Anda di halaman 1dari 69

Nama :

Nim :

Prodi :

Pedoman Praktikum Fisika

Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga

Pedoman Pratikum Fisika


Untuk Fakultas Sains dan teknologi
Universitas Airlangga

i
Ketua :

Herri Trilaksana, S.Si, M.Si, Phd

Anggota :

Drs. R. Arif Wibowo, M.Si

Andi Hamim Zaidan, S.Si.,M.Si

Samian, S.Si. M.Si

Khusnul Ain, S.T., M.Si.

Penerbit :

Lab. Fisika Dasar

Departemen Fisika

Fak. Sains dan Teknologi

Universitas Airlangga

Semoga Berkah dan Bermanfaat

ii
PENGANTAR

Alhamdulillah, karena taufiq Allah Ta'aala semata sehingga kami dapat


menerbitkan pedoman praktikum fisika edisi revisi ini. Pedoman ini bersumber dari
beberapa buku petunjuk praktikum fisika dasar, balk untuk mahasiswa FSAINTEK
rnaupun non FSAINTEK, yang disusun oleh beberapa dosen jurusan Fisika. Pedoman ini
disajikan bagi mahasiswa baru (fresh student) dalam Tingkat Persiapan Bersama
Universitas Airlangga.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para penyusun sebelumnya, kami telah
berusaha rnerevisi beberapa bagian. Judul Buku Petunjuk diubah menjadi Pedoman,
dan hampir pada setiap pedoman percobaan di adakan revisi, baik pemisahan,
penghilangan atau penambahan materi, maupun sisi redaksional dan lay out-nya.

Diharapkan dengan terbitan edisi revisi ini, isi maupun penampilannya lebih
berkualitas, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh para pembaca dan
pengguna pedoman ini.

Kami menyadari, sebagai manusia yang tak luput dari kelemahan, pasti masih
terdapat kekurangan dalam pedoman ini, karena tak ada hasil karya manusia yang
sempurna. Untuk itu kami menerima dengan senang hati setiap saran konstruktif demi
perbaikan selanjutnya.

Terirna kasih perlu kami sampaikan kepada Ketua TPB Unair, para dosen di
jurusan Fisika, Ketua Jurusan, serta para asisten dosen yang telah banyak
menyumbangkan tenaga maupun gagasan dalam mengelola Laboratorium Fisika Dasar
TPB UNAIR ini. Semoga amal kita diterima Allah Ta'aala sebagai amal sholeh. Dan
semoga pedoman ini membawa keberkahan dan manfaat bagi kita. Amiin yaa Rabbal
'alamiin.

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Hal

Halaman Judul i

PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

TATA TERTIB v

MUKADIMAH 1

BAB 1 TEORI KETAKPASTIAN 7

BAB II ALAT UKUR DAN KETELITIAN 18

BAB III MATERI PRAKTIKUM

A. Percobaan (P1) Kerapatan Zat 24

B. Percobaan (F1) Tegangan Permukaan 32

C. Percobaan (F2) Viskositas Fluida 38

D. Percobaan (G1) Gelombang Bunyi 43

E. Percobaan (K1) Koefisien Muai Panjang 45

F. Percobaan (K3) Kalor Jenis 47

G. Percobaan (M1) Percepatan Gravitasi - 1 51

J. Percobaan (M3) Energi dan Momentum 54

K. Percobaan (El) Modulus Young 56

M. Percobaan (HI) Tetapan Pegas 58

PUSTAKA 60

iv
Tata Tertib

1. Kehadiran
• Praktikum harus diikuti 100 % dari jumlah praktikum yang diberikan. Jika
tidak dipenuhi maka praktikum fisika dasarnya dinyatakan tidak lulus.
• Ketidakhadiran karena sakit dan/atau ijin harus disertai surat keterangan
resmi untuk diserahkan kepada Asisten atau Dosen Praktikum paling lambat
dua minggu sejak ketidakhadirannya. Jika tidak dipenuhi maka dikenakan
SANKSI 2.
• Keterlambatan kurang dari dua puluh menit dikenai SANKSI 1
• Keterlambatan lebih dari dua puluh menit dikenai SANKSI 2.

2. Persyaratan Mengikuti Praktikum


• Mahasiswa harus berbusana yang sopan dan rapi serta mengenakan tanda
identitas diri (kartu anggota) selama praktikum. Jika tidak dipenuhi maka
sekurang-kurangnya dikenakan SANKSI 1.
• Mengumpulkan Tugas Pendahuluan sebelum praktikum berlangsung. Jika
tidak dipenuhi maka dikenakan SANKSI 2.

3. Pelaksanaan Praktikum
• Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus mempersiapkan diri sesuai
dengan materi praktikum yang akan dilaksanakan.
• Mahasiwa harus meminjam alat praktikum dengan cara mengisi lembaran
bon pinjam alat yang tersedia.
• Selama praktikum berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan,
bergurau, bermain alat, atau pun keluar masuk ruangan tanpa seijin dosen
pembimbing atau asisten pendamping.
• Setelah melakukan praktikum, mahasiswa harus membuat laporan sementara
hasil pengamatan praktikum dan menyerahkannya kepada dosen
pembimbing/asisten pada saat meninggalkan ruangan.
• Praktikum dianggap selesai jika mahasiswa telah menyerahkan laporan
sementara dan alat yang dipinjam dalam keadaan baik, bersih, dan rapi.
• Kerusakan alat yang dipinjam oleh mahasiswa menjadi tanggung jawab
penuh kelompok mahasiswa yang bersangkutan.

4. Penilaian
• Nilai praktikum ditentukan dari nilai Tugas Pendahuluan, Tes Awal, Keaktifan
dan Keterampilan serta Laporan.

v
• Nilai akhir praktikum dihitung dari nilai rata-rata seluruh praktikum yang
diikuti.
• Kelulusan praktikum ditentukan berdasarkan nilai akhir praktikum (AP > 45)
dan keikutsertaan praktikum ( 80 %).

5. Lain-lain
• Mahasiswa tidak diperkenankan pindah kelompok/jam/hari praktikum.
• Praktikum susulan akan dilaksanakan setelah praktikum reguler berakhir.
• Tata-tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi di antaranya
larangan memakai kaos oblong, sandal dan sejenisnya.
• Sanksi-sanksi:

SANKS I 1: Nilai Tes Awal dinolkan.

SANKS I 2: Tidak diperkenankan praktikum sehingga Nilai Modul yang

bersangkutan dinolkan.

• Informasi praktikum Fisika Dasar dapat dilihat di papan pengumuman


Laboratorium Fisika Dasar.

Koordinator LFD

vi
vii
MUKADIMAH

Fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari fenomena alam semesta, hukum-
hukumnya, dan interaksinya. Setiap gejala apa saja pasti terkait dengan hukum Fisika. Benda
diam maupun bergerak, seorang yang duduk, berdiri, olah raga, memasak, atau
mengendalikan kendaraan, mesin, pesawat, serta bekerja apa saja tidak terlepas dari hukum
Fisika. Disiplin ilmu apa saja, terutama bidang exacta, terkait dan didasari dengan Fisika.
Sehingga, tidak mustahil jika Teknologi, Kedokteran, Kefarmasian, Ilmu Olah Raga, Kimia,
maupun Biologi memerlukan materi Fisika, minimal sebagai keilmuan dasar.

Fisika dasar merupakan sokoguru bidang fisika lainnya. Pemahaman tentang fisika
dasar sangat menentukan kemampuan memahami fisika lanjut. Jika pemahaman mahasiswa
tentang fisika dasar baIk maka ia akan mudah menyerap dan menguasai materi bidang fisika
lainnya. Demikian pula sebaliknya, jika ia tidak cukup paham fisika dasar maka sulit
memahami Fisika Lanjut.

Guna meningkatkan pemahaman fisika dasar sangat diperlukan praktikum. Praktikum


ini meliputi berbagai percobaan yang terkait dengan materi yang diberikan dalam
perkuliahan. Praktikum tidak sekedar ditujukan untuk peningkatan kualitas dalam ranah
psikomotorik, tetapi diharapkan praktikum dapat menunjang penguasaan kognitif maupun
afektif mahasiswa.

Praktikum fisika dasar dimaksudkan untuk menunjukkan peristiwa fisika kepada


mahasiswa sehingga menambah pengertiannya. Diharapkan pula agar mahasiswa belajar
membuat perhitungan dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan mampu menilai
ketidaktepatan setiap pengukuran.

Peristiwa fisika akan diamati dan diukur di bawah pengawasan pembimbing. Data
yang diperoleh akan dianalisis dan ditafsirkan. Percobaan dalam laboratorium tidak bertujuan
untuk membuktikan kebenaran hukum fisika. Pengujian kebenaran suatu hukum tidaklah
sederhana, memerlukan rangkaian percobaan yang presisi, berulang kali, dan menghasilkan
data yang sahih.

MAKSUD PRAKTIKUM FISIKA

Maksud dilaksanakannya praktikum fisika antara lain agar mahasiswa :

1. memahami dasar fisika yang dibahas dalam kuliah maupun yang tercantum dalam
buku teks secara kuantitatif,
2. membiasakan diri menggunakan peralatan laboratorium,
3. terbiasa mencatat, meringkas, mengolah data dan menafsirkan hasilnya,
4. terlatih membuat laporan ilmiah, dan
5. memperoleh pengetahuan awal tentang prosedur kerja dalam riset maupun
eksperimen ilmiah.

1
PERSIAPAN :

Sebelum melakukan praktikum mahasiswa harus telah mempelajari dan memahami


tujuan dan gambaran percobaan yang akan dilakukan. Bab yang berhubungan dengan
percobaan harap dipelajari dari buku yang ada di perpustakaan. Tugas pendahuluan harus
dikerjakan dan dikumpulkan sebelum pelaksanaan praktikum.

CARA KERJA DALAM LABORATORIUM :

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dalam melakukan praktikum. Sebelum


melakukan percobaan, pembimbing akan memberi pretes. Sebelum percobaan dimulai
pembimbing/asisten akan memberikan petunjuk seperlunya. Mahasiswa harus melaksanakan
prosedur percobaan sesuai dengan pengarahan pembimbing. Pada akhir praktikum,
mahasiswa harus membersihkan peralatan dan meja yang dipakai, serta mengatur kursi
dengan rapi. Setiap selesai percobaan tiap kelompok harus menyerahkan laporan sementara
yang berisi data hasil percobaan. Laporan akhir dibuat secara individu di luar jam praktikum
dan harus diserahkan kepada pembimbing/asisten sepekan kemudian (pada permulaan
praktikum berikutnya).

Penilaian praktikum (percobaan) berdasarkan atas hal berikut.

1. Tugas Pendahuluan (7%)


2. Pretes, (14%)
3. Praktik/aktivitas dalam laboratorium (21%)
4. Laporan Praktikum (28%)
5. Ujian Akhir Praktikum. (30%)

Sedangkan penilaian laporan didasarkan pada

1. Kelengkapan dan kebenaran isi laporan. (15%)


2. Ketrampilan pengukuran/pengamatan yang ditunjukkan oleh jumlah dan kualitas
datanya. (15%)
3. Pengolahan Data (40%)
4. Pembahasan dan penafsiran hasil pengolahan/ analisis data serta kesimpulan. (20%)
5. Penyajian gambar/grafik dan kerapian penulisan laporan. (10%)

2
LAPORAN

Laporan praktikum berisikan tentang Halaman judul, Isi, dan Lampiran.

Halaman judul memuat perihal berikut.

 Kode dan Judul percobaan.


