Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala, kepada-Nya kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat, dan
pengikutnya yang teguh menjalankan sunnah-sunnahnya. Amma ba’du
Praktikum fisika dasar merupakan pendukung dari mata kuliah fisika dasar yang
dilaksanakan oleh beberapa prodi di Fakultas Sains dan Teknologi. Oleh karenanya, mahasiswa
yang akan mengikuti praktikum ini diwajibkan telah atau sedang mengambil mata kuliah fisika
dasar. Materi praktikum fisika dasar adalah konsep-konsep dasar fisika yang diperoleh pada
mata kuliah fisika dasar tersebut.Praktikum fisika dasar bertujuan melatih praktikan untuk
melakukan pengamatan terhadap gejala fisis, melakukan pengukuran terhadap besaran-
besaran fisis tersebut, melakukan analisis terhadap data pengukuran, dan melakukan evaluasi
terhadap hasil analisis. Praktikan diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini adalah buku panduan praktikum fisika dasar yang diharapkan bisa membantu
kegiatan praktikum secara optimal. Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu terselesaikannya buku panduan praktikum ini, semoga menjadi amal sholih dan
mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Terkhusus kepada teman-teman laboran
senior serta para asisten senior, generasi pendahulu yang telah memulai membuat modul
praktikum, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga kalian semua dan memberikan
kebaikan dimanapun berada.Buku panduan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga buku panduan ini
bermanfaat.
Penulis
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar 1
Masing-masing item mempunyai nilai point tersendiri, bagi praktikan yang tidak lengkap
untuk tiap item nya (atau ada yang ketinggalan per itemnya) maka laporan praktikum akan
dikembalikan tanpa revisi. Artinya praktikan tersebut dianggap berhalangan hadir
praktikum. Hasil perhitungan harus ditampilkan dalam bentuk tabel dengan satu contoh
perhitungan untuk setiap tabel. Ralat serta kesaksamaan dalam percobaan harus
disertakan. Cara penulisan ralat dan pembuatan grafik harus mengikuti ketentuan yang
telah ditetapkan dalam buku panduan praktikum.Laporan akhir harus diserahkan seminggu
setelah praktikum, pada saat praktikum minggu berikutnya. Laporan tersebut dibuat
dengan menggunakan kertas Folio bergaris ditulis tangan dengan rapi. Untuk membuat
grafik harus dibuat pada kertas grafik (millimeter blok) . Grafik yang mememerlukan skala
logaritmik harus dibuat pada kertas semilog atau kertas logaritmik.
Cover depan / halaman pertama Laporan Praktikum Fisika Dasar adalah sebagai berikut:
LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Jl.Marsda Adisucipto Yogyakarta
NIM : …………………………………….
Fakultas : …………………………………….
Nama Percobaan
Minggu ke : …………………………………….
: …………………………………….
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi 7
Pendahuluan 8
1. Umum
Tujuan percobaan-percobaan fisika di Laboratorium Fisika Dasar adalah untuk melihat
secara visual beberapa peristiwa fisika dalam kejadian sebenarnya, menguji kebenaran
hukum fisika misalnya : hukum lensa, hukum Ohm, dsb., dan mencari tetapan-tetapan
fisika secara kuantitatif. Untuk itu diperlukan ketelitian dan metode pengamatan.
2. Teori Ralat
Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh karenanya pengukuran
besaran fisis merupakan hal yang sangat penting. Mengukur adalah membandingkan suatu
besaran fisis dengan besaran fisis sejenis sebagai standar yang telah diperjanjikan terlebih
dahulu. Tujuan mengukur adalah untuk mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil
yang akurat. Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran bolehjadi
memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga jika besaran fisis yang sama diukur
oleh orang lain. Jadi usaha untuk memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah
tercapai, dan yang bisa dicapai hanyalah memperoleh hasil terbolehjadi betul, dan nilai
kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur (x ) maka hasil ukur terboleh jadi betul adalah nilai rerata
pengukuran (x ) , dan kisaran hasil ukur dinamakan ralat pengukuran dinyatakan (x) .
