FISIKA DASAR
MODUL
PRAKTIKUM
FISIKA INDUSTRI
Nama : .............................................
NPM :..............................................
Grup : .............................................
Rekan : .............................................
Tgl. Percobaan : .............................................
Asisten : .............................................
MODUL PENUNTUN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Disusun Oleh :
Tim Laboratorium Fisika Dasar
Jl. Perintis Kemerdekaan I No. 33 Cikokol Tangerang Banten Tlp. 021 – 55793251, 55772949, 55793902
Jl. Perintis Kemerdekaan I No. 33 Cikokol Tangerang Banten Tlp. 021 – 55793251, 55772949, 55793902
i
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
KATA PENGANTAR
memahami leabih jelas kebenaran teori-teori dasar ilmu fisika yang diberikan di
Pada bagian pendahuluan dibahas mengenai tata tertib yang wajib ditaati
oleh setiap peserta praktikum, cara pembuatan laporan serta sistem penilaiannya
dan terakhir mengenai teori kesalahan yang membahas cara mengananalisa data
arahan kesimpulan.
Besar harapan kami tidak lain, semoga modul penuntun ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai mana mestinya khususnya bagi para
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Modul Praktikum
1. Pengukuran .................................................................................................. 1
3. Viskositas ..................................................................................................... 15
5. Osiloskop ..................................................................................................... 29
PERATURAN PESERTA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
V. SANKSI
a. Bagi yang melanggar tata tertib akan dikenakan sanksi tidak diperbolehkan
untuk mengikuti praktikum yang sedang berjalan.
b. Apabila ada kerusakan pada peralatan praktikum yang disebabkan oleh
kecerobohan/kelalaian praktikan, maka praktikan wajib menggantinya.
TTD
Tim Laboratorium Fisika Dasar
v
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
ATURAN PENULISAN
LAPORANPRAKTIKUM FISIKA DASAR
SISTEM PENILAIAN
Kepada setiap praktikan diberlakukan sistem penilaian yang sama yang
terdiri dari 5 (lima) komponen nilai :
- 15% nilai kehadiran (Absensi)
- 10% nilai tugas pendahuluan (TP)
- 15% nilai pelaksanaan praktikum (PP)
- 10% nilai tugas akhir (TA)
- 50% nilai laporan lengkap (LL)
DAFTAR NILAI
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Nilai
No. Percobaan
Tugas Laporan
Tugas Akhir
Pendahuluan Lengkap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rata-rata
TEORI KESALAHAN
1. Kesalahan Pengukuran
Hasil dari suatu pengukuran pada umumnya disajikan dalam bentuk 𝑥 =
𝑥0 ± ∆𝑥. Dengannya kita dapat mengetahui kesalahan ∆𝑥 pada hasil pengukuran
yang kita peroleh. Hasil pengukuran yang diwakili oleh 𝑥 tidak dapat diharapkan
tepat sama dengan nilai benar 𝑥0 terdapat didalam interval 𝑥 − ∆𝑥dan 𝑥 + ∆𝑥,
percobaan kita sungguh mempunyai arti dan dapat dipertanggung jawabkan.
Disini∆𝑥 disebut dengan salah mutlak.
a. Pengukuran Tunggal, yaitu pengukuran suatu besaran yang dilakukan cukup
hanya satu kali saja atau beberapa kali hasilnya tetap sama, oleh karena
pengukuran yang kita lakukan tidak menghasilkan nilai yang berbeda. Hasil
pengukuran tunggal disajikan dalam bentuk:
𝑥 = 𝑥1 ± ∆𝑥
ix
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
𝑥 = 𝑥 ± ∆𝑥
2. Angka Berarti
Ketelitian pengukuran dapat pula dinyatakan dengan memperhatikan
banyaknya angka yang dipakai.Angka-angka ini disebut dengan angka signifikan.
Ada beberapa peraturan yang perlu diperhatikan dalam penulisan angka berarti
ini, yaitu:
a. Semua angka bukan nol adalah angka berarti.
Contoh : 432,6 m memiliki 4 angka berarti
58,1 gram memiliki 3 angka berarti
x
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
3. Notasi Ilmiah
Seringkali hasil pengukuran besaran-besaran fisika terdiri atas deretan
bilangan yang sangat panjang, misalnya :
xi
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Bilangan Avogadro = 602 000 000 000 000 000 000 000 000 k.mol-1
Muatan Elektron = 0,000 000 000 000 000 000 1602 coulomb
Deretan bilangan tersebut dapat ditulis dengan cara yang lebih singkat
dalam bentuk a x 10n , dimana a adalah bilangan antara -10 dan +10, dan n adalah
bilangat bulat.
4. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran fisis yang tidak dapat ditentukan dengan pengukuran secara
langsung, tetapi merupakan fungsi dari besaran-besaran lain yang dapat diukur
langsung. Misalnya untuk mengetahui harga z harus diukur terlebih dahulu
besaran x dan y, maka disiniz = z(x,y). Tentunya besarnya kesalahan Δz
dipengaruhi oleh kesalahan-kesalahan Δx dan Δy dan dikatakan sebagai kesalahan
akibat perambatan.
Contoh sederhana : mengetahui massa air yang ada didalam kalorimeter,
mengetahui pertambahan panjang dari pemuaian suatu logam, dan sebagainya.
a. Fungsi satu variabel
Misalkan besaran z hanya bergantung pada satu besaran lain yang mana
merupakan hasil pengukuran, sebut besaran itu adalah x, sehingga dapat
ditulis z = z(x). Untuk fungsi tersebut ada dua kasus, yaitu:
𝑑𝑧 2
√
∆𝑧 = ( ) (∆𝑥)2
𝑑𝑥
b. Fungsi dua variable atau lebih
Misalkan besaran w bergantung pada besaran lain yang lebih dari satu yang
mana besaran-besaran tersebut merupakan hasil pengukuran, sebut besaran-
besaran tersebut adalah x, y dan z, sehingga dapat ditulis w = w(x,y,z).
