simpangan baku nilai rata-rata sampel,
maka:

𝜕𝑤 2 𝜕𝑤 2 𝜕𝑤 2
∆𝑤 = √( ) (∆𝑥) + ( ) (∆𝑦) + ( ) (∆𝑧)2
2 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

3. Jika besaran x, y dan z merupakan kombinasi antara hasil pengukuran


tunggal dan berulang, maka kesalahan dalam bentuk 12𝑠𝑝𝑡 dapat dirubah
2
menjadi simpangan baku dengan cara mengalikannya dengan 3
,
kemudian ∆𝑤 dihitung dengan cara seperti nomor 2.

5. Perbandingan Terhadap Literatur


Untuk mengetahui apakah percobaan yang kita lakukan sudah benar atau
tidak (minimal mendekati kebenaran), perlu dilakukan perbandingan antara hasil
yang diperoleh dari percobaan dengan harga literaturnya. Hasil perbandingan ini
merupakan suatu kesalahan terhadap literature yang biasa dinyatakan dalam %,
yaitu:
𝑋𝑙𝑖𝑡 − 𝑋𝑝𝑒𝑟𝑐
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 = | | × 100%
𝑋𝑙𝑖𝑡
Makin kecil prosentase kesalahannya, maka semakin baik.Hal ini
menunjukkan bahwa percobaan yang kita lakukan sudah mendekati kebenaran.
xiii
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

6. Pembuatan Grafik
Selain dengan caraanalitik seperti diatas, untuk membuktikan suatu rumus
maupun perhitungan suatu konstanta (koefisien) dalam rumus, dapat juga
ditentukan secara grafik.
• Tujuan pembuatan grafik:
a. Melihat hubungan antar variabel
b. Menghitung harga suatu konstanta/koefisien
c. Membuktikan rumus
d. Melihat kesalahan pengamatan yaitu dengan melihat atau
memperhatikan penyimpangan titik-titik pengamatan
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat grafik:
a. Grafik dibuat pada kertas milimeter block
b. Harus diberikan keterangan yang diperlukan
c. Pergunakan tanda pada titik-titik pengamatan. Misalnya: x, [ ] dan o
Pada umumnya hubungan antar variabel yang diamati pada Laboratorium
Fisika Dasar bentuk grafiknya sudah dapat diramalkan terlebih dahulu. Grafik
yang paling mudah diamati adalah berupa garis lurus. Dengan cara ini kita dapat
pula melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.
Untuk keperluan tersebut digunakan grafik yang paling sederhana, yaitu grafik
regresi linier yang memilki bentuk persamaan :
𝑦 = 𝑚𝑡 𝑥 + 𝑛𝑡

Dimana: 𝑚𝑡 = Slope(gradient)
𝑛𝑡 = Intercept
Cara membuat garis lurus :
a. Secara visual/memandang
• Buat garis lurus yang mendekati (secara penglihatan) ke semua titik data
yang ada
• Dari garis lurus yang diperoleh, hitung gradiennya (b), dan titik potong
dengan sumbu y yaitu (a).
b. ̅,Y
Mencari titik centroid (titik pusat) yaitu (X ̅)

• Dari titik-titik yang ada, cari titik pusatnya (X


̅,Y
̅)
xiv
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

• Buat garis lurus melalui titik pusat (x,y) dan mendekati ke semua titik
data
• Hitung a dan b kurva linier tersebut.
c. Secara analitis dengan metode kuadrat terkecil (least square)
Dengan metode ini diperoleh:

ƩXi 2 . ƩXi . Ʃ(Xi . Yi ) I


a= 2 = (ƩYi − b. ƩXi )
n. ƩXi − (ƩXi )2 n

n. Ʃ(Xi . Yi ) − ƩXi . ƩYi


b=
n. ƩXi 2 − (ƩXi )2

Sedangkan untuk menyatakan kekuatan hubungan antar data yang diperoleh


dipergunakan koefisien determinasi, r:

a. n. ƩYi + b. n. Ʃ(Xi Yi ) − (ƩYi )2


r2 =
n. ƩXi 2 − (ƩXi )2

bila r > 0.9, maka hubungan antara variabel x dan y kuat

Contoh:
Akan dihitung harga hambatan dari suatu hambatan murni dengan metode
kuadrat terkecil. Berdasarkan hukum Ohm. V = I.R, dimana V = Y, I = X
dan R = b
No V I V2 I2 V.I
1 5 0,8 25 0,64 4
2 10 17,9 100 320,41 179
3 15 25,7 225 660,49 385,5
4 20 33,8 400 1142,44 676
5 25 41,8 625 1747,24 1045
6 30 49,6 900 2460,16 1488
7 35 57,4 1225 3294,76 2009
8 40 65,4 1600 4277,16 2616
9 45 72,5 2025 5256,25 3262,5
10 50 80,9 2500 6544,81 4045
Ʃ 275 445,8 9625 25704,36 15710,0

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dihitung konstanta a dan b sebagai


berikut:
xv
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

ƩI2 . ƩV . −ƩI . Ʃ(V . I) (25704,36). (276) − (445,8). (15710)


a = =
n. ƩI2 − (ƩI)2 10. (25704,36) − (445,8)2
= 1.1 Volt

n . Ʃ(V . I) − ƩI . ƩV (10). (15710) − (445,8). (275)


b= =
n . ƩI2 − (ƩI)2 (10). (25704,36) − (445,8)2
= 0,59 KΩ

Dari perhitungan di atas didapat harga atau besar hambatan murni adalah:
R = 0,59 KΩ. Persamaan garis lurusnya : V = 0,59 I + 1,1

Pedoman pembuatan grafik:


a. Usahakan agar grafik tampak mengisi seluruh kertas. Hal ini dapat tercapai
dengan memilih nilai skala horizontal dan vertikal yang tepat.
Contoh :
Y Y

X X
Grafik yang kurang baik Grafik yang baik

b. Pada pembuatan grafik hendaknya ΔX dan ΔY dapat tergambar dengan jelas


pada kertas grafik.
Contoh:
ΔX = 0,05 Volt, maka dalam arah sumbu Y skala 0,5 harus bernilai >> 0,05
Volt. Dengan demikian 10,0 Volt paling tidak digambarkan dalam 1 cm
(pada kertas grafik).
c. Jangan lupa mencantumkan satuan dan besaran pada masing – masing
sumbu. Cantumkan pula informasi lain yang berhubungan dengan segala
sesuatu tentang grafik tersebut
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
PENGUKURAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

1
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M1
MODUL 1

PENGUKURAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang

II. ALAT DAN BAHAN


1. Mistar 5. Neraca Pegas
2. Jangka sorong 6. Besi
3. Mikrometer sekrup 7. Gelas Kaca
4. Neraca Teknis 8. Berat Benda

III. T EORI
Pengukuran panjang harus dilakukan dengan alat ukur yang tepat.
Perhatikan dilingkungan sekitar kita, pengukuran panjang dilakukan oleh
penjahit pakaian, pekerja bangunan, pengukur tanah, atau pembuat kunci.
Masing-masing profesi tadi membutuhkan alat ukur yang berbeda. Namun
pada hakekatnya mereka semua melakukan pengukuran panjang, dan
masing-masing pekerjaan membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga
alat ukur yang di gunakan berbeda pula (Nursyamsuddin,2004).
Berikut ini cara penggunaan mistar, mikrometer sekrup dan jangka sorong.
a. Mistar
kebanyakan mistar memiliki skala terkecil 0,1 cm. Dengan menggunakan
mistar, pengukuran panjang dapat dilakukan dengan ketelitian sampai
dengan skala terkecil yang terdapat pada mistar itu. Cara membaca skala
mistar, kedudukan atau posisi mata pengamat harus tegak lurus dengan
skala yang dibaca. Perhatikan gambar berikut ini :

2
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Gambar 1.1. Pembacaan skala mistar


Hasil pembacaan ialah :
1. hasil pembacaan (a) adalah 21,6 cm (salah)
2. hasil pembacaan (b) adalah 21,7 cm (benar)
3. hasil pembacaan (a) adalah 21,8 cm (salah)
b. Mikrometer sekrup
Jika skala nonius di putar lengkap 1 kali maka rahang geser dan skala
nonius maju mundur 0.5 mm. Karena skala nonius memiliki skala 50
skala, maka ketelitian mikrometer sekrup 0.5 mm / 50 = 0.01 mm
(Kanginan,2002).Dengan demikian ketidak pastianya ∆x.
∆x = 1/2 x nilai satuan terkecil (nst) = 1/2 x 0.001 mm = 0.005 mm
Maka cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:
1. Perhatikan garis skala utama dengan skala nonius. Pada gambar 1.
garis skala utama adalah 7 mm lebih.
2. Perhatikan garis mendatar pada skala nonius yang berhimpit dengan
garis mendatar pada skala utama. Pada gambar 1. garis mendatar
tersebut 24. maka nilai x = 7,0+( 24 x 0,01 mm ) = 7,24 mm.
Sehingga jika dituliskan. Panjang = (7,240 ± 0,005) mm

Rahang Skala Utama


geser Skala nonius /
Benda
sekrup pemutar

Gambar 1.2.Mengukur panjang dengan mikrometer sekrup


3
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

c. Jangka Sorong

Rahang
geser Skala
Benda Skala Utama
Nonius

Gambar 1.3. mengukur dengan Jangka Sorong

Skala nonius memikiki panjang 9 mm dan di bagi 10 skala sehingga


selisihnya 0,1 mm.atau 0,01 cm. Maka ketidakpastiannya adalah
∆x = 1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,005 cm
Cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:
1. Perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0
pada nonius. Pada gambar 2. angka tersebut 5 cm
2. Perhatikan garis nonius yag berhimpit dengan skala utama. Pada
gambar 2. angka tersebut adalah garis ke 4. ini berarti
nilai x = 5 cm + ( 5 x 0,01 cm ) = 5,05 cm.
Sehingga jika dituliskan, Panjang = (5,050 ± 0,005) cm

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Mengukur panjang besi
a. Ukurlah panjang besi dengan mistar.
b. Lakukan pengukuran dengan posisi mata tegak lurus dengan alat
c. Ulangi dengan 5 kali pengukuran.
d. Tuliskan data yang didapat ke dalam tabel pengamatan.
2. Mengukur diameter Gelas Kaca
a. Ukurlah diameter luar, diameter dalam, dan kedalamangelas kaca dengan
jangka sorong (cara penggunaan dapat dilihat pada teori dasar).
b. Lakukan 5 kali pengukuran.