Nilai kisaran hasil ukurnya ( x x) , mempunyai arti nilai itu berada dalam rentang antara
x minimum yakni ( x x) sampai dengan x maksimum yakni ( x x) . Suatu alat ukur
dikatakan presisisi apabila memberikan nilai x yang kecil. Setiap alat ukur mempunyai
tingkat kepresisian sendiri-sendiri, misalnya alat ukur panjang : mikrometer sekrup 0,001
cm, jangka sorong 0,01 cm dan mistar 0,1 cm. Hasil ukur dikatakan baik apabila diperoleh
ralat relatif ( x / x ) yang bernilai kecil.
2. Ralat rambang
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan berulang untuk
besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap pengukuran itu berbeda. Ralat yang
terjadi pada pengukuran berulang ini disebut ralat rambang, atau ralat
kebetulan atau ralat random.
Faktor- faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai berikut.
(a) Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh pengamat yang
berbeda dari waktu ke waktu.
(c) Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-alat ukur listrik
sehingga dapat mempengaruhi penunjukkan meter-meter listrik.
(d) Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk lingkaran sempurna
maka penentuan diameternyapun akan menimbulkan ralat.
x
n
x1 x 2 x3 ... x n
x
i i
(1)
n n
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai ukur rerata
dinamakan deviasi (misal berlambang ), maka :
xi xi x (2)
Dikenal istilah deviasi standar, yang didefinisikan sebagai akar rerata kuadrat
deviasinya (x) atau :
n n
x i
2
x i x
2
x i
i
(3)
n(n 1) n(n 1)
x x x (5)
Misal kita melakukan 10 kali pengukuran panjang sebuah batang, dimana nilai
terukur pada setiap kali pengukuran seperti terdapat pada tabel 1 di bawah ini.
n
xi
Jadi nilai terbaiknya : x i
35,590
n (2)
x
2
i
0,0030
sedangkan deviasi standarnya x i
0.00577
n(n 1) 90
(3)
0,00577
dengan kesaksamaan : 100% 100% 99,98% (5)
35,590
2. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung, tetapi dihitung dari
pengukuran unsur-unsurnya. Misal volume sebuah balok dihitung dari perkalian
antara panjang, lebar dan tebal balok yang diukur, kelajuan dihitung dari jarak
tempuh dengan waktu tempuhnya, dsb. Pada pengukuran panjang, lebar dan
tebal balok masing-masing pengukurannya memberikan ralat, maka dalam
perhitungan volume balokpun akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan
ralat dari setiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang timbul sebagai hasil
perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat rambatan. Nilai terbaik
sangat bergantung pada nilai terbaik variabel unsurnya.
2 2 2
V 2 V 2 V 2
V x y z (6)
x y z
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah x,
x
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah y,
y
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah z .
z
Contoh:
Sebuah balok sisi-sisinya diukur langsung hasil pengukuran sbb. :
Panjang : p (6,21 0,02)cm
p, l , t berikut ini :
V
l t (4,26)(3,43) 14,6118
p
V
pt (6,21)(3,43) 21,3003
l
V
pl (6,21)(4,26) 26,4546
t
2 2 2
V V 2 V 2
V p 2 l t
p l t
V (14,6118) 2
(0,02) 2 (21,3003) 2 (0,01) 2 (26,4546) 2 (0,01) 2
= 0,4480
3. Metode Grafik
Hasil percobaan apabila hanya disajikan dalam bentuk angka-angka saja mestinya
kurang menarik selain menjemukan. Hasil percobaan akan menarik apabila angka-angka
tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variabel yang
dikehendaki.
Analisis data dengan metode grafik lebih praktis dan memudahkan pandangan.
Meskipun demikian tidak semua percobaan hasilnya dapat dianalisis dengan metode grafik.
Kegunaan grafik.
a. Grafik sangat menolong melalui pandangan (visual aid), maksudnya dengan
mengamati bentuk grafik saja, pembaca bisa memperoleh banyak informasi. Misal
dapat diketahui di tempat mana atau saat kapan mulai ada perbedaan antara hasil
hitungan dan hasil pengamatan, dapat diketahui dengan mudah letak benar dan
salahnya dalam menganalisis data, dan sebagainya.
b. Grafik dapat digunakan untuk membandingkan eksperimen dengan teori.
c. Grafik dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan empiris antara dua besaran,
meskipun pelaku percobaan belum pernah menyelidiki hubungan teoritis antara dua
besaran tersebut.
d. Grafik dapat digunakan untuk menentukan konstanta atau koefisien dari suatu rumus,
membuktikan rumus.