Untuk fungsi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kasus, yaitu:
1. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran tunggal ∆𝑥, ∆𝑦 dan
∆𝑧kesemuanya merupakan 12𝑠𝑝𝑡 , maka :
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
∆𝑤 = | | |∆𝑥| + | | |∆𝑦| + | | |∆𝑧|
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
2. Jika besaran x, y dan z adalah hasil pengukuran berulang atau ∆𝑥, ∆𝑦
dan ∆𝑧kesemuanya merupakan simpangan baku nilai rata-rata sampel,
maka:
𝜕𝑤 2 𝜕𝑤 2 𝜕𝑤 2
∆𝑤 = √( ) (∆𝑥) + ( ) (∆𝑦) + ( ) (∆𝑧)2
2 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
6. Pembuatan Grafik
Selain dengan caraanalitik seperti diatas, untuk membuktikan suatu rumus
maupun perhitungan suatu konstanta (koefisien) dalam rumus, dapat juga
ditentukan secara grafik.
• Tujuan pembuatan grafik:
a. Melihat hubungan antar variabel
b. Menghitung harga suatu konstanta/koefisien
c. Membuktikan rumus
d. Melihat kesalahan pengamatan yaitu dengan melihat atau
memperhatikan penyimpangan titik-titik pengamatan
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat grafik:
a. Grafik dibuat pada kertas milimeter block
b. Harus diberikan keterangan yang diperlukan
c. Pergunakan tanda pada titik-titik pengamatan. Misalnya: x, [ ] dan o
Pada umumnya hubungan antar variabel yang diamati pada Laboratorium
Fisika Dasar bentuk grafiknya sudah dapat diramalkan terlebih dahulu. Grafik
yang paling mudah diamati adalah berupa garis lurus. Dengan cara ini kita dapat
pula melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.
Untuk keperluan tersebut digunakan grafik yang paling sederhana, yaitu grafik
regresi linier yang memilki bentuk persamaan :
𝑦 = 𝑚𝑡 𝑥 + 𝑛𝑡
Dimana: 𝑚𝑡 = Slope(gradient)
𝑛𝑡 = Intercept
Cara membuat garis lurus :
a. Secara visual/memandang
• Buat garis lurus yang mendekati (secara penglihatan) ke semua titik data
yang ada
• Dari garis lurus yang diperoleh, hitung gradiennya (b), dan titik potong
dengan sumbu y yaitu (a).
b. ̅,Y
Mencari titik centroid (titik pusat) yaitu (X ̅)
• Buat garis lurus melalui titik pusat (x,y) dan mendekati ke semua titik
data
• Hitung a dan b kurva linier tersebut.
c. Secara analitis dengan metode kuadrat terkecil (least square)
Dengan metode ini diperoleh:
Contoh:
Akan dihitung harga hambatan dari suatu hambatan murni dengan metode
kuadrat terkecil. Berdasarkan hukum Ohm. V = I.R, dimana V = Y, I = X
dan R = b
No V I V2 I2 V.I
1 5 0,8 25 0,64 4
2 10 17,9 100 320,41 179
3 15 25,7 225 660,49 385,5
4 20 33,8 400 1142,44 676
5 25 41,8 625 1747,24 1045
6 30 49,6 900 2460,16 1488
7 35 57,4 1225 3294,76 2009
8 40 65,4 1600 4277,16 2616
9 45 72,5 2025 5256,25 3262,5
10 50 80,9 2500 6544,81 4045
Ʃ 275 445,8 9625 25704,36 15710,0
Dari perhitungan di atas didapat harga atau besar hambatan murni adalah:
R = 0,59 KΩ. Persamaan garis lurusnya : V = 0,59 I + 1,1
X X
Grafik yang kurang baik Grafik yang baik
1
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M1
MODUL 1
PENGUKURAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
III. T EORI
Pengukuran panjang harus dilakukan dengan alat ukur yang tepat.
Perhatikan dilingkungan sekitar kita, pengukuran panjang dilakukan oleh
penjahit pakaian, pekerja bangunan, pengukur tanah, atau pembuat kunci.
Masing-masing profesi tadi membutuhkan alat ukur yang berbeda. Namun
pada hakekatnya mereka semua melakukan pengukuran panjang, dan
masing-masing pekerjaan membutuhkan ketelitian yang berbeda sehingga
alat ukur yang di gunakan berbeda pula (Nursyamsuddin,2004).
Berikut ini cara penggunaan mistar, mikrometer sekrup dan jangka sorong.
a. Mistar
kebanyakan mistar memiliki skala terkecil 0,1 cm. Dengan menggunakan
mistar, pengukuran panjang dapat dilakukan dengan ketelitian sampai
dengan skala terkecil yang terdapat pada mistar itu. Cara membaca skala
mistar, kedudukan atau posisi mata pengamat harus tegak lurus dengan
skala yang dibaca. Perhatikan gambar berikut ini :
2
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
c. Jangka Sorong
Rahang
geser Skala
Benda Skala Utama
Nonius
4
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
4.Mengukur Massa
• Mengukur massa benda dengan neraca pegas
Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang
menggunakan pegas sebgai alat untuk menentukan massa benda yang
diukurna neraca pegas mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah
tekanannya. Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N
(nwton), dan g (gram). Untuk menimbang bean (benda), atur terlebih dahulu
skala 0 (nol) dengan cara memutar skrup pengatur skala. Setelah itu
gantungkan benda pada pengait neraca selanjutnya, baca hasil pengukuran
kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas yaitu dalam sekali
menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus.
