PANDUAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
SEMESTER GENAP 2021/2022
3
DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 4
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar 5
Cara Pembuatan Laporan 9
Pendahuluan 12
Percobaan 1. Pengukuran 29
Percobaan 2. Hukum II Newton 37
Percobaan 3. Pendulum Reversibel 45
Percobaan 4. Hukum Ohm 51
Percobaan 5. Transformator 60
Percobaan 6. Gaya Lorentz 67
4
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar
5
sebelum praktikum dimulai. Kurang dari waktu tersebut
praktikan dianggap gagal melakukan praktikum.
D. Ketentuan
1. Pada dasarnya tidak ada praktikum susulan kecuali bagi yang
berhalangan hadir dikarenakan sakit atau menjadi delegasi
resmi dari kampus. Hal tersebut harus dilengkapi dengan surat
keterangan tidak hadir (dari dokter, dekan, rektor, atau pihak
yang berwenang).
2. Bagi praktikan yang terpaksanya berhalangan hadir seperti
yang tertera dibutir 1, diperbolehkan mengikuti INHALL.
3. Jika praktikan merusakkan atau menghilangkan alat ataupun
fasilitas laboratorium lainnya, maka praktikan harus
mengganti dengan alat yang sama pada praktikum minggu
berikutnya.
4. Pelanggaran terhadap tata tertib ini, praktikan dapat
dikenakan sanksi : peringatan/dinyatakan gagal/dikeluarkan.
5. Komponen penilaian praktikum meliputi :
a. Pretest : 10 %
b. Praktikum : 30 %
c. Laporan : 30 %
d. Ujian Responsi : 30 %
7
6. Apabila praktikan tidak hadir dalam praktikum, nilai pretest,
praktikum dan laporan pada judul praktikum yang
ditinggalkan akan memperoleh nilai NOL.
1. Instrumen Penilaian Lulus Pretest adalah mampu
menjawab dengan baik dan benar 3 dari 5 pertanyaan yang
diajukan asisten.
2. Instrumen Penilaian Praktikum
a. Keaktifan dalam kelompok praktikum.
b. Mampu menggunakan alat praktikum sesuai dengan
prosedur kerja praktikum.
c. Memahami konten konsep bahasan praktikum.
3. Instrumen Penilaian Laporan Praktikum
a. Kelengkapan format laporan praktikum (tertera di
halaman selanjutnya).
b. Orisinalitas karya laporan.
c. Kerapian tulisan dan grafik.
d. Pembahasan laporan minimal 2 paragraf karena
mempunyai komponen nilai tertinggi.
8
Cara Pembuatan Laporan
Praktikum Fisika Dasar
9
E Penutup 5
1. Kesimpulan
2. Saran
F Daftar Pustaka 5
G Lampiran 10
1. Data Hasil Percobaan
2. Proses Perhitungan Data
3. Penyelesaian Soal
Evaluasi (jika ada)
Nama Percobaan
Minggu Ke : ……………………...
11
PENDAHULUAN
1. Umum
Tujuan percobaan-percobaan fisika di Laboratorium Fisika
Dasar adalah untuk melihat secara visual beberapa peristiwa
fisika dalam kejadian sebenarnya, menguji kebenaran hukum
fisika misalnya : hukum lensa, hukum Ohm, dsb., dan mencari
tetapan-tetapan fisika secara kuantitatif. Untuk itu diperlukan
ketelitian dan metode pengamatan.
Mata kuliah praktikum Fisika Dasar ini diberikan agar
mahasiswa :
• Memperoleh kecakapan dan ketrampilan dalam memakai dan
memahami kegunaan peralatan laboratorium.
• Lebih menghayati materi yang diberikan di kuliah dan
memahami hubungan antara teori dan pengamatan.
• Mampu menganalisis, membuat hipotesis, ataupun
kesimpulan dari data yang diperoleh dari hasil percobaan.
• Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan (melalui
diskusi dan pembuatan laporan), mengenal metodologi
penelitian.
Penelitian dalam arti sebenarnya (mencari solusi baru, inovasi,
dsb.) memang belum dilakukan pada taraf percobaan praktikum
fisika dasar ini, tetapi kegiatan praktikum ini sudah mengarah
kepada cara-cara untuk melakukan suatu penelitian.
