KIMIA
(MFE - 104)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin-Nyalah maka
penuntun ini selesai disusun dan dapat digunakan untuk membantu mahasiswa dalam
melakukan praktikum Kimia di Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Harapan kami
dengan adanya penuntun ini maka praktikum dapat berlangsung dengan lebih terarah, tertib
dan dapat mencapai tujuan praktikum itu sendiri.
Buku penuntun ini dirancang sesuai dengan materi perkuliahan. Teori dasar yang kami
tulis sengaja disederhanakan dengan harapan mahasiswa lebih banyak membaca buku
referensi yang disarankan. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga buku penuntun ini dapat diselesaikan. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa penuntun ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan adanya masukkan dan kritikan yang membangun demi perbaikan pada masa-
masa yanag akan datang.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
halaman
Kata Pengantar……………………………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………………………….. ii
Panduan Penuntun Praktikum…………………………………………………………… iii
Percobaan 1. Pengenalan Alat-alat Laboratorium………………………………………… 1
Percobaan 2 Cara-Cara Menyatakan Konsentrasi Larutan…………………………... 16
Percobaan 3 pH Asam – Basa Dan Garam……………………………………………… 24
Percobaan 4 Titrasi Asam Dan Basa…………………………………………………….. 31
Percobaan 5 Identifikasi Senyawa Organik……………………………………………... 37
Percobaan 6 Uji Molekul Kimia Hayati…………………………………………………. 43
Percobaan 7 Analisa Kualitas Air………………………………………………………... 53
Lampiran…………………………………………………………………………………… 60
ii
PANDUAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA
1. UMUM
Setiap praktikan harus memiliki dan membawa penuntun praktikum. Setiap praktikan harus
menguasai teori dan prosedur kerja yang akan dilaksanakan. Hadirlah sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Masuklah keruang praktikum dengan memakai jas laboratorium, tanda
tangani daftar hadir dan segera menuju meja masing-masing.
iii
3. PENUTUP
Di dalam laboratorium dilarang merokok, mengenakan topi dan memakai sandal. Jangan ribut,
bicaralah seperlunya dengan sopan, dan jangan keluar masuk ruangan praktikum tanpa seizin
koass atau dosen pembimbing.
4. ABSENSI
Kehadiran tidak dinilai, tetapi bila tidak hadir, tidak boleh membuat laporan praktikum dan
nilai praktikum untuk acara tersebut tidak ada.
5. KEAMANAN
Pada permulaan praktikum akan diberikan penjelasan tentang tindakan-tindakan yang
membahayakan dan harus dihindari. Harap petunjuk-petunjuk tersebut diperhatikan dan
dicatat antara lain:
a. Untuk pemakaian alat yang belum jelas kegunaannya, mintalah petunjuk Ko-ass,
laboran atau dosen pembimbing untuk mendapatkan keterangan cara penggunaannya.
b. Jangan sentuh zat kimia yang tidak diinstruksikan.
c. Jangan cicipi zat kimia yang tidak diinstruksikan.
d. Alat dan bahan yang tidak dipakai lagi dikembalikan pada tempatnya.
e. Jangan sekali-kali menukar pipet yang telah diperuntukan untuk zat-zat tertentu.
f. Pada saat mereaksikan/mengamati suatu zat, jangan dihadapkan kerah muka, untuk
mencium suatu zat jangan hirup langsung, tapi cukup dikipas-kipaskan dengan tangan.
g. Jangan buang benda padat pada bak cuci.
h. Baca label atau etiket yang ada pada botol reagen (zat) jangan ambil berlebihan, dan
jangan sekali-kali mengembalikan zat yang sudah diambil ke botol semula.
iv
pemecahan dan kehilangan alat selama praktikum harus dilaporkan, dan alat tersebut harus
diganti dengan jenis dan kualitas yang sama. Ketika pengembalian harus disertai dengan nota
pembeliannya.
7. TEST PRAKTIKUM
Sebelum dan sesudah praktikum kepada praktikan akan diberikan pertanyaan tertulis (quiz)
sesuai dengan topik praktikum. Dan setelah selesai semua materi praktikum akan diadakan
ujian tertulis (responsi), materi ujian diambil dari materi praktikum.
8. LAPORAN
Kegiatan praktikum harus telah selesai 10 menit menjelang waktu praktikum berakhir.
masing-masing praktikan harus membuat laporan sementara yang berisi data-data yang
diperoleh selama praktikum (form sudah disediakan dalam penuntun praktikum) dan harus di
acc ko-ass sebagai tanda keabsahan data yang anda peroleh. Laporan sementara ini menjadi
dasar bagi anda untuk membuat laporan lengkap dan harus dilampirkan dalam laporan
lengkap. Tata cara membuat laporan lengkap akan dijelaskan oleh dosen atau asisten. Laporan
praktikum dikumpul pada awal praktikum berikutnya. Bagi yang tidak membuat laporan
praktikum tidak diizinkan mengikuti praktikum pada jam tersebut.
9. PENILAIAN
Aspek penilaian antara lain kesiapan, ketrampilan, jawaban atas pertanyaan yang diberikan,
kerapian, dan pengaturan tempat kerja, kemampuan bekerja, kebenaran pencatatan data,
penguasaan materi dan kemampuan kerja. Nilai praktikum 30% dari total nilai kimia. Dari
30% total penilaian aspek dan persentase penilaian adalah:
Quis = 10%
Keaktifan = 10%
Laporan = 40 %
Responsi = 40%
v
PENUTUP
Sebelum berangkat dari rumah, periksalah apakah saudara tidak lupa membawa:
a. Tugas sebelum praktikum.
b. Buku catatan praktikum.
c. Laporan praktikum.
d. Jas laboratorium.
Datanglah 15 menit sebelum praktikum dimulai.
Demikian kontrak praktikum kimia ini dibuat untuk kelancaran dan ketertiban dalam
laboratorium. Selamat praktikum.
vi
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
I. LAPORAN SEMENTARA
1. Laporan sementara merupakan catatan hasil pengamatan yang anda lakukan selama
praktikum.
2. Laporan sementara ditulis oleh setiap peserta praktikum di atas lembaran laporan
sementara yang ada dalam penuntun praktikum kimia.
3. Laporan sementara harus ditanda tangani oleh koass atau dosen pembimbing
praktikum untuk keabsahan data yang anda peroleh.
4. Hasil pengamatan yang anda tulis dalam laporan sementara menjadi sumber data untuk
menulis laporan lengkap. Laporan praktikum anda tidak akan dinilai apabila hasil
pengamatan dalam laporan lengkap tidak sama dengan hasil pengamatan yang ada
dalam laporan sementara.
5. Laporan sementara harus anda lampirkan pada laporan praktikum lengkap.
vii
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Nama :
NPM :
Prodi :
Kelompok :
Hari/jam :
Tanggal :
Ko-Ass :
Dosen :
Objek Praktikum : (Ditulis dengan huruf Kapital/balok)
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Percobaan
II. Tinjauan Pustaka
III. Metodologi
3.1 Alat dan bahan
3.2 Cara kerja
IV. Hasil Pengamatan
V. Pembahasan
VI. Penutup
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
VII. Jawaban Pertanyaan
VIII. Daftar Pustaka
Keterangan point I – IX
I. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang dan tujuan percobaan. Tujuan percobaan sudah ada
di dalam penuntun.
viii
II. Tinjauan Pustaka, berisi teori yang mendukung percobaan. dasar teori ini dapat anda
kutip dari literature seperti buku ajar, buku teks, jurnal ilmiah dll. Di setiap akhir alinia
anda harus mencantumkan nama penulis dari literatur yang anda kutip. Contoh:
Minyak sawit terdiri dari asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh. ……..
Minyak goreng bentuk cair pada umumnya lebih banyak digunakan oleh konsumen
yang berpenghasilan rendah (Naibaho, 1990).
Contoh diatas dikutip dari karya tulis PM Naibaho yang dimuat dalam Buletin
Perkebunan Volume 21 No 2, tahun 1990.
III. Metodologi, berisi alat dan bahan-bahan kimia yang anda pergunakan dalam praktikum,
dan Cara Kerja, tulislah cara kerja hanya dari objek yang anda lakukan.
IV. Hasil Pengamatan, tulis kembali hasil pengamatan yang anda peroleh dalam praktikum,
seperti yang anda tulis dalam laporan sementara.
V. Pembahasan, dalam bagian pembahasan anda harus mengomentari hasil pengamatan
yang anda peroleh dan bandingkan dengan literatur yang anda gunakan. jangan lupa
menulis sumber literaturnya.
VI. Penutup berisi kesimpulan yang anda peroleh dalam praktikum, jangan membuat
kesimpulan berdasarkan literatur serta saran –saran.
VII. Jawaban Pertanyaan, jawablah pertanyaan yang ada dalam penuntun praktikum, kalau
diperlukan gunakan literatur untuk membantu menjawabnya.
