Nim :
Prodi :
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
i
Ketua :
Anggota :
Penerbit :
Departemen Fisika
Universitas Airlangga
ii
PENGANTAR
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para penyusun sebelumnya, kami telah
berusaha rnerevisi beberapa bagian. Judul Buku Petunjuk diubah menjadi Pedoman,
dan hampir pada setiap pedoman percobaan di adakan revisi, baik pemisahan,
penghilangan atau penambahan materi, maupun sisi redaksional dan lay out-nya.
Diharapkan dengan terbitan edisi revisi ini, isi maupun penampilannya lebih
berkualitas, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh para pembaca dan
pengguna pedoman ini.
Kami menyadari, sebagai manusia yang tak luput dari kelemahan, pasti masih
terdapat kekurangan dalam pedoman ini, karena tak ada hasil karya manusia yang
sempurna. Untuk itu kami menerima dengan senang hati setiap saran konstruktif demi
perbaikan selanjutnya.
Terirna kasih perlu kami sampaikan kepada Ketua TPB Unair, para dosen di
jurusan Fisika, Ketua Jurusan, serta para asisten dosen yang telah banyak
menyumbangkan tenaga maupun gagasan dalam mengelola Laboratorium Fisika Dasar
TPB UNAIR ini. Semoga amal kita diterima Allah Ta'aala sebagai amal sholeh. Dan
semoga pedoman ini membawa keberkahan dan manfaat bagi kita. Amiin yaa Rabbal
'alamiin.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul i
PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
TATA TERTIB v
MUKADIMAH 1
PUSTAKA 60
iv
Tata Tertib
1. Kehadiran
• Praktikum harus diikuti 100 % dari jumlah praktikum yang diberikan. Jika
tidak dipenuhi maka praktikum fisika dasarnya dinyatakan tidak lulus.
• Ketidakhadiran karena sakit dan/atau ijin harus disertai surat keterangan
resmi untuk diserahkan kepada Asisten atau Dosen Praktikum paling lambat
dua minggu sejak ketidakhadirannya. Jika tidak dipenuhi maka dikenakan
SANKSI 2.
• Keterlambatan kurang dari dua puluh menit dikenai SANKSI 1
• Keterlambatan lebih dari dua puluh menit dikenai SANKSI 2.
3. Pelaksanaan Praktikum
• Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus mempersiapkan diri sesuai
dengan materi praktikum yang akan dilaksanakan.
• Mahasiwa harus meminjam alat praktikum dengan cara mengisi lembaran
bon pinjam alat yang tersedia.
• Selama praktikum berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan,
bergurau, bermain alat, atau pun keluar masuk ruangan tanpa seijin dosen
pembimbing atau asisten pendamping.
• Setelah melakukan praktikum, mahasiswa harus membuat laporan sementara
hasil pengamatan praktikum dan menyerahkannya kepada dosen
pembimbing/asisten pada saat meninggalkan ruangan.
• Praktikum dianggap selesai jika mahasiswa telah menyerahkan laporan
sementara dan alat yang dipinjam dalam keadaan baik, bersih, dan rapi.
• Kerusakan alat yang dipinjam oleh mahasiswa menjadi tanggung jawab
penuh kelompok mahasiswa yang bersangkutan.
4. Penilaian
• Nilai praktikum ditentukan dari nilai Tugas Pendahuluan, Tes Awal, Keaktifan
dan Keterampilan serta Laporan.
v
• Nilai akhir praktikum dihitung dari nilai rata-rata seluruh praktikum yang
diikuti.
• Kelulusan praktikum ditentukan berdasarkan nilai akhir praktikum (AP > 45)
dan keikutsertaan praktikum ( 80 %).
5. Lain-lain
• Mahasiswa tidak diperkenankan pindah kelompok/jam/hari praktikum.
• Praktikum susulan akan dilaksanakan setelah praktikum reguler berakhir.
• Tata-tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi di antaranya
larangan memakai kaos oblong, sandal dan sejenisnya.
• Sanksi-sanksi:
bersangkutan dinolkan.
Koordinator LFD
vi
vii
MUKADIMAH
Fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari fenomena alam semesta, hukum-
hukumnya, dan interaksinya. Setiap gejala apa saja pasti terkait dengan hukum Fisika. Benda
diam maupun bergerak, seorang yang duduk, berdiri, olah raga, memasak, atau
mengendalikan kendaraan, mesin, pesawat, serta bekerja apa saja tidak terlepas dari hukum
Fisika. Disiplin ilmu apa saja, terutama bidang exacta, terkait dan didasari dengan Fisika.
Sehingga, tidak mustahil jika Teknologi, Kedokteran, Kefarmasian, Ilmu Olah Raga, Kimia,
maupun Biologi memerlukan materi Fisika, minimal sebagai keilmuan dasar.
Fisika dasar merupakan sokoguru bidang fisika lainnya. Pemahaman tentang fisika
dasar sangat menentukan kemampuan memahami fisika lanjut. Jika pemahaman mahasiswa
tentang fisika dasar baIk maka ia akan mudah menyerap dan menguasai materi bidang fisika
lainnya. Demikian pula sebaliknya, jika ia tidak cukup paham fisika dasar maka sulit
memahami Fisika Lanjut.
Peristiwa fisika akan diamati dan diukur di bawah pengawasan pembimbing. Data
yang diperoleh akan dianalisis dan ditafsirkan. Percobaan dalam laboratorium tidak bertujuan
untuk membuktikan kebenaran hukum fisika. Pengujian kebenaran suatu hukum tidaklah
sederhana, memerlukan rangkaian percobaan yang presisi, berulang kali, dan menghasilkan
data yang sahih.
1. memahami dasar fisika yang dibahas dalam kuliah maupun yang tercantum dalam
buku teks secara kuantitatif,
2. membiasakan diri menggunakan peralatan laboratorium,
3. terbiasa mencatat, meringkas, mengolah data dan menafsirkan hasilnya,
4. terlatih membuat laporan ilmiah, dan
5. memperoleh pengetahuan awal tentang prosedur kerja dalam riset maupun
eksperimen ilmiah.
1
PERSIAPAN :
2
LAPORAN
A. TUJUAN
Alat dan bahan berisikan peranti dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Ingat!, alat
atau bahan yang tidak digunakan dalam percobaan jangan ditulis, walaupun tertulis dalam
buku pedoman.
C. DASAR TEORI
Dasar Teori memuat tentang konsep, teori maupun hukum dalam bentuk pernyataan
maupun rumus yang menjadi ide dasar percobaan. Dasar teori boleh juga menerangkan
tentang sistem kerja peranti percobaan.
Misalnya, suatu percobaan memerlukan penentuan tambahan panjang suatu pegas vertikal
yang ditahan pada ujung atasnya, bila ditambahkan berturut-turut beban 100 gram pada ujung
bawahnya. Pada ujung bawah pegas terdapat juga sebuah jarum yang menunjuk pada suatu
skala. Pembacaan yang sesungguhnya dari skala yang ditunjuk oleh jarum harus dicatat lebih
dahulu, kemudian tambahan panjang pegas dihitung dalam kolom lain. Jadi setiap kesalahan
yang terjadi pada waktu mengurangi dapat segera diketahui tanpa melakukan kembali seluruh
percobaan. Pada umumnya data hasil pengamatan harus dalam bentuk tabel/daftar dengan
keterangan di atasnya dan satuan dari angka-angka dalam kolom itu.
Bila suatu pengamatan yang salah telah tercatat, coretlah dengan garis mendatar melalui
pencatatan tersebut lalu tuliskan hasil yang benar di dekatnya. Data hasil pengamatan
merupakan ringkasan angka-angka yang didapat dari suatu percobaan.
