Anda di halaman 1dari 55

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala, kepada-Nya kita memuji, memohon
pertolongan dan ampunan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat, dan
pengikutnya yang teguh menjalankan sunnah-sunnahnya. Amma ba’du

Praktikum fisika dasar merupakan pendukung dari mata kuliah fisika dasar yang
dilaksanakan oleh beberapa prodi di Fakultas Sains dan Teknologi. Oleh karenanya, mahasiswa
yang akan mengikuti praktikum ini diwajibkan telah atau sedang mengambil mata kuliah fisika
dasar. Materi praktikum fisika dasar adalah konsep-konsep dasar fisika yang diperoleh pada
mata kuliah fisika dasar tersebut.Praktikum fisika dasar bertujuan melatih praktikan untuk
melakukan pengamatan terhadap gejala fisis, melakukan pengukuran terhadap besaran-
besaran fisis tersebut, melakukan analisis terhadap data pengukuran, dan melakukan evaluasi
terhadap hasil analisis. Praktikan diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Buku ini adalah buku panduan praktikum fisika dasar yang diharapkan bisa membantu
kegiatan praktikum secara optimal. Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu terselesaikannya buku panduan praktikum ini, semoga menjadi amal sholih dan
mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Terkhusus kepada teman-teman laboran
senior serta para asisten senior, generasi pendahulu yang telah memulai membuat modul
praktikum, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga kalian semua dan memberikan
kebaikan dimanapun berada.Buku panduan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga buku panduan ini
bermanfaat.

Yogyakarta, September 2022

Penulis
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar 1

I. Tata Tertib Sebelum Praktikum


1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai
2. Laboratorium adalah tempat bekerja / praktikum oleh karenanya di dalam
laboratorium praktikan harus tenang, tertib, sopan, berpakaian rapi, memakai kemeja
atau kaos berkerah, celana/rok panjang bukan Jeans Ketat, tidak memakai sandal,
disarankan bersepatu beralas karet sebagai isolator. Tas, jaket dan barang bawaan
lainnya diletakkan di tempat yang telah disediakan (keamanan menjadi tanggung
jawab praktikan sendiri).
3. Praktikan harus sudah memahami apa yang akan dikerjakan dengan membaca buku
petunjuk praktikum dan acuan lain serta telah untuk praktikum yang akan dilakukan.
4. Praktikan diharuskan membawa format Laporan praktikum lengkap sesuai tata cara
pembuatan Laporan praktikum Fisika Dasar yang telah ditetapkan dan lulus prestest.

II. Tata Tertib Selama Praktikum


1. Praktikan dapat memulai eksperimen setelah lulus pretest dan mendapat petunjuk
serta ijin dari asisten yang bersangkutan untuk memasang alat.
2. Praktikan harus dapat memperoleh data dengan melakukan eksperimen. Data hasil
pengamatan harus ditulis dengan cermat dan apa adanya pada lembar data. Apabila
praktikan gagal memperoleh data (misal karena kerusakan alat atau hal lain), praktikan
harus segera melapor ke asisten dan penanggung jawab harian untuk dapat melakukan
praktikum pada hari yang lain.
3. Praktikan harus menjaga keselamatan dirinya, ketertiban, peralatan dan kebersihan
laboratorium.
4. Selama di dalam laboratorium, praktikan dilarang makan, minum, SMS/TELPON dan
mengganggu kelompok lain. Praktikan dilarang keras meninggalkan laboratorium tanpa
seijin asisten.

III. Tata Tertib Selesai Praktikum


1. Setelah seluruh eksperimen selesai dan disetujui asisten, praktikan harus merapikan
kembali meja, kursi dan peralatan percobaan,
2. Setelah praktikum selesai, sebelum meninggalkan laboratorium praktikan harus
meminta tanda tangan asisten pada lembar data serta menyerahkan satu lembar data
kepada asisten untuk setiap kelompok.
IV. Ketentuan Lain dan Pemberlakuan SANKSI
1. Pada dasarnya tidak ada PRAKTIKUM SUSULAN dan tidak ada Praktikum INHAL
2. Jika praktikan merusakkan atau menghilangkan alat ataupun fasilitas laboratorium
lainnya, maka praktikan harus mengganti dengan alat yang sama pada praktikum
minggu berikutnya.
3. Komponen Penilaian pratikum meliputi : Pretest (10%), Praktikum (30%), Laporan
(30%) dan Ujian Responsi (20%)
4. Apabila praktikan tidak hadir dalam praktikum, nilai pretest, praktikum dan Laporan
pada judul praktikum yang ditinggalkan akan memperoleh nilai NOL.
5. Instrumen penilaian Lulus Pretest adalah Mampu menjawab dengan baik dan benar 3
dari 5 pertanyaan yang diajukan asisten
6. Instrumen penilaian Praktikum
a. Keaktifan dalam kelompok praktikum
b. Mampu menggunakan alat praktikum sesuai dengan prosedur kerja
praktikum
c. Memahami konten konsep bahasan praktikum
7. Instrumen penilaian Laporan Praktikum
a. Kelengkapan Format Laporan praktikum (tertera di halaman selanjutnya)
b. Orisinalitas karya laporan
c. Kerapian tulisan dan grafik
d. Pembahasan Laporan minimal 2 paragraf karena mempunyai komponen nilai
tertinggi
Ketentuan Pembuatan Laporan Praktikum Fisika Dasar
1. Tujuan Pembuatan Laporan Praktikum
Pembuatan laporan Praktikum Fisika Dasar bertujuan agar mahasiswa dapat belajar untuk
mengemukakan pendapatnya / berkomunikasi secara tertulis melalui Laporan Praktikum
Fisika Dasar, melatih mahasiswa agar dapat mempersiapkan diri untuk praktikum,
menganalisis hasil praktikum, dan membuat perhitungan untuk menentukan besaran fisika,
mengetahui beberapa besaran dari percobaan, mementukan hubungan antar besaran
fisika, menganalisis kesalahan dan akhirnya membuat kesimpulan secara keseluruhan.

2. Format Laporan Praktikum


Laporan Praktikum Fisika Dasar beserta pointnya terdiri dari
1) Pendahuluan 10 point
2) Tujuan percobaan 5 point
3) Teori Umum 10 point
4) Alat-alat termasuk skema alat 5 point
5) Prosedur Kerja 10 point
6) Data Hasil Analisa 15 point
7) Pembahasan 20 point
8) Kesimpulan 10 point
9) Referensi 5 point
10) Lampiran yang memuat : 10 point
1. Data Hasil Percobaan
2. Proses Perhitungan Data
3. Penyelesaian soal Evaluasi

Masing-masing item mempunyai nilai point tersendiri, bagi praktikan yang tidak lengkap
untuk tiap item nya (atau ada yang ketinggalan per itemnya) maka laporan praktikum akan
dikembalikan tanpa revisi. Artinya praktikan tersebut dianggap berhalangan hadir
praktikum. Hasil perhitungan harus ditampilkan dalam bentuk tabel dengan satu contoh
perhitungan untuk setiap tabel. Ralat serta kesaksamaan dalam percobaan harus
disertakan. Cara penulisan ralat dan pembuatan grafik harus mengikuti ketentuan yang
telah ditetapkan dalam buku panduan praktikum.Laporan akhir harus diserahkan seminggu
setelah praktikum, pada saat praktikum minggu berikutnya. Laporan tersebut dibuat
dengan menggunakan kertas Folio bergaris ditulis tangan dengan rapi. Untuk membuat
grafik harus dibuat pada kertas grafik (millimeter blok) . Grafik yang mememerlukan skala
logaritmik harus dibuat pada kertas semilog atau kertas logaritmik.
Cover depan / halaman pertama Laporan Praktikum Fisika Dasar adalah sebagai berikut:

LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Jl.Marsda Adisucipto Yogyakarta

Laporan Praktikum Fisika Dasar

Nama mahasiswa : ……………………………………..

NIM : …………………………………….

Nomor kelompok : …………………………………….

Fakultas : …………………………………….

Program Studi : …………………………………….

Semester / Kelas : …………………………………….

Nama Percobaan

Tanggal percobaan : …………………………………….

Minggu ke : …………………………………….

Nama Dosen : …………………………………….

Nama Asisten : …………………………………….

Patner kerja : …………………………………….

: …………………………………….
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar ii

Ketentuan Pembuatan Laporan iv

Daftar Isi 7

Pendahuluan 8

Modul I: Pengukuran dan Massa Jenis 11

Modul II: Hukum Newton 16

Modul III: Pendulum Reversibel 21

Modul IV: Hukum Hooke 25

Modul V: Hukum Boyle 30

Modul VI: Momen Inersia 33

Modul VII: Ekspansi Udara Pada Volume Konstan 39

Modul VIII: Konduktivitas Thermal 44


Pendahuluan

1. Umum
Tujuan percobaan-percobaan fisika di Laboratorium Fisika Dasar adalah untuk melihat
secara visual beberapa peristiwa fisika dalam kejadian sebenarnya, menguji kebenaran
hukum fisika misalnya : hukum lensa, hukum Ohm, dsb., dan mencari tetapan-tetapan
fisika secara kuantitatif. Untuk itu diperlukan ketelitian dan metode pengamatan.

