Anda di halaman 1dari 61

PEDOMAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Kehadiran

 Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah

total praktikum yang diberikan. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi

maka praktikum dinyatakan tidak lulus, yang akan mengakibatkan

ketidaklulusan pada mata kuliah Fisika Dasar.

 Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi

yang diserahkan ke Laboratorium Fisika Dasar paling lambat satu

minggu sejak ketidakhadirannya. Jika tidak dipenuhi maka

dikenakan SANKSI 3.

 Keterlambatan kurang dari sepuluh menit dikenakan SANKSI 1.

 Keterlambatan lebih dari dua puluh menit dikenakan SANKSI 3.

 Data kehadiran akan dirujuk pada data absensi yang ada.

Persyaratan mengikuti praktikum

 Berperilaku dan berpakaian sopan. Jikat tidak dipenuhi sekurang-

kurangnya dikenakan SANKSI 1.

 Mengenakan jas lab dan memakai name tag praktikum. Jika tidak

dipenuhi maka dikenakan SANKSI 2 atau SANKSI 1 plus

SANKSI administrasi.

 Mengerjakan tugas-tugas pendahuluan jika ada.

 Menyiapkan diri dengan materi praktikum yang akan dilakukan.

Bagi mahasiswa yang kedapatan tidak siap untuk mengikuti

praktikum bisa tidak diizinkan mengikuti praktikum (dapat

dikenankan SANKSI 3).

-1- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Pelaksanaan praktikum

 Mentaati tata tertib yang berlaku di laboratorium Fisika Dasar.

 Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan Dosen

penanggung jawab praktikum.

 Memeliharan kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan

alat-alat praktikum.

Penilaian

 Nilai praktikum ditentukan dari nilai tugas pendahuluan, test awal,

aktivitas dan laporan.

 Nilai akhir praktikum dihitung dari rata-rata nilai praktikum, yaitu

jumlah nilai seluruh modul praktikum dibagi jumlah praktikum

yang wajib dilaksanakan.

 Kelulusan praktikum ditentukan berdasarkan nilai akhir praktikum

(AP ≥ 50) dan keikutsertaan praktikum sebanyak minimal 75%.

Sanksi

Sanksi 1 : Nilai modul yang bersangkutan dikurangi 10.

Sanksi 2 : Nilai modul yang bersangkutan dikurangi 50%.

Sanksi 3 : Tidak diperkenankan praktikum, sehingga nilai modul yang

bersangkutan = 0 (nol).

Sanksi Administrasi

Diberikan kepada mahasiswa/ praktikan yang selama praktikan

berlangsung menimbulkan kerugian, misalnya memecahkan/ merusak

alat, menghilangkan/ tertinggal name tag dsb..

Lampung Selatan, Juli 2022

Koordinator Laboratorium Fisika Dasar

-2- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIKA

1. Praktikan wajib mengikuti seluruh pertemuan praktikum sesuai

jadwal yang telah ditentukan Laboratorium Fisika

2. Apabila praktikan tidak hadir dari jadwal yang sudah ditentukan,

praktikan tidak diperkenankan untuk mengikuti praktikum.

3. Praktikan harus memakai jas praktikum serta pakaian yang sopan dan

rapi selama praktikum berlangsung, tidak boleh memakai sandal jepit

dan kaos oblong.

4. Praktikan dilarang merokok, membawa makanan, minuman, atau

bahan yang sifatnya dapat merusak alat/peralatan percobaan ke

dalam lab.

5. Praktikan wajib membuat tugas pendahuluan sebelum mengikuti

praktikum, apabila tidak membuat tugas pendahuluan tidak

diperkenankan untuk mengikuti praktikum.

6. Dalam memakai alat-alat laboratorium, praktikan harus

melakukannya dengan baik dan benar, untuk itu pelajari dan

perhatikan modul dan prosedurnya. Praktikan dilarang memulai

praktikum sebelum mendapat izin dari asisten pembimbing.

7. Praktikan harus menjaga kebersihan, kerapihan dan keutuhan alat

laboratorium.

8. Laboratorium bukan tempat untuk bermain-main dan bersendau

gurau.

9. Praktikan dilarang keras bermain-main dengan semua peralatan

praktikum.

10. Setelah selesai melakukan praktikum, peralatan agar dirapikan seperti

semula.

-3- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
11. Praktikan yang belum mengumpulkan laporan, tidak boleh mengikuti

praktikum berikutnya.

12. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan alat dalam pelaksanaan

praktikum maka menjadi tanggung jawab pemakai (dikenakan sanksi

administrasi).

13. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur

kemudian.

-4- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

AWAL PRAKTIKUM

1. Praktikan mengumpulkan tugas pendahuluan ke Asisten

praktikum yang diikuti. Jika tidak mengumpulkan tugas

pendahuluan tidak diperkenankan untuk mengikuti praktikum.

2. Selanjutnya praktikan memperlihatkan nametag kepada asisten

untuk dapat mengikuti praktikum. Bagi praktikan yang tidak

membawa nametag berarti tidak boleh mengikuti praktikum.

SELAMA PRAKTIKUM

1. Kegiatan dimulai dengan praktikan mengikuti test awal. Bagi

praktikan yang dianggap tidak lulus tes awal, maka asisten berhak

menyuruh praktikan untuk belajar lagi atau membatalkan

praktikum.

2. Setelah tes awal, praktikan dapat melaksanakan praktikum

dibawah bimbingan asisten.

3. Setiap praktikan yang meminjam alat, kartu tanda mahasiswa

ditinggal sebagai jaminan dan akan diserahkan kembali di akhir

praktikum setelah alat kembali dengan kondisi baik.

4. Perlengkapan yang dibawa ketika praktikum :

a. Buku Panduan Petunjuk Praktikum.

b. Nametag

c. Alat tulis

d. Beberapa lembar kertas HVS ukuran folio/kuarto untuk menulis

laporan sementara.

-5- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
e. Kertas berpetak milimeter lepas (jika diperlukan).

f. Kalkulator (jika diperlukan).

g. Penggaris transparan ukuran minimum 20 cm (jika diperlukan).

AKHIR PRAKTIKUM

1. Praktikan membuat laporan sementara (data pengamatan

praktikum) dan disahkan asisten (rangkap 2, satu untuk praktikan

dan satu untuk asisten).

2. Asisten memberi pengarahan tentang laporan dan tugas-tugas lain

yang harus dikerjakan praktikan, lalu mengisi/menandatangani

kartu praktikum.

3. Praktikan pulang dan mengerjakan laporan untuk dikumpulkan

sehari setelah praktikum berlangsung.

-6- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
DAFTAR ISI

halaman

Pedoman Praktikum ............................................................................ i

Tata Tertib Praktikum ......................................................................... iii

Prosedur Pelaksanaan Praktikum ........................................................ iv

Daftar Isi ................................................................................................ v

Modul I Pengukuran dan Ketidakpastian ......................................... 8

Modul II Pesawat Atwood .................................................................... 23

Modul III Hukum Kekekalan Momentum ......................................... 29

Modul IV Momen Inersia ................................................................... 36

Modul V Bandul Matematis ................................................................. 45

Modul VI Kecepatan Bunyi di Udara ................................................. 53

Daftar Pustaka ....................................................................................... 58

Kontributor ............................................................................................. 59

-7- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
I. MODUL PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

A. Pendahuluan

Pada bidang ilmu sains dan teknologi sering dilakukan pengukuranS

besaran fisis, seperti misalnya jarak, masa, waktu, kecepatan, tegangan,

kuat arus dan sebagainya. Dalam melakukan pengukuran pasti tidak

terlepas dari suatu ketidakpastian. Adapun penyebabnya antara lain:

1. Adanya nilai skala terkecil (nst) yang ditimbulkan oleh keterbatasan

alat ukur. Secara fisik, jarak antara dua garis yang berdekatan dalam

suatu alat ukur jarak kurang dari 1 mm. Hal ini disebabkan karena

mata manusia sulit melihat jarak kurang dari 1 mm dengan tepat.