3
E. ANALISIS/ PERHITUNGAN
Data hasil pengamatan/pengukuran perlu diolah untuk mendapatkan nilai besaran yang
ingin diketahui yang termuat dalam tujuan. Diperlukan suatu cara menghitung yang benar
dengan menggunakan teori ketakpastian, yang akan dibahas dalam bab selanjutnya pada
petunjuk ini sehingga dapat diketahui ketepatan hasilnya.
F. PEMBAHASAN
Pembahasan memuat komentar mengenai hasil percobaan, data pengamatan serta hasil
perhitungan. Pembahasan dapat pula disertai perbandingan hasil percobaan dengan percobaan
yang telah ada (dalam literatur/buku/teori) maupun alasan terjadinya penyimpangan atau
ketaktepatan.
Jika suatu percobaan disertai grafik, maka tiap penyimpangan yang menyolok dari kurva
harus dijelaskan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka berisi tentang literatur yang dijadikan rujukan. Penulisan pustaka
mengikuti contoh berikut.
Contoh:
Giancoli, D.C, 1998, Fisika, Edisi Kelima, Jilid 2, Penerjemah Yuhilza Hanum dan
Irwan Arifin, Penerbit Erlangga, Jakarta
Kaplan, R.E., 1983, Nuclear Physics, Second Edition, Massachusset. Addison-Wesley
Publishing Company Inc, hh 129-133.
I. LAMPIRAN
Lampiran dapat berisi grafik, data dari literatur atau yang lainnya yang dinilai perlu untuk
dimuat dalam laporan, sebagai informasi tambahan atau penguat dasar pembahasan, tetapi
tidak termasuk dalam unsur utama laporan.
Penyajian data berupa grafik memiliki nilai lebih dari pada tabel. Melalui grafik dapat
dengan mudah diketahui hubungan antar variabel, titik optimum, maksimum, atau
minimumnya, serta kemiringannya. Suatu grafik harus selalu mempunyai :
a. Judul, yang memberi keterangan tentang apa yang dilukiskan oleh grafik itu.
4
b. Pemilihan skala yang tepat.
c. Tiap sumbu ditandai dengan nama besaran dan satuannya. Besaran yang merupakan
peubah (variabel) bebas dicantumkan pada absis (sumbu-X) dan peubah tak bebasnya
pada ordinat (sumbu-Y).
Kedudukan suatu titik tertentu harus ditandai dengan suatu lingkaran kecil dengan titik
tersebut di tengahnya. Seringkali tanda titik yang ditulis pada grafik yang digambar dengan
tinta tidak nampak.
Kurva kontinu harus digambarkan menuruti semua titik tersebut sedemikian hingga
jumlah titik yang terletak pada satu pihak kira-kira sama banyak dengan yang terletak pada
pihak lain kurva tersebut. Sebab adakalanya kurva tidak tepat melalui lingkaran kecil, garis
harus diputuskan, jangan ditarik melaluinya (lihat gambar contoh di bawah). Kebanyakan
jenis kurva yang ditemui dalam fisika adalah salah satu jenis kurva berikut.
5
d. Kurva trigonometri dapat dibuat lurus dengan melukiskan
dimana
6
BAB I
TEORI KETAKPASTIAN
1. KETEPATAN PENGUKURAN
Pengukuran merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas
suatu besaran. Pengukuran dalam fisika tidak luput dari ketakpastian, artinya hasil ukur
terhadap besaran fisika pasti memiliki simpangan/deviasi. Hal ini antara lain disebabkan alat
yang digunakan oleh manusia dalam pengukuran mempunyai keterbatasan ukur.
Selain karena alat ukur yang digunakan, masih banyak faktor yang mempengaruhi
ketidaktepatan hasil pengukuran, yang tidak semuanya dapat dihindari. Oleh sebab itu
pengukur wajib mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya, kemudian
berusaha menghindari kesalahan dalam pengukuran semaksimal mungkin, walaupun ada
yang tak dapat dihindari.
Pengukur harus mengetahui kesalahan yang tidak mungkin dihindari, sehingga dalam
menyajikan hasil pengukuran, harus pula membuat taksiran tentang ketakpastian yang ada
pada hasil pengukuran tersebut, melaporkannya dengan jujur, sehingga hasil pengukuran
dapat dinilai dan dipercaya. Dalam segala macam pengukuran selalu timbul pertanyaan
"Berapakah ketepatan hasil pengukuran itu"? Pertanyaan ini identik dengan "Berapa
dekatkah hasil pengukuran itu dengan nilai sebenarnya”?.
Dalam pengukuran ilmiah, perlu sekali dapat mengestimasi ketepatan pengukuran, sebab
dengan demikian dapatlah diketahui manfaat hasil pengukuran.
Jika Anda ingin melakukan pengukuran secara tepat/teliti maka Anda harus
memperhitungkan ketakpastian yang mungkin timbul. Ketakpastian ini dapatterjadi karena
dua macam kesalahan, yakni kesalahan tertentu dan kesalahan tak tentu.
Pengukur harus mengetahui kesalahan tertentu yang mungkin ada, dan mengambil
tindakan untuk mengatasinya. Kesalahan itu tidak mungkin semuanya dapat diatasi. Selain
7
semua kesalahan tersebut, masih ada kesalahan lain yang hares diperhitungkan, yakni
kesalahan tak tentu.
Kesalahan ini disebut dengan kesalahan acak atau random (random error). Walau
pengukuran dilakukan dengan cermat, pengukuran ulang dari besaran yang sama tidak
memberi hasil yang tepat sama. Hal ini disebabkan karena biasanya angka terakhir
pengukuran hanya kira-kira (ditaksir) oleh pengamat.
Beberapa pengukuran yang tidak sating bergantungan satu sama lain akan
memberikan hasil yang berbeda-beda. Tentunya pengamat harus selalu berusaha agar
pengukurannya benar-benar tidak sating bergantungan satu sama lain, dan tidak boleh
terpengaruh oleh hasil pengukuran sebelumnya. Kesalahan tidak tertentu ini pun tidak bisa
dihindari, tetapi jika pengukuran dilakukan banyak kali maka dengan teori ketakpastian,
kesalahan ini dapat dihitung. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin tepatlah hasilnya.
Beberapa di antara kesalahan tidak tertentu ini ialah gerak Brown molekul udara,
fluktuasi tegangan jaringan listrik, landasan bergetar, bising, dan latar belakang
(background) radiasi. Jadi kesalahan ini bersumber pada sumber gejala yang tidak mungkin
dikendalikan atau diatasi semuanya dan merupakan perubahan-perubahan yang berlangsung
amat cepat. Sehingga pengaturan atau pengendaliannya di luar kemampuan kita. Oleh sebab
itu tugas kita adalah:
1. Menentukan atau memilih hasil pengukuran suatu nilai (nilai terbaik) yang dapat
menggantikan nilai benar.
2. Menentukan atau memilih nilai lain yang menyatakan atau menggambarkan
penyimpangan nilai terbaik dari nilai benar. Nilai ini menyatakan sampai berapa
jauh nilai terbaik dapat dipercaya.
Jadi untuk mencapai kedua tujuan tersebut, pengukuran hares diulang sebanyak
mungkin.
Pernyataan hasil pengukuran bergantung pada cara melakukan pengukurannya dalam hal ini
dibedakan pengukuran tunggal dan pengukuran berulang.
( )
8
dengan menyatakan hasil pengukuran tunggal dan adalah setengah nilai skala
terkecil alat ukur. Misalnya hasil pengukuran besaran panjang dengan mistar adalah (2,1 ±
0,05) cm sebagai interpretasi, ada kepastian (keyakinan) 100 %, bahwa nilai benar berada
di antara ( ) dan ( ).