 Nama dan NIM Mahasiswa, Kelompok, beserta pasangannya.
 Hari, tanggal, jam pelaksanaan.
 Nama Dosen Pembimbing dan Asisten.

Isi laporan memuat hal sebagai berikut :

A. TUJUAN

Tujuan menerangkan secara singkat tentang maksud percobaan.

B. ALAT DAN BAHAN.

Alat dan bahan berisikan peranti dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Ingat!, alat
atau bahan yang tidak digunakan dalam percobaan jangan ditulis, walaupun tertulis dalam
buku pedoman.

C. DASAR TEORI

Dasar Teori memuat tentang konsep, teori maupun hukum dalam bentuk pernyataan
maupun rumus yang menjadi ide dasar percobaan. Dasar teori boleh juga menerangkan
tentang sistem kerja peranti percobaan.

D. DATA HASIL PENGAMATAN

Mahasiswa harus menyediakan kertas pengamatannya sendiri. Penilaian suatu laporan


bergantung pada kerapian mengatur data hasil pengamatan. Pembacaan yang sesungguhnya
harus dicatat sebelum mengambil suatu tindakan matematis pada pembacaan itu.

Misalnya, suatu percobaan memerlukan penentuan tambahan panjang suatu pegas vertikal
yang ditahan pada ujung atasnya, bila ditambahkan berturut-turut beban 100 gram pada ujung
bawahnya. Pada ujung bawah pegas terdapat juga sebuah jarum yang menunjuk pada suatu
skala. Pembacaan yang sesungguhnya dari skala yang ditunjuk oleh jarum harus dicatat lebih
dahulu, kemudian tambahan panjang pegas dihitung dalam kolom lain. Jadi setiap kesalahan
yang terjadi pada waktu mengurangi dapat segera diketahui tanpa melakukan kembali seluruh
percobaan. Pada umumnya data hasil pengamatan harus dalam bentuk tabel/daftar dengan
keterangan di atasnya dan satuan dari angka-angka dalam kolom itu.

Bila suatu pengamatan yang salah telah tercatat, coretlah dengan garis mendatar melalui
pencatatan tersebut lalu tuliskan hasil yang benar di dekatnya. Data hasil pengamatan
merupakan ringkasan angka-angka yang didapat dari suatu percobaan.

3
E. ANALISIS/ PERHITUNGAN

Data hasil pengamatan/pengukuran perlu diolah untuk mendapatkan nilai besaran yang
ingin diketahui yang termuat dalam tujuan. Diperlukan suatu cara menghitung yang benar
dengan menggunakan teori ketakpastian, yang akan dibahas dalam bab selanjutnya pada
petunjuk ini sehingga dapat diketahui ketepatan hasilnya.

F. PEMBAHASAN

Pembahasan memuat komentar mengenai hasil percobaan, data pengamatan serta hasil
perhitungan. Pembahasan dapat pula disertai perbandingan hasil percobaan dengan percobaan
yang telah ada (dalam literatur/buku/teori) maupun alasan terjadinya penyimpangan atau
ketaktepatan.

Jika suatu percobaan disertai grafik, maka tiap penyimpangan yang menyolok dari kurva
harus dijelaskan.

G. SIMPULAN DAN SARAN

Suatu percobaan memiliki tujuan tertentu, karena itu kesimpulan haruslah

1) memberikan jawaban terhadap tujuan itu.


2) ditulis secara singkat dan padat.
3) saran berisikan tentang masukan/usulan tentang sistem percobaan yang lebih baik agar
diperoleh data yang lebih akurat dan tepat.

H. DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka berisi tentang literatur yang dijadikan rujukan. Penulisan pustaka
mengikuti contoh berikut.

Contoh:

Giancoli, D.C, 1998, Fisika, Edisi Kelima, Jilid 2, Penerjemah Yuhilza Hanum dan
Irwan Arifin, Penerbit Erlangga, Jakarta
Kaplan, R.E., 1983, Nuclear Physics, Second Edition, Massachusset. Addison-Wesley
Publishing Company Inc, hh 129-133.

I. LAMPIRAN

Lampiran dapat berisi grafik, data dari literatur atau yang lainnya yang dinilai perlu untuk
dimuat dalam laporan, sebagai informasi tambahan atau penguat dasar pembahasan, tetapi
tidak termasuk dalam unsur utama laporan.

Penyajian data berupa grafik memiliki nilai lebih dari pada tabel. Melalui grafik dapat
dengan mudah diketahui hubungan antar variabel, titik optimum, maksimum, atau
minimumnya, serta kemiringannya. Suatu grafik harus selalu mempunyai :

a. Judul, yang memberi keterangan tentang apa yang dilukiskan oleh grafik itu.

4
b. Pemilihan skala yang tepat.
c. Tiap sumbu ditandai dengan nama besaran dan satuannya. Besaran yang merupakan
peubah (variabel) bebas dicantumkan pada absis (sumbu-X) dan peubah tak bebasnya
pada ordinat (sumbu-Y).

Kedudukan suatu titik tertentu harus ditandai dengan suatu lingkaran kecil dengan titik
tersebut di tengahnya. Seringkali tanda titik yang ditulis pada grafik yang digambar dengan
tinta tidak nampak.

Kurva kontinu harus digambarkan menuruti semua titik tersebut sedemikian hingga
jumlah titik yang terletak pada satu pihak kira-kira sama banyak dengan yang terletak pada
pihak lain kurva tersebut. Sebab adakalanya kurva tidak tepat melalui lingkaran kecil, garis
harus diputuskan, jangan ditarik melaluinya (lihat gambar contoh di bawah). Kebanyakan
jenis kurva yang ditemui dalam fisika adalah salah satu jenis kurva berikut.

a. Garis lurus atau , dengan k dan c adalah konstanta.

b. Hiperbola y= ⁄ dapat dibuat lurus dengan melukiskan ⁄

c. Parabola dapat dibuat lurus dengan melukiskan √

5
d. Kurva trigonometri dapat dibuat lurus dengan melukiskan
dimana

6
BAB I
TEORI KETAKPASTIAN

1. KETEPATAN PENGUKURAN

Pengukuran merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas
suatu besaran. Pengukuran dalam fisika tidak luput dari ketakpastian, artinya hasil ukur
terhadap besaran fisika pasti memiliki simpangan/deviasi. Hal ini antara lain disebabkan alat
yang digunakan oleh manusia dalam pengukuran mempunyai keterbatasan ukur.

Selain karena alat ukur yang digunakan, masih banyak faktor yang mempengaruhi
ketidaktepatan hasil pengukuran, yang tidak semuanya dapat dihindari. Oleh sebab itu
pengukur wajib mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya, kemudian
berusaha menghindari kesalahan dalam pengukuran semaksimal mungkin, walaupun ada
yang tak dapat dihindari.

Pengukur harus mengetahui kesalahan yang tidak mungkin dihindari, sehingga dalam
menyajikan hasil pengukuran, harus pula membuat taksiran tentang ketakpastian yang ada
pada hasil pengukuran tersebut, melaporkannya dengan jujur, sehingga hasil pengukuran
dapat dinilai dan dipercaya. Dalam segala macam pengukuran selalu timbul pertanyaan
"Berapakah ketepatan hasil pengukuran itu"? Pertanyaan ini identik dengan "Berapa
dekatkah hasil pengukuran itu dengan nilai sebenarnya”?.

Dalam pengukuran ilmiah, perlu sekali dapat mengestimasi ketepatan pengukuran, sebab
dengan demikian dapatlah diketahui manfaat hasil pengukuran.

2. KESALAHAN TERTENTU DAN KESALAHAN TAK TENTU

Jika Anda ingin melakukan pengukuran secara tepat/teliti maka Anda harus
memperhitungkan ketakpastian yang mungkin timbul. Ketakpastian ini dapatterjadi karena
dua macam kesalahan, yakni kesalahan tertentu dan kesalahan tak tentu.

2.1. Kesalahan Tertentu

Kesalahan tertentu sering pula disebut kesalahan sistematik (systematic error).


Misalnya mistar yang digunakan mengukur besaran panjang, mungkin skalanya tidak teratur,
atau mungkin suhu peneraan mistar tidak sama dengan suhu pada saat pengukuran dilakukan.
Pada saat menimbang dengan neraca sama lengan mungkin lengannya tidak tepat sama
panjang atau mungkin juga gaya ke atas yang dilakukan oleh udara mempengaruhi hasil
penimbangan. Kemungkinan seperti ini selalu ada, tetapi dengan cara
pengukuran/penimbangan tertentu kesalahannya dapat diperkecil. Kesalahan semacam ini
disebut kesalahan tertentu. Contoh yang lain adalah kesalahan kalibrasi, alat, pengamat, dan
keadaan fisik.

Pengukur harus mengetahui kesalahan tertentu yang mungkin ada, dan mengambil
tindakan untuk mengatasinya. Kesalahan itu tidak mungkin semuanya dapat diatasi. Selain

7
semua kesalahan tersebut, masih ada kesalahan lain yang hares diperhitungkan, yakni
kesalahan tak tentu.

2.2. Kesalahan Tak Tentu

Kesalahan ini disebut dengan kesalahan acak atau random (random error). Walau
pengukuran dilakukan dengan cermat, pengukuran ulang dari besaran yang sama tidak
memberi hasil yang tepat sama. Hal ini disebabkan karena biasanya angka terakhir
pengukuran hanya kira-kira (ditaksir) oleh pengamat.

Beberapa pengukuran yang tidak sating bergantungan satu sama lain akan
memberikan hasil yang berbeda-beda. Tentunya pengamat harus selalu berusaha agar
pengukurannya benar-benar tidak sating bergantungan satu sama lain, dan tidak boleh
terpengaruh oleh hasil pengukuran sebelumnya. Kesalahan tidak tertentu ini pun tidak bisa
dihindari, tetapi jika pengukuran dilakukan banyak kali maka dengan teori ketakpastian,
kesalahan ini dapat dihitung. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin tepatlah hasilnya.
Beberapa di antara kesalahan tidak tertentu ini ialah gerak Brown molekul udara,
fluktuasi tegangan jaringan listrik, landasan bergetar, bising, dan latar belakang
(background) radiasi. Jadi kesalahan ini bersumber pada sumber gejala yang tidak mungkin
dikendalikan atau diatasi semuanya dan merupakan perubahan-perubahan yang berlangsung
amat cepat. Sehingga pengaturan atau pengendaliannya di luar kemampuan kita. Oleh sebab
itu tugas kita adalah:

1. Menentukan atau memilih hasil pengukuran suatu nilai (nilai terbaik) yang dapat
menggantikan nilai benar.
2. Menentukan atau memilih nilai lain yang menyatakan atau menggambarkan
penyimpangan nilai terbaik dari nilai benar. Nilai ini menyatakan sampai berapa
jauh nilai terbaik dapat dipercaya.

Jadi untuk mencapai kedua tujuan tersebut, pengukuran hares diulang sebanyak
mungkin.

3. KETAKPASTIAN HASIL PENGUKURAN

Pernyataan hasil pengukuran bergantung pada cara melakukan pengukurannya dalam hal ini
dibedakan pengukuran tunggal dan pengukuran berulang.