5
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
6
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang anda ketahui tentang pengukuran ?
2. Sebutkan jenis-jenis alat ukur dan satuannya dalam SI yang anda ketahui ?
3. Gambarkan dan jelaskan cara penggunaan alat ukur yang anda ketahui (4
jenis alat ukur yang bebeda)!
4. a. Mengapa pengukuran penting dilakukan ?
b. Ketidakpastian yang ada pada pengukuran tunggal sama dengan
setengah skala terkecil dari alat ukur yang digunakan. Jika kita
menggunakan mistar, maka ketidakpastianya adalah
5. Ubahlah satuan berikut :
a. 100 cm = ….. mm
b. 600 cm = ….. dm
c. 300 mm = ….. m
d. 7 gram = ….. kg
x
x
Kesalahan Relatif
7
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
x
x
Kesalahan Relatif
x=
xi
x =
xi − x
n n ............................... (1.1)
n = banyaknya pengulangan
8
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
IX. KESIMPULAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
9
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
BANDUL FISIS
10
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M2
MODUL II
BANDUL FISIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami sifat-sifat bandul fisis
2. Menentukan percepatan gravitasi bumi
II. ALAT-ALAT
1. Bandul Fisis
2. Pencatat Waktu
3. Mistar
III.T E O R I
Bandul fisis atau bisa disebut juga ayunan fisis adalah ayunan yang paling
tinggi sering dijumpai, karena pada ayunan ini massa batang penggantung
tidak diabaikan seperti halnya pada ayunan matematis. Bandul fisis terdiri
dari 1 batang logam sebagai sebagai penggantung dan beban logam yang
berbentuk silinder.
Waktu getar ayunan sebatang besi, secara umum dapat ditentukan
𝐼
berdasarkan persamaan : 𝑇 = 2𝜋√𝑚𝑔ℎ……………. (1.1)
11
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
𝐾 2 + ℎ2
𝑇 = 2𝜋√ … … … … … .. (1.2)
𝑔ℎ
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah panjang batang besi untuk lubang ke 3 (pengukuran dimulai dari
titik tumpu)
2. Pasanglah tumpuan pada lubang ke 1 dari lubang pertengahan pusat
massa batang
12
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
13
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
IX. KESIMPULAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
14
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
VISKOSITAS
15
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M3
MODUL III
VISKOSITAS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan angka pergeseran (koefisien of viscosity) zat cair dengan hukum stokes.
II.ALAT – ALAT
1. Tabung zat cair dengan isinya
2. Bola-bola kecil zat padat/kelereng.
3. Jangka sorong dan mistar
4. Sendok saringan untuk mengambil kelereng dari dalam tabung
5. Stopwatch
6. Aerometer
7. Neraca analitis
III. T E O R I
Bila sebuah benda yang berbentuk bola bergerak di dalam suatu medium (cair atau gas) yang
tetap sifat-sifatnya menurut stokes
𝐹 = −6𝑇𝜋 𝑟 𝑣 ……………………….(1.1)
Dimana :
F = gaya gesekan yang menahan gerakan
r = jari-jari bola
𝜋 = koefisien gerakan
𝑣 = kecepatan bola relative terhadap medium
Pada rumus (1) bila v makin besar maka gaya gesekan F harga mutlaknya juga makin besar, hal
ini akan mengakibatkan : bila benda jatuh karena gaya tetap gravitasi maka suatu saat gaya
gesekan F akan sama dengan gaya gravitasi (dikurangi gaya Archimedes).
16
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Dimana :
T = waktu jatuh bola dalam menempuh d
D = jarak jatuh yang ditempuh bola
𝜌 = massa jenis bola-bola (kelereng)
0
𝜌 = massa jenis medium (zat cair)
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang anda ketahui tentang pergeseran (koefisien viskositas) fluida?
2. Sebutkan 10 nilai masa jenis fluida yang berbeda!
3. Apa saja syarat – syarat yang diperlukan supaya hukum Stokes dapat berlaku?
4. Data apa saja diperlukan untuk menghitung koefisien pergeseran fluida? Tuliskan
rumusnya!
5. Sebuah kelereng memiliki masa jenis 0,9 g/cm3 yang jari jarinya 1,5 cm dijatuhkan bebas
dalam sebuah tabung yang berisi oli dengan masa jenis 0,8 g/cm3, kecepatan terminal
kelereng adalam 1m/s. Tentukan koefisien viscositasnya!
17
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
IX. KESIMPULAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
18
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
19
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M4
MODUL IV
9
RESISTOR, HUKUM OHM DAN
HUKUM KIRCHOFF
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu mengenali bentuk dan jenis resistor.
2. Mampu menghitung nilai resistansi resistor melalui urutan cincin warnanya.
3. Mampu merangkai resistor secara seri maupun paralel.
4. Memahami penggunaan hukum Ohm& hukum Kirchoff pada rangkaian resistor.
II. ALAT-ALAT
1. Beberapa resistor
2. Projectboard
3. Catu daya
4. Multimeter
III.TEORI
jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkain. Resistor bersifat resistif dan umumnya
terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor Ohm atau dilambangkan
Bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung dengan dua kaki dikiri dan kanan.
Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna untuk mengetahui
besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohmmeter. Kode warna tersebut
adalah starndar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic industries Assiation)
20
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
I II III IV V
Besarnya ukuran resistor sangat tergantung watt atau daya maksimum yang mampu ditahan
oleh resistor. Umumnya dipasar tersedia ukuran 1/8. ¼.1. 2. 5. 10 dan 20 watt. Resistor yang
memiliki daya maksimum 5.10 dan 20 watt. Umum nya terbentuk balok berwarna putih dan nilai
resistansinya dicetak langsung dibadannya, misalnya 1k Ω5W.
21
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Contoh :
Urutan cincin warna (resistor 4 cincin warna) : merah, ungu, biru, emas
Merah Ungu Biru Emas Hasilnya
2 7 X105 5% 27M Ω=5%
Urutan cincin warna (resistor 5 cincin warna) :coklat, merah, hitam, jingga, coklat
Coklat Merah Hitam Jingga Coklat Hasilnya
1 2 0 X103 1% 120K Ω=1%
Rangkaian Resistor
Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.
Dibawah ini contoh resistor yang dirangkai secara seri.
R3 R1 R2
R1
R3
R2
22
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Hukum Ohm
Dari hukum Ohm diketahui resistansi berbanding balik dengan jumlah arus yang mengalur
melalui resistor tersebut.
Ohm’s law
P = Power I = Current
V
VxI
V2 R P
R V
Watts Ampr P
I2 x R
P I R
IxR V R V2
Volts Ohms R
V
PxR
P P I
I I2
V = Voltage R = Resistance
Hukum Kirchoff
Hukum Kirchhoff pada rangkain seri selisih tegangan sumber dengan jumlah tegangan jatuh
pada masing-masing beban adalah 0. Sedangkan pada rangkaian paralel : jumlah arus yang mengalir
menuju satu titik dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
VR1 VR2 VR3
R2 R1 R3
Vdc
23
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Dimana :
VRN = I X RN : VRN = Tegangan jatuuh pada beban RN ................... (2.3)
Sehingga :
VR1 = I X R1 ; VR1 = tegangan jatuh pada beban R1
VR2 = I X R2 ; VR2 = tegangan jatuh pada beban R2
VR3 = I X R3 ; VR3 = tegangan jatuh pada beban R3
Pada rangkain seri, arus mengalir pada masing- masing beban sama besarnya dengan arus
pada rangkain.
I= IR1 = IR2 = IR3 .......................................................................... (2.4)
Dimana:
VSUMBER
I= ................................................................................. (2.5)
RTOTAL
Hukum kirchhoff pada rangkian paralel arus yang mengalir menuju suatu titik berbanding
lurus dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
R1
I R1
I Total
I R2
R3
I R3
Vdc
R2
24
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
2. Hitungan besar arus yang mengalir pada masibg-masing beban rangkaian di bawah ini
R1
100 k Ohm
R4 R2
10 k Ohm 330 k Ohm
Vs
15 V
R2
220 k Ohm
I = ….?
A
a. 83K Ω±1%
b. 100K Ω±5%
c. 330 Ω±10%
4. Sebutkan beberapa perbedaan pada 2 buah resistor yang dirangkai seri dengan resistor
25
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
R2 R3 R1
10 V
R1
R3
10 V R2
26
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
V. TUGAS AKHIR
1. Dari data hasil pengamatan anda apakah sudah sesuai dengan literatur yang telah ada?
Berikan alasan yang logis terhadap data anda dengan literatur
2. Apa gunanya kita harus mempelajari materi resistor Hk. Ohm & Kirchoff ini?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
27
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
VII. KESIMPULAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
28
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
29
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M5
5 MODUL V
PRAKTIKUM OSILOSKOP
I. TUJUAN PERCOBAAN
3. Mengukur tegangan AC dan DC menggunakan osiloskop
4. Dapat menentukan fungsi dari menu dan submenu osiloskop
5. Menghitung Frekuensi dan Perioda dari suatu sinyal listrik
II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop
2. Power Supply AC
3. Power Supply DC
4. Kabel Penghubung
5. Multitester
III.T E O R I
Osiloskop adalah alat ukur elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan sinyal
listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat diamati, dibaca dan mudah dipelajari.
Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan menganalisa bentuk gelombang
dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian. Saat ini terdapat dua jenis osiloskop
yaitu osiloskop analog yang menggunakan teknologi CRT (tabung katoda) menampilkan
sinyal listrik bentuk gelombangnya dan osiloskop digital yang menggunakan teknologi LCD
untuk menampilkan sinyal listrik bentuk gelombangnya.
Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua Dimensi (2D). Osiloskop dapat
mengukur karakteristik yang berbasis tegangan (Voltage) pada sumbu Y dan mengukur
karakteristik yang berbasis waktu (Time) pada sumbu X. Pengukuran berbasis tegangan yaitu:
Amplitudo adalah ukuran besarnya suatu sinyal atau tingginya puncak gelombang.
Pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), mengukur salah satu puncaknya
saja baik yang tertinggi maupun yang terendah dengan sumbu X dan tegangan rata-rata.