Kiranya kita patut bersikap kurang percaya terhadap hasil pengukuran tunggal. Makin
banyak pengukuran dilakukan, makin besarlah tingkat kepercayaan terhadap hasilnya.
Dengan melakukan pengukuran berulang diperoleh lebih banyak nilai benar xo, sehingga
nilai tersebut dapat didekati dengan teliti. Nilai benar baru dapat diketahui bila dilakukan
pengukuran yang tidak terbilang banyaknya, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena
alatnya sudah rusak atau aus sebelum pengukuran selesai dilakukan. Dengan demikian nilai
benar tidak mungkin dapat diketahui. Oleh sebab itu setiap pengukuran selalu menghadapi
empat hal berikut :
Pada pengukuran berulang akin dihasilkan nilai-nilai yang disebut sampel suatu populasi
, yaitu . Dari nilai-nilai atau sampel tersebut, manakah yang dipakai
sebagai nilai terbaik ( ), dan berapa ketakpastiannya ( ) ? Nilai rata-rata sampel (〈 〉)
dianggap sebagai nilai terbaik pengganti nilai populasi yang tidak mungkin ditemukan dari
pengukuran. Pada suatu keyakinan tertentu, nilai benar ada di dalam ( ). Menurut
statistika (lihat gambar), = 〈 〉, yaitu nilai rerata sampel, dengan
∑
〈 〉
∑ 〈 〉
√
Satuan sama dengan satuan . Hasil akhir pengukuran selalu dinyatakan dengan
〈 〉
nisbi/relatifnya, yaitu
9
yang tidak mempunyai satuan, yang kadang-kadang dinyatakan dalam prosen, yaitu
Kebiasaan dalam ha! ini ialah menghilangkan semua angka (termasuk angka 0) yang
terletak di belakang angka-angka yang diragukan, yaitu 2, 8, . . . dst. Besaran pada contoh
di atas dikatakan memiliki tiga angka penting yaitu 3,1, dan 4.
Jika ditinjau dari ketelitiannya, pengertian x = 3,1 berbeda dengan 3,10. Pada = 3,1
angka tiga diketahui dengan pasti, sedang angka 1 diragukan. Pada = 3,10 angka 3 dan 1
diketahui dengan pasti, sedangkan angka 0 diragukan. Hasil pengukuran = 3,10 lebih teliti
daripada hasil pengukuran = 3,1.
Ketelitian dalam persen ini dinyatakan hanya dengan satu angka penting saja, yaitu
1%, dan bukan dengan dua angka penting, yaitu 1,0 % sehingga harus juga memiliki hanya
satu angka penting saja dan tidak boleh lebih, yaitu = 0,03. Jadi harus dilaporkan
sebagai = (3,14 ± 0,03).
Sebenarnya tidak ada cara yang dapat dikatakan tepat dalam menulis hasil
pengukuran, karena banyak bergantung pada selera tiap orang. Namun demikian berdasarkan
jumlah angka penting pada ketelitian, dapatlah disarankan cara penulisan seperti tersebut di
atas. Dalam hal pengukuran yang tidak diulang. nilai dua garis skala terdekat merupakan
angka yang diragukan.
10
Contoh hasil pengukuran panjang balok
∑ 𝑥𝑖
I (cm) (cm2) 𝑥 m
𝑛
1 10.1 102.01
2 10.2 104.04 ∑𝑥 𝑛 𝑥̅
3 10.0 100.00 𝑥 √ 𝑖
𝑛
4 9.8 96.04
5 10.0 100.00
6 10.1 102.01 4
√
7 10.0 100.00
8 9.8 96.04
9 10.0 100.00 2472 m
10 10.0 100.00
𝑥 2 m
N=10 ∑ = 100.0 ∑ = 1000.14
〈 〉
〈 〉 *( ) ( ) +
〈 〉 ( )
〈 〉 ( )
| | | 〈 〉| | |
merupakan skala terkecil untuk pengukuran tunggal dan simpangan baku untuk
pengukuran berulang.
11
⁄
menurut : | | ( ) maka | |
Contoh soal :
Percepatan gravitasi suatu tempat akan ditentukan dengan menggunakan percobaan bandul
Pengukuran panjang tali dengan mistar L = (25,0 ± 0,05) cm, dan waktu ayunan dengan
12
Jadi hasil akhir yang dilaporkan : 2 m 2 m
Contoh soal :
Percepatan gravitasi suatu tempat akan ditentukan dengan menggunakan percobaan bandul
matematik.
Dua puluh kali pengukuran periode bandul menghasilkan nilai rata-rata periode ̅ ,
dengan simpangan baku 0,02 s, sedang sepuluh kali pengukuran panjang bandul
menghasilkan ̅ = 25,00 cm, dengan simpangan baku 0,03 cm. Tentukan g dan
Percepatan gravitasi : 4
Jawab : •
13
Hasil akhir dalam laporan berbentuk : g = (9,87 ± 0,04) m s-2
c. Nilai x dan y yang bervariasi, satu variabel hasil pengukuran berulang dan yang
lain hasil pengukuran tunggal.
Misal dalam kasus ini x adalah variabel hasil pengukuran tunggal sementara y adalah
variabel hasil pengukuran berulang. Jika ini terjadi maka perhitungan ralat sama seperti
kasus (b) di atas dengan menuliskan ralat salah satu variabel yang diperoleh dari pengukuran
tunggal , sedangkan untuk variabel tetap ditulis simpangan baku Sy.
Pengujian rumus dan penghitungan konstanta (koefisien) dalam rumus, selain dapat
dilakukan dengan cara-cara analitik tersebut di atas, dapat juga ditentukan secara grafis.
Untuk pengujian rumus secara grafis ini adalah yang paling sesuai . Selain itu perlu diingat
tiga hal berikut
a. Kertas grafik memiliki ketakpastian sendiri, yakni = ½ mm untuk sumbu horisontal dan
vertikalnya. Ketakpastian grafik tidak bola lebih besar dari ketakpastian pengukuran x dan
y. Berapakah grafik ini ? Ini bergantung pada besar kecilnya x. Kita berpegang pada :
grafik harus bernilai sedemikian hingga dapat digambar.
14
Sebagai contoh : y = 0,05 Volt, maka dalam arali ½ mm harus bernilai 0,05 Voit.
Maka 1 cm minimal 10 Volt, kalau tidak = 0,05 Volt tidak tergambar.
b. Grafik yang paling sederhana adalah garis lurus. Maka dari itu rumus yang hendak diuji
benar tidaknya diluruskan.
Agak sukar melihat apakah titik eksperimen terletak pada kurva yang melengkung itu.
Tetapi kalau digrafikkan terhadap ⁄ diperoleh garis lurus dan mudah untuk melihat
apakah hubungan linear itu dipenuhi atau tidak.
c. Konstanta dalam rumus dapat kita peroleh dari grafik lurus , pada intercept - nya atau
pada slope - nya. Misal dalam hukum Boyle: , slope - nya , atau
.
Karena setiap garis ditentukan oleh n dan m tertentu, maka tugas kita adalah
menentukan dan (yakni dan terbaik) serta n dan m. ini kita lakukan secara
analitik dengan cara yang dikenal sebagai cara kuadrat terkecil.
15
lnilah slope dan intercept garis lurus terbaik yang kita cari.
dimana :
Untuk membuat grafik linear, interpolasi kelompok data yang telah diperoleh dari
percobaan dapat dilakukan dengan regresi. Dengan kalkulator, regresi tersebut dapat dihitung
sebagai berikut :
16
Contoh : Kalkulator fx-570s
4 , 33 DATA 7 , 45 DATA
Correlation coefficient
SHIFT r r 0.9941909
y when x = 10
10 y y 55.166667
A SHIFT A
B SHIFT B
Mahasiswa yang mampu menjalankan program Microsoft Excel dapat juga menggunakannya
untuk menyelesaikan persoalan regresi linear tersebut.