2. Adanya ketidakpastian bersistem antara lain:

a. Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai skala ketika alat diproduksi

kurang tepat).

b. Kesalahan titik nol (sebelum digunakan, alat telah menunjukan

pada suatu nilai yang tidak nol atau jarum tidak mau kembali ke

titik nol secara tepat).

c. Kesalahan pegas (setelah sekian lama digunakan, pegas

melunak/mengeras dari keadaan semula).

d. Gesekan pada bagian alat yang bergerak.

e. Paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala.

3. Adanya ketidakpastian acak, antara lain:

a. Gerak brown molekul udara, gerak ini dapat menggangu

penunjukan jarum alat yang sangat halus dan berbasis

mikroskopis.

b. Fluktuasi tegangan jaringan listrik, menggangu operasional alat-

alat listrik.

-8- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
c. Noise (gangguan bising) dari alat-alat elektronik.

d. Background, landasan bergetar dll.

4. Keterbatasan keterampilan pengamat. Peralatan yang semakin canggih

dan kompleks seperti mikroskop elektron, osiloskop, spektrometer,

pencacah partikel dan lain lain, maka menurut pemakaiannya

memerlukan keterampilan yang tinggi dimana tidak sedikit orang

menguasainya.

B. Dasar Teori

B.1. Penulisan Kesalahan pada Hasil Pengukuran

Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan bergantung pada pada

cara pengukuran yang dilakukan yaitu :

1. Pengukuran tunggal

Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja

(apapun kesalahannya). Pada pengukuran tunggal, orang biasanya

mengambil keputusan bahwa nilai kesalahan (ketidakpastian)

nst dan hasil pengukuran dilaporkan sebagai:

̅ (1)

dimana besaran nilai fisis yang diukur

̅ nilai ‘terbaik’ pengganti nilai besaran fisis sebenarnya

Contoh 1:

Perhatikan Gambar 1, panjang sebuah balok diukur dengan menggunakan

mistar yang memiliki skala terkecil mm hasilnya ditulis sebagai:

Panjang balok = (6,15 ± 0,05) cm

-9- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Ini berarti, pengamat menduga panjang balok itu sekitar 6,15 cm, yaitu

antara 6,10 cm sampai 6,20 cm (tidak dapat diketahui tepatnya). Dengan

kata lain, pengamat berkeyakinan benar, bahwa panjang balok tidak

kurang dari 6,10 cm dan tidak lebih dari 6,20 cm.

Sekali lagi perlu diingat, bahwa penentuan besar kesalahan nst pada

contoh di atas tidaklah mutlak melainkan kebiasan saja. Dalam kasus

pengukuran yang lain dapat saja harga kesalahan diambil , , dan

seterusnya dari nst.

0 1 2 3 4 5 6

Gambar 1. Mistar dan benda yang diukur

Contoh 2:

Arus listrik menggunakan amperemeter yang skalanya kebetulan agak

besar (jarak antara dua garis terdekat lebih besar dari 1 mm) dan jarum

penunjuk cukup tipis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Pengukuran amperemeter

-10- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai berikut:

Kuat arus = (2,66 ± 0,02) mA atau kuat arus (2,66 ± 0,03) mA.

Angka perkiraan

Ini berarti pengukuran berada diantara 2,64 sampai 2,68 mA atau 2,63

sampai 2,69 mA. Ketidakpastian sebesar ± 0,02 atau ± 0,03 diambil dari 1/5

atau 1/4 (bukan 1/2 nst), karena jarak antara dua goresan yang berdekatan

cukup jauh (lebih besar dari 1mm).

2. Pengukuran berulang

Dari pengukuran yang dilakukan berulang kali diharapkan akan

diperoleh informasi yang lebih banyak tentang nilai benar dari suatu

besaran fisis. Makin banyak pengukuran yang dilakukan (pengukuran

berulang), maka nilai yang dihasilkan makin diyakini kebenarannya.

Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi X, yaitu X1, X2,

...., Xm. Nilai ‘terbaik’ pengganti nilai benar X dari pengukuran di atas,

dipakai nilai rata-rata sampel X, yaitu:

̅ ∑ (2)

Penyimpangan nilai rata-rata sampel terhadap nilai besaran fisis

sebenarnya dinyatakan sebagai suatu deviasi standar rata-rata sampel,

yang dirumuskan (dapat menggunakan kalkulator dari mode standar

deviasi):

∑ (̅ )
√ (3)
( )

-11- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Contoh 3:

Pengukuran terhadap diameter d sekeping mata uang yang dilakukan 10

kali menghasilkan data seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Penukuran terhadap diameter d sekeping mata uang

No. D d2 No. d d2

1 11,7 136,89 6 12,0 144,00

2 11,8 139,24 7 12,0 144,00

3 11,9 141,61 8 12,0 144,00

4 12,0 144,00 9 12,3 151,29

5 12,0 144,00 10 12,3 151,29

Δd = 0,00596....

Sehingga hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai berikut:

d = (12,00 ± 0,06) mm

Disamping deviasi standar rata-rata, orang juga sering menggunakan

deviasi standar relatif atau disebut juga koefisien keragaman (C), yaitu

perbandingan antara deviasi standar (s) dengan harga rata-rata

pengamatan ( ̅ ). Koefisien keragaman ini biasanya dinyatakan dengan

persen (%) yaitu:

(4)
̅

B.2. Angka yang dapat dipercaya/Angka Berarti (Significant Figure)

Suatu nilai hasil pengukuran biasanya terdiri dari beberapa angka,

misalnya panjang AB = (7,34 ± 0,05) cm. Angka 7 dan 3 dapat dipastikan

kebenarannya, sedangkan angka 4 merupakan angka taksiran. Ketiga

angka (7, 3, dan 4) dalam bilangan ini disebut angka yang dapat

-12- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
dipercaya. Jadi angka yang dapat dipercaya dari suatu bilangan hasil

pengukuran terdiri dari angka-angka yang dapat dipastikan

kebenarannya dan angka pertama hasil taksiran. Banyaknya angka

dibelakang koma dari bilangan yang menyatakan kesalahan

(ketidakpastian) pengukuran, tidak boleh lebih banyak dari hasil rata-

ratanya. Jika dijumpai bilangan yang sangat besar atau bilangan yang

sangat kecil hendaknya menggunakan bentuk eksponen.

Contoh 4:

Tabel 2. Contoh Penulisan

No Penulisan yang salah Penulisan yang benar

1 5,1078 ± 0,0025 5,108 ± 0,003

2 19,348 ± 2,5 19 ± 3

3 2.700.000 ± 30.000 (2.70 ± 3) x

Keterangan: angka yang diberi garis bawah adalah angka perkiraan

B.3. Perambatan Kesalahan

Banyak besaran-besaran fisika yang tidak dapat diukur secara langsung.

Lebih sering kita dapati bahwa besaran-besaran itu merupakan fungsi dari

besaran-besaran lain yang dapat diukur.

Contoh 5:

Kita hendak mengukur massa jenis suatu benda padat. Karena alat ukur

mengukur massa jenis benda padat ( ) secara langsung tidak ada, maka

dapat ditentukan melalui hubungan:

(5)

-13- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
dimana m dan V menyatakan massa dan volume benda (keduanya dapat

diukur secara langsung). Karena pengukuran m dan V menghasilkan

ketidakpastian Δm dan ΔV, juga mengandung ketidakpastian Δ .

Persoalannya, bagaimanakah hubungan Δm dan ΔV dengan Δ ?