12
2. Teori Ralat
Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh
karenanya pengukuran besaran fisis merupakan hal yang sangat
penting. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis
dengan besaran fisis sejenis sebagai standar yang telah
diperjanjikan terlebih dahulu. Tujuan mengukur adalah untuk
mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil yang akurat.
Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran
boleh jadi memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga
jika besaran fisis yang sama diukur oleh orang lain. Jadi usaha
untuk memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah
tercapai, dan yang bisa dicapai hanyalah memperoleh hasil
terboleh jadi betul, dan nilai kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur (x) maka hasil ukur terboleh
jadi betul adalah nilai rerata pengukuran (x ) , dan kisaran hasil
13
2.1 Sumber-Sumber Ralat
Setiap hasil pengukuran tidak pernah lepas dari suatu ralat.
Sumber-sumber ralat dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu : ralat sistematik (systematic error), ralat rambang (random
error), dan ralat kekeliruan tindakan.
1. Ralat Sistematik
Ralat kelompok ini memberikan efek yang tetap nilainya
terhadap hasil ukur, dan dapat dihilangkan apabila diketahui
sumber-sumbernya, antara lain faktor-faktor berikut :
a. Alat
Misalnya : kesalahan kalibrasi, meter arus tidak
menunjukkan nol sebelum digunakan (zero error),
ketidakelastisan benda/fatigue.
b. Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam
membaca skala. Hal ini bisa disebabkan selama
pembacaan mata pengamat terlalu ke bawah atau ke atas
terhadap objek yang diamati sehingga nilai yang terbaca
tergeser dari nilai sebenarnya (paralaks).
c. Kondisi Fisis Pengamatan
Misalnya karena kondisi fisis saat pengamatan tidak sama
dengan kondisi fisis saat peneraan alat, sehingga
mempengaruhi penunjukan alat.
14
d. Metode Pengamatan
Ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan
mempengaruhi hasil pengamatan, misalnya sering terjadi
kebocoran besaran fisis seperti panas, cahaya, dsb.
2. Ralat Rambang
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan
berulang untuk besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap
pengukuran itu berbeda. Ralat yang terjadi pada pengukuran
berulang ini disebut ralat rambang, atau ralat kebetulan atau
ralat random.
Faktor-faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai
berikut :
a. Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh
pengamat yang berbeda dari waktu ke waktu.
b. Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi)
Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang
digunakan tidak stabil (berfluktuasi).
c. Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-
alat ukur listrik sehingga dapat mempengaruhi
penunjukkan meter-meter listrik.
d. Definisi
15
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk
lingkaran sempurna maka penentuan diameternyapun
akan menimbulkan ralat.
16
Setiap pengukuran selalu muncul ralat kebetulan, oleh sebab
itu untuk memperkecil ralat ini harus dilakukan pengukuran
berulang, semakin banyak dilakukan pengukuran berulang
semakin baik. Namun demikian tidak semua pengamatan dapat
diulangi sehingga praktikan hanya dapat melakukan pengamatan
sekali saja, untuk ini ralat terjadi pada penaksiran skala. Ralat ini
penaksirannya dilakukan atas dasar akal sehat terkadang sampai
0,1 skala terkecilnya. Ralat kebetulan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yalitu ralat dari pengamatan langsung dan ralat dari
hasil perhitungan.
Pengukuran besaran secara langsung berarti benda tersebut
diukur dan langsung dapat diperoleh hasil ukurnya. Misalnya
mengukur diameter pensil dengan menggunakan jangka sorong.
Pengukuran tak langsung berarti hasil ukur yang dikehendaki
diperoleh melalui perhitungan. Sebagai contoh ingin mengetahui
volume sebatang pensil berbentuk silinder, maka yang dilakukan
adalah mengukur diameter pensil dengan jangka sorong misalnya
dan mengukur panjang pensil dengan mistar.
Ralat pengukuran langsung terjadi karena pengamatan dan ini
termasuk ralat rambang. Ralat pengukuran tak langsung
disumbang oleh ralat rambang dari setiap pengukuran besaran
secara langsung, dan ini menyebabkan ralat yang merambat.
Semakin banyak parameter yang diukur langsung maka ralat
hasil ukur semakin besar. Ini disebabkan adanya perambatan
masing-masing ralat oleh setiap pengukuran langsung yang
17
menyumbang ralat hasil pada pengukuran tak langsung. Berikut
ini diperkenalkan penyebab ralat pada setiap pengukuran.