Mata kuliah praktikum Fisika Dasar ini diberikan agar mahasiswa :


 Memperoleh kecakapan dan ketrampilan dalam memakai dan memahami kegunaan
peralatan laboratorium.
 Lebih menghayati materi yang diberikan di kuliah dan memahami hubungan antara
teori dan pengamatan.
 Mampu menganalisis, membuat hipotesis, ataupun kesimpulan dari data yang
diperoleh dari hasil percobaan.
 Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan (melalui diskusi dan pembuatan
laporan), mengenal metodologi penelitian.
Penelitian dalam arti sebenarnya (mencari solusi baru, inovasi, dsb.) memang belum
dilakukan pada taraf percobaan praktikum fisika dasar ini, tetapi kegiatan praktikum ini
sudah mengarah kepada cara-cara untuk melakukan suatu penelitian.

2. Teori Ralat
Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh karenanya pengukuran
besaran fisis merupakan hal yang sangat penting. Mengukur adalah membandingkan suatu
besaran fisis dengan besaran fisis sejenis sebagai standar yang telah diperjanjikan terlebih
dahulu. Tujuan mengukur adalah untuk mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil
yang akurat. Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran bolehjadi
memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga jika besaran fisis yang sama diukur
oleh orang lain. Jadi usaha untuk memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah
tercapai, dan yang bisa dicapai hanyalah memperoleh hasil terbolehjadi betul, dan nilai
kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur (x ) maka hasil ukur terboleh jadi betul adalah nilai rerata
pengukuran (x ) , dan kisaran hasil ukur dinamakan ralat pengukuran dinyatakan (x) .
Nilai kisaran hasil ukurnya ( x  x) , mempunyai arti nilai itu berada dalam rentang antara
x minimum yakni ( x  x) sampai dengan x maksimum yakni ( x  x) . Suatu alat ukur
dikatakan presisisi apabila memberikan nilai x yang kecil. Setiap alat ukur mempunyai
tingkat kepresisian sendiri-sendiri, misalnya alat ukur panjang : mikrometer sekrup 0,001
cm, jangka sorong 0,01 cm dan mistar 0,1 cm. Hasil ukur dikatakan baik apabila diperoleh
ralat relatif ( x / x ) yang bernilai kecil.

2.1 Sumber – Sumber Ralat


Setiap hasil pengukuran tidak pernah lepas dari suatu ralat. Sumber-sumber ralat
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu : ralat sistematik (systematic error),
ralat rambang (random error), dan ralat kekeliruan tindakan.
1. Ralat Sistematik
Ralat kelompok ini memberikan efek yang tetap nilainya terhadap hasil ukur, dan
dapat dihilangkan apabila diketahui sumber-sumbernya, anrtara lain faktor-
faktor berikut.
(a) Alat
Misalnya : kesalahan kalibrasi, meter arus tidak menunjukkan nol sebelum
digunakan (zero error), ketidak elastisan benda / fatigue.
(b) Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca skala. Hal ini
bisa disebabkan selama pembacaan mata pengamat terlalu ke bawah atau
ke atas terhadap objek yang diamati sehingga nilai yang terbaca tergeser
dari nilai sebenarnya ( paralaks).
(c) Kondisi fisis pengamatan
Misalnya karena kondisi fisis saat pengamatan tidak sama dengan kondisi
fisis saat peneraan alat, sehingga mempengaruhi penunjukan alat.
(d) Metode pengamatan
Ketidak tepatan dalam pemilihan metode akan mempengaruhi hasil
pengamatan, misalnya sering terjadi kebocoran besaran fisis seperti panas,
cahaya, dsb.

2. Ralat rambang
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan berulang untuk
besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap pengukuran itu berbeda. Ralat yang
terjadi pada pengukuran berulang ini disebut ralat rambang, atau ralat
kebetulan atau ralat random.
Faktor- faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai berikut.
(a) Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh pengamat yang
berbeda dari waktu ke waktu.

(b) Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi) M


Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang digunakan tidak stabil
(berfluktuasi).

(c) Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-alat ukur listrik
sehingga dapat mempengaruhi penunjukkan meter-meter listrik.

(d) Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk lingkaran sempurna
maka penentuan diameternyapun akan menimbulkan ralat.

3. Ralat kekeliruan tindakan


Kekeliruan tindakan oleh pengamat atau pengukur dapat terjadi dalam bentuk
sebagai berikut.

(a) Salah berbuat


Misalnya salah membaca, salah pengaturan situasi/kondisi, salah
membilang (misalnya jumlah ayunan 11 kali terbilang 10 kali).

(b) Salah hitung


Terutama terjadi pada hitungan dengan pembulatan.

2.1 Perhitungan Ralat


Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa ralat selalu muncul pada
setiap pengukuran, dan ini disebabkan oleh keterbatasan alat ukur, usaha yang
dapat dilakukan hanyalah bagaimana memperkecil ralat tersebut sekecil-kecilnya.
Khusus dalam hal pengamatan pada praktikum Fisika Dasar, peralatan, situasi dan
kondisi yang ada harus diterima apa adanya dalam arti praktikan tidak dapat
meniadakan ralat sistematik secara baik. Yang dapat dilakukan praktikan adalah
berusaha bekerja sebaik-baiknya untuk menghindari atau mengurangi ralat
kekeliruan tindakan, ralat sistematik, dan ralat kebetulan.
Setiap pengukuran selalu muncul ralat kebetulan, oleh sebab itu untuk
memperkecil ralat ini harus dilakukan pengukuran berulang, semakin banyak
dilakukan pengukuran berulang semakin baik. Namun demikian tidak semua
pengamatan dapat diulangi sehingga praktikan hanya dapat melakukan pengamatan
sekali saja, untuk ini ralat terjadi pada penaksiran skala. Ralat ini penaksirannya
dilakukan atas dasar akal sehat terkadang sampai 0,1 skala terkecilnya. Ralat
kebetulan dapat dibedakan menjadi dua macam, yalitu ralat dari pengamatan
langsung dan ralat dari hasil perhitungan. Pengukuran besaran secara langsung
berarti benda tersebut diukur dan langsung dapat diperoleh hasil ukurnya. Misalnya
mengukur diameter pensil dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran tak
langsung berarti hasil ukur yang dikehendaki diperoleh melalui perhitungan. Sebagai
contoh ingin mengetahui volume sebatang pensil berbentuk silinder, maka yang
dilakukan adalah mengukur diameter pensil dengan jangka sorong misalnya dan
mengukur panjang pensil dengan mistar.
Ralat pengukuran langsung terjadi karena pengamatan dan ini termasuk
ralat rambang. Ralat pengukuran tak langsung disumbang oleh ralat rambang dari
setiap pengukuran besaran secara langsung, dan ini menyebabkan ralat yang
merambat. Semakin banyak parameter yang diukur langsung maka ralat hasil ukur
semakin besar. Ini disebabkan adanya perambatan masing-masing ralat oleh setiap
pengukuran langsung yang menyumbang ralat hasil pada pengukuran tak langsung.
Berikut ini diperkenalkan penyebab ralat pada setiap pengukuran.
1. Ralat Pengamatan
Telah diuraikan di atas, bila pengukuran atau pengamatan dilakukan beberapa
kali pada besaran yang diukur secara langsung, hasilnya berbeda-beda. Misalnya
dilakukan pengukuran sebanyak n kali dengan hasil pengukuran yang ke i
adalah xi ( i  1,2,3,...n) . Nilai terbaik terboleh jadi betul adalah nilai rerata dari
hasil ukur itu, dilambangkan x , dapat ditentukan dengan persamaan :

x
n
x1  x 2  x3  ...  x n
x 
i i
(1)
n n

Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai ukur rerata
dinamakan deviasi (misal berlambang  ), maka :

xi  xi  x (2)

Deviasi pada persamaan (2) merupakan penyimpangan terhadap nilai terbaik


dari nilai terukur yang bersangkutan ( xi ) .

Dikenal istilah deviasi standar, yang didefinisikan sebagai akar rerata kuadrat
deviasinya (x) atau :

n n

 x  i
2
 x i  x
2

x  i
 i
(3)
n(n  1) n(n  1)

sedangkan deviasi standar relatifnya ditulis :


x x
x r  atau xr   100% (4)
x x

Selanjutnya harga atau nilai dari pengukuran (x ) dapat ditulis :

x  x  x (5)

Nilai pengukuran, seringkali dinyatakan dengan kesaksamaan atau ketelitian,


atau disebut pula kecermatan, yaitu: 1  x r atau 100%  x r % . Kesaksamaan
dapat dianggap sebagai jaminan akan kebenaran hasil pengukuran . Perhatikan
contoh berikut ini.