17
BAB II
ALAT UKUR DAN KETELITIAN
Pendahuluan
Penggunaan alat ukur pada setiap pengukuran sangat ditentukan oleh macam
kegunaan, batas ukur dan ketelitian alat ukurnya. Sebagai contoh untuk mengukur massa
suatu benda yang diperkirakan sebesar 50 kg, maka alat yang harus digunakan haruslah
timbangan dengan batas ukur minimal senilai massa benda itu. Timbangan tersebut harus
memiliki ketepatan pengukuran yang baik, sehingga hasil pengukuran sesuai dengan keadaan
sesungguhnya.
18
Berikut ini adalah karakteristik alat ukur besaran pokok dalam fisika, antara lain
jangka sorong, mikrometer skrup, neraca, stopwatch dan termometer.
A. JANGKA SORONG
Keterangan Gambar 1 :
a : kaki runcing jangka sorong berfungsi untuk pengukuran panjang atau diameter bagian
dalam benda.
b : kaki panjang jangka sorong berfungsi untuk pengukuran panjang atau diameter bagian
luar benda.
c : skala geser jangka sorong disebut skala nonius atau skala pembantu (SP) dengan Batas
skala l0 mm.
d : skala tetap jangka sorong disebut skala dasar (SD) yang mempunyai skala terkecil 1 mm
e : sungut jangka sorong berfungsi untuk mengukur kedalaman benda.
Digunakan untuk mengukur panjang, lebar, tebal, atau pun kedalaman benda/zat.
Ketelitian pengkuran jangka sorong adalah pengukuran panjang terkecil yang mampu
dilakukan menggunakan jangka sorong. Berdasarkan ketelitiannya, ada 2 jenis jangka sorong,
yaitu jangka sorong yang memiliki ketelitian 0,05 mm dan 0,1 mm.
Untuk menentukan ketelitian jangka sorong dilakukan dengan cara sebagai berikut :
19
Sebagai contoh, digunakan jangka sorong dengan SP yang mempunyai 20 skala. Jika angka 0
pada SP berhimpit dengan salah satu garis (misalnya skala 0) pada SD, maka angka 20 SP
juga akan berhimpit dengan salah satu garis lain (misalnya skala 3,9) pada SD. Artinya, jika
SP digeser 1 mm maka angka 0 dan 20 pada SP masing-masing akan berhimpit dengan dua
garis skala pada SD. Dengan demikian maka 20 SP = 1 mm, sehingga 1 SP = 1/20 mm atau 1
SP = 0,05 mm. Jadi jangka sorong yang digunakan sebagai contoh mempunyai ketelitian 0,05
mm. Cara yang sama dapat digunakan untuk menentukan ketelitian jangka sorong jenis yang
lain.
B. MIKROMETER SEKRUP
Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter atau panjang benda berukuran
milimeter atau beberapa centimeter saja.
20
Ketelitian mikrometer sekrup :
Ketelitian pengukuran mikrometer sekrup adalah pengukuran panjang atau diameter terkecil
yang mampu dilakukan menggunakan mikrometer sekrup. mikrometer sekrup hanya ada satu
macam, yaitu yang berketelitian 0.01 mm.
C. PIKNOMETER
Piknometer adalah piranti untuk menentukan kerapatan zat padat
berbentuk butiran dan zat cair. Piknometer mempunyai dua bagian
yaitu tabung (a pada Gambar 3) dan tutup (b pada Gambar 3). Pada
bagian tutup terdapat pipa kapiler yang berfungsi mengalirkan
kelebihan zat cait pada tabung saat ditutup. Pengukuran kerapatan zat
melalui piknometer adalah menggunakan kerapatan air (aquades)
sebagai acuan (kerapatan air nilainya adalah 1 kg/liter). Kerapatan zat
yang diukur menggunakan piknometer, nilainya ditentukan oleh
persamaan berikut.
Gambar 3. Piknometer
21
dengan ketentuan :
massa piknometer berisi zat yang diukur (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya.
massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya.
D. SPHEROMETER
Gambar 4. Spherometer
E. NERACA TORSI
Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki neraca ini
bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.
F. SPECIFIC GRAVITY/DENSITOMETER
Specific gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa jenis)
suatu zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahvva nilai yang ditunjukkan oleh
specific gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air ( 1 g/ml ).
22
G. STOPWATCH
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya
berketelitian 0,1 s atau 02 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas
stopwatch. Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.
H. TERMOMETER
Termometer adalah alat pengukur sithu. Termometer yang biasa digunakan dalam Lab.
Fisika Dasar adalah termometer Celcius dengan keielitian 0,5°C atau 1°C.
I. MULTIMETER
Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus, tegangan,
dsb. Ketelitian alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai maksimum yang
mampu diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan posisi saklar sesuai
dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur Jika digunakan untuk
mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+) dihubungkan dengan (+)
rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-) nya. Sedangkan jika digunakan untuk
mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang rangkaian maka alat ini harus dirangkai
secara seri melalui cabang tersebut.
PERTANYAAN
1. Mengapa tidak boleh menggunakan ujung mistar sebagai skala nol. Dan mengapa harus
meletakkan skala mistar berimpit dengan Benda yang diukur ?
2. Jelaskan pengertian least count !
3. Apa artinya suatu alat mempunyai ketelitian 1°C; 0,1 g; atau 0,01 mm ?
23
PERCOBAAN P1
KERAPATAN ZAT
Tujuan :
Menentukan kerapatan zat padat berbentuk balok, silinder dan butiran serta zat cair.
Dasar Teori :
Massa jenis atau kerapatan zat merupakan besaran karakteristik yang dimiliki
suatu zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga
nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volume zat. Kerapatan suatu zat
dinyatakan oleh persamaan :
dengan ketentuan :
Nilai kerapatan zat tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya. Perubahan suhu
pengaruhnya sangat kecil terhadap kerapatan zat.
Kerapatan benda padat berbentuk balok dapat ditentukan dengan mengukur massa
(m), panjang ( ), lebar (l) dan tinggi (t) benda tersebut. Besarnya kerapatan berbentuk balok
diberikan oleh Persamaan (2).
Untuk benda padat berbentuk silinder, kerapatannya ditentukan oleh Persamaan (3)
24
Kerapatan Benda Berbentuk Butiran
Benda berbentuk butiran seperti tepung, pasir, kapur, semen dan sejenisnya nilai
kerapatannya kurang akurat jika cara menentukan kerapatannya dengan menimbang massa
dan mengukur volume yang dibentuk oleh benda berbutir. Pengukuran dengan cara tersebut
tidak akurat karena dalam volume yang dibentuk oleh benda berbutir terdapat ruang kosong
berupa celah-celah yang terbentuk diantara butiran benda, sehingga hasil pengukuran volume
benda berbutir tidak akurat. Untuk menghasilkan pengukuran kerapatan yang akurat,
digunakan alat yang dinamakan piknometer (bentuk dan prinsip kerja piknometer dapat
dilihat pada BAB II). Nilai pengukuran kerapatan benda berbutir menggunakan piknometer
ditentukan melalui Persamaan (4)
dengan ketentuan :
: massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya.