1. Ralat Pengamatan
Telah diuraikan di atas, bila pengukuran atau pengamatan
dilakukan beberapa kali pada besaran yang diukur secara
langsung, hasilnya berbeda-beda. Misalnya dilakukan
pengukuran sebanyak n kali dengan hasil pengukuran yang
ke i adalah x i ( i = 1,2,3,...n) . Nilai terbaik terboleh jadi
x
n
x1 + x2 + x3 + ... + xn
x= =
i i
(1)
n n
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai
ukur rerata dinamakan deviasi (misal berlambang ), maka :
xi = xi − x (2)
18
n n
(x ) i
2
(x i − x)
2
x = i
= i
(3)
n(n − 1) n(n − 1)
x x
x r = atau xr = 100% (4)
x x
Selanjutnya harga atau nilai dari pengukuran (x) dapat
ditulis:
x = x x (5)
Nilai pengukuran, seringkali dinyatakan dengan kesaksamaan
n
xi
x= i
= 35,590 (7)
n
sedangkan deviasi standarnya
n
(x )
2
i
0,0030
x = i
= = 0.00577 (8)
n(n − 1) 90
20
2. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung,
tetapi dihitung dari pengukuran unsur-unsurnya. Misal
volume sebuah balok dihitung dari perkalian antara panjang,
lebar dan tebal balok yang diukur, kelajuan dihitung dari jarak
tempuh dengan waktu tempuhnya, dsb. Pada pengukuran
panjang, lebar dan tebal balok masing-masing pengukurannya
memberikan ralat, maka dalam perhitungan volume balokpun
akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan ralat dari
setiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang timbul sebagai
hasil perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat
rambatan. Nilai terbaik sangat bergantung pada nilai terbaik
variabel unsurnya.
Secara matematis bila besaran V gayut variabelnya adalah
( x, y, z ) , sehingga V = V ( x, y, z ) , maka nilai terbaiknya
x = x x y = y y z = z z
Dimana:
21
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap
x
V
peubah x , merupakan turunan parsial peubah V
y
V
terhadap peubah y , merupakan turunan parsial
z
peubah V terhadap peubah z .
Perhatikan dua contoh berikut.
Contoh 1 :
V
= l t = (4,26)(3,43) = 14,6118
p
V
= pt = (6,21)(3,43) = 21,3003
l
22
V
= pl = (6,21)(4,26) = 26,4546
t
Berikutnya, deviasi standar reratanya adalah :
2 2 2
V V 2 V 2
V = p 2 + l + t
p l t
V = (14,6118) 2
(0,02) 2 + (21,3003) 2 (0,01) 2 + (26,4546 ) 2 (0,01) 2
= 0,4480
Contoh 2 :
Dalam menentukan jarak titik api (f) lensa cembung, besaran
yang diukur secara langsung ialah jarak dari benda ke lensa
atau jarak benda (s) dan jarak dari lensa ke layar atau jarak
bayangan(s’). Misal dari hasil pengukuran langsung diperoleh
: s = (32,4 0,1) cm dan s' = (13,7 0,1) cm. Telah
diketahui pada lensa tipis berlaku hubungan antara f , s, dan
s’ yakni :
1 1 1
= + atau :
f s s'
s.s ' (32,4)(13,7) 443,88
f = = = = 9,63 cm.
s + s" 32,4 + 13,7 46,1
23
f s '2 (13,7) 2 187,69
= = = = 0,0883
s ( s + s ' ) 2
(32,4 + 13,7) 2
2125,21
3. Metode Grafik
Hasil percobaan apabila hanya disajikan dalam bentuk
angka-angka saja mestinya kurang menarik selain
menjemukan. Hasil percobaan akan menarik apabila angka-
angka tersebut dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik
atau kurva dari variabel yang dikehendaki.
Analisis data dengan metode grafik lebih praktis dan
memudahkan pandangan. Meskipun demikian tidak semua
percobaan hasilnya dapat dianalisis dengan metode grafik.