4
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

c. Tuliskan data yang didapat pada tabel data.


d. Ulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong.
3. Mengukur tebal besi
a. Ukurlah tebal besi dengan mikrometer sekrup (cara penggunaan dapat
dilihat pada teori dasar)
b. Lakukan 5 kali pengukuran
c. Tuliskan data yang didapat pada tabel data
d. Ulangi langkah a sampai d dengan menggunakan Jangka sorong

4.Mengukur Massa
• Mengukur massa benda dengan neraca pegas
Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang
menggunakan pegas sebgai alat untuk menentukan massa benda yang
diukurna neraca pegas mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah
tekanannya. Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N
(nwton), dan g (gram). Untuk menimbang bean (benda), atur terlebih dahulu
skala 0 (nol) dengan cara memutar skrup pengatur skala. Setelah itu
gantungkan benda pada pengait neraca selanjutnya, baca hasil pengukuran
kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas yaitu dalam sekali
menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus.

Gambar 1.4. Mengukur massa dengan Neraca Peg

5
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

a. Timbanglah massa benda dengan cara mengaitkan pada neraca


pegas
b. Lihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada tebel data
pengamatan.
c. Ulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.
d. Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

• Mengukur massa benda dengan neraca lengan


Pada prinsipnya cara menggunakan neraca lengan / neraca teknis
hampir sama dengan neraca analitis, terutama sekali hal – hal yang
perlu diperlihatkan sebelum dan pada saat melakukan penimbangan.
Sedangkan perbedaannya kita tidak perlu mengambil dan meetakkan
anak timbangan, tetapi cukup menggeser-geser beban-beban
penunggang pada skala.Secara bertahap urutannya dimulai dengan
menggeser beban penunggang dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Neraca teknis ini dapat mengukur massa suatu benda dengan ketelitian
0,01 gram.

Gambar 1.5. Mengukur massa dengan Neraca Lengan

a. Timbanglah massa benda/koin dengan cara meletakan di lengan


neraca.
b. Lihat nilai yang tertera pada neraca, lalu tulis pada tebel data
pengamatan.
c. Ulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.
d. Ulangi langkah a sampai c dengan kawat tembaga dan kertas.

6
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang anda ketahui tentang pengukuran ?
2. Sebutkan jenis-jenis alat ukur dan satuannya dalam SI yang anda ketahui ?
3. Gambarkan dan jelaskan cara penggunaan alat ukur yang anda ketahui (4
jenis alat ukur yang bebeda)!
4. a. Mengapa pengukuran penting dilakukan ?
b. Ketidakpastian yang ada pada pengukuran tunggal sama dengan
setengah skala terkecil dari alat ukur yang digunakan. Jika kita
menggunakan mistar, maka ketidakpastianya adalah
5. Ubahlah satuan berikut :
a. 100 cm = ….. mm
b. 600 cm = ….. dm
c. 300 mm = ….. m
d. 7 gram = ….. kg

VI. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Hasil pengukuran panjang besi
Tebal Mistar Tebal (mikrometer
Pengukuran ke Panjang (cm)
(mm) sekrup) , (mm)
1
2
3
4
5

x
x
Kesalahan Relatif

7
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

2. Hasil pengukuran berat


Berat benda (gram) Berat benda (gram)
Pengukuran ke
neraca lengan neraca pegas
1
2
3
4
5

x
x
Kesalahan Relatif

VII. ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN


1. Dari hasil pengukuran massa denagn neraca pegas apakah semua benda
dapat diukur dengan neraca lengan?
2. Dari hasil pengukuran alat ukur manakah yang lebih teliti (presisi) ?
3. Dari kedua alat pengukur massa tersebut apakah dapat mengukur massa air
? jelaskan.

4. Hitunglah nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (∆x)


x
dan perentase error perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data
x
pengukuran. Gunakan persamaan berikut:

x=
 xi
x =
 xi − x
n n ............................... (1.1)

Dengan : x = rata-rata hasil pengukuran


∆x = ketidak pastian pengukuran

 xi = jumlah data hasil pengukuran

n = banyaknya pengulangan

8
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

VIII. TUGAS AKHIR


1. Gambar dan jelaskan cara penggunaan alat ukur yang dilakukan dalam
praktikum !
2. Untuk mengukur diameter rambut, alat ukur manakah yang anda akan
gunakan ?berikan alasannya !
3. Dari hasil pengukuran, alat manakah yang lebih teliti ?berikan alasannya!
4. Dari hasil pengukuran massa dengan neraca pegas, apakah semua benda
dapat diukur dengan neraca lengan ?dan apakah kedua alat ukur tersebut
dapat mengukur massa air ? jelaskan !

IX. KESIMPULAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

9
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

BANDUL FISIS

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

10
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M2
MODUL II

BANDUL FISIS

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami sifat-sifat bandul fisis
2. Menentukan percepatan gravitasi bumi

II. ALAT-ALAT
1. Bandul Fisis
2. Pencatat Waktu
3. Mistar

III.T E O R I
Bandul fisis atau bisa disebut juga ayunan fisis adalah ayunan yang paling
tinggi sering dijumpai, karena pada ayunan ini massa batang penggantung
tidak diabaikan seperti halnya pada ayunan matematis. Bandul fisis terdiri
dari 1 batang logam sebagai sebagai penggantung dan beban logam yang
berbentuk silinder.
Waktu getar ayunan sebatang besi, secara umum dapat ditentukan
𝐼
berdasarkan persamaan : 𝑇 = 2𝜋√𝑚𝑔ℎ……………. (1.1)

Dengan : T = periode ayunan


I = momen inersia batang
terhadap pusat ayunan
m = massa batang
g = percepatan gravitasi
bumi
h = jarak pusat ayunan ke
titik pusat massa

11
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Persamaan (1) dapat diubah menjadi :

𝐾 2 + ℎ2
𝑇 = 2𝜋√ … … … … … .. (1.2)
𝑔ℎ

dengan : K = jari-jari girasi


Apabila dilukiskan sebuah grafik T terhadap h, terlihat dengan jelas bahwa
harga T akan minimum untuk satu harga h tertentu dan ternyata harga h yang
menyebabkan harga T minimum adalah pada saat h = k. Untuk suatu batang
yang serba sama dengan panjang L dan lebar B maka berlaku hubungan :
1 2
𝐾2 = [𝐿 + 𝐵 2 ] … … … … … … … .. (1.3)
12
Maka persamaan (2) dapat diubah menjadi :
4𝜋 2 ℎ2 4𝜋 2 𝑘 2
ℎ𝑇 2 = + … … … … … … . . … (1.4)
𝑔 𝑔
Dengan membuat grafik hT2 terhadap h2 , bisa dihitung besarnya percepatan
gravitasi g yakni dengan cara menentukantangen arah grafik tersebut.

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang anda ketahui tentang Bandul Fisis, getaran dan periode ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ‘ RadiusGirasi’ !
𝐼 𝐾2 +ℎ2
3. Buktikan bahwa persamaan 𝑇 = 2𝜋√𝑚𝑔ℎ sama dengan 𝑇 = 2𝜋√ 𝑔ℎ

4. Sebuah bandul di getarkan sehingga dalam 4,5 menit menghasilkan 175


getaran, tentukan periodenya ?
5. Menurut anda bagaimana sifat-sifat bandul fisis ?

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah panjang batang besi untuk lubang ke 3 (pengukuran dimulai dari
titik tumpu)
2. Pasanglah tumpuan pada lubang ke 1 dari lubang pertengahan pusat
massa batang

12
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

3. Ayunkan bandul fisis dengan sudut 5°


4. Catat waktu yang dibutuhkan dan periode ayunan yang dihasilkan (sudut-
sudut simpangan pada saat memulai ayunan diusahakan sekecil mungkin)
5. Ulangin langkah 1 sampai 3 untuk lubang ke 4, 5, 6 dan 7

VI. DATA HASIL PENGAMATAN


k (radius girasi) =
m (massa) =
𝜃 (sudut kemiringan) =
n (getaran) =
Percobaan ke h (m) T (periode) s (secon) Gravitasi
1
2
3
4
5
x
x
Kesalahan relatif

VII. ANALISA DAN HASIL PERHITUNGAN


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

13
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

VIII. TUGAS AKHIR


1. Hitunglah harga g berdasarkan persamaan 2!
2. Buatlah grafik T terhadap h dan tentukan harga k dari grafik terebut!
3. Bagaimana dengan harga g yang didapatkan, apakah hasilnya sudah
baik? Berikan pengaruh hasil pengukuran yang dilakukan terhadap
kehidupan!
4. Parameter manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap hasil
perhitungan? Jelaskan dan berikan alasannya!
5. Bagaimana pengaruh h dan θ terhadap hasil g? Jelaskan!

