Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUDI KASUS BMT INSAN MANDIRI SRAGEN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Keuangan Usaha Mikro Syariah

Dosen Pembimbing : Kartika Marella Vanni, S.S.T., M.E.

Disusun Oleh :

Irfan Nur Khalish (1905036156)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERISTAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul. ”Studi Kasus
BMT Insan Mandiri Sragen”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas matakuliah “Keuangan Usaha Mikro Syariah” .

Meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan


hambatan dan kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak
makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbang saran dan keritik dari
semua pihak yang membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas
dukungannya sehingga terwujudnya makalah ini.

Sragen, 6 November 2020

Penyusun
BAB I

A. PENDAHULUAN

Multi Level Marketing merupakan sesuatu yang baru dalam Islam namun dalam
perkembangannya sistem pemasaran ini banyak digunakan dalam berbagai perusahaan
yang memproduksi barang dan jasa terutama muslim sendiri. Mengingat bahwa Islam
sendiri memperbolehkan segala jenis perkara dunia ini terkecuali yang bertentangan
dengan norma hukum dan nilai-nilai dalam Islam maka sistem MLM ini insyaAllah
dapat dikategorikan sebagai muamalah yang halal.

Multi Level Marketing pastinya bukan berasal dari bahasa Indonesia dilihat dari
kata-kata dari serapan bahasa asing yakni Inggris , mengartikan sebuah sistem
marketing yang memiliki banyak member dengan jenjang level dalam pemasaranya.
Meskipun demikian ternyata sistem marketing ini memiliki permasalahan yang
disebabkan kemiripan dengan sistem bisnis Illegal dan bertentangan dengan nalar
manusia. Kemudian Agama sendiri (Islam) mengharamkan sistem tersebut. Tidak lain
adalah skema Piramid yakni bisnis yang dzalim lagi jahat yang hampir memiliki
kesamaan dalam rekruitmen member atau anggotanya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Multi Level Marketing ?
2. Apa saja tataLaksana Multi Level Marketing ?
3. Bagaimana kedudukan hukum Multi Level Marketing ?
4. Apa saja Fatwa DSN MUI tentang PLBS ?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Multi Level Marketing
2. Untuk bisa mengetahui tata laksana Multi Level Marketing
3. Untuk bisa memahami kedudukan hukum Multi Level Marketing
4. Untuk bisa mengetahui apa saja Fatwa DSN MUI mengenai PLBS
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Multi Level Marketing