Kegunaan grafik
a. Grafik sangat menolong melalui pandangan (visual aid),
maksudnya dengan mengamati bentuk grafik saja,
pembaca bisa memperoleh banyak informasi. Misal dapat
24
diketahui di tempat mana atau saat kapan mulai ada
perbedaan antara hasil hitungan dan hasil pengamatan,
dapat diketahui dengan mudah letak benar dan salahnya
dalam menganalisis data, dan sebagainya.
b. Grafik dapat digunakan untuk membandingkan
eksperimen dengan teori.
c. Grafik dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan
empiris antara dua besaran, meskipun pelaku percobaan
belum pernah menyelidiki hubungan teoritis antara dua
besaran tersebut.
d. Grafik dapat digunakan untuk menentukan konstanta atau
koefisien dari suatu rumus, membuktikan rumus.
Membuat grafik
Untuk mendapatkan grafik yang baik, maka perlu
diperhatikan dasar-dasar pembuatan grafik sebagai berikut.
a. Pilihlah sumbu mendatar atau sumbu x atau absis sebagai
besaran sebab atau variabel bebas, dan sumbu tegak atau
sumbu y atau ordinat sebagai besaran efek atau akibat atau
variabel bergantung. Pemilihan besaran pada absis dan
ordinat harus bersesuaian dengan keadaan yang paling
menguntungkan, misalnya bisa menghapus ralat
sistematis.
b. Persamaan yang digunakan harus persamaan linier. Misal
1
hukum Boyle pV = k atau p = k , dengan k =
V
25
konstan, agar persamaannya linier maka sumbu x adalah :
1
sedangkan sumbu y adalah : p . Contoh lagi :
V
1 2 gr 2 ( B − F )
= , dimana t : waktu dan r : jari-jari,
t 9 s
sebaiknya sumbu x diambil besaran : r 2 dan sumbu y :
1
besaran : . Contoh lagi misal I = I 0 e −d sebaiknya
t
diubah menjadi ln I = ln I 0 − d dengan sumbu x :
26
g. Penulisan angka pada sumbu-sumbunya hendaknya yang
sederhana, misal jangan dituliskan angka 0,000005 tetapi
5x10-6.
h. Berilah tanda yang jelas pada titik-titik pengamatan,
gunakan tanda berbeda bila melukiskan beberapa kurva di
satu grafik.
i. Tarik garis grafik secara halus dan merata (atau garis
lurus) yang menerusi daerah titik-titik pengamatan, jangan
melukis garis patah-patah yang menghubungkan tiap dua
titik pengamatan yang berurutan.
j. Grafik garis lurus jangan dipaksa ditarik melalui titik nol,
tetapi hendaknya ditarik garis lurus yang paling cocok
melalui daerah titik-titik pengamatan. Dengan cara ini
mungkin satu atau lebih ralat sistematis akan terungkap.
k. Garis ditarik melalui titik-titik data terboleh jadi, artinya
tidak setiap titik data harus dilalui. Slope ketidakpastian
ditarik dari titik data paling menyimpang di kedua ujung
data dan dihubungkan dengan titik tengah (pusat) data.
Kedua garis itu memberi makna, bahwa siapapun yang
menarik garis selalu antara garis terboleh jadi dan garis
ketakpastian.
l. Garis yang melalui titik-titik data terbolehjadi
memberikan slope terbolehjadi, sedangkan garis yang
melalui ujung titik data grafik yang paling menyimpang
memberikan slope ketidakpastian. Slope terbolehjadi dan
27
slope ketidakpastian digunakan untuk menentukan nilai
ukur (yang dituju) terboleh jadi dan ketidakpastiannya.
28
Percobaan 1
PENGUKURAN
I. Tujuan
1. Mempelajari prinsip pengukuran
2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan
ketebalan benda
3. Melakukan pengukuran berat
29
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses
pengukuran, atau derajat untuk membedakan satu
pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur
perubahan input atau variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang
mampu ditanggapi oleh alat ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya
variabel yang diukur.
30
Dalam melakukan pengukuran menggunakan skala, kita
harus menghindari kesalahan melihat (paralaks). Pada saat
mengukur, posisi mata harus lurus dengan skala yang dibaca.
31
Gambar 1.2 Jangka Sorong dan bagiannya
32
2. Mengukur Massa
Pengukuran massa banyak dilakukan menggunakan neraca
atau timbangan yang bekerja atas dasar prinsip tuas. Jenis neraca
yang umum digunakan di laboratorium, antara lain neraca emas.