Kerapatan zat cair (air, alkohol, spiritus dan lainnya) dapat ditentukan dengan
mengukur massa dan volume zat cair menggunakan gelas ukur. Metode lain adalah
menggunakan piknometer dengan kerapatan zat cair ditentukan melalui Persamaan (4). Selain
dua metode tersebut, kerapatan zat cair juga dapat ditentukan menggunakan neraca Mohr.
Prinsip dasar pengkuran kerapatan zat cair menggunakan neraca Mohr adalah penerapan
hukum Archimedes (gaya tekan ke atas oleh zat cair) serta kesetimbangan gerak rotasi
(jumlah total momen gaya sama dengan nol). Skema kerja pengukuran kerapatan zat cair
menggunakan neraca Mohr diperlihatkan oleh Gambar 2.
25
Pada Gambar 2, keadaan awal ketika zat cair dan beban belum ada, sistem dalam
keadaan setimbang karena torsi ( ) akibat benda celup yang terletak pada lengan sepanjang L
disetimbangkan oleh penyeimbang. Pada saat benda celup tercelup dalam zat cair, benda
celup mengalami gaya tekan ke atas sebesar F = Vg ( , V dan g masing-masing adalah
kerapatan zat cair, perubahan volume zat cair setelah benda celup tercelup dalam zat cair dan
percepatan gravitasi bumi). Agar sistem kembali dalam keadaan setimbang, diletakkan beban
dengan berat W pada lengan neraca sepanjang l. Jika panjang L = 10 cm, maka dalam
keadaan setimbang dapat ditulis :
Dengan demikian nilai kerapatan zat cair dapat ditentukan menggunakan Persamaan (4)
berikut.
(5)
dengan m adalah massa beban dan l bersatuan cm serta indeka i menyatakan jumlah beban,
Alat :
1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Neraca torsi
4. Piknometer
5. Neraca mohr
Bahan :
1. Balok kayu
2. Silinder logam
3. Pasir
4. Spritus
5. Aquades
26
Prosedur Kerja :
2. Isi piknometer dengan pasir halus kira-kira sampai 1/3 bagian volume piknometer.
3. Ukurlah massa piknometer yang berisi pasir beserta tutupnya menggunakan neraca
torsi.
4. Tuangkan air perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi pasir, kocok-kocok, dan isi
sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya dan pasangkan
penutup piknometer
5. Ukurlah massa piknometer berisi pasir dan air tersebut beserta tutupnya menggunakan
neraca torsi.
6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan air hingga tidak ada gelembung di
dalamnya kemudian pasangkan penutup piknometer.
7. Ukurlah massa piknometer berisi penuh air dan tutupnya menggunakan neraca torsi..
8. Bersihkan dan keringkan piknometer.
27
C. Menentukan kerapatan zat cair
1. Atur neraca Mohr setegak mungkin (vertikal) dengan mengatur sekrup A.
2. Gantungkan benda celup pada ujung lengan neraca Mohr seperti pada Gambar 4.
3. Atur neraca agar setimbang dengan memutar sekrup C, sehingga jarum D berimpit
dengan E pada skala.
4. Tuangkan spiritus kedalam gelas ukur yang tersedia dan catat volumenya.
5. Celupkan seluruh bagian benda celup ke dalam spiritus dalam gelas ukur. Pada
keadaan ini neraca dalam keadaan tidak setimbang (jarum D tidak berhimpit dengan
E) dan catatlah perubahan volume spiritus dalam gelas ukur. Perubahan volume
spiritus tersebut menunjukkan nilai volume benda celup.
6. Letakkan beban penunggang pada lengan bergerigi dari neraca agar neraca dalam
keadaan setimbang kembali. Jika satu beban penunggang belum dapat
mensetimbangkan neraca, tambahkan beban penunggang dan letakkan pada posisi
yang lain sampai neraca dalam keadaan setimbang kemudian catatlah masing-masing
massa bebang penunggang dan posisinya dari pusat (0).
Tugas Praktikum :
Tugas Pendahuluan
Pustaka :
Tipler, P.A., Fisika Untuk Sains dan Teknik, Erlangga, Jakarta (2001).
28
LAPORAN PRAKTIKUM
KERAPATAN ZAT
Tujuan :
29
Pengolahan Data :
Kerapatan pasir :
30
Kerapatan spiritus :
31
PERCOBAAN F1
TEGANGAN PERMUKAAN
Tujuan :
Dasar Teori
Salah satu sifat yang dimiliki zat cair adalah bahwa permukaan zat cair seperti
membran yang teregang karena adanya tegangan, sifat tersebut lazim disebut sebagai
tegangan permukaan. Ditinjau dari sudut pandang molekuler, molekul-molekul zat cair
memberikan gaya tarik satu sama lain. Gaya tarik antar molekul zat cair tersebut terjadi ke
semua arah sehingga molekul di dalam zat cair berada dalam kesetimbangan, demikian pula
dengan molekul-molekul zat cair yang berada di permukaan. Karena zat cair memiliki
tegangan permukaan, maka tetesan zat cair yang jatuh cenderung berbentuk bola serta
keberadaan serangga yang dapat terapung di permukaan air.
Jika sebuah benda diletakkan pada permukaan zat cair, maka keberadaan benda
tersebut akan mengganggu kesetimbangan zat cair karena ikatan molekuler antara molekul-
molekul berdekatan menjadi merenggang. Sebagai akibatnya ada gaya pemulih yang
berusaha menarik molekul-molekul itu kembali ke permukaan. Demikian sebaliknya ketika
benda ditarik dari permukaan zat cair. Dengan demikian tegangan permukaan ( )
didefinisikan sebagai gaya (F) per satuan panjang (L) yang bekerja melintasi semua garis
permukaan benda yang bersentuhan dengan permukaan zat cair. Jika benda yang dimaksud
adalah permukaan kaca, maka besarnya tegangan permukaan zat cair diberikan oleh
Persamaan (1) berikut.
dengan F adalah besarnya gaya yang bekerja melepaskan kaca dari permukaan zat cair,
sedangkan p dan t masing-masing adalah panjang dan tebal kaca.
Prosedur Kerja :
32
Gambar 1. Susunan peralatan percobaan tegangan permukaan.
2. Aturlah beban dengan cara menggeser agar ujung penunjuk skala pada papan skala
diusahakan berada pada skala "0", kalau kesulitan, tepatkan penunjuk tersebut
berhimpit dengan garis skala yang dekat dengan "0" dan catat skala tersebut sebagai
x0.
3. Letakkan anak timbangan 1 g pada wadah timbangan sehingga penunjuk bergeser
pada garis skala lain, kemudian catat skala tersebut sebagai x1.
4. Dari langkah (2) dan (3) dapat disetarakan satu skala pada papan sekala sebanding
dengan gaya pemulih yang diberikan oleh kawat baja. Misalkan x1 – x0 = 5 skala,
maka 1 skala = (mg)/5 N.
5. Ambil kembali anak timbangan dari wadah sehingga penunjuk kembali ke posisi
skala sebelum anak timbangan diletakkan di wadah (posisi x0).
6. Tuangkan air pada gelas ukur, ukurlah suhu air menggunakan termometer.
7. Kemudian celupkan secara perlahan bagian bawah keping kaca pada pada air dalam
gelas ukur (jangan sampai masuk ke dalam, hanya sekedar menempel pada
permukaan spiritus saja).
8. Lepaskan bagian bawah keping kaca dari permukaan air dengan cara menurunkan
gelas ukur. Pada saat bagian bawah keping kaca akan terlepas dari permukaan air
penunjuk akan bergeser. Catatlah posisi penunjuk pada papan skala tersebut, posisi
tersebut disebut x2.