Misal kita melakukan 10 kali pengukuran panjang sebuah batang, dimana nilai
terukur pada setiap kali pengukuran seperti terdapat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data pengukuran panjang sebuah batang

Pengukuran Nilai terukur Deviasi Kuadrat


ke
( xi ) cm xi  xi  x (cm) deviasi (xi ) 2

1 35,62 +0,03 0.0009

2 35,59 0,00 0,0000

3 35,60 +0,01 0,0001

4 35,61 +0,02 0,0004

5 35,56 -0,03 0,0009

6 35,58 -0,01 0,0001

7 35,57 -0,02 0,0004

8 35,58 -0,01 0,0001

9 35,59 0,00 0,0000

10 35,60 +0,01 0,0001

Dari tabel diperoleh informasi bahwa :


n n
n  10 x i  355,90 maka  (x ) i
2
 0,0030
i i (1)


n
xi
Jadi nilai terbaiknya : x i
 35,590
n (2)

 x 
2
i
0,0030
sedangkan deviasi standarnya x  i
  0.00577
n(n  1) 90
(3)

maka, nilai ukur besaran x tersaji : x  x  x  (35,590  0, 0057) cm (4)

0,00577
dengan kesaksamaan : 100%   100%  99,98% (5)
35,590

Sejumlah kalkulator ilmiah (scientific calculator) biasanya terdapat fasilitas untuk


menghitung deviasi standar, petunjuk penggunaannya sangat spesifik,
bergantung pada merk dan tipe kalkulator tersebut.

2. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung, tetapi dihitung dari
pengukuran unsur-unsurnya. Misal volume sebuah balok dihitung dari perkalian
antara panjang, lebar dan tebal balok yang diukur, kelajuan dihitung dari jarak
tempuh dengan waktu tempuhnya, dsb. Pada pengukuran panjang, lebar dan
tebal balok masing-masing pengukurannya memberikan ralat, maka dalam
perhitungan volume balokpun akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan
ralat dari setiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang timbul sebagai hasil
perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat rambatan. Nilai terbaik
sangat bergantung pada nilai terbaik variabel unsurnya.

Secara matematis bila besaran V gayut variabelnya adalah ( x, y, z ) ,


sehingga V  V ( x, y, z ) , maka nilai terbaiknya adalah V  V ( x , y, z ) , sedangkan
deviasi standar reratanya dirumuskan :

2 2 2
 V  2  V  2  V  2
V    x    y    z (6)
 x   y   z 

Penyajian hasil pengukuran langsung terhadap peubah x, y, z dinyatakan :


x  x  x y  y  y z  z  z
dimana :

 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah x,
 x 
 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah y,
 y 
 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah z .
 z 

Perhatikan dua contoh berikut.

Contoh:
Sebuah balok sisi-sisinya diukur langsung hasil pengukuran sbb. :
Panjang : p  (6,21  0,02)cm

Lebar : l  (4,26  0,01)cm

Tinggi : t  (3,43  0,01)cm

Nilai terbaik volume balok :

V  V ( p, l , t )  ( p)(l )(t )  6,21 4,26  3,43  90,74 cm3

Standar deviasi dapat dihitung melalui turunan parsial V terhadap

p, l , t berikut ini :
V
 l t  (4,26)(3,43)  14,6118
p

V
 pt  (6,21)(3,43)  21,3003
l

V
 pl  (6,21)(4,26)  26,4546
t

Berikutnya, deviasi standar reratanya adalah :

2 2 2
 V   V  2  V  2
V    p 2    l    t
 p   l   t 
V  (14,6118) 2
(0,02) 2  (21,3003) 2 (0,01) 2  (26,4546) 2 (0,01) 2 
= 0,4480

Diperoleh simpulan volume balok : V = (90,7  0,4) cm3

3. Metode Grafik
Hasil percobaan apabila hanya disajikan dalam bentuk angka-angka saja mestinya
kurang menarik selain menjemukan. Hasil percobaan akan menarik apabila angka-angka
tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variabel yang
dikehendaki.

Analisis data dengan metode grafik lebih praktis dan memudahkan pandangan.
Meskipun demikian tidak semua percobaan hasilnya dapat dianalisis dengan metode grafik.

Kegunaan grafik.
a. Grafik sangat menolong melalui pandangan (visual aid), maksudnya dengan
mengamati bentuk grafik saja, pembaca bisa memperoleh banyak informasi. Misal
dapat diketahui di tempat mana atau saat kapan mulai ada perbedaan antara hasil
hitungan dan hasil pengamatan, dapat diketahui dengan mudah letak benar dan
salahnya dalam menganalisis data, dan sebagainya.
b. Grafik dapat digunakan untuk membandingkan eksperimen dengan teori.
c. Grafik dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan empiris antara dua besaran,
meskipun pelaku percobaan belum pernah menyelidiki hubungan teoritis antara dua
besaran tersebut.
d. Grafik dapat digunakan untuk menentukan konstanta atau koefisien dari suatu rumus,
membuktikan rumus.

Membuat grafik
Untuk mendapatkan grafik yang baik, maka perlu diperhatikan dasar-dasar pembuatan
grafik sebagai berikut.

a. Pilihlah sumbu mendatar atau sumbu x atau absis sebagai besaran sebab atau variabel
bebas, dan sumbu tegak atau sumbu y atau ordinat sebagai besaran efek atau akibat
atau variabel bergantung. Pemilihan besaran pada absis dan ordinat harus bersesuaian
dengan keadaan yang paling menguntungkan, misalnya bisa menghapus ralat
sistematis.
b. Persamaan yang digunakan harus persamaan linier. Misal hukum Boyle pV  k atau
1 1
pk , dengan k = konstan, agar persammaannya linier maka sumbu x adalah :
V V
1 2 gr 2  B   F 
sedangkan sumbu y adalah : p . Contoh lagi :  , dimana t : waktu
t 9 s
1
dan r : jari-jari, sebaiknya sumbu x diambil besaran : r 2 dan sumbu y : besaran : .
t
Contoh lagi misal I  I 0 e sebaiknya diubah menjadi ln I  ln I 0  d dengan sumbu
d

x : adalah d dan sumbu y : adalah ln I .


c. Nilai skala baik pada sumbu x mapun sumbu y harus dipilih bulat dan dapat
memberikan kemiringan grafik (slope) pada kisaran antara 300 sampai 600.
d. Gunakan minimal 10 buah titik data, setiap titik data ditulis dengan jelas, serta nilai
ralat di setiap titik data (biasanya berarah sumbu y), digambar sebagai garis ke atas
dan ke bawah dari titik data itu.
e. Ambillah skala yang sederhana, misal 1 cm di kertas grafik mewakili 1 satuan (atau
10,100,0,1 dst). Kalau pilihan ini mengakibatkan lukisan grafik menjadi terlalu besar
atau terlalu kecil ambillah 1 cm mewakili 2 atau 5 unit(atau 10 pangkatnya).
f. Penulisan angka pada sumbu-sumbunya hendaknya yang sederhana, misal jangan
dituliskan angka 0,000005 tetapi 5x10 -6.
g. Berilah tanda yang jelas pada titik-titik pengamatan, gunakan tanda berbeda bila
melukiskan beberapa kurva di satu grafik.
h. Tarik garis grafik secara halus dan merata (atau garis lurus) yang menerusi daerah titik-
titik pengamatan, jangan melukis garis patah-patah yang menghubungkan tiap dua titik
pengamatan yang berurutan.
i. Grafik garis lurus jangan dipaksa ditarik melalui titik nol, tetapi hendaknya ditarik garis
lurus yang paling cocok melalui daerah titik-titik pengamatan. Dengan cara ini mungkin
satu atau lebih ralat sistematis akan terungkap.
j. Garis ditarik melalui titik-titik data terboleh jadi , artinya tidak setiap titik data harus
dilalui. Slope ketidakpastian ditarik dari titik data paling menyimpang di kedua ujung
data dan dihubungkan dengan titik tengah (pusat) data. Kedua garis itu memberi
makna, bahwa siapapun yang menarik garis selalu antara garis terboleh jadi dan garis
ketakpastian.
k. Garis yang melalui titik-titik data terbolehjadi memberikan slope terbolehjadi,
sedangkan garis yang melalui ujung titik data grafik yang paling menyimpang
memberikan slope ketidakpastian. Slope terboleh jadi dan slope ketidakpastian
digunakan untuk menentukan nilai ukur (yang dituju) terbolehjadi dan
ketidakpastiannya.
PENGUKURAN DAN MASSA JENIS

I. Tujuan
1. Mempelajari prinsip pengukuran
2. Memahami konsep rapat massa
3. Menentukan ketidakpastian pengukuran
4. Menentukan ketelitian dan ketepatan pengukuran

II. Dasar Teori


A. Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan
sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu
pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran
yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi
dapat diprediksi dengan kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu
besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai
benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.

Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami, diantaranya:

1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variable yang
diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat
ukur.
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.

B. Mengukur Besaran Panjang

Kita mengenal berbagai macam alat ukur panjang, misalnya mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur panjang yang paling umum adalah
mistar. Mistar atau penggaris mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian
0,5 mm, yaitu setengah dari skala terkecil alat ukur. Penggunaan alat ukur panjang
disesuaikan dengan benda yang akan diukur. Untuk mengukur panjang tanah atau
bangunan digunakan alat pita pengukur dengan skala terkecil sentimeter (cm). Untuk
mengukur jarak dari satu kota ke kota lain dapat menggunakan alat roda pengukur
dengan keliling roda sudah diketahui. Jarak antar kota dapat diketahui dari banyak
putaran yang dilakukan roda, seperti prinsip kerja pengukur jarak pada kendaraan
bermotor.

Dalam melakukan pengukuran menggunakan skala, kita harus menghindari


kesalahan melihat (paralaks). Pada saat mengukur, posisi mata harus lurus dengan skala
yang dibaca.

Gambar 1. Beberapa contoh peralatan yang digunakan dalam pengukuran

Untuk mengukur panjang 10 cm sampai dengan 0,1 mm digunakan jangka sorong. Alat
ukur ini mempunyai dua skala, yaitu skala induk (utama) yang ada pada rahang tetap
dan skala vernier (nonius) pada rahang geser yang memiliki 10 bagian skala dari panjang
skala induk 9 mm sehingga ketelitiannya sama dengan 10/10 mm – 9/10 mm = 1/10 mm
= 0,1 mm atau 0,01 cm.

Gambar 2. Jangka Sorong dan bagiannya


Gambar 3. Mikrometer sekrup dan bagiannya

Untuk mengukur panjang sampai 0,01 mm digunakan alat mikrometer sekrup.


Bagian terpenting dari alat ini adalah poros berskala mm dan selubung luar yang dapat
berputar yang terdiri atas 50 bagian skala. Jika selubung diputar 1 kali putaran maka
selubung akan maju atau mundur 0,5 mm.

1 skala selubung = 0,5/50 mm = 0,01 mm

Angka 0,01 mm merupakan ketelitian dari mikrometer sekrup.

C. Mengukur Massa
Pengukuran massa banyak dilakukan menggunakan neraca atau timbangan yang
bekerja atas dasar prinsip tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di laboratorium,
antara lain neraca emas. Pada neraca emas ini benda yang hendak ditentukan massanya
diseimbangkan dengan sejumlah massa yang telah ditera, disebut batu timbangan.
Apabila sudah seimbang maka massa benda sama dengan massa batu timbangan
tersebut.

Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser. Neraca ini memiliki
beberapa lengan berbeban yang dapat digeser-geser yang disebut Neraca Ohauss.
Neraca Ohauss ada yang memiliki 3 lengan, ada juga yang memiliki 4 lengan. Pada tiap
lengan terdapat skala yang langsung menyatakan massa benda yang diukur pada waktu
lengan batang seimbang dengan beban.

Misalnya pada neraca Ohauss 3 lengan, beban geser menunjukkan berturut-


turut 100g, 20g, dan 3g, maka massa beban itu sama dengan 100 + 20 + 3 = 123 gram.

D. Mengukur Rapat Massa


Rapat massa adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
rapat massa suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Benda
yang memiliki nilai rapat massa besar dikarenakan atom-atom dalam susunan
molekulnya memiliki kerapatan yang besar, misalnya logam. Gabus atau sterofoam
mempunyai massa jenis kecil karena susunan atom-atom dalam molekulnya memiliki
kerapatan kecil. Rapat massa rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki rapat massa lebih tinggi (misalnya
besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki rapat massa lebih rendah (misalnya air). Satuan SI rapat massa adalah kilogram
per meter kubik (kg·m-3).
Rapat massa suatu fluida dapat bergantung pada banyak faktor seperti temperatur
fluida dan tekanan yang mempengaruhi fluida. Akan tetapi pengaruhnya sangat sedikit
sehingga rapat massa suatu fluida dinyatakan sebagai konstanta/bilangan tetap. Rapat
massa berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki rapat massa yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki rapat massa
yang sama. Jika m adalah massa dan v adalah volume maka rumus untuk menentukan
rapat massa adalah
m

V
E. Aturan angka penting
Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol yang terletak diantara
angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari
satu, angka nol yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak
termasuk angka penting. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan
nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan lain.dan penimbangan berlangsung
lebih cepat.

III. Alat dan Bahan


1. Mikrometer sekrup 12. Alat pemanas
2. Jangka sorong 13. Thermometer
3. Neraca lengan 14. Air
4. Stopwatch
5. Mistar
6. Gelas ukur
7. Balok
8. Termometer
9. Voltmeter
10. Ampermeter
11. Power suplay
IV. Prosedur Kerja
1. Baca bismillah dulu sebelum memulai eksperimen!
2. Siapkan peralatan yang akan digunakan.
a. Pengukuran berdimensi panjang
- Ukurlah panjang, tinggi dan tebal dari balok dengan menggunakan mistar
beserta ketidakpastianya.
- Variasilah pengukuran tersebut dengan jangka sorong dan mikrometer skrup.
- Lakukan kegiatan ini sampai lima kali.
b. Pengukuran tegangan dan arus listrik
- Buatlah suatu rangkaian listrik tertutup yang terdiri dari sebuah power suply dan
resistor
- Ukurlah tegangan listrik dengan voltmeter dan arus yang mengalir pada
rangkaian dengan ampermeter beserta ketidakpastiannya.
- Lakukan kegiatan ini lima kali
c. Pengukuran Massa jenis
- Ukurlah panjang, tinggi dan tebal dari balok dengan menggunakan alat ukur yang
disediakan beserta ketidakpastianya.
- Hitung volume balok tersebut beserta ketidakpastiannya.
- Tentukan massa balok dengan neraca beserta ketidakpastiannya.
- Hitung rapat massa balok tersebut.
3. Catat hasil pengamatan anda sebagai Data Laporan Sementara!
4. Akhiri dengan hamdalah!

V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
a. Pengukuran berdimensi panjang

No p ± Δp t ± Δt l ± Δl

b. Pengukuran tegangan dan arus listrik

No V ± ΔV I ± ΔI
c. Pengukuran rapat massa

No m ± Δm ρ ± Δρ

2. Metode Analisa Data


Setelah diperoleh data, hitunglah ketidakpastiannya baik untuk pengukuran tunggal
maupun pengukuran berulang. Tentukan pula ketelitian dengan persamaan :
% ketelitian = 100 % - % ketidaktelitian (1)
Sementara ketidaktepatan ditentukan oleh persamaan :
% ketepatan = 100 % - % ketidaktepatan (2)

VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran? Bagaimana cara untuk menghindari kesalahan
dalam pengukuran?
2. Apa yang membedakan massa dengan berat? Berat ataukah massa yang terbaca oleh
neraca? Jelaskan!
3. Mengapa untuk mengukur diameter kawat lebih baik menggunakan mikrometer sekrup
daripada menggunakan jangka sorong?

VII. Referensi
[1] Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-37070
Göttingen

[2] Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I,
Penerbit Erlangga, Jakarta

[3] Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
HUKUM II NEWTON

I. Tujuan

1. Mempelajari konsep Hukum II Newton


2. Menentukan besarnya kecepatan dan percepatan
3. Menentukan besarnya gaya dengan metode analitik.

II. Dasar Teori

Gaya tidak selalu menyebabkan gerak. Sebagai contoh bisa saja kita mendorong
mobil mogok sekuat tenaga, mobil tersebut tetap tidak bergerak. Melihat contoh tadi,
terlihat bahwa kecepatan sebuah benda dapat berubah menjadi besar atau kecil,
disebabkan oleh gaya. Jadi, gaya adalah:

1. Sesuatu yang dapat menimbulkan perubahan gerak


2. Sesuatu yang dapat menimbulkan perubahan kecepatan
3. Sesuatu yang dapat menimbulkan percepatan

Gaya tidak dapat dilihat, tetapi dapat diketahui dengan melihat pengaruhnya
terhadap benda. Berikut ditunjukkan beberapa percobaan untuk mengamati hubungan
massa, percepatan, dan gaya yang bekerja pada benda. Jika gaya yang dikerjakan pada
benda dua kali semula, maka percepatannya menjadi dua kali percepatan semula.

Dengan bantuan alat Air Track kita dapat memperoleh informasi yang
menggambarkan hubungan antara waktu yang diperlukan benda dalam bergerak
dengan panjang lintasan yang ditempuhnya.