IX. KESIMPULAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

14
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISKOSITAS

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

15
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M3
MODUL III
VISKOSITAS

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan angka pergeseran (koefisien of viscosity) zat cair dengan hukum stokes.

II.ALAT – ALAT
1. Tabung zat cair dengan isinya
2. Bola-bola kecil zat padat/kelereng.
3. Jangka sorong dan mistar
4. Sendok saringan untuk mengambil kelereng dari dalam tabung
5. Stopwatch
6. Aerometer
7. Neraca analitis

III. T E O R I
Bila sebuah benda yang berbentuk bola bergerak di dalam suatu medium (cair atau gas) yang
tetap sifat-sifatnya menurut stokes
𝐹 = −6𝑇𝜋 𝑟 𝑣 ……………………….(1.1)
Dimana :
F = gaya gesekan yang menahan gerakan
r = jari-jari bola
𝜋 = koefisien gerakan
𝑣 = kecepatan bola relative terhadap medium

Adapun syarat-syarat pemakaian hukum stokes diatas adalah :


1. Ruang tempat medium tak terbatas (ukurannya cukup luas)
2. Tidak turbulensi (pergelinciran) pada medium
3. Kecepatan v tidak besar

Pada rumus (1) bila v makin besar maka gaya gesekan F harga mutlaknya juga makin besar, hal
ini akan mengakibatkan : bila benda jatuh karena gaya tetap gravitasi maka suatu saat gaya
gesekan F akan sama dengan gaya gravitasi (dikurangi gaya Archimedes).

16
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Dalam hal ini V2 menjadi konstan maka berlaku persamaan :


2𝑟 2 𝑔
𝑣= (𝜌 − 𝜌0 ) ……………………(1.2)
9𝜂
Atau
9𝜂𝑑
𝑇𝑟 2 = …………………..(1.3)
2𝑔(𝜌− 𝜌0 )

Dimana :
T = waktu jatuh bola dalam menempuh d
D = jarak jatuh yang ditempuh bola
𝜌 = massa jenis bola-bola (kelereng)
0
𝜌 = massa jenis medium (zat cair)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Ukurlah diameter kelereng, masing-masing pengukuran dilakukan beberapa kali (dengan
menggunakan jangka sorong/micrometer sekrup)
2. Timbanglah kelereng dengan neraca analitis
3. Ukurlah massa jenis tiap-tiap zat cair menggunakan aerometer
4. Ukurlah jarak jatuh (jarak kelereng ke dasar gelas ukur)
5. Jatuhkan kelereng kedalam gelas ukur
6. Ukurlah waktu jatuh (t) untuk kelereng yang sudah ditentukan bn pasangan zat cairnya
menggunakan stopwatch
7. Masukkanlah sendok saringan sampai dasar untuk mengambil kelereng, kemudian bersihan
kelereng
8. Lakukan kembali percobaan 1 sampai 7 pada kelereng dan zat cair yang berbeda

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang anda ketahui tentang pergeseran (koefisien viskositas) fluida?
2. Sebutkan 10 nilai masa jenis fluida yang berbeda!
3. Apa saja syarat – syarat yang diperlukan supaya hukum Stokes dapat berlaku?
4. Data apa saja diperlukan untuk menghitung koefisien pergeseran fluida? Tuliskan
rumusnya!
5. Sebuah kelereng memiliki masa jenis 0,9 g/cm3 yang jari jarinya 1,5 cm dijatuhkan bebas
dalam sebuah tabung yang berisi oli dengan masa jenis 0,8 g/cm3, kecepatan terminal
kelereng adalam 1m/s. Tentukan koefisien viscositasnya!

VI. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN


….. ...................................................................................................................
.........................................................................................................................
..........................................................................................................................

17
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

VII. DATA HASIL PENGAMATAN

Warna Jenis zat


Db(mm) s(cm) 𝜌𝑓 (𝑘𝑔/𝑚3 ) Mb (gr) t (s)
kelereng cair
Merah Minyak
Kuning Oli
Biru Gliserin
Putih
Air
Bening

VIII. TUGAS AKHIR

1. Bagaimana harus dipilih kawat-kawat yang melingkar tabung (jarak d).


2. Apakah akibatnya bila terlalu tinggi atau terlalu rendah.
3. Hitunglah r2 untuk tiap-tiap d
4. Buat grafik antara Tr2 dan d
5. Apakah faedah menghitung Tr2 dulu untuk menghitung harga.

IX. KESIMPULAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

18
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


RESISTOR, HUKUM OHM DAN
HUKUM KIRCHOFF

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

19
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M4
MODUL IV
9
RESISTOR, HUKUM OHM DAN

HUKUM KIRCHOFF

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu mengenali bentuk dan jenis resistor.
2. Mampu menghitung nilai resistansi resistor melalui urutan cincin warnanya.
3. Mampu merangkai resistor secara seri maupun paralel.
4. Memahami penggunaan hukum Ohm& hukum Kirchoff pada rangkaian resistor.

II. ALAT-ALAT
1. Beberapa resistor
2. Projectboard
3. Catu daya
4. Multimeter

III.TEORI

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi

jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkain. Resistor bersifat resistif dan umumnya

terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor Ohm atau dilambangkan

dengan simbol Ω (omega).

Bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung dengan dua kaki dikiri dan kanan.

Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna untuk mengetahui

besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohmmeter. Kode warna tersebut

adalah starndar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic industries Assiation)

seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah

20
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

I II III IV V

Gambar 4.1 Urutan Cincin warna pada resistor

Tabel 4.1 Nilai warna pada cincin resistor


Warna cincin Cincin 1 Cincin II Cincin III Cincin IV Cincin V
Angka Angka Angka ke Pengalih Toleransi
ke -1 ke -2 -3
Hitam 0 0 0 X100
Coklat 1 1 1 X101 1%
Merah 2 2 2 X102 2%
Jingga 3 3 3 X103
Kuning 4 4 4 X104
Hijau 5 5 5 X105
Biru 6 6 6 X106
Ungu 7 7 7 X107
Abu-abu 8 8 8 X108
Putih 9 9 9 X109
Emas X10-1 5%
Perak X10-2 10%
Tanpa warna 20%

Besarnya ukuran resistor sangat tergantung watt atau daya maksimum yang mampu ditahan
oleh resistor. Umumnya dipasar tersedia ukuran 1/8. ¼.1. 2. 5. 10 dan 20 watt. Resistor yang
memiliki daya maksimum 5.10 dan 20 watt. Umum nya terbentuk balok berwarna putih dan nilai
resistansinya dicetak langsung dibadannya, misalnya 1k Ω5W.

21
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Contoh :
Urutan cincin warna (resistor 4 cincin warna) : merah, ungu, biru, emas
Merah Ungu Biru Emas Hasilnya
2 7 X105 5% 27M Ω=5%

Urutan cincin warna (resistor 5 cincin warna) :coklat, merah, hitam, jingga, coklat
Coklat Merah Hitam Jingga Coklat Hasilnya
1 2 0 X103 1% 120K Ω=1%

Rangkaian Resistor
Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.
Dibawah ini contoh resistor yang dirangkai secara seri.

R3 R1 R2

Gambar 4.2 Rangkaian resistor secara seri

Pada rangkaian resistor berlaku rumus :


RTOTAL = R1 + R2+ R3 .................................................................. (1.1)
Rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi penggati semakin kecil. Di
bawah ini resistor yang dirangkai secara paralel.

R1

R3

R2

Gambar 4.3 Rangkaian resistor secara paralel

Pada rangkaian resistor paralel berlaku rumus :


RPengganti = 1/R1 + 1/R2+1/R3 ................................................................................... (1.2)

22
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Hukum Ohm
Dari hukum Ohm diketahui resistansi berbanding balik dengan jumlah arus yang mengalur
melalui resistor tersebut.

Ohm’s law
P = Power I = Current
V
VxI
V2 R P
R V
Watts Ampr P
I2 x R
P I R

IxR V R V2
Volts Ohms R
V
PxR
P P I
I I2
V = Voltage R = Resistance

Gambar 4.4 Diagram hukum Ohm


Dimana :
V = tegangan dengan satuan Volt
I = Arus dengan satuan ampere
R = Resistansi dengan satuan resistansi
P = Daya dengan satuan Watt

Hukum Kirchoff
Hukum Kirchhoff pada rangkain seri selisih tegangan sumber dengan jumlah tegangan jatuh
pada masing-masing beban adalah 0. Sedangkan pada rangkaian paralel : jumlah arus yang mengalir
menuju satu titik dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
VR1 VR2 VR3

R2 R1 R3
Vdc

Gambar 4.5 Ilustrasi penerapan hukum kirchoff pada rangkaian seri

VSUMBER - VR1 +VR2 + VR3 ) = 0 ................................................. (2.1)


VSUMBER = VR1 +VR2 + VR3 ......................................................... (2.2)

23
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Dimana :
VRN = I X RN : VRN = Tegangan jatuuh pada beban RN ................... (2.3)
Sehingga :
VR1 = I X R1 ; VR1 = tegangan jatuh pada beban R1
VR2 = I X R2 ; VR2 = tegangan jatuh pada beban R2
VR3 = I X R3 ; VR3 = tegangan jatuh pada beban R3
Pada rangkain seri, arus mengalir pada masing- masing beban sama besarnya dengan arus
pada rangkain.
I= IR1 = IR2 = IR3 .......................................................................... (2.4)
Dimana:
VSUMBER
I= ................................................................................. (2.5)
RTOTAL

Hukum kirchhoff pada rangkian paralel arus yang mengalir menuju suatu titik berbanding
lurus dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
R1
I R1
I Total
I R2