9. Ulangi langkah (6) dan (7) sebanyak 5 kali
10. Lakukan lagi langkah (6), (7), (8)dan (9) masing-masing untuk alkohol dan spiritus
11. Ukurlah panjang dan tebal kaca menggunakan jangka sorong.
Tugas Praktikum :
Tugas Pendahuluan :
1. Apa pengertian tegangan permukaan suatu cairan ? Dan apa satuannya dalam SI ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi besar tegangan permukaan ?
33
Pustaka :
Tipler, P.A., Fisika Untuk Sains dan Teknik, Erlangga, Jakarta (2001).
Douglas C. Giancoli, Fisika, edisi kelima, Erlangga, Jakarta (2001).
34
LAPORAN PRAKTIKUM
TEGANGAN PERMUKAAN
Tujuan :
Pengolahan Data :
Menentukaan kesetaraan skala pada papan sekala terhadap gaya pemulih kawat Baja :
1 skala = = ………………………N
Untuk air :
= ……
35
Untuk alkohol :
36
Untuk spiritus :
37
PERCOBAAN F2
VISKOSITAS FLUIDA
TUJUAN
DASAR TEORI
Fluida adalah zat yang dapat mengalir (zalir), yang dapat berupa gas atau pun zat cair.
Salah satu sifat yang dimiliki oleh setiap zalir (fluida) adalah viskositas. Viskositas
merupakan sifat fluida yang menghambat fluida tersebut saat mengalir. Kadang-kadang
viskositas ini diserupakan dengan kekentalan. Fluida yang lebih kental (viskos) akan
mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari pada fluida yang kurang kental.
Sifat viskos ini sangat diperhatikan dalam perihal yang melibatkan aliran fluida
maupun minyak pelumas mesin. Pelumas mesin berviskositas tinggi lebih baik digunakan
dari pada yang bernilai rendah. Tetapi jika terlalu tinggi viskositasnya justru akan
menghambat gerakan mesin tersebut.
Nilai koefisien viskositas suatu fluida sangat bergantung pada suhu. Pada suhu makin
tinggi nilai koefisien viskositas itu akan menurun. Artinya, fluida itu akan semakin encer jika
suhunya makin tinggi. Tabel 1 memuat contoh nilai koefisien beberapa fluida untuk berbagai
suhu.
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida disebut viskosimeter. Paling
tidak, terdapat 2 prinsip dasar system/metode pengukuran viskositas tersebut. Pertama,
metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vertikal saat menempuh
jarak tertentu. Alat yang digunakan sesuai dengan metode ini adalah viskosimeter ostwald
yang asas kerjanya berdasarkan hukum Poiseuille.
38
Hukum Poiseuille dituliskan sebagai
dengan P = tekanan
dengan p = massa jenis cairan yang akan ditentukan viskositasnya; t = waktu pengaliran
cairan dari tanda A sampai B; a = jejari pipa kapiler yang panjangnya h= jarak antara bola
kecil dan besar.
ηx = ηw (2)
39
Selain dengan viskosimeter Ostwald, mengukur
koefisien viskositas fluida dapat menggunakan metode
stokes, yakni menentukan koefisien viskositas melalui
pengukuran laju terminal (laju konstan) benda berbentuk
bola dalam fluida yang ingin diukur koefisien
viskositasnya yang dijatuhkan dari atas permukaan fluida.
ρ= kerapatan bola
ρ0 = kerapatan fluida
Jika jarak AB = h, waktu bola dari A ke B adalah t, diameter bola d dan massanya m maka
persamaan
TUGAS PENDAHULUAN
1. Bolehkah volume air dan alkohol yang digunakan dalam viskosimeter Oswald berbeda?
Jelaskan alasannya !.
2. Buktikan kebenaran rumus (3) dan (4)
3. Melalui investigasi literatur tentukan kecepatan terminal bola besi berdiameter 2 mm
dalam gliserin.[Cari kerapatan besi dan gliserin serta koefisien viskositasnya dari
literatur].
40
ALAT DAN BAHAN
1. Tabung viskosimeter yang telah bersih dipasang pada statip dan klem secara vertikal.
2. Air sebanyak 6 ml dimasukkan ke dalam viskosimeter. Ukur suhu air dalam tempat lain.
3. Air dalam viskosimeter dihisap hingga permukaannya di atas garis tanda A, kemudian
penghisap dilepaskan.
4. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis A stopwatch 1 dihidupkan oleh
praktikan 1.
5. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis B stopwatch 2 dihidupkan oleh
praktikan 2.
6. Kemudian kedua stopwatch dimatikan bersama-sama oleh satu praktikan.
7. Selisih waktu kedua stopwatch merupakan waktu yang diperlukan fluida menempuh jarak
AB.
8. Ulangi langkah (3) hingga (7) beberapa kali, minimal 4 kali.
9. Ulangi langkah (1) hingga (8) dengan fluida lain (misal alkohol).
10. Setelah dipakai, viskosimeter dibersihkan dengan alkohol kemudian ditiup dengan peniup
(blower).
41
8. Kemudian kedua stopwatch dimatikan bersama-sama oleh praktikan.
9. Selisih waktu kedua stopwatch adalah waktu bola menempuh jarak AB.
10. Kecepatan terminal dihitung melalui jarak antara kedua karet dibagi waktu yang
dibutuhkan bola menempuh jarak itu.
11. Ulangi percobaan beberapa kali.
TUGAS AKHIR
1. Melalui interpolasi data tentukan viskositas air dalam percobaan Anda sesuai dengan
suhunya.
2. Melalui rumus (2) tentukan koefisien viskositas alkohol dalam percobaan Anda.
3. Melalui rumus (4) tentukan koefisien viskositas olie/gliserin dalam percobaan Anda.
4. Bandingkan hasil-hasil percobaan Anda dengan literatur dan beri komentar.
42
PERCOBAAN G1
GELOMBANG BUNYI
DASAR TEORI :
Bunyi adalah gelombang mekanik longitudinal yang merambat melalui suatu medium
dengan frekuensi antara 20 — 20.000 Hz, atau gelombang yang dapat didengar. Dalam
rambatannya gelombang bunyi mempunyai besaran kecepatan, frekuensi, dan panjang
gelombang.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena bergetarnya benda
lain. Resonansi akan terjadi jika frekuensi kedua benda tersebut sama.
Percobaan ini menggunakan tabung resonansi, dengan cara memasukkan air ke dalam
tabung sehingga berfungsi sebagai tabung organs tertutup. Jika terjadi resonansi, maka
permukaan air merupakan tempat simpul gelombang, sedang ujung tabung yang terbuka
merupakan tempat perut gelombang.
Panjang kolom udara dalam tabung dapat diatur dengan mengubah posisi pennukaan
airnya. Pada kolom udara yang terpendek, maka panjangnya akan sama dengan seperempat
panjang gelombangnya. Bunyi yang terdengar merupakan bunyi paling kuat, sedang panjang
kolom udara yang lebih panjang, yaitu panjang gelombang, 5/4 panjang gelombang,
dan seterusnya, bunyi yang terdengar makin lemah. Hubungan antara panjang kolom dengan
panjang gelombang diberikan oleh
43
dengan m = 0, 1, 2, 3, ... .
Posisi sumber bunyi tidak tepat berada di ujung tabung, sehingga panjang kolom udara pada
saat terjadi resonansi perlu dikoreksi dengan suatu faktor koreksi (e), sehingga :
TUGAS PENDAHULUAN
TUJUAN
1. Tabung resonansi
2. Sumber getar
3. Mistar
4. Air
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Atur posisi permukaan air dalam tabung panjang sehingga dekat pada ujung atas tabung
dengan cara menggerakkan tabung yang pendek (hati-hati air jangan sampai tumpah).