Gambar 1. Air Track


t ....t
Jika dalam pengukuran waktu digunakan lambang 1 4 untuk empat kali
pengukuran, maka akan diperoleh juga
t1...t4 menurut panjang screen. Jadinya,
kecepatan memiliki hubungan dengan kecepatan sesaat sebagai berikut:
t
tn'  tn  n
2 (1)
Sehingga, persamaan Newton untuk gerak bisa direpresentasikan dengan
persamaan berikut:
m a  F (2)
Dimana
d2r
a 2
dt
Yang selanjutnya disebut sebagai percepatan.
Adapun kecepatan yang dapat anda peroleh melalui persamaan berikut
F
v (t )  t
m (3)
Untuk, v(t )  0 .
Dari sini bisa diasumsikan juga bila,
v(0)  0; r (0)  0 ,

sehingga posisi dari F pada titik massa adalah :


1F 2
r (t )  t
2m (4)
Karena pada kasus percobaan adalah gerak pada dimensi satu saja dan selama
m
bergerak dipengaruhi oleh massa 1 , maka
F  m1  g  m1 g
(5)
m2
Bagaimana jika juga terlibat didalamnya? Persamaan di atas akan berubah
menjadi
(m1  m2 ) a  m1 g (6)
Sehingga, kecepatannya diberikan oleh persamaan
m g
v(t )  v  1 t
m1  m2 (7)
Dan persamaan posisinya dinyatakan dengan
1 m1  g 2
r (t )  s(t )  t
2 m1  m2 (8)

Gambar 3. Beberapa grafik yang menggambarkan hubungan antara kecepatan,


percepatan, gaya dan massa dengan waktu

III. Alat dan Bahan

1. Air track rail 11. Weight holder 1 g


2. Blower 12. Silk thread, 200 m
3. Pressure tube, l = 1.5 mI 13. Portable balance, CS 2000
4. Glider f. air track 14. Barrel base
5. Screen with plug, l = 100 mm 15. Support rod –PASS-, square, l =
6. Starter system 400 mm
7. Precision pulley
8. Light barrier, compact
9. Timer 4-4
10. Slotted weight, 10 g, black
IV. Prosedur Kerja

1. siapkan peralatan, dan rangkailah seperti gambar.

2. Tentukan jarak masing-masing detektor


3. Tentukan massa pemberatnya
4. Hubungkan blower dan timer ke sumber listrik
5. Tekan saklar on pada belakang alat
6. Posisikan Timer 4-4 pada selector “S” untuk menghitung waktu yang dibutuhkan
screen melewati detector
7. Pastikan hembusan blower stabil sebelum menekan pengait untuk mendapatkan
gesekan yang stabil.
8. Tekan pengait sehingga screen berjalan, dan biarkan detector menghitung. Catat
waktu ini.
9. Ulangi prosedur dengan mengganti beban untuk variasi massa atau dengan
mengubah jarak antar detector.
10. Untuk mengetahui percepatan, pindahkan skala timer pada selector “sinus
kotak”. Tekan pengait, biarkan detector menghitung.
11. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel

34
V. Analisa Data

4. Hasil Pengamatan

Massa pemberat = …..kg

N s t v a
2
no l (m) t (s) (m/s) (m/s )

5. Metode Analisa

Data hasil pengamatan di buat grafik dengan menggunakan kertas


grafik, baik untuk perpindahan, kecepatan maupun percepatannya sebagai fungsi
waktu. Gaya bisa ditentukan dengan menggunakan persamaan Hukum II Newton.

VI. Evaluasi

(1) Apa yang dimaksud dengan jarak, perpindahan, kecepatan dan percepatan itu?
(2) Bagaimana anda memperoleh percepatan dari data kecepatan? Jelaskan!
(3) Bagaimana dengan percepatan yang diperoleh dari faktor gaya? Jelaskanlah!
VII. Referensi
[1] Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-
37070 Göttingen
[2] Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
[3] Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
[4] Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

35
PENDULUM REVERSIBEL

I. TUJUAN
1. Menentukan periode osilasi pendulum
2. Menentukan besarnya percepatan gravitasi

II. DASAR TEORI


Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya percepatan gravitasi
adalah pendulum reversibel.
Pendulum reversible (pendulum fisis) berbeda dengan pendulum matematis yang massa
terkonsentrasi pada satu titik, sementara pada pendulum reversible massa terdistribusi
pada semua bagian pendulum.
Energy potensial pendulum V dihasilkan dari enerdi potensial pusat gravitasi

V   mi ri g  Mgs. cos  (1)
i

Dimana m dan r adalah massa dan vector posisi. M adalah massa total pendulum dan g
adalah percepatan gravitasi.
Energy kinetic Ek pendulum reversible adalah jumlahan dari energy kinetic partikelnya,
2   2
E k   12 mi vi   12 mi i xri    12 mi i2 ri 2
i i i

Ωi adalah kecepatan sudut partikel ke-i.


jika  ' adalah panjang batang pendulum yang diubah ubad dan M adalah massa benda
total sedang S adalah jarak Antara pusat massa dengan sumbu rotasi. Dan Js adalah momen
inersia. Sistem ini digambarkan sebagai mana dibawah ini

s A
λ
θ

A

36
Dengan menerapkan konservasi energy, di dapat :
 
E  E p  Ek  12  2 J s  Ms 2  Mgs. cos  const (3)
Persamaan di atas adalah persamaan difrensial orde 1, yang mana solusi analitiknya
adalah
 2  Mgs 2  2  C
J s  Ms
(4)
Solusi umum dari persamaan terakhir adalah :
 (t )   0 sin t    (5)
Dimana  0 adalah amplitude osilasi dan  adalah fase. Frekuensi osilasi dinyatakan
dengan

 2
T  Mgs
J s  Ms 2 (6)

r adalah panjang lengan yang diperoleh dari grafik ketika poros tetap dan poros
berubah ubah bertemu . Panjang ini didefinisikan sebagai

r  Ms
J
s s
(7)
r
Periode osilasi pendulum dinyatakan dengan persamaan T  2 g (8)
III. ALAT DAN BAHAN
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Batang pendulum 1
2 Batang peyangga 40 cm 2
3 Batang penyangga 100 cm 1
4 Light Barrier counter 1
5 Power supply 5 V DC/2.4 A 1
6 Bearing Bosshead 2
7 Right Clamp 3
8 Bench Clamp 2
9 Meteran 1

37
IV. CARA KERJA
1. Susunlah alat seperti pada gambar di bawah ini

2. Aturlah agar jarak antar bearing bosshead pada batang pendulum sebesar 70 cm
3. Hubungkan light barrier counter dengan Power supply dan aturlah posisinya agar
ujung bawah batang pendulum bisa melewati.
4. Posisikan light barrier counter pada mode 4
5. Hubungkan Power supply ke sumber listrik. Tunggu sejenak sampai light barrier
menyala

Osilasi pendulum untuk sumbu osilasi tetap


6. Pada light barrier akan menunjuk angka 0, tekanlah tombol restart. Maka akan
muncul tanda titik 4 (sesuai dengan mode yang dipilih)
7. Simpangkan batang pendulum (simpangan kecil, menyentuh meja)
8. Lepaskan batang pendulum dan biarkan pendulum berayun (osilasi)
9. Perhatikan nilai yang ditunjukkan pada light barrier. Nilai tersebut adalah periode
osilasi pendulum
10. Catatlah dalam tabel
11. Ubahlah jarak antar bearing bosshead, dengan menggeser bearing bagian bawah
(bearing atas sebagai sumbu osilasi, posisi tetap)
12. Ulangi langkah 6-10.

Osilasi pendulum untuk variasi sumbu osilasi


13. Kembalikan bearing bosshead bagian bawah pada posisi semula (L = 70 cm))
38
14. Simpangkan batang pendulum, lepaskan. Catat nilai periode yang ditunjukkan
15. Ubahlah jarak antar bearing dengan menggeser posisi bearing posisi atas (sumbu
osilasi)
16. Simpangkan batang pendulum, lepaskan untuk berosilasi.
17. Catatlah nilai periode yang ditunjukkan.
18. Ulangi langkah 15-17

V. ANALISA DATA
1. Masukkan data ke dalam tabel berikut ini
Periode Osilasi pendulum untuk sumbu rotasi tetap
No L (cm) Peride, T (s)

Periode Osilasi pendulum untuk variasi sumbu rotasi

No L (cm) Peride, T (s)

2. Dengan menggunakan data pada tabel, buatlah grafik hubungan antara periode
osilasi pendulum dengan panjang pendulum reduksi.
3. Berdasarkan grafik, tentukan nilai percepatan gravitasi.