Pada neraca emas ini benda yang hendak ditentukan massanya
diseimbangkan dengan sejumlah massa yang telah ditera,
disebut batu timbangan. Apabila sudah seimbang maka massa
benda sama dengan massa batu timbangan tersebut.
Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser.
Neraca ini memiliki beberapa lengan berbeban yang dapat
digeser-geser yang disebut Neraca Ohauss. Neraca Ohauss ada
yang memiliki 3 lengan, ada juga yang memiliki 4 lengan. Pada
tiap lengan terdapat skala yang langsung menyatakan massa
benda yang diukur pada waktu lengan batang seimbang dengan
beban.
Misalnya pada neraca Ohauss 3 lengan, beban geser
menunjukkan berturut-turut 100g, 20g, dan 3g, maka massa
beban itu sama dengan 100 + 20 + 3 = 123 gram.
Keuntungan neraca jenis ini adalah selama kita menimbang
tidak ada batu timbangan yang lepas, jadi kemungkinan
hilangnya batu timbangan lebih kecil dan penimbangan
berlangsung lebih cepat.
33
Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol
yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting.
Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol
yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda
koma, tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol yang
terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting,
kecuali ada penjelasan lain.dan penimbangan berlangsung lebih
cepat.
34
6. Tentukan ketipisan/ketebalan dari gelas ukur, kawat dan plat
Cu dengan mikrometer sekrup!
7. Hitung massa benda dengan menggunakan neraca!
8. Catat hasil pengamatan anda sebagai Data Laporan
Sementara!
9. Akhiri dengan hamdalah!
V. Analisis Data
Hasil Pengamatan
Pengukuran berdimensi Panjang
No p ± Δp t ± Δt ℓ ± Δℓ
VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran? Bagaimana cara
untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran?
2. Apa yang membedakan massa dengan berat? Berat ataukah
massa yang terbaca oleh neraca? Jelaskan!
3. Mengapa untuk mengukur diameter kawat menggunakan
mikrometer sekrup, tidak menggunakan jangka sorong?
VII. Referensi
[1] Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE
Systeme GmbH & Co. KG . D-37070 Göttingen
35
[2] Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika
Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga,
Jakarta
[3] Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit
Erlangga, Jakarta
36
Percobaan 2
HUKUM II NEWTON
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep hukum II Newton.
2. Menentukan besarnya kecepatan dan percepatan.
3. Melakukan pengukuran gaya.
37
Gambar 2.1. Air Track, alat ini digunakan untuk percobaan pemindaian
kecepatan dan percepatan
38
Jika dalam pengukuran waktu digunakan lambang t1....t4
d2r
Dimana : a =
dt 2
Yang selanjutnya disebut sebagai percepatan. Adapaun
kecepatan yang dapat anda peroleh melalui persamaan berikut :
F
v(t ) = t (3)
m
1F 2
r (t ) = t (4)
2m
(m1 + m2 ) a = m1 g (6)
40
Gambar 2.3 Beberapa grafik yang menggambarkan hubungan antara
kecepatan, percepatan, gaya dan massa dengan waktu.
41
14. Slotted weight, 10 g, black
15. Weight holder 1 g
16. Slotted weight, 1 g, natur.colour
17. Barrel base
18. Support rod –PASS-, square, l = 400 mm
42
9. Tekan pengait sehingga screen berjalan, dan biarkan
detektor menghitung. Catat waktu itu.
10. Ulangi prosedur dengan mengganti beban untuk variasi
massa atau dengan mengubah jarak antar detektor.
11. Catat hasil pengamatan anda sebagai Data Laporan
Sementara!
12. Akhiri dengan hamdalah!
V. Analisis Data
Hasil Pengamatan
Massa Pemberat = … kg
VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan jarak, perpindahan, kecepatan
dan percepatan itu?
2. Bagaimana anda memperoleh percepatan dari data
kecepatan? Jelaskan!
3. Bagaimana dengan percepatan yang diperoleh dari faktor
gaya? Jelaskanlah!
VII. Referensi
43
[1] Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE
Systeme GmbH & Co. KG . D-37070 Göttingen.
[2] Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika
Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
[3] Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
[4] Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
44
Percobaan 3
PENDULUM REVERSIBEL
I. Tujuan
1. Menentukan periode osilasi pendulum.
2. Menentukan besarnya percepatan gravitasi.
45
dengan i adalah kecepatan sudut partikel ke-i. Jika ' adalah
panjang batang pendulum yang diubah-ubah dan M adalah
massa benda total sedangkan S adalah jarak antara pusat massa
dengan sumbu rotasi, dan Js adalah momen inersia. Sistem ini
digambarkan sebagai mana dibawah ini
( )
E = E p + E k = 12 2 J s + Ms 2 − Mgs. cos = const (3)
Persamaan di atas adalah persamaan difrensial orde 1, yang
mana solusi analitiknya adalah
2 + Mgs
J s + Ms 2
2 =C (4)
Solusi umum dari persamaan terakhir adalah :
46
(t ) = 0 sin (t + ) (5)
dengan 0 adalah amplitude osilasi dan adalah fase.
Frekuensi osilasi dinyatakan dengan
= 2
T = Mgs
J s + Ms 2 (6)
r = Js
Ms +s (7)
Periode osilasi pendulum dinyatakan dengan persamaan
r
T = 2 g (8)
47
IV. Prosedur Kerja
48
10. Catatlah dalam tabel.
11. Ubahlah jarak antar bearing bosshead, dengan menggeser
bearing bagian bawah (bearing atas sebagai sumbu osilasi,
posisi tetap).
12. Ulangi langkah 6-10.
49
Tabel 2 Periode Osilasi pendulum untuk sumbu rotasi divariasi
VI. Referensi
PHYWE series of publications • Laboratory Experiments •
Physics • PHYWE SYSTEME GMBH • Mechanics
Dynamics Reversibel Pendulum 1.2.22.00, Göttingen,
Germany.
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
50
Percobaan 4
HUKUM OHM
I. Tujuan
1. Memahami prinsip Hukum Ohm
2. Mempelajari pengaruh hambatan yang dirangkai secara seri
dan paralel terhadap besarnya tegangan dan arus listrik
3. Menentukan besarnya hambatan listrik dengan menggunakan
hubungan antara tegangan dan arus listrik
51
Q dQ
I = lim = (1)
t → 0 t dt
Satuan untuk arus listrik adalah Ampere atau Coulomb per detik
(C/s).
5
tegangan V (volt)
2
α
1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
kuat arus I (ampere)
52
Jika kemiringan grafik disebut hambatan R, maka hubungan
antara tegangan V dan kuat arus I dapat dinyatakan dengan
persamaan :
R = tan α (2)
di mana α adalah sudut antara sumbu kuat arus dan garis grafik.
atau
V=IR (3)
Persamaan (3) dinyatakan oleh Simon Ohm, sehingga
dinamakan hukum ohm, yang berbunyi : tegangan V pada
komponen yang memenuhi hukum ohm adalah sebanding
dengan kuat arus I yang melalui komponen tersebut, jika suhu
dijaga konstan.
V
Persamaan (3) dapat pula ditulis R = ; sehingga satuan SI
I
untuk hambatan adalah volt per ampere (V/A) atau ohm (Ω).
seri paralel
Gambar 4.3 Rangkaian hambatan seri dan paralel
53
Hambatan ekivalen: hambatan tunggal dari gabungan beberapa
resistor.
54
1 1 1
I = I1 + I 2 + I 3 = Vab + +
R1 R2 R3
I 1 1 1 (6)
= + +
Vab R1 R2 R3
1 1 1 1
= + +
Rek R1 R2 R3
I1 R2
= (8)
I 2 R1
56
6. Lihat nilai arus pada masing-masing resistor yang terukur
multimeter!
7. Catat nilai tegangan dan arus pada setiap perubahan
tegangan power supply pada tabel data percobaan.
8. Ulangi percobaan untuk skema C!
Skema Percobaan
Skema A Skema B
v 100 Ω 100 Ω
L
A A
ε ε
Skema C
100 Ω
100 Ω
A
57
V. Metode Analisa Data
1. Buatlah tabel antara tegangan (V) dan kuat arus (I) dan
tentukan nilai hambatan (R) dengan menggunakan hukum
Ohm!
VI. Evaluasi
1. Apakah nilai hambatan (R) dipengaruhi oleh arus dan
tegangan sumber? Jelakan pendapat anda!
58
2. Setelah didapatkan nilai tegangan dan arus pada rangkaian
seri dan paralel, apa yang dapat disimpulkan dari data anda
dan jelaskan!
3. Jelaskan kembali konsep hukum Ohm setelah anda
bereksperimen!
VII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
59
Percobaan 5
KONSEP TRANSFORMATOR
I. Tujuan
1. Mempelajari prinsip kerja transformator step up.
2. Mempelajari prinsip kerja transformator step down.
60
Jenis-jenis transformator
a. Transformator Step Up
Transformator Step Up adalah transformator yang digunakan
untuk menaikkan tegangan bolak-balik (AC). Pada
transformator ini, jumlah lilitan kumparan sekunder lebih
banyak daripada lilitan kumparan primer.
b. Transformator Step Down
Transformator Step Down adalah transformator yang
digunakan untuk menurunkan tegangan bolak-balik (AC).
Pada transformator ini, jumlah lilitan kumparan primer lebih
banyak daripada jumlah lilitan kumparan sekunder.
61
berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada
kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.
(1)
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan
oleh kumparan sekunder adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer ,
62
Sehingga dapat dituliskan:
Prinsip step up
1. Pada coil yang akan dijadikan kumparan primer, pilihlah 2
tap sehingga menghasilkan 42 lilitan.
2. Hubungkan kumparan primer ke power supply AC 6 V.
3. Hubungkan secara paralel, Kumparan primer dengan
multimeter. Kemudian letakkan selector pada voltmeter AC
10 V.
4. Pada koil yang ditentukan sebagai kumparan sekunder, pilih
tap 42 lilitan.
5. Hubungkan kumparan sekunder dengan multimeter.
Letakkan selector pada voltmeter AC 30 V.
6. Colokkan kabel power supply ke sumber listrik PLN, lalu
tekan saklar on pada power supply.
7. Amati nilai yang ditunjukkan oleh dua multimeter. Catat
nilai ini ke dalam tabel.
8. Tekan off power supply.
64
9. Gantilah jumlah lilitan kumparan sekunder dengan
mengganti tap sehingga jumlah lilitannya lebih besar dari
kumparan primer.
10. Catat nilai tegangan yang dihasilkan setelah di on kan.
11. Lakukan hal di atas untuk jumlah lilitan yang lebih besar.
Prinsip step Up
No Np Ns Vs Vp
65
VI. Referensi
PHYWE series of publications • Laboratory Experiments •
Physics • PHYWE SYSTEME GMBH • Göttingen,
Germany.
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
66
Percobaan 6
GAYA LORENTZ
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep gaya Lorentz
2. Menentukan arah gaya Lorentz
3. Mempelajari induksi magnetik
4. Menentukan besarnya medan magnet
67
Sehingga besarnya gaya Lorentz yang dialami oleh konduktor
dapat dituliskan menjadi :
FL = B.I.L (3)
Arah gaya Lorentz terhadap B dan I pada konduktor dapat
diilustrasikan seperti pada Gambar 8.1 dibawah ini
69
- Seimbangkan posisi timbangan dengan memutar
skala pada timbangan.
- Catat gaya yang terukur pada tabel.
V. Metode Analisa
1. Catatlah hasil pengamatan anda dalam tabel
a.1 Untuk l konstan, l = ... m
No I (A) m (kg) F (N)
70
3. Buatlah grafik antara F dan I, kemudian tentukan nilai B dari
gradien grafik untuk percobaan dengan l konstan.
4. Hitunglah nilai B dengan menggunakan persamaan 3.
5. Tentukanlah ketelitian dan ketepatan pengukuran.
VI. Evaluasi
1. Jelaskan secara singkat dan jelas, tentang Gaya Lorentz!
2. Bagaimana hubungan antara arus dan besarnya gaya pada
suatu kumparan yang dialiri arus?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan induksi magnetik!
4. Gambarkan grafik hubungan antara besarnya gaya Lorentz
sebagai fungsi arus yang mengalir dalam kumparan!
VII. Referensi
Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2. Jakarta : Erlangga.
Sears dan Zemansky. 2003. Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman. Jakarta : Erlangga.
David Halliday & Robert Resnick. 1993. Fisika Jilid 2. Jakarta
: Erlangga.
Giancolli. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 1979. Seri Fisika, Fisika Dasar : Listrik Magnet dan
Termofisika. ITB Bandung.
71
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA