Anda di halaman 1dari 52

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA DASAR I

Disusun oleh:
Tim Laboratorium Fisika Dasar UII

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
LABORATORIUM FISIKA DASAR
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Modul Praktikum – Lab. Fisika Dasar

MODUL PRAKTIKUM
FISIKA DASAR I

Disusun oleh:
Tim Laboratorium Fisika Dasar UII

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021

i
Versi: 1 Revisi: 1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Modul Praktikum – Lab. Fisika Dasar

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Fisika Dasar ini dapat terselesaikan.
Buku Petunjuk praktikum ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa
yang mengikuti Praktikum Fisika Dasar di Laboratorium Fisika Dasar
Laboratorium Terpadu Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Materi praktikum
dalam buku ini mengacu pada materi kuliah Fisika Dasar yang diajarkan di kelas.
Penyusun masih merasa banyak kekurangan dalam penulisan buku
panduan ini. Penyusun sangat mengharap kepada semua pihak untuk dapat
memberikan masukan yang konstruktif demi kesempurnaan buku ini. Akhir kata
semoga buku petunjuk praktikum ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 1 Februari 2021

Penulis

ii
Versi: 1 Revisi: 1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Modul Praktikum – Lab. Fisika Dasar

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
MEKANISME PRAKTIKUM DARING ............................................... iv
TEORI RALAT .......................................................................................... 1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT (L1) .................................... 7
DAYA HANTAR LARUTAN ELEKTROLIT (L3) ................................. 13
MEDAN MAGNET SOLENOIDA (L6) .................................................. 19
BANDUL MATEMATIS (M1) ................................................................ 24
KONSTANTA GAYA PEGAS (M3) ....................................................... 29
KEKENTALAN ZAT CAIR (M5) ............................................................ 34
TEGANGAN MUKA (TM) ....................................................................... 40

ii
Versi: 1 Revisi: 1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Modul Praktikum – Lab. Fisika Dasar

MEKANISME PRAKTIKUM DARING


DI LABORATORIUM FISIKA DASAR

1. Praktikum Fisika Dasar dilakukan secara daring menggunakan Google


Classroom selama masa covid 19.
2. Praktikan diwajibkan menggunakan email UII di dalam google classroom.
3. Pembagian materi dibagikan sesuai dengan jadwal praktikum oleh masing-
masing asisten meliputi link video praktikum, soal pretest, laporan sementara
yang berisikan data dan lembar analisis data.
4. Praktikan wajib mengerjakan soal pre test dan mengumpulkan maksimal 15
menit di awal praktikum.
5. Praktikan wajib mengumpulkan resume pengamatan video praktikum
menggunakan Ms. Word minimal 300 kata maksimal di akhir praktikum.
6. Praktikan wajib membuat laporan praktikum menggunakan Ms. Word dengan
format jurnal imliah yang telah disediakan dan dikumpulkan seminggu setelah
jadwal praktikum maksimal tepat saat mulai praktikum. Nama file laporan
praktikum adalah NIM_Kode Modul_Kelas Praktikum.
7. Assignment google classroom setiap modul praktikum meliputi:
a. Assignment soal pre test (fitur question). Soal pre test berupa file
docs/pdf/tesk deskripsi pada fitur question.
b. Assignment resume (fitur assignment) sekaliguas menyertkan link video
dan format resume berupa poin-poin.
c. Assignment pengumpulan laporan, data percobaan dan format analisis
data.
8. Poin penilaian laporan praktikum terdiri dari:
a. Judul : 3 poin
b. Abstrak : 10 poin
c. Pendahuluan : 10 poin
d. Metode : 10 poin
e. Data percobaan : 2 poin
f. Analisis Data : 25 poin
g. Pembahasan : 25 poin
h. Kesimpulan : 10 poin
i. Daftar Pustaka : 5 poin
9. Pedoman waktu pengumpulan assignment dan pengerjaan praktikum meliputi:
Contoh : Jurusan X Kelas A (08.40 – 10.20)
a. H-1 praktikum asisten memposting link video praktikum.

iv
Versi: 1 Revisi: 1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Modul Praktikum – Lab. Fisika Dasar

b. 08.40 asisten memposting soal pre test (assignment berupa question pre
test).
c. 08.40 – 08.55 praktikan mengerjakan pre test.
d. 08.55 maksimal pengumpulan pre test.
e. 08.55 asisten memposting format resume yang berupa poin (assignment
resume).
f. 08.55 - 09.25 asisten dan mahasiswa masuk zoom untuk penjelasan
praktikum. Format akun mahasiswa Kelompok_NIM_Nama.
g. 09.25 asisten memposting format laporan, lembar data percobaan dan
lembar analisis data (assignment laporan).
h. 10.20 maksimal pengumpulan resume.
i. Pengumpulan laporan dilakukan pada minggu berikutnya maksimal pukul
08.40.
10. Praktikan hanya diberi kesempatan mengulang (Inhal) paling banyak 2 unit
percobaan dan dilaksanakan dalam minggu tersebut.
11. Pedoman praktikan dalam praktikum daring Fisika Dasar tetap menggunakan
modul praktikum yang telah dibagikan di masing-masing classroom.
12. Untuk menjaga ketertiban praktikan dalam melaksanakan praktikum daring
maka konsekuensi tidak memenuhi syarat atau prosedur di atas akan
dikenakan pengurangan nilai sesuai dengan komponen yang dilanggar.

Yogyakarta, 1 Februari 2021


Kepala Laboratorium Fisika Dasar

Suci Miranda, S.T., M.Sc.

v
Versi: 1 Revisi: 1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :1


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :0
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

TEORI RALAT

I. RALAT ATAU KESALAHAN


Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh karenanya
pengukuran besaran fisis merupakan hal yang sangat penting. Mengukur
adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis
sebagai standar yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Tujuan mengukur
adalah untuk mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil yang akurat.
Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran boleh jadi
memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga jika besaran fisis
yang sama diukur oleh orang lain. Jadi usaha untuk memperoleh hasil ukur
yang tepat betul tidak pernah tercapai, dan yang bisa dicapai hanyalah
memperoleh hasil terboleh jadi betul, dan nilai kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur (x) maka hasil ukur terboleh jadi
betul adalah nilai rerata pengukuran ( ̅ ), dan kisaran hasil ukur dinamakan
ralat pengukuran dinyatakan ( ). Nilai kisaran hasil ukurnya ( ),
mempunyai arti nilai itu berada dalam rentang antara x minimum yakni
( ) sampai dengan x maksimum yakni ( ). Suatu alat ukur
dikatakan presisi apabila memberikan nilai yang kecil. Setiap alat ukur
mempunyai tingkat kepresisian sendiri-sendiri, misalnya alat ukur
panjang: mikrometer sekrup 0,0001 cm, jangka sorong 0,01 cm dan mistar
0,1 cm. Hasil ukur dikatakan baik apabila diperoleh ralat relatif ( ⁄ ̅)
yang bernilai kecil.

II. KLASIFIKASI RALAT ATAU KESALAHAN


Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya ralat,
maka ralat atau kesalahan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Ralat sistematik (systematic error)
Ralat kelompok ini memberikan efek yang tetap nilainya terhadap hasil
ukur, dan dapat dihilangkan apabila diketahui sumber-sumbernya,
antara lain faktor-faktor berikut.
1) Alat
Misalnya, kesalahan kalibrasi, meter arus tidak menunjukkan nol
sebelum digunakan (zero error), ketidak elastisan benda / fatigue.

1
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2) Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca skala.
Hal ini bisa disebabkan selama pembacaan, mata pengamat terlalu
ke bawah atau ke atas terhadap objek yang diamati sehingga nilai
yang terbaca tergeser dari nilai sebenarnya (paralaks).
3) Kondisi fisis pengamatan
Misalnya kondisi fisis saat pengamatan tidak sama dengan kondisi
fisis saat peneraan alat, sehingga mempengaruhi penunjukkan alat.
4) Metode pengamatan
Ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan mempengaruhi hasil
pengamatan, misalnya sering terjadi kebocoran besaran fisis seperti
panas, cahaya, dsb.
b. Ralat rambang (random error)
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan berulang
untuk besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap pengukuran itu
berbeda. Ralat yang terjadi pada pengukuran berulang ini disebut ralat
rambang, atau ralat kebetulan atau ralat random.
Faktor-faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai berikut.
1) Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh pengamat
yang berbeda dari waktu ke waktu.
2) Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi)
Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang digunakan tidak
stabil (berfluktuasi).
3) Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-alat ukur
listrik sehingga dapat mempengaruhi penunjukkan meter-meter
listrik.
4) Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk lingkaran
sempurna maka penentuan diameternya pun akan menimbulkan
ralat.
c. Ralat kekeliruan tindakan
Kekeliruan tindakan oleh pengamat atau pengukur dapat terjadi dalam
bentuk sebagai berikut.
1) Salah berbuat
Misalnya salah membaca, salah pengaturan situasi/ kondisi, salah
membilang (misalnya jumlah ayunan 11 kali terbilang 10 kali).
2) Salah hitung
Terutama terjadi pada hitungan dengan pembulatan.