Pengukuran berbasis waktu yaitu: Frekuensi (Jumlah getaran dalam 1 detik), periode (waktu
untuk satu getaran), duty cycle (perbandingan lama kondisi ON dengan kondisi OFF pada
setiap periode), rise time (waktu perubahan sinyal terendah ke tertinggi), Fall time (waktu
perubahan sinyal tertinggi ke terendah).(Lastera 2019)
30
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
1. Tegangan AC
Arus listrik AC (alternating current), merupakan listrik yang besarnya dan arah arusnya selalu
berubah-ubah dan bolak-balik. Arus listrik AC akan membentuk suatu gelombang yang
dinamakan dengan gelombang sinus atau lebih lengkapnya sinusoida. Gelombang sinusoidal
atau gelombang sinus mewakili sinyal AC periodik yang bervariasi dengan waktu dan
berfluktuasi antara siklus positif dan negatif. Karena sinyal tegangan AC mempuyai nilai yang
berubah-ubah maka dari itu besarnya nilai arus dan tegangan sinyal AC harus dihitung dengan
menggunakan nilai sesaat, nilai puncak sinyal, nilai puncak ke puncak, nilai rata-rata, dan
tegangan RMS.
i. Tegangan RMS
Tegangan RMS (Root Mean Square) adalah nilai tegangan yang mewakili nilai
tegangan AC yang setara dengan tegangan DC. Jumlah daya yang hilang atau efek pemanasan
adalah sama pada sinyal AC dan DC. Nilai sinyal sinusoidal bervariasi dengan waktu karena
besarnya nilai arus dan tegangan selalu berubah dengan waktu dan tidak berlaku untuk
rangkaian DC (besar konstan). Dengan kata sederhana, ini dapat didefinisikan sebagai akar
kuadrat dari nilai rata-rata kuadrat dari semua nilai sesaat dari sinyal AC. Ini dilambangkan
dengan Vrms atau Irms. Ini dapat diperoleh dengan mengkuadratkan nilai input dan
menghitung nilai rata-rata sinyal AC. Akar kuadrat dari nilai rata-rata yang diperoleh
memberikan tegangan kuadrat rata-rata akar. Teori Tegangan RMS Secara umum sinyal AC
dan DC direpresentasikan dalam bentuk bentuk gelombang tegangan atau arus. Kita tahu
bahwa besarnya sinyal DC adalah konstan dan sangat mudah untuk dihitung. Tetapi sinyal
AC berfluktuasi antara setengah siklus negatif dan positif dan bervariasi seiring waktu. Jadi,
sulit untuk menemukan besarnya nilai tegangan dan arus dari bentuk gelombang bolak-balik.
Teori ini dapat dijelaskan dari bentuk gelombang bolak-balik seperti yang ditunjukkan di
bawah ini.
31
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Tegangan maksimum adalah tegangan saat mencapai peak atau puncak gelombang.
Tegangan rata-rata adalah besarnya nilai tegangan selama setengah gelombang dari 0 hingga
T/2. Tegangan rata-rata ini adalah jumlah tegangan yang dicuplik berbanding terhadap
banyaknya pencuplikan terhadap tegangan tersebut. Kenapa tegangan yang diukur setengah
gelombang tersebut bukannya satu gelombang penuh? Karena jika menggunakan satu
gelombang penuh tegangan rata-ratanya akan bernilai nol. Selain itu besarnya tegangan rata-
rata setengah gelombang terukur dapat mewakili setengah gelombang yang lain karena
luasnya sama. Tegangan rms adalah tegangan yang terukur pada alat ukur. Sebenarnya
tegangan maksimum juga dapat diukur dengan menggunakan osciloscop, namun pada alat
ukur seperti Voltmeter yang terukur adalah tegangan rms, karena akibat adanya arus berlebih
pada saat terdapat beban yang dikonversi menjadi energi panas. Berikut rumus dari tegangan
Vrms.
2. Tegangan DC
Arus listrik DC (Direct current) merupakan arus listrik searah. Pada awalnya aliran arus pada
listrik DC dikatakan mengalir dari ujung positif menuju ujung negatif. Semakin kesini
pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pada arus searah
merupakan arus yang alirannya dari negatif (elektron) menuju kutub positif. Nah aliran-aliran ini
menyebabkan timbulnya lubang-lubang bermuatan positif yang terlihat mengalir dari positif ke
negatif.
32
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Periode dilambangkan dengan huruf T. Hubungan antara frekuensi dan periode adalah
berbanding terbalik, berarti semakin besar frekuensinya periodenya akan semakin kecil. Secara
matematis dapat dituliskan :
4. Bagian-bagian Osiloskop
Osiloskop memiliki beberapa bagian yang harus di pahami dengan baik agar proses
praktikum osiloskop dapat dilakukan dengan baik dan benar. Kesalahan dalam penggunaan
osiloskop dapat berakibat fatal yang menyebabkan kerusakan dari osilosokop. Berikut bagian
dari osiloskop beserta fungsinya
1: tombol Jalankan / jeda. Klik tombol ini untuk menjeda pengambilan sampel kapan saja
2: Satu tombol penyesuaian otomatis kunci, tekan tombol ini, sistem akan otomatis
mengidentifikasi sinyal dan mengatur sistem ke parameter terbaik untuk menampilkan ini
bentuk gelombang
3: Tombol menu fungsi, kontol di sini untuk memunculkan menu fungsi
33
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
4: Satu klik tombol tangkapan layar. Klik tombol ini untuk mengambil tangkapan layar dari
"layar lubang dan simpan ke ruang penyimpanan internal secara otomatis
5: Satu tombol simpan tombol bentuk gelombang, tekan tombol ini akan menyimpan semua
data bentuk gelombang dua saluran ke ruang penyimpanan internal
6 Tombol switeh kursor waktu, tekan tombol ini untuk menghidupkan dan mematikan fungsi
pengukuran kursor
7: Tekan tombol sakelar kursor tegangan untuk menghidupkan dan mematikan pengukuran
fungsi kursor
8: Sistem [Kanan] tombol navigasi
9: Tombol navigasi sistem
10: Sistem (tombol navigasi OK)
11: Tombol navigasi sistem
12: Sistem [Kiri] tombol navigasi
13: Tombol kecepatan bergerak. Klik tombol ini untuk beralih antara gerakan cepat dan
gerakan lambat
14: Channel 1 tombol penyesuaian posisi vertikal, putar searah jarum jam untuk bergerak ke
atas, putar berlawanan arah untuk bergerak ke bawah
15: Tombol sakelar Channel 1. Klik tombol ini untuk menghidupkan atau mematikan
tampilan bentuk gelombang dari Channel 1
16: Tombol kontrol Channel 1. Klik tombol ini untuk memunculkan parameter kontrol