Membuat grafik
Untuk mendapatkan grafik yang baik, maka perlu diperhatikan dasar-dasar pembuatan
grafik sebagai berikut.
a. Pilihlah sumbu mendatar atau sumbu x atau absis sebagai besaran sebab atau variabel
bebas, dan sumbu tegak atau sumbu y atau ordinat sebagai besaran efek atau akibat
atau variabel bergantung. Pemilihan besaran pada absis dan ordinat harus bersesuaian
dengan keadaan yang paling menguntungkan, misalnya bisa menghapus ralat
sistematis.
b. Persamaan yang digunakan harus persamaan linier. Misal hukum Boyle pV k atau
1 1
pk , dengan k = konstan, agar persammaannya linier maka sumbu x adalah :
V V
1 2 gr 2 B F
sedangkan sumbu y adalah : p . Contoh lagi : , dimana t : waktu
t 9 s
1
dan r : jari-jari, sebaiknya sumbu x diambil besaran : r 2 dan sumbu y : besaran : .
t
Contoh lagi misal I I 0 e sebaiknya diubah menjadi ln I ln I 0 d dengan sumbu
d
I. Tujuan
1. Mempelajari prinsip pengukuran
2. Memahami konsep rapat massa
3. Menentukan ketidakpastian pengukuran
4. Menentukan ketelitian dan ketepatan pengukuran
Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami, diantaranya:
1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variable yang
diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat
ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
Kita mengenal berbagai macam alat ukur panjang, misalnya mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur panjang yang paling umum adalah
mistar. Mistar atau penggaris mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian
0,5 mm, yaitu setengah dari skala terkecil alat ukur. Penggunaan alat ukur panjang
disesuaikan dengan benda yang akan diukur. Untuk mengukur panjang tanah atau
bangunan digunakan alat pita pengukur dengan skala terkecil sentimeter (cm). Untuk
mengukur jarak dari satu kota ke kota lain dapat menggunakan alat roda pengukur
dengan keliling roda sudah diketahui. Jarak antar kota dapat diketahui dari banyak
putaran yang dilakukan roda, seperti prinsip kerja pengukur jarak pada kendaraan
bermotor.
Untuk mengukur panjang 10 cm sampai dengan 0,1 mm digunakan jangka sorong. Alat
ukur ini mempunyai dua skala, yaitu skala induk (utama) yang ada pada rahang tetap
dan skala vernier (nonius) pada rahang geser yang memiliki 10 bagian skala dari panjang
skala induk 9 mm sehingga ketelitiannya sama dengan 10/10 mm – 9/10 mm = 1/10 mm
= 0,1 mm atau 0,01 cm.
C. Mengukur Massa
Pengukuran massa banyak dilakukan menggunakan neraca atau timbangan yang
bekerja atas dasar prinsip tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di laboratorium,
antara lain neraca emas. Pada neraca emas ini benda yang hendak ditentukan massanya
diseimbangkan dengan sejumlah massa yang telah ditera, disebut batu timbangan.
Apabila sudah seimbang maka massa benda sama dengan massa batu timbangan
tersebut.
Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser. Neraca ini memiliki
beberapa lengan berbeban yang dapat digeser-geser yang disebut Neraca Ohauss.
Neraca Ohauss ada yang memiliki 3 lengan, ada juga yang memiliki 4 lengan. Pada tiap
lengan terdapat skala yang langsung menyatakan massa benda yang diukur pada waktu
lengan batang seimbang dengan beban.
V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
a. Pengukuran berdimensi panjang
No p ± Δp t ± Δt l ± Δl
No V ± ΔV I ± ΔI
c. Pengukuran rapat massa
No m ± Δm ρ ± Δρ
VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran? Bagaimana cara untuk menghindari kesalahan
dalam pengukuran?
2. Apa yang membedakan massa dengan berat? Berat ataukah massa yang terbaca oleh
neraca? Jelaskan!
3. Mengapa untuk mengukur diameter kawat lebih baik menggunakan mikrometer sekrup
daripada menggunakan jangka sorong?