2
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

III. PERHITUNGAN RALAT


Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa ralat selalu
muncul pada setiap pengukuran, dan ini disebabkan oleh keterbatasan alat
ukur, usaha yang dapat dilakukan hanyalah bagaimana memperkecil ralat
tersebut. Khusus dalam hal pengamatan pada praktikum Fisika Dasar,
peralatan, situasi dan kondisi yang ada harus diterima apa adanya dalam
arti praktikan tidak dapat meniadakan ralat sistematik secara baik. Yang
dapat dilakukan praktikan adalah berusaha bekerja sebaik-baiknya untuk
menghindari atau mengurangi ralat kekeliruan tindakan, ralat sistematik
dan ralat kebetulan.
Setiap pengukuran akan muncul ralat kebetulan, oleh sebab itu
untuk memperkecil ralat ini harus dilakukan dengan pengukuran berulang,
semakin banyak dilakukan pengukuran berulang semakin baik. Namun
demikian tidak semua pengamatan dapat diulangi sehingga praktikan
hanya dapat melakukan pengamatan sekali saja, untuk ini ralat terjadi pada
penaksiran skala. Ralat kebetulan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu ralat pengamatan langsung dan ralat dari hasil perhitungan.
Pengukuran besaran secara langsung berarti benda tersebut diukur
dan langsung dapat diperoleh hasil ukurnya. Misalnya mengukur diameter
pensil menggunakan jangka sorong. Pengukuran tak langsung berarti hasil
ukur yang dikehendaki diperoleh melalui perhitungan. Sebagai contoh
ingin mengetahui volume sebatang pensil berbentuk silinder, maka yang
dilakukan adalah mengukur diameter pensil deengan jangka sorong
misalnya dan mengukur panjang pensil dengan mistar.
Ralat pengukuran langsung terjadi karena pengamatan dan ini
termasuk ralat rambang. Ralat pengukuran tak langsung disumbang oleh
ralat rambang dari setiap pengukuran besaran secara langsung, dan ini
menyebabkan ralat yang merambat. Semakin banyak parameter yang
diukur langsung maka ralat hasil ukur semakin besar. Ini disebabkan
adanya perambatan masing-masing ralat oleh setiap pengukuran langsung
yang menyumbang ralat hasil pada pengukuran tak langsung. Berikut ini
diperkenalkan penyebab ralat pada setiap pengukuran.

a. Ralat Pengamatan
Telah diuraikan diatas, bila pengukuran atau pengamatan
dilakukan beberapa kali pada besaran yang diukur secara langsung,
hasilnya berbeda-beda. Misalnya dilakukan pengukuran sebanyak n
kali dengan hasil pengukuran yang ke i adalah (i = 1,2,3,...n). Nilai
terbaik terboleh jasi betul adalah nilai rerata dari hasil ukur itu,
dilambangkan ̅ , dapat ditentukan dengan persamaan:

3
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

x i
x1  x2  x3   xn
x i
 (1.1)
n n
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai ukur
rerata dinamakan deviasi (misal berlambang δ), maka:
 xi  xi  x (1.2)
Deviasi pada persamaan 1.2 merupakan penyimpangan terhadap nilai
terbaik dari nilai terukur yang bersangkutan ( ).
Dikenal istilah deviasi standar, yang didefinisikan sebagai akar rerata
kuadrat deviasinya ( ) atau:

 x 
n n

 x i i x
x  i
 i
(1.3)
n(n  1) n  n  1
sedangkan standar deviasi relatifnya ditulis:
x x
x r  atau xr   100% (1.4)
x x
Selanjutnya harga atau nilai dari pengukuran (x)dapat ditulis:
x  x  x (1.5)
Nilai pengukuran, seringkali dinyatakan dengan kesaksamaan
atau ketelitian, atau disebut pula kecermatan, yaitu: 1 ̅̅̅̅̅ atau
100% ̅̅̅̅̅ . Kesaksamaan dapat dianggap sebagai jaminan akan
kebenaran hasil pengukuran. Perhatikan contoh berikut ini.
Misalnya kita melakukan 10 kali pengukuran panjang sebuah batang,
dimana nilai terukur pada setiap kali pengukuran seperti terdapat pada
tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data pengukuran panjang sebuah batang


Pengukuran Nilai terukur Deviasi Kuadrat deviasi
ke (xi) cm   xi  (cm2)
2
 xi  xi  x (cm)
1 35,62 +0,03 0,0009
2 35,59 0,00 0,0000
3 35,60 +0,01 0,0001
4 35,61 +0,02 0,0004
5 35,56 -0,03 0,0009
6 35,58 -0,01 0,0001
7 35,57 -0,02 0,0004
8 35,58 -0,01 0,0001
9 35,59 0,00 0,0001
10 35,60 +0,01 0,0001

4
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Dari tabel diperoleh informasi bahwa:


n n

 xi  355,90   x 
2
n  10 i  0, 0030
i i

Jadi nilai terbaiknya:


n

x i
x i
 35,590
n
sedangkan deviasi standarnya
n

  x 
2
i
0, 0030
x  i
  0, 0057
n  n  1 90
dengan ketepatan:
 0, 00577 
100%    100%   99,98%
 35,590 
b. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung, tetapi
dihitung dari pengukuran unsur-unsurnya. Misal volume sebuah balok
dihitung dari perkalian antara panjang, lebar dan tebal balok yang
diukur, kelajuan dihitung dari jarak tempuh dengan waktu tempuhnya,
dsb. Pada pengukuran panjang, panjang, lebar dan tebal balok masing-
masing pengukurannya memberikan ralat, maka dalam perhitungan
volume balokpun akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan
ralat dari tiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang ditimbulkan
sebagai hasil perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat
rambatan. Nilai terbaik sangat bergantung pada nilai terbaik variabel
unsurnya.
Secara matematis bilangan V variabelnya adalah (x,y,z), sehingga
V=V(x,y,z), maka nilai terbaiknya adalah ̅ ̅ ̅ ̅ , sedangkan
deviasi reratanya dirumuskan:
2 2 2
 V   V   V 
  x      y      z 
2 2 2
V   (1.6)
 x   y   z 

Penyajian hasil pengukuran langsung terhadap peubah x,y,z


dinyatakan:
x  x  x
y  y  y
z  z  z

5
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

dimana:
 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah x ,
 x 
 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah y ,
 y 
 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah z .
 z 

IV. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Untuk pengamatan tunggal yaitu pengukuran yang dilakukan hanya
satu kali ( keadaan ini hanya boleh dilakukan jika keadaan memaksa ),
maka untuk ralat mutlaknya diambil setengah dari skala terkecil.
b. Dalam menuliskan ralat nisbi ( relatif ) sebaiknya ditulis cukup dua
angka ( digit ). Kalau dalam perhitungan doperoleh lebih dari dua
angka, maka sebaiknya dibulatkan. Contoh 1,53 % ditulis 1,5 %.
c. Apabila pengukuran langsungnya mempunyai ketelitian sampai n
angka, maka sebaiknya hasil akhir disajikan maksimum sampai ( n+1 )
angka.
d. Apabila harga terbaiknya ( harga rata rata ) mempunyai n angka
desimal, maka jumlah angka desimal untuk ralat sama dengan n.
e. Dalam menggambar grafik harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
1) Gambar / grafik digambar kira kira pada posisi sudut 450 dengan
cara menyesuaikan skala untuk vertikal maupun horisontalnya.
2) Perpotongan garis vertikal dengan garis horisontal tidak perlu tepat
sebagai titik pusat ( titik nol ).
3) Titik titik pada grafik dibuat sejelas mungkin, bila perlu diperbesar
panandaanya.
4) Grafik tidak boleh digambar dengan cara menghubungkan garis per
garis antar titik.
5) Grafik digambar sesuai teorinya, maksudnya apabila teori
mengatakan bahwa hubungannya adalah hubungan linear, maka
grafiknya juga harus garis lurus, meskipun titik titik yang didapat
tidak terletak pada satu garis. Demikian juga untuk persamaan
kuadrat.

6
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :2


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :1
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN L1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan hantaran listrik
dalam kawat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum penentuan hantaran listrik dalam
kawat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami hukum Ohm.
2. Memperagakan untaian bagan listrik dalam pengukuran arus dan
tegangan.
3. Membuat interpretasi grafik antara V vs I dan antara V vs P.