3.1. Pengukuran Tunggal

Pengukuran-pengukuran lamanya benda mendingin, kecepatan komet, dan lain-


lain, tidak mungkin dilakukan lebih dari sekali. Oleh sebab itu pengukurannya mungkin
dilakukan hanya sekali. Di samping itu jika dilakukan pengukuran lebih dari sekali, mungkin
tidak menghasilkan nilai-nilai yang berbeda, misalnya alat yang kasar dipakai untuk
mengukur sesuatu yang halus. Oleh sebab itu ukuran ketepatan suatu pengukuran tunggal
ditentukan oleh alat yang digunakan. Dalam hal ini hasil pengukuran dilaporkan sebagai :

( )

8
dengan menyatakan hasil pengukuran tunggal dan adalah setengah nilai skala
terkecil alat ukur. Misalnya hasil pengukuran besaran panjang dengan mistar adalah (2,1 ±
0,05) cm sebagai interpretasi, ada kepastian (keyakinan) 100 %, bahwa nilai benar berada
di antara ( ) dan ( ).

3.2. Pengukuran Berulang

Kiranya kita patut bersikap kurang percaya terhadap hasil pengukuran tunggal. Makin
banyak pengukuran dilakukan, makin besarlah tingkat kepercayaan terhadap hasilnya.
Dengan melakukan pengukuran berulang diperoleh lebih banyak nilai benar xo, sehingga
nilai tersebut dapat didekati dengan teliti. Nilai benar baru dapat diketahui bila dilakukan
pengukuran yang tidak terbilang banyaknya, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena
alatnya sudah rusak atau aus sebelum pengukuran selesai dilakukan. Dengan demikian nilai
benar tidak mungkin dapat diketahui. Oleh sebab itu setiap pengukuran selalu menghadapi
empat hal berikut :

a. Berapa banyak pengukuran harus dilakukan ?


b. Nilai mana yang dipilih sebagai nilai terbaik, terdekat, dan pengganti nilai benar ?
c. Berapa simpangan nilai terbaik itu dari nilai benar dan bagaimana cara menentukan
simpangan tersebut ?
d. Hubungan apakah yang ada antara nilai terbaik dan tingkat kepercayaan di satu pihak,
dengan jumlah pengukuran yang dilakukan di pihak lain ?

Pada pengukuran berulang akin dihasilkan nilai-nilai yang disebut sampel suatu populasi
, yaitu . Dari nilai-nilai atau sampel tersebut, manakah yang dipakai
sebagai nilai terbaik ( ), dan berapa ketakpastiannya ( ) ? Nilai rata-rata sampel (〈 〉)
dianggap sebagai nilai terbaik pengganti nilai populasi yang tidak mungkin ditemukan dari
pengukuran. Pada suatu keyakinan tertentu, nilai benar ada di dalam ( ). Menurut
statistika (lihat gambar), = 〈 〉, yaitu nilai rerata sampel, dengan


〈 〉

Pada pengukuran berulang dengan jumlah pengukuran, simpangan baku dinyatakan


oleh

∑ 〈 〉

Satuan sama dengan satuan . Hasil akhir pengukuran selalu dinyatakan dengan

〈 〉

Cara lain untuk menyatakan ketakpastian ialah dengan menyebutkan ketakpastian

nisbi/relatifnya, yaitu

9
yang tidak mempunyai satuan, yang kadang-kadang dinyatakan dalam prosen, yaitu

Ketakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian


(precision) pengukuran yang bersangkutan; makin kecil
ketakpastian makin besar ketelitian pengukuran
tersebut. Ketakpastian relatif sebesar 1 % dikatakan lebih
teliti dari pada pengukuran yang menghasilkan ketakpastian
relatif 5 %. Jadi ketakpastian relatif mengadung informasi
yang lebih banyak dari pada ketakpastian mutlak.

4. ANGKA PENTING (SIGNIFICANT FIGURES) DALAM HASIL AKHIR

Misalkan pengukuran x menghasilkan x = 22/7 = 3,1428... jumlah angka yang harus


dilaporkan bergantung pada ketelitian pengukurannya, dalam hal ini ialah . Jika
diketemukan 0,01 maka harus dilaporkan sebagai = (3,14 ± 0,01). Dengan = 0,01
diartikan bahwa angka 3 dan 1 pada diketahui dengan pasti, sedangkan angka 4 mulai
diragukan sehingga angka selebihnya yaitu 2,8, ... dst, diragukan sama sekali.

Kebiasaan dalam ha! ini ialah menghilangkan semua angka (termasuk angka 0) yang
terletak di belakang angka-angka yang diragukan, yaitu 2, 8, . . . dst. Besaran pada contoh
di atas dikatakan memiliki tiga angka penting yaitu 3,1, dan 4.

Jika ditinjau dari ketelitiannya, pengertian x = 3,1 berbeda dengan 3,10. Pada = 3,1
angka tiga diketahui dengan pasti, sedang angka 1 diragukan. Pada = 3,10 angka 3 dan 1
diketahui dengan pasti, sedangkan angka 0 diragukan. Hasil pengukuran = 3,10 lebih teliti
daripada hasil pengukuran = 3,1.

Ketelitian suatu pengukuran sering dinyatakan dalam %. Misal suatu pengukuran


menghasilkan (22/7 ± 1 %). Jadi = 3,1428 . . . dan = 0,0314.

Ketelitian dalam persen ini dinyatakan hanya dengan satu angka penting saja, yaitu
1%, dan bukan dengan dua angka penting, yaitu 1,0 % sehingga harus juga memiliki hanya
satu angka penting saja dan tidak boleh lebih, yaitu = 0,03. Jadi harus dilaporkan
sebagai = (3,14 ± 0,03).

Sebenarnya tidak ada cara yang dapat dikatakan tepat dalam menulis hasil
pengukuran, karena banyak bergantung pada selera tiap orang. Namun demikian berdasarkan
jumlah angka penting pada ketelitian, dapatlah disarankan cara penulisan seperti tersebut di
atas. Dalam hal pengukuran yang tidak diulang. nilai dua garis skala terdekat merupakan
angka yang diragukan.

10
Contoh hasil pengukuran panjang balok
∑ 𝑥𝑖
I (cm) (cm2) 𝑥 m
𝑛
1 10.1 102.01
2 10.2 104.04 ∑𝑥 𝑛 𝑥̅
3 10.0 100.00 𝑥 √ 𝑖
𝑛
4 9.8 96.04
5 10.0 100.00
6 10.1 102.01 4

7 10.0 100.00
8 9.8 96.04
9 10.0 100.00 2472 m
10 10.0 100.00
𝑥 2 m
N=10 ∑ = 100.0 ∑ = 1000.14

5. KETAKPASTIAN PADA SUATU FUNGSI


5.1. Ketakpastian Pada Fungsi Satu Variabel :

Jika diperhatikan y sebagai fungsi , maka di sini merupakan variabel


bebas yang diukur, dan variabel tidak bebas yang akan dicari. Nilai benar tidak dapat
diketahui, sehingga nilai benar = juga tidak dapat diketahui. Dari pengukuran
diperoleh nilai terbaik ̅ dengan ketelitian sehingga dapat dicari nilai terbaik ̅ dengan
ketelitian .

〈 〉

〈 〉 *( ) ( ) +

〈 〉 ( )

〈 〉 ( )

| | | 〈 〉| | |

merupakan skala terkecil untuk pengukuran tunggal dan simpangan baku untuk
pengukuran berulang.

Contoh : , dengan n = bilangan bulat (fungsi pangkat), atau pecahan.

11

menurut : | | ( ) maka | |

Bagaimana halnya dengan :

5.2. Ketakpastian pada fungsi dua variabel :

Jika diperhatikan sebagai fungsi : , dengan dan


̅ masing-masing merupakan hasil pengukuran langsung (variabel bebas), dan z
adalah besaran yang dicari (variabel tidak bebas).

a. Untuk x dan y masing-masing sebagai hasil pengukuran tunggal (nilai Skala


terkecil) :

Bagaimana halnya dengan :

Contoh soal :

Percepatan gravitasi suatu tempat akan ditentukan dengan menggunakan percobaan bandul

matematik berdasarkan persamaan :

Pengukuran panjang tali dengan mistar L = (25,0 ± 0,05) cm, dan waktu ayunan dengan

stopwatch T = (1,00 ± 0,01) s.

Jawab : Percepatan gravitasi : 4

12
Jadi hasil akhir yang dilaporkan : 2 m 2 m

b. Nilai x dan y masing-masing sebagai basil pengukuran berulang.

Bila x dan y diperoleh dari hasil pengukuran berulang masing-masing dengan


simpangan baku dan ̅ , maka

Contoh soal :

Percepatan gravitasi suatu tempat akan ditentukan dengan menggunakan percobaan bandul
matematik.

Dua puluh kali pengukuran periode bandul menghasilkan nilai rata-rata periode ̅ ,
dengan simpangan baku 0,02 s, sedang sepuluh kali pengukuran panjang bandul
menghasilkan ̅ = 25,00 cm, dengan simpangan baku 0,03 cm. Tentukan g dan

Percepatan gravitasi : 4

Jawab : •

13
Hasil akhir dalam laporan berbentuk : g = (9,87 ± 0,04) m s-2

c. Nilai x dan y yang bervariasi, satu variabel hasil pengukuran berulang dan yang
lain hasil pengukuran tunggal.

Misal dalam kasus ini x adalah variabel hasil pengukuran tunggal sementara y adalah
variabel hasil pengukuran berulang. Jika ini terjadi maka perhitungan ralat sama seperti
kasus (b) di atas dengan menuliskan ralat salah satu variabel yang diperoleh dari pengukuran
tunggal , sedangkan untuk variabel tetap ditulis simpangan baku Sy.

MENENTUKAN GARIS LURUS MELALUI SEJUMLAH TITIK

Pengujian rumus dan penghitungan konstanta (koefisien) dalam rumus, selain dapat
dilakukan dengan cara-cara analitik tersebut di atas, dapat juga ditentukan secara grafis.
Untuk pengujian rumus secara grafis ini adalah yang paling sesuai . Selain itu perlu diingat
tiga hal berikut

a. Kertas grafik memiliki ketakpastian sendiri, yakni = ½ mm untuk sumbu horisontal dan
vertikalnya. Ketakpastian grafik tidak bola lebih besar dari ketakpastian pengukuran x dan
y. Berapakah grafik ini ? Ini bergantung pada besar kecilnya x. Kita berpegang pada :
grafik harus bernilai sedemikian hingga dapat digambar.

14
Sebagai contoh : y = 0,05 Volt, maka dalam arali ½ mm harus bernilai 0,05 Voit.
Maka 1 cm minimal 10 Volt, kalau tidak = 0,05 Volt tidak tergambar.

b. Grafik yang paling sederhana adalah garis lurus. Maka dari itu rumus yang hendak diuji
benar tidaknya diluruskan.

Contoh : Hukum Boyle , kalau digrafikkan terhadap V hasilnya sebuah


hiperbola.

Agak sukar melihat apakah titik eksperimen terletak pada kurva yang melengkung itu.
Tetapi kalau digrafikkan terhadap ⁄ diperoleh garis lurus dan mudah untuk melihat
apakah hubungan linear itu dipenuhi atau tidak.

c. Konstanta dalam rumus dapat kita peroleh dari grafik lurus , pada intercept - nya atau
pada slope - nya. Misal dalam hukum Boyle: , slope - nya , atau
.

MENENTUKAN GARIS LURUS TERBAIK.


Melalui Titik-Titik Percobaan Dengan Cara Kuadrat Terkecil

Misal kita ingin menguji suatu hukum fisika dengan pengukuran


berulang terhadap x dan y menghasilkan dengan i = 1, 2 , 3, . . . n. Apabila titik-
titik ini digrafikkan dalam diagram x terhadap y, mereka pada umumnya tidak akan terletak
pada suatu garis lurus. Banyak garis lurus dapat ditarik melalui kawasan ketakpastian titik-
titik itu. Persoalan sekarang : garis manakah merupakan garis lurus terbaik dan berapakah
ketidak pastian padanya ?