VII. Referensi
[1] Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-37070
Göttingen
[2] Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I,
Penerbit Erlangga, Jakarta
[3] Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
HUKUM II NEWTON
I. Tujuan
Gaya tidak selalu menyebabkan gerak. Sebagai contoh bisa saja kita mendorong
mobil mogok sekuat tenaga, mobil tersebut tetap tidak bergerak. Melihat contoh tadi,
terlihat bahwa kecepatan sebuah benda dapat berubah menjadi besar atau kecil,
disebabkan oleh gaya. Jadi, gaya adalah:
Gaya tidak dapat dilihat, tetapi dapat diketahui dengan melihat pengaruhnya
terhadap benda. Berikut ditunjukkan beberapa percobaan untuk mengamati hubungan
massa, percepatan, dan gaya yang bekerja pada benda. Jika gaya yang dikerjakan pada
benda dua kali semula, maka percepatannya menjadi dua kali percepatan semula.
Dengan bantuan alat Air Track kita dapat memperoleh informasi yang
menggambarkan hubungan antara waktu yang diperlukan benda dalam bergerak
dengan panjang lintasan yang ditempuhnya.
34
V. Analisa Data
4. Hasil Pengamatan
N s t v a
2
no l (m) t (s) (m/s) (m/s )
5. Metode Analisa
VI. Evaluasi
(1) Apa yang dimaksud dengan jarak, perpindahan, kecepatan dan percepatan itu?
(2) Bagaimana anda memperoleh percepatan dari data kecepatan? Jelaskan!
(3) Bagaimana dengan percepatan yang diperoleh dari faktor gaya? Jelaskanlah!
VII. Referensi
[1] Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-
37070 Göttingen
[2] Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
[3] Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
[4] Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
35
PENDULUM REVERSIBEL
I. TUJUAN
1. Menentukan periode osilasi pendulum
2. Menentukan besarnya percepatan gravitasi
Dimana m dan r adalah massa dan vector posisi. M adalah massa total pendulum dan g
adalah percepatan gravitasi.
Energy kinetic Ek pendulum reversible adalah jumlahan dari energy kinetic partikelnya,
2 2
E k 12 mi vi 12 mi i xri 12 mi i2 ri 2
i i i
s A
λ
θ
’
A
’
36
Dengan menerapkan konservasi energy, di dapat :
E E p Ek 12 2 J s Ms 2 Mgs. cos const (3)
Persamaan di atas adalah persamaan difrensial orde 1, yang mana solusi analitiknya
adalah
2 Mgs 2 2 C
J s Ms
(4)
Solusi umum dari persamaan terakhir adalah :
(t ) 0 sin t (5)
Dimana 0 adalah amplitude osilasi dan adalah fase. Frekuensi osilasi dinyatakan
dengan
2
T Mgs
J s Ms 2 (6)
r adalah panjang lengan yang diperoleh dari grafik ketika poros tetap dan poros
berubah ubah bertemu . Panjang ini didefinisikan sebagai
r Ms
J
s s
(7)
r
Periode osilasi pendulum dinyatakan dengan persamaan T 2 g (8)
III. ALAT DAN BAHAN
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Batang pendulum 1
2 Batang peyangga 40 cm 2
3 Batang penyangga 100 cm 1
4 Light Barrier counter 1
5 Power supply 5 V DC/2.4 A 1
6 Bearing Bosshead 2
7 Right Clamp 3
8 Bench Clamp 2
9 Meteran 1
37
IV. CARA KERJA
1. Susunlah alat seperti pada gambar di bawah ini
2. Aturlah agar jarak antar bearing bosshead pada batang pendulum sebesar 70 cm
3. Hubungkan light barrier counter dengan Power supply dan aturlah posisinya agar
ujung bawah batang pendulum bisa melewati.
4. Posisikan light barrier counter pada mode 4
5. Hubungkan Power supply ke sumber listrik. Tunggu sejenak sampai light barrier
menyala
V. ANALISA DATA
1. Masukkan data ke dalam tabel berikut ini
Periode Osilasi pendulum untuk sumbu rotasi tetap
No L (cm) Peride, T (s)
2. Dengan menggunakan data pada tabel, buatlah grafik hubungan antara periode
osilasi pendulum dengan panjang pendulum reduksi.
3. Berdasarkan grafik, tentukan nilai percepatan gravitasi.
39
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan Termofisika, Penerbit ITB,
Bandung
40
HUKUM HOOKE
I. Tujuan
1. Mempelajari pemuluran (elongation) dari benda elastis
2. Mempelajari dan membuktikan Hukum Hooke
3. Menentukan konstanta pegas dari pegas helical, baik tunggal maupun disusun secara
seri
Gaya F
Tegangan atau
Luas A (1)
Tegangan tidak seperti gaya, bukanlah besaran vektor karena kita tidak dapat
memberinya arah tertentu. Tegangan diberikan pada materi dari arah luar. Satuan
tegangan adalah Nm-2.
