Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Al-Amru Menurut bahasa, amar berarti suruhan, perintah, sedangkan menurut
istilah “Al-Amru ialah tuntutan melakukan pekerjaan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah” Yang lebih tinggi kedudukannya adalah Syaari’ (Allah Swt atau Rasul-Nya) dan
kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf. Jadi amar adalah perintah Allah atau
Rasulnya kepada mukallaf untuk melakukan suatu pekerjaan.
2. Pengerian Al-Nahyu (Larangan) Menurut bahasa An-Nahyu berarti larangan. Sedangkan
menurut istilah “An-Nahyu (larangan) ialah tuntutan meninggalkan perbuatan dari yang
lebih tinggi kepada yang lebih rendah (kedudukannya)”. Kedudukan yang lebih tinggi disini
adalah Syaari’ (Allah Swt atau Rasul Nya) dan kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf.
Jadi nahi adalah larangan yang datang dari Allah atau Rasul Nya kepada mukallaf.
3.
a) Hukum asal dalam perintah adalah wajib, kecuali ada dalil (pertanda) yang
mengatakan selainya.
Jadi hukum dasar perintah yang ada dalam sariat islam itu hukumnya wajib
dilaksanakan. Kecuali ada dalil lain yang mengatakan selainya, baik sunah ataupun
mubah. Dari kaidah ini bisa disimpulkan perintah bisa mengandung tiga hukum:

1. Contoh perintah sholat. ‫اقيموا الصالة‬ 


2. Contoh perintah memberi saksi dalam jual beli

 ‫ايعتم‬22‫هدوا اذا تب‬22‫ واش‬ dijelaskan kembali dalam hadis ‫هد‬22‫اع ولم يش‬22‫بي ب‬22‫ ان الن‬ hadis ini menunjukan
bahwa hal ini tidak wajib, akan tetapi sunah.

3. Contoh perintah berburu dalam ayat ‫طادوا‬22‫[واذا حللتم فص‬ dalam ayat ini ada perintah
untuk beburu, akan tetapi ada qorinah bahwa perintah berburu ini hukumnya mubah
dikarenakan ayat ini menjelaskan oran yang ihroh tidak boleh berburu akan tetapi jika
sudah tahalul maka hukumnya sudah diperbolehkan.

b) Hukum asal dalam perintah tidak harus langsung dikerjakan, kecuali ada dalil
yang mengatakan hal lain

‫االصل في االمر ال يقتضي الفور اال ان دل دليل على خالفه‬

Maksudnya tidak wajib dilakukan seketika itu. Akan tetapi bisa dilakukan pada waktu lain.
Akantetapi jika ada dalil tertentu yang menunjukan waktu pelaksanaanya maka harus
dilakukan pada waktu tersebut.

Contohnya hukum ibadah haji tidak wajib dilakukan segera karena  ada qorinah yaitu bagi
yang sudah mampu. Contoh yang wajib dilakukan segera yaitu beriman kepada Allah hal ini
dikarenakan manusia wajib menjaga keimanan secara terus-menerus[8].

c) Hukum asal perintah tidak dilakukan berkali-kali.

‫االصل في االمر ال يقتضي التكرار اال ان دل دليل على خالفه‬


Suatu perintah cukup dilaksanakan sekali saja. Pada intinya wajib dilakukan walaupun hanya
sekali dalam seumur hidup, kecuali jika ada dalal lain yang menunjukan pelaksanaanya
berulang-ulang, sepertihalnya sholat lima waktu.

d) Perintah berarti juga larangan untuk melakukan kebalikanya

‫االمر بشيء نهي عن ضده‬

Secara tidak langsung Perintah juga menunjukan ada suatu larangan tentang kebalikan
perintah tersebut.Contoh: perintah untuk beriman juga berarti larangan untuk kufur.

e) Perintah untuk melakukan sesuatu berarti perintah untuk melakukan perkara


yang menjadi lantaran terlaksananya perkara tersebut.

‫االمر بشيء امر بما يتوصل اليه‬

Sudah selayaknya bahwa sebuah perkara pasti ada perantaranya. Demikian pula dalam
perintah, perintah untuk melakukan sesuatu juga menunjukan perintah melakukan perantara
perkara tersebut. Perintah solat juga berarti perintah untuk melakukan hal-hal yang menjadi
syarat sholat

Demikian kaidah-kaidah singkat beserta penjelasan ringkas yang masuk dalam permasalahan
perintah.

