Anda di halaman 1dari 6

Lembar tugas Revisi Drs. Kunto Purbono, M.Sc.

Judul TA : Rancang bangun alat penanam padi manual dengan penggerak engkol
Nama : Yudi David E.
NIM : 3.21.17.2.23

1. Jajar Legowo adalah salah satu sistem


penanaman padi di Indonesia yang
pada intinya dilakukan dengan cara
mengatur jarak antar benih pada saat
penanaman. Sistem ini telah
terbukti dapat meningkatkan
hasil padi dibanding dengan
Sumber : Wikipedia bahasa
penggunaan sistem tradisional. Indonesia, ensiklopedia bebas

Pengertian
Jajar legowo pada dasarnya berasal dari kata jajar bercampur lego (lega),
dan dowo (panjang), yang keduanya berasal dari bahasa Jawa, diperkenalkan
oleh seorang pejabat dinas pertanian Banjarnegara, Legowo.[1] Cara ini
diperkenalkan tahun 1996. Namun makna aslinya adalah cara tanam padi
sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan
kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong
dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan.[2][3]
Referensi
a. ^ "Tanam Padi Sistem Jajar Legowo". Dinas Pertanian dan Perikanan
Majalengka. Diakses tanggal 13 Juni 2015.
b. ^ "SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO". bbppbinuang.info. 5
Februari 2015. Diakses tanggal 13 Juni 2015.
c. ^ "Penyesuaian Varietas Padi dalam Sistem Tanam Jajar
Legowo". Departemen Pertanian Republik Indonesia. 5 Mei 2015.
Diakses tanggal 13 Juni 2015.
2. Gambar diagram σ-ε mild steel

3. Terangkan dengan jelas tegangan renggangan mild steel


a. Batas elastic σE
(elastic limit) Dalam gambar dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah
bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya
dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula
(tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol” pada
titik O.
b. Batas proporsional σp
(proportional limit) biasanya batas proporsional sama dengan batas
elastis.
c. Deformasi plastis
(plastic deformation) Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke
keadaan semula. Pada Gambar yaitu bila bahan ditarik sampai melewati
batas proporsional dan mencapai daerah landing.
d. Tegangan luluh atas σuy
(upper yield stress) Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki
fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis.
e. Tegangan luluh bawah σly
(lower yield stress) Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-
benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan
luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
f. Regangan luluh εy
(yield strain) Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase
deformasi plastis.
g. Regangan elastis εe
(elastic strain) Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan.
Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
h. Regangan plastis εp
(plastic strain) Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan
permanen bahan.
i. Regangan total
(total strain) Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan
elastis, εT = εe+εp. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik
B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan,
posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE)
adalah regangan plastis.
j. Tegangan tarik maksimum TTM
(UTS, ultimate tensile strength) Pada gambar ditunjukkan dengan titik
C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam
uji tarik.
k. Kekuatan patah
(breaking strength) Pada gambar ditunjukkan dengan titik D,
merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.
4. Contoh pengaplikasian σ-ε mild steel pada industri

Gambar Kurva tegangan-regangan hasil uji tarik, baja karbon rendah/mild steel

Modulus elastisitas
Titik pl pada gambar menunjukkan batas “proporsional” dimana dibawah titik itu
tegangan sebanding dengan regangan. Sifat proporsional ini dapat diformulasikan
dengan hukum Hooke :

E adalah kemiringan kurva tegangan-regangan sampai batas proporsional dan


disebut sebagai Modulus Elastisitas material atau Modulus Young. E adalah
merupakan ukuran kekakuan material pada batas elastisnya.
Batas elastis (elastic limit)
Titik el pada gambar adalah batas elastis, atau titik dimana bila batas ini terlewati,
material akan mengalami perubahan permanen atau deformasi plastis. Batas
elastis ini juga merupakan tanda batas daerah perilaku elastis dengan daerah
perilaku plastis.

Contoh aplikasi di industri :


Pada industri yang bergerak dibidang karoseri, proses manufaktur dengan bahan
dasar pelat/mild steel (Sheet Metal Forming) untuk memproduksi komponen End
Cup Hub Body diperlukan sebuah alat yang disebut cetakan atau die.
Pemanfaatan sifat plastisitas dari material saat pelat diberi gaya merupakan hal
yang prinsip dari proses pembentukan. Pada awal pembebanan dimana gaya terus
meningkat, mula-mula pelat akan mengalami elastis dan kemudian akan
mengalami tahap plastis. Dengan memanfaatkan tahap plastisitas tersebut maka
proses pembentukan akan tercapai dimana bentuk pelat sesuai dengan bentuk
cetakan / die yang diinginkan.
(Rao, 1987,Manufacturing Technology, Foundry, Forming dan Welding,
McGraw-Hill Company, New Delhi)

Proses pembentukan lembaran logam atau pelat (Sheet Metal Forming) adalah
proses penekanan pelat datar sesuai dengan permukaan die sampai tahap
deformasi plastis pelat, sehingga terbentuk komponen baru sesuai dengan
permukaan die
(Siswanto W.A., 2001, Tooling Design Optimization for multi stage sheet metal
forming, Department of Aerospace, Enginering Royal Melbourne, Autralia).
5. Buktikan Torsi(T) = Gaya(F)

𝑃
𝐹=
𝑣
𝑃 𝑣
𝑇= 𝜔=
𝜔 𝑟
𝑃
𝐹. 𝑟 =
𝑣/𝑟
𝐹. 𝑟. 𝑣
=𝑃
𝑟
𝐹. 𝑣 = 𝑃

p
𝐹 =v

Anda mungkin juga menyukai