Misalkan besaran fisis Z (yang tidak dapat diukur secara langsung)

merupakan fungsi dari besaran X dan Y (yang dapat diukur secara

langsung). Maka secara matematis hubungan Z dengan X dan Y

dinyatakan sebagai

( ) ( ) (6)

Dengan menggunakan deret Taylor di sekitar ( ) diperoleh bentuk

diffrensial

* + * + (7)

Dalam penerapannya, persamaan 6 harus dimodifikasi lagi sesuai dengan

cara pengambilan data mentah. Dalam hal ini dapat dibedakan 3 kasus,

yaitu :

1. Jika x dan y masing-masing diukur sekali, maka :

* + | | * + | | (8)

Contoh 6:

Sebuah silinder kayu diukur diameter dan panjangnya masing-masing

sekali, sehingga didapatkan data sebagai berikut :

( ) cm

( ) cm

Volume silinder dapat dihitung melalui persamaan cm3

Ketidakpastian harga volume dapat dihitung sebagai berikut :

-14- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
| || | | || |

| || | | || |

Maka volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan

sebagai:

( )

2. Jika x dan y masing-masing diukur berulang kali, maka

̅ √( ) ̅ ( ) ̅ (9)

Contoh 7:

Diameter dan panjang silinder masing-masing diukur berulang kali

sehingga didapatkan data-data sebagai berikut:

( ) cm

( ) cm

Dari perhitungan volume didapatkan cm3

Ketidakpastian volume dapat ditentukan sebagai berikut :

̅
√( ) ̅ ( ) ̅

̅ √( ) ̅ ( ) ̅ = 0,048

Maka volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan

sebagai:

( ) cm3

-15- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
3. Jika salah satu dari x atau y diukur sekali sedangkan lainnya diukur

berulang kali (misalkan x diukur sekali sedangkan y diukur berulang

kali), maka :

̅ √( ) ( ) ( ) ̅ (10)

Contoh 8:

Diameter silinder diukur sekali, sedangkan panjang silinder diukur

berulang kali sehingga dihasilkan data sebagai berikut :

( ) cm3

( ) cm

maka V = 4,9107 cm3, sedangkan ketidakpastiannya adalah :

̅
√( ) ( ) ( ) ̅

̅
√( ) ( ) ̅

Maka volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan sebagai


berikut :

( ) cm3

B.4. Pembuatan grafik dan metode kuadrat terkecil

Hasil percobaan bila disajikan dalam angka-angka saja akan menjenuhkan

dan tidak dapat memberikan informasi yang lebih banyak. Untuk itu

hendaknya angka-angka tersebut divisualisasikan dalam bentuk grafik

atau kurva dari variabel yang diukur. Misalnya pada percobaan gerak

lurus beraturan, kita dapat melakukan pengukuran waktu gerak untuk

berbagai jarak tempuh (gambarkan) pasangan titik-titik jarak-waktu

-16- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
dalam selembar ketas grafik. Karena gerak lurus beraturan memenuhi

persamaan garis lurus , maka diharapkan letak titik-titik yang

diperoleh akan berdekatan dengan sebuah garis lurus. Persamaan garis

lurus terbaik yang mewakili hasil percobaan, dapat ditentukan dengan

menggunakan metode kuadrat terkecil. Secara umum persamaan garis

lurus ditulis sebagai :

(11)

Nilai a dan b dapat ditentukan melalui hubungan:

∑ ∑ ∑
(12)
∑ (∑ )

dengan

̅ ̅ (13)

Contoh 9 :

Mencari persamaan garis yang mewakili data berikut;

x 4 6 8 10 14 16 20 22 24 28

y 30 18 22 28 14 22 16 8 20 8

Penggambaran titik-titik data pada sistem koordinat x-y diberikan dalam

Gambar 3, yang dapat diwakili oleh garis lurus. Penyelesaian dilakukan

dengan menggunakan Tabel 3.

-17- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Gambar 3. Sebaran titik-titik data pada sistem koordinat

Dari hitungan dalam Tabel 3, nilai rerata dari x dan y adalah:

 x 152
x   15,2
n 10
 y 186
y   18,6
n 10

Persamaan garis yang mewakili titik-titik data adalah:


y = a + bx

Tabel 3. Hitungan regresi linier

No xi yi x i yi xi2
1 4 30 120 16
2 6 18 108 36
3 8 22 176 64
4 10 28 280 100
5 14 14 196 196
6 16 22 352 256
7 20 16 320 400
8 22 8 176 484
9 24 20 480 576
10 28 8 224 784
 152 186 2432 2912

-18- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
dengan:

n Σ xi y i  Σ xi Σ y i
b
n (Σ x i )  (Σ x i ) 2
2

(10  2432)  (152  186) 3952


   0,6569
(10  2912)  (152) 2
6016

a  y  b x  18,6  (0,6569  15,2)  28,5849

Jadi persamaan garis adalah:

y  28,5849  0,6569 x

B.5. Ketelitian dan Ketepatan

Suatu percobaan dikatakan memiliki ketelitian tinggi jika kesalahan ( )

kecil. Dan suatu percobaan dikatakan memiliki ketepatan tinggi jika

kesalahan sistematik percobaan tersebut kecil. Secara matematik ketelitian

dan ketepatan suatu percobaan dapat ditulis sebagai berikut:

[ ]

[ | |]

dimana:

H = harga seharusnya

̅ = harga rata-rata hasil percobaan

Hasil percobaan yang baik harus sama-sama memiliki ketelitian

dan ketepatan yang tinggi.

C. Tujuan Percobaan

1. Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar, mengukur massa dan

panjang.

-19- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
2. Dapat menentukan kesalahan pada pengukuran beserta

penjalarannya.

3. Dapat memakai metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data.

D. Alat dan Bahan

1. Jangka sorong

2. Mikrometer sekrup

3. Penggaris 30 cm

4. Bola besi besar dan kecil

5. Balok tembaga dan aluminium

6. Neraca

7. Timbangan Digital

E. Prosedur Percobaan

1. Ukur panjang balok alumunium dan balok tembaga

tersebut dengan menggunakan jangka sorong dan penggaris

sebanyak 3 kali ulangan, catat datanya di Tabel 1 dan Tabel 2.

2. Ukur diameter bola besi besar dan bola besi kecil dengan

menggunakan mikrometer sekrup sebanyak 3 kali ulangan, catat

datanya di Tabel 3 dan Tabel 4.

3. Timbang balok alumunium, balok tembaga dan bola besi tersebut

sebanyak 3 kali dengan neraca 4 lengan dan timbangan digital.

Catat data di Tabel 5.

4. Hitunglah standar deviasi dan ketelitian dari masing-masing

pengukuran yang telah dilakukan!

-20- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
F. Tugas pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan:

a. Kalibrasi

b. Resolusi

c. Batas Ukur

d. Ketelitian

e. Sensivitas

f. Kesalahan/Error

g. Ketepatan

2. Apa yang dimaksud dengan NST, kemudian apabila kita memiliki

semua penggaris yang memiliki batas ukur 0 s.d 30 cm dan

memiliki resolusi 1 mm, berapakah nilai Δx (nilai ketidakpastian)

dari penggaris tersebut?

3. Sebutkan macam-macam alat ukur yang dapat digunakan untuk

mengukur besaran :

a. Waktu

b. Massa

c. Tegangan listrik

d. Kuat arus

e. Suhu

f. Tekanan

g. Volume

4. Jelaskan yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian dalam

suatu pengukuran:

-21- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
a. Kesalahan umum

b. Kesalahan sistematik

c. Kesalahan acak

5. Sebutkan fungsi dari alat-alat yang akan digunakan dalam

percobaan pengukuran kali ini!

G. Tugas Analisis

1. Bandingkan pengukuran balok dengan menggunakan jangka

sorong dan penggaris, apakah sama atau tidak? Jelaskan!

2. Bagaimana pengukuran bola besi yang menggunakan neraca 4

lengan dan timbangan digital? Apakah ada perbedaan? Jelaskan!

3. Dari alat ukur yang kita gunakan dalam praktikum, manakah

menurut anda yang paling teliti dalam pengukurannya? Jelaskan

mengapa demikian!

4. Jelaskan standar deviasi yang terjadi dalam setiap pengukuran

beserta ketelitian dari setiap percobaan!

5. Adakah kegunaan dari belajar pengukuran dan kesalahan ini

dalam kehidupan sehari-hari? Jelaslkan !

-22- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
II. MODUL PESAWAT ATWOOD

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk memverifikasi Hukum II Newton menggunakan pesawat

atwood.

2. Memahami Hukum II Newton menggunakan pesawat atwood.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Type Atwood bertiang ganda.

Tinggi tiang : 150 cm

Katrol : diameter 12 cm, bahan Plexiglas

2. Tali penggantung : bahan nylon

3. Dua beban berbentuk silinder M1 dan M2 yang massanya sama M=

100 gram diikatkan pada ujung-ujung tali penggantung. Bahan

kuningan.