VI. DAFTAR PUSTAKA


PHYWE series of publications • Laboratory Experiments • Physics • PHYWE SYSTEME
GMBH • Mechanics Dynamics Reversibel Pendulum 1.2.22.00, Göttingen,
Germany
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D. Young & Roger A.
Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid2, Penerbit Erlangga, Jakarta
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta

39
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan Termofisika, Penerbit ITB,
Bandung

40
HUKUM HOOKE

I. Tujuan
1. Mempelajari pemuluran (elongation) dari benda elastis
2. Mempelajari dan membuktikan Hukum Hooke
3. Menentukan konstanta pegas dari pegas helical, baik tunggal maupun disusun secara
seri

II. Dasar Teori


Saat mendengar kata elastisitas apa yang muncul dalam benak anda? Banyak
peristiwa dalam kehidupan kita yang berhubungan dengan elastisitas. Sifat
elastisitas bahan terkait dengan Tegangan dan Regangan.
Tegangan (σ) didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami
kawat dengan luas penampang kawat A. Secara matematis :

Gaya F
Tegangan  atau  
Luas A (1)

Tegangan tidak seperti gaya, bukanlah besaran vektor karena kita tidak dapat
memberinya arah tertentu. Tegangan diberikan pada materi dari arah luar. Satuan
tegangan adalah Nm-2.
Ukuran mengenai seberapa jauh batang di atas berubah bentuk. Atau
reganganalah perubahan relatif dimensi/bentuk benda yang mengalami
teganganangan diberikan pada nggapan materi terhadap tegangan. Secara
matematis regangan akibat tarikan pada batang kawat didefinisikan sebagai
perbandingan pertambahan panjang terhadap panjang awalnya:

Pertambahan Panjang L
Re gangan  atau e 
Panjang Awal L (2)

Karena pertambahan panjang (ΔL) dan panjang awal (L) adalah besaran yang
sama atau memiliki satuan yang sama maka sesuai dengan persamaan di atas
regangan tidak memiliki satuan atau dimensi.
Benda-benda elastis akan bersifat elastis sampai ke suatu gaya yang tertentu
besarnya, dinamakan batas elastis. Bila gaya yang dikerjakan pada benda
melampaui batas elastis benda tersebut maka benda tersebut bisa rusak atau tidak
dapat kembali ke bentuk semula atau secara permanen merubah bentuk benda.

41
Akan tetapi, bila gaya yang dikerjakan pada benda tidak melampaui batas elastis
benda tersebut maka benda dapat kembali ke bentuk awalnya.
Apabila benda bermassa m digantungkan pada pegas spiral, maka pegas akan
bertambah panjang sejauh x. Perubahan panjang pegas bergantung pada konstanta
pegas k dan massa m benda. Pada saat pegas dalam keadaan setimbang, maka
pegas melakukan gaya sama besar dan berlawanan arah dengan gaya berat benda.
Jika beban bertambah, pegas semakin panjang dan mempunyai batas maksimum
ketika gaya yang diberikan maksimum. Apabila melampaui harga maksimum,
kelentingan menjadi terganggu, berarti dengan menghilangkan beban maka panjang
pegas tidak kembali pada panjang semula. Akan tetapi, bila gaya yang dikerjakan
pada pegas tidak melampaui batas elastisitas pegas tersebut, maka benda dapat
kembali ke bentuk awalnya sampai batas elastisitas (lenting) menurut Robert Hooke
(1635 - 1703) :

F=-kx (5)

Tanda (-) menyatakan arah F berlawanan dengan arah perubahan panjang x


jika beban ditambah terus, maka untuk harga tertentu pegas akan patah. Apabila
beban diangkat sedikit demi sedikit keatas lalu di lepaskan kembali, terlihat bahwa
beban itu berayun dan bergerak keatas dan kebawah secara bergantian. Gerak ini
disebut gerak osilasi (bolak-balik). Jika penyimpangan maximum (Amplitudo) ke atas
sama dengan ke bawah, maka gerakan ini disebut gerak harmonis selaras (GHS).

III. Alat dan Bahan


Seperangkat statif
1. Beban
2. Mistar
3. Helical spring, 3 N/m
4. Helical spring, 20 N/m

42
Gambar 2. Rangkaian percobaan elastisitas

IV. Prosedur Kerja


1. Set-up peralatan seperti pada Gambar diatas!
2. Pegas helical dipasang pada penyangga tanpa diberi beban.
3. Pasang pegas pada pengaitnya, kemudian ukur panjang awal pegas tersebut!
4. Pasang beban pada ujung pegas, catat perubahan panjangnya!
5. Tambahkan beban secara bertahap, dan catatlah setiap perubahan panjangnya!
6. Plot grafik hubungan antara gaya berat FW yang menyebabkan elongasi sebagai
fungsi pertambahan panjang l.
7. Ulangi percobaan untuk pegas yang disusun secara seri.
8. Catat hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara!
9. Akhiri dengan hamdalah!
V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
Panjang pegas mula-mula = ……m
N m Δ F
o (kg) x (m) (N)

43
2. Metode Analisa
Buatlah grafik dari setiap data pengamatan, gradient grafik menunjukkan nilai
konstanta pegas. Hal ini sesuai persamaan hukum Hooke dan berlaku untuk pegas
tunggal maupun seri. Untuk pegas yang tersusun secara seri, asumsikan pegas
mempunyai nilai konstanta sama sehingga nilai konstanta masing- masing pegas
bisa ditentukan.
VI. Evaluasi
1. Jelaskan konsep dari Hukum Hooke!
2. Jabarkan secara detail maksud dari kurva histerisis Tegangan vs Regangan diatas!
3. Apa yang dimaksud dengan deformasi elastis dan deformasi plastis?
4. Dari hasil eksperimen Anda, buatlah grafik hubungan antara gaya yang diberikan
pada pegas versus pertambahan panjang pegas!

VII. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-
37070 Göttingen
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

44
HUKUM BOYLE
I. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Eksperimen Hukum Boyle
2. Mempelajari Hubungan Antara Tekanan dan volume

II. Dasar Teori


Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan lurus ke segala
arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan
dengan molekul yang lain dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini
menyebabkan adanya tekanan. Volume dari molekul-molekul sangatlah kecil bila
dibandingkan dengan volume yang teramati oleh gas tersebut sehingga sebenarnya
banyak ruangan kosong antara molekul yang menyebabkan gas mempunyai rapat yang
kecil daripada zat cair maupun zat padat. Hal ini menyebabkan gas bersifat kompresibel.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan untuk massa tetap, tekanan
absolut dan volume suatu gas berbanding terbalik. Robert Boyle (penemu hokum Boyle)
yang melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas
pada suhu yang konstan menyatakan bahwa hasil kali tekanan dan volume gas dalam
ruangan tertutup adalah tetap/konstan. Pernyataan tersebut bila ditulis dalam bentuk
rumus :

P.V=C (1)

Dimana c = bilangan tetap (konstanta). Bila tekanan diubah maka volum gas juga
berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai berikut.

P1 . V1 = P2 . V2 (2)

Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volum gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)

45
III. Alat dan Bahan
1. Tripod base
2. Batang penyangga
3. Pipa kaca (2)
4. Selang 180 cm
5. Gelas beaker plastic 100 ml
6. Rubber cup
7. Meteran
8. Jangka sorong

IV. Prosedur Kerja


(1). Ukurlah diameter dalam (di) pipa menggunakan jangka sorong

(2). Rangkailah alat menjadi pipa-U seperti pada gambar

(3). Isilah pipa-U dengan air sampai ketinggian air mencapai setengah pipa.

(4). Tutuplah pipa sebelah kiri menggunakan rubber cap

(5). Geserlah (atas bawah) pipa sebelah kanan sehingga permukaan air pada kedua
pipa sama

(6). Dengan menggunakan spidol, tandailah tinggi air pada pipa sebelah kiri

(7). Ukurlah tinggi (panjang) kolom udara pada pipa sebelah kiri (h)

Penurunan Tekanan pada volume tetap

(8). Ambillah pipa sebelah kanan dari pengait dan turunkan sejauh 10 cm dari tanda /
posisi awal

(9). Amati ketinggian air pada pipa sebelah kiri (permukaan air turun).

(10). hitung jarak antara permukaan air pada pipa kiri dengan tanda (h1). Catat dalam
tabel pengamatan.

(11). Hitung beda ketinggian permukaan air pada kedua pipa (h2).

(12). Turunkan kembali pipa sebelah kanan sejauh 20 cm dari posisi awal.

(13). Catat penurunan tinggi air pada pipa sebelah kiri dan beda ketinggian permukaan
pada kedua pipa. Masukkan dalam tabel

46
(14). Lakukan langkah 7-10 sampai memperoleh 10 data pengamatan

Kenaikan tekanan pada volume tetap

(15). Kembalikan pipa kanan ke pengait dan atur agar permukaan air kedua pipa sama

(16). Dengan menggunakan spidol, tandailah tinggi air

(17). Ambil pipa sebelah kiri dari pengait, turunkan sejauh 10 cm.

(18). Amati ketinggian air pada pipa sebelah kiri (permukaan air naik).