IV. DASAR TEORI


1. Arus listrik
Gejala kelistrikan ditimbulkan oleh aliran muatan listrik antara
dua titik. Semua alat listrik yang setiap hari kita gunakan merupakan
susunan komponen-komponen listrik yang membentuk jalur tertutup
yang disebut rangkaian. Arus listrik hanya mengalir pada suatu
rangkaian tertutup, yaitu rangkaian yang tidak berpangkal dan tidak
berujung. Besaran yang menyatakan arus listrik disebut kuat arus
listrik yang disimbolkan dengan huruf I, yang didefinisikan sebagai
banyak muatan positif ∆Q yang mengalir melalui penampang kawat
penghantar per satuan waktu ∆t.

Q dQ
I  lim  (1.1)
t  0 t dt
Satuan untuk kuat arus listrik adalah Ampere atau Coulomb per detik
(C/s).

7
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2. Hukum Ohm
Pada tahun 1827, George Simon Ohm (German, 1787-1854)
melakukan percobaan untuk menentukan hubungan antara kuat arus
listrik I dan tegangan (beda potensial) V.
6

Tegangan V (Volt)
5
4
3 α
2
1
0
0,5 1 1,5 2 2,5
Kuat Arus Listrik I (Ampere)

Gambar 1.1. Grafik hubungan V terhadap I

Jika kemiringan grafik disebut hambatan R, maka hubungan V


dan kuat arus I dapat dinyatakan dengan persamaan:

R  tan  (1.2)
Dimana α adalah sudut antara sumbu kuat arus dan garis kemiringan
grafik.
V  I .R  Hukum Ohm (1.3)
dengan: I = Arus (A)
V = Tegangan (V)
R = Tahanan (Ω)
Persamaan (1.3) dinyatakan oleh Simon Ohm, sehingga
dinamakan hukum ohm, yang berbunyi: tegangan V pada komponen
yang memenuhi hukum ohm adalah sebanding dengan kuat arus I yang
melalui komponen tersebut, jika suhu dijaga konstan. Penghantar yang
mengikuti Hukum Ohm dinamakan penghantar linear. Pada umumnya
tahanan berubah dengan berubahnya suhu. Untuk penghantar dari
logam besarnya tahanan bertambah besar bila suhunya makin tinggi.

3. Dissipasi Tenaga Dalam Suatu Penghantar


Jika dalam suatu penghantar mengalir arus listrik, maka dalam
penghantar ini ada tegangan listrik yang hilang dan berubah menjadi
panas. Hal ini dikatakan ada tenaga liatrik yang terdissipasi. Besarnya
tenaga yang terdissipasi tiap detiknya atau daya yang terdissipasi
adalah:
P  V .I (1.4)
dimana,

8
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

P = tenaga yang terdissipasi atau daya listrik (Watt atau Joule/sekon)


V = tegangan listrik atau beda potensial (volt)
I = arus listrik (ampere)
Daya listrik adalah tenaga listrik persatuan waktu. Jika satuan
tenaga dinyatakan dalam joule dan waktu dalam detik, maka besarnya
daya dinyatakan dalam watt. Daya pada arus bolak-balik merupakan
fungsi waktu, sehingga daya pada arus ini bisa dinyatakan nilai daya
renta selama 1 periode. Secara matematis dirumuskan:

1 T
T t  0
P V .I dt (1.5)

Dimana V dan I merupakan tegangan dan arus sesaat, sedangkan


T periode dari arus bolak-balik. Jika diketahui besarnya V = Vsin t
dan I = Im sin , maka besarnya daya rerata P = V I cos .
Dengan V dan I merupakan nilai efektifnya sedangkan merupakan
beda fase antara V dan I. pada percobaan ini dianggap tidak ada beda
fase antara V dan I ( = 0), sehingga P = V I.

4. Watak Lampu Pijar


Karena adanya daya yang terdissipasi menjadi panas maka
jelaslah bahwa tahanan suatu lampu pijar berubah dengan berubahnya
tegangan. Dalam percobaan watak lampu pijar ini kita teliti hubungan
antara I dan V dan antara P dan V. Jadi yang dinamakan watak lampu
pijar adalah hubungan :
a. Tegangan yang dipasang dengan tahanannya.
b. Tegangan yang terpasang dengan arus listrik yang mengalir.
c. Tegangan yang terpasang dengan daya yang diambil.

5. Pemilihan Bagan Pengukuran V Dan I


Untuk memperoleh watak lampu pijar diperlukan pengukuran
tegangan dan arus secara simultan dengan cara pemasangan voltmeter
(V) dan amperemeter (A) yang terhubung dengan lampu (L) seperti
pada gambar berikut ini :

Gambar Bagan I Gambar Bagan II

9
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Bagan I
Pada bagan ini terdapat kesalahan pembacaan amperemeter,
karena yang terukur adalah jumlah arus yang melewati lampu dan
voltmeter. Arus terbaca berkelebihan sebesar: x 100 %, dimana r
merupakan tahanan lampu dan R tahanan voltmeter. Jika kesalahan
yang kita kehendaki maksimal sebesar a % maka: x 100 % a %.

Bagan II
Dengan bagan ini terdapat kesalahan pembacaan voltmeter, sebab
yang terukur adalah jumlah dari tegangan pada lampu dan
amperemeter. Tegangan terbaca berkelebihan x 100 % dimana
merupakan tahanan amperemeter. Jika kesalahan yang kita kehendaki
maksimum sebesar a % maka: x 100 % a % . Jika maka

dipilih bagan I dan sebaliknya bila dipilih bagan II.


Nilai a
V 'V
a  100%  untuk bagan I (1.6)
V
I'  I
a  100%  untuk bagan II (1.7)
I
V. ALAT DAN BAHAN
1. Voltmeter
2. Amperemeter
3. Lampu pijar
4. Regulator (variak)
5. Kabel jumper

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan percobaan!
2. Buatlah rangkaian bagan I!
3. Nyalakan saklar!
4. Aturlah hingga tegangan menunjukkan 50 volt (V’) dan catat arus
yang terukur pada amperemeter ( I )! Pengukuran diulang tiga kali!
5. Setelah melakukan kegiatan 4, matikan saklar tanpa mengubah
regulator (variak). Kemudian buatlah rangkaian bagan II!

10
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

6. Nyalakan saklar! Catat tegangannya (V) dan arusnya ( I’ ) yang


terukur pada voltmeter dan amperemeter! Pengukuran dilakukan tiga
kali tanpa mengubah regulator (variak).
7. Hitung nilai a untuk bagan I dan II! (lihat persamaan pada dasar teori).
Bagan yang mempunyai nilai a paling kecil itulah bagan yang
digunakan dalam praktikum selanjutnya.
8. Aturlah variak sehingga tegangan menunjukkan 60 volt dan catatlah
arus (I) yang terukur pada amperemeter! Lakukan pengukuran
sebanyak dua kali untuk tegangan yang sama!
9. Ulangi untuk tegangan 65, 70, 75, ..., 105 volt dan catat arus yang
terukur pada masing-masing variasi tegangan!
10. Rapikan alat dan bahan seperti kondisi semula!

VII. ANALISIS DATA


1. Dari data tabel percobaan pertama, hitung nilai a untuk masing-masing
bagan untaian. Ambil kesimpulan apabila a bagan I lebih kecil
daripada a bagan II maka bagan I dipakai untuk percobaan kedua dan
sebaliknya.
2. Menghitung ralat I untuk tiap variasi tegangan sehingga diperoleh
I  I .
3. Subtitusikan nilai I   I untuk mencari nilai R   R dan pada
masing-masing variasi tegangan.
4. Buatlah grafik hubungan antara V vs I dan V vs P!

VIII. PERTANYAAN
1. Apa perbedaan dari bagan I dan bagan II? Mengapa nilai a kedua
bagan ini berbeda?
2. Bagaimana watak lampu pijar menurut pengamatan yang telah
dilakukan?

IX. REFERENSI
1. Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
2. Giancoli, 2001, FISIKA Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
3. Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.
4. Sutrisno, 1983, Seri Fisika Dasar, Gelombang dan Optik, ITB,
Bandung.

11
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT

HARI/TANGGAL : ..............................................
JAM/SESI : ..............................................
ASISTEN : ..............................................

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

HASIL PENGAMATAN
Tegangan Arus (I) Tegangan (V) Arus (I’)
No a A
(V’) 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 50

No V (Volt) I (mA) V (Volt) I (mA) R (ohm) P (W)


1 60 60
2 65 65
3 70 70
4 75 75
5 80 80
6 85 85
7 90 90
8 95 95
9 100 100
10 105 105

Pembimbing Praktikum

(……………………..)

12
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :3


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :2
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN L3
DAYA HANTAR LARUTAN ELEKTROLIT

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan daya hantar suatu
larutan sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum penentuan daya hantar suatu
larutan sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami azas jembatan Wheatstone.
2. Menentukan daya hantar jenis suatu larutan.