VIII. Daftar Pustaka, daftar pustaka adalah literatur yang anda gunakan dalam menulis
laporan praktikum.
Tata cara penulisan daftar pustaka:
Nama pengarang. Tahun terbit literatur. Judul literatur. Kota tempat terbit literatur.
Nama Penerbit. Nomor halaman literatur yang dikutip.
Contoh: dari contoh Naibaho diatas.
Naibaho, PM. 1990. Diversifikasi Minyak Sawit dan Inti sawit Dalam Upaya
Meningkatkan Daya Saing dengan Minyak Nabati Lain dan Hewani. Medan:
Buletin Perkebunan Vol.21. No. 2. 107-124.
ix
PERCOBAAN 1
PENGENALAN ALAT-ALAT
LABORATORIUM
I. PENDAHULUAN
1.1 Pengenalan Alat-alat Laboratorium
Peralatan Gelas. Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan
peralatan gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia. Gelas tidak
hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual selama reaksi
berlangsung. Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan peralatan gelas merupakan salah satu
luka yang sangat sering terjadi di laboratorium.. Gambar 1.1 memperlihatkan alat-alat gelas
yang biasa dipergunakan dalam laboratorium kimia.
Peralatan non gelas. Selain alat-alat yang terbuat dari gelas banyak juga peralatan di
laboratorium kimia yang terbuat dari bahan non gelas. Peralatan tersebut antara lain rak tabung
reaksi, penjepit tabung, statif beserta klem dan lain-lain. Gambar peralatan tersebut dapat
dilihat pada gambar 1.2.
1. 2.1 Penyaringan
Endapan atau zat-zat yang tidak larut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Di
laboratorium , untuk menyaring diperlukan corong dan kertas saring. Corong dipasang pada
tempat corong, atau dipasang dengan klem statif. Di bawah corong diletakkan gelas kimia,
hingga ujing tangkai corong menyentuh dinding gelas. Corong yang sering digunakan adalah
corong yang bersudut 60 derajat dan panjang tangkainya 10 cm. Kertas saring yang biasa
digunakan adalah kertas saring berdiameter 9 atau 11 cm.
Kertas saring dilipat menjadi setengah bagian, kemudian dilipat sekali lagi sehingga sisi
lipatan tidak seluruhnya berhimpit. Selanjutnya lipatan disobek sedikit (lihat gambar 1.4).
Kemudian kertas saring dibuka dan dipasang pada corong.
Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume larutan , jika volume yang diperlukan
tidak terlalu tepat. Gelas ukur diberi skala dalm millimeter (mL), yang dibaca dari 0 mL
Pipet Volume
Mempunyai volume 1, 2, 5 dan 10 mL. Penggunaan pipet ini hanya untuk mengambil
larutan yang sesuai dengan volume pipet. Gunakan bola hisap (filer) sebagai alaat banatu
untuk menyedot larutan ke dalam pipet. Hanya zat yang tidak beracun yang boleh disedot
dengan mulut.
Langkah-langkah penggunaan pipet sebagai berikut:
1. Lumasi pangkal pipet dengan air sebelum dimasukkan ke bola hisap. Dekatkan kedua
tangan anda untuk menghindari kemungkinan kecelakaan.
2. Basahi bagian dalam pipet dengan sedikit cairan yang akan diambil, buanglah bagian
cairan yang telah diambil (dalam pipet )tersebut.
3. Gunakan bola hisap untuk menghisap larutan sampai tanda tera.
4. jaga pipet yang berisi cairan harus selalu dalam keadaan vertical, bagian ujung pipet di
bawah sedangkan bagian yang ada bola hisapnya di bagian atas. Apabila posisi pipet
mendatar atau horizontal sebagian cairan akan masuk ke dalam bola hisap, dan udara
akan masuk ke dalam pipet sehingga sebaagian cairan akan keluar dari pipet.
5. Sentuhkan tetes terakhir pada ujung pipet ke wadah penampung. jangan meniup sisa
cairan yang ada dalam pipet, sebab hal itu sudah diperhitungkan dalam kalibrasi pipet.
Mempunyai skala volume seperti gelas ukur. Digunakan untuk mengukur volume
larutan yang lebih teliti dibandingkan gelas ukur.
Labu Ukur
labu ukur digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan dapat
juga digunakan untuk menyimpan larutan. Volume labu ukur juga bermacam-macam sesuai
dengan angka yang tertera pada labu ukur tersebut. larutan tidak boleh dipanaskan di dalam
labu, ada kemungkinan labu tidak kembali ke volume asli yang eksak bila digunakan.
Buret
Buret dapat dimanfaatkan untuk mengambil/mengukur larutan dengan volume tertentu,
tetapi fungsi utama adalah untuk titrasi. Keran buret terbuat dari kaca atau Teflon. Keran
teflon tidak memerlukan pelumasan tetapi keran kacamembutuhkan pelumasan dengan
vaselin. sebelum digunakan buret harus dibersihkan trlebih dahulu dan pastikan kerannya tidak
bocor.
Titik Miniskus
Pada semua alat volumetric seperti pipet, buret, labu ukur dan gelas ukur volume
cairan di dalamnya harus dibaca dengan benar. Cairan di dalam tabung yang bergaris tengah
kecil akan membentuk miniskus. Biasanya miniskus nini akan membentuk busur ke bawah
(cekung) kecuali air raksa. Untuk membaca volume cairan dengan benar, kedudukan mata
harus sejajar dengan kedudukan atas cairan. Agar lebih jelas tempelkan kertas putih bergaris
hitam di belakang alat. Pembacaan ttitik minisikus untuk larutan yang tidak berwarna yaitu di
bagian terendah ( di tengah-tengah cekungan), sedangkan untuk larutan berwarna pembacaan
titik miniskus dibagian tertinggi (di pinggir).
Ada tiga jenis neraca, yang paling sederhana adalah Neraca palang Tiga. Neraca ini
mempunyai ketelitian sampai 0,1 – 0,01 gram. Jenis neraca yang ke dua adalaah neraca beban
(top loading). Jenis ini mempunyai beberaapa tombol pengatur dan jendela yang menunjukkan
angka-angka (digital). Neraca seperti ini dapat mempunyai ketelitian 0,01 gram sampai o,1
mgram.
Jenis neraca yang ketiga adalah neraca analitis. Neraca ini mempunyai ketelitian
sampai 0,001 gram sampai 0,01 mgram. Dalam menggunakan neraca, zat yang akan ditimbang
tidak boleh langsung diletakkan di atas piring kaca, gunakan kaca arloji atau wadah lain yang
sesuai. Neraca analitik digital adalah neraca yang sangat peka, karena itu bekerja dengan
neraca ini harus secara halus dan hati-hati. Sebelum mulai menimbang persiapkan semua alat
bantu yang dibutuhkan dalam penimbangan.
1. Gunakan corong untuk mengisi buret (sebelumnya dibilas terlebih dahulu dengan larutan
yang akan diisikan), untuk menghindari terjadinya tumpahan. Angkat corong sedikit, supaya
larutan yang diisikan mengalir bebas. Jangan lupa menutup stopcock (keran) di bagian bawah
buret.
2. Bilas ujung buret dengan air dari labu semprot dan kemudian keringkan dengan hati-hati.
Setelah beberapa menit memeriksa larutan pada ujung untuk melihat apakah buret Anda
bocor. Tip(ujung mulut buret) harus bersih dan kering sebelum Anda membaca volume awal.
3. Lakukan proses titrasi dengan memutar stopcock (kran) tersebut. Larutan penitar harus
disampaikan dengan cepat sampai beberapa mL dari titik akhir.
Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan.
Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya
cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan
pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Simbol bahaya
zat kimia bisa dilihat pada label wadah zat tersebut.
Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengetahui nama dan fungsi alat-alat laboratorium
2. Mahasiswa mengetahui jenis, sifat dan fungsi zat kimia
3. Mahasiswa mengetahui cara penggunaan beberapa alat-alat laboratorium
HASIL PENGAMATAN
PERALATAN GELAS
No Nama dan Gambar Alat Fungsi
1 Gelas Piala
2 Erlemeyer
3 Labu Ukur
4 Petridish
6 Kaca Arloji
7 Tabung Reaksi
8 Cawan Penguap
9 Mortal
10 Krush
11 Pipet Tetes
12 Pipet Volum
14 Batang Pengaduk
15 Sudip
16 Corong pisah
17 Desikator
18 Buret
19 Corong
24 Segitiga
25 Bola Hisap
26 Lampu Spiritus
27 Bunsen
28 Kaki Tiga
29 Botol Semprot
31 Klem Utilitas
32 Oven
33 Tanur
34 Hot Plate
35 Timbangan Analitis
Bengkulu,
Telah diperiksa dan di-Acc
Koass/Dosen
……………………………
I. PENDAHULUAN
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih, yang memiliki
komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Disebut campuran
karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Larutan terbentuk karena
komponen-komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul atau ion sehingga
dapat bercampur baur.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Larutan terdiri atas du kompenen
yaitu pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut merupakan komponen yang lebih
banyak, atau komponen yang menentukan keadaan larutan, sedangkan zat terlarut adalah
komponen dengan jumlah yang lebih sedikit.
% W/W = x 100 %
% V/V = x 100 %
% W/V = x 100 %
Satuan konsentrasi ppm dan ppb adalah satuan yang mirip dengan persen berat.
Satuan konsentrasi ppm dan ppb digunakan untuk larutan yang sangat encer. Ppm
adalah gram zat terlarut per 100 gram larutan, sesangkan ppb adalah gram zat terlarut
persejuta gram larutan.
Fraksi mol A = XA =
6. Molaritas (M),
M=
M=
7. Molalitas (m),
m =
8. Normalitas (N),
N=
Tujuan Percobaan
Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute dengan pipet ukur, kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 50 ml. Tambahkan aquades sampai tanda batas.Kocok sampai
homogen.
Dipipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian diencerkan dengan
aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
Labu ukur 50 ml diisi terlebih dahulu dengan aguades, kira-kira 25 ml,
selanjutnya baru dipipetkan H2SO4 ke dalam labu ukur, selanjutnya
ditambahkan lagi dengan aquades sampai tanda batas. Cara seperti ini berlaku
untuk membuat larutan asam kuat dan basa kuat yang lain.
Dipipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian diencerkan
dengan aquades dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
2.2.6 Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4. 2 H2O. 126 gram/mol)
Ditimbang 0,2 gram NaOH, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu
ukur 50 ml sampai tanda batas.
Catatan: Larutan-larutan yang telah anda buat di atas harus dibuktikan lagi konsentrasinya
dengan menggunakan rumus dan ditulis dibagian perhitungan dan pembahasan.
III. TUGAS
1.
80 gram H2SO4 dilarutkan dengan 120 gram air.
Diketahui : Mr H2SO4 98 g/mol Mr Air (H2O) 18 g/mol
BJ H2SO4 1,303 g/ml BJ air 1 g/ml
Konsentrasi H2SO4 100%
Tanya: a. Persen berat
b. Molalitas
c. Molaritas
d. Fraksi Mol zat terlarut
e. Fraksi mol pelarut
2. Lengkapi tabel di bawah ini :
Zat terlarut Gram zat Mol zat Volume Molaritas
terlarut terlarut larutan
NaNO3 25 A B 1,2
NaNO3 C D 16 L 0,023
KBr 91 E 450 ml F
KBr G 0,42 H 1,8
Tulis perhitungan lengkap dibawah tabel!
HASIL PENGAMATAN
1. Membuat larutan NaCl 1 %
Ditimbang sebanyak …… gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur ….. ml, sampai tanda batas.
Catatan: Larutan-larutan yang telah anda buat di atas harus dibuktikan lagi konsentrasinya
dengan menggunakan rumus dan ditulis dibagian perhitungan dan pembahasan
Contoh: Anda menimbang 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian dilarutkan
aquades di dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas. Hitung dengan rumus berapa
konsentrasinya.
Bengkulu,
Telah diperiksa dan di-Acc
Koass/Dosen
……………………………
I. PENDAHULUAN
Untuk menghindari bilangan yang sangat rendah dalam menghitung konsentrasi larutan
yang sangat encer, maka konsentrasi larutan yang dihitung adalah konsentrasi H+ dalam
larutan tersebut yang dinyatakan dengan pH. Konsep pH ini diperkenalkan oleh ahli kimia
Denmark yang bernama Sorensen pada tahun 1909. Huruf “ p” ini berasal dari istilah : Potenz
(jerman), Pulssance (prancis), Power (Inggris).
Helloweler (1894) menemukan bahwa air murni memiliki daya hantar listrik (DHL)
yang sangat kecil, berarti air terionisasi sangat kecil, persamaan ionisasi :
Kw adalah tetapan hasil kali ion-ion atau tetapan air, yaitu hasil kali konsentrasi molar
pada temperatur tertentu.
Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan asam tersebut untuk menghasilkan ion
hidrogen (H+) dan derajat ionisasi atau konstanta asam, dan kekuatan suatu basa (hidroksida /
OH - ) ditentukan oleh kemampuan basa untuk menghasilkan ion hidroksida (OH-) atau derajat
ionisasi atau konstanta basa, faktor yang menentukan kekuatan relatif asam basa adalah :
kepolaran, ukuran atom, muatan dan bilangan oksidasi.
1. Asam kuat : Asam yang terionisasi sempurna, sehingga bersifat sebagai elektrolit kuat.
Ka > 10-2, contoh : HCL, H2SO4, H2SO3, HNO3, dll
Bila asam direaksikan dengan basa akan terbentuk garam. Bila garam-garam itu
dilarutkan di dalam air, larutan tidak selalu netral, karena sebagian anion (ion negatif ) dan
kation (ion positif) dari larutan garam atau keduanya dapat beraksi dengan air, reaksi ini
dinamakan hidrolisis / hidrolisa. Akibatnya, ion hidrogen (H+) atau ion hidroksil (OH-)
tertinggal dengan berlebihan dalam larutan, dan akibatnya larutan menjadi asam atau basa.
Berdasarkan sifat asam dan basa pembentukannya, maka garam dapat dibagi empat golongan
yaitu:
Bila garam ini dilarutkan di dalam air mengasilkan larutan yang netral (pH=7) karena
anion dan kationnya tidak dengan ion hidrogen (H+) atau ion hidroksil (OH-), sehingga
keseimbangan disosiasi air tidak terganggu. Konsentrasi ion hidrogen dalam larutan asam
dengan konsentrasi ion hidroksil sehingga larutan menjadi netral (pH= 7). Contoh garam ini
adalah : NaCl, KCl, KNO3, Na2SO4
(H+) =√
pH = - log (H+)
Kw = konstanta air (1,01 x 10 -14 pada suhu 25 0 C)
C garam = konsentrasi garam
Kb = konsetrasi basa lemah
PH garam dari asam lemah dan basa kuat
(OH-) =√
( H+) = √
pH = - log (H+)
Tujuan Percobaan:
1. Menentukan pH larutan dengan menggunakan pH indikator universal.
2. Menghitung konsentrasi larutan dengan nilai pH tertentu.
HASIL PENGAMATAN
Konsentrasi
No Nama larutan pH Golongan
(molaritas)
……………………………
I. PENDAHULUAN
Analisa volumetrik adalah suatu cara menentukan jumlah ( kuantitatif ) suatu zat.
Analisa ini tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam larutan yang
bereaksi sempurna . Salah satu larutan harus diketahui konsentrasinya, larutan ini disebut
larutan standar, sedangkan larutan yang lain akan ditentukan konsentrasinya oleh larutan
standar. Proses penentuan konsentrasi ini disebut titrasi.
Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang
volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen, yaitu jumlah stoikhiometri
(perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reaksi diketahui ketika indikator
yang digunakan tepat mengalami perubahan warna.
Ada empat macam reaksi yang digunakan dalam titrasi :
1. reaksi asam-basa
2. reaksi redoks
3. reaksi pengendapan
4. reaksi pembentukan kompleks
Dalam titrasi, suatu larutan A dengan konsentrasi Ma bereaksi dengan larutan B
dengan konsentrasi Mb dengan persamaan reaksi :
aA + b B → hasil reaksi
a dan b = perbandingan mol zat yang bereaksi
A dan B = zat yang bereaksi
Konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (M), yaitu :
M = mol / liter larutan
Maka berdasarkan persamaan stoikhiometri untuk reaksi yang sempurna :
Atau :
VA x MA x b = V B x M B x a
Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH
dengan larutan standar (larutan baku) asam oksalat, dan penentuan konsentrasi larutan HCL
dengan larutan NaOH.
2 NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2 H2O
VNaOH x M NaOH x 2 = VH2C2O4 x M H2C2O4 x 1
HCl + NaOH → NaCl + H2O
V HCl x M HCl x 1 = V NaOH x M NaOH x 1
Titrasi ini berdasarkan reaksi penetralan asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah
asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik
ekivalen ini biasanya digunakan indikator asam basa yaitu sutu zat yang dapat berubah warna
yang tergantung pada pH larutan. Indikator harus dipilih sehingga pH titik ekivalen titrasi
terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi menggunakan
indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir titrasi telah tercapai. Jadi titik
akhir titrasi adalah saat timbulnya perubahan warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi
tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan
pemilihan indikator yang tepat dapat memperkecil kesalahan titrasi ini.
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan larutan standar,
yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dan biasanya berupa larutan asam atau basa
yang mantap (konsentrasinya tidak mudah berubah). Larutan standar dapat dibagi dua yaitu
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
yang telah diketahui konsnetrasinya, dalam proses pembuatannya larutan standar primer ini
tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi larutan yang
sebenarnya, contoh larutan standar primer pada percobaan ini adalah asam oksalat. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk menstandarisasi/
Tujuan Percobaan
- NaOH 0,1 M
- HCl 0,1 M
- H2C2O4
2.2 Prosedur
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan 5 mL
larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret,
selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret. Kemudian
larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi ke dalam buret
sampai skala tertentu. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi :
- Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M dan masukan ke dalam
setiap Erlenmeyer dan tambahankan ke dalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes
indikator penolphtalein (PP).
- Alirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer digoyang.
- Catat volume NaOH terpakai
- Ulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II dan III.
- Hitung molaritas (M) NaOH.
-
2.2.2 Penentuan konsentrasi HCl
- Cuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam nsetiap
Erlenmeyer
- Tambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indikator penolphtalein
(PP)
V. TUGAS
1.Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen
2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator
3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan indikator
4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas
5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder
6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi.
HASIL PENGAMATAN
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
1 II III
1 Volume larutan asam oksalat 0,1 M 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai mL mL mL mL
3 Molaritas (M) NaOH M
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
1 II III
1 Volume larutan HCl 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai mL mL mL mL
3 Molaritas (M) NaOH Berdasarkan hasil percobaan di atas M
4 Molaritas (M) larutan HCl M
Bengkulu,
Telah diperiksa dan di-Acc
Koass/Dosen
……………………………
I. PENDAHULUAN
Kimia Organik adalah ilmu kimia tentang atom karbon dan senyawanya. Pada
awalnya, pembahasan bahan kimia organik hanya terbatas pada senyawa-senyawa kimia
yang ditemukan dalam makhluk hidup. Hal ini disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa
senyawa karbon hanya terdapat dalam makhluk hidup atau materi yang pernah hidup. Pada
kenyataannya, makhluk hidup bukanlah satu- satunya sumber senyawa karbon.
Kimia organik telah mengalami perkembangan yang sangat menakjubkan sebagai
bagian dari ilmu pengetahuan dan terpisah dari kimia anorganik sejak tahun 1940-an.
Perkembangan cabang kimia organik salah satunya dipengaruhi dan dipicu oleh kebutuhan
negara-negara selama Perang Dunia II. Pembuatan karet sintetik dan nilon, serta penggunaan
plastik merupakan tiga contoh produk “baru”pada tahun 1940-an yang telah mengalami
perkembangan pesat dan mendorong meningkatnya ketertarikan para ilmuwan terhadap kimia
organik.
Senyawa organik banyak sekali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
senyawa organik yang sering kita temukan sehari-hari diantaranya adalah vitamin, plastik,
deterjen, pakaian, tinta, cat, minyak bumi, dan gas alam, film, audio dan videotape, obat-
obatan, parfum, kosmetik, pupuk, produk makanan, dan bahan perekat. Dalam tubuh
makhluk hidup juga terdapat senyawa karbon utama seperti lemak, karbohidrat, dan protein
Senyawa organik yang hanya terdiri dari atom Karbon dan Hidrogen disebut dengan
senyawa hidro karbon. Selain hidrokarbon, terdapat senyawa organik bergugus fungsi. Gugus
fungsi adalah gugus yang memberikan karakteristik senyawa. Oleh karena itu. Perubahan
kimia terjadi pada gugus fungsi, selebihnya cenderung tetap seperti struktur aslinya.
Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yang sama.
Tabel Test kimia terhadap alkohol, fenol, eter, aldehid dan keton
Tujuan Percobaan
HASIL PENGAMATAN
Bengkulu,
Telah diperiksa dan di-Acc
Koass/Dosen
I. PENDAHULUAN
CH CH O
H2SO4
C6H12O6 3H2O + HO CH2 C C C
O H
Heksosa Hidroksimetil furfural
HC CH
furfural
Untuk mengetahui : apakah bahan makanan mengandung protein atau tidak, dapat diuji
melalui reaksi warna seperti : Uji Biuret, Xantoprotein, Millon, Ninhidrin, dan Uji Sakaguchi.
Prinsip reaksi biuret, reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positiff ditandai dengan terbentuknya warna ungu,
karena terbentuk senyawa komplek antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyak
asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi. Senyawa dipeptida
memberikan warna biru, tripeptida warna ungu dan tetrapeptida serta peptida komplek
memberikan warna merah. Secara umum warna yang terbentuk dari reaksi biuret membentuk
senyawa komplek yang dapat digambarkan seperti gambar 6.3.
Reaksi warna xantoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin benzena dari
asam amino penyusun protein. Tes dikatakan positif ditunjukkan dengan warna kuning yang
disebabkan karena terbentuknya suatu protein yang mengandung asam amino dengan inti
benzene, misalnya tirosin, fenil alanin, triptopan. Pada penambahan senyawa alkali warna
kuning akan hilang dan berubah menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan keasaman
fenol bereaksi dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah kembali
menjadi kuning muda.
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein sehingga
penambahan logam ini menghasilkan endapan putih dari senyawa merkuri. Untuk protein yang
mengandung tirosin atau triptofan penambahan pereaksi Millon memberikan warna merah.
Namun pereaksi ini tidak spesifik karena juga memberikan tes positif warna merah dengan
adanya fenol.
Reaksi protein dengan Ninhidrin menunjukkan hasil positif bila memberikan warna
biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asama amino ninhidrin. Warna
biru dapat juga dipakai untuk menentukan asam amino secara kuantitatif dengan mengukur
keabsorbannya pada suhu 570 nm. Dasar reaksi ini dipakai dalam alat untuk menentukan asam
amino yang disebut amino acid analyser.
Prinsip reaksi Sakaguchi adalah asam amino yang mengandung gugus guanidin
bereaksi dengan α-naftol dan zat pengoksidasi (air bromin) memberikan warna merah muda.
HASIL PENGAMATAN
Uji Karbohidrat (Uji Molisch dan Fehling)
Hasil Pengamatan
No Sampel/Contoh
Hasil Uji Molisch Hasil Uji Fehling
1
2
3
4
5
Kesimpulan anda :
No Uji
1 Biuret
2 Millon
3 Xantoprotein
4 Ninhidrin
5 Sakaguchi
Kesimpulan anda :
Bengkulu,
Telah diperiksa dan di-Acc
Koass/Dosen
……………………………
I. PENDAHULUAN
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya. Air yang tersebar di muka bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,
namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah
pegunungan atau hutan yang te1rpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran,
air hujan1 yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2, O2, dan
N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air
hujan dari atmosfer.
Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal (logam
terlarut, seperti Na, Mg, Ca, dan Fe). Air yang mengandung komponen-komponen tersebut
dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air
murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah
melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal
untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum, (air ledeng, air sumur),
berenang/rekreasi, mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri.
Adanya benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai
dengan peruntukkannya secara normal disebut dengan pencemaran air.
Adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, komponen lain ke
dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam,
1. pH, digunakan untuk mengukur keasaman air. Keasaman air mencirikan keseimbangan
antara asam dan basa di dalam air, selain itu pH juga merupakan suatu cara untuk
menentukan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam air. pH didefinisikan sebagai minus
logaritma dari ion hidrogen dalam mol per liter. Air murni mempunyai konsentrasi ion
hidrogen dan hidroksida (OH-) yang berimbang yakni sebesar 10-7 mol per liter.
TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia air
secara kualitatif dan kuantitatif.
Keterangan :
p = jumlah volume KMnO4 0,01 N selama pemanasan.
r = jumlah volume KMnO4 0,01 N selama titrasi pertama.
f = faktor koreksi KMnO4 = 10/n
n = jumlah volume KMnO4 0,01 N selama titrasi kedua.
0,01 = normalitas KMnO4
31,6 = BE KMnO4
Keterangan :
Untuk pembahasan bandingkanlah data praktikum yang anda peroleh dengan daftar
baku mutu air untuk golongan B atau untuk air bersih.
HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No Parameter
Air Sumur Air Limbah
1 Suhu
2 Zat padat
terlarut
3 Zat padat
tersuspensi
4 Warna
5 DO
6 Amoniak
7 COD Volume Volume Volume Volume Volume Volume
KMnO4 selama KMnO4 KMnO4 KMnO4 selama KMnO4 KMnO4
pemanasan Titrasi I Titrasi II pemanasan Titrasi I Titrasi II
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
Ulangan I
Ulangan II
Bengkulu,
Telah diperiksa dan di-Acc
Koass/Dosen
……………………………
Lampiran 2. DENSITY
d = gram/cm3 = kg/liter
d.cm3 = gram
d.liter = kg
9 m Molalitas
10 N Normalitas