R3

I R3
Vdc

R2

Gambar 4.6 Ilustrasi penerapan hukum kirchoff pada rangkaian paralel

Itotal – (IR1 +IR2 + IR3 ) = 0 ........................................................... (2.6)


Itotal = IR1 +IR2 + IR3 ..................................................................... (2.7)
Dimana :
VSUMBER
IRn = : IRn = arus yang mengalir pada beban Rn .......... (2.8)
Rn
Sehingga :
VSUMBER
IR1 = : IR1 = arus yang mengalir pada beban R1
R1
VSUMBER
IR2 = : IR2 = arus yang mengalir pada beban R2
R2
VSUMBER
IR3 = : IR3 = arus yang mengalir pada beban R3
R3
Pada rangkian paralel, tegangan jatuh pada masing-masing beban sama dengan tegangan
sumber.
VSUMBER = VR1 = VR2 = VR3 ........................................................ (2.9)

24
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

III. TUGAS PENDAHULUAN


1. Hitung beberapa nilai resistansi resistor 4 cincin dibawah ini.

a. Coklat, hitam, coklat, emas.

b. Biru, abu-abu, hijau, emas.

c. Jingga, jingga, merah, perak.

d. Jingga, putih, coklat, perak

2. Hitungan besar arus yang mengalir pada masibg-masing beban rangkaian di bawah ini

dengan menggunakan Analisa hk.kirchoff

R1
100 k Ohm

R4 R2
10 k Ohm 330 k Ohm
Vs
15 V

R2
220 k Ohm

I = ….?
A

Gambar 4.7 Rangkaian resistor secara parallel

3. Sebutkan warna-warna urutan cincin resistor dengan nilai resistansi.

a. 83K Ω±1%

b. 100K Ω±5%

c. 330 Ω±10%

d. 120 Ω±1% (5 cincin)

e. 27K Ω±1% (5 cincin)

4. Sebutkan beberapa perbedaan pada 2 buah resistor yang dirangkai seri dengan resistor

yang dirangkai paralel.

25
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Percobaan Rangkaian Seri
1. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini

R2 R3 R1
10 V

Gambar 4.8 Rangkaian resistor secara seri

2. Ukurlah nilai resistansi pada masing-masing resistor


3. Ukurlah besar resistansi total pada rangkaian (RTOTAL)
4. Berilah tegangan sebesar 10 Vdc kemudian ukur besar tegangan pada masing-masing
resistor (VR1, VR2. VR3).
5. Ukurlah besar arus yang mengalir pada rangkaian (I).
6. Cari nilai resistansi total (RTOTAL), tegangan pada masing-maisng resistor (VR1, VR2.
VR3), arus yang mengalir pada rangkaian (I) dengan menggunakan rumus hukum
Ohmbuktikan hukum Kirchhoff pada rangkaian diatas.

B. Percobaan Rangkaian Paralel


1. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini

R1

R3

10 V R2

Gambar 4.9 Rangkaian resistor secara paralel

2. Ukurlah nilai resistansi pada masing-masing resistor.


3. Ukurlah besar resistansi pangganti pada rangkaian (RPENGGANTI ).
4. Berilah tegangan sebesar 10 Vdc kemudian ukur besar arus pada masing-masing
resistot ( I R1 , I R2, I R3).
5. Ukurlah besar tegangan pada rangkaian (V).

26
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

6. Cari nilai resisitansi penggganti ( RPENGGANTI ). Arus pada masing-masing resistor ( I R1


, I R2, I R3), tegangan pada rangkaian (V) dengan menggunakan pada hukum
Ohmbuktikan hukum Kirchhoff pada rangkaian diatas.

V. TUGAS AKHIR
1. Dari data hasil pengamatan anda apakah sudah sesuai dengan literatur yang telah ada?
Berikan alasan yang logis terhadap data anda dengan literatur
2. Apa gunanya kita harus mempelajari materi resistor Hk. Ohm & Kirchoff ini?

DATA HASIL PENGAMATAN

Percobaan Rangkaian Seri

NO R1 R2 R3 RTOTAL VR1 VR2 VR3 I Vs VS – ( VR1 +VR2 + VR3)

Percobaan Rangkaian Paralel


NO R1 R2 R3 RPengganti IR1 IR2 IR3 Itotal V Itotal – (IR1 +IR2 + IR3 )

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

27
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

VI. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

VII. KESIMPULAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

28
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


OSILOSKOP

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

29
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M5
5 MODUL V

PRAKTIKUM OSILOSKOP

I. TUJUAN PERCOBAAN
3. Mengukur tegangan AC dan DC menggunakan osiloskop
4. Dapat menentukan fungsi dari menu dan submenu osiloskop
5. Menghitung Frekuensi dan Perioda dari suatu sinyal listrik

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop
2. Power Supply AC
3. Power Supply DC
4. Kabel Penghubung
5. Multitester

III.T E O R I
Osiloskop adalah alat ukur elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan sinyal
listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat diamati, dibaca dan mudah dipelajari.
Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan menganalisa bentuk gelombang
dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian. Saat ini terdapat dua jenis osiloskop
yaitu osiloskop analog yang menggunakan teknologi CRT (tabung katoda) menampilkan
sinyal listrik bentuk gelombangnya dan osiloskop digital yang menggunakan teknologi LCD
untuk menampilkan sinyal listrik bentuk gelombangnya.

Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua Dimensi (2D). Osiloskop dapat
mengukur karakteristik yang berbasis tegangan (Voltage) pada sumbu Y dan mengukur
karakteristik yang berbasis waktu (Time) pada sumbu X. Pengukuran berbasis tegangan yaitu:
Amplitudo adalah ukuran besarnya suatu sinyal atau tingginya puncak gelombang.
Pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), mengukur salah satu puncaknya
saja baik yang tertinggi maupun yang terendah dengan sumbu X dan tegangan rata-rata.
Pengukuran berbasis waktu yaitu: Frekuensi (Jumlah getaran dalam 1 detik), periode (waktu
untuk satu getaran), duty cycle (perbandingan lama kondisi ON dengan kondisi OFF pada
setiap periode), rise time (waktu perubahan sinyal terendah ke tertinggi), Fall time (waktu
perubahan sinyal tertinggi ke terendah).(Lastera 2019)

30
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

1. Tegangan AC
Arus listrik AC (alternating current), merupakan listrik yang besarnya dan arah arusnya selalu
berubah-ubah dan bolak-balik. Arus listrik AC akan membentuk suatu gelombang yang
dinamakan dengan gelombang sinus atau lebih lengkapnya sinusoida. Gelombang sinusoidal
atau gelombang sinus mewakili sinyal AC periodik yang bervariasi dengan waktu dan
berfluktuasi antara siklus positif dan negatif. Karena sinyal tegangan AC mempuyai nilai yang
berubah-ubah maka dari itu besarnya nilai arus dan tegangan sinyal AC harus dihitung dengan
menggunakan nilai sesaat, nilai puncak sinyal, nilai puncak ke puncak, nilai rata-rata, dan
tegangan RMS.

i. Tegangan RMS
Tegangan RMS (Root Mean Square) adalah nilai tegangan yang mewakili nilai
tegangan AC yang setara dengan tegangan DC. Jumlah daya yang hilang atau efek pemanasan
adalah sama pada sinyal AC dan DC. Nilai sinyal sinusoidal bervariasi dengan waktu karena
besarnya nilai arus dan tegangan selalu berubah dengan waktu dan tidak berlaku untuk
rangkaian DC (besar konstan). Dengan kata sederhana, ini dapat didefinisikan sebagai akar
kuadrat dari nilai rata-rata kuadrat dari semua nilai sesaat dari sinyal AC. Ini dilambangkan
dengan Vrms atau Irms. Ini dapat diperoleh dengan mengkuadratkan nilai input dan
menghitung nilai rata-rata sinyal AC. Akar kuadrat dari nilai rata-rata yang diperoleh
memberikan tegangan kuadrat rata-rata akar. Teori Tegangan RMS Secara umum sinyal AC
dan DC direpresentasikan dalam bentuk bentuk gelombang tegangan atau arus. Kita tahu
bahwa besarnya sinyal DC adalah konstan dan sangat mudah untuk dihitung. Tetapi sinyal
AC berfluktuasi antara setengah siklus negatif dan positif dan bervariasi seiring waktu. Jadi,
sulit untuk menemukan besarnya nilai tegangan dan arus dari bentuk gelombang bolak-balik.
Teori ini dapat dijelaskan dari bentuk gelombang bolak-balik seperti yang ditunjukkan di
bawah ini.

31
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Tegangan maksimum adalah tegangan saat mencapai peak atau puncak gelombang.
Tegangan rata-rata adalah besarnya nilai tegangan selama setengah gelombang dari 0 hingga
T/2. Tegangan rata-rata ini adalah jumlah tegangan yang dicuplik berbanding terhadap
banyaknya pencuplikan terhadap tegangan tersebut. Kenapa tegangan yang diukur setengah
gelombang tersebut bukannya satu gelombang penuh? Karena jika menggunakan satu
gelombang penuh tegangan rata-ratanya akan bernilai nol. Selain itu besarnya tegangan rata-
rata setengah gelombang terukur dapat mewakili setengah gelombang yang lain karena
luasnya sama. Tegangan rms adalah tegangan yang terukur pada alat ukur. Sebenarnya
tegangan maksimum juga dapat diukur dengan menggunakan osciloscop, namun pada alat
ukur seperti Voltmeter yang terukur adalah tegangan rms, karena akibat adanya arus berlebih
pada saat terdapat beban yang dikonversi menjadi energi panas. Berikut rumus dari tegangan
Vrms.