IV. DASAR TEORI


Jika suatu asam atau basa atau garam dilarutkan dalam air dan
molekul-molekulnya terpisah menjadi ion-ion atau grup atom yang
bermuatan (+) atau (-), maka larutan tersebut larutan elektrolit. Sebagai
contoh :
NaCl dan
CuS dan
dan
Jika sepasang elektroda dicelupkan ke dalam larutan tersebut dengan
sumber listrik arus searah, maka arus yang mengalir mula-mula besar
tetapi makin lama makin berkurang. Hal ini disebabkan karena salah satu
elektroda atau keduanya tertutup oleh suatu lapisan yang merintangi
jalannya arus selanjutnya. Jadi, daya hantarnya berkurang sedang
hambatannya bertambah.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut di atas, maka sumber
arusnya diganti sumber arus bolak-balik. Sesungguhnya besarnya daya
hantar elektrolit tergantung pada hal-hal :
1. Temperatur larutan,
2. Konsentrasi larutan,
3. Penampang dan panjang larutan.

13
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Pada percobaan ini temperatur, penampang dan panjang larutan


dianggap tetap, jadi kita hanya mengamati besarnya daya hantar sebagai
fungsi konsentrasi larutan. Hantaran listrik dalam larutan elektrolit
dikarenakan oleh adanya ion positif dan ion negatif atau elektron.

Jadi, besarnya arus dalam larutan adalah:


i  ( n .qv  n .qv )A (1.1)
dengan,
= jumlah pembawa muatan positif persatuan volume (jumlah
ion positif)
n- = jumlah pembawa muatan negatif persatuan volume (jumlah
ion negatif)
dan v- = kecepatan ke satu jurusan ( drift velocity ) ion positif dan ion
negatif
q = muatan dari ion ( ze, z = valensi ion, e = keunsuran )
A = luas penampang yang dilalui arus
Besarnya v+ dan v- tergantung pada besarnya medan listrik dan macamnya
ion, yaitu:
v+ = +E dan v- = -E
+ dan - = bilangan yang tetap dinamakan mobilitas dari ion positif dan
ion negatif
E = kuat medan
Jadi,
i  A( n .  n . )zeE (1.2)

Karena E = dan = n- = n, dimana V = beda potensial, L = panjang


larutan, maka:
A
ize n(    )V (1.3)
L
dimana, i adalah kuat arus listrik (A) dan V adalah tegangan (volt).
Apabila V dipindah ruas, maka
i A
 ze n(    )
V L
(1.4)
1 i A
Y    ze n(    )
R V L

14
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Untuk larutan tertentu panjang dan luas penampang efektifnya tertentu


harga ze n ( + + -) adalah tetap, yang dinamakan daya hantar elektrolit.
1 A
Y   ze n(    )  ze n(    )   (1.5)
R L
sehingga,
A
Y  . (1.6)
L
dimana: Y = daya hantar larutan (Ω-1), R = tahanan atau hambatan (Ω).
Menurut persamaan (1.6), maka dapat diperoleh daya hantar jenisnya
sebagai berikut.
L
  .Y (1.7)
A
Nilai n tergantung pada konsentrasi dan suhu, begitu pula dengan + dan
_ dipengaruhi oleh konsentrasi larutan dan suhu. Jadi, Y dan
tergantung pada konsentrasi dan suhu.
Percobaan ini menggunakan rangkaian jembatan wheatstone.
Untuk sumber arusnya adalah arus bolak-balik hal ini untuk menghindari
terjadinya penimbunan pada elektroda karena proses elektrolisa, sehingga
arus yang mengalir lewat elektroda tidak menurun. Jadi, pada saat detektor
menunjukkan angka nol ( I = 0 ), maka berlaku persamaan :
R1  R3  R2  RL (1.8)
sehingga daya hantar jenis yang berlaku adalah sebagai berikut.
1 R2
Y  (1.9)
RL R1  R3
Dalam kehidupan sehari-hari kita dalam dapat melihat contoh
penerapan percobaan ini. Ada beberapa larutan yang dapat kita temukan di
sekitar kita, seperti air, air laut, dan air cuka (asam asetat) yang memiliki
daya hantaran listrik sehingga dapat mengalirkan arus listrik. Saat ini,
beberapa penduduk yang berada di dekat laut memanfaatkan air laut untuk
dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik meskipun dalam skala rumah.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Bejana gelas U
2. Rangkaian jembatan Wheatstone
3. Jangka sorong
4. Multimeter
5. Elektroda
6. Larutan CuSO_4 100%
7. Kabel jumper

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan!

15
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2. Ukur dan catat diameter elektroda, diameter dalam tabung U dan


volume larutan!

3. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini!

4. Isi tabung U dengan larutan CuS 100 % sebanyak 100 ml (untuk


tabung U kecil) dan 140 ml (untuk tabung U besar)!
5. Hubungkan rangkaian ke sumber listrik dan nyalakan saklar!
6. Aturlah hambatan geser sehingga jarum di galvanometer menunjukdi
angka nol! Lalu matikan saklar!
7. Catatlah skala yang terukur pada hambatan geser sebagai data R2 pada
tabel laporan sementara! Lakukan minimal tiga kali pengamatan R2
untuk tiap konsentrasi!
8. Ulangi kegiatan 3 – 6 untuk larutan 80 %, 60 %, 40 %, 20 %, dan 0 %!
(Untuk proses pengenceran mintalah petunjuk dari asisten).
9. Setelah selesai, rapikan kembali alat dan bahan seperti kondisi semula.

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung pengenceran larutan CuSO4.
2. Menghitung ralat R, sehingga diperoleh R2   R2 dan R3   R3 untuk
tiap variasi konsentrasi larutan.
3. Subtisusi R2   R2 dan R3   R3 ke persamaan (0.43) sehingga
diperoleh Y  Y .
4. Menghitung daya hantar jenis menggunakan persamaan (0.41) untuk
tiap variasi konsentrasi larutan.
5. Buatlah grafiknya hubungan antara M vs Y dan antara M vs σ.

VIII. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan daya hantar dan daya hantar jenis
larutan?

16
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2. Mengapa konsentrasi CuSO4 mempengaruhi besar daya hantar dan


daya hantar jenis larutan? Jelaskan jawaban anda!

IX. DAFTAR PUSTAKA


Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako,
Palu.
Sutrisno, 1983, Seri Fisika Dasar, Listrik Magnet dan Termofisika,
ITB, Bandung
Holliday and Resnick, 1988, Physics, Erlangga, Jakarta.

17
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L3
DAYA HANTAR LARUTAN ELEKTROLIT

HARI/TANGGAL : ……………………………..
JAM/SESI : ……………………………..
ASISTEN : ……………………………..

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

Hasil Pengamatan

Konsentrasi R2 (ohm) Rata – R3 (ohm) Rata –


(%) 1 2 3 rata 1 2 3 rata

100
80
60
40
20
0

Diameter Tabung :
Diameter Elektroda :
Volume Cairan :
R1 :

Pembimbing Praktikum,

(……………………..)

18
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :4


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :3
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN L6
MEDAN MAGNET SOLENOIDA

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum medan magnet solenoida
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum medan magnet solenoida sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN

1. Mengimplementasikan hubungan antara arus listrik dengan medan


magnet berdasarkan Hukum Biot Savat , Gaya Lorentz dan Hukum
Ampere .
2. Mengukur dan mangamati medan magnet yang timbul dengan variasi
jarak dua solenoida.
3. Mengamati pengaruh arus listrik pada solenoida kedua.

IV. DASAR TEORI

Solenoida
Kumparan Solenoida adalah deretan seri lilitan melingkar kawat yang
sewaktu dialiri arus listrik akan menjadi sumber medan magnet seperti
yang dihasilkan oleh batang magnet yang berbentuk silinder memanjang
seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Solenoida

19
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Kuat Medan Magnet & Momen Dipol


Momen dipol magnet (m) arus melingkar besarnya sebanding
dengan kuat medan magnet (H) sehingga semakin kuat arus yang
melingkar semakin besar medan magnet yang dihasilkan. Kuat medan
magnet di sumbu lingkaran arus sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram kuat medan magnet

Besarnya kuat medan magnetnya berdasarkan hukum Biot Savart:


m
H dengan m   iA dan A   R 2 (1.1)
2 d 3

dimana :  = 0 = 1,25666 x 10 –6 N / ampere


Sehingga diperoleh :

iR 2
H (1.2)
2d 3
dengan R = jari jari solenoida dan d = jarak kedua solenoida

Gaya Lorentz
Adalah gaya (F) pada arus listrik di dalam medan magnet (B) atau
gaya pada muatan listrik yang tengah bergerak di dalam medag magnet
yang dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 3. Arah dan Gaya Lorentz

20
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

m.i dl
dFm  (1.3)
2 d 3
m
H (1.4)
2  d 3
dengan B =  H dimana B = Rapat medan magnet.
Sehingga diperoleh hasil akhir gaya Lorentz adalah :
F  B  i.L (1.5)
dan L = panjang solenoida.