Ukuran mengenai seberapa jauh batang di atas berubah bentuk. Atau
reganganalah perubahan relatif dimensi/bentuk benda yang mengalami
teganganangan diberikan pada nggapan materi terhadap tegangan. Secara
matematis regangan akibat tarikan pada batang kawat didefinisikan sebagai
perbandingan pertambahan panjang terhadap panjang awalnya:
Pertambahan Panjang L
Re gangan atau e
Panjang Awal L (2)
Karena pertambahan panjang (ΔL) dan panjang awal (L) adalah besaran yang
sama atau memiliki satuan yang sama maka sesuai dengan persamaan di atas
regangan tidak memiliki satuan atau dimensi.
Benda-benda elastis akan bersifat elastis sampai ke suatu gaya yang tertentu
besarnya, dinamakan batas elastis. Bila gaya yang dikerjakan pada benda
melampaui batas elastis benda tersebut maka benda tersebut bisa rusak atau tidak
dapat kembali ke bentuk semula atau secara permanen merubah bentuk benda.
41
Akan tetapi, bila gaya yang dikerjakan pada benda tidak melampaui batas elastis
benda tersebut maka benda dapat kembali ke bentuk awalnya.
Apabila benda bermassa m digantungkan pada pegas spiral, maka pegas akan
bertambah panjang sejauh x. Perubahan panjang pegas bergantung pada konstanta
pegas k dan massa m benda. Pada saat pegas dalam keadaan setimbang, maka
pegas melakukan gaya sama besar dan berlawanan arah dengan gaya berat benda.
Jika beban bertambah, pegas semakin panjang dan mempunyai batas maksimum
ketika gaya yang diberikan maksimum. Apabila melampaui harga maksimum,
kelentingan menjadi terganggu, berarti dengan menghilangkan beban maka panjang
pegas tidak kembali pada panjang semula. Akan tetapi, bila gaya yang dikerjakan
pada pegas tidak melampaui batas elastisitas pegas tersebut, maka benda dapat
kembali ke bentuk awalnya sampai batas elastisitas (lenting) menurut Robert Hooke
(1635 - 1703) :
F=-kx (5)
42
Gambar 2. Rangkaian percobaan elastisitas
43
2. Metode Analisa
Buatlah grafik dari setiap data pengamatan, gradient grafik menunjukkan nilai
konstanta pegas. Hal ini sesuai persamaan hukum Hooke dan berlaku untuk pegas
tunggal maupun seri. Untuk pegas yang tersusun secara seri, asumsikan pegas
mempunyai nilai konstanta sama sehingga nilai konstanta masing- masing pegas
bisa ditentukan.
VI. Evaluasi
1. Jelaskan konsep dari Hukum Hooke!
2. Jabarkan secara detail maksud dari kurva histerisis Tegangan vs Regangan diatas!
3. Apa yang dimaksud dengan deformasi elastis dan deformasi plastis?
4. Dari hasil eksperimen Anda, buatlah grafik hubungan antara gaya yang diberikan
pada pegas versus pertambahan panjang pegas!
VII. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-
37070 Göttingen
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
44
HUKUM BOYLE
I. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Eksperimen Hukum Boyle
2. Mempelajari Hubungan Antara Tekanan dan volume
P.V=C (1)
Dimana c = bilangan tetap (konstanta). Bila tekanan diubah maka volum gas juga
berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai berikut.
P1 . V1 = P2 . V2 (2)
Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volum gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)
45
III. Alat dan Bahan
1. Tripod base
2. Batang penyangga
3. Pipa kaca (2)
4. Selang 180 cm
5. Gelas beaker plastic 100 ml
6. Rubber cup
7. Meteran
8. Jangka sorong
(3). Isilah pipa-U dengan air sampai ketinggian air mencapai setengah pipa.
(5). Geserlah (atas bawah) pipa sebelah kanan sehingga permukaan air pada kedua
pipa sama
(6). Dengan menggunakan spidol, tandailah tinggi air pada pipa sebelah kiri
(7). Ukurlah tinggi (panjang) kolom udara pada pipa sebelah kiri (h)
(8). Ambillah pipa sebelah kanan dari pengait dan turunkan sejauh 10 cm dari tanda /
posisi awal
(9). Amati ketinggian air pada pipa sebelah kiri (permukaan air turun).