Multi Level Marketing (MLM) dari segi estimologis maka dapat diartikan yakni.
Multi yang berarti banyak, Level yang berarti bertingkat dan Marketing berarti
pemasaran. Marketing mencakup aspek produk jasa dan barang, harga, distribusi dan
promosi sedangkan Multi Level menyakut arti peran organisasi distributor secara
berjenjang. Maka MLM ini dapat diartikan sebagai metode pemasaran yang
menggunakan organisasi distributor secara  berjenjang.
Multi Level Marketing merupakan suatu bentuk pemasaran dalam
perdagangan modern dengan sistem menjual produk secara langsung dari produsen ke
konsumen. Penjualan ini dikenal denagn sistem Direct Selling dimana aktivitas yang
terjadi dalam  pemasaran hal tersebut dilakukan penjualan dengan disertai penjelasan,
presentasi dan demo  produk. Menurut J. Clothier, Multi Level Marketing adalah
metode penjualan secara langsung kepada konsumen melalui suatu jaringan yang
dikembangkan para distributor lepas. Kemudian menurut David Roller mengatakan “
Multi Level Marketing adalah sistem yang melalui sebuah induk perusahaan yang
melakukan distribusi barang atau jasa lewat suatu  jaringan orang-orang bisnis
independen. Orang-orang ini kemudian mensponsori orang  berikutnya untuk
mendistribusikan barang atau jasa tersebut1
B. Tata Laksana Multi Level Marketing
Pertama, pihak perusahaan melakukan usaha untuk menjaring konsumen untuk
menjadi anggota atau member dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli
paket produk perusaahaan dengan harga tertentu.
Dengan membeli paket produk perusahaan itu, pihak pembeli diberikan satu
formulir keanggotaan atau member dari perusahaan. Sesudah menjadi memberi, maka
tugas selanjutnya adalah mencarai member baru dengan cara yang sama yakni
membeli produk perusahaan dengan mengisi formulir keanggotaan.Para member baru
kemudian mencari calon member baru lagi dengan cara yang sama. Jika member
mampu menjaring banyak member, maka dia akan memperoleh bonus dari
perusahaan.
Dengan terdapatnya para member baru ini sekaligus menjadi konsumen tetap
produk perusahaaan, maka member yang berada di level pertama, kedua dan
seterusnya akan selalu memperoleh bonus secara estafet dari perusahaan, sebab
perusahaan sangat diuntungkan dengan adanya member baru tersebut.
Proses untuk menjadi member dalam jaringan bisnis pemasaran seperti ini,
biasanya setiap orang harus menjadi member (anggota jaringan) dengan mengisi
formulir membership serta membayar sejumlah uang pendaftaran, disertai dengan
pembelian produk tertentu agar member tersebut mempunyai point, dan kadang
tanpa pembelian produk. Perolehan point menjadi sangat penting, karena akan
1
https://www.academia.edu/36250209/MULTI_LEVEL_MARKETING
menjadi tolok ukur besar kecilnya bonus yang diperoleh. Point tersebut bisa
dihitung berdasarkan pembelian langsung, atau tidak langsung. Pembelian
langsung biasanya dilakukan oleh masing-masing member, sedangkan pembelian
tidak langsung biasanya dilakukan oleh jaringan member tersebut. Dari sini,
kemudian ada istilah bonus jaringan. Karena dua kelebihan inilah, biasanya bisnis
MLM ini diminati banyak kalangan. Ditambah dengan potongan harga yang tidak
diberikan kepada orang yang tidak menjadi member.2
C. Kedudukan Hukum Multi Level Marketing
Beberapa pendapat mengenai kedudukan mlm :
1. Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Di dalam transaksi dengan metode
MLM, seorang anggota mempunyai dua kedudukan: Kedudukan pertama, sebagai
pembeli produk, karena dia membeli produk secara langsung dari perusahaan atau
distributor. Pada setiap pembelian, biasanya dia akan mendapatkan bonus berupa
potongan harga. Kedudukan kedua, sebagai makelar, karena selain membeli produk
tersebut, dia harus berusaha merekrut anggota baru. Setiap perekrutan dia mendapatkan
bonus juga. Pertanyaannya adalah bagaimana hukum melakukan satu akad dengan
menghasilkan dua akad sekaligus, yaitu sebagai pembeli dan makelar?
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam telah melarang dua pembelian dalam satu
pembelian. ( HR Tirmidzi, Nasai dan Ahmad. Berkata Imam Tirmidzi : Hadist Abu
Hurairah adalah hadist Hasan Shahih dan bisa menjadi pedoman amal menurut para
ulama) Imam Syafi i rahimahullah berkata tentang hadist ini, sebagaimana dinukil Imam
Tirmidzi, Yaitu jika seseorang mengatakan, Aku menjual rumahku kepadamu dengan
harga sekian dengan syarat kamu harus menjual budakmu kepadaku dengan harga
sekian. Jika budakmu sudah menjadi milikku berarti rumahku juga menjadi milikmu.
(Sunan Tirmidzi, Beirut, Dar al Kutub al Ilmiyah, Juz : 3, hlm. 533).
"Tidak halal menjual sesuatu dengan syarat memberikan hutangan, dua syarat
dalam satu transaksi, keuntungan menjual sesuatu yang belum engkau jamin, serta
menjual sesuatu yang bukan milikmu." (HR. Abu Daud) Alasan diharamkan transaksi
seperti ini adalah tidak jelasnya harga barang dan menggantungkan suatu transaksi
kepada syarat yang belum tentu terjadi. (Al Mubarkufuri, Tuhfadh al Ahwadzi, Beirut,
Dar al Kutub al Ilmiyah, Juz : 4, hlm. 358, asy Syaukani, Nailul Author, Riyadh, Dar an
Nafais, juz : 5, hlm: 173)
2. Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Di dalam MLM terdapat makelar
berantai. Sebenarnya makelar (samsarah) dibolehkan di dalam Islam, yaitu transaksi di
mana pihak pertama mendapatkan imbalan atas usahanya memasarkan produk dan
pertemukannya dengan pembelinya. Adapun makelar di dalam MLM bukanlah
memasarkan produk, tetapi memasarkan komisi. Maka, kita dapatkan setiap anggota
MLM memasarkan produk kepada orang yang akan memasarkan dan seterusnya,
sehingga terjadilah pemasaran berantai. Dan ini tidak dibolehkan karena akadnya
mengandung gharar dan spekulatif.
3. Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Di dalam MLM terdapat unsur
perjudian, karena seseorang ketika membeli salah satu produk yang ditawarkan,
sebenarnya niatnya bukan karena ingin memanfaatkan atau memakai produk tersebut,
tetapi dia membelinya sekedar sebagai sarana untuk mendapatkan point yang nilainya