terkait dengan Channel 1, yang dapat dipilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di
sebelahnya
17: Kenop penyesuaian sensitivitas Channel 1 vertikal, amplifikasi vertikal searah jarum jam,
pengurangan vertikal berlawanan arah jarum jam
18: Port input sinyal Channel 1, rentang pengukuran adalah 0 - 40V puncak ke puncak, bayar
memperhatikan toleransi maksimum 400V puncak ke puncak menahan tegangan
19: Channel 2 tombol penyesuaian posisi vertikal, putar searah jarum jam untuk bergerak ke
atas, putar berlawanan arah untuk bergerak ke bawah
20: Tombol sakelar Channel 2 klik tombol ini untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
tampilan bentuk gelombang dari Channel 2
21: Tombol bilah kontrol Channel 2. Klik tombol ini untuk memunculkan parameter kontrol
34
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
terkait dengan Channel 2, yang dapat dipilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di
sebelahnya
22: Kenop penyesuaian sensitivitas saluran 2 vertikal, amplifikasi vertikal searah jarum jam,
pengurangan vertikal berlawanan arah jarum jam
23: Port input sinyal Channel 2, rentang pengukuran adalah 0 - 40V puncak ke puncak, bayar
memperhatikan toleransi maksimum 400V puncak ke puncak menahan tegangan
24: sistem memicu kenop penyesuaian posisi x untuk bergerak searah jarum jam ke kanan
dan berlawanan arah jarum jam ke kiri
25: satu kunci kembali ke tombol tengah, setelah mengklik tombol ini, saluran 1, saluran 2
posisi vertikal, pemicu x posisi horizontal, pemicu y posisi vertikal akan kembali ke
tengah
26: kenop penyesuaian basis waktu diputar searah jarum jam untuk mengurangi basis waktu,
putar knob searah jarum jam untuk memperbesar bentuk gelombang secara horizontal, dan
berlawanan arah jarum jam untuk menambah waktu dasar, yaitu, untuk mengurangi bentuk
gelombang secara horizontal
27: Output generator sinyal DDS
28: Memicu tegangan tombol penyesuaian posisi y, putar searah jarum jam untuk bergerak ke
atas, putar berlawanan arah untuk bergerak ke bawah
29: tombol sakelar mode pemicu, dibagi menjadi otomatis, tunggal dan normal
30: tombol sakelar tepi pemicu, dibagi menjadi tepi naik dan tepi jatuh
31: tombol sakelar saluran pemicu, dibagi menjadi saluran 1 dan saluran 2
32: 50% tombol pemicu, tekan tombol ini, sistem akan secara otomatis mengatur arus
memicu tegangan ke 25%, 50%, 75% sesuai dengan karakteristik sinyal untuk memicu
33: tombol pemilihan parameter pengukuran kolom 1, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau kenop di sebelahnya
34: tombol pemilihan parameter pengukuran kolom 2, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di sebelahnya
35: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 3, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau kenop di sebelahnya
36: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 4, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau kenop di sampingnya
35
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
37: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 5 muncul diagram blok pengukuran,
yang dapat dipilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di sampingnya
38: tombol pemilihan parameter pengukuran di kolom 6, setelah pengukuran diagram blok
muncul, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol di sampingnya
39: tombol bar kontrol generator sinyal, klik tombol ini akan memunculkan sinyal bilah
kontrol parameter generator, Anda dapat memilih sesuai dengan tombol navigasi atau tombol
di sebelahnya
40: halaman berikutnya dari tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk
gelombang / Manajer pemotongan
41: gambar / bentuk gelombang / manajer gelombang cincang tombol kontrol halaman
berikutnya (Halaman sebelumnya)
42: (hapus) tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk gelombang /
pemotongan Pengelola
43: pilih semua tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk gelombang /
pemotongan Pengelola
44: Kembalinya tombol kontrol di halaman berikutnya dari gambar / bentuk gelombang/
pemotongan Pengelola
45: Port USB untuk berbagi tangkapan layar
46: sakelar daya, klik untuk memulai atau mematikan operasi
36
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
V. PROSEDUR PERCOBAAN
37
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
38
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
IX. KESIMPULAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
39
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
40
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M6
5 MODUL VI
JEMBATAN WHEATSTONE
I. TUJUAN
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu yang
tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian jembatan,
satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan aslinya potensiometer.
Jembatan Wheatstone adalah suatu proses menentukan nilai hambatan listrik yang
presisi/tepat menggunakan rangkaian Jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan
antara besar hambatan yang telah diketahui dengan besar hambatan yang belum diketahui
yang tentunya dalam keadaan Jembatan disebut seimbang yaitu Galvanometer menunjukkan
pada angka nol. Rangkaian Jembatan Wheatstone tersebut memiliki susunan dari 4 buah
hambatan yang mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan hambatan yang
belum diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain dan pada 2 titik
diagonalnya dipasang sebuah Galvanometer dan pada 2 titik diagonal lainnya diberikan
sumber tegangan. Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan
pengukuran arus. Kebanyakan alat ini kerjanya tergantung pada momen yang berlaku pada
kumparan di dalam magnet. Gambar rangkaian Jembatan Wheatstone yaitu seperti gambar
di bawah ini :
41
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Keterangan :
E : sumber tegangan listrik searah.