(10). hitung jarak antara permukaan air pada pipa kiri dengan tanda (h1). Catat dalam
tabel pengamatan.
(11). Hitung beda ketinggian permukaan air pada kedua pipa (h2).
(12). Turunkan kembali pipa sebelah kanan sejauh 20 cm dari posisi awal.
(13). Catat penurunan tinggi air pada pipa sebelah kiri dan beda ketinggian permukaan
pada kedua pipa. Masukkan dalam tabel
46
(14). Lakukan langkah 7-10 sampai memperoleh 10 data pengamatan
(15). Kembalikan pipa kanan ke pengait dan atur agar permukaan air kedua pipa sama
(17). Ambil pipa sebelah kiri dari pengait, turunkan sejauh 10 cm.
(18). Amati ketinggian air pada pipa sebelah kiri (permukaan air naik).
(19). Hitung dan masukkan dalam tabel jarak antara permukaan air dengan tanda pada
pipa kiri (h1).
(20). Hitung beda ketinggian permukaan air pada kedua pipa (h2).
V. Evaluasi
8. Masukkan hasil praktikum pada tabel data di bawah ini
h = …… cm di = ……… cm po = ……………… hPa
No h1 (cm) h2 (cm) V (cm3) p (hPa) pV (hPa.cm3)
47
VI. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-37070
ME.4.9 Mechanic part 1-5 halaman 181, Göttingen, Germany
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid
I, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
48
MOMEN INERSIA
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep momen inersia
2. Menentukan Momen Inersia Cakram
3. Menentukan Momen Inersia Batang
1. Gaya eksternal yang bekerja pada benda harus sama dengan nol,
F 0 (1)
2. Torsi eksternal yang dialami setiap titik pada benda harus sama dengan nol,
0 (2)
Apa yang dimaksudkan dengan torsi itu? Torsi sebenarnya memiliki beberapa
nama lain, diantaranya torka, momen gaya dan torque. Torsi adalah kemampuan suatu
gaya untuk dapat menyebabkan gerakan rotasi pada benda mengelilingi sumbu putanya.
Besarnya torsi terhadap suatu titik sama dengan perkalian gaya dengan lengan momen.
F d (3)
dimana adalah torsi, F menyatakan gaya yang bekerja,, dan d adalah lengan momen,
yaitu panjang garis yang ditarik dari titik poros hingga memotong tegak lurus garis kerja
gaya.
49
Hubungan antara momentum sudut benda tegar pada sistem koordinat tetap
dengan pusatnya di titik pusat gravitasi, dengan momen yang bekerja padanya adalah:
d
L (4)
dt
Momentum sudut dinyatakan dalam hubungan antara kecepatan sudut dan tensor
inersia dengan persamaan :
L I (5)
Kecepatan sudut berarah pada sumbu z, sehingga L hanya mempunyai satu komponen :
Lz I z (6)
d
Pada kasus ini maka : z Iz (7)
dt
Momen dari gaya F : r xF (8)
Untuk r F : z rF sin 900
z rF
z r m g (9)
d
Sehingga dari persamaan (7) dan (9) diperoleh: mgr I z Iz (10)
dt
mgr
Dari sini diperoleh Iz (11)
50
Dengan momen inersia total Persamaan (11) merupakan rumus umum untuk momen
inersia dan nilai-nilai I untuk berbagai bentuk gerakan.
I tot I z I m
(12)
51
IV. Prosedur Kerja
Penentuan momon inersia batang
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan!
2. Set-up peralatan seperti pada gambar 2!
3. Tentukan nilai variasi massa pada Batang Berongga dengan jari-jari tetap!
4. Kaitkan benang yang telah diberi beban pada sumbu putar!
5. Nyalakan blower. Perhatikan sudut putarnya!
6. Tentukan nilai t dan T dengan pemindahan saklar dan penge-set-an pada
Counter!
7. Lakukan langkah 5-7 pada masing-masing variasi massa Batang!
8. Tentukan nilai variasi jari-jari pada Batang berongga dengan massa tetap!
9. Lakukan langkah 5-7 pada masing-masing variasi jari-jari Batang!
Penentuan momon inersia cakram
10. Timbang massa cakram yang akan dicari momen inersianya!
11. Ukur masing-masing variasi jari-jari cakram!
12. Lakukan langkah 5-7 pada masing-masing variasi jari-jari Cakram!
13. Catat hasil pengamatan anda sebagai Data Laporan Sementara!
14. Akhiri dengan hamdalah!
29
V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
a. Momen inersia cakram
Massa cakram : ....kg
No r (m) t (s) T (s)
VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kecepatan sudut, torsi, dan pusat massa?
2. Bagaimana anda memperoleh percepatan sudut dari data momen inersia benda?
Jelaskan!
30
3. Bagaimana dengan radius putar, apakah mempengaruhi besar Momen Inersia
benda? Jelaskanlah!
VII. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-
37070 Göttingen
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
31
EKSPANSI UDARA PADA VOLUME KONSTAN
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep tekanan fluida
2. Mempelajari prinsip kerja manometer
3. Mengukur perubahan tekanan dalam sebuah volume spesifik udara selama
dipanaskan pada volume konstan
TEKANAN FLUIDA
Tekanan dalam mekanika benda titik unsur dinamika yang utama adalah gaya,
maka dalam mekanika fluida unsur itu adalah tekanan. Tekanan adalah gaya yang
dialami oleh suatu titik pada suatu permukaan fluida per satuan luas dalam arah
tegak lurus permukaan tersebut. Secara matematik, tekanan p didefinisikan melalui
hubungan
dF = p dA (1)
dimana dF adalah gaya yang dialami oleh elemen luas dA dari permukaan fluida.
Secara mikroskopik, gaya ini merupakan pertambahan momentum per satuan
waktu yang disebabkan oleh tumbukan molekul-molekul fluida di permukaan
tersebut. Permukaan ini bisa berupa permukaan batas antara fluida dengan
32
wadahnya, tetapi ia bisa pula berbentuk permukaan imajiner yang kita buat pada
fluida. Tekanan ini merupakan besaran skalar, bukan suatu besaran vektor seperti
halnya gaya.
33
Gambar Set-up alat
1. Isilah manometer menggunakan gelas beaker kecil sampai batas air pada kedua
cabang setinggi 1 cm!
2. Timbanglah gelas kosong, kemudian timbanglah gelas berisi air (volume air = 250 ml)
sebagai massa air. Tentukan massa jenis air tersebut!
3. Tempatkan tabung Erlenmeyer ke dalam gelas beaker 400 ml dan jepitkan pada statif
sehingga berada pada posisi sedalam mungkin di gelas beaker!
4. Isilah gelas beaker 400 ml penuh dengan air!
5. Hubungkan tabung kaca dalam sebuah tabung yang diberi penyumbat dengan cabang
a manometer!
6. Catat temperatur awal T0 dari air dalam beaker pada tabel!
7. Gerakkan salah satu cabang manometer sampai batas air pada keduanya (a dan b)
sama (tekanan dalam labu Erlenmeyer sama dengan tekanan udara di sekitarnya)!
8. Tandai batas air dalam cabang a dengan pena!
9. Panaskan air dalam waktu yang singkat (sekitar 15 detik) dan kemudian gerakkan
kompor menjauh dari beaker (kenaikan temperaturnya tidak boleh lebih dari 1 oC)!
10. Aduk secara hati-hati sekitar 1 – 2 menit sehingga udara dalam botol mempunyai
temperatur yang sama dengan air. Catat temperatur air pada tabel!
11. Atur batas air dalam cabang a sedemikian rupa sehingga kembali pada batas yang
ditandai (gerakkan cabang a ke bawah)!
12. Ukur jarak l antara dua level air dan catat pada tabel!
1
13. Panaskan air secara progresif dan tentukan penambahan nilai untuk l sebagai fungsi
temperatur!
14. Catat hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara!
15. Akhiri dengan hamdalah!
V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
T0 = ... oC.
h0 = ... m.
No. T (oC) h (m) ΔT (oC) Δh (m) Δp (Pa)
Δh = h0 – h (m)
b. Menentukan Δp.
p = p0 + ρgh
p – p0 = ρgh
VI. Evaluasi
1. Definisikan tentang tekanan fluida secara matematis! Apa satuannya?
2. Apa yang dimaksud dengan tekanan atmosfer?
3. Sebutkan beberapa contoh beserta prinsip kerja alat yang dapat digunakan untuk
mengukur tekanan!