2
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/05/pengertian-mlm-cara-kerja-jenis-kelebihan-kekurangan-
multi-level-marketing.html
jauh lebih besar dari harga barang tersebut. Sedangkan nilai yang diharapkan tersebut
belum tentu ia dapatkan.
4. Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Di dalam MLM banyak terdapat
unsur gharar (spekulatif) atau sesuatu yang tidak ada kejelasan yang diharamkan Syariat,
karena anggota yang sudah membeli produk tadi, mengharap keuntungan yang lebih
banyak. Tetapi dia sendiri tidak mengetahui apakah berhasil mendapatkan keuntungan
tersebut atau malah merugi.
5. Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Di dalam MLM terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan kaidah umum jual beli, seperti kaidah : Al Ghunmu bi al Ghurmi,
yang artinya bahwa keuntungan itu sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan atau resiko
yang dihadapinya. Di dalam MLM ada pihak-pihak yang paling dirugikan yaitu mereka
yang berada di level-level paling bawah, karena merekalah yang sebenarnya bekerja
keras untuk merekrut anggota baru, tetapi keuntungannya yang menikmati adalah orang-
orang yang berada pada level atas. Merekalah yang terus menerus mendapatkan
keuntungankeuntungan tanpa bekerja, dan mereka bersenang-senang di atas penderitaan
orang lain. Apalagi jika mereka kesulitan untuk melakukan perekrutan, dikarenakan
jumlah anggota sudah sangat banyak.
6. Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Transaksi dengan sistem MLM
mengandung riba riba fadhl, karena anggotanya membayar sejumlah kecil dari hartanya
untuk mendapatkan jumlah yang lebih besar darinya, seakan-akan ia menukar uang
dengan uang dengan jumlah yang berbeda. Inilah yang disebut dengan riba fadhl (ada
selisih nilai). Begitu juga termasuk dalam kategori riba nasi ah, karena anggotanya
mendapatkan uang penggantinya tidak secara cash. Sementara produk yang dijual oleh
perusahaan kepada konsumen tiada lain hanya sebagai sarana untuk barter uang tersebut
dan bukan menjadi tujuan anggota, sehingga keberadaannya tidak berpengaruh dalam
hukum transaksi ini.
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Agar sharia compliance, perusahaan
yang menggunakan sistem MLM harus tunduk pada Fatwa DSN MUI No : 75/DSN
MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

Ketentuan Umum PLBS :

1. Penjualan Langsung Berjenjang adalah cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan
pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah
perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut. Barang adalah setiap benda
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat dimiliki, diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen.
2. Ketentuan Umum PLBS Produk jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan
atau pelayanan untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Perusahaan adalah badan usaha yang
berbentuk badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan atau
produk jasa dengan sistem penjualan langsung yang terdaftar menurut peraturan
perundangundangan yang berlaku.
3. Ketentuan Umum PLBS Konsumen adalah pihak pemakai barang dan atau jasa, dan
tidak untuk diperdagangkan. Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan
kepada mitra usaha atas penjualan yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan
berdasarkan prestasi kerja nyata, yang terkait langsung dengan volume atau nilaihasil
penjualan barang dan atau produk jasa. Bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan
oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, karena berhasil melampaui target
penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan.
4. Ketentuan Umum PLBS Ighra adalah daya tari luar biasa yang menyebabkan orang lalai
terhadap kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka
mempereroleh bonus atau komisi yang dijanjikan. Money Game adalah kegiatan
penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik memberikan
komisi dan bonus dari hasil perekrutan/pendaftaran Mitra Usaha yang baru/bergabung
kemudian dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun
produk yang dijual tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak mempunyai
mutu/kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Ketentuan Umum PLBS Excessive mark-up adalah batas marjin laba yang berlebihan
yang dikaitkan dengan hal-hal lain di luar biaya. Member get member adalah strategi
perekrutan keanggotaan baru PLB yang dilakukan oleh anggota yang telah terdaftar
sebelumnya. Mitra usaha/stockist adalah pengecer/retailer yang menjual/memasarkan
produk-produk penjualan langsung.

Ketentuan Hukum PLBS :

1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa;
Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau
yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram; Transaksi dalam perdagangan tersebut
tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat.
2. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up), sehingga
merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/manfaat yang diperoleh;
Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya
harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau
nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra
usaha dalam PLBS.
3. Ketentuan Hukum PLBS Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra
usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target
penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan; Tidak boleh ada
komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan
pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa; Pemberian komisi atau bonus oleh
perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra.
4. Ketentuan Hukum PLBS Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian
bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya; Sistem perekrutan
keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak
mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti
syirik, kultus, maksiat dan lainlain; Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan
keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan danpengawasan kepada anggota yang
direkrutnya tersebut; Tidak melakukan kegiatan money game.