Hukum Ampere
Berdasarkan hukum ampere, maka besarnya rapat medan magnet B
sebanding dengan arus yang mengalir ( i ) x 0 x n atau
B  0 .n.i (1.6)
atau
N
B  0 . .i (1.7)
L
dimana N = jumlah lilitan .
Hubungan Biot Savart dengan Gaya Lorentz :
B =  H dan F = B i L sehingga F =  H i L
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai aplikasi dari
prinsip medan magnet solenoida. Di antaranya adalah generator yang di
dalamnya mengandung medan magnet dalam bentuk kumparan yang
terinduksi sehingga menghasilkan arus listrik.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Solenoida 5. Trafo 20 A, 30 volt
2. Inti besi 6. Ampere meter
3. Field magnetik 7. Jangka Sorong
4. Kabel

VI. PROSEDUR KERJA


1. Rangkailah seperti gambar berikut ini dan minta asisten mengecek
kebenaran rangkaiaan sebelum disambung ke sumber tegangan PLN.
Keterangan :
S1 = solenoida 1

21
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

S2 = solenoida 2
A1 = arus S1
A2 = arus S2
d = jarak kedua solenoida

Gambar 4. Rangkaian Percobaan


2. Aturlah tegangan dari trafo sebesar 6 volt dan catat besar A1 pada
laporan sementara!
3. Variasikan jarak kedua solenoida d dengan 15 cm, 20 cm dan 25 cm!
4. Ukur dan catat besarnya arus I2 menggunakan multimeter dan kuat
medan magnet H menggunakan fluxmeter! Lakukan pengamatan
minimal tiga kali untuk tiap variasi jarak solenoida!
5. Ulangi kegiatan 2-4 untuk tegangan trafo sebesar 9 volt dan 12 volt!
6. Rapikan alat dan bahan seperti keadaan semula!

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung ralat kuat arus I dan kuat medan magnet H dari data
percobaan tiap variasi jarak solenoida sehingga diperoleh I   I dan
H  H .
2. Hitung nilai rapat medan magnet B dan gaya Lorentz F menggunakan
persamaan matematis yang terdapat pada dasar teori.
3. Buatlah grafik hubungan antara H vs d, antara B vs d.

VIII. PERTANYAAN
1. Sebutkan tiga penerapan prinsip percobaan L6!
2. Bagaimana pengaruh jarak terhadap besar kuat medan dan kerapatan
medan magnet?

IX. DAFTAR PUSTAKA


Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edeisi kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D., Resnick, R, Walker, J., 1997, Fundamentals of Physics, John
Wiley & Sons, New York.

22
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L6
MEDAN MAGNET SOLENOIDA

HARI/TANGGAL : ……………………………..
JAM/SESI : ……………………………..
ASISTEN : ……………………………..

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

Hasil Pengamatan

V=6 V=9 V = 12 Volt


d Volt Volt I = ......... mA
No
(cm)
I2 (mA) …….
I = H (Tesla) I2 (mA) …….
I = H (Tesla) I2 (mA) H (Tesla)
mA mA
1 15
2 15
3 15
4 20
5 20
6 20
7 25
8 25
9 25

Diameter Solenoida : …………….. cm


Panjang Solenoida : …………….. cm

Pembimbing Praktikum,

(……………………..)

23
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :6


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :5
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN M1
BANDUL MATEMATIS

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum bandul matematis sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum bandul matematis seuai prosedur
dan standar keselamatan kerja dengan benar.

III. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip kerja bandul matematis.
2. Menghitung percepatan gravitasi.

IV. DASAR TEORI


Sebuah bandul sederhana merupakan model yang disempurnakan
yang terdiri dari sebuah massa titik yang ditahan oleh benang tak
bermassa. Jika massa titik yang ditarik ke salah satu sisi dari posisi
kesetimbangannya dan dilepaskan, massa tersebut akan berosilasi disekitar
posisi kesetimbangannya. Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 1. Alur gerak ayunan bandul matematis


Pada posisi setimbang, bandul berada pada titik B sedangkan titik
A adalah kedudukan bandul di simpangkan sebesar sudut ( ). Kalau titik
A adalah kedudukan dari simpangan maksimum, maka bandul akan
bergerak dari A-B-C-B-A. Hal ini berarti bandul melakukan gerakan satu
ayunan, sedangkan osilasi yaitu gerak bolak balik disekitar titik
kesetimbangan dalam selang waktu yang sama.
Perhatikan gaya-gaya yang bekerja pada bandul sederhana
berdasarkan gambar 2.

24
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Gambar 2. Gaya yang bekerja pada bandul matematis


Lintasan gerak dari bandul matematis tidak berupa garis lurus
tetapi berupa busur dari suatu lingkaran dengan jari-jari L yang sama
dengan panjang tali. Gaya pemulih F adalah komponen tangensial dari
gaya total:

F   mg sin (1.1)
Jika sudut θ kecil, maka sin θ sangat dekat dengan θ dalam radian. Dengan
pendekatan semacam ini, persamaan (0.55) menjadi:
x
F   mg sin    
L (1.2)
x
  mg
L
Kita mengetahui bahwa persamaan hukum hooke,
F   kx (1.3)
sehingga apabila persamaan (0.56) dan (0.57) dihubungkan, menghasilkan:
mg
konstanta pegas k  (1.4)
L
Frekuensi sudut dari bandul sederhana dengan amplitudo kecil adalah
k

m
mg
 L (1.5)
m
g

L
Dengan demikian hubungan antara frekuensi dan periode untuk
bantul matematis yaitu:

25
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0


f 
2
(1.6)
1 g

2 L
1
T
f
1
 (1.7)
1 g
2 L
L
 2
g
Percobaan bandul matematis ini memberikan manfaat dapat kehidupan
sehari-hari. Aplikasi dari percobaan ini dapat dilihat pada prinsip kerja jam
dinding, ayunan anak dan shock absorber.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Bandul
2. Statip
3. Tali
4. Mistar
5. Busur derajat
6. Stopwatch

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan peralatan yang akan digunakan!
2. Pasang bandul pada salah satu ujung tali yang bebas!
3. Tarik atau simpangkan bandul dari titik kesetimbangan membentuk
sudut simpangan 150 !
4. Lepaskan bandul dan nyalakan stopwatch secara bersamaan,
biarkan berayun sampai 10 ayunan!
5. Catat waktu sepuluh ayunan bandul! Lakukan minimal tiga kali
percobaan untuk panjang tali yang sama.
6. Ulangi kegiatan 3 sampai 5 untuk panjang tali yang berbeda!
7. Catat hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara!
8. Jika sudah selesai, rapikan kembali peralatan seperti semula!

26
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung ralat periode T  T .
2. Substitusikan nilai periode kedalam persamaan (0.61) sehingga
diperoleg besarnya g   g dan hitunglah kesalahan relatif dan
kesalahan literaturnya ( = 9,80 m/ )!
3. Hitunglah pula dengan metode kuadrat terkecil untuk kedua macam
sudut simpangan tersebut. Hitung kesalahan literatur dan grafiknya!
4. Bandingkan harga g yang didapat antara metode matematis dan
kuadrat terkecil!

VIII. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan simpangan, amplitudo, frekuensi dan
periode dari sistem bandul matematis?
2. Bagaimana harga g terhadap ketinggian dari permukaan bumi?
3. Apa yang harus anda lakukan terhadap panjang tali bandul matematis
untuk
a. menggandakan frekuensinya
b. menggandakan periodenya

IX. DAFTAR PUSTAKA


Abbas, A., dan Nur, N. 2000. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II.
Padang: Laboratorium Dasar Universitas Andalas.
Halliday, D., Resnick, R, Walker, J. 1997. Fundamentals of Physics. John
Wiley & Sons. New York.
Sandra dan Sabhan. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Palu: Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako.
Sutrisno. 1982. Seri Fisika Dasar; Mekanika. Bandung: ITB.

27
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M1
BANDUL MATEMATIS

HARI/TANGGAL : ……………………………..
JAM/SESI : ……………………………..
ASISTEN : ……………………………..

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

Hasil Pengamatan

Panjang Rata-rata Waktu untuk


Waktu untuk 10
No Tali 10 periode satu periode
periode (detik)
(cm) (detik) (detik)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100

Pembimbing Praktikum,

(……………………..)