2. Atur sumber getar sedemikian hingga timbul bunyi pada speaker.
3. Gerakkan tabung pendek ke bawah sedemikian hingga permukaan air dalam tabung
panjang turun ke bawah sambil mendengarkan bunyi resonansinya, dan catatlah panjang
kolom udara dalam tabung pada saat terjadi resonansi.
4. Ulangi minimal 3 kali.
5. Ulangi percobaan untuk mencari panjang kolom udara yang lebih panjang, harmonik ke-
2, 3, .. dst.
6. Ulangi percobaan dengan menggunakan f yang lain.
7. Catat tekanan dan suhu udara ruangan (mengapa hal ini dilakukan ?).
44
DATA PENGAMATAN
TUGAS AKHIR
1. Buat grafik L' = f (m) untuk tiap frekuensi pada satu gambar ! Grafik diambil dari
regresinya.
2. Dari grafik dan persamaan regresi Tinier tersebut di atas tentukan kecepatan (v) bunyi di
udara dan faktor koreksinya (e) !
3. Bandingkan harga v yang diperoleh dari dengan referensi !
45
PERCOBAAN K1
KOEFISIEN MUAI PANJANG
DASAR TEORI
Sebuah batang logam jika dipanaskan pada suhu tertentu akan mengalami
pertambahan panjang. Fenomena ini disebut dengan pemuaian panjang. Nilai pertambahan
panjang per panjang mula-mula batang ini berbanding lurus dengan koefisien muai panjang
( ) dan kenaikan suhunya.
Jika panjang batang logam pada suhu 0 °C adalah l0, dan pada suhu T °C adalah 1
maka :
l = l0(1+ T)
Melalui persamaan tersebut koefisien muai panjang logam dapat ditentukan. Berikut
ini gambar peranti percobaan muai panjang.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai panjang suatu batang ? Dan apa satuannya ?
2. Buktikan rumus x=
TUJUAN
Menentukan koefisien muai panjang batang logam besi (Fe), aluminium (Al), dan tembaga
(Cu).
1. Keraskan semua sekrup di setiap ujung batang sambil memperhatikan posisi ujung jarum
pada papan skala.
2. Ukur jarak ( l1 ) sekrup ke sekrup dengan mistar, panjang jarum skala (l) dengan mistar,
jarak (r) dengan ujung belakang jangka sorong, serta catat posisi ujung jarum skala dan
suhu ruangan ( T1 ).
3. Hubungkan pipa plastik ke ujung pipa batang logam. Panaskan air dalam erlenmeyer
sampai mendidih, kemudian biarkan selama kira-kira 5 menit.
4. Amati dan catat posisi ujung jarum pada papan skala. Besar pergeseran posisi jarum skala
menyatakan nilai a.
5. Catat suhu pada termometer bejana didih, dan suhu pada ujung akhir batang logam.
TUGAS AKHIR
47
PERCOBAAN K3
KALOR JENIS
DASAR TEORI
Yang dimaksud dengan harga air (kapasitas kalor) kalorimeter adalah jumlah kalor
(dalam kalori yang diperlukan untuk menaikkan suhunya sebesar 1 °C. Kalor lebur es ialah
jumlah kalor (dalam kalori) yang diperlukan untuk mengubah 1 gram es dari fase padat ke
fase cair pada titik leburnya. Kalor jenis tembaga ialah jumlah kalor (dalam kalori) yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram tembaga 1 °C.
Percobaan ini berdasarkan atas azas Black, yaitu jika dua benda (sistem) yang berbeda
suhu saling dicampur, maka sebagian kalor pindah dari benda suhu tinggi ke benda suhu
rendah sedemikian hingga suhu kedua benda (sistem) menjadi sama saat mencapai
kesetimbangan termal. Kalor yang dilepaskan oleh benda suhu tinggi sama dengan kalor yang
diserap oleh benda suhu rendah.
Untuk menentukan harga air kalorimeter, sistem pertama adalah bejana kalorimeter
bagian dalam beserta pengaduk dan air yang ada di dalamnya.
Menurut azas Black, kalor yang diserap oleh kalorimeter bagian dalam beserta
pengaduk ditambah dengan kalor yang diserap oleh air, sama dengan kalor yang dilepaskan
oleh air panas.
dengan mk, ma, dan map, berturut-turut adalah massa kalorimeter bagian dalam beserta
pengaduk, massa air dalam kalorimeter, dan massa air panas yang dituangkan; ck, ca, dan cap,
berturut-turut adalah kalor jenis kalorimeter bagian dalam beserta pengaduk, kalor jenis air
yaitu 1 kalori/gr °C; T1, T2, dan Ta, berturut-turut adalah suhu kalorimeter dan air mula-mula,
suhu air panas sebelum dituangkan ke dalam kalorimeter, dan suhu akhir (suhu
kesetimbangan termal).
Hasil kali mk dan ck dinamakan kapasitas kalor (harga air) kalorimeter. Untuk
menentukan kalor lebur es, percobannya mirip dengan tersebut di atas, hanya air panas
diganti dengan es padat (suhunya 0 °C), sehingga persamaannya adalah
Dan untuk menentukan kalor jenis tembaga, air panas diganti dengan tembaga panas.
Persamaannya adalah
48
TUGAS PENDAHULUAN
Jika suatu bahan dipanaskan, apakah harga air, kalor lebur, dan- kalor jenisnya berubah ?
Jelaskan !
TUJUAN
Menentukan harga air kalorimeter, kalor lebur es, dan kalor jenis tembaga.
CARA KERJA :
1. Isilah erlenmeyer dengan air kira-kira setengah bagian volume, dan panaskan pada
kompor hingga airnya mendidih.
2. Timbang bejana kalorimeter bagian dalam bersama pengaduknya (m1).
3. Isi bejana kalorimeter bagian dalam dengan air hingga seperempat bagian volumenya lalu
timbang bersama pengaduknya (m2). Sehingga massa air = (m2 - m1).
4. Masukkan bejana kalorimeter ke dalam bejana pelindungnya lalu tutup dan pasang
termometernya.
49
5. Setelah kira-kira 1 menit, Baca suhu sistem tersebut pada termometer (T1). Suhu ini
merupakan suhu awal sistem, yaitu suhu kalorimeter dan airnya.
6. Setelah air dalam erlenmeyer mendidih bukalah sedikit tutup kalorimeter, dan tuangkan
sedikit air panas ke dalamnya hingga volumenya mencapai setengah bagian volume lalu
tutup kembali serta aduk secara perlahan sambil mengamati kenaikan suhu pada
termometer.
7. Catat suhu maksimum (Ta) yang merupakan suhu akhir (kesetimbangan) antara
kalorimeter, air, dan air panas.
8. Suhu air panas yang sedang mendidih dianggap 100 °C (T2).
9. Ambil bejana kalorimeter bagian dalam yang berisi air serta pengaduknya lalu timbanglah
(m3) sehingga massa air panas yang dituangkan adalah (m3 - m2).
1. Timbanglah bejana kalorimeter bagian dalam yang berisi air sebanyak ± ¾ bagian
volumenya beserta pengaduknya (m4).
2. Masukkan ke dalam bejana pelindung kalorimeter lalu tutup kemudian pasang
termometer serta baca suhunya.setelah ± 1 menit (T3).
3. Masukkan es ke dalamnya (suhu es mula-mula dianggap 0 °C) lalu catat suhu akhirnya
4. Timbanglah bejana kalorimeter, air, air es, dan pengaduknya (m5).
1. Lakukan langkah kerja tersebut di atas dengan menggunakan air kira-kira ¼ bagian
volume kalorimeter lalu timbanglah (m6) dan catat suhunya (T4).