Ketentuan Akadnya :

1. Ketentuan Akad Akad Bai /Murabahah merujuk kepada substansi Fatwa No. 4/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah, dan Fatwa No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon
dalam Murabahah.
2. Akad Wakalah bil Ujrah merujuk kepada substansi Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006
tentang Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
3. Akad Ju’alah merujuk kepada substansi Fatwa No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad
Ju’alah.
Akad Ijarah merujuk kepada substansi Fatwa No. 9/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Ijarah.3
D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) Tentang Multi
Level Marketing
DSN MUI sudah mengeluarkan fatwa tentang MLM dengan nama Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah No 75 Tahun 2009.. DSN MUI menetapkan sebagai
berikut :
1.Penjualan Langsung Berjenjang adalah cara penjualan barang atau jasa melalui
jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha kepada
sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut
2.Barang adalah setiap benda berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat dimiliki, diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
3.Produk jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan untuk
dimanfaatkan oleh konsumen.
4.Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan barang dan atau produk jasa dengan sistem penjualan
langsung yang terdaftar menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.Konsumen adalah pihak pemakai barang dan atau jasa, dan tidak untuk
diperdagangkan.
6.Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas
penjualan yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi
kerja nyata, yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang
dan atau produk jasa.
7.Bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra
usaha atas penjualan, karena berhasil melampaui target penjualan barang dan atau
produk jasa yang ditetapkan perusahaan.
8.Ighra’ adalah daya tari luar biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap
kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka mempereroleh
bonus atau komisi yang dijanjikan.
9.Money Game adalah kegiatan penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan
uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perek-
rutan/pendaftaran Mitra Usaha yang baru/bergabung kemudian dan bukan dari
hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual
tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat
dipertanggung jawabkan.
10.Excessive mark-up adalah batas marjin laba yang ber-lebihan yang dikaitkan
dengan hal-hal lain di luar biaya.

3
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:vhWFd16cF-
MJ:https://media.neliti.com/media/publications/177949-ID-
none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
11.Member get member adalah strategi perekrutan keang-gotaan baru PLB yang
dilakukan oleh anggota yang telah terdaftar sebelumnya.

12.Mitra usaha/stockist adalah pengecer/retailer yang men-jual/memasarkan produk-


produk penjualan langsung.
Ketentuan Hukum Islam :

Praktik PLBS wajib memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa;
2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan
dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram;
3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar, maysir,
riba, dharar, dzulm, maksiat;
4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up), sehingga
merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/manfaat yang
diperoleh;
5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun
bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung
dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus
menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS;
6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas
jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan
barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan;
7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler
tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa;
8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak
menimbulkan ighra’.
9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota
pertama dengan anggota berikutnya;
10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang
dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan
akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan lain-lain;
11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban
melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut;
12.Tidak melakukan kegiatan money game.

Demikianlah isi fatwa DSN-MUI mengenai MLM Syariah yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional pada tahun 2009.4

4
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:rdBwwGoeK8UJ:ejournal.radenintan.ac.id/index.php/asas/article/download/1647/1369+&cd=3&hl=i
d&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Multi Level Marketing merupakan sesuatu yang baru dalam Islam namun dalam
perkembangannya sistem pemasaran ini banyak digunakan dalam berbagai
perusahaan yang memproduksi barang dan jasa terutama muslim sendiri.
Dalam tatalaksana dalam Multi Level Marketing Pertama, orang yang ingin
bergaung akan disponsori oleh seorang distributor perusahaan MLM. Selanjutnya,
untuk bisa didaftar sebagai anggota atau distributor setiap orang diwajibkan
membayar sejumlah uang yang sudah ditentukan besarnya. Sesudah membayar uang
pangkal tersebut, anggota atau distributor akan menadatangai suatu kontrak yang
sifatnya mengikat distributor dan perusahaan. Para distributor kemudian menjalankan
kegiatan menjual produk-produk perusahaan kepada konsumen dan juga
mengembangkan jaringan penjualan seluas-luasnya.
Pendapat Jumhur Ulama tentang Keharaman MLM Di dalam transaksi dengan
metode MLM, seorang anggota mempunyai dua kedudukan: Kedudukan pertama, sebagai
pembeli produk, karena dia membeli produk secara langsung dari perusahaan atau distributor.
Pada setiap pembelian, biasanya dia akan mendapatkan bonus berupa potongan harga.
Kedudukan kedua, sebagai makelar, karena selain membeli produk tersebut, dia harus
berusaha merekrut anggota baru. Setiap perekrutan dia mendapatkan bonus juga.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/36250209/MULTI_LEVEL_MARKETING
2. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/05/pengertian-mlm-cara-kerja-jenis-kelebihan-
kekurangan-multi-level-marketing.html
3. https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:vhWFd16cF-
MJ:https://media.neliti.com/media/publications/177949-ID-
none.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
4. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:rdBwwGoeK8UJ:ejournal.radenintan.ac.id/index.php/asas/article/download/1647/1369+&cd
=3&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d

Anda mungkin juga menyukai