28
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :7


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :6
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN M3
KONSTANTA GAYA PEGAS

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum konstata gaya pegas sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

I. INDIKATOR CAPAIAN
Mahasiswa dapat melakukan praktikum konstata gaya pegas seuai
prosedur dan standar keselamatan kerja dengan benar.

II. TUJUAN
Mengetahui karakteristik respon pegas terhadap gaya dengan cara
menentukan konstata gaya pegas.

III. DASAR TEORI


Gaya yang bekerja pada suatu benda antara lain menyebabkan
terjadinya perubahan gerak benda atau perubahan bentuk benda.
Berdasarkan sifat kelenturan/elastisitasnya dikenai dua macam benda,
yaitu:
1. Benda plastis: benda yang bisa dikenai gaya akan berubah bentuknya
akan tetapi perubahan bentuk tersebut tetap walaupun gayanya telah
ditiadakan. Contoh benda semacam ini antara lain tanah liat dan
plastisin.
2. Benda elastis: benda yang bila dikenai gaya akan berubah bentuknya,
tetapi bila gayanya ditiadakan benda tersebut akan kembali seperti
semula. Contoh benda semacam ini antara lain karet dan pegas.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai peralatan dengan
menggunakan pegas, misalnya: neraca, shockbekker, tempat tidur, dan
masih banyak lagi. Pada setiap peralatan fungsi/peranan pegas berbeda-
beda, akan tetapi hampir semua peralatan terkait dengan sifat elastisitas
pegas tersebut. Respon pegas terhadap gaya ditunjukkan dengan adanya
perubahan panjang pegas tersebut.
Suatu batang panjang yang kedua ujungnya bekerja gaya yang sama
besar F dengan arah yang berlawanan. Batang dalam keadaan ini
mengalami kesetimbangan karena dua gaya yang mempengaruhi batang

29
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

tersebut, tiap bagian batangpun mengalami kesetimbangan pula. Bila


diandalkan batang tersebut dipotong, maka gaya ini akan terbagi merata
pada seluruh luasan.
Perbandingan antara gaya-gaya dan luas penampang tersebut adalah
stress dalam batang. Besarnya stress ditunjukkan oleh persamaan 1.

(1)
Satuan stress ialah
Jika panjang batang mula-mula L0, sedang panjang batang setelah
mengalami gaya adalah L, perubahan panjang batang yang terjadi sebesar
. Pertambahan panjang yang terjadi tersebut sebenarnya tidak
hanya terjadi pada ujung-ujung batang saja, melainkan pada setiap unsur
pada batang tersebut terjadi pertambahan yang proporsinya sama dengan
yang terjadi pada seluruh batang secara keseluruhan. Perbandingan antara
perubahan panjang dengan panjang mula-mula sebelum gaya bekerja
disebut strain. Besarnya strain ditunjukkan oleh persamaan 2.

(2)
Modulus kelentingan adalah perbandingan antara stress dengan strain
yang ditimbulkannya. Berdasarkan eksperimen, bila batas kelentingan
bahan tidak dilampui akan diperoleh perbandingan (modulus kelentingan)
yang konstan dan merupakan sifat khas atau karakteristik dari suatu bahan.
Dapat dikatakan bahwa stress berbanding langsung dengan strain atau
stress merupakan fungsi linier dari strain. Perbandingan ini disebut
modulus kelentingan linier atau modulus young (Y) suatu bahan.
Persamaan untuk menentukan modulus young ditunjukkan oleh persamaan
3.

(3)

Satuan dari modulus young biasa dinyatakan dalam dyne/cm2 atau lb/m2.
Modulus kelentingan merupakan besaran yang melukiskan sifat-sifat
kelentingan suatu bahan tertentu, tetapi tidak menunjukkan secara
langsung pengaruh gaya terhadap perubahan bentuk yang dialami oleh
suatu batang, kabel atau pegas yang dibuat dari bahan tertentu. Bertambah
panjangnya sebuah benda terenggang berbanding lurus dengan besar gaya
yang menariknya. Pernyataan ini merupakan Hukum Hooke. Persamaan
hokum Hooke ditunjukkan oleh persamaan 4.

30
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

(4)
Persamaan 4 menyatakan bahwa apabila pegas yang berbentuk sulur
direnggang, perubahan bentuk kawat tersebut merupakan gabungan antara
tarikan, lenturan dan puntiran, tetapi pertambahan panjang pegas secara
keseluruhan berbanding lurus dengan gaya yang menariknya. Artinya
persamaan tetap berlaku dengan konstata perbandingan k bukan
merupakan fungsi dari modulus kelentingan. Konstata k disebut dengan
konstata gaya pegas atau koefisien kekauan pegas. Satuan k adalah
newton/meter; dyne/cm; lb/ft.
Hukum hooke menyatakan besarnya gaya yang mengakibatkan
perubahan bentuk (panjang) pegas sebanding dengan perubahan panjang
yang terjadi, asalkan batas kelentingannya tidak terlampui. Gaya
pemulihan merupakan gaya yang akan mengembalikan pegas (benda) ke
bentuk semula, ditentukan oleh persamaan 5.

(5)
Dalam hal ini tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya dengan arah
simpangan (x) berlawanan arah. Ilustrasi sebuah benda yang digantungkan
pada pegas, pegas bertambah panjang sejauh x posisi kesetimbangannya
ditunjukkan oleh gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi Pegas


Resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut hanya gaya lenting
pemulihan F=-kx. Berdasarkan hokum Newton F=mg, maka hubungan
hokum Hooke dengan hokum Newton ditunjukkan oleh persamaan 6.

 ( ) (6)
Dalam hal ini m adalah massa benda.
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Pegas
2. Penggaris
3. Stopwatch

31
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

4. Beban
5. Neraca
6. Statip

V. PROSEDUR KERJA
1. Susunlah seperti gambar

2. Berikan beban pada pegas!


3. Catatlah pertambahan panjang yang terjadi (x)!
4. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan beban yang lain!
5. Ulangi langkah 2, 3, dan 4 dengan pegas yang lain!

VI. ANALISIS DATA


1. Menghitung k menggunakan persamaan secara langsung.
2. Menghitung k menggunakan grafik antara massa m dengan
pertambahan panjang x.

VII. PERTANYAAN
Apakah terdapat perbedaan hasil modulus young dengan metode grafik
dan metode matematis?

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Jati, Bambang Murdakan Eka dan Tri Kuntoro Priyambodo. 2008. Fisika
Dasar untuk Mahasiswa Ilmu-ilmu Eksakta dan Teknik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

32
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M3
KONSTANTA GAYA PEGAS

HARI/TANGGAL : ……………………………..
JAM/SESI : ……………………………..
ASISTEN : ……………………………..

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

Hasil Pengamatan

No Massa Beban (kg) L0 (m) L (m)

Pembimbing Praktikum,

(……………………..)

33
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :8


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :7
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN M5
KEKENTALAN ZAT CAIR

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan kekentalan zat cair
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum dan memahami cara penentuan
nilai kekentalan zat cair sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja Viskometer Ostwald.
2. Menentukan viskositas larutan dengan metode Ostwald

IV. DASAR TEORI


Zat cair bisa mengalir karena mempunyai kekentalan dan
kecepatan, jika di tengah-tengah pipa lebih besar kecepatannya dari pada
di bagian tepinya karena hambatannya sedikit dan berangsur-angsur
berkurang sampai nol pada dinding pipa. Kekentalan/viskositas merupakan
hambatan pergerakan objek pada permukaan aliran laminar (aliran tenang)
cairan. Sehingga kekentalan suatu cairan/zat merupakan ukuran beberapa
banyak gaya yang diperlukan untuk menggelincirkan satu lapisan cairan
terhadap lapisan yang lain.
Apabila pada permukaan suatu aliran laminar terdapat papan maka
besarnya gaya (F) yang dibutuhkan untuk menggerakkan papan tersebut
dengan kecepatan tetap terhadap besarnya kekentalan dari cairan
berbanding lurus dengan kecepatan (v) dan luas papan (A) serta
berbanding terbalik dengan jarak antara dasar dan permukaan cairan
tersebut (d). maka berlaku persamaan,
  A v
F (1.1)
d
Dalam suatu cairan yang mengalir maka lapisan-lapisan zat cair
tadi bergerak dengan kecepatan yang tidak sama, sehingga saling
bergesekan. Gaya gesekan G antara dua lapisan zat cair yang mengalir
berbanding lurus dengan luas lapis A dan perubahan kecepatan dv serta
berbanding terbalik dengan perubahan jaraknya dy, sehingga
persamaannya terbentuk seperti:

34
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

dv dv
GA atau G   A (1.2)
dy dy

Gambar 1. Mekanisme
Aliran Dua Lapisan Zat Cair
Dengan adalah suatu koefisien viskositas yang disebut angka
kental dinamis atau viskositas, satuan dalam sistem CGS, adalah 1 dyne
det./cm2 atau disebut 1 poise juga dalam centipoise 1 cp atau disebut 10-2
poise, dan dalam sistem MKS adalah kg/m.det atau Newton det./m2 yaitu
10 poise. Besarnya koefisien kekentalan (
faktor-faktor lain. Jika suhu naik, koefisien kekentalan gas bertambah,
sedangkan untuk zat cair berkurang. Pada pengaliran melalui pipa
sepanjang L cm dan jari jari penampang R cm karena perbedaan tekanan P
dyne/cm dapat ditunjukkan bahwa volume cairan (dalam cm3) yang
mengalir dalam waktu t detik adalah.
R 4 Pt Pt
V dengan V   Ps (1.3)
8 L 
dimana s = BJ zat cair, maka,
s.t
V  (1.4)

Persamaan (1.3) yaitu persamaan yang dikenal sebagai hukum
Poiseuille. Hukum ini menyatakan bahwa debit suatu zat cair mempunyai
kekentalan yang melewati pipa berbanding lurus dengan selisih tekanan di
ujung dan di pangkal pipa, berbanding lurus dengan radius pipa
berpangkat 4 serta berbanding terbalik dengan kekentalan zat cair. Salah
satu cara untuk menentukan kekentalan zat cair adalah dengan mengukur
debitnya melalui pipa kapiler dan menghitung
di atas.

Prinsip Kerja

Pada percobaan dengan viskometer Ostwald, kita cairan yang akan kita
selidiki ke dalam pipa vertikal. Pipa ini berada dalam termostat (Gambar
2). Bagian atas pipa yang besar untuk menyimpan cairan yang akan
dialirkan atau diselidiki. Pencatatan waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan zat cair 1 dan waktu untuk mengalirkan zat cair 2, dengan
volume yang sama adalah t1 dan t2. Persamaan yang berlaku adalah :

35
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

s1 .t1 s2 .t 2

1 2
atau (1.5)
1 s1 .t1

2 s2 .t2
dengan s1 = BJ zat cair 1 dan s2 = BJ zat cair 2. Pada percobaan yang kita
lakukan zat cair 1 adalah larutan garam dapur (NaCl) dan zat cair 2 adalah
aquades. Jadi, kita dapat membandingkan larutan NaCl dengan aquades.
Perbandingan ini dinamakan dengan nisbi larutan, yaitu:
larutan
nisbi  (1.6)
aquades
Penggunaan penentuan kekentalan zat cair dalam kehidupan sehari-
hari digunakan sebagai pengukuran kecepatan mengalirnya darah dalam
pembuluh darah vena, proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya,
maka semakin kecil viskositas minyak goreng), mengalirkan air dalam
pompa PDAM yang mengalir ke rumah-rumah, mengukur tingkat
kekentalan oli pelumas, membedakan jenis zat cair atau larutan, dan lain-
lain.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Viskometer Ostwald
2. Beker gelas 350 ml dan 250 ml
3. Gelas ukur 250 ml
4. Stopwatch
5. Termometer
6. Hidrometer
7. Pompa air manual
8. Mistar pengukur
9. Aquades (Air)
10. Larutan garam (NaCl)

VI. PROSEDUR KERJA A

Gambar 2. Viskometer Oswald

36
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

1. Siapkan alat dan bahan untuk percobaan!


2. Catat suhu ruangan di laporan sementara!
3. Buat larutan NaCl 100 % sebanyak 250 ml! Kemudian masukkan ke
gelas ukur lalu ukur dan catat Derajat Baume (DB) menggunakan
Hidrometer!
4. Pompa larutan NaCl 100 % sampai diatas garis batas A!
5. Alirkan NaCl dari batas atas A sampai batas bawah B dan ukur waktu
alir dari A hingga B tersebut. Catat waktu yang terukur! Lakukan
pengukuran waktu alir sebanyak tiga kali untuk tiap konsentrasi!
6. Ulangi kegiatan 3-5 untuk larutan NaCl konsentrasi 80%, 60%, 40%,
20% dan aquades!
7. Rapikan alat dan bahan seperti kondisi semula!

VII. METODE ANALISIS DATA


1. Menghitung volume pengenceran untuk tiap konsentrasi larutan NaCl.
2. Menghitung massa jenis atau densitas dari larutan yang akan
digunakan dan aquades dengan metode interpolasi.
3. Menentukan besar koefisien viskos/ viskositas larutan dengan
membandingkannya dengan koefisien viskos aquades.

Tabel Konversi Derajat Baume ( DB ) dengan Density ( = s )


DB Density DB Density DB Density
0.00 1 9.49 1.070 18.36 1.145
0.72 1.005 10.74 1.080 18.91 1.150
1.44 1.010 11.36 1.085 19.49 1.155
2.14 1.015 11.97 1.090 20.00 1.160
2.84 1.020 12.58 1.095 20.54 1.165
3.54 1.025 13.58 1.100 21.07 1.170
4.22 1.030 13.78 1.105 21.60 1.175
4.90 1.035 14.37 1.110 22.12 1.180
5.58 1.040 14.96 1.115 22.64 1.185
6.24 1.045 15.54 1.120 23.15 1.190
6.91 1.050 16.11 1.125 23.66 1.195
7.58 1.055 16.68 1.130 24.17 1.200
8.21 1.060 17.25 1.135
8.85 1.065 17.81 1.140

37
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

VIII. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan kekentalan dinamik, kekentalan
kinematik dan kekentalan relatif?
2. Sebutkan metode-metode penentuan kekentalan zat cair serta jelaskan
prinsipnya?
3. Apakah fungsi pengukuran kekentalan zat cair?
4. Sebutkan manfaat mempelajari kekentalan zat cair sesuai dengan
program studi/jurusan kalian ?

IX. DAFTAR PUSTAKA


Kurniawan, C., 2007, Konsep Dasar Fisika Medik (Teori dan Soal).
Yogyakarta: PiDi Publisher.
Sears, F. W., 1962, University Physics. Massachustts: Addison-Wesley
Publishing Company, Inc., Di terjemahkan oleh P.J. Soedarjana.
1986. Fisika untuk Universitas 1 Mekanika, Panas, Bunyi. Bandung:
Penerbit Binacipta.

38
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M5
KEKENTALAN ZAT CAIR

HARI/TANGGAL : ……………………………..
JAM/SESI : ……………………………..
ASISTEN : ……………………………..

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

Hasil Pengamatan

Konsentrasi Derajat Waktu Pengaliran (detik) Rata –


(%) Baume (DB) 1 2 3 4 5 rata

100
80
60
40
20
0

Suhu Percobaan : ………… oC

Pembimbing Praktikum,

(……………………..)

39
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :9


Jurusan/ Program Studi : Teknik Mesin Modul ke :8
Kode Mata Praktikum : 52503829 Jumlah Halaman :7
Nama Mata Praktikum : Fisika Dasar I Mulai Berlaku : Februari 2021

PERCOBAAN TM
TEGANGAN MUKA

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan tegangan muka
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum penentuan tegangan muka sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami pengertian dasar tegangan muka.
2. Menentukan tegangan muka dengan cara: tekanan maksimum &
kenaikan kapiler.

IV. DASAR TEORI


Bila kita mengamati sebatang jarum yang kita buat terapung di
permukaan air sebagai benda yang mengalami tegangan permukaan.
Tegangan permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair
di permukaan zat cair. Permukaan zat cair mempunyai beberapa sifat
khusus: Adhesi & Kohesi, Meniskus & Kapilaritas, Tegangan muka.
Kohesi adalah gaya tarik-menarik antara partikel-partikel dari zat
yang sejenis. Sedang gaya tarik-menarik antara partikel-partikel zat yang
tak sejenis disebut adhesi. Meniskus adalah bentuk permukaan zat cair
didalam pipa kapiler bila pipa kapiler di celupkan kedalam bejana yang
berisi zat cair tersebut. Kapilaritas adalah gejala yang terjadi bila miniskus
cekung maka tinggi permukaan zat cair dalam pipa kapiler akan lebih
tinggi demikian juga sebaliknya.
Tegangan permukaan adalah suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas
permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar, atau bulat seperti bola
atau usaha untuk membentuk luas permukaan baru. Dalam hal ini terdapat
dua besaran yaitu Tegangan Muka (H) & Tenaga Muka.

40
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Tenaga muka sebagai jumlah komponen sejajar permukaan &


resultan gaya kehesi yang tidak terimbangi pada molekul dalam lapisan
permukaan tiap satuan panjang. Satuannya adalah dyne/cm atau Newton/m.
Tegangan muka sebagai usaha yang diperlukan untuk menambah luas
permukaan dengan satu satuan luas. Satuannya adalah erg/cm2 atau
Joule/m2. Besar tegangan muka sama dengan besarnya tenaga muka, yang
berbeda hanya satuannya.
Metode yang digunakan dalam mencari harga tegangan muka (H) adalah:
a. Metode tekanan maksimum gelembung
Kita dapat mencari harga tegangan muka dengan cara
menyamakan tekanan tekanan yang bekerja pada gelas beker dan
manometer dalam keadaan setimbang. Dengan menurunkan air dalam
buret ke dalam erlenmeyer, tekanan udara dalam pipa kapiler menjadi
besar. Jika pada ujung pipa kapiler terjadi gelembung udara dengan
jari-jari R maka pada permukaan gelembung ini bekerja tekanan
tekanan :
 Dari Atas dalam keadaan setimbang maka Patas:
Patas  P0  1 .g .h1 (1.1)
dimana, Patas = tekanan dari atas (atm, Pascal atau N/m2)
ρ1 = massa jenis zat (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h1 = selisih tinggi permukaan fluida pada
manometer (meter)
P0 = tekanan barometer (atm, Pascal atau N/m2)
 Dari bawah, pada titik N pada manometer
2H
Pbawah  PB  (  2 .g.h2 )  ( ) (1.2)
R
dimana, Pbawah = tekanan dari bawah (atm, Pascal atau
2
N/m )
PB = tekanan udara (atm, Pascal atau N/m2)
ρ2 = massa jenis zat (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h2 = selisih tinggi permukaan fluida dengan
ujung gelembung udara dalam pipa kapiler
H = tegangan permukaan (N/m)
R = jari-jari pipa kapiler (m)

Pada keadaan setimbang tekanan dari atas sama dengan tekanan


dari bawah sehingga dengan menyamakan kedua ruas dalam
persamaan akan didapat harga tegangan permukaan (H):
Patas  Pbawah (1.3)

41
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2H
P0  ( 1 .g.h1 )  PB  (  2 .g.h2 )  ( )  P0  PB (1.4)
R

2H
( 1 .g.h1 )  (  2 .g.h2 )  ( )  PB  P0 (1.5)
R

2H
( 1 .g.h1 )  (  2 .g.h2 )  ( )
R
R.g ( 1 .h1   2 .h2 )  2 H (1.6)
R.g
H ( 1 .h1   2 .h2 )
2
ρ1 = massa jenis zat cair dalam gelas beker (kg/m3)
ρ2 = massa jenis zat cair dalam manometer (kg/m3)
h1 = selisih tinggi permukaan cairan manometer (m)
h2 = selisih tinggi permukaan zat cair dengan ujung gelembung
udara dalam pipa kapiler (m)
H = tegangan permukaan (N/m)
R = jari-jari pipa kapiler (m)
b. Metode Kenaikan Kapiler
Jika pipa kapiler dicelupkan dalam cairan maka akan naik
setinggi h. Pada saat setimbang gaya ke atas (FA) akan sama dengan
gaya ke bawah (FB) , gaya kesamping saling meniadakan.
FA  H .2 r .cos  (1.7)
FB   r 2  gh (1.8)
Selanjutnya persamaan (1.7) dan (1.8) dimasukkan kedalam
persamaan FA = FB, maka:
FA  FB
(1.9)
H .2 r .cos    r 2 . gh  zat cairnya air , sehingga   0
 r 2 . gh
H
2  r .cos 0
(1.10)
1
H  r . gh
2
Pada kehidupan sehari-hari, kita pernah melihat penerapan konsep
dari praktikum ini yaitu sebagai berikut : tetes embun yang jatuh pada
sarang laba laba, tetes air yang jatuh dari keran air, serangga dapat hinggap
di permukaan air, tetes air yang jatuh dari rambut yang basah, tetes air
yang jatuh di permukaan daun keladi.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Air
2. Buret

42
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

3. Erlenmeyer
4. Manometer
5. Gelas beker
6. Pipa kapiler
7. Hidrometer
8. Jangka sorong

VI. PROSEDUR KERJA


A. Tekanan Maksimum Gelembung:
1) Siapkan alat dan bahan!
2) Rangkailah alat dan bahan seperti gambar dibawah ini!

3) Ukur dan catat diameter pipa kapiler yang akan digunakan


menggunakan jangka sorong yang sudah disediakan!
4) Ukurlah tinggi air mula-mula yang ada di manometer dan catat
sebagai h0 pada laporan sementara!
5) Isilah gelas beker dengan air sampai permukaan air 2 cm dibawah
bibir gelas dan ukur suhu air yang digunakan!
6) Tutup kran buret dan isilah buret dengan air sampai penuh!
7) Celupkan pipa kapiler pada gelas beker sedalam h2 = 1 cm!
8) Buka kran buret perlahan-lahan!
9) Amati dan catat hm (tinggi permukaan air dalam manometer) tepat
pada saat gelembung akan lepas dari ujung pipa kapiler yang
tercelup (bentuk gelembung tepat ½ bola)! Hitung harga =
2( )! Lakukan pengamatan hm dan perhitungan h1
sebanyak tiga kali!
10) Ulangi kegiatan 6-9 untuk variasi kedalaman pipa kapiler 2 cm, 3
cm, 4 cm dan 5 cm!

B. Kenaikkan Pipa Kapiler


1) Masukkan air ke dalam gelas beker sampai 2 cm dibawah bibir
gelas!
2) Ukurlah diameter pipa kapiler I dan II menggunakan jangka
sorong yang sudah disediakan dan catat pada laporan sementara!

43
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

3) Masukkan pipa kapiler kedalam gelas beker yang sudah berisi air
sedalam h1 = 1 cm!
4) Tutup rapat ujung pipa kapiler yang atas dan angkat pipa keluar
dari gelas beker! Ukur ketinggian air yang berada dalam pipa
kapiler dan catat hasilnya sebagai h2 pada laporan sementara!
Lakukan sebanyak tiga kali pengamatan, sehingga memperoleh
tiga data h2 pada laporan sementara!
5) Dengan langkah yang sama lakukan dengan pipa kapiler dengan
diameter yang berbeda!
6) Rapikan alat dan bahan seperti kondisi semula!

VII. ANALISIS DATA


a. Metode tekanan maksimum gelombang
1. Menghitung ralat ketinggian permukaan air pada manometer
sehingga diperoleh hm   hm .
2. Menghitung nilai perubahan tinggi permukaan air di manometer h1.
3. Menghitung nilai tegangan muka air menggunakan persamaan (1.6)
pada setiap variasi ketinggian air di pipa. Selanjutnya dapat dirata-
rata menjadi H   H .
b. Metode kenaikan pipa kapiler

1. Menghitung ralat perubahan ketinggian pada pipa kapiler h   h 
untuk masing-masing variasi tinggi air.
2. Menghitung nilai tegangan muka untuk masing-masing tinggi air
yang kemudian dirata-rata sehingga diperoleh H   H .
3. Bandingkan hasil H   H metode tekanan maksimum dan
kenaikan pipa kapiler dengan nilai Hair teori.

VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan prinsip penentuan tegangan permukaan pada percobaan ini?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil dari kedua metode yang digunakan?
Jelaskan!
3. Sebutkan metode-metode yang digunakan untuk penentuan tegangan
permukaan?
4. Sebutkan fenomena tegangan permukaan yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi tegangan permukaan?

44
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

IX. DAFTAR PUSTAKA


Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
Daniels, F. Et al. 1970. “Experimental Physical Chemistry”. 7th ed. P.
359-365.
Glasstone, S. 1946. “Textbook of Physical Chemsitry”. 2nd ed. P. 487-
496.
Halliday & Resnick. 1984. FISIKA. Jakarta: Erlangga.
Harkins and Brown. 1919. Journal Am. Chem. Soc. 41. P. 499.
Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.
Tipler. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga, Jakarta.

45
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN TM
TEGANGAN MUKA

HARI/TANGGAL : ……………………………..
JAM/SESI : ……………………………..
ASISTEN : ……………………………..

NO NAMA NIM TANDA TANGAN


1 1
2 2
3 3
4 4

Hasil Pengamatan
I. Percobaan dengan Metode Tekanan Maksimum
Air, dengan suhu = ………..
o
C
No h1 Diameter h1 = 2(hm – ho)
hm (cm) h2 (cm)
h0 (cm) pipa (cm)
1 2 3
1
2
3

II. Percobaan dengan Metode Kenaikan Pipa Kapiler


Air, dengan suhu = ………..
No Pipa I, diameter = ... o
C Pipa II, diameter = ...
h2 (cm) h1 (cm) h2 (cm) h1 (cm)
1 H2 –H1 (cm) H2 –H1 (cm)
2
3

Pembimbing Praktikum,

(……………………..)

46
Modul Praktikum Fisika Dasar – FTI – Teknik Mesin

Anda mungkin juga menyukai