S : penghubung arus.
G : galvanometer.
Rb : hambatan listrik yang diketahui nilainya.
X : hambatan yang akan ditentukan nilainya.
R1 & R2 : hambatan kawat
42
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
besarnya ggl yang diinduksi. Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada
waktu, yaitu semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik, ggl yang diinduksi
semakin besar”.
Keterangan:
Rx = hambatan yang belum diketahui (Ω )
Rv = hambatan yang diketahui (Ω)
L1 = segmen kawat 1 (m)
L2 = segmen kawat 2 (m)
(surya.2010)
43
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah yang dimaksud dengan hambatan listrik?
2. Bagaimanakah prinsip dari metode jembatan wheatstone?
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Hasil Pengamatan
Rx1 Rx2 Rx3
No. Tegangan Rv L1 (m) L2 (m) L1 (m) L2 (m) L1 (m) L2 (m)
1. 10 Ω
2. 22 Ω
3V
3. 56 Ω
4. 10 Ω
5. 22 Ω
6V
6. 56 Ω
7. 10 Ω
8. 22 Ω
9V
9. 56 Ω
44
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
VIII. KESIMPULAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
45
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA
DASAR MEDAN MAGNET
46
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M7
5
MODUL VII
MEDAN MAGNET
I. TUJUAN
47
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga ibu jari tegak lurus
terhadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap telapak tangan (Gambar 7.1)
1. Rangkai alat dan bahan seperti gambar 7.3, kawat atau aluminium foil jangan
terlalu tegang.
2. Meletakkan magnet batang di sebelah kiri dan kanan kawat, menutup saklar.
3. amati yang terjadi pada kawat.
4. Ulangi percobaan dengan mengubah letak kutub magnet.
5. Ulangi percobaan dengan meletakkan magnet batang diatas dan dibawah
kawat, menutup saklar, dan mengamati yang terjadi pada kawat.
49
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
V. Tugas Pendahuluan
1. Apa aitu magnet ?
2. Ceritakan sejarah medan magnet ?
VIII. KESIMPULAN
......................................................................................................................…
.........................................................................................…………………….
......................................................................................................................…
ASISTEN
50
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA
DASAR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
51
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M8
5 MODUL VIII
I. TUJUAN
1. Mempelajari hubungan antara perubahan fluksmagnet dengan arah arus dan GGL induksi.
2. Mempelajari Gaya Gerak Listrik yang ditimbulkan oleh medan magnet.
Induksi Elektromaknetik adalah Gejala timbulnya arus listrik pada suatu penghantar
akibat perubahan medan magnetik. Gambar 8.1 menunjukkan suatu percobaan sederhana
tentang arus listrik yang ditimbulkan akibat induks magnetiki. Ujung-ujung suatu kumparan
dihubungkan dengan galvanometer dan sebuah magnet digerakkan keluar masuk kumparan
tersebut. Ketika magnet bergerak keluar masuk, jarum galvanometer juga bergerak.
Fenomena ini menunjukkan bahwa selama magnet bergerak, timbul arus listrik induksi
sekitar magnet yang tetap atau kumparan yang berputar di dalam medan yang
tetap.Berdasarkan percobaan ini Faraday menyimpulkan bahwa arus induksi yang timbul di
dalam kumparan diakibatkan oleh perubahan fluksmagnet yang dilingkupi dalam kumparan.
52
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Ketika fluksmagnet yang melalui suatu rangkaian diubah maka akan muncul GGL yang besarnya
sama dengan laju perubahan fluksmagnet. Pernyataan ini dikemukakan oleh Faraday yang dikenal
dengan hukum induksi Faraday, “Gaya gerak listrik (GGL) induksi
pada sebuah rangkaian sama dengan kecepatan perubahan fluksmagnet yang melalui rangkaian
tersebut”. Secara matematis pernyataan tersebut dapat ditulis dalam persamaan:
𝛥ᶲ 𝛥𝑡
Ɛ =
Jika menggunakan sebuah kumparan yang terdiri dari N lilitan, maka GGL induksi yang timbul
dalam kumparan tersebut dapat dirumuskan:
Ɛ = - N 𝛥ᶲ𝛥 𝑡
53
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
PROSEDUR KERJA
9. Merangkai rangkaian seperti gambar
10. Buatlah posisi magnet batang sejajar dengan posisi kumparan. Mendekatkan
salah satu ujung magnet tersebut kepada kumparan.
11. Amati arah dan besar simpangan jarum pada galvanometer.
12. Tentukan arah medan magnet induksi pada kumparan (letak kutub Udan S)
dan arah arus listrik.
13. Gunakan Hukum Lenz untuk menentukan kutub U dan S pada magnet
batang.
54
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
L1 L2
G
L1 G L2
S
Gambar 8.3 Rangkaian 3 GGL Induksi
55
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
Tabel 8.2
Kumparan L1 Kumparan L2
No Kutub medan Kutub medan
No Arah arus Arah arus
gambar magnet magnet
listrik listrik
U S U S
1
2
VII. KESIMPULAN
.....................................................................................................................…
.........................................................................................…………………….
ASISTEN:
56
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
57
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M9
5 MODUL IX
I TUJUAN
1. Dapat mempergunakan voltmeter dan ampemeter untuk mengukur arus listrik dan
beda potensial listrik arus searah.
2. Menentukan nilai hambatan suatu hambatan listrik.
II. ALAT-ALAT
1. Ampermeter (1 buah)
2. Voltmeter (1 buah)
3. Catu daya DC (1 buah)
4. Hambatan tetap
5. Kabel-kabel
III. TEORI
Jenis arus listrik terbagi menjadi dua, yakni arus listrik searah atau DC (Direct
Current) dan arus listrik bolak-balik atau AC (Alternating Current). Pada arus listrik
bolak-balik, muatan listrik mengalir dalam dua arah (bolak-balik). Adapun pada arus
listrik searah, muatan listrik hannya mengalir dalam satu arah saja. Ciri umum dari
arus bolak-balik, yaitu sumber tegangan berasal dari PLN sedangkan arus searah
berasal dari baterai. Contoh peralatan yang menggunakan arus listrik searah yaitu
kalkulator, remote control, jam, dan lampu senter (Abdullah, 2000).
Kuat arus didefinisikan sebagai jumlah muatan yang mengalir melalui
penampang suatu kawat penghantar persatuan waktu. Secara sistematisnya kuat arus
dituliskan sebagai berikut : I = Q/t
dengan, I = kuat arus listrik (A)
Q = jumlah muatan yang mengalir (C)
t = waktu (s)
1A = 1 C/s
Untuk mengukur kuat arus listrik dalam suatu penghantar dapat dilakukan
dengan menggunakan amperemeter. Cara pengukurannya yaitu dengan
58
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
menghubungakan alat ukur arus lisrtri secara seri dengan sumber tegangan listrik
(Arkundato, 2007).
Jika berbagai komponen listrik dihubungkan membentuk suatu rangakaian
terhadap adanya percabangan diantara kutub-kutub sumber ggl, dikatakan bahwa
komponen-komponen tersebut terhubung dalam satu rangkaian seri. Elektron-
elektron mengalir dari kutub negatif sumber arus listrik melalui kabel dan masing-
masing komponen seri berurutan dan akhirnya kembali ke kutub positif sumber arus
listrik. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik di sepanjang rangkaian
(Indrajit, 2007).
Setiap alat ukur arus listrik atau amperemeter memiliki karateristik yang
berbeda, baik arus maksimum yang didapat atau skala yang tertera pada
amperemeter. Cara membaca skala pada amperemeter adalah dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut :
Hasil pengukuran = (skala yang ditunjuk : skala maksimum) x batas ukur(Kemmerly,
2005).
Pergerakan muatan atau arus di dalam konduktor dapat diibaratkan air yang
mengalir di dalam pipa. Agar air mengalir dengan deras maka air harus digerakkan
dari potensial tinggi ke potensial rendah. Begitupun arus listrik, agar arus bergerak
dengan cepat, diantara kedua kutub harus diberi beda potensial yang tinggi. Beda
potensial yang menyebabkan arus mengalir biasa disebut dengan tegangan listrik.
Tegangan listrik juga dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk kerja yang
dibutuhkan untuk memindahkan muauutan melalui elemen. Satuan tagangan adalah
volt, dan 1 volt sama dengan 1 Joule/sekon. Tegangan disimbolkan dengan V
(Paulina, 2008).
Untuk mengukur beda potensial atau tegangan diantara kedua ujung
penghantar, digunakan alat yang bernama voltmeter. Penyusunan voltmeter harus
secara paralel dengan sumber listrik atau komponen listrik yang akan diukur beda
potensialnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada voltmeter terdapat dua kutub,
yaitu kutub negatif dan kutub positif sehingga kutub-kutub ini harus dihubungkan
secara bersesuaian dengan kutub-kutub yang pada rangakaian.
59
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
60
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
61
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
𝑉
RA = 𝐼
No. I1 I2 RA RS
1.
2.
3.
(𝐼1 − 𝐼2 )
RA = .𝑅 R = 47 Ω
𝐼2
2. Voltmeter
No. I V RV RS
1.
2.
3.
𝑉
RV = 𝐼
62
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
No. V1 V2 RV RS
1.
2.
3.
(𝐼1 − 𝐼2 )
RV = .𝑅 R = 47 Ω
𝐼2
IX. KESIMPULAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
.......................................................... ....................................................................
63
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
64
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
M10
MODUL X
PESAWAT ATWOOD
III. TEORI
1. Hukum Newton I
“ Jika suatu sistem sudah mendapat gaya luar sistem akan tetap dalam keadaannya
semula, diam atau bergerak lurus beraturan dengan kecepatan tetap “.
2. Hukum Newton II
Percepatan dalam sistem sebanding dengan gaya yang bekerja pada sistem itu.
F = m . a ………………….(1.1)
Hukum Newton diatas memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut.
2. Besarnya percepatan sebanding dengan gaya yang bekerja, jadi bila gaya konstan
maka percepatan yang timbul juga konstan.
3. Untuk a yang tetap maka berlaku persamaan gerak sebagai berikut :
𝑉𝑡= 𝑉0 + 𝑎. 𝑡 …………………(1.2)
1
𝑠𝑡= 𝑠0 + 𝑎. 𝑡 2 ………………….(1.3)
2
Untuk sebuah katrol dengan beban-beban akan berlaku
𝑚.𝑔
𝑎= 1 ………………(1.4)
2𝑀+𝑚+ 2
𝑟
Dimana :
Disini dianggap M1 = M2 = M
R =jari-jari katrol
I = momen inersia katrol
65
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
66
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
x=
xi
Δx =√
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
Kr =
x
x100% Kc = 100% - Kr %
n 𝑛2 (𝑛−1) x
IX. PEMBAHASAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
X. KESIMPULAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
67
∑| L A B O R A T O R I U M FISIKA DASAR
LAPORAN
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
68