2. Tegangan DC
Arus listrik DC (Direct current) merupakan arus listrik searah. Pada awalnya aliran arus pada
listrik DC dikatakan mengalir dari ujung positif menuju ujung negatif. Semakin kesini
pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pada arus searah
merupakan arus yang alirannya dari negatif (elektron) menuju kutub positif. Nah aliran-aliran ini
menyebabkan timbulnya lubang-lubang bermuatan positif yang terlihat mengalir dari positif ke
negatif.

3. Frekuensi dan Perioda pada Gelombang Listrik


Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam waktu satu detik atau banyaknya
gelombang/getaran listrik yang dihasilkan tiap detik. Frekuensi dilambangkan dalam huruf f.
Periode adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran sempurna suatu
gelombang listrik.

32
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Periode dilambangkan dengan huruf T. Hubungan antara frekuensi dan periode adalah
berbanding terbalik, berarti semakin besar frekuensinya periodenya akan semakin kecil. Secara
matematis dapat dituliskan :

4. Bagian-bagian Osiloskop
Osiloskop memiliki beberapa bagian yang harus di pahami dengan baik agar proses
praktikum osiloskop dapat dilakukan dengan baik dan benar. Kesalahan dalam penggunaan
osiloskop dapat berakibat fatal yang menyebabkan kerusakan dari osilosokop. Berikut bagian
dari osiloskop beserta fungsinya

1: tombol Jalankan / jeda. Klik tombol ini untuk menjeda pengambilan sampel kapan saja
2: Satu tombol penyesuaian otomatis kunci, tekan tombol ini, sistem akan otomatis
mengidentifikasi sinyal dan mengatur sistem ke parameter terbaik untuk menampilkan ini
bentuk gelombang
3: Tombol menu fungsi, kontol di sini untuk memunculkan menu fungsi

33
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

4: Satu klik tombol tangkapan layar. Klik tombol ini untuk mengambil tangkapan layar dari
"layar lubang dan simpan ke ruang penyimpanan internal secara otomatis
5: Satu tombol simpan tombol bentuk gelombang, tekan tombol ini akan menyimpan semua
data bentuk gelombang dua saluran ke ruang penyimpanan internal
6 Tombol switeh kursor waktu, tekan tombol ini untuk menghidupkan dan mematikan fungsi
pengukuran kursor
7: Tekan tombol sakelar kursor tegangan untuk menghidupkan dan mematikan pengukuran
fungsi kursor
8: Sistem [Kanan] tombol navigasi
9: Tombol navigasi sistem
10: Sistem (tombol navigasi OK)
11: Tombol navigasi sistem
12: Sistem [Kiri] tombol navigasi
13: Tombol kecepatan bergerak. Klik tombol ini untuk beralih antara gerakan cepat dan
gerakan lambat
14: Channel 1 tombol penyesuaian posisi vertikal, putar searah jarum jam untuk bergerak ke
atas, putar berlawanan arah untuk bergerak ke bawah
15: Tombol sakelar Channel 1. Klik tombol ini untuk menghidupkan atau mematikan
tampilan bentuk gelombang dari Channel 1
16: Tombol kontrol Channel 1. Klik tombol ini untuk memunculkan parameter kontrol
terkait dengan Channel 1, yang dapat dipilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di
sebelahnya
17: Kenop penyesuaian sensitivitas Channel 1 vertikal, amplifikasi vertikal searah jarum jam,
pengurangan vertikal berlawanan arah jarum jam
18: Port input sinyal Channel 1, rentang pengukuran adalah 0 - 40V puncak ke puncak, bayar
memperhatikan toleransi maksimum 400V puncak ke puncak menahan tegangan
19: Channel 2 tombol penyesuaian posisi vertikal, putar searah jarum jam untuk bergerak ke
atas, putar berlawanan arah untuk bergerak ke bawah
20: Tombol sakelar Channel 2 klik tombol ini untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
tampilan bentuk gelombang dari Channel 2
21: Tombol bilah kontrol Channel 2. Klik tombol ini untuk memunculkan parameter kontrol

34
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

terkait dengan Channel 2, yang dapat dipilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di
sebelahnya
22: Kenop penyesuaian sensitivitas saluran 2 vertikal, amplifikasi vertikal searah jarum jam,
pengurangan vertikal berlawanan arah jarum jam
23: Port input sinyal Channel 2, rentang pengukuran adalah 0 - 40V puncak ke puncak, bayar
memperhatikan toleransi maksimum 400V puncak ke puncak menahan tegangan
24: sistem memicu kenop penyesuaian posisi x untuk bergerak searah jarum jam ke kanan
dan berlawanan arah jarum jam ke kiri
25: satu kunci kembali ke tombol tengah, setelah mengklik tombol ini, saluran 1, saluran 2
posisi vertikal, pemicu x posisi horizontal, pemicu y posisi vertikal akan kembali ke
tengah
26: kenop penyesuaian basis waktu diputar searah jarum jam untuk mengurangi basis waktu,
putar knob searah jarum jam untuk memperbesar bentuk gelombang secara horizontal, dan
berlawanan arah jarum jam untuk menambah waktu dasar, yaitu, untuk mengurangi bentuk
gelombang secara horizontal
27: Output generator sinyal DDS
28: Memicu tegangan tombol penyesuaian posisi y, putar searah jarum jam untuk bergerak ke
atas, putar berlawanan arah untuk bergerak ke bawah
29: tombol sakelar mode pemicu, dibagi menjadi otomatis, tunggal dan normal
30: tombol sakelar tepi pemicu, dibagi menjadi tepi naik dan tepi jatuh
31: tombol sakelar saluran pemicu, dibagi menjadi saluran 1 dan saluran 2
32: 50% tombol pemicu, tekan tombol ini, sistem akan secara otomatis mengatur arus
memicu tegangan ke 25%, 50%, 75% sesuai dengan karakteristik sinyal untuk memicu
33: tombol pemilihan parameter pengukuran kolom 1, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau kenop di sebelahnya
34: tombol pemilihan parameter pengukuran kolom 2, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di sebelahnya
35: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 3, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau kenop di sebelahnya
36: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 4, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau kenop di sampingnya

35
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

37: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 5 muncul diagram blok pengukuran,
yang dapat dipilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di sampingnya
38: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 6, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di sampingnya
39: tombol bar kontrol generator sinyal, klik tombol ini akan memunculkan sinyal bilah
kontrol parameter generator, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol
di sebelahnya
40: halaman berikutnya dari tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk
gelombang / Manajer pemotongan
41: gambar / bentuk gelombang / manajer gelombang cincang tombol kontrol halaman
berikutnya (Halaman sebelumnya)
42: (hapus) tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk gelombang /
pemotongan Pengelola
43: pilih semua tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk gelombang /
pemotongan Pengelola
44: Kembalinya tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk gelombang/
pemotongan Pengelola
45: Port USB untuk berbagi tangkapan layar
46: sakelar daya, klik untuk memulai atau mematikan operasi

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang anda ketahui tentang Osiloskop ?
2. Sebutka fungsi osiloskop?
3. Apa itu bandwidth dalam osiloskop?

36
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

V. PROSEDUR PERCOBAAN

4. Mengukur Tegangan DC (Direct Current)


e. Siapkan alat dan bahan yang telah disediakan
f. Sambungkan kabel dari power supply DC ke multitester analog
g. Atur multitester analog ke arah pengukuran DC Volt
h. Nyalakan Osiloskop dan lakukan kalibrasi dan ubah coupling menjadi DC Volt
i. Sambung kabel dari power supply DC ke CH1/CH2 pada osiloskop digital (perhatikan simbol
warna beda potensial dari power supply dan osiloskop digital)
j. Atur tegangan variasi power supply mulai dari 1.8V , 8V , 15.4V , 24V , dan 25V
k. Atur posisi osiloskop baik dari posisi vertikal maupun horizontal agar gelombang dapat
terlihat dengan baik
l. Catat data yang didapatkan dimulai dari Variasi sumber tegangan dari power supply, tegangan
yang terukur dari Multitester, dan Volt/DIV yang digunakan beserta nilai DIV vertikal yang
tertera
m. Ulangi langkah tersebut dengan variasi sumber yang berbeda hingga sampai ke variasi 12
Volt

5. Mengukur Tegangan AC (Alternate Current)


e. Siapkan alat dan bahan yang telah di sediakan
f. Sambungkan kabel dari power supply AC ke multester Analog
g. Atur multitester analog ke arah pengukuran AC Volt
h. Nyalakan Osiloskop dan lakukan kalibrasi dan ubah coupling menjadi AC Volt
i. Sambung kabel dari power supply AC ke CH1/CH2 pada osiloskop digital
j. Atur tegangan variasi power supply mulai dari 3,6,9, dan 12 Volt
k. Atur posisi osiloskop baik dari posisi vertikal maupun horizontal agar gelombang dapat
terlihat dengan baik
l. Catat data yang didapatkan dimulai dari Variasi sumber tegangan dari power supply, tegangan
yang terukur dari Multitester, dan Volt/DIV yang digunakan beserta nilai DIV vertikal yang
tertera
m. Ulangi langkah tersebut dengan variasi sumber yang berbeda hingga sampai ke variasi 12
Volt