2. Masukkan semua potongan-potongan logam tembaga ke dalam tabung pemanas,
kemudian letakkan di atas uap air dalam erlenmeyer yang sedang mendidih kira-kira 15
menit. Dengan demikian suhu logam dianggap = suhu air mendidih.
3. Masukkan semua logam tembaga tersebut ke dalam kalorimeter dan catat suhu akhirnya
(Ta11)
4. Timbanglah kalorimeter bersama-sama air, logam, dan pengaduk, yang ada di dalamnya
(m7).
TUGAS AKHIR
Setiap benda mengadakan gaya tarik kepada benda lain yang sebanding dengan massa
kedua benda itu dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak antar keduanya. Bumi,
sebagaimana planet lain, memiliki gaya tarik terhadap benda yang berada di dekatnya. Gaya
ini bergantung pada besar percepatan gravitasi bumi dan massa benda tersebut.
Bandul borda merupakan salah satu peranti percobaan untuk mengukur percepatan
gravitasi bumi. Jika hambatan udara dan titik gantung diabaikan, persamaan gerak rotasi
akibat adanya gravitasi bumi terhadap benda tegar di sekitar sumbu horisontal O yang
ditunjukkandalam gambar 1 adalah :
dengan θ sudut antara vertikal dengan garis hubung OG. Jika θ < 5°, maka dengan
menggunakan deret Taylor, nilai sin θ = θ, sehingga.
Persamaan tersebut merupakan persamaan umurn gelomhang yang dapat dituliskan sebagai
51
Jika I momen kelembaman di sekitar O, I panjang kawat ayunan Volta, dan γ jejari kawat
bola besi, dimana h = l + γ, maka :
TUGAS PENDAHULUAN
1. Mengapa gerak melingkar dalam bidang vertikal berbeda dengan gerak melingkar
dalam bidang mendatar ?
2. Apa pengaruh perputaran bumi mengelilingi sumbunya terhadap Benda di permukaan
bumi dekat khatulistiwa ?
TUJUAN :
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Amati piranti alat, dan hati-hati jangan sampai memegang bandul bola dengan
mengangkatnya ke atas, karena kawat penggantung akan mengendor dan
menggoyahkan posisi mata pisau yang ada di atas yang sudah diatur sehingga jatuh ke
lantai dan pecah.
2. Doronglah bola bandul dengan ujung jari telunjuk sehingga kawatnya menyimpang
membentuk sudut 5° dengan vertikal, lalu lepaskan jari telunjuk sehingga bandul
berayun.
52
3. Catatlah waktu setiap 10 ayunan secara ber-urutan sebanyak 190 ayunan ke dalam
tabel yang sudah disediakan.
TUGAS AKHIR
Dengan data yang telah diperoleh, hitunglah percepatan gravitasi bumf di tempat
dilakukannya percobaan, dengan menggunakan persamaan (6) !
53
PERCOBAAN M3
ENERGI DAN MOMENTUM
DASAR TEORI
Jika terjadi tumbukan pada dua buah benda maka jumlah momentum sebelum dan
setelah tumbukan tidak berubah. Jika tumbukannya lenting sempurna maka jugs akan
dipenuhi bahwa jumlah energi kinetik sebelum dan setelah tumbukan tidak berubah, sehingga
koefisien restitusinya = 1.
Dengan Air Track diharapkan gerakan kedua benda yang bertumbukan tidak
mengalami gesekan dengan jalan yang dilaluinya sebagai akibat dari hembusan udara dari
blower yang dapat mengangkat kedua benda ke atas melalui lubang – lubang kecil di
sepanjang jalan yang dilaluinya.
Dari gambar terlihat bahwa pada saat benda P bergerak ke kanan akan melewati
sensor "ab" dan "ba" yang jaraknya x1, sensor "ab" menunjukkan waktu sebesar tab. Setelah P
bertumbukan dengan benda Q dan kembali bergerak ke kiri serta tepat melewati sensor "ba"
dan "ab", sensor "ba" menunjukkan waktu tba.
Dari sini dapat diketahui bagaimana kecepatan benda P sebelum dan sesudah
tumbukan Demikian pula benda Q yang semula bergerak ke kiri dengan waktu tcd dan setelah
tumbukan kembali ke kanan dengan waktu tdc. Selanjutnya dengan membandingkan beda
kecepatan kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan dapat diketahui harga koefisien
restitusi (e) tumbukannya.
TUGAS PENDAHULUAN
TUJUAN :
54
ALAT DAN BAHAN :
1. Perhatikan 4 buah sensor ab, ba, cd, dan dc; ukurlah jarak sensor ab ke sensor ba
(misal x1) dan sensor cd ke sensor dc (misal x2). Upayakan kedua benda P dan Q
dapat lewat di bawahnya dengan lancar tanpa tersangkut pada sensor.
2. Letakkan benda P di sebelah kiri sensor ab dan ba, benda Q di sebelah kanan sensor
cd dan dc.
3. Hembuskan udara dari blower, dorong sedikit saja benda P ke kanan dan benda Q ke
kiri.
4. Baca dan catat waktu yang ditunjukkan oleh sensor ab dan sensor cd.
5. Setelah terjadi tumbukan antara kedua benda tersebut, benda P kembali ke kiri dan
benda Q kembali ke kanan.
6. Baca dan catat waktu yang ditunjukkan oleh sensor ba dan dc.
7. Ulangi beberapa kali.
TUGAS AKHIR
55
PERCOBAAN E1
MODULUS YOUNG
DASAR TEORI
TUGAS PENDAHULUAN
TUJUAN
56
ALAT DAN BAHAN
PROSEDUR KERJA
TUGAS AKHIR
1. Buat grafik F = f (ΔL), lalu hitung persamaan regresinya untuk menggambar kurva linier
fungsi tersebut !
2. Tentukan modulus young kawat tembaga dan bandingkan dengan literatur !
57
PERCOBAAN H1
TETAPAN PEGAS
DASAR TEORI
Dalam batas elastisitas, pertambahan panjang (x) pegas yang dikenai gaya (F),
menurut Hooke adalah :
F=kx (1)
dengan M = massa beban (mb) + massa tabung (mt) + massa pegas (fmp), dengan 0 < f < 1.
Persamaan (2) dapat juga ditulis
Bentuk grafik T2 sebagai fungsi (mb) sesuai persamaan (3) merupakan garis lurus.
TUGAS PENDAHULUAN
58
TUJUAN :
1. Pegas
2. Tabung dengan jarum skala
3. Sepuluh beban keping logam
4. Stopwatch
5. Statif berskala dengan klem penggantung
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah massa pegas (mp) dan massa tabung (mt) dengan neraca.
2. Atur semua piranti alat seperti pada gambar 1.
3. Amati posisi ujung jarum skala pada papan skala.
4. Amati posisi ujung jarum skala setelah berturut - turut 1, 2, 3, ..., 10 beban keping
logam dimasukkan ke dalam tabung.
5. Ulangi dengan cara menggetarkan pegas (angkat keatas dengan jari dan lepaskan),
dan ukur untuk 10 getaran dengan stopwatch.
mp = ……………………………. g mt = …………………………. g
TUGAS AKHIR
1. Buat grafik F = f (x) !Hitung regresi liniernya untuk menggambarkan kurvanya !Dari
grafik dan regresinya hitung tetapan pegas !
2. Buat grafik T2 = f (mb) !Hitung regresi liniernya untuk menggambarkan kurvanya
!Dari grafik dan regresinya hitung tetapan pegas dan tentukan harga f pegas !
3. Bandingkan tetapan pegas yang diperoleh tugas 1 dan tugas 2 di atas! Mana yang
lebih teliti? Jelaskan alasannya!
59
PUSTAKA
60