4. Jelaskan bunyi Hukum Pascal dan Hukum Archimedes!
5. Bagaimana korelasi antara perubahan temperatur dengan perubahan tekanan
berdasarkan hasil eksperimen Anda? Gambarkan dalam sebuah grafik!
2
VII. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG. D-37070
Göttingen
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
3
KONDUKTIVITAS TERMAL
I. TUJUAN
Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke
tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hokum percampuran panas juga terjadi karena
panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas dapat terjadi
dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem. Jadi pemberian atau pengurangan
panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda secara lokal,
melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau tempat lain.
Peristiwa ini disebut perindahan panas.
Perpindahan energi panas dapat dibagi dalam beberapa jenis. Panas itu dapat
merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga
dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas
berpindah melalui pancaran yang merupakan juga satu cara perindahan panas.
Umumnya perindahan panas berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini. Perindahan
panas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui kondoksi. Cara kedua,
perindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi.
Jika diasumsikan bahwa perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi
dengan aliran listrik atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus panas.
Arus panas didefisinikan sebagai jumlah tenaga panas per satuan waktu atau daya panas
melalui penampang tegak lurus terhadap arah arus. Energi kalor dari bagian benda yang
bersuhu tinggi akan mengalir melalui zat benda itu ke bagian lainnya yang suhunya lebih
rendah. Zat atau partikel zat dari benda yang dilalui panas ini sendiri tidak mengalir
sehingga tenaga panas berpindah dari satu partikel ke lain partikel dan mencapai bagian
yang dituju. Cara Perpindahan panas semacam itu disebut konduksi panas; arus
panasnya adalah arus panas konduksi dan zatnya itu mempunyai sifat konduksi panas.
T1 T2
A
l
4
Pada gambar di atas, sebuah logam dengan luas kedua permukaan bidang yang
berhadapan adalah A dan masing-masing mempunyai temperature T1 dan T2 (T1 > T2)
serta Panjang batang logam sebesar l , maka laju kalor mengalir dari T1 ke T2.
Menurut hasil eksperimen dari Biot dan Fourier, laju panas H berbanding lurns dengan
luas penampang, berbanding lurus dengan beda temperatur tetap itu, dan berbanding
terbalik dengan
panjang jalan yang ditempuh arus panas, l. Dengan membubuhi suatu faktor
pembanding
K, kita peroleh hubungan
AT1 T2
H K (1)
1 Hotplate 1
2 Thermometer 1
3 Stopwatch 1
4 Meteran 1
5 Pengait pipa gelas 1
6 Tripod base 1
7 Batang peyangga 1
8 Universal clamp 1
9 Right clamp 2
10 Beaker gelas 250 ml 1
11 Beaker aluminium 1
12 Gelas silinder plastic 1
13 Batang aluminium 1
14 Batang tembaga 3
IV. PROSEDUR
1. Susunlah alat seperti pada gambar di bawah ini. Kecuali batang logam jangan
diletakkan dalam beaker
5
2. Isilah beaker gelas dengan air 200 ml.
3. Isikan air ke dalam beaker aluminium.
4. Letakkan beaker gelas yang berisi air di atas hotplate.
5. Panaskan air dengan menghidupkan hotplate, sampai air mendidih (suhu 1000C)
6. Matikan hotplate.
7. Letakkan batang tembaga (seperi pada gambar) sehingga salah ujung batang berada
di dalam air panas, dan ujung yang lain berada di dalam beaker alumunium
8. Bersamaan dengan dicelupkannya batang tembaga, stopwatch dijalankan
9. Catat kenaikan suhu air yang ada dalam beaker aluminium untuk selang beberapa
selang waktu.
10. Dengan cara yang sama, lakukan percobaan untuk batang aluminium.
V. ANALISA DATA
a. Dari eksperimen yang telah dilakukan, masukkan data hasil percobaan ke dalam
tabel berikut:
b. Plot data pada tabel di atas ke dalam bentuk grafik antara waktu versus suhu !
c. Tentukan nilai konduktivitas termal spesifik batang logam !
VI. EVALUASI
1. Mengapa kenaikan suhu pada menit awal sangat lambat ?
6
2. Apakah yang dimaksud dengan konduktivitas termal ?
3. Factor apa saja yang mempengaruhi konduksi panas ?