4. Beban tambahan m dengan massa 5 gram. Bahan ; aluminium.

5. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang. Bahan ; steel.

6. Pemegang beban dengan pegas.

7. Stopwatch

C. TEORI DASAR

Hukum II Newton menyatakan bahwa bila sebuah benda yang

mempunyai massa m diberi gaya luar F maka akan terjadi percepatan

sebesar a sesuai dengan hubungan:

F  m a (1)

-23- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Pesawat Atwood dapat digunakan untuk memverifikasi Hukum II

Newton. Gaya luar diperoleh dari tambahan massa (beban

bercelah) pada M2 sebesar m2 dan beban tambahan m1 pada M1

dengan syarat massa m2 lebih besar daripada m1, kemudian waktu

tempuh beban silinder M2 saat melewati gerbang cahaya akan

diukur dengan fungsi TIMING I. Pada percobaan ini massa dan

momen inersia katrol diabaikan karena massa katrol dianggap jauh

lebih kecil dibandingkan dengan massa beban silinder.

Gambar 1. Gaya-gaya yang bekerja pada M 1 dan M2

Dengan mengabaikan massa tali dan momen inersia katrol, maka


resultan gaya pada beban silinder M1

 F  T  M 1  m1 g M1  m1 a (2)

Sedangkan pada beban silinder M2 :

 F  M 2  mg  T M 2  ma , (3)

-24- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
dimana T adalah tegangan tali dan g adalah percepatan gravitasi. Jika

persamaan (2) dan (3) dijumlahkan untuk mengeliminasi tegangan tali T,

maka akan diperoleh :

M 2  m2   M1  m1 g  M1  m1  M 2  m2 a


atau

a
M 2  m2   M 1  m1 g
(4)
M 1  m1  M 2  m2 

Untuk memverifikasi Hukum II Newton akan dilakukan 2 tahap

percobaan. Yang pertama adalah mengubah selisih massa M 1 dan M2

dengan massa total tetap. Perubahan selisih massa bertujuan untuk

menunjukan hubungan antara percepatan dengan fungsi gaya. Sedangkan

yang kedua adalah mengubah total massa M1 dan M2 dengan selisih massa

tetap. Perubahan massa total bertujuan untuk menunjukkan hubungan

antara percepatan dengan fungsi massa. Beban bercelah digunakan untuk

memvariasikan massa M1 dan M2.

D. PROSEDUR PERCOBAAN

M1 dan M2 : Selisih Massa berubah, massa total tetap

1. Susunlah pesawat Atwood beserta beban M1 dan M2 seperti Gambar 1.

2. Tambahkan 5 beban tambahan bercelah pada M2 (masing-masing

beban bermassa 5 gram). Catat massa tambahan sebagai m2 pada

Tabel 1.

-25- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
3. Ukur panjang M2 setelah ditambah beban. Catat nilai pada kolom di

Tabel 1.

4. Lepaskan M1 dengan menekan pegas sembari memulai waktu pada

stopwatch sehingga M1 akan bergerak ke atas, sedangkan M2 akan

bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh penghenti beban

tanpa lubang. Catat waktu yang diperoleh.

5. Kembalikan posisi M1 dan M2 seperti semula, kemudian lakukan

percobaan no. 4.

6. Pindahkan 1 beban tambahan dari M2 ke M1 sehingga selisih massa

antara M1 dan M2 menjadi 15 gram dengan massa total tetap. Catat

beban tambahan m1 pada kolom m1 di Tabel 1.

7. Ulangi langkah 4 - 7.

8. Pindahkan 1 beban tambahan dari M2 ke M1 sehingga selisih massa

antara M1 dan M2 menjadi 5 gram, kemudian lakukan kembali

langkah 4 – 7.

M1 dan M2 : Selisih Massa tetap, massa total berubah


1. Susunlah pesawat Atwood beserta beban M1 dan M2 seperti Gambar

7.1.

2. Tambahkan 1 beban tambahan bercelah pada M2. Catat massa

tambahan sebagai m2 pada Tabel 2.

3. Ukur panjang M2 setelah ditambah beban. Catat nilai tersebut pada


kolom di Tabel 2.
4. Lepaskan M1 dengan menekan pegas sembari memulai waktu pada

stopwatch sehingga M1 akan bergerak ke atas, sedangkan M2 akan

bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh penghenti beban

tanpa lubang. Catat waktu yang diperoleh.

-26- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
5. Kembalikan posisi M1 dan M2 seperti semula, kemudian lakukan

percobaan no. 4.

6. Tambahkan 1 beban tambahan pada M1 dan M2 sehingga massa total

menjadi 15 gram dan selisih massa tetap 5 gram.

7. Ulangi langkah 4 – 7.

8. Tambahkan 1 beban tambahan pada M1 dan M2 sehingga massa total

menjadi 25 gram kemudian lakukan langkah 4 – 7.

Tabel 1. Selisih massa berubah, massa total tetap, s=………..m


m1 m2 [(M2 + m2) – (M1+m1)] M1 + m1 + ateori apercobaan
No. t (s) Ketepatan (%)
(kg) (kg) (kg) M2+m2 (kg) (m/s2 ) (m/s2 )

Buatlah grafik percepatan a terhadap selisih massa [(M2 + m2) – (M1+m1)]


pada diagram di bawah ini!

a (m/s2)

[(M2 + m2) – (M1+m1)] (kg)

Gambar 2. Grafik percepatan a terhadap selisih massa

-27- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Tabel 2. Selisih massa tetap, massa total berubah, s= …………m

[(M2 + m2) –
M1 + m1 + ateori apercobaan Ketepatan
No. m1 (kg) m2 (kg) (M1+m1)] t (s)
M2+m2 (kg) (m/s2 ) (m/s2 ) (%)
(kg)

Buatlah grafik percepatan a terhadap selisih massa M1 + m1 +M2+m2 pada


diagram di bawah ini!

a (m/s2)

M1 + m1 +M2+m2 (kg)

Gambar 3. Grafik percepatan terhadap massa total

-28- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
E. Tugas Pendahuluan

1. Apa yang anda ketahui tentang Pesawat Atwood?

2. Jelaskan secara singkat sejarah penemuan Hukum Newton!

3. Dua buah benda digantungkan dengan seutas tali pada katrol

silinder yang licin tanpa gesekan. Massa m1 dan m2 masing-masing

800 gram dan 1 kilogram. Tentukan berapa percepatan benda, dan

tegangan tali!

4. Sebutkan dan jelaskan gaya apa yang terjadi pada percobaan

pesawat Atwood?

F. Tugas Analisis

1. Selisih massa merupakan bagian dari fungsi gaya F= [(M2 + m2) –

(M1+m1)] g.

Berdasarkan Gambar 2, bagaimanakah hubungan antara

percepatan a dan gaya F untuk total massa tetap?

2. Berdasarkan Gambar 3, bagaimanakah hubungan antara

percepatan a dengan massa total untuk gaya tetap?

-29- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
III. MODUL HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

A. Tujuan Praktikum

1. Memahami hukum kekekalan momentum

2. Dapat membedakan tumbukan lenting sempurna dan tumbukan tidak

lenting sama sekali.

B. Alat-alat yang Digunakan

1. Rel udara

2. Timer counter (pewaktu pencacah)

3. Pegas tumbuk

4. Penyangga 1 cm

5. Penghalang cahaya tunggal

6. Kereta 120 mm

7. Sensor photogate (gerbang cahaya)

8. Pompa peniup/ kompresor

9. Selang

10. Velcro

11. Beban tambahan

C. Teori dasar

Kita tinjau tumbukan antara dua benda yang bermassa mA dan mB seperti

diperlihatkan dalam Gambar 1. Dalam selang tumbukan yang sangat

singkat kedua benda saling memberikan gaya pada yang lainnya.

Menurut Hukum Newton ketiga, pada setiap saat gaya FA yaitu gaya yang

-30- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
bekerja pada benda A oleh benda B sama besar dan berlawanan arah

dengan gaya FB yaitu gaya pada benda B oleh benda A.