37
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

6. Mengukur Frekuensi dan Perioda dari Tegangan AC


e. Siapkan alat dan bahan yang telah di sediakan
f. Nyalakan Osiloskop dan lakukan kalibrasi dan ubah coupling menjadi AC Volt
g. Sambung kabel dari pin GEN pada osiloskop ke pin CH1/CH2 Osiloskop
h. Tekan tombol GEN pada osiloskop dan atur variasi gelombang menjadi sinusoidal dan atur
frekuensi gelombang mulai dari 5 Hz, 35 KHz, 10 MHz, 38 GHz
i. Atur posisi osiloskop baik dari posisi vertikal maupun horizontal agar gelombang dapat
terlihat dengan baik
j. Catat data yang didapatkan dimulai dari Variasi frekuensi, dan Time/DIV yang digunakan
beserta nilai DIV horizontal yang tertera
k. Ulangi langkah tersebut dengan variasi sumber yang berbeda hingga sampai ke variasi 38
GHz Volt

VI. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Hasil Pengukurang Tegangan DC (Direct Current)
Multimeter Osiloskop
Variasi Sumber (Volt)
(Volt) Volt/DIV Div Vertikal
1.8 V
8V
15.4 V
24 V
28 V

2. Hasil Pengukuran Tegangan AC (Alternate Current)


Variasi Sumber Multimeter Osiloskop
(Volt) (Volt) Volt/DIV Div Vertikal Vmax
3V
6V
9V
12 V

3. Hasil Pengukran Frekuensi dan Perioda


Osiloskop
Variasi Frekuensi (Hz)
Time/DIV Div Horizontal Perioda
5 Hz
35 KHz
10 MHz
38 GHz
100 GHz

38
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

VII. TUGAS AKHIR

1. Jelaskan bentuk gelombang dalam osiloskop?


2. Bagaimana cara melakukan kalibrasi dalam osiloskop?
3. Apa kelibihan dan kekurangan osiloskop?

VIII. ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN


..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

IX. KESIMPULAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

39
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


JEMBATAN WHEATSTONE

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

40
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M6
5 MODUL VI

JEMBATAN WHEATSTONE

I. TUJUAN

1. Mampu mengukur dan menentukan besarnya hambatan Resistor dengan


menggunankan prinsip Jembatan Wheatstone.
2. Menentukan nilai suatu hambatan yang tidak diketahui dengan metode jembatan
wheatstone.
3. Mengetahui rumus jembatan wheatstone.

II. DASAR TEORI

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu yang
tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian jembatan,
satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan aslinya potensiometer.
Jembatan Wheatstone adalah suatu proses menentukan nilai hambatan listrik yang
presisi/tepat menggunakan rangkaian Jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan
antara besar hambatan yang telah diketahui dengan besar hambatan yang belum diketahui
yang tentunya dalam keadaan Jembatan disebut seimbang yaitu Galvanometer menunjukkan
pada angka nol. Rangkaian Jembatan Wheatstone tersebut memiliki susunan dari 4 buah
hambatan yang mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan hambatan yang
belum diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain dan pada 2 titik
diagonalnya dipasang sebuah Galvanometer dan pada 2 titik diagonal lainnya diberikan
sumber tegangan. Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan
pengukuran arus. Kebanyakan alat ini kerjanya tergantung pada momen yang berlaku pada
kumparan di dalam magnet. Gambar rangkaian Jembatan Wheatstone yaitu seperti gambar
di bawah ini :

41
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Keterangan :
E : sumber tegangan listrik searah.
S : penghubung arus.
G : galvanometer.
Rb : hambatan listrik yang diketahui nilainya.
X : hambatan yang akan ditentukan nilainya.
R1 & R2 : hambatan kawat

teori yang berkaitan dengan jembatan wheatstone yaitu:


1. Teori hukum ohm
Teori ini bernunyi “tentang arus (current law), yang menyatakan bahwa arus masuk pada
satu titik percabangan akan sama dengan arus yang keluar melalui titik yang sama” dan
“ jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah
sebanding lurus dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar
tadi”.

2. Teori hokum faraday


Teori ini berbunyi “Konsep gaya gerak listrik pertama kali dikemukakan oleh Michael
Faraday, yang melakukan penelitian untuk menentukan faktor yang memengaruhi

42
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

besarnya ggl yang diinduksi. Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada
waktu, yaitu semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik, ggl yang diinduksi
semakin besar”.

3. Teori hokum Kirchoff


Teori ini berbunyi “Menyatakan bahwa jumlah tegangan-tegangan didalam satu
rangkaian tertutup sama dengan 0 (nol).”
(kanginan.2006)

Sehingga rumus yang didapatkan pada jembatan wheatstone yaitu:


𝐿1
Rx = Rv x 𝐿2

Keterangan:
Rx = hambatan yang belum diketahui (Ω )
Rv = hambatan yang diketahui (Ω)
L1 = segmen kawat 1 (m)
L2 = segmen kawat 2 (m)
(surya.2010)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Sumber tegangan DC
b. Kawat Homogen
c. Mistar
d. Kabel merah hitam
e. Resistor
f. Kabel-kabel
g. Beberapa resistor yang akan dicari tahanannya
h. Galvanometer
i. Multimeter
2. Bahan
a. Jembatan wheatstone

43
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

IV. PROSEDUR KERJA


1. Di rangkai alat yang akan di gunakan dalam percobaan.
2. Sebelum rangkaian di hubungkan dengan sumber tegangan, konsultasikan pada asisten
praktikum apakah susunan rangkaiannya sudah benar atau belum.
3. Di tentukan nilai pada power supply dengan V = 3 volt
4. Di geser kontak logam yang terhubung dengan kawat kekanan atau kekiri, sedemikian
hingga jarum galvanometer menunjukkan angka nol.
5. Di ukur panjang kawat yang ada di sebelah kiri dan kanan kontak logam, untuk
menentukan L1 dan L2.
6. Di ulangi langkah 3 sampai 5 dengan mengubah nilai V = 6 V dan 9 V
7. tentukan nilai Rx.
8. Bandingkan nilai Rx pengukuran multimeter analog dengan hasil dari jembatan
wheatstone
9. Di buat table hasil pengamatan tersebut.

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah yang dimaksud dengan hambatan listrik?
2. Bagaimanakah prinsip dari metode jembatan wheatstone?
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Hasil Pengamatan
Rx1 Rx2 Rx3
No. Tegangan Rv L1 (m) L2 (m) L1 (m) L2 (m) L1 (m) L2 (m)
1. 10 Ω
2. 22 Ω
3V
3. 56 Ω
4. 10 Ω
5. 22 Ω
6V
6. 56 Ω
7. 10 Ω
8. 22 Ω
9V
9. 56 Ω

44
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

VII. TUGAS AKHIR

1. Apakah fungsi dari galvanometer dalam jembatan wheatstone?


2. Jika Galvanometer menunjukan angka nol, apa yang dapat anda simpulkan?
3. Tuliskan langkah kerja dan ralat yang dipakai dalam praktikum ini!

VIII. KESIMPULAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

45
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA
DASAR MEDAN MAGNET

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2023

46
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M7
5
MODUL VII

MEDAN MAGNET
I. TUJUAN

1. Mempelajari gaya yang dialami oleh penghantar berarus dalam medan


magnetik..
2. Menentukan besarnya gaya dan medan magnet yang ditimbulkan oleh
arus listrik

II. DASAR TEORI


Muatan yang bergerak akan menimbulkan arus listrik. Ketika elektron
bergerak didalam medan magnetik akan mengalami gaya magnet. Gaya magnet
yang bekerja pada muatan yang bergerak didalam medan magnetik dapat
ditentukan melalui persamaan:

F = B q v sin θ ............................................................................. (7.1)


Dimana : F = Gaya magnet
v = kecepatan muatan (m/s)
θ = sudut apit kecepatan v
B = Medan magnet

Sebuah kawat yang lurus diletakkan diantara kutub-kutub magnet dan


dialiri arus listrikakan menghasilkan gaya yang arahnya membentuk sudut siku-
siku terhadap medan magnet. Arah gaya magnet dapat ditentukan
menggunakan kaidah tangan kanan.

47
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga ibu jari tegak lurus
terhadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap telapak tangan (Gambar 7.1)

Gambar 7.1 Kaidah Tangan Kanan


Masih mengenai kaidah tangan, ulasan yang akan dibahas di sini
adalah kaidah tangan kanan untuk menentukan gaya lorentz. Kaidah tangan
kanan gaya lorentz menujukkan 3 arah komponen yaitu medan magnet
(B), arus listrik (I), dan gaya Lorenzt (F). Di mana ketiga besaran tersebut
berturut-turut ditunjuk oleh empat jari, ibu jari, dan arah tegak lurus dengan
telapak tangan.
1. Arah arus (I): ibu jari
2. Medan magnet (B): empat jari (jari teulnjuk, tengah, manis, dan
kelingking).
3. Gaya lorentz (F): arah yang tegak lurus antara telapak tangan dan
empat jari
Posisi tangan dan arah yang ditunjuk pada pemanfaatan kaidah tangan
kanan untuk menentukan gaya lorentz dapat dilihat pada gambar 7.2 dan
dapat dihitung melalui persamaan:
F = B. I l sin θ

Gambar 7.2 Cara menentukan arah gaya magnet (Gaya Lorentz)


48
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

III. ALAT DAN BAHAN


1. Pita aluminium (aluminium foil) atau seutas kawat dari kabel serabut 1 buah
2. Magnet batang 2 buah
3. Sumber tegangan 1 buah
4. Saklar jembatan 1 buah
5. Statif 2 buah f) Kabel penghubung secukupnya

IV. PROSEDUR KERJA

1. Rangkai alat dan bahan seperti gambar 7.3, kawat atau aluminium foil jangan
terlalu tegang.
2. Meletakkan magnet batang di sebelah kiri dan kanan kawat, menutup saklar.
3. amati yang terjadi pada kawat.
4. Ulangi percobaan dengan mengubah letak kutub magnet.
5. Ulangi percobaan dengan meletakkan magnet batang diatas dan dibawah
kawat, menutup saklar, dan mengamati yang terjadi pada kawat.

Gambar 7.3 Rangkaian Alat Percobaan

6. Ulangi percobaan dengan mengubah letak kutub magnet. Mengulangi


percobaan dengan mengubah arah arus listrik (menukar polaritas baterai
yang terhubung pada kedua ujung kawat). g) Mencatat hasil
pengamatan pada Tabel 7.1

49
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

V. Tugas Pendahuluan
1. Apa aitu magnet ?
2. Ceritakan sejarah medan magnet ?

VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

N Arus listrik Tegangan (V) Arah medan Arah gaya


o dan Arah magnet Lorentz
1

VII. Tugas Akhris

1. Sebutkan dan jelaskan kegunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari?


2. Apa yang terjadi jika di dunia ini tidak ada magnet?

VIII. KESIMPULAN

......................................................................................................................…
.........................................................................................…………………….
......................................................................................................................…

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:

ASISTEN

50
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI

LABORATORIUM FISIKA
DASAR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

51
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M8
5 MODUL VIII

GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI

I. TUJUAN

1. Mempelajari hubungan antara perubahan fluksmagnet dengan arah arus dan GGL induksi.
2. Mempelajari Gaya Gerak Listrik yang ditimbulkan oleh medan magnet.

II. DASAR TEORI

Induksi Elektromaknetik adalah Gejala timbulnya arus listrik pada suatu penghantar

akibat perubahan medan magnetik. Gambar 8.1 menunjukkan suatu percobaan sederhana

tentang arus listrik yang ditimbulkan akibat induks magnetiki. Ujung-ujung suatu kumparan

dihubungkan dengan galvanometer dan sebuah magnet digerakkan keluar masuk kumparan

tersebut. Ketika magnet bergerak keluar masuk, jarum galvanometer juga bergerak.

Fenomena ini menunjukkan bahwa selama magnet bergerak, timbul arus listrik induksi

dalam rangkaian kumparan.

Arus listrik induksi dapat juga ditimbulkan dengan menggerakkan kumparan di

sekitar magnet yang tetap atau kumparan yang berputar di dalam medan yang

tetap.Berdasarkan percobaan ini Faraday menyimpulkan bahwa arus induksi yang timbul di

dalam kumparan diakibatkan oleh perubahan fluksmagnet yang dilingkupi dalam kumparan.

52
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Gambar 8.1 Arus listrik akibat perubahan fluksmagnet

Ketika fluksmagnet yang melalui suatu rangkaian diubah maka akan muncul GGL yang besarnya
sama dengan laju perubahan fluksmagnet. Pernyataan ini dikemukakan oleh Faraday yang dikenal
dengan hukum induksi Faraday, “Gaya gerak listrik (GGL) induksi

pada sebuah rangkaian sama dengan kecepatan perubahan fluksmagnet yang melalui rangkaian
tersebut”. Secara matematis pernyataan tersebut dapat ditulis dalam persamaan:
𝛥ᶲ 𝛥𝑡
Ɛ =
Jika menggunakan sebuah kumparan yang terdiri dari N lilitan, maka GGL induksi yang timbul
dalam kumparan tersebut dapat dirumuskan:

Ɛ = - N 𝛥ᶲ𝛥 𝑡

53
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

III. ALAT DAN BAHAN

1. Magnet batang 1 buah


2. Galvanometer 1 buah
3. Saklar 1 buah
4. Kumparan searah jarum jam 2 buah
5. Kumparan berlawanan arah jarum jam 2 buah
6. Hambatan geser 1 buah
7. Sumber arus searah(baterai) 2 buah
8. Kabel penghubung secukupnya

PROSEDUR KERJA
9. Merangkai rangkaian seperti gambar

Gambar 8.2 Rangkaian 1 percobaan GGL Induksi

10. Buatlah posisi magnet batang sejajar dengan posisi kumparan. Mendekatkan
salah satu ujung magnet tersebut kepada kumparan.
11. Amati arah dan besar simpangan jarum pada galvanometer.
12. Tentukan arah medan magnet induksi pada kumparan (letak kutub Udan S)
dan arah arus listrik.
13. Gunakan Hukum Lenz untuk menentukan kutub U dan S pada magnet
batang.

54
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Mengulangi langkah 2 sampai dengan 5 dengan membalik kutub magnet

Gambar 8.3 Rangkaian 2 percobaan GGL Induksi

14. Tutup saklar dan amati arah simpangan galvanometer.


15. Tentukan arah arus listrik pada kumparan L1 dan L2.
16. Tentukan kutub-kutub medan magnet pada kumparan L2 dan L1.
17. Ulangi langkah 7 s.d 9 untuk gambar 8.3
18. Catat hasil pengamatan pada Tabel 8.1 dan 8

L1 L2
G

L1 G L2

S
Gambar 8.3 Rangkaian 3 GGL Induksi

55
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

IV. Tugas Pendahuluan


1. Apa hubungan antara listrik dan magnet?
2. Apa faktor yang mempengaruhi besarnya gerak gaya listrik elektromagnetik?

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Tabel 8.1
Letak kutub pada Letak kutub pada
No gambar Kumparan Arah arus listrik magnet batang
No
U S U S
1
2
3
4

Tabel 8.2
Kumparan L1 Kumparan L2
No Kutub medan Kutub medan
No Arah arus Arah arus
gambar magnet magnet
listrik listrik
U S U S
1
2

VI. Tugas Akhir

1. Jelaskan konsep pembangkit listrik tenaga kincir angin!


2. GGL Induksi terjadi karena apa?

VII. KESIMPULAN
.....................................................................................................................…
.........................................................................................…………………….

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:

ASISTEN:

56
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


VOLTMETER DAN AMPEREMETER ARUS
SEARAH

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

57
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M9
5 MODUL IX

VOLTMETER DAN AMPEREMETER ARUS SEARAH

I TUJUAN
1. Dapat mempergunakan voltmeter dan ampemeter untuk mengukur arus listrik dan
beda potensial listrik arus searah.
2. Menentukan nilai hambatan suatu hambatan listrik.

II. ALAT-ALAT
1. Ampermeter (1 buah)
2. Voltmeter (1 buah)
3. Catu daya DC (1 buah)
4. Hambatan tetap
5. Kabel-kabel

III. TEORI
Jenis arus listrik terbagi menjadi dua, yakni arus listrik searah atau DC (Direct
Current) dan arus listrik bolak-balik atau AC (Alternating Current). Pada arus listrik
bolak-balik, muatan listrik mengalir dalam dua arah (bolak-balik). Adapun pada arus
listrik searah, muatan listrik hannya mengalir dalam satu arah saja. Ciri umum dari
arus bolak-balik, yaitu sumber tegangan berasal dari PLN sedangkan arus searah
berasal dari baterai. Contoh peralatan yang menggunakan arus listrik searah yaitu
kalkulator, remote control, jam, dan lampu senter (Abdullah, 2000).
Kuat arus didefinisikan sebagai jumlah muatan yang mengalir melalui
penampang suatu kawat penghantar persatuan waktu. Secara sistematisnya kuat arus
dituliskan sebagai berikut : I = Q/t
dengan, I = kuat arus listrik (A)
Q = jumlah muatan yang mengalir (C)
t = waktu (s)
1A = 1 C/s
Untuk mengukur kuat arus listrik dalam suatu penghantar dapat dilakukan
dengan menggunakan amperemeter. Cara pengukurannya yaitu dengan

58
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

menghubungakan alat ukur arus lisrtri secara seri dengan sumber tegangan listrik
(Arkundato, 2007).
Jika berbagai komponen listrik dihubungkan membentuk suatu rangakaian
terhadap adanya percabangan diantara kutub-kutub sumber ggl, dikatakan bahwa
komponen-komponen tersebut terhubung dalam satu rangkaian seri. Elektron-
elektron mengalir dari kutub negatif sumber arus listrik melalui kabel dan masing-
masing komponen seri berurutan dan akhirnya kembali ke kutub positif sumber arus
listrik. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik di sepanjang rangkaian
(Indrajit, 2007).
Setiap alat ukur arus listrik atau amperemeter memiliki karateristik yang
berbeda, baik arus maksimum yang didapat atau skala yang tertera pada
amperemeter. Cara membaca skala pada amperemeter adalah dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut :
Hasil pengukuran = (skala yang ditunjuk : skala maksimum) x batas ukur(Kemmerly,
2005).
Pergerakan muatan atau arus di dalam konduktor dapat diibaratkan air yang
mengalir di dalam pipa. Agar air mengalir dengan deras maka air harus digerakkan
dari potensial tinggi ke potensial rendah. Begitupun arus listrik, agar arus bergerak
dengan cepat, diantara kedua kutub harus diberi beda potensial yang tinggi. Beda
potensial yang menyebabkan arus mengalir biasa disebut dengan tegangan listrik.
Tegangan listrik juga dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk kerja yang
dibutuhkan untuk memindahkan muauutan melalui elemen. Satuan tagangan adalah
volt, dan 1 volt sama dengan 1 Joule/sekon. Tegangan disimbolkan dengan V
(Paulina, 2008).
Untuk mengukur beda potensial atau tegangan diantara kedua ujung
penghantar, digunakan alat yang bernama voltmeter. Penyusunan voltmeter harus
secara paralel dengan sumber listrik atau komponen listrik yang akan diukur beda
potensialnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada voltmeter terdapat dua kutub,
yaitu kutub negatif dan kutub positif sehingga kutub-kutub ini harus dihubungkan
secara bersesuaian dengan kutub-kutub yang pada rangakaian.

59
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Gambar 2.1 Pemasangan Voltmeter


Efek pemasangan voltmeter terhadap rangkaian disebut juga loading effect.
Efek ini dapat diartikan sebagai pengaruh pemasangan voltmeter yang akan merubah
besaran voltase yang ingin diukur karena voltmeter juga terukur sebagai beban,
sehingga resistansi voltmeter harus jauh lebih tinggi atau lelbih besar dari beban
yang ingin diukur (Zemansky, 1962).
Amperemeter sering juga disebut ammeter. Amperemeter pada rangkaian perlu
diletakkan seri terhadap kuat arus yang ingin diukur. Hal ini disebabkan arus tidak
akan berubah bila melalui rangkaian seri, dan akan terbagi bila melalui rangkaian
paralel. Walaupun arus pada rangkaian seri tidak berubah, akan tetapi perletakan
amperemeter pada suatu rangkaian tersebut akan mempengaruhi pengukuran. Hal ini
dikarenakan amperemeter memiliki tahanan internal sehingga akan menambah
besaran tahanan total pada rangkaian tersebut dan merubah besar arus yang hanya
mengalir ke tahanan pada rangakaian awal (Arukundato, 2007).
Besaran rentang ukur ditentukan oleh seberapa besar resistor total yang
tersambung. Sensifitas sebuah amperemeter atau ammeter juga ditentukan oleh
resistor shunt, semakin besar resistor shunt maka semakin sensitif ammeter tersebut.
Untuk mengukur arus yang lebih dari 50A, maka amperemeter perlu ditambah
resistor shuntatau resistor tambahan (eksternal). Resistor shunt ini berfungsi untuk
menurunkan arus yang masuk ke rangkaian agar tidak merusak alat ukur.
Amperemeter bekerja sesuai dengan hukum gaya Lorentz dan gaya magnetis. Arus
yang mengalir pada rangakaian akan menimbulkan gaya Lorentz yang akan
menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir, maka
semakin besar simpangannya (Zemansky, 1962).

60
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Gambar 2.2 Pemasangan Amperemeter

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Perhatian : jangan menyalakan catu daya sebelum rangkaian diperiksa Asisten.
1.1. Menentukan nilai hambatan dalam RA
1. Rangkaian disusun seperti gambar a.
2. Kedudukan Amperemeter (I) dan voltmeter (V) dicatat
3. Ulangi langkah 1 & 2 dengan merubah variasi dari nilai Rs
4. Rangkaian disusun seperti gambar b tanpa menghubungkan hambatan R.
hubungkan dengan catu daya, kemudian di catat nilai arus sebagai nilai (I1).
5. Hubungkan hambatan R pada rangkaian tersebut , hubungkan dengan catu
daya, kemudian catat nilai arus sebagai nilai (I2).
6. Ulangi langkah 4 & 5 dengan merubah variasi dari nilai Rs

Gambar 2.3 Pengukuran Hambatan Pada Amperemeter

1.2. Menentukan nilai hambatan dalam RV


1. Rangkaian disusun seperti gambar a.
2. Kedudukan Amperemeter (I) dan voltmeter (V) dicatat
3. Ulangi langkah 1 & 2 dengan merubah variasi dari nilai Rs
4. Rangkaian disusun seperti gambar b tanpa menghubungkan hambatan R.
hubungkan dengan catu daya, kemudian di catat nilai arus sebagai nilai (V1).
5. Hubungkan hambatan R pada rangkaian tersebut , hubungkan dengan catu
daya, kemudian catat nilai arus sebagai nilai (V2).
6. Ulangi langkah 4 & 5 dengan merubah variasi dari nilai Rs

61
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

Gambar 2.4 Pengukuran Hambatan Pada Voltmeter


V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan batas ukur dan skala terkecil dari suatu alat.
2. Apa itu hambatan dalam?
3. Jelaskan pengaruh hambatan dalam dari suatu alat ukur listrik!
4. Berikan langkah-langkah untuk mengukur arus dan tegangan menggunakan
amperemeter dan voltmeter!
VI. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Amperemeter
No. I V RA RS
1.
2.
3.

𝑉
RA = 𝐼

No. I1 I2 RA RS
1.
2.
3.

(𝐼1 − 𝐼2 )
RA = .𝑅 R = 47 Ω
𝐼2

2. Voltmeter
No. I V RV RS
1.
2.
3.
𝑉
RV = 𝐼

62
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

No. V1 V2 RV RS
1.
2.
3.

(𝐼1 − 𝐼2 )
RV = .𝑅 R = 47 Ω
𝐼2

VII. TUGAS AKHIR


1. Dari data hambatan dalam yang anda dapatkan apakah nilainya sudah baik dan
logis?
2. Jelaskan mengapa untuk mengukur arus dengan amperemeter harus dirangkai seri
sedangkan untuk mengukur tegangan dengan voltmeter harus dirangkai parallel?
3. Jelaskan prinsip kerja dari alat amperemeter, voltmeter, dan multimeter analog?

VIII. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

IX. KESIMPULAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.......................................................... ....................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

63
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PESAWAT ATWOOD

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023

64
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

M10
MODUL X

PESAWAT ATWOOD

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengenai hukum Newton I
2. Mempelajari Gerak lurus beraturan
3. Mengenal system katrol

IX. ALAT – ALAT


1. Tiang berkala (T) yang mempunyai katrol di atasnya.
2. Katrol K (yang dianggap tidak mempunyai gesekan dengan porosnya)
3. Tali penggantung (masssanya diabaikan).
4. Benda-benda berbentuk silinder M1 dan M2 yang diikat ke tali, sebagai beban utama.
5. Beban m sebagai beban tambahan yang berbentuk lempengan tipis.
6. Pada tiang T, terdapat alat pemegang beban G dengan klep berpegas P penahan massa
A yang berlubang, serta penahan benda B (tidak berlubang) terletak dibawah sekali.
7. Stopwatch.

III. TEORI
1. Hukum Newton I
“ Jika suatu sistem sudah mendapat gaya luar sistem akan tetap dalam keadaannya
semula, diam atau bergerak lurus beraturan dengan kecepatan tetap “.
2. Hukum Newton II
Percepatan dalam sistem sebanding dengan gaya yang bekerja pada sistem itu.
F = m . a ………………….(1.1)
Hukum Newton diatas memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut.
2. Besarnya percepatan sebanding dengan gaya yang bekerja, jadi bila gaya konstan
maka percepatan yang timbul juga konstan.
3. Untuk a yang tetap maka berlaku persamaan gerak sebagai berikut :

𝑉𝑡= 𝑉0 + 𝑎. 𝑡 …………………(1.2)
1
𝑠𝑡= 𝑠0 + 𝑎. 𝑡 2 ………………….(1.3)
2
Untuk sebuah katrol dengan beban-beban akan berlaku
𝑚.𝑔
𝑎= 1 ………………(1.4)
2𝑀+𝑚+ 2
𝑟
Dimana :
Disini dianggap M1 = M2 = M
R =jari-jari katrol
I = momen inersia katrol

65
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

IV. YANG HARUS DIPERSIAPKAN


1. Sebelum melakukan percobaan periksalah apakah tiang T sudah berdiri vertical
2. Jagalah agar seluruh alat jangan bergoyang pada waktu kita menekan klem P (agar M2
+ M1 tidak mendapat gaya tambahan karena goyangan alat)
3. Momen inersia katrol (I) tertulis pada masing-masing katrol
4. Perhatikan cara mengukur jarak xAA dan xAB. Karena m terlepas pada waktu ujung atas
M2 melewati A sedangkan M2 berhenti pada ujung bawahnya mengenai B
5. Mengukur t1 harus dimulai saat P dipijat (bukan saat M bergerak).
V. JALAN PERCOBAAN
1. Timbanglah M1, M2, m
2. Pasanglah tali pada katrol, selidiki apakah hukum Newton I berlaku (dengan M1 dan
M2 )
3. Pasang G, A dan B selidikilah kerjanya seluruh pesawat atwood sebagai berikut :
a. Pasanglah M1 pada pemegang G dan klem P
b. Tambahkan beban m pada M2
c. Pijitlah P maka M1 (pada pemegang G) akan terlepas dan naik, sedangkan M2 + m
akan turun (gerak dipercepat)
d. Sampai m tersangkut pada A sedangkan M2 terus bergerak dengan kecepatan tetap
dan berhenti pada B
4. Ulangi percobaan tersebut sebanyak 5 kali dengan jarak yang sudah ditentukan.
VI. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang kamu ketahui tentang pesawat atwood?
2. Jelaskan perbedaan dari GLBB dengan GLB
VII. DATA HASIL PENGAMATAN
S(Cm) t(s) V(m/s)
5 Cm
10 Cm
15 Cm
20 Cm
25 Cm
Δx
x
Error (Kr)
Keakuratan data (Kc)

66
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

x=
 xi
Δx =√
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
Kr =
x
x100% Kc = 100% - Kr %
n 𝑛2 (𝑛−1) x

x = rata-rata hasil pengukuran


∆x = ketidak pastian pengukuran
 xi = jumlah data hasil pengukuran
n = banyaknya pengulangan

VIII. Tugas Akhir


1.Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pesawat sederhana?
2.Jelaskan gerak apa yang terjadi pada pesawat atwood?

IX. PEMBAHASAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

X. KESIMPULAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

TANGGAL: TANDA TANGAN ASISTEN:


ASISTEN:

67
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR

LAPORAN

..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

68

Anda mungkin juga menyukai