Karena setiap garis ditentukan oleh n dan m tertentu, maka tugas kita adalah
menentukan dan (yakni dan terbaik) serta n dan m. ini kita lakukan secara
analitik dengan cara yang dikenal sebagai cara kuadrat terkecil.

Tetapi demi kesederhanaan perhitungan, hanya y lah yang memiliki ketakpastian,


sedangkan x dianggap dapat ditentukan dengan ketelitian yang jauh melebihi ketelitian pada
penentuan y. Anggapan ini sering terwujud dalam praktek.

Persamaan Regresi Linear : y = mx + n

15
lnilah slope dan intercept garis lurus terbaik yang kita cari.

Simpangan baku dalam adalah

Simpangan baku dalam n t adalah

dimana :

MENGHITUNG REGRESI LINEAR

Untuk membuat grafik linear, interpolasi kelompok data yang telah diperoleh dari
percobaan dapat dilakukan dengan regresi. Dengan kalkulator, regresi tersebut dapat dihitung
sebagai berikut :

1. Kalkulator harus mempunyai fasilitas fungsi regresi (LR)


2. Ubah posisi ke LR
3. Data misal : ( , ), ( , ), . . . dst
4. Masukkan data : ( ) ( , ), ( ) (DATA)
( ) ( , ), ( ) (DATA)

5. Hasil regresi : A = INV (A)


B = INV (B)
6. Persamaan regresi : y = A + Bx
7. Grafik:
a. Grafik dibuat pada kertas blok milimeter dan ditempelkan pada lembar kerja.
b. Sumbu grafik (absis-ordinat) diberi nama besaran fisis dengan satuan yang sesuai.
c. Skala pada tiap sumbu sesuai dengan rentang data yang ada.
d. Titik-titik pengamatan / pengukuran diberi tanda yang jelas.
e. Bentuk kurva mengikuti pola persamaan grafik tersebut : linear, parabola, hiperbola,
sinusoid, eksponen, dan sebagainya. Tidak harus melalui titik
pengamatan/pengukuran. Menggambar bentuk kurva ini dapat dilakukan dengan
bantuan persamaan yang diperoleh dari regresi.

16
Contoh : Kalkulator fx-570s

Linear regresion (Mode 3)

 Enter data (4,33), (7,45), (8,46), (1,20)

4 , 33 DATA 7 , 45 DATA

8 , 46 DATA 1 , 20 DATA DATA 20

 Correlation coefficient
SHIFT r r 0.9941909

 y when x = 10

10 y y 55.166667

A SHIFT A

B SHIFT B

Mahasiswa yang mampu menjalankan program Microsoft Excel dapat juga menggunakannya
untuk menyelesaikan persoalan regresi linear tersebut.

17
BAB II
ALAT UKUR DAN KETELITIAN

Pendahuluan

Dalam Fisika dikenal berbagai macam besaran. Besaran tersebut dikelompokkan


dalam 2 kategori yakni besaran pokok/dasar dan besaran turunan. Semua besaran fisik dapat
dinyatakan dalam beberapa satuan pokok. Pemilihan satuan standar untuk besaran pokok
menghasilkan suatu sistem satuan. Sistem satuan yang digunakan secara universal dalam
masyarakat ilmiah adalah Sistem Internasional (SI). Berikut klasifikasi besaran-besaran fisika
beserta dimensi dan satuannya.

Tabel 1. Besaran fisika, dimensi, darn satuannya

Penggunaan alat ukur pada setiap pengukuran sangat ditentukan oleh macam
kegunaan, batas ukur dan ketelitian alat ukurnya. Sebagai contoh untuk mengukur massa
suatu benda yang diperkirakan sebesar 50 kg, maka alat yang harus digunakan haruslah
timbangan dengan batas ukur minimal senilai massa benda itu. Timbangan tersebut harus
memiliki ketepatan pengukuran yang baik, sehingga hasil pengukuran sesuai dengan keadaan
sesungguhnya.

18
Berikut ini adalah karakteristik alat ukur besaran pokok dalam fisika, antara lain
jangka sorong, mikrometer skrup, neraca, stopwatch dan termometer.

A. JANGKA SORONG

Gambar 1. Jangka Sorong

Keterangan Gambar 1 :

a : kaki runcing jangka sorong berfungsi untuk pengukuran panjang atau diameter bagian
dalam benda.
b : kaki panjang jangka sorong berfungsi untuk pengukuran panjang atau diameter bagian
luar benda.
c : skala geser jangka sorong disebut skala nonius atau skala pembantu (SP) dengan Batas
skala l0 mm.
d : skala tetap jangka sorong disebut skala dasar (SD) yang mempunyai skala terkecil 1 mm
e : sungut jangka sorong berfungsi untuk mengukur kedalaman benda.

Kegunaan Jangka Sorong :

Digunakan untuk mengukur panjang, lebar, tebal, atau pun kedalaman benda/zat.

Ketelitian Jangka Sorong :

Ketelitian pengkuran jangka sorong adalah pengukuran panjang terkecil yang mampu
dilakukan menggunakan jangka sorong. Berdasarkan ketelitiannya, ada 2 jenis jangka sorong,
yaitu jangka sorong yang memiliki ketelitian 0,05 mm dan 0,1 mm.

Untuk menentukan ketelitian jangka sorong dilakukan dengan cara sebagai berikut :

19
Sebagai contoh, digunakan jangka sorong dengan SP yang mempunyai 20 skala. Jika angka 0
pada SP berhimpit dengan salah satu garis (misalnya skala 0) pada SD, maka angka 20 SP
juga akan berhimpit dengan salah satu garis lain (misalnya skala 3,9) pada SD. Artinya, jika
SP digeser 1 mm maka angka 0 dan 20 pada SP masing-masing akan berhimpit dengan dua
garis skala pada SD. Dengan demikian maka 20 SP = 1 mm, sehingga 1 SP = 1/20 mm atau 1
SP = 0,05 mm. Jadi jangka sorong yang digunakan sebagai contoh mempunyai ketelitian 0,05
mm. Cara yang sama dapat digunakan untuk menentukan ketelitian jangka sorong jenis yang
lain.

Contoh penggunaan Jangka Sorong :

Hasil pengukuran panjang benda : ̅ = SD + (SP x ketelitian )

̅ = 10 mm + ( 8 x 0,05) mm = 10 mm + 0,40 mm = 10,40 mm

Penulisan hasil pengukuran p = ̅ ± p = (10,400 ± 0,025) mm

B. MIKROMETER SEKRUP

Gambar 2. Mikrometer Sekrup

Kegunaan mikrometer sekrup :

Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter atau panjang benda berukuran
milimeter atau beberapa centimeter saja.

20
Ketelitian mikrometer sekrup :

Ketelitian pengukuran mikrometer sekrup adalah pengukuran panjang atau diameter terkecil
yang mampu dilakukan menggunakan mikrometer sekrup. mikrometer sekrup hanya ada satu
macam, yaitu yang berketelitian 0.01 mm.

Cara menentukan ketelitian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :


Skala utama atau skala dasar (SD)terkecil dari mikrometer sekrup = 0,5 mm
Skala putar atau skala pembantu (SP) dari mikrometer sekrup = 50 skala
Satu putaran penuh skala pembantu 50 SP = satu skala dasar = 0,5 mm 1 SP = 0,5/50 mm
= 0,01 mm ketelitian mikrometer sekrup.

Hasil Pengukuran : ̅ = SD + (SP x ketelitian )

̅ = 10 mm + (41 x 0,01) mm = 10 mm + 0,41 mm = 10,41 mm

Penulisan hasil pengukuran d = ̅ ± = (10,410 ± 0,005)mm

C. PIKNOMETER
Piknometer adalah piranti untuk menentukan kerapatan zat padat
berbentuk butiran dan zat cair. Piknometer mempunyai dua bagian
yaitu tabung (a pada Gambar 3) dan tutup (b pada Gambar 3). Pada
bagian tutup terdapat pipa kapiler yang berfungsi mengalirkan
kelebihan zat cait pada tabung saat ditutup. Pengukuran kerapatan zat
melalui piknometer adalah menggunakan kerapatan air (aquades)
sebagai acuan (kerapatan air nilainya adalah 1 kg/liter). Kerapatan zat
yang diukur menggunakan piknometer, nilainya ditentukan oleh
persamaan berikut.

Gambar 3. Piknometer
21
dengan ketentuan :

massa piknometer kosong beserta tutupnya.

massa piknometer penuh air beserta tutupnya.

massa piknometer berisi zat yang diukur (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya.

massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya.

D. SPHEROMETER

Spherometer merupakan alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu permukaan.


Biasanya digunakan untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer memiliki 4 kaki,
dengan 3 kaki yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-ubah ketinggiannya.
Ketelitian spherometer bisa mencapai 0,01 mm.

Gambar 4. Spherometer

E. NERACA TORSI

Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki neraca ini
bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.

F. SPECIFIC GRAVITY/DENSITOMETER

Specific gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa jenis)
suatu zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahvva nilai yang ditunjukkan oleh
specific gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air ( 1 g/ml ).

22
G. STOPWATCH

Stopwatch merupakan alat pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya
berketelitian 0,1 s atau 02 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas
stopwatch. Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.

H. TERMOMETER

Termometer adalah alat pengukur sithu. Termometer yang biasa digunakan dalam Lab.
Fisika Dasar adalah termometer Celcius dengan keielitian 0,5°C atau 1°C.

I. MULTIMETER

Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus, tegangan,
dsb. Ketelitian alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai maksimum yang
mampu diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan posisi saklar sesuai
dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur Jika digunakan untuk
mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+) dihubungkan dengan (+)
rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-) nya. Sedangkan jika digunakan untuk
mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang rangkaian maka alat ini harus dirangkai
secara seri melalui cabang tersebut.

PERTANYAAN

1. Mengapa tidak boleh menggunakan ujung mistar sebagai skala nol. Dan mengapa harus
meletakkan skala mistar berimpit dengan Benda yang diukur ?
2. Jelaskan pengertian least count !
3. Apa artinya suatu alat mempunyai ketelitian 1°C; 0,1 g; atau 0,01 mm ?

23
PERCOBAAN P1
KERAPATAN ZAT
Tujuan :

Menentukan kerapatan zat padat berbentuk balok, silinder dan butiran serta zat cair.

Dasar Teori :

Massa jenis atau kerapatan zat merupakan besaran karakteristik yang dimiliki
suatu zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga
nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volume zat. Kerapatan suatu zat
dinyatakan oleh persamaan :

dengan ketentuan :

: massa jenis zat (kg/m3)


m : massa zat (kg)
V : volume zat (m3)

Nilai kerapatan zat tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya. Perubahan suhu
pengaruhnya sangat kecil terhadap kerapatan zat.

Kerapatan Benda Padat

Kerapatan benda padat berbentuk balok dapat ditentukan dengan mengukur massa
(m), panjang ( ), lebar (l) dan tinggi (t) benda tersebut. Besarnya kerapatan berbentuk balok
diberikan oleh Persamaan (2).

Untuk benda padat berbentuk silinder, kerapatannya ditentukan oleh Persamaan (3)

dengan d dan t masing-masing adalah diameter dan tinggi silinder

Gambar 1. (a) balok dan (b) silinder

24
Kerapatan Benda Berbentuk Butiran

Benda berbentuk butiran seperti tepung, pasir, kapur, semen dan sejenisnya nilai
kerapatannya kurang akurat jika cara menentukan kerapatannya dengan menimbang massa
dan mengukur volume yang dibentuk oleh benda berbutir. Pengukuran dengan cara tersebut
tidak akurat karena dalam volume yang dibentuk oleh benda berbutir terdapat ruang kosong
berupa celah-celah yang terbentuk diantara butiran benda, sehingga hasil pengukuran volume
benda berbutir tidak akurat. Untuk menghasilkan pengukuran kerapatan yang akurat,
digunakan alat yang dinamakan piknometer (bentuk dan prinsip kerja piknometer dapat
dilihat pada BAB II). Nilai pengukuran kerapatan benda berbutir menggunakan piknometer
ditentukan melalui Persamaan (4)

dengan ketentuan :

: massa piknometer kosong beserta tutupnya.

: massa piknometer penuh air beserta tutupnya.

: massa piknometer berisi pasir (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya.

: massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya.

Kerapatan Benda Cair

Kerapatan zat cair (air, alkohol, spiritus dan lainnya) dapat ditentukan dengan
mengukur massa dan volume zat cair menggunakan gelas ukur. Metode lain adalah
menggunakan piknometer dengan kerapatan zat cair ditentukan melalui Persamaan (4). Selain
dua metode tersebut, kerapatan zat cair juga dapat ditentukan menggunakan neraca Mohr.
Prinsip dasar pengkuran kerapatan zat cair menggunakan neraca Mohr adalah penerapan
hukum Archimedes (gaya tekan ke atas oleh zat cair) serta kesetimbangan gerak rotasi
(jumlah total momen gaya sama dengan nol). Skema kerja pengukuran kerapatan zat cair
menggunakan neraca Mohr diperlihatkan oleh Gambar 2.

Gambar 2. Skema kerja neraca Mohr

25
Pada Gambar 2, keadaan awal ketika zat cair dan beban belum ada, sistem dalam
keadaan setimbang karena torsi ( ) akibat benda celup yang terletak pada lengan sepanjang L
disetimbangkan oleh penyeimbang. Pada saat benda celup tercelup dalam zat cair, benda
celup mengalami gaya tekan ke atas sebesar F = Vg ( , V dan g masing-masing adalah
kerapatan zat cair, perubahan volume zat cair setelah benda celup tercelup dalam zat cair dan
percepatan gravitasi bumi). Agar sistem kembali dalam keadaan setimbang, diletakkan beban
dengan berat W pada lengan neraca sepanjang l. Jika panjang L = 10 cm, maka dalam
keadaan setimbang dapat ditulis :

Dengan demikian nilai kerapatan zat cair dapat ditentukan menggunakan Persamaan (4)
berikut.

(5)

dengan m adalah massa beban dan l bersatuan cm serta indeka i menyatakan jumlah beban,

Alat dan Bahan :

Alat :

1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Neraca torsi
4. Piknometer
5. Neraca mohr

Bahan :

1. Balok kayu
2. Silinder logam
3. Pasir
4. Spritus
5. Aquades

26
Prosedur Kerja :

A. Menentukan kerapatan balok kayu dan silinder logam.


1. Amati jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca torsi. Perhatikan ketelitian masing-
masing.
2. Ukur panjang, lebar, dan tinggi balok kayu menggunakan mikrometer sekrup. Cara
menggunakan mikrometer sekrup dapat dilihat pada BAB II.
3. Ukurlah massa balok kayu dengan cara meletakkan balok kayu pada piringan sebelah kiri
neraca torsi. Geserlah beban-beban penggantung sebagai pengganti anak neraca
sedemikian hingga neraca setimbang seperti semula. Baca angka-angka yang ditunjukkan
oleh beban-beban penggantung, misal 10g dan 3,4 g. Jadi massa balok kayu m = 10g +
3,4 g = 13,4 g.
Sehingga hasil pengukuran massa balok kayu m = (13,4 ± 0,05) g.
4. Ukur panjang (p) dan diameter (d) silinder logam menggunakan jangka sorong. Cara
mengukur menggunakan jangka sorong dapat lihat pada BAB II.
5. Ukurlah massa silinder logam seperti langkah (3)

B. Menentukan kerapatan pasir


1. Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.

2. Isi piknometer dengan pasir halus kira-kira sampai 1/3 bagian volume piknometer.
3. Ukurlah massa piknometer yang berisi pasir beserta tutupnya menggunakan neraca
torsi.
4. Tuangkan air perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi pasir, kocok-kocok, dan isi
sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya dan pasangkan
penutup piknometer
5. Ukurlah massa piknometer berisi pasir dan air tersebut beserta tutupnya menggunakan
neraca torsi.
6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan air hingga tidak ada gelembung di
dalamnya kemudian pasangkan penutup piknometer.
7. Ukurlah massa piknometer berisi penuh air dan tutupnya menggunakan neraca torsi..
8. Bersihkan dan keringkan piknometer.

27
C. Menentukan kerapatan zat cair
1. Atur neraca Mohr setegak mungkin (vertikal) dengan mengatur sekrup A.
2. Gantungkan benda celup pada ujung lengan neraca Mohr seperti pada Gambar 4.
3. Atur neraca agar setimbang dengan memutar sekrup C, sehingga jarum D berimpit
dengan E pada skala.
4. Tuangkan spiritus kedalam gelas ukur yang tersedia dan catat volumenya.
5. Celupkan seluruh bagian benda celup ke dalam spiritus dalam gelas ukur. Pada
keadaan ini neraca dalam keadaan tidak setimbang (jarum D tidak berhimpit dengan
E) dan catatlah perubahan volume spiritus dalam gelas ukur. Perubahan volume
spiritus tersebut menunjukkan nilai volume benda celup.
6. Letakkan beban penunggang pada lengan bergerigi dari neraca agar neraca dalam
keadaan setimbang kembali. Jika satu beban penunggang belum dapat
mensetimbangkan neraca, tambahkan beban penunggang dan letakkan pada posisi
yang lain sampai neraca dalam keadaan setimbang kemudian catatlah masing-masing
massa bebang penunggang dan posisinya dari pusat (0).

Gambar 4. Neraca Mohr dan zat cair dalam gelas ukur

Tugas Praktikum :

Tentukan kerapatan balok kayu, silinder logam, pasir dan spiritus.

Tugas Pendahuluan

1. Buktikan kebenaran persamaan (4) !


2. Minyak berkerapatan 0,8 g/cm3 sebanyak 50 ml dicampur dengan minyak lain
berkerapatan 0,86 g/cm3 sebanyak 150 ml. Berapa keripatan campuran minyak itu ?

Pustaka :

Tipler, P.A., Fisika Untuk Sains dan Teknik, Erlangga, Jakarta (2001).

28
LAPORAN PRAKTIKUM
KERAPATAN ZAT

Tujuan :

Menentukan kerapatan balok kayu, silinder logam, pasir dan spiritus.

Data Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data pengukuran naniarm lebar, tebal, diameter, dan massa

Bahan p (mm) l (mm) t (mm) d (mm) m (g)


Kayu ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Logam ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Tabel 2. Data pengukuran kerapatan pasir

m1 (g) m2 (g) m3 (g) m4 (g)


( ) ( ) ( ) ( )
Keterangan :

ml : massa piknometer kosong beserta tutupnya.


m2 : massa piknometer penuh air beserta tutupnya.
m3 : massa piknometer berisi pasir (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya.
m4 : massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya
Tabel 3. Data pengukuran kerapatan spiritus

Beban Penunggang m (g) l (cm)


1 ( ) ( )
2 ( ) ( )
3 ( ) ( )

Perubahan volume spiritus = ……………………….. ml

29
Pengolahan Data :

Kerapatan balok kayu :

Kerapatan silinder logam :

Kerapatan pasir :

30
Kerapatan spiritus :

31
PERCOBAAN F1
TEGANGAN PERMUKAAN
Tujuan :

Menentukan besarnya tegangan permukaan air, alkohol, dan spiritus.

Dasar Teori

Salah satu sifat yang dimiliki zat cair adalah bahwa permukaan zat cair seperti
membran yang teregang karena adanya tegangan, sifat tersebut lazim disebut sebagai
tegangan permukaan. Ditinjau dari sudut pandang molekuler, molekul-molekul zat cair
memberikan gaya tarik satu sama lain. Gaya tarik antar molekul zat cair tersebut terjadi ke
semua arah sehingga molekul di dalam zat cair berada dalam kesetimbangan, demikian pula
dengan molekul-molekul zat cair yang berada di permukaan. Karena zat cair memiliki
tegangan permukaan, maka tetesan zat cair yang jatuh cenderung berbentuk bola serta
keberadaan serangga yang dapat terapung di permukaan air.

Jika sebuah benda diletakkan pada permukaan zat cair, maka keberadaan benda
tersebut akan mengganggu kesetimbangan zat cair karena ikatan molekuler antara molekul-
molekul berdekatan menjadi merenggang. Sebagai akibatnya ada gaya pemulih yang
berusaha menarik molekul-molekul itu kembali ke permukaan. Demikian sebaliknya ketika
benda ditarik dari permukaan zat cair. Dengan demikian tegangan permukaan ( )
didefinisikan sebagai gaya (F) per satuan panjang (L) yang bekerja melintasi semua garis
permukaan benda yang bersentuhan dengan permukaan zat cair. Jika benda yang dimaksud
adalah permukaan kaca, maka besarnya tegangan permukaan zat cair diberikan oleh
Persamaan (1) berikut.

dengan F adalah besarnya gaya yang bekerja melepaskan kaca dari permukaan zat cair,
sedangkan p dan t masing-masing adalah panjang dan tebal kaca.

Alat dan Bahan :

1. Piranti pengukur tegangan permukaan Newton 5. Air


2. Gelas beaker 6. Alkohol
3. Termometer 7. Spiritus
4. Anak timbangan

Prosedur Kerja :

1. Susunlah neralatan nercoban seperti Dada Gambar 1

32
Gambar 1. Susunan peralatan percobaan tegangan permukaan.

2. Aturlah beban dengan cara menggeser agar ujung penunjuk skala pada papan skala
diusahakan berada pada skala "0", kalau kesulitan, tepatkan penunjuk tersebut
berhimpit dengan garis skala yang dekat dengan "0" dan catat skala tersebut sebagai
x0.
3. Letakkan anak timbangan 1 g pada wadah timbangan sehingga penunjuk bergeser
pada garis skala lain, kemudian catat skala tersebut sebagai x1.
4. Dari langkah (2) dan (3) dapat disetarakan satu skala pada papan sekala sebanding
dengan gaya pemulih yang diberikan oleh kawat baja. Misalkan x1 – x0 = 5 skala,
maka 1 skala = (mg)/5 N.
5. Ambil kembali anak timbangan dari wadah sehingga penunjuk kembali ke posisi
skala sebelum anak timbangan diletakkan di wadah (posisi x0).
6. Tuangkan air pada gelas ukur, ukurlah suhu air menggunakan termometer.
7. Kemudian celupkan secara perlahan bagian bawah keping kaca pada pada air dalam
gelas ukur (jangan sampai masuk ke dalam, hanya sekedar menempel pada
permukaan spiritus saja).
8. Lepaskan bagian bawah keping kaca dari permukaan air dengan cara menurunkan
gelas ukur. Pada saat bagian bawah keping kaca akan terlepas dari permukaan air
penunjuk akan bergeser. Catatlah posisi penunjuk pada papan skala tersebut, posisi
tersebut disebut x2.
9. Ulangi langkah (6) dan (7) sebanyak 5 kali
10. Lakukan lagi langkah (6), (7), (8)dan (9) masing-masing untuk alkohol dan spiritus
11. Ukurlah panjang dan tebal kaca menggunakan jangka sorong.

Tugas Praktikum :

Menentukan besarnya tegangan permukaan air, alkohol, dan spiritus.

Tugas Pendahuluan :

1. Apa pengertian tegangan permukaan suatu cairan ? Dan apa satuannya dalam SI ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi besar tegangan permukaan ?

33
Pustaka :

Tipler, P.A., Fisika Untuk Sains dan Teknik, Erlangga, Jakarta (2001).
Douglas C. Giancoli, Fisika, edisi kelima, Erlangga, Jakarta (2001).

34
LAPORAN PRAKTIKUM
TEGANGAN PERMUKAAN
Tujuan :

Menentukan besarnya tegangan permukaan air, alkohol, dan spiritus.

Data Hasil Pengamatan :


x0 = ( ± 0,5 ) Skala
x1 = ( ± 0,5 ) Skala

Zat Cair X2 (skala)


1 2 3 4 5
Air ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 )
Alkohol ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 )
Spiritus ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 ) ( ± 0,5 )
p=( ± ) mm
t =( ± ) mm

Pengolahan Data :

Menentukaan kesetaraan skala pada papan sekala terhadap gaya pemulih kawat Baja :

(x1 — x0)skala = mg =10-3 kg 9,8 m/s = 9,8 x10-3 N

1 skala = = ………………………N

Untuk air :

i x2 i (µm) x2i2 (µm)2


1
2
3
4
5
n=5 Ʃ x2i = …..... Ʃ x2i2 = …......

= ……

35
Untuk alkohol :

i x2 i (µm) x2i2 (µm)2


1
2
3
4
5
n=5 Ʃ x2i = …..... Ʃ x2i2 = …......

36
Untuk spiritus :

i x2 i (µm) x2i2 (µm)2


1
2
3
4
5
n=5 Ʃ x2i = …..... Ʃ x2i2 = …......

37
PERCOBAAN F2
VISKOSITAS FLUIDA
TUJUAN

Menentukan koefisien viskositas fluida encer dan kental.

DASAR TEORI

Fluida adalah zat yang dapat mengalir (zalir), yang dapat berupa gas atau pun zat cair.
Salah satu sifat yang dimiliki oleh setiap zalir (fluida) adalah viskositas. Viskositas
merupakan sifat fluida yang menghambat fluida tersebut saat mengalir. Kadang-kadang
viskositas ini diserupakan dengan kekentalan. Fluida yang lebih kental (viskos) akan
mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari pada fluida yang kurang kental.

Sifat viskos ini sangat diperhatikan dalam perihal yang melibatkan aliran fluida
maupun minyak pelumas mesin. Pelumas mesin berviskositas tinggi lebih baik digunakan
dari pada yang bernilai rendah. Tetapi jika terlalu tinggi viskositasnya justru akan
menghambat gerakan mesin tersebut.

Nilai koefisien viskositas suatu fluida sangat bergantung pada suhu. Pada suhu makin
tinggi nilai koefisien viskositas itu akan menurun. Artinya, fluida itu akan semakin encer jika
suhunya makin tinggi. Tabel 1 memuat contoh nilai koefisien beberapa fluida untuk berbagai
suhu.

Tabel 1. Nilai koefisien beberapa fluida (Tipler, 1991)

Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida disebut viskosimeter. Paling
tidak, terdapat 2 prinsip dasar system/metode pengukuran viskositas tersebut. Pertama,
metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vertikal saat menempuh
jarak tertentu. Alat yang digunakan sesuai dengan metode ini adalah viskosimeter ostwald
yang asas kerjanya berdasarkan hukum Poiseuille.

38
Hukum Poiseuille dituliskan sebagai

dengan P = tekanan

η= koefisien viskositas fluida


L = panjang pipa kapiler yang dilalui fluida

Iv = laju aliran volume

Berdasarkan hukum Poiseuille, rlengan viskosimeter Oswald dapat ditentukan


viskositas fluida jika h, a, L, dan V dapat diukur. Persamaan Poiseuille menjadi :

dengan p = massa jenis cairan yang akan ditentukan viskositasnya; t = waktu pengaliran
cairan dari tanda A sampai B; a = jejari pipa kapiler yang panjangnya h= jarak antara bola
kecil dan besar.

Jika viskositas cairan (dalam hal ini alkohol) =


dan viskositas air = maka viskositas
alkohol ηx terhadap viskositas air ηw adalah :

ηx = ηw (2)

Koefisien viskositas air ditentukan melalui interpolasi


data dari tabel pada suhu yang sesuai.

Perangkat percobaan viskosimeter Ostwald digunakan


untuk menentukan koefisien viskositas fluida, terutama
yang encer. Fluida yang kental sebaiknya tidak
menggunakan peralatan ini karena waktu yang
dibutuhkan fluida kental untuk turun melalui pipa
kapiler jauh lebih lama dibandingkan yang encer.

39
Selain dengan viskosimeter Ostwald, mengukur
koefisien viskositas fluida dapat menggunakan metode
stokes, yakni menentukan koefisien viskositas melalui
pengukuran laju terminal (laju konstan) benda berbentuk
bola dalam fluida yang ingin diukur koefisien
viskositasnya yang dijatuhkan dari atas permukaan fluida.

Selama resultan gaya-gaya yang bekerja pada bola


nol, maka bola mengalami laju terminal (konstan) dan
berlaku rumus

Gb1. Tabung kaca berisi fluida

dengan v = laju terminal.

ρ= kerapatan bola

ρ0 = kerapatan fluida

Jika jarak AB = h, waktu bola dari A ke B adalah t, diameter bola d dan massanya m maka
persamaan

(3) akan menjadi

Perangkat percobaan viskosimeter ini lebih cocok digunakan untuk menentukan


koefisien viskositas fluida yang kental. Contoh penggunaan peralatan ini adalah untuk
mengukur koefisien viskositas gliserin, oli atau minyak. Prinsip penghitungan berdasar pada
kecepatan terminal bola dalam fluida, melalui data berupa waktu untuk menempuh jarak
tertentu..

TUGAS PENDAHULUAN

1. Bolehkah volume air dan alkohol yang digunakan dalam viskosimeter Oswald berbeda?
Jelaskan alasannya !.
2. Buktikan kebenaran rumus (3) dan (4)
3. Melalui investigasi literatur tentukan kecepatan terminal bola besi berdiameter 2 mm
dalam gliserin.[Cari kerapatan besi dan gliserin serta koefisien viskositasnya dari
literatur].

40
ALAT DAN BAHAN

PROSEDUR PERCOBAAN METODE I (VISKOSIMETER OSWALD)

1. Tabung viskosimeter yang telah bersih dipasang pada statip dan klem secara vertikal.
2. Air sebanyak 6 ml dimasukkan ke dalam viskosimeter. Ukur suhu air dalam tempat lain.
3. Air dalam viskosimeter dihisap hingga permukaannya di atas garis tanda A, kemudian
penghisap dilepaskan.
4. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis A stopwatch 1 dihidupkan oleh
praktikan 1.
5. Saat permukaan fluida tepat berhimpit dengan garis B stopwatch 2 dihidupkan oleh
praktikan 2.
6. Kemudian kedua stopwatch dimatikan bersama-sama oleh satu praktikan.
7. Selisih waktu kedua stopwatch merupakan waktu yang diperlukan fluida menempuh jarak
AB.
8. Ulangi langkah (3) hingga (7) beberapa kali, minimal 4 kali.
9. Ulangi langkah (1) hingga (8) dengan fluida lain (misal alkohol).
10. Setelah dipakai, viskosimeter dibersihkan dengan alkohol kemudian ditiup dengan peniup
(blower).

PROSEDUR PERCOBAAN METODE II (Hk. STROKE)

1. Masukkan fluida yang akan diukur koefisien viskositasnya ke dalam tabung.


2. Ukur kerapatan fluida dengan densitometer. Ukur suhu fluida dalam tempat lain.
3. Siapkan sekitar 10 – 15 bola besi yang diameternya sama. Timbang dan ukur
diameternya.
4. Tetapkan dua posisi karet gelang atas dan bawah berjarak sekitar 5 – 10 cm, dengan
bagian atas minimal 20 cm di bawah permukaan.
5. Lepaskan bola di atas permukaan fluida (jangan terlalu jauh dari permukaan fluida).
6. Saat bola tepat dengan garis A, stopwatch 1 dihidupkan oleh praktikan 1.
7. Saat bola tepat dengan garis B, stopwatch 2 dihidupkan oleh praktikan 2.

41
8. Kemudian kedua stopwatch dimatikan bersama-sama oleh praktikan.
9. Selisih waktu kedua stopwatch adalah waktu bola menempuh jarak AB.
10. Kecepatan terminal dihitung melalui jarak antara kedua karet dibagi waktu yang
dibutuhkan bola menempuh jarak itu.
11. Ulangi percobaan beberapa kali.

TUGAS AKHIR

1. Melalui interpolasi data tentukan viskositas air dalam percobaan Anda sesuai dengan
suhunya.
2. Melalui rumus (2) tentukan koefisien viskositas alkohol dalam percobaan Anda.
3. Melalui rumus (4) tentukan koefisien viskositas olie/gliserin dalam percobaan Anda.
4. Bandingkan hasil-hasil percobaan Anda dengan literatur dan beri komentar.

DATA PERCOBAAN VISKOSITAS FLUIDA

Fluida Air Alkohol Olie (Gliserin)


Suhu : ………… Suhu : ………… Suhu : ……… Kerapatan : …………
Hasil
Kerapatan : …… Kerapatan : …… Diameter & massa bola : …….& .…….
Ukur
Jarak antara 2 gelang : …………
No Waktu alir (s) Waktu alir (s) Waktu lintas bola (s)
1
2
3
4
5
6
7

42
PERCOBAAN G1
GELOMBANG BUNYI
DASAR TEORI :

Bunyi adalah gelombang mekanik longitudinal yang merambat melalui suatu medium
dengan frekuensi antara 20 — 20.000 Hz, atau gelombang yang dapat didengar. Dalam
rambatannya gelombang bunyi mempunyai besaran kecepatan, frekuensi, dan panjang
gelombang.

Sebagaimana gelombang cahaya, gelombang bunyi dapat dipantulkan oleh suatu


benda tegar, dimana benda pemantul merupakan tempat simpul gelombang stasioner yang
terjadi dari hasil superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul.

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena bergetarnya benda
lain. Resonansi akan terjadi jika frekuensi kedua benda tersebut sama.

Percobaan ini menggunakan tabung resonansi, dengan cara memasukkan air ke dalam
tabung sehingga berfungsi sebagai tabung organs tertutup. Jika terjadi resonansi, maka
permukaan air merupakan tempat simpul gelombang, sedang ujung tabung yang terbuka
merupakan tempat perut gelombang.

Panjang kolom udara dalam tabung dapat diatur dengan mengubah posisi pennukaan
airnya. Pada kolom udara yang terpendek, maka panjangnya akan sama dengan seperempat
panjang gelombangnya. Bunyi yang terdengar merupakan bunyi paling kuat, sedang panjang
kolom udara yang lebih panjang, yaitu panjang gelombang, 5/4 panjang gelombang,
dan seterusnya, bunyi yang terdengar makin lemah. Hubungan antara panjang kolom dengan
panjang gelombang diberikan oleh

43
dengan m = 0, 1, 2, 3, ... .

Posisi sumber bunyi tidak tepat berada di ujung tabung, sehingga panjang kolom udara pada
saat terjadi resonansi perlu dikoreksi dengan suatu faktor koreksi (e), sehingga :

dengan L adalah panjang kolom udara yang terukur.

Kecepatan (v) gelombang bunyi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan resonansi !


2. Buktikan persamaan (1) dan (3) !

TUJUAN

Menentukan kecepatan gelombang bunyi di udara berdasarkan gejala resonansi bunyi.

ALAT DAN BAHAN

1. Tabung resonansi
2. Sumber getar
3. Mistar
4. Air

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Atur posisi permukaan air dalam tabung panjang sehingga dekat pada ujung atas tabung
dengan cara menggerakkan tabung yang pendek (hati-hati air jangan sampai tumpah).
2. Atur sumber getar sedemikian hingga timbul bunyi pada speaker.
3. Gerakkan tabung pendek ke bawah sedemikian hingga permukaan air dalam tabung
panjang turun ke bawah sambil mendengarkan bunyi resonansinya, dan catatlah panjang
kolom udara dalam tabung pada saat terjadi resonansi.
4. Ulangi minimal 3 kali.
5. Ulangi percobaan untuk mencari panjang kolom udara yang lebih panjang, harmonik ke-
2, 3, .. dst.
6. Ulangi percobaan dengan menggunakan f yang lain.
7. Catat tekanan dan suhu udara ruangan (mengapa hal ini dilakukan ?).

44
DATA PENGAMATAN

Resonansi m L' (cm) pada f = ……. Hz L' (cm) pada f = ……. Hz


ke - 1 2 3 Rerata 1 2 4 Rerata
1 0
2 1
3 2
4 3

TUGAS AKHIR

1. Buat grafik L' = f (m) untuk tiap frekuensi pada satu gambar ! Grafik diambil dari
regresinya.
2. Dari grafik dan persamaan regresi Tinier tersebut di atas tentukan kecepatan (v) bunyi di
udara dan faktor koreksinya (e) !
3. Bandingkan harga v yang diperoleh dari dengan referensi !

4. Bandingkan harga e dengan jarak speaker-tabung ! Bila ada perbedaan jelaskan !

45
PERCOBAAN K1
KOEFISIEN MUAI PANJANG

DASAR TEORI

Sebuah batang logam jika dipanaskan pada suhu tertentu akan mengalami
pertambahan panjang. Fenomena ini disebut dengan pemuaian panjang. Nilai pertambahan
panjang per panjang mula-mula batang ini berbanding lurus dengan koefisien muai panjang
( ) dan kenaikan suhunya.

Jika panjang batang logam pada suhu 0 °C adalah l0, dan pada suhu T °C adalah 1
maka :

l = l0(1+ T)

Melalui persamaan tersebut koefisien muai panjang logam dapat ditentukan. Berikut
ini gambar peranti percobaan muai panjang.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai panjang suatu batang ? Dan apa satuannya ?
2. Buktikan rumus x=

TUJUAN

Menentukan koefisien muai panjang batang logam besi (Fe), aluminium (Al), dan tembaga
(Cu).

ALAT DAN BAHAN

1. Peranti percobaan 2. Mistar 8. Kompor listrik


muai panjang terdiri 3. Termometer 9. Air pemanas
dari : 4. Jangka sorong
a. Batang pipa 5. Erlenmeyer
logam 6. Pipa plastik uap air
b. Jarum skala panas
c. Papan skala 7. Gelas beaker
46
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Keraskan semua sekrup di setiap ujung batang sambil memperhatikan posisi ujung jarum
pada papan skala.
2. Ukur jarak ( l1 ) sekrup ke sekrup dengan mistar, panjang jarum skala (l) dengan mistar,
jarak (r) dengan ujung belakang jangka sorong, serta catat posisi ujung jarum skala dan
suhu ruangan ( T1 ).
3. Hubungkan pipa plastik ke ujung pipa batang logam. Panaskan air dalam erlenmeyer
sampai mendidih, kemudian biarkan selama kira-kira 5 menit.
4. Amati dan catat posisi ujung jarum pada papan skala. Besar pergeseran posisi jarum skala
menyatakan nilai a.
5. Catat suhu pada termometer bejana didih, dan suhu pada ujung akhir batang logam.

Suhu batang setelah dipanasi ditentukan dari : T2 =

6. Pertambahan panjang batang logam dinyatakan oleh : x =

DATA HASIL PENGAMATAN

TUGAS AKHIR

Tentukan batang logam, aluminium, dan tembaga!

Logam manakah yang memiliki terbesar dan mana yang terkecil ?

47
PERCOBAAN K3
KALOR JENIS
DASAR TEORI

Yang dimaksud dengan harga air (kapasitas kalor) kalorimeter adalah jumlah kalor
(dalam kalori yang diperlukan untuk menaikkan suhunya sebesar 1 °C. Kalor lebur es ialah
jumlah kalor (dalam kalori) yang diperlukan untuk mengubah 1 gram es dari fase padat ke
fase cair pada titik leburnya. Kalor jenis tembaga ialah jumlah kalor (dalam kalori) yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram tembaga 1 °C.

Percobaan ini berdasarkan atas azas Black, yaitu jika dua benda (sistem) yang berbeda
suhu saling dicampur, maka sebagian kalor pindah dari benda suhu tinggi ke benda suhu
rendah sedemikian hingga suhu kedua benda (sistem) menjadi sama saat mencapai
kesetimbangan termal. Kalor yang dilepaskan oleh benda suhu tinggi sama dengan kalor yang
diserap oleh benda suhu rendah.

Untuk menentukan harga air kalorimeter, sistem pertama adalah bejana kalorimeter
bagian dalam beserta pengaduk dan air yang ada di dalamnya.

Menurut azas Black, kalor yang diserap oleh kalorimeter bagian dalam beserta
pengaduk ditambah dengan kalor yang diserap oleh air, sama dengan kalor yang dilepaskan
oleh air panas.

dengan mk, ma, dan map, berturut-turut adalah massa kalorimeter bagian dalam beserta
pengaduk, massa air dalam kalorimeter, dan massa air panas yang dituangkan; ck, ca, dan cap,
berturut-turut adalah kalor jenis kalorimeter bagian dalam beserta pengaduk, kalor jenis air
yaitu 1 kalori/gr °C; T1, T2, dan Ta, berturut-turut adalah suhu kalorimeter dan air mula-mula,
suhu air panas sebelum dituangkan ke dalam kalorimeter, dan suhu akhir (suhu
kesetimbangan termal).

Hasil kali mk dan ck dinamakan kapasitas kalor (harga air) kalorimeter. Untuk
menentukan kalor lebur es, percobannya mirip dengan tersebut di atas, hanya air panas
diganti dengan es padat (suhunya 0 °C), sehingga persamaannya adalah

Dan untuk menentukan kalor jenis tembaga, air panas diganti dengan tembaga panas.
Persamaannya adalah

48
TUGAS PENDAHULUAN

Jika suatu bahan dipanaskan, apakah harga air, kalor lebur, dan- kalor jenisnya berubah ?
Jelaskan !

TUJUAN

Menentukan harga air kalorimeter, kalor lebur es, dan kalor jenis tembaga.

ALAT DAN BAHAN:

1. Kalorimeter (lengkap): a. Bejana kalorimeter bagian dalam


b. Bejana kalorimeter bagian luar
c. Pengaduk
d. Termometer
e. Penutup
2. Bejana didih
3. Tabung pemanas logam tembaga
4. Neraca torsi dan anak neraca
5. Kompor listrik
6. Gelas beaker
7. Potongan-potongan kecil kawat tembaga
8. Erlenmeyer pemanas air dengan selang plastik
9. Air

CARA KERJA :

A. Menentukan harga air kalorimeter :

1. Isilah erlenmeyer dengan air kira-kira setengah bagian volume, dan panaskan pada
kompor hingga airnya mendidih.
2. Timbang bejana kalorimeter bagian dalam bersama pengaduknya (m1).
3. Isi bejana kalorimeter bagian dalam dengan air hingga seperempat bagian volumenya lalu
timbang bersama pengaduknya (m2). Sehingga massa air = (m2 - m1).
4. Masukkan bejana kalorimeter ke dalam bejana pelindungnya lalu tutup dan pasang
termometernya.

49
5. Setelah kira-kira 1 menit, Baca suhu sistem tersebut pada termometer (T1). Suhu ini
merupakan suhu awal sistem, yaitu suhu kalorimeter dan airnya.
6. Setelah air dalam erlenmeyer mendidih bukalah sedikit tutup kalorimeter, dan tuangkan
sedikit air panas ke dalamnya hingga volumenya mencapai setengah bagian volume lalu
tutup kembali serta aduk secara perlahan sambil mengamati kenaikan suhu pada
termometer.
7. Catat suhu maksimum (Ta) yang merupakan suhu akhir (kesetimbangan) antara
kalorimeter, air, dan air panas.
8. Suhu air panas yang sedang mendidih dianggap 100 °C (T2).
9. Ambil bejana kalorimeter bagian dalam yang berisi air serta pengaduknya lalu timbanglah
(m3) sehingga massa air panas yang dituangkan adalah (m3 - m2).

B. Menentukan kalor lebur es :

1. Timbanglah bejana kalorimeter bagian dalam yang berisi air sebanyak ± ¾ bagian
volumenya beserta pengaduknya (m4).
2. Masukkan ke dalam bejana pelindung kalorimeter lalu tutup kemudian pasang
termometer serta baca suhunya.setelah ± 1 menit (T3).
3. Masukkan es ke dalamnya (suhu es mula-mula dianggap 0 °C) lalu catat suhu akhirnya
4. Timbanglah bejana kalorimeter, air, air es, dan pengaduknya (m5).

C. Menentukan kalor jenis tembaga :

1. Lakukan langkah kerja tersebut di atas dengan menggunakan air kira-kira ¼ bagian
volume kalorimeter lalu timbanglah (m6) dan catat suhunya (T4).
2. Masukkan semua potongan-potongan logam tembaga ke dalam tabung pemanas,
kemudian letakkan di atas uap air dalam erlenmeyer yang sedang mendidih kira-kira 15
menit. Dengan demikian suhu logam dianggap = suhu air mendidih.
3. Masukkan semua logam tembaga tersebut ke dalam kalorimeter dan catat suhu akhirnya
(Ta11)
4. Timbanglah kalorimeter bersama-sama air, logam, dan pengaduk, yang ada di dalamnya
(m7).

DATA HASIL PENGAMATAN

Massa (g) Suhu ( oC )


m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 T1 T2 T 3 T4 Ta Ta1 Ta11

TUGAS AKHIR

Tentukan : 1. Harga air kalorimeter (W) !

2. Kalor lebur es (L) !

3. Kalor jenis tembaga (c) !


50
PERCOBAAN M1
PERCEPATAN GRAVITASI - 1
DASAR TEORI

Setiap benda mengadakan gaya tarik kepada benda lain yang sebanding dengan massa
kedua benda itu dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak antar keduanya. Bumi,
sebagaimana planet lain, memiliki gaya tarik terhadap benda yang berada di dekatnya. Gaya
ini bergantung pada besar percepatan gravitasi bumi dan massa benda tersebut.

Bandul borda merupakan salah satu peranti percobaan untuk mengukur percepatan
gravitasi bumi. Jika hambatan udara dan titik gantung diabaikan, persamaan gerak rotasi
akibat adanya gravitasi bumi terhadap benda tegar di sekitar sumbu horisontal O yang
ditunjukkandalam gambar 1 adalah :

dengan θ sudut antara vertikal dengan garis hubung OG. Jika θ < 5°, maka dengan
menggunakan deret Taylor, nilai sin θ = θ, sehingga.