4.

a) . Hukum asal larangan adalah karena haram.[14]

‫االصل في النهي للتحريم‬

Tujuan adanya larangan pada dasarnya karena perkara tersebut tidak boleh dilakukan atau
haram. Jadi hukum asal larangan itu untuk mengharamkan. Kecuali ada qorinah atau dalil-
dalil lain yang menunjukan bahwa isi dari larangan tersebut bukanlah harom, baik makruh,
mubah, atau selainya. Contoh larangan untuk minum arak menunjukakan bahwa minum arak
hukumnya haram.

b) Larangan juga berarti perintah untuk melakukan kebalikanya. [15]

‫النهي عن شيء االمر بالضده‬

Sama halnya dengan perintah, larangan juga mengandung hukum perintah untuk melakukan
kebalikanya.Larangan syirik menunjukan wajib beriman.
c) Larangan menunjukan bahwa perkara yang dilarang itu rusak.

‫النهي يدل على فساد المنهي عنه‬

Alasan kenapa ada larangan dikarenakan dalam perkara yang dilarang ada kerusakan. Baik
secara hukum maupun secara dzohir. Contoh larangan jual beli barang najis menunjukan
bahwa jual belinya rusak dan tidak sah

5. Bentuk-bentuk Amr
a. Bentuk fi’il amr
b. Bentuk fi’il mudhari’ (kata kerja untuksekarang dan yang akan datang) yang disertai
oleh lam al-amr (huruf yang berarti perintah)
c. Bentuk isim fi’il amr
d. Bentuk masdar pengganti fi’il
e. Bentuk jumlah khabariyah-kalimat berita yang mengandung arti insyaiyah, perintah
atau permintaan.

6. Adanya Amr untuk umum mengharuskan dilakukan setiap individu kecuali ada qarinah.
Amr yang ditujukan pada umum adakalanya dengan lafadz umum yang ditujukan pada setiap
individu yang mungkin kena taklif (terbebani hokum) seperti
‫ والزكاة وأتو الصالة أقیموا‬amr di sini menggunakan lafadz umum tetapi setiap orang Islam
wajib menjalankanya, dan ada pula yang amr yang ditujukan pada umum tapi tidak degan
lafadz umum seperti ‫والتكن منكم امة یدعو ن الي الخیر ویأ مرون با لمعروف‬

7. Khas ialah lafadh yang menunjukkan arti yang tertentu, khusus, tidak meliputi arti umum,
dengan kata lain, khas itu kebalikan dari 'Am. "Suatu lafadh yang dipasangkan pada satu arti
yang sudah diketahui (ma'lum) dan manunggal.

8. 'Am menurut bahasa artinya merata, yang umum; dan menurut istilah adalah “lafadh yang
memiliki pengertian umum, terhadap semua yang termasuk dalam pengertian lafadh itu “.
Dengan pengertian lain, 'am adalah kata yang memberi pengertian umum, meliputi segala
sesuatu yang terkandung dalam kata itu dengan tidak terbatas
9.
‫ات َي َت َربَّصْ َن ِبَأ ْنفُسِ ِهنَّ ثَاَل َث َة قُرُو ٍء‬ َ ‫َو ْالم‬
ُ ‫ُطلَّ َق‬

“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.” (QS. Al
Baqarah : 228). Lafadh ‘Am dalam ayat tersebut adalah al-muthallaqat (wanita-wanita yang
ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah makna
umum atau sebagian cakupannya.
10.
‫َف َمنْ َل ْم َي ِج ْد َفصِ َيا ُم ثَاَل َث ِة َأي ٍَّام فِي ْال َح ِّج‬
Artinya:” Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji..(Al-Baqaarah :196)
Lafadz tsalatsah (tiga) dalam ayat di atas adalah khas, yang tidak mungkin diartikan kurang
atau lebih dari makna yang dikehendaki oleh lafadh itu. Oleh karena itu dalalah maknanya
adalah qath’iy dan dalalah hukumnya pun qath’iy.

FANNISA NUR AZZAHRA 12 IPA 2

Anda mungkin juga menyukai