FA mA mB FB

Gambar 1. Tumbukan antara dua benda yang bermassa mA dan mB

Perubahan momentum benda A akibat tumbukan ini adalah :

∫ ̅ , (1)

dengan ̅ adalah harga rata-rata gaya FA dalam selang waktu tumbukan

Δt = . Perubahan momentum benda B akibat tumbukan adalah :

∫ ̅ , (2)

dengan ̅ adalah harga rata-rata gaya FB dalam selang waktu tumbukan

Δt = .

Jika tidak ada gaya lain yang bekerja makan ΔpA dan ΔpB menyatakan

perubahan mometum total masing-masing benda. Tetapi telah kita

ketahui bahwa pada setiap saat FA= - FB sehingga ̅ = ̅ dan karena itu

ΔpA = ΔpB.

Jika kedua benda kita anggap sebagai sebuah sistem terisolasi, maka

momentum total sistem adalah p=pA+pB =0.

-31- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Jadi jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka tumbukan tidak mengubah

momentum total sistem. Gaya impulsif yang bekerja selama tumbukan

merupakan gaya internal, karena itu tidak mempengaruhi momentum total

sistem. Misalkan dua buah benda (A dan B) dengan massa m A dan mB

bergerak dengan kecepatan vA dan vB. Kecepatan benda setelah tumbukan v’A

dan v’B. Hukum kekekalan momentum dapat kita tuliskan :

mA . vA + mB . vB = mA . v’A + mA . v’B (3)

Jika kita dapat mengukur kecepatan kedua sistem sebelum dan sesudah

tumbukan dan massa benda bisa kita ketahui, maka Hukum Kekekalan

Momentum dapat kita buktikan.

Percobaan ini kita lakukan untuk dua kasus yang berbeda :

1. Tumbukan Lenting Sempurna

Misalkan massa kedua benda sama besar mA=mB dan benda A mula-mula

diam vA = 0. Benda B mendekati dan menumbuk benda A dengan kecepatan v B.

Kita dapatkan v’A=vB dan v’B =0 artinya kedua benda bertukar kecepatan.

Untuk benda dengan massa berbeda dan benda A mula-mula diam persamaan

(3) menjadi ;

mB . vB = mA . v’A + mA . v’B (4)

2. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali

Misalkan massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula diam dan

benda B bergerak dengan kecepatan v, setelah tumbukan terjadi kecepatan

kedua benda sama besar, maka kecepatan kedua benda setelah tumbukan

menjadi v’ = ½ v

-32- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk arah yang sama

maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi v’ = ½ v (vA +vB )

Jika massa benda tidak sama maka persamaan (3) menjadi;

mB . vB = (mA . mB ) (5)

D. Prosedur Percobaan

1. Susunlah alat seperti Gambar 2.

2. Nyalakan pompa peniup.

3. Siapkan penghalang cahaya dan pegas tumbuk pada 2 buah kereta.

4. Periksalah massa kereta, massa kereta dan pegas, serta massa kereta dan

velcro.

Gambar 2. Setup Alat

5. Percobaan tumbukan lenting sempurna

a. Atur agar time counter pada fungsi Collision

b. Letakkan kereta di atas rel.

c. Kereta A dalam keadaan diam di antara 2 gerbang cahaya (lihat Gambar 3).

-33- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
d. Hidupkan pompa peniup/kompresor dan dorong kereta B sehingga

bergerak dengan kecepatan VB yang besarnya dapat diukur melalui gerbang

cahaya GB.

e. Tahan kereta sehingga hanya satu kali melewati gerbang cahaya .

f. Amati waktu kereta melewati gerbang cahaya kemudian tekan tombol

Change Over untuk merubah menjadi data kecepatan, catat pada Tabel 1.

g. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah massa kereta dengan

menambahkan beban tambahan.

h. Catat hasilnya pada Tabel 2.

i. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda .

Gambar 3. Set alat kereta A dalam keadaan diam di antara 2 gerbang cahaya

6. Percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali

a. Pasang Velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya pada salah
satu kereta, seperti pada Gambar 4.

b. Letakkan kereta A di antara kedua gerbang cahaya


c. Dorong kereta B sehingga menumbuk kereta A (setelah tumbukan, kedua

kereta akan bergerak bersama-sama).

-34- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Gambar 4. Set alat dengan penambahan velcro pada kereta

d. Amati selang waktu kereta melewati gerbang cahaya sebelum dan

sesudah tumbukan pada penghitung waktu kemudian catat pada Tabel

3.

e. Ulangi langkah b-d dengan menambahkan beban tambahan pada

kereta.

f. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda,

E. Tabel

Lakukan perhitungan untuk melengkapi tabel di bawah ini.


Tabel 1. Tumbukan lenting sempurna dengan mA = mB dan vA = 0
No Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
Benda A Benda B Benda A Benda B
1 vA pA vB pB v’A p’A v’B p’B
2
3
4
5

Tabel 2. Tumbukan lenting sempurna dengan mA ≠ mB dan vA = 0


No Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
Benda A Benda B Benda A Benda B
1 vA pA vB pB v’A p’A v’B p’B
2
3
4
5

-35- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Tabel 3. Tumbukan tidak lenting dengan mA = mB dan vA = 0
No Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
Benda A Benda B Benda A Benda B
1 vA pA vB pB v’A p’A v’B p’B
2
3
4
5

Tabel 3. Tumbukan tidak lenting dengan mA ≠ mB dan vA = 0


No Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
Benda A Benda B Benda A Benda B
1 vA pA vB pB v’A p’A v’B p’B
2
3
4
5

F. Tugas Pendahuluan

1. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga Hukum Kekekalan

Momentum berlaku

2. Faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi berlakunya Hukum

Kekekalan Momentum pada sebuah tumbukan

G. Tugas Analisis

1. Dapatkah hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa Hukum

Kekekalan Momentum berlaku?

2. Adakah pengaruh jarak terhadap Hukum Kekekalan Momentum

3. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga Hukum Kekekalan

Momentum berlaku!

-36- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
MODUL IV. MOMEN INERSIA

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan konstanta pegas spiral pada alat momen inersia,

2. Menentukan momen inersia diri pada alat momen inersia,

3. Menentukan momen inersia tiap benda.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain:

1. Alat momen inersia 1 set

2. Gerbang cahaya (photogate) 1 buah

3. Neraca 1 buah

4. Jangka sorong 1 buah

5. Benang nilon 1 meter

6. Perangkat beban 1 set

7. Pencacah waktu/Time counter 1 buah

8. Bola pejal, silinder pejal, silinder berongga, piringan dan kerucut pejal

C. Teori Dasar

Benda yang berputar pada sumbu rotasi tertentu dengan sebuah gaya ⃗ yang bekerja

pada jarak ⃗ dari sumbu rotasi tersebut akan menghasilkan momen gaya (torsi)

yang besarnya:
⃗ (1)

Jika torsi tersebut bekerja pada suatu sistem yang rotasinya ditahan oleh pegas spiral,

maka besarnya simpangan sebanding dengan torsi tersebut dan memberikan

hubungan:

(2)

dengan adalah konstanta pegas spiral. Dari persamaan (4.1) dan (4.2), diperoleh:

-37- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
(3)

Persamaan (4.3) menunjukkan bahwa besarnya simpangan sebanding dengan gaya,

sehingga apabila digambarkan dalam grafik akan diperoleh kurva linier antara

simpangan terhadap gaya. Sifat linieritas tersebut tentunya akan muncul selama

masih dalam batas elastisitas Hooke dari pegas spiral tersebut.

Torsi juga menghasilkan percepatan sudut yang besarnya bergantung pada momen

inersia benda , yang diberikan oleh hubungan:

(4)

Persamaan (4.4) dapat dituliskan kembali menjadi:

(5)

Persamaan (4.5) merupakan gerak osilasi sederhana dengan periodenya sebesar:

√ (6)

Untuk sistem partikel yang membentuk benda tegar, momen inersianya adalah:
∑ (7)

Apabila suatu benda tegar memiliki massa yang sangat kecil dan terdistribusi

kontinu, momen inersianya adalah:

∫ (8)

dengan dm adalah elemen massa.

-38- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Gambar 1. Alat momen inersia

Gambar 1 menunjukkan sistem yang digunakan dalam percobaan ini untuk

mengukur momen inersia dari beberapa bentuk benda. Karena sistem tersebut juga

memiliki momen inersia, maka harus diketahui momen inersia diri terlebih dahulu.

Besar momen inersia diri dapat dihitung dengan mengukur periode osilasinya,

yaitu:

(9)

dengan adalah perioda diri dari alat momen inersia yang digunakan.

Tabel 1. Rumus Momen Inersia Benda

No Bentuk Benda Letak Sumbu Momen Inersia

1 Silinder pejal Pada sumbu silinder

2 Silinder pejal Pada diameter pusat

3 Silinder berongga Pada sumbu silinder ( )

4 Bola pejal Pada diameter pusat

5 Kerucut pejal Pada diameter pusat

-39- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Apabila sebuah benda dipasangkan pada alat momen inersia tersebut dan kemudian

diosilasikan, maka periode osilasinya T adalah:

( ) (10)

dengan I adalah momen inersia benda yang diukur.

Dari persamaan (4.9) dan (4.10), momen inersia benda yang terpasang pada alat ukur

momen inersia dapat dihitung dengan:

( ) (11)

D. Prosedur Percobaan

1. Setup Alat

Pasanglah alat momen inersia pada dasar statif. Ikatlah benang nilon pada salah satu

baut yang ada di tepi dudukan silinder kemudian lilitkan benang tersebut seperti

pada Gambar 2.

Gambar 2. Konfigurasi alat untuk percobaan A dan B

E. Menentukan simpangan alat momen inersia

1. Timbanglah massa tiap-tiap beban.

2. Pastikan jarum penunjuk simpangan pada keadaan nol.

3. Gantungkan satu buah beban pada benang, amati simpangan yang terjadi.

Catatlah sebagai . Ulangi langkah ini beberapa kali. Catat hasilnya pada

Tabel 2.

-40- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
4. Tambahkan atau ganti 1 buah beban berikutnya dan catatlah simpangannya

pada Tabel 2 sebagai .

5. Lakukan langkah 4 untuk simpangan dan seterusnya. Catat hasilnya

pada tabel 2.

Tabel 2. Simpangan untuk setiap penambahan beban

No Massa ̅ F
(g) (N) (N.m)

F. Menentukan momen inersia diri

1. Tegakkan kembali alat momen inersia. Buka benang yang terpasang pada

dudukan silinder.

2. Pasang gerbang cahaya pada dasar statif bila belum terpasang. Atur posisinya

sehingga jarum penunjuk pada alat momen inersia dapat melintasi gerbang

cahaya.

3. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah waktu AT-01.Hubungkan

alat pencacah waktu dengan tegangan 220 V AC kemudian nyalakan. Pilih

fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION. Tekan tombol CH. OVER

sebanyak n untuk membatasi sepuluh getaran yang akan teramati.

4. Simpangkan dudukan silinder sampai 180 o atau lebih kemudian lepaskan

sehingga terjadi gerakan bolak-balik atau isolasi.

5. Amati pencacah waktu. Pencacah waktu akan menghitung mundur jumlah

getaran. Setelah n getaran, alat tersebut secara otomatis akan menampilkan

waktu untuk n getaran. Catat waktu tersebut pada Tabel 3 sebagai .

6. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang tampil di

layar.

-41- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
7. Ulangi langkah 5-7, catat waktunya sebagai , ...,

8. Hitung waktu rata-rata n getaran, kemudian hitung perioda osilasi tersebut.

Catat pada Tabel 3 sebagai .

Tabel 3. Perioda diri,


̅ Periode diri Momen Inersia
(s) diri

G. Menentukan momen inersia benda

1. Timbanglah semua benda yang akan ditentukan momen inersianya. Catat

hasilnya pada Tabel 4.

2. Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing benda. Catat hasilnya pada Tabel

4.

3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia.

4. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah waktu AT-01.

5. Hubungkan alat pencacah waktu dengan tegangan 220 V AC kemudian

nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION. Tekan

tombol CH. OVER sebanyak n kali untuk membatasi n getaran yang akan

teramati.

6. Simpangkan bola tersebut sebesar 180o atau lebih, kemudian lepaskan sehingga

berosilasi. Catat waktu n getaran yang ditunjukkan alat pencacah waktu pada

Tabel 5 sebagai .

7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang tampil di

layar.

8. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak 5 kali. Catat hasil tersebut pada Tabel 5.

9. Hitung waktu rata-rata n getaran, kemudian hitung perioda getarannya. Catat

hasilnya pada Tabel 5.

-42- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada Tabel 5. Lakukan langkah 6-

9 untuk setiap benda. Catat hasil tersebut pada Tabel 5.

Tabel 4. Dimensi benda


No Benda m (kg) d (m) r (m) t (m)
1 Bola pejal
2 Silinder pejal
3 Silinder
berongga
4 Piringan 214
5 Piringan 714
6 Kerucut

Tabel 5. Perioda untuk setiap benda


Momen
Perioda
No Benda t1 t2 t3 t4 t5 t rata-rata Inersia
(s)

1 Bola pejal
2 Silinder pejal
3 Silinder
berongga
4 Piringan 214
5 Piringan 714
6 Kerucut

H. Menentukan konstanta pegas spiral

1. Hitunglah gaya yang bekerja pada alat momen inersia akibat pemberian

beban.

2. Hitung torsi (dari persamaan 1).

3. Buatlah tabel seperti Tabel 6 dan grafik simpangan (dalam radian) terhadap

torsi

4. Tentukan konstanta pegas spiral, .

-43- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Tabel 6. Simpangan alat momen inersia untuk setiap gaya
No m (kg) F (N) (N.m) ̅ (o) (radian)

I. Menentukan momen inersia diri

1. Hitung waktu n getaran rata-rata, kemudian hitung periodanya.

2. Hitung momen inersia diri (Io) dari alat ukur momen inersia itu dengan

menggunakan persamaan (9).

J. Menentukan momen inersia benda

1. Hitung waktu n getaran rata-rata, kemudian hitung periodanya.

2. Dengan persamaan (12) untuk masing-masing benda, hitunglah momen

inersia dan tentukanlah nilai konstanta c-nya jika momen inersia I dituliskan

sebagai . Tuliskan pada Tabel 7.

3. Bandingkan hasil pada poin 2 tersebut dengan hasil perhitungan teoretiknya.


Tabel 7. Momen inersia benda hasil percobaan dan teori

No Benda teori percobaan Konstanta (C) KSR (%)


1 Bola pejal
2 Silinder pejal
3 Silinder
berongga
4 Piringan 214
5 Piringan 714
6 Kerucut

K. Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan definisi momen inersia diri!

2. Adakah hal-hal yang mempengaruhi momen inersia suatu benda? Sebutkan!

3. Apa yang anda tahu mengenai konstanta pegas spiral?


-44- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I
Institut Teknologi Sumatera
4. Sebuah benda berotasi dengan jari-jari 0,4 meter mengelilingi sumbu. Jika

massa benda tersebut 6 kg, berapakah momen inersianya?

5. Apa hubungan antara massa benda terhadap momen inersianya.

L. Tugas Analisis

1. Jelaskan perbandingan dengan pada masing-masing benda

yang diuji!
2. Jelaskan perbandingan antara dengan pada masing-masing

benda yang diuji!

3. Jelaskan Kesalahan Relatif yang terjadi dalam data percobaan !

4. Jelaskan perbandingan nilai momen inersia dari keempat benda yang diuji!

5. Gambarlah grafik antara sebagai fungsi dari ! ( di sumbu y dan

di sumbu x)

-45- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
V. MODUL BANDUL MATEMATIS

A. Tujuan Percobaan

1. Mengamati/menyelidiki gerak osilator harmonik pada bandul matematis

2. Menerapkan hukum Hooke untuk bandul matematis

3. Menentukan nilai tetapan pecepatan gravitasi g dengan metode ayunan

sederhana jika amplitudo sudut simpangannya besar

B. Alat dan Bahan

1. Statif

2. Bola pejal (logam) / Bandul sederhana

3. Stopwatch

4. Mistar 100 cm

5. Tali

6. Penggaris Busur

C. Teori Dasar

Pertambahan panjang sebuah benda yang mengalami tarikan / dorongan

dihitung dari panjang awalnya sebanding dengan besar gaya yang

meregangkannya. Ungkapan ini disebut hukum Hooke. Secara matematis

ditulis:

F =k.x (1)

dengan:

F = gaya yang dikerjakan terhadap suatu benda (N)

k = konstanta pegas (N/m)

x = perpindahan (jarak) dari posisi keseimbangan

-46- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Suatu gaya dimana gaya elastis itu menarik kembali suatu benda yang terletak

padanya disebut gaya pemulih

F =-k.x (2)

Bandul matematis didefinisikan sebagai sebuah partikel yang tergantung pada

seutas tali yang tidak mempunyai berat dan tidak dapat bertambah panjang.

Jika bandul ditarik ke samping dari keseimbangannya dan dilepaskan, maka

bandul akan berayun.

Gambar 1. Diagram gaya bandul sederhana

Gambar 1 menunjukkan komponen gaya yang bekerja pada sebuah bandul

sederhana. Perlu diketahui bahwa lintasan bandul membentuk sebuah

lingkaran dan sudut θ diukur dalam radian. Pertimbangkan hukum kedua

Newton, F = ma, dimana F adalah jumlah gaya-gaya pada benda, m adalah

massa, dan a adalah percepatan sesaat.

-47- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Karena hanya berkaitan dengan perubahan kecepatan dan karena massa

beban dalam lintasan melingkar, maka diterapkan persamaan Newton

untuk sumbu tangensial saja. Sehingga,

F = -mg sin θ = ma

a = -g sin θ (3)

dimana g adalah percepatan gravitasi di dekat permukaan bumi. Tanda negatif

pada sisi kanan menunjukkan bahwa θ dan a selalu dalam arah yang

berlawanan. Ini masuk akal karena ketika bandul berayun lebih jauh ke kiri,

diharapkan untuk kembali lebih cepat ke kanan. Posisi, kecepatan, dan

percepatan dari bandul berayun tersebut dapat dituliskan dalam persamaan

berikut

s  l (4)
ds d
v l (5)
dt dt

dv d 2 s d 2
a  2 l 2 . (6)
dt dt dt
Dengan demikian diperoleh

d 2
l 2   g sin 
dt

d 2 g
 sin   0 (7)
dt 2 l
Asumsi lebih lanjut bahwa bandul hanya mencapai amplitudo kecil, yakni ,

cukup memungkinkan untuk sistem agar dapat dihampiri. Dengan asumsi sudut

kecil, memungkinkan pendekatan sin    harus dibuat.

Kesalahan dalam pendekatan ini sebanding dengan  3 (dari deret Maclaurin

untuk sin  ). Substitusi pendekatan ini ke dalam persamaan (1), akan

menghasilkan persamaan untuk sebuah osilator harmonik:

-48- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
d 2 g
   0. (8)
dt 2 l
Persamaan di atas adalah gerak harmonik sederhana dengan nilai frekuensi

sudut sebesar

g
 (9)
l

Sehingga diperoleh nilai periode gerak, yaitu waktu untuk osilasi lengkap

(bolak-balik) sebagai berikut

l
T0  2 . (10)
g

Persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai

g T0 2
l  . (11)
 2
4
Jika satuan SI digunakan (yaitu ukuran dalam meter dan detik) dan dengan

asumsi pengukuran adalah mengambil tempat di permukaan bumi, maka g ≈

9.81 m/s2, dan g/π2 ≈ 1 (nilainya yang pasti 0,994 sampai 3 desimal belakang

koma). Jadi

T0 2
l (12)
4
atau dengan kata lain, panjang bandul (dalam meter) di permukaan bumi adalah

sekitar seperempat dari kuadrat periode waktu (dalam detik).

Prinsip Percobaan

Tinjau persamaan (3.10) berikut:

l
T0  2
g

-49- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Dengan mengukur panjang tali l dan periode T untuk beberapa ayunan, kita

dapat menentukan percepatan gravitasi g. Jika panjang bandul kita ubah-ubah

untuk jumlah ayunan yang sama tentu periode bandul akan berubah pula.

Sehingga dapat dibuat grafik T2 sebagai fungsi dari l .

Jika panjang tali dan periodenya diketahui, maka dapat ditentukan percepatan

gravitasinya, yaitu:

4 2l
g . (13)
T2
Jika sudut simpangan cukup besar, gerak bandul tidak lagi harmonik sederhana

dan periodenya merupakan suatu deret yang tergantung pada sudut simpangan.

Penguraian sampai suku ke 3 diperoleh perioda osilasi T:

 1   9 2   max 
T  T0 1  sin 2  max   sin   (14)
 4  2  64  2 

dimana max adalah amplitudo sudut simpangan maksimum dari arah vertikal T0

perioda ayunan sederhana.

D. Prosedur Percobaan

1. Pelajari stopwatch yang digunakan.

2. Pasanglah bandul pada tali dengan panjang tertentu.

3. Gantungkan bandul melalui tali pada statif, dengan panjang tali 20, 40,

60, 80, dan 100 cm. Berikan simpangan kecil 10 0 pada bandul dan

biarkan berayun beberapa saat. Sesudah itu baru mulai mencatat waktu

yang diperlukan untuk 20 ayunan!

4. Ulangi langkah di atas untuk panjang tali yang berbeda dengan

simpangan 20 0 - 450 (usahakan sebanyak 5 kali).

5. Buatlah tabel datanya.

-50- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Tabel 1. Data percobaan bandul matematis panjang tali divariasikan dengan
sudut simpangan 10 0
No. Panjang tali (m) n t(s) T(s) T2 (s) g(m/s2) KSR(%)

1 0,2 20

2 0,4 20

3 0,6 20

4 0,8 20

5 1 20

Tabel 2. Data percobaan bandul matematis panjang tali divariasikan dengan


sudut simpangan 20 0
No. Panjang tali (m) n t(s) T(s) T2 (s) g(m/s2) KSR(%)

1 0,2 20

2 0,4 20

3 0,6 20

4 0,8 20

5 1 20

Tabel 3. Data percobaan bandul matematis panjang tali divariasikan dengan


sudut simpangan 45 0
No. Panjang tali (m) n t(s) T(s) T2 (s) g(m/s2) KSR(%)

1 0,2 20

2 0,4 20

3 0,6 20

4 0,8 20

5 1 20

-51- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Tabel 4. Data percobaan bandul matematis panjang tali 15 cm dengan sudut
simpangan divariasikan
No. Panjang tali (m) Sudut (o) n t(s) T(s) T2 (s) g (m/s2) KSR (%)

1 0,15 5 20

2 0,15 10 20

3 0,15 15 20

4 0,15 20 20

5 0,15 25 20

Tabel 5. Data percobaan bandul matematis panjang tali 100 cm dengan sudut
simpangan divariasikan
No. Panjang tali (m) Sudut (o) n t(s) T(s) T2 (s) g (m/s2) KSR (%)

1 1 5 20

2 1 10 20

3 1 15 20

4 1 20 20

5 1 25 20

E. Tugas Pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan gerak osilator harmonik?

2. Apakah massa bandul dalam praktikum bandul matematis diperhatikan?

Jelaskan!

3. Apa yang anda ketahui tentang periode dan frekuensi?

4. Apakah periode osilasi adalah fungsi dari massa beban!

5. Apakah fungsi sudut simpangan dalam percobaan kali ini?

-52- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
F. Tugas Analisis

1 .Jelaskan nilai g yang diperoleh dari masing-masing percobaan!

2 Gambarlah grafik di kertas milimeter block (tempel di laporan anda)


sebagai fungsi dari panjang tali pada masing-masing percobaan, jelaskan

hubungannya! ( di sumbu x dan di sumbu y).

3 Jelaskan hubungan antara sudut simpangan yang divariasikan dengan

periode T yang diperoleh dalam percobaan. Bagaimanakah pengaruh sudut

simpangan yang besar terhadap nilai g yang diperoleh dari percobaan

diatas?

4 Jelaskan Kesalahan Relatif di masing-masing percobaan !


5 Apa sajakah manfaat dari melakukan percobaan ini? Adakah aplikasi materi
bandul matematis di kehidupan sehari-hari? Jelaskan!

-53- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
VI. MODUL KECEPATAN BUNYI DI UDARA

A. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan kecepatan bunyi diudara menggunakan alat tabung resonansi.

B. TEORI DASAR

Kecepatan penjalaran bunyi atau biasa disebut laju bunyi yang bergantung pada

parameter fisis medium. Laju bunyi pada suatu medium dapat diketahui jika

frekuensi dan panjang gelombang bunyi diketahui. Hubungan antara parameter

fisis tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan:

V  f . , (1)

Dimana v adalah laju penjalaran bunyi, f adalah frekuensi bunyi, dan  adalah

panjang gelombang bunyi.

Pada percobaan ini, frekuensi bunyi dapat diperoleh dari pengeras suara yang

dihubungkan dengan pembangkit frekuensi audio. Panjang gelombang bunyi

diukur pada tabung resonansi pada keadaan resonansi. Resonansi ditandai oleh

intensitas bunyi yang terdengar lebih keras dibandingkan pada keadaan lainnya

pada panjang tabung tertentu. Resonansi adalah fenomena gelombang berdiri

pada kolom dan terjadi ketika panjang kolom adalah:


 3 5
, , (2)
4 4 4

dimana  adalah panjang gelombang bunyi. Permukaan piston merupakan

posisi perut gelombang simpangan karena udara tidak bebas untuk bergerak

longitudinal. Pada bagian tabung yang tebuka terjadi simpul, tetapi yang

sebenarnya berada sedikit diluar tabung pada jarak sekitar 0.6r dari ujung

tabung, dimana r adalah jari-jari tabung. Koreksi ujung tabung ini dapat

-54- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
ditambahkan untuk memperoleh nilai yang lebih baik jika hanya satu keadaan

resonansi yang dapt diukur, tetapi hal ini biasanya lebih sesuai untuk

mengurangi kesalahan pada resonansi pertama dibandingkan pada resonansi
4
3 5
kedua ( ) , ketiga , dst.
4 4
Pada percobaan ini, anda akan mengukur laju bunyi. Anda akan mengatur

frekuensi bunyi dan panjang tabung L untuk resonansi tabung, selanjutnya pada

keadan resonansi, anda akan mengukur jarak antara simpul gelombang berdiri.

Jarak ini memberikan informasi tentang panjang gelombang bunyi  yang

diberikan. Frekuensi dapat diketahui dari pembangkit frekuensi audio, dan laju

bunyi dapat dihitung menggunakan persamaan V  f .

C. ALAT-ALAT PERCOBAAN

1. Tabung Resonansi

2. Sound level meter

3. Function Generator

4. Sensor Mikrofon

D. LANGKAH PERCOBAAN

Percobaan kecepatan bunyi di udara; variasi jarak piston pada tabung

resonansi

1. Rangkaian tabung resonansi, pembangkit frekuensi audio, dan Function

Generator dan sensor mikrofon seperti Gambar 1.

-55- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
Gambar 1. Rangkaian Percobaan

2. Atur posisi piston sehingga piston berada pada posisi 50 cm, hubungkan

kabel pada tabung resonansi ke sound level meter dibagian mic in. Hidupkan

sound level meter.

3. Atur function generator dengan frekuensi dimulai dari 300 Hz dan

amplitudo 5 Vpp.

4. Atur perubahan frekuensi pada signal generator, temukanlah nilai frekuensi

dasar fo, frekuensi atas pertama f1 dan frekuensi atas kedua f2 .

5. Ulangi langkah ke 2 sampai dengan 4 untuk posisi 70 cm dan 90 cm.

Percobaan kecepatan bunyi di udara; variasi frekuensi pada signal generator

1. Atur posisi piston sehingga piston berada pada posisi 0 cm.

2. Atur function generator dengan frekuensi dimulai dari 400 Hz dan

amplitudo 5 Vpp.

3. Atur posisi piston, kemudian temukanlah nilai terbesar pada sound level

meter pada l1, l2 dan l3 .

4. Ulangi langkah ke 2 sampai dengan 3 untuk frekuensi 500 Hz dan 600 Hz.

5. Carilah V1, V2 dan V3 dalam percobaan ini.

-56- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
E. Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan hubungan antara frekuensi bunyi dengan cepat rambat bunyi!

2. Apakah yang dimaksud dengan cepat rambat bunyi!

3. Apa yang anda ketahui tentang resonansi bunyi?

4. Seorang mahasiswa melakukan percobaan resonansi untuk menentukan

kecepatan merambatnya bunyi. Mahasiswa tersebut menggunakan garputala

yang frekuensi alaminya 650 Hz. Resonansi kedua terjadi saat kolom udaranya

adalah 65 cm. Berapakah kecepatan merambat gelombang bunyi menurut

percobaan tersebut?

5. Sebutkan contoh peristiwa resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari!

F. Tugas Analisis

1. Dengan Posisi piston, l dan V kecepatan bunyi diudara adalah 340 m/s.

Tentukan nilai frekuensi dengan menggunakan persamaan V  f . , kemudian

bandingkan frekuensi yang diperoleh dari percobaan!

2. Dengan frekuensi tetap dan V kecepatan bunyi diudara adalah 340 m/s,

tentukan nilai L secara teori, kemudian bandingkan L yang diperoleh di

percobaan!

3. Pada poin analisis (1) dan (2) berikan alasan anda terhadap perbandingan data

tersebut!

4. Jelaskan hubungan frekuensi dengan kecepatan, berdasarkan data percobaan!

5. Jelaskan hubungan panjang gelombang dengan kecepatan berdasarkan data

percobaan!

-57- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
DAFTAR PUSTAKA

Benson, H. 1995. University Physics, John Wilye & Sons, Inc. p. 19

Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 1997. Fundamentals of Physics, John Wiley Sons.

LFD ITB. 2013. Modul Praktikum Fisika Dasar 2. Bandung: Institut Teknologi
Bandung

PHYWE. 2016. Manual Percobaan Magnetic Field of Single Coil/Biot Savart’s Law (LEP
4.3.02). http://www.phywe-systeme.com/. Diakses pada tanggal 28 Januari 2022
pukul 10.50 WIB.

Tim Penyusun. 2014. Modul praktikum Laboratorium Fisika Dasar. Riau. Jurusan

Fisika FMIPA UIN Suska Riau.

Tim Penyusun. 1980. Penuntun Praktikum Fisika. Bandung. Armico.

Tim Penyusun. 2004. Modul praktikum Fisika Dasar. Bandung : Laboratorium Fisika

Dasar – ITENAS

Tim Penyusun. 2014. Modul praktikum Laboratorium Fisika Dasar. Bandung.

Jurusan Fisika Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung.

Tyler, Frank. 1967. A Laboratory Manual of Physics. Sydney. Edward Arnold.

-58- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
KONTRIBUTOR

1. M. Samsul Anrokhi, S.Si., M. Si

2. Dr. Ikah Ning Prasetyowati Pernamasari, S.Si., M. Si

3. Ajeng Eliyana, S.Si., M.Si

4. Agustina Widiyani, S.Si., M. Si

5. Azrul Sulaiman Karim Pohan, S.Si., M.Si

6. Tri Siswandi Syahputra, S.Si., M.Si

7. Dr. Abdul Rajak, M.Si

8. Mahardika Yoga Darmawan, S.T., M.Si

9. Muhammad Ragil Setiawan, S.Pd., M.Si

10. Vico L Ipmawan, S.Pd., M.Si

11. Rahmat Nawi Siregar, S.Pd., M.Si

12. Harlina Ardiyanti, S.Si., M.Si

13. Deska Lismawenning, S.Si., M. Si

14. Okky Fajar Tri Maryana, M.Sc.

15. Dr. Indra Pardede, M. Si

16. Dr. Eko Satria, M.Si

17. Dr. Melany Febrina, M.Si.

18. Aptridio Syawaludin Yusuf, S.Si

19. Vera Prawestiana, S.Si

20. Ma’sum Anshori, S.Si

21. Denny Pratama, S. T

-59- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I


Institut Teknologi Sumatera
-60- Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar I
Institut Teknologi Sumatera

Anda mungkin juga menyukai