Persamaan tersebut merupakan persamaan umurn gelomhang yang dapat dituliskan sebagai

sehingga periode T gerak harmonik :

51
Jika I momen kelembaman di sekitar O, I panjang kawat ayunan Volta, dan γ jejari kawat
bola besi, dimana h = l + γ, maka :

Dengan mengukur T, l, dan γ, maka g dapat dihitung.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Mengapa gerak melingkar dalam bidang vertikal berbeda dengan gerak melingkar
dalam bidang mendatar ?
2. Apa pengaruh perputaran bumi mengelilingi sumbunya terhadap Benda di permukaan
bumi dekat khatulistiwa ?

TUJUAN :

Menentukan percepatan gravitasi bumi (g) dengan bandul borda.

ALAT DAN BAHAN

Bandul borda, terdiri dari :

1. Bola logam 4. Sekrup-C1 7. Dataran


2. Kawat 5. Sekrup-C2 8. Tempat tapak-U
3. Mata pisau 6. Alas-A

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Amati piranti alat, dan hati-hati jangan sampai memegang bandul bola dengan
mengangkatnya ke atas, karena kawat penggantung akan mengendor dan
menggoyahkan posisi mata pisau yang ada di atas yang sudah diatur sehingga jatuh ke
lantai dan pecah.
2. Doronglah bola bandul dengan ujung jari telunjuk sehingga kawatnya menyimpang
membentuk sudut 5° dengan vertikal, lalu lepaskan jari telunjuk sehingga bandul
berayun.

52
3. Catatlah waktu setiap 10 ayunan secara ber-urutan sebanyak 190 ayunan ke dalam
tabel yang sudah disediakan.

DATA HASIL PENGAMATAN

Panjang l = ……………… m (diukur dengan mistar).

Jejari bola bandul = ……………… mm. (diukur dengan jangka sorong).

TUGAS AKHIR

Dengan data yang telah diperoleh, hitunglah percepatan gravitasi bumf di tempat
dilakukannya percobaan, dengan menggunakan persamaan (6) !

53
PERCOBAAN M3
ENERGI DAN MOMENTUM
DASAR TEORI

Jika terjadi tumbukan pada dua buah benda maka jumlah momentum sebelum dan
setelah tumbukan tidak berubah. Jika tumbukannya lenting sempurna maka jugs akan
dipenuhi bahwa jumlah energi kinetik sebelum dan setelah tumbukan tidak berubah, sehingga
koefisien restitusinya = 1.

Dengan Air Track diharapkan gerakan kedua benda yang bertumbukan tidak
mengalami gesekan dengan jalan yang dilaluinya sebagai akibat dari hembusan udara dari
blower yang dapat mengangkat kedua benda ke atas melalui lubang – lubang kecil di
sepanjang jalan yang dilaluinya.

Dari gambar terlihat bahwa pada saat benda P bergerak ke kanan akan melewati
sensor "ab" dan "ba" yang jaraknya x1, sensor "ab" menunjukkan waktu sebesar tab. Setelah P
bertumbukan dengan benda Q dan kembali bergerak ke kiri serta tepat melewati sensor "ba"
dan "ab", sensor "ba" menunjukkan waktu tba.

Dari sini dapat diketahui bagaimana kecepatan benda P sebelum dan sesudah
tumbukan Demikian pula benda Q yang semula bergerak ke kiri dengan waktu tcd dan setelah
tumbukan kembali ke kanan dengan waktu tdc. Selanjutnya dengan membandingkan beda
kecepatan kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan dapat diketahui harga koefisien
restitusi (e) tumbukannya.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Tuliskan persamaan hukum kekekalan momentum


2. Turunkan persamaan koefisien restitusi (e) untuk tiga jenis tumbukan (elastis
sempurna,elastik sebagian dan tidak elastis sempurna)
3. Jika dua benda memiliki massa berbeda, tetapi energi kinetiknya sama. Bagaimana
dengan momentumnya, sama atau tidak ?
4. Dua benda memiliki massa berbeda, tetapi momentumnya sama. Bagaimana dengan
energi kinetiknya, sama atau tidak ?

TUJUAN :

Menentukan koefisien restitusi tumbukan dari dua benda

54
ALAT DAN BAHAN :

1. Air Track 4. Empat sensor pencatat waktu


2. Dua benda yang bertumbukan 5. Mistar
3. Blower
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Perhatikan 4 buah sensor ab, ba, cd, dan dc; ukurlah jarak sensor ab ke sensor ba
(misal x1) dan sensor cd ke sensor dc (misal x2). Upayakan kedua benda P dan Q
dapat lewat di bawahnya dengan lancar tanpa tersangkut pada sensor.
2. Letakkan benda P di sebelah kiri sensor ab dan ba, benda Q di sebelah kanan sensor
cd dan dc.
3. Hembuskan udara dari blower, dorong sedikit saja benda P ke kanan dan benda Q ke
kiri.
4. Baca dan catat waktu yang ditunjukkan oleh sensor ab dan sensor cd.
5. Setelah terjadi tumbukan antara kedua benda tersebut, benda P kembali ke kiri dan
benda Q kembali ke kanan.
6. Baca dan catat waktu yang ditunjukkan oleh sensor ba dan dc.
7. Ulangi beberapa kali.

DATA HASIL PENGAMATAN

TUGAS AKHIR

1. Hitung koefisien restitusi kedua benda !


2. Dari hasil percobaan, jelaskan jenis tumbukan kedua benda tersebut !

55
PERCOBAAN E1
MODULUS YOUNG
DASAR TEORI

Setiap bahan memiliki elastisitas (kelenturan). Besarnya koefisien elastisitas bahan


berbeda-beda. Koefisien elastisitas ini dinyatakan dengan modulus elastis. Menurut Hooke
yang dimaksud dengan modulus elastis adalah perbandingan antara stress dengan strain yang
bersangkutan selama masih ada batas elastisitasnya, dan besamya selalu tetap untuk suatu
bahan tertentu.

Ada tiga macam modulus elastis, yaitu :

1. Modulus Young (Y) :

2. Modulus Geser (S) :

3. Modulus Bulk (B) :

dengan ΔV = perubahan volume, V = volume mula-mula, p = tekanan hidristatik, F = gaya, A


= luas penampang, L = panjang mula-mula, ΔL atau Δx = perubahan panjang.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Apa yang dimaksud dengan batas elastisitas ?


2. Apa beda sifat elastisitas dengan plastis ?
3. Beri contoh manfaat positif dari sifat elastis bahan !

TUJUAN

Menentukan modulus young kawat tembaga.

56
ALAT DAN BAHAN

Peranti percobaan modulus young, terdiri dari :

1. Waterpass 5. Mikrometer sekrup


2. Sekrup pengatur waterpass 6. Kawat
3. Skala dasar dan skala pembantu 7. Mistar
(nonius)
4. Beban-beban penggantung

PROSEDUR KERJA

1. Perhatikan jenis kawat dan peranti percobaan.


2. Ukur jejari kawat dengan mikrometer sekrup.
3. Gantungkan beban sedemikian hingga kedua kawat dalam keadaan lurus dan tegang.
4. Atur pemutar sambil mengamati waterpass sedemikian hingga posisinya dalam
keadaan benar-benar horisontal (gelembung udara dalam waterpass tepat di tengah).
5. Bacalah posisi noniusnya.
6. Tambahkan beban 100 g pada salah satu ujung kawat, lalu atur kembali pemutarnya
sedemikian hingga posisinya horisontal lagi seperti semula.
7. Baca kembali posisi noniusnya.
8. Hitung selisih (ΔL) kedua pembacaan noniusnya.
9. Ulangi percobaan sebanyak 4 kali dengan menambahkan beban kelipatan 100 g setiap
pengulangan.

DATA HASIL PENGAMATAN

TUGAS AKHIR

1. Buat grafik F = f (ΔL), lalu hitung persamaan regresinya untuk menggambar kurva linier
fungsi tersebut !
2. Tentukan modulus young kawat tembaga dan bandingkan dengan literatur !

57
PERCOBAAN H1
TETAPAN PEGAS
DASAR TEORI

Dalam batas elastisitas, pertambahan panjang (x) pegas yang dikenai gaya (F),
menurut Hooke adalah :

F=kx (1)

Bentuk grafik F = f (x) merupakan garis lurus.

Jika pegas digetarkan, periode (T) nya adalah :

dengan M = massa beban (mb) + massa tabung (mt) + massa pegas (fmp), dengan 0 < f < 1.
Persamaan (2) dapat juga ditulis

Bentuk grafik T2 sebagai fungsi (mb) sesuai persamaan (3) merupakan garis lurus.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Gambarkan bentuk grafik F = f (x) !


2. Bagaimana cara menghitung harga k pegas dari grafik tersebut ?
3. Gambarkan bentuk grafik T2 terhadap (mb) !
4. Bagaimana cara menghitungk pegas dari grafik tersebut ?

58
TUJUAN :

Menentukan tetapan pegas.

ALAT DAN BAHAN

1. Pegas
2. Tabung dengan jarum skala
3. Sepuluh beban keping logam
4. Stopwatch
5. Statif berskala dengan klem penggantung

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ukurlah massa pegas (mp) dan massa tabung (mt) dengan neraca.
2. Atur semua piranti alat seperti pada gambar 1.
3. Amati posisi ujung jarum skala pada papan skala.
4. Amati posisi ujung jarum skala setelah berturut - turut 1, 2, 3, ..., 10 beban keping
logam dimasukkan ke dalam tabung.
5. Ulangi dengan cara menggetarkan pegas (angkat keatas dengan jari dan lepaskan),
dan ukur untuk 10 getaran dengan stopwatch.

DATA HASIL PENGAMATAN

mp = ……………………………. g mt = …………………………. g

Posisi – 1 = ……………………………. mm g = 10 ms-2

TUGAS AKHIR

1. Buat grafik F = f (x) !Hitung regresi liniernya untuk menggambarkan kurvanya !Dari
grafik dan regresinya hitung tetapan pegas !
2. Buat grafik T2 = f (mb) !Hitung regresi liniernya untuk menggambarkan kurvanya
!Dari grafik dan regresinya hitung tetapan pegas dan tentukan harga f pegas !
3. Bandingkan tetapan pegas yang diperoleh tugas 1 dan tugas 2 di atas! Mana yang
lebih teliti? Jelaskan alasannya!

59
PUSTAKA

1. Anonimus, - , Petunjuk Praktikum Fisika Dasar 1, Laboratorium Fisika Dasar, FMIPA


UNAIR, Kampus C, UNA1R, Surabaya,
2. Anonimus, , Petunjuk Praktikum Fisika Dasar FK-FKG-FF, Laboratorium Fisika Dasar,
FMIPA UNAIR, Kampus C, UNAIR, Surabaya,
3. Aponimus, - , Petunjuk Praktikum Fisika, Laboratorium Fisika Dasar, FMIPA UNAIR,
Kampus C, UNAIR, Surabaya,
4. Sears R., and Zemansky, W., 1963, Modern University Physics, part 2 : Fields, waves,
and particles, Addison-Wesley Publishing Company, INC.
5. Tipler, P.A., 1991, Fisika untuk Sains dan Teknik, 7ilid 1, edisi ke-3, Alih Bahasa: Lea
Prasetio dan Rahmad W. Adi, Penerbit Erlangga.
6. Wibowo, R. Arif, dan Ain, Khusnul, 2007, Pedoman Praktikum Fisika Dasar 1,
Laboratorium Fisika, Tingkat Persiapan Bersama, Universitas Airlangga, Surabaya.

60

Anda mungkin juga menyukai