(19). Hitung dan masukkan dalam tabel jarak antara permukaan air dengan tanda pada
pipa kiri (h1).

(20). Hitung beda ketinggian permukaan air pada kedua pipa (h2).

(21). Lakukan langkah 14-15 dengan memvariasi jarak pipa diturunkan.

V. Evaluasi
8. Masukkan hasil praktikum pada tabel data di bawah ini
h = …… cm di = ……… cm po = ……………… hPa
No h1 (cm) h2 (cm) V (cm3) p (hPa) pV (hPa.cm3)

tabel untuk Kenaikan Tekanan


No h1 (cm) h2 (cm) V (cm3) p (hPa) pV (hPa.cm3)

9. Hitunglah jumlah / volume gas (udara).


Dalam hal ini h + h1
10. Hitunglah tekanan gas menggunakan rumus
Untuk kenaikan tekanan
11. Hitunglah volume V = πr2(h - h1)

47
VI. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-37070
ME.4.9 Mechanic part 1-5 halaman 181, Göttingen, Germany

2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid
I, Penerbit Erlangga, Jakarta

3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta

4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

48
MOMEN INERSIA

I. Tujuan
1. Mempelajari konsep momen inersia
2. Menentukan Momen Inersia Cakram
3. Menentukan Momen Inersia Batang

II. Dasar Teori


A. Torsi
Masih ingatkah anda dengan pernyataan Hukum I Newton? Hukum I Newton
secara tidak langsung telah memberikan syarat sebuah benda dikatakan berada dalam
kesetimbangannya, yaitu:

1. Gaya eksternal yang bekerja pada benda harus sama dengan nol,
 F 0 (1)

2. Torsi eksternal yang dialami setiap titik pada benda harus sama dengan nol,
  0 (2)

Kesetimbangan disini yang dimaksudkan adalah kesetimbangan statik. Jika anda


perhatikan, kecenderungan setiap gerakan yang berputar adalah searah atau berlawanan
dengan arah putaran jarum jam. Syarat agar kesetimbangan statis terjadi adalah jumlah
torsi yang cenderung menghasilkan rotasi searah jarum jam pada suatu titik harus sama
dengan jumlah torsi yang cenderung menghasilkan rotasi berlawanan arah jarum jam
pada titik tersebut.

Apa yang dimaksudkan dengan torsi itu? Torsi sebenarnya memiliki beberapa
nama lain, diantaranya torka, momen gaya dan torque. Torsi adalah kemampuan suatu
gaya untuk dapat menyebabkan gerakan rotasi pada benda mengelilingi sumbu putanya.
Besarnya torsi terhadap suatu titik sama dengan perkalian gaya dengan lengan momen.

  F d (3)

dimana  adalah torsi, F menyatakan gaya yang bekerja,, dan d adalah lengan momen,
yaitu panjang garis yang ditarik dari titik poros hingga memotong tegak lurus garis kerja
gaya.

49
Hubungan antara momentum sudut benda tegar pada sistem koordinat tetap
dengan pusatnya di titik pusat gravitasi, dengan momen yang bekerja padanya adalah:
 d 
  L (4)
dt

Momentum sudut dinyatakan dalam hubungan antara kecepatan sudut dan tensor
inersia dengan persamaan :
 
L  I  (5)

Kecepatan sudut berarah pada sumbu z, sehingga L hanya mempunyai satu komponen :
Lz  I z   (6)

Dengan I z adalah komponen tensor inersia benda pada arah sumbu z.

Gambar 1. Momen dari gaya berat pada bidang yang berotasi

d
Pada kasus ini maka :  z  Iz (7)
dt
   
Momen dari gaya F :   r xF (8)
 
Untuk r  F :  z  rF sin 900

 z  rF
z  r m g (9)
d
Sehingga dari persamaan (7) dan (9) diperoleh: mgr  I z  Iz  (10)
dt
mgr
Dari sini diperoleh Iz  (11)

50
Dengan momen inersia total Persamaan (11) merupakan rumus umum untuk momen
inersia dan nilai-nilai I untuk berbagai bentuk gerakan.

I tot  I z  I m
(12)

III. Alat dan Bahan


1. Cakram
2. Batang Berongga
3. Blower
4. Power supply 5 V DC/2.4 A
5. Inertia rod
6. Holding device w. Cable release
7. Precision pulley
8. Pressure tube, l = 1.5 m
9. Supporting blocks, set of 4
10. Counter atau pencacah
11. Beban, 10 gram
12. Beban 50 gram
13. Timbangan digital
14. Mistar

51
IV. Prosedur Kerja
Penentuan momon inersia batang
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan!
2. Set-up peralatan seperti pada gambar 2!
3. Tentukan nilai variasi massa pada Batang Berongga dengan jari-jari tetap!
4. Kaitkan benang yang telah diberi beban pada sumbu putar!
5. Nyalakan blower. Perhatikan sudut putarnya!
6. Tentukan nilai t dan T dengan pemindahan saklar dan penge-set-an pada
Counter!
7. Lakukan langkah 5-7 pada masing-masing variasi massa Batang!
8. Tentukan nilai variasi jari-jari pada Batang berongga dengan massa tetap!
9. Lakukan langkah 5-7 pada masing-masing variasi jari-jari Batang!
Penentuan momon inersia cakram
10. Timbang massa cakram yang akan dicari momen inersianya!
11. Ukur masing-masing variasi jari-jari cakram!
12. Lakukan langkah 5-7 pada masing-masing variasi jari-jari Cakram!
13. Catat hasil pengamatan anda sebagai Data Laporan Sementara!
14. Akhiri dengan hamdalah!

Gambar 2. Setting alat percobaan Momen Inersia

29
V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
a. Momen inersia cakram
Massa cakram : ....kg
No r (m) t (s) T (s)

b. Momen inersia batang


- Massa batang tetap
No r (m) t (s) T (s)

- Panjang lengan tetap


No r (m) t (s) T (s)

2. Metode analisa data


Buatlah grafik untuk masing-masing kasus diatas dan gunakan persamaan 11 untuk
menentukan momen inersia batang dan cakram.

VI. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kecepatan sudut, torsi, dan pusat massa?
2. Bagaimana anda memperoleh percepatan sudut dari data momen inersia benda?
Jelaskan!

30
3. Bagaimana dengan radius putar, apakah mempengaruhi besar Momen Inersia
benda? Jelaskanlah!

VII. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG . D-
37070 Göttingen

2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta

4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

31
EKSPANSI UDARA PADA VOLUME KONSTAN

I. Tujuan
1. Mempelajari konsep tekanan fluida
2. Mempelajari prinsip kerja manometer
3. Mengukur perubahan tekanan dalam sebuah volume spesifik udara selama
dipanaskan pada volume konstan

II. Dasar Teori


Fluida (zat alir) adalah zat dalam keadaan bisa mengalir. Ada dua macam
fluida yaitu cairan dan gas. Salah satu ciri fluida adalah kenyataan bahwa jarak antara
dua molekulnya tidak tetap, bergantung pada waktu. Ini disebabkan oleh lemahnya
ikatan antara molekul yang disebut kohesi.
Gaya kohesi antara molekul gas sangat kecil jika dibandingkan gaya kohesi
antar molekul zat cair. Hal ini mnyebabkan molekul-molekul gas menjadi relatif bebas
sehingga gas selalu memenuhi ruang. Sebaliknya molekul-molekul zat cair terikat
satu sama lainnya sehingga membentuk suatu kesatuan yang jelas meskipun
bentuknya sebagian ditentukan oleh wadahnya. Akibat yang lainnya adalah sifat
kemampuannya untuk dimampatkan. Gas bersifat mudah dimampatkan sedangkan
zat cair sulit. Gas jika dimampatkan dengan tekanan yang cukup besar akan berubah
manjadi zat cair. Mekanika gas dan zat cair yang bergerak mempunyai perbedaan
dalam beberapa hal, tetapi dalam keadaan diam keduanya mempunyai perilaku yang
sama dan ini dipelajari dalam statika fluida.
Tinjauan dalam statika fluida bersifat makroskopik. Dan karenanya ketika kita
mengambil elemen volume yang sangat kecil, maka volume ini masih jauh lebih besar
dari ukuran molekul-molekul pembentuk fluida tersebut.

TEKANAN FLUIDA
Tekanan dalam mekanika benda titik unsur dinamika yang utama adalah gaya,
maka dalam mekanika fluida unsur itu adalah tekanan. Tekanan adalah gaya yang
dialami oleh suatu titik pada suatu permukaan fluida per satuan luas dalam arah
tegak lurus permukaan tersebut. Secara matematik, tekanan p didefinisikan melalui
hubungan
dF = p dA (1)
dimana dF adalah gaya yang dialami oleh elemen luas dA dari permukaan fluida.
Secara mikroskopik, gaya ini merupakan pertambahan momentum per satuan
waktu yang disebabkan oleh tumbukan molekul-molekul fluida di permukaan
tersebut. Permukaan ini bisa berupa permukaan batas antara fluida dengan
32
wadahnya, tetapi ia bisa pula berbentuk permukaan imajiner yang kita buat pada
fluida. Tekanan ini merupakan besaran skalar, bukan suatu besaran vektor seperti
halnya gaya.

Hubungan Tekanan dengan Kedalaman


Dengan menggunakan hukum Newton, kita dapat menurunkan persamaan
yang menghubungkan tekanan dengan kedalaman fluida:
p = p0 + gh (2)
dengan
p 0 adalah tekanan di permukaan (Pa)
 adalah massa jenis air (kg/m3)
g adalah gravitasi bumi (m/s2)
h adalah tinggi permukaan air (m)
Rumus ini menyatakan hubungan antara tekanan p dan kedalaman h.
Hubungan ini juga menyatakan bahwa tempat-tempat yang mempunyai posisi
vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama.

III. Alat dan Bahan


1. Statif
2. Batang Penyangga
3. Rigft angle clamp
4. Universal clamp
5. Termometer
6. Selang
7. Rabber Stopper
8. Gelas Beaker (2)
9. Tabung Erlenmeyer
10. Meteran
11. Pemanas

33
Gambar Set-up alat

Gambar 1. Set up Alat

IV. Prosedur Kerja

1. Isilah manometer menggunakan gelas beaker kecil sampai batas air pada kedua
cabang setinggi 1 cm!
2. Timbanglah gelas kosong, kemudian timbanglah gelas berisi air (volume air = 250 ml)
sebagai massa air. Tentukan massa jenis air tersebut!
3. Tempatkan tabung Erlenmeyer ke dalam gelas beaker 400 ml dan jepitkan pada statif
sehingga berada pada posisi sedalam mungkin di gelas beaker!
4. Isilah gelas beaker 400 ml penuh dengan air!
5. Hubungkan tabung kaca dalam sebuah tabung yang diberi penyumbat dengan cabang
a manometer!
6. Catat temperatur awal T0 dari air dalam beaker pada tabel!
7. Gerakkan salah satu cabang manometer sampai batas air pada keduanya (a dan b)
sama (tekanan dalam labu Erlenmeyer sama dengan tekanan udara di sekitarnya)!
8. Tandai batas air dalam cabang a dengan pena!
9. Panaskan air dalam waktu yang singkat (sekitar 15 detik) dan kemudian gerakkan
kompor menjauh dari beaker (kenaikan temperaturnya tidak boleh lebih dari 1 oC)!
10. Aduk secara hati-hati sekitar 1 – 2 menit sehingga udara dalam botol mempunyai
temperatur yang sama dengan air. Catat temperatur air pada tabel!
11. Atur batas air dalam cabang a sedemikian rupa sehingga kembali pada batas yang
ditandai (gerakkan cabang a ke bawah)!
12. Ukur jarak l antara dua level air dan catat pada tabel!
1
13. Panaskan air secara progresif dan tentukan penambahan nilai untuk l sebagai fungsi
temperatur!
14. Catat hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara!
15. Akhiri dengan hamdalah!

V. Analisa Data
1. Hasil Pengamatan
T0 = ... oC.
h0 = ... m.
No. T (oC) h (m) ΔT (oC) Δh (m) Δp (Pa)

2. Metode Analisa Data


a. Menentukan ΔT dan Δh.
ΔT = T – T0 (oC)

Δh = h0 – h (m)

b. Menentukan Δp.
p = p0 + ρgh

p – p0 = ρgh

Δp = ρ g Δh (Pa) dengan (g = 9,8 m/s2)

c. Menentukan massa jenis air ρ.

VI. Evaluasi
1. Definisikan tentang tekanan fluida secara matematis! Apa satuannya?
2. Apa yang dimaksud dengan tekanan atmosfer?
3. Sebutkan beberapa contoh beserta prinsip kerja alat yang dapat digunakan untuk
mengukur tekanan!
4. Jelaskan bunyi Hukum Pascal dan Hukum Archimedes!
5. Bagaimana korelasi antara perubahan temperatur dengan perubahan tekanan
berdasarkan hasil eksperimen Anda? Gambarkan dalam sebuah grafik!

2
VII. Referensi
1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG. D-37070
Göttingen
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

3
KONDUKTIVITAS TERMAL

I. TUJUAN

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aliran panas dalam logam


2. Menentukan besarnya konduktivitas logam

II. DASAR TEORI

Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih
tinggi ke
tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hokum percampuran panas juga terjadi karena
panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas dapat terjadi
dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem. Jadi pemberian atau pengurangan
panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda secara lokal,
melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau tempat lain.
Peristiwa ini disebut perindahan panas.
Perpindahan energi panas dapat dibagi dalam beberapa jenis. Panas itu dapat
merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga
dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas
berpindah melalui pancaran yang merupakan juga satu cara perindahan panas.
Umumnya perindahan panas berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini. Perindahan
panas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui kondoksi. Cara kedua,
perindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi.
Jika diasumsikan bahwa perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi
dengan aliran listrik atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus panas.
Arus panas didefisinikan sebagai jumlah tenaga panas per satuan waktu atau daya panas
melalui penampang tegak lurus terhadap arah arus. Energi kalor dari bagian benda yang
bersuhu tinggi akan mengalir melalui zat benda itu ke bagian lainnya yang suhunya lebih
rendah. Zat atau partikel zat dari benda yang dilalui panas ini sendiri tidak mengalir
sehingga tenaga panas berpindah dari satu partikel ke lain partikel dan mencapai bagian
yang dituju. Cara Perpindahan panas semacam itu disebut konduksi panas; arus
panasnya adalah arus panas konduksi dan zatnya itu mempunyai sifat konduksi panas.

T1 T2

A
l

4
Pada gambar di atas, sebuah logam dengan luas kedua permukaan bidang yang
berhadapan adalah A dan masing-masing mempunyai temperature T1 dan T2 (T1 > T2)
serta Panjang batang logam sebesar l , maka laju kalor mengalir dari T1 ke T2.
Menurut hasil eksperimen dari Biot dan Fourier, laju panas H berbanding lurns dengan
luas penampang, berbanding lurus dengan beda temperatur tetap itu, dan berbanding
terbalik dengan
panjang jalan yang ditempuh arus panas, l. Dengan membubuhi suatu faktor
pembanding
K, kita peroleh hubungan
AT1 T2 
H K  (1)

Konstanta K disebut koefisien konduktivitas panas atau konduktivitas panas.

III. ALAT DAN BAHAN

NO ALAT / BAHAN JUMLAH

1 Hotplate 1
2 Thermometer 1
3 Stopwatch 1
4 Meteran 1
5 Pengait pipa gelas 1
6 Tripod base 1
7 Batang peyangga 1
8 Universal clamp 1
9 Right clamp 2
10 Beaker gelas 250 ml 1
11 Beaker aluminium 1
12 Gelas silinder plastic 1
13 Batang aluminium 1
14 Batang tembaga 3

IV. PROSEDUR

1. Susunlah alat seperti pada gambar di bawah ini. Kecuali batang logam jangan
diletakkan dalam beaker

5
2. Isilah beaker gelas dengan air 200 ml.
3. Isikan air ke dalam beaker aluminium.
4. Letakkan beaker gelas yang berisi air di atas hotplate.
5. Panaskan air dengan menghidupkan hotplate, sampai air mendidih (suhu 1000C)
6. Matikan hotplate.
7. Letakkan batang tembaga (seperi pada gambar) sehingga salah ujung batang berada
di dalam air panas, dan ujung yang lain berada di dalam beaker alumunium
8. Bersamaan dengan dicelupkannya batang tembaga, stopwatch dijalankan
9. Catat kenaikan suhu air yang ada dalam beaker aluminium untuk selang beberapa
selang waktu.
10. Dengan cara yang sama, lakukan percobaan untuk batang aluminium.

V. ANALISA DATA

a. Dari eksperimen yang telah dilakukan, masukkan data hasil percobaan ke dalam
tabel berikut:

NO Waktu, t (menit) Suhu, T (0C)

b. Plot data pada tabel di atas ke dalam bentuk grafik antara waktu versus suhu !
c. Tentukan nilai konduktivitas termal spesifik batang logam !

VI. EVALUASI
1. Mengapa kenaikan suhu pada menit awal sangat lambat ?
6
2. Apakah yang dimaksud dengan konduktivitas termal ?
3. Factor apa saja yang mempengaruhi konduksi panas ?

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Manual Physics Laboratory Experiments, PHYWE Systeme GmbH & Co. KG. D-
37070 WE 3.2 Göttingen
2. Young & Freedman, 2002, Sears dan Zemansky: Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta
3. Halliday & Resnick, Fisika Jilid I, 1985